Anda di halaman 1dari 11

Rangkaian Resistor

Salah satu cara untuk mengetahui resistansi sebuah resistor adalah dengan membaca kode warna
resistor, tetapi jika lebih dari satu resistor yang saling berhubungan, maka terlebih dahulu harus
diketahui jenis koneksi antar resistor tersebut karena cara menghitung resistor totalnya pun
berbeda. Berdasarkan interkoneksinya, rangkaian resistor terbagi tiga jenis yaitu:

1. Rangkaian Seri (Resistor dihubungkan secara seri/ berurutan)


2. Rangkaian Paralel (Resistor dihubungkan secara paralel/ sejajar)
3. Rangkaian Seri-Paralel (gabungan antara seri dan paralel)
A) Rangkaian Seri Resistor
Pada rangkaian seri, resistor dihubungkan secara berderet (seri) dan untuk menghitung resistansi
total dari gambar di atas adalah dengan menjumlahkan semua resistor yang ada yakni R1, R2,
dan Rn.
Gambar rangkaian tertutup Resistor yang dihubung secara seri :

Dari gambar disamping dapat diturunkan rumus :

Hubungan dengan Tegangan pada rangkaian Seri :


V1 = I .R1 ; V2 = I. R2 ; V3 = I. R3
atau

VTotal = V1 + V2 + V3 ... dan seterusnya..

Jadi dapat dikatakan bahwa Tegangan sumber (Vs) = Penjumlahan tegangan tiap-tiap
resistansi
Vn = I. Rn
Hubungan dengan Arus listrik pada rangkaian Seri :
ITotal = I1 = I2 = I3

Dapat dikatakan bahwa besar arus listrik pada rangkaian seri adalah sama pada tiap resistor yang
dihubungkannya.
Adapun arus yang mengalir pada rangkaian seri dapat dicari dengan menggunakan rumus : I = V
/ R total
Hubungan dengan Hambatan atau Resistansi pada rangkaian Seri :
RTotal = R1 + R2 + R3 ... + Rn dan seterusnya...

R1 = Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-2

Rn = Resistor ke-n

Pada rangkaian resistor yang dihubungkan seri, maka bersar nilai Resistansi totalnya
adalah penjumlahan pada tiap-tiap nilai resistansinya.
Contoh Soal:
1. Jika terdapat R1 = 10 Ω, R1 = 20 Ω, dan R3 = 100 Ω kemudian dipasang secara berderet (seri)
maka resistansi totalnya adalah:
RTotal = R1 + R2 + R3
RTotal = 10 Ω + 20 Ω + 100Ω
RTotal = 130 Ω

2. Perhatikan gambar berikut :

Pada gambar disamping, tentukanlah besar R total dan tegangan (V) pada tiap R1, R2 dan R3
Jawab :
Tegangan sumber (Vs)= 12V
Besar R total pada rangkaian diatas adalah :
Rtotal = R1 + R2 + R3
Rtotal = 10Ω + 20Ω + 30Ω
Rtotal = 60Ω
Untuk mencari besar tegangan (V) pada tiap masing-masing R1, R2 dan R3, kita harus
mengetahui terlebih dahulu besar arus listrik yang mengalir dengan menggunakan rumus
:
I = V / R total
I = 12 / 60
I = 0,2 A
Dengan menggunakan rumus maka didapatkan :
V1 = I .R1 = 0,2 x 10 = 2V
V2 = I. R2 = 0,2 x 20 = 4V
V3 = I. R3 =0,2 x 30 = 6V

Pembuktian --> sesuai dengan sifat rangkaian seri bahwa Tegangan sumber =
penjumlahan tegangan tiap-tiap resistansi
Vsumber = V1 + V2 + V3
12V = 2V+ 4V + 6V
12V = 12V (terbukti)

B) Rangkaian Resistor Seri Sebagai Pembagi Tegangan(Voltage Divider)

Rangkaian pembagi tegangan juga merupakan cara yang termudah untuk memproduksi sebuah
tegangan yang rendah dari tegangan yang tinggi dan hal ini merupakan mekanisasi dasar dari
sebuah prinsip resistor potensiometer.
Sepanjang digunakan untuk menghitung sebuah tegangan yang rendah, rumus pembagi tegangan
dapat digunakan untuk menganalisis dari beberapa rangkaian resistif kompleks lainnya yang
terdiri kedua rangkaian yang diserikan dan sebuah cabang rangkaian lainnya yang diparalelkan.

