2. Nataya Azzahra/101322159
Kelas : PE 2C-1
II. PENDAHULUAN
2.1 Tujuan
1. Menghitung sudut dengan menggunakan cos 𝜃 terhadap grafik,
2. Menghitung Vmax dan Vrms pada tegangan 2 volt,
3. Menghitung Reaktansi Kapasitif pada Rangkaian RC yang diberi tegangan 2 volt,
4. Menghitung Impedansi Total pada Rangkaian RC yang diberi tegangan 2 volt.
Tentang prinsip kerja osiloskop, Agarwal dan Lang (2010) menjelaskan bahwa
osiloskop bekerja dengan menangkap sinyal listrik dari sumbernya dan menampilkan
sinyal tersebut pada layar dalam bentuk grafik. Osiloskop menggunakan tabung sinar
katode (cathode ray tube/ CRT) yang menghasilkan sinar elektron yang dipantulkan
pada layar untuk membuat gambar sinyal. Sinar elektron pada osiloskop dikendalikan
oleh medan listrik yang dihasilkan oleh penguat vertikal dan horizontal pada osiloskop
(Agarwal & Lang, 2010). Dalam hal ini, pengendalian sinar elektron pada osiloskop
adalah salah satu aspek penting dalam pembuatan gambar sinyal yang akurat dan jelas.
Osiloskop dapat digunakan untuk melihat karakteristik sinyal, seperti frekuensi,
amplitudo, dan fase, serta untuk menganalisis dan memperbaiki kerusakan pada sirkuit
elektronik (Horowitz & Hill, 2015). Smith (1998) juga menjelaskan bahwa osiloskop
merupakan alat ukur yang sangat penting dalam bidang teknik elektro karena dapat
memberikan informasi visual yang detail tentang sinyal listrik.
Gambar 1. Osiloskop
Pada rangkaian RC, daya efektif (RMS) adalah besaran yang menggambarkan
besarnya daya rata-rata yang dihasilkan pada suatu rangkaian yang memuat resistor dan
kapasitor. Daya efektif pada rangkaian RC dapat dihitung menggunakan rumus daya
efektif sebagai berikut: P = Vrms × Irms × cos θ (Sadiku, 2011).
Nilai tegangan dan arus dalam rangkaian RC adalah tidak searah atau AC,
sehingga daya yang diterima oleh resistor tidak selalu seluruhnya diubah menjadi panas
pada resistor, melainkan sebagian besar disimpan dalam kapasitor. Oleh karena itu,
daya efektif pada rangkaian RC lebih kecil dibandingkan dengan daya yang diterima
pada resistor, dan besarnya tergantung pada konstanta waktu pada rangkaian (Karris,
2014).
Pada dasarnya, resistor berperan untuk menahan arus listrik yang mengalir
dalam rangkaian dengan nilai resistansi yang dimilikinya. Hal ini menyebabkan arus
yang mengalir pada rangkaian tersebut memiliki amplitudo dan fase yang sama dengan
tegangan sumber yang diberikan. Dengan demikian, tegangan dan arus pada rangkaian
resistor-sumber memiliki sudut fasa yang sama.
Pemahaman ini dapat dijelaskan melalui hukum Ohm, yang menyatakan bahwa
arus yang mengalir pada sebuah resistor akan berbanding lurus dengan nilai tegangan
sumber dan berbanding terbalik dengan nilai resistansi pada rangkaian tersebut.
Dengan demikian, jika nilai resistansi pada rangkaian tidak berubah, maka nilai arus
dan tegangan pada rangkaian juga akan memiliki sudut fasa yang sama.
Gambar 2. (a) Rangkaian kapasitor RC dan (b) Grafik perbedaan fasa arus dan tegangan
Tegangan dan arus memiliki sudut fasa yang berbeda dan ditentukan oleh nilai
frekuensi sinyal yang diberikan (Kuo, 1995). Grafik tegangan dan arus pada rangkaian
RC membentuk sudut fasa yang berbeda, yang disebabkan oleh respons dinamis
kapasitor terhadap perubahan tegangan dan frekuensi sinyal. Pada rangkaian RC,
tegangan dan arus memiliki sudut fasa yang berbeda karena adanya perbedaan dalam
respons dinamis kapasitor dan resistor terhadap sinyal listrik yang diberikan. Kapasitor
dalam rangkaian RC dapat menyimpan muatan listrik dan menghasilkan respons
dinamis yang berbeda terhadap perubahan tegangan dibandingkan dengan resistor.
