PENDAHULUAN
1. Mengetahui uji aktvitas antimikroba dari bahan alam dengan beberapa cara
pengujian
2. Mengetahui skrining antimikroba dari bahanalam
3. Mengetahu uji kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh
maksimum (KBM) dari bahan alam
4. Mengetahui metode pengguaan KlT dan difusi agar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sejak ribuan tahun yang lalu, obat dan pengobatan tradisional sudah ada di
Indonesia jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan modern
dikenal masyarakat. Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan
berkhasiat obat merupakan pengobatan yang dimanfaatkan diakui masyarakat
dunia, yang menandai kesadaran untuk kembali ke alam (Rahman, 2018).
Dalam beberapa tahun ini, kebanyakan bakteri Gram positif dan Gram
negatif telah menjadi lebih resisten terhadap antibiotika yang kerap kali digunakan
di klinik. Beberapa isolat bakteri yang resisten tersebut mengakibatkan kegagalan
terapi dalam proses klinik. Karena itu, diperlukan adanya penelitian lebih lanjut
untuk mendapatkan bahan alternatif yang mampu mengatasi infeksi yang
disebabkan oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotika (Rahman, 2018).
Saat ini penyakit infeksi masih menjadi masalah serius, ditunjang dengan
semakin meluasnya resistensi mikroba terhadapa obat antibiotic. Sehingga
diperlukan penggalian sumber obat antimkroba lain dari bahan alam. Tanaman
atau tumbuhan diketahui potensial untuk dikembangkan lebih lanjut pada
penyakit-penyakit infeksi, hanya saja masih banyak yang bekum dibuktikan
aktivitasnya secara alamiah (Anonim, 2019).
Dalam beberapa tahun ini, kebanyakan bakteri Gram positif dan Gram
negatif telah menjadi lebih resisten terhadap antibiotika yang kerap kali digunakan
di klinik. Salah satu bakteri Gram negatif yang resisten terhadap antibiotik adalah
salmonela thyp, yang menyebabkan demam tefoid dan infeksi saluran cerna
lainya.( rahman 2018 )
Pada saat ini banyak penyakit pada hewan yang disebabkan oleh infeksi
bakteri.Penyakit yang disebabkan oleh bakteri, biasanya diobati dengan
pemberian antibiotika, tetapi perlu diketahui bahwa penggunaan antibiotika yang
berlebihan dan pemberian antibiotika dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan terjadinya resistensi pada bakteri (Puspitasari, 2012).
Bahaya dari resistensi bakteri dan biaya pengobatan yang cukup tinggi,
meningkatkan kesadaran para pemilik hewan terutama peternak untuk mencari
alternatif pengganti antibiotika dengan menggunakan obat tradisional yang berasal
dari tanaman sebagai obat alternatif terhadap infeksi bakteri MRSA (Pusptitasari
2020)