Rangkaian pembagi tegangan biasanya digunakan untuk membuat suatu tegangan referensi dari
sumber tegangan yang lebih besar, titik tegangan referensi pada sensor, untuk memberikan bias
pada rangkaian penguat atau untuk memberi bias pada komponen aktif.
Rangkaian pembagi tegangan pada dasarnya dapat dibuat dengan 2 buah resistor, contoh
rangkaian dasar pembagi tegangan dengan output VO dari tegangan sumber Vsmenggunakan
resistor pembagi tegangan R1 dan R2 seperti pada gambar berikut.
Sama sebagai Rumus Pembagi Tegangan yang ada disamping sebelumnya dan dapat juga ditulis
sebagai :

Dimana :
V(X) adalah Tegangan ke-X (yang akan dicari)
R(X) adalah Resistansi atau Tahanan ke-X (yang akan dicari)
RT adalah Resistansi atau Tahanan Total dari rangkaian tersebut
VS adalah Tegangan Sumber atau Tegangan Input

Pada rangkaian diatas merupakan rangkaian seri yang terdiri dari dua resistor yaitu R1 dan R2
yang dihubungkan bersama bergandengan dan dihubungkan dengan tegangan input (Vin). Pada
satu sisi teganganan input terhubung dengan R1 dan tegangan output (Vout) terhubung pada R2.
Untuk mencari nilai tegangan output pada seperti terlihat pada gambar.

Jika banyak resistor dihubungkan dengan rangkaian seri kerangkaian lain, kemudian terjadi
perbedaan tegangan pada tiap titik masing-masing resistor.

Jadi jika kita memiliki 3 atau lebih resistor yang dirangkai seri, kita tetap dapat menggunakan
rumus pembagi tegangan seperti gambar diatas untuk mencari tegangan jatuh (Voltage
Drop) tiap masing-masing resistor.
Seperti rangkaian dibawah ini :
Rangkaian pembagi tegangan diatas memperlihatkan 4 resistor yang terhubung bersama secara
seri. Tegangan jatuh pada titik A dan B dapat dihitung menggunakan rumus pembagi tegangan
yaitu :

Contoh Pembagian Tegangan pada Rangkaian

Pada rangkaian diatas merupakan resistor yang dihubung dengan seri. Sumber tegangagn akan
terbagi-bagi pada tiap titik (A, B, C, dan D). Maka dapat disimpulkan bahwa :

Vsumber (VS) = V1 + V2 + V3 + V4

Untuk mencari nilai Arus pada rangkaian diatas, kita dapat menggunakan rumus :

Dimana :
RT adalah Resistansi atau Tahanan Total dari rangkaian tersebut
VS adalah Tegangan Sumber atau Tegangan Input

Ingat, seperti kita ketahui bahwa Arus listrik pada rangkaian seri adalah Sama (tidak terbagi-
bagi pada tiap titiknya)
Aplikasi dari resistor seri rangkaian pembagi tegangan
Jika kita lihat, rangkaian resistor yang dihubungkan seri dapat digunakan untuk membuat
tegangan yang berbeda. Tipe rangkaian resistor ini sangat berguna untuk memproduksi jaringan
pembagi tegangan. Jika kita mengganti salah satu resistor pada rangkaian pembagi tegangan
diatas dengan sebuah Sensor seperti Thermistor, Light Dependant Resistor (LDR) atau bahkan
sebuah saklar. kita dapat merubah sebuah kuantitas analog yang dapat dirasakan menjadi sebuah
sinyal listrik yang cocok yang dapat diukur.
Contohnya adalah seperti sebuah rangkaian Thermistor yang memiliki nilai resistansi 10KΩ pada
suhu 250C dan 100Ω pada suhu 1000C. Untuk menghitung tegangan output pada kedua
temperatur.