Hal ini menyebabkan tegangan dan arus pada rangkaian RC memiliki sudut fasa
yang berbeda, di mana sudut fasa ini tergantung pada nilai frekuensi sinyal yang
diberikan. Pada frekuensi rendah, kapasitor akan memungkinkan arus mengalir dengan
mudah, sehingga sudut fasa antara tegangan dan arus kecil. Namun, pada frekuensi
tinggi, kapasitor tidak dapat mengisi diri secara efektif, sehingga sudut fasa antara
tegangan dan arus lebih besar.
Gambar 3. (a) Rangkaian kapasitor RC dan (b) Grafik perbedaan fasa arus dan tegangan
2.3 Daftar Peralatan
Pengolahan Data
XC (𝝎 = 𝟐𝝅𝒇)
1 1
𝑋𝑐 = 𝜔𝐶 = 2𝜋×50,00 𝐻𝑧×5×10−6 𝐹 = 636,61 Ω
COS 𝜽
𝑅 50Ω
𝐶𝑂𝑆𝜃 = 𝑍 = 636,61Ω = 0,078
Peff
𝑉𝑅𝑟𝑚𝑠 2 0,01952
𝑒𝑓𝑓 = = = 7,605 × 10−4 𝜔
𝑅 50
IV. PEMBAHASAN
Hal ini mengindikasikan bahwa tegangan sumber Vs sama dengan jumlah tegangan resistif
(VR) dan tegangan kapasitif (Vc) dalam rangkaian. Selain itu, diagram fasor dapat
memberikan informasi tentang fase sudut relatif antara tegangan Vs, VR, dan Vc. Fase
sudut relatif ini penting karena dapat mempengaruhi kinerja rangkaian listrik AC, seperti
arus yang mengalir dalam rangkaian. Dalam diagram fasor, Vs, VR, dan Vc dapat
digambarkan sebagai panjang vektor yang memiliki arah dan fase sudut tertentu. Hubungan
antara ketiganya dapat ditinjau melalui perbandingan panjang dan arah vektor tersebut.
Secara umum, jika kita menambahkan Vc dan VR secara vektor, maka hasilnya akan sama
dengan Vs secara vektor. Artinya, Vs, VR, dan Vc membentuk segitiga yang disebut
segitiga fasor. Dalam segitiga fasor, Vs adalah garis miring atau hipotenusa segitiga,
sedangkan VR dan Vc adalah dua sisi lainnya. Sudut antara Vs dan VR disebut sebagai
sudut fase resistif, sedangkan sudut antara Vs dan Vc disebut sebagai sudut fase kapasitif.
Dari segitiga fasor tersebut, kita dapat mengetahui hubungan antara Vs, VR, dan Vc
melalui rumus trigonometri seperti sin, cos, atau tan. Secara umum, jika sudut fase resistif
dan kapasitif diketahui, maka kita dapat menentukan besarnya masing-masing tegangan
VR dan Vc. Dalam hal ini, nilai Vs akan tetap konstan dan sama dengan panjang hipotenusa
segitiga fasor.
Dalam rangkaian listrik AC (arus bolak-balik), perbedaan fasa antara tegangan pada
resistor dan kapasitor dapat terjadi karena karakteristik resistif dan kapasitif dari kedua
elemen tersebut. Tegangan pada resistor selalu dalam fase yang sama dengan arus yang
mengalir melalui resistor. Ini berarti bahwa perbedaan fasa antara tegangan pada resistor
dengan arus yang mengalir melalui resistor selalu 0 derajat. Namun, pada kapasitor, arus
yang mengalir melalui kapasitor akan selalu mendahului tegangan yang dihasilkan pada
kapasitor dalam hal fase. Ini berarti perbedaan fasa antara tegangan pada kapasitor dengan
arus yang mengalir melalui kapasitor selalu lebih besar dari 0 derajat. Perbedaan fasa antara
tegangan pada kapasitor dengan arus yang mengalir melalui kapasitor dinyatakan dalam
satuan fase kapasitif atau sudut fase kapasitif. Ini menunjukkan bahwa tegangan pada
kapasitor akan terjadi lebih lambat daripada arus yang mengalir melalui kapasitor.