Pada suhu 250C

Pada suhu 1000C

Dengan mengganti resistor tetap 1KΩ, R2 pada rangkaian sederhana diatas menjadi variable
resistor atau potensiometer, maka akan menghasilkan outpu tegangan tertentu yang akan
didapatkan pada rentang temperatur yang lebih luas.
C) Rangkaian Resistor Paralel
Pada rangkaian paralel, semua resitor dihubungkan sejajar (paralel). Nilai resistansi total pada
rangkaian paralel tidak akan melebihi resistansi dari resistor terkecil pada rangkaian
tersebut.Pada rangkaian paralel, semua resitor dihubungkan sejajar (paralel). Nilai resistansi total
pada rangkaian paralel tidak akan melebihi resistansi dari resistor terkecil pada rangkaian
tersebut.

Adapun persamaan pada resistor yang dirangkai paralel adalah :


Contoh pada rangkaian dibawah
Jadi untuk menghitung R total atau R Eqivalen dari rangkaian paralel diatas adalah :

Kita bisa memilih salah satu dari rumus diatas untuk mencari R total dari rangkaian resistor
paralel

Untuk besar tegangan yang mengallir pada rangkaian resistor paralel adalah

V sumber = VR1 = VR2 = VR3 = VRn...

Dari persamaan diatas dapat dikatakan bahwa, dalam rangkaian paralel, besar tegangan pada tiap
cabangnya adalah sama.

Jika terdapat rangkaian seperti dibawah ini, maka ilustrasi persamaannya adalah :

Variasi rangkaian paralel resistor


Pada 5 rangkaian diatas mungkin terlihat berbeda, namun pada dasarnya adalah sama yaitu
Rangkaian yang terhubung dengan Paralel. Kita harus teliti dalam menganalisa bentuk rangkaian
ketika suatu saat nanti bertemu dengan kombinasi rangkaian seri dan paralel lainnya dan kita
harus bisa membedakan antara rangkaian yang terhubung dengan seri atau paralel.

E) Rangkaian Resistor Seri-Paralel


Rangkaian resistor seri-paralel adalah gabungan dari rangkaian seri dan rangkaian paralel. Oleh
karena itu untuk menghitung resistor pada rangkaian seri-paralel harus dipahami dulu bagaimana
resistor-resistor tersebut dihubung. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah penghitungan
mana yang akan didahulukan. Pada gambar di bawah yang didahulukan adalah menghitung
bagian paralel yakni R1 dan Rn (R1//Rn) sedang pada gambar di bawahnya yang didahulukan
adalah menghitung bagian seri yakni R1 dan R2 (R1+R2).

Contoh 1:
Jika R1 = 200 Ω, R2 = 50 Ω, dan Rn =50 Ω, maka cara menghitung resistor totalnya adalah
sebagai berukut:
RTotal = R1 + (R2//Rn) baca: Resistansi total sama dengan R1 diserikan dengan R2 yang dipalalel
dengan Rn. Artinya penghitungan paralel antara R2 dan Rn didahulukan.
RP = R1//Rn (tanda ''//'' artinya paralel, jadi gunakan rumus perhitungan resistor paralel)
1/RP = 1/R1 + 1/Rn
1/RP = 1/50 + 1/50
1/RP = 2/50
RP = 50/2 = 25 Ω
Setelah hasil sementara RP diketahui, selanjutnya jumlahkan (diserikan) dengan R1.
RTotal = R1 + (R2//Rn)
RTotal = R1 + RP
RTotal = 200 + 25
RTotal = 225 Ω
F) Rangkaian Resistor Paralel Pembagi Arus (Current Divider)

Rangkaian pembagi arus walaupun jarang kita jumpai pada aplikasi elektronika tetapi penting
untuk diketahui. Rangkaian pembagi arus ini penting untuk dipahami terutama untuk
pemasangan alat ukur arus (Ampere Meter) secara paralel dan pembagian arus pada beban yang
lebih dari 1. Konsep dasar pembagi arus adalah menggunakan 2 buah resistor yang salah satu
kakinya dihubung menjadi satu ke sumber arus dan kedua kaki yang lain dihubungkan ke beban
yang berbeda. Dasar pembagian arus secara teori dapat dilihat pada contoh rangkaian berikut.
Rangkaian diatas adalah contoh sederhana untuk memahami pembagian arus listrik. Dari
rangaian diatas terlihat bahwa arus total (I) dibagi oleh rangkaian R1 dan R2 menjadi I1 dan
I2 dan dapat dituliskan dengan persamaan matematis sebagai berikut.