Sebaliknya, pada resistor, tegangan dan arus berada pada fase yang sama dan tidak ada
perbedaan fase antara keduanya. Perbedaan fasa antara tegangan pada kapasitor dengan
arus yang mengalir melalui kapasitor dapat diukur dan dinyatakan dalam diagram fasor.
Pada diagram fasor, tegangan pada kapasitor dan arus yang mengalir melalui kapasitor
dapat digambarkan sebagai vektor dengan arah dan fase sudut tertentu. Panjang vektor
menunjukkan amplitudo dari masing-masing tegangan atau arus. Dalam diagram fasor,
perbedaan fasa antara tegangan pada kapasitor dan arus yang mengalir melalui kapasitor
dinyatakan sebagai sudut fase kapasitif yang besar. Sedangkan pada resistor, tidak ada
perbedaan fase antara tegangan dan arus, sehingga sudut fase resistif adalah 0 derajat.
Daya efektif adalah ukuran rata-rata daya yang digunakan dalam sebuah sirkuit
listrik AC (arus bolak-balik) dalam satu siklus. Daya efektif dinyatakan dalam satuan Watt
(W). Dalam sirkuit listrik AC, arus dan tegangan yang mengalir melalui kawat berubah
arah dan besarnya terus menerus dalam satu siklus. Karena besarnya arus dan tegangan
terus berubah-ubah, maka daya yang dihasilkan juga berubah-ubah sepanjang waktu.
Namun, untuk keperluan praktis, seperti untuk menghitung konsumsi daya listrik pada
rumah atau gedung, maka digunakanlah konsep daya efektif. Daya efektif merupakan nilai
rata-rata kuadrat dari daya selama satu siklus. Artinya, daya efektif menggambarkan
besarnya daya yang benar-benar digunakan pada sirkuit listrik AC. Dalam persamaan
matematika, daya efektif (P) didefinisikan sebagai akar kuadrat dari nilai rata-rata kuadrat
(RMS) dari daya (P): P = √(P²), Di mana P adalah daya dalam satu siklus. Secara umum,
nilai daya efektif yang lebih besar menunjukkan bahwa sirkuit listrik AC sedang
mengonsumsi daya yang lebih besar. Oleh karena itu, pemahaman tentang konsep daya
efektif penting dalam merancang dan menghitung kebutuhan daya listrik pada berbagai
aplikasi, seperti peralatan rumah tangga, industri, dan lainnya.
V. KESIMPULAN
1. Sudut yang diperoleh pada percobaan Tegangan pada rangkaian RC adalah 0,078 dan
jika diinverskan, 𝑐𝑜𝑠 −1 0,078 adalah 95,02°,
2. Pada kedua percobaan dengan sumber tegangan sebesar 2 volt didapatkan 𝑉𝑠𝑚𝑎𝑥 dan
𝑉𝑠𝑟𝑚𝑠 secara berturut-turut 3,12 volt dan 2,206 volt, kemudian tegangan pada resistor
didapatkan 𝑉𝑅𝑚𝑎𝑥 dan 𝑉𝑅𝑟𝑚𝑠 secara berturut-turut adalah 0,276 volt dan 0,195 volt
dan tegangan pada kapasitor didapatkan 𝑉𝐶𝑚𝑎𝑥 dan 𝑉𝐶𝑟𝑚𝑠 secara berturut-turut adalah
3,16 volt dan 2,23 volt,
3. Reaksi kapasitansi yang didapat pada percobaan tegangan pada rankaian RC ini
adalah sebesar 636,61 Ω,
4. Impedansi total yang didapatkan dari hasl percobaan ini dengan memasukkan data-
data yang ada kedalam reaksi didapatkan impedansi total sebesar 638,57 Ω.
VI. REFERENSI
Agarwal, R. C., & Lang, J. H. (2010). Foundations of Analog and Digital Electronic
Circuits. Morgan Kaufmann.
Horowitz, P., & Hill, W. (2015). The Art of Electronics. Cambridge University Press.
Kuo, F. F. (1995). Network analysis and synthesis: A modern systems theory approach.
John Wiley & Sons.
Smith, K. (1998). The Scientist and Engineer's Guide to Digital Signal Processing.
California Technical Publishing.
VII. LAMPIRAN