Rangkaian diatas adalah contoh sederhana untuk memahami pembagian arus listrik. Dari
rangaian diatas terlihat bahwa arus total (I) dibagi oleh rangkaian R1 dan R2 menjadi I1 dan
I2 dan dapat dituliskan dengan persamaan matematis sebagai berikut.

Dari persamaan diatas menunjukan bahwa arus terbagi menjadi 2 masing-masing I1 dan I2 yang
nilai dari I1 dan I2tersebut masing-masing sebanding dengan besarnya harga resistor R1 dan R2
yang dilewati arus tersebut. Arus yang mengalir pada R1 dan R2 sebanding dengan nilai
konduktansi (G) dari resistor, dimana konduktansi (G) adalah :
Sehingga besarnya I1 dan I2 dapat dituliskan sebagai berikut :

Resistor Pada Rangkaian Sumber Tegangan AC


Dari beberapa jenis rangkaian yang sudah disampaikan diatas, terdapat pula jenis tipe sumber
tegangan yang kita kenal sebagai sumber tegangan AC (Alternating Current) atau arus bolak
balik, yang mana polaritas tegangan bergantian dari positif ke negatif dan kembali lagi dari
waktu ke waktu. Bentuk osilasi dari sulpay tegangan AC mengalir dalam bentuk gelombang
sinusoidal. Oleh karena itu tegangan sinusoidal dapat didefinisikan sebagai V(t) =Vmax sin ωt.

Ketika menggunakan resistor murni pada rangkaian AC yang memiliki nilai-nilai induktan atau
kapasitansi yang dapat diabaikan, maka prinsipnya adalah sama dengan Hukum Ohm untuk
aturan perhitungan tegangan, arus dan daya (power) pada rangkaian (bahkan untuk Hukum
Kirchoff) seperti pada rangkaian DC.

Hal yang membedakan pada rangkaian AC adalah adanya rms (root mean square) atau
kuantitas "peak to peak" .
Ketika rangkaian bekerja pada sumber AC, tegangan dan arus listrik biasanya hanya
menggunakan nilai "rms" untuk menghindari kebingungan antara dengan menggunakan sumber
tegangan DC. Dan juga simbol skematik dari sumber tegangan AC dan DC yang digunakan
mendefinisikan masing-masing.

Berikut ini simbol yang merepresentasikan perbedaan antara Rangkaian Resistor dengan sumber
tegangan AC dan DC

Resistor adalah komponen pasif, dimana komponen inii tidak memproduksi atau menyerap
energi listrik, tetapi mengkonversi atau merubah energi menjadi panas. Pada rangkaian DC
dengan rasio tegangan liniear ke arus listrik pada sebuah resistor disebut
dengan Resistansi. Namun dalam rangkaian AC, rasio tegangan ke arus lisrtik tergantung pada
frekuensi dan perbedaan fase atau sudut fase (φ) dari sumber tegangan tersebut.

Jadi ketika menggunakan resistor pada rangkaian AC, terdapat istiah Impedansi dengan
simbol Z yang biasanya digunakan dan kita dapat mengatakan nilai Resistansi DC =
Impedansi AC,
R=Z

Hal yang penting yang harus di ketahui adalah ketika menggunakan resistor pada rangkaian AC,
arah dari arus mengalir pada kedua kutub yang saling bergantian (bolak baik) tidak terpengaruh
pada perilaku resistor yang akan naik dan jatuh sebagai tegangan naik dan tegangan jatuh.
Arus listrik dan tegangan listrik yang mencapai maksimum dapat jatuh diantara nol dan
mencapai minimum pada waktu yang sama. Naik dan turun secara bersamaan secara simultan
dan ini dikatakan sebagai beda "Phaseatau fasa" seperti gambar dibawah :

Anda mungkin juga menyukai