Anda di halaman 1dari 44

Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

MODUL 1 : MULTIMETER DAN ARUS DC

1.1. TUJUAN
1. Mengetahui cara menggunakan multimeter untuk mengukur resistansi,
tegangan dan kuat arus dc
2. Membuktikan Teorema Thevenin
3. Membuktikan Teorema Transfer Daya Maksimum

1.2. TEORI
1.2.1. Multimeter
Multimeter adalah alat untuk mengukur beberapa besaran listrik, terutama
arus (amperemeter, disingkat: ammeter), tegangan (voltmeter), dan resistansi
(ohmmeter), sehingga sering juga disebut AVO-meter. Untuk memilih salah satu
dari ketiga alat ukur itu digunakan tombol pemilih (selector). Ketika mengukur
resistansi, komponen yang hendak diukur harus terputus dari catudaya maupun
dari komponen lain yang paralel terhadap komponen tersebut. Ohmmeter
dipasang paralel terhadap komponen, tetapi polaritas konektor ohmmeter-nya
boleh sembarang. Ketika mengukur tegangan, voltmeter dipasang paralel
terhadap komponen yang diukur; sedangkan ketika mengukur arus, ammeter
dipasang seri terhadap komponen yang diukur. Dalam hal ini, polaritas konektor
voltmeter dan ammeter harus diperhatikan (jangan terbalik!).
Untuk ketiga pengukuran tersebut di atas, gunakanlah rentang
maksimumnya terlebih dahulu, kemudian diturunkan sesuai kebutuhan untuk
mendapatkan pembacaan hasil ukur yang jelas/sensitif. Pengukuran dapat dilihat
pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Pengukuran resistansi, tegangan dan arus dc

1.2.2. Teorema Thevenin


Teorema Thevenin merupakan teorema penyederhanaan suatu rangkaian
yang rumit (a complex circuit) menjadi rangkaian sederhana. Teorema ini
menyatakan bahwa sebarang rangkaian dua-terminal yang terdiri atas sejumlah
resistor dan sumber tegangan dapat digantikan (atau setara) dengan sebuah
resistor tunggal ( ) yang dihubungkan secara seri dengan sebuah sumber
tegangan tunggal ( ).

1
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

Perhatikan rangkaian tertutup (rangkaian dengan beban ) pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Rangkaian tertutup dengan resistansi beban

Rangkaian setara Thevenin ditentukan ketika rangkaian tersebut dalam


keadaan terbuka (open) alias tanpa beban ( ), seperti ditunjukkan pada
Gambar 1.3.

Gambar 1.3 (a) Rangkaian terbuka, dan (b) rangkaian setara Thevenin

Pada saat rangkaian terbuka, tegangan keluarannya, yaitu ( )


disebut tegangan setara Thevenin ( ). Jadi,
(1)
merupakan simbol untuk tegangan keluaran terbuka, atau open.
Resistansi setara Thevenin ( ) sama dengan pada saat rangkaian itu
terbuka dan tegangan sumbernya nol (yang diperoleh dengan menghubung-
singkat sumber tegangannya).
Ketika rangkaian Thevenin itu dihubungkan dengan rangkaian beban yang
resistansinya (Gambar 1.2), maka pada rangkaian tersebut mengalir arus beban
( ), dan tegangan keluarannya kini turun menjadi [ = tegangan keluaran
tertutup, close, yang juga sama dengan tegangan beban, ].
Hubungan dan ditunjukkan oleh Persamaan. (2):
(2)
Di mana

1.2.3. Teorema Transfer Daya Maksimum


Ketika resistansi beban atau ketika , daya beban ( )
menjadi nol. Menurut teorema Transfer Daya Maksimum, daya beban menjadi
maksimum ketika . Daya beban ( ) dihitung menurut Persamaan
(3)
2
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

1.3. TUGAS PENDAHULUAN


1.3.1. Multimeter
a. Kenapa ohmmeter memiliki skala yang tak-linier? Jelaskan!
b. Jika sebuah resistor memiliki kode warna kuning-violet-merah-perak, lalu
anda ukur resistansinya dengan ohmmeter dan ternyata hasilnya ,
salahkah hasil pengukuran tersebut? Kenapa?
c. Misalkan untuk melakukan percobaan berdasarkan Gambar 1.4, anda tidak
memiliki catudaya variabel, melainkan catudaya tetap dan potensiometer
(resistor variabel). Bagaimana caranya agar percobaan tersebut tetap dapat
dilakukan?

Gambar 1.4 Pengukuran tegangan dan arus dc

1.3.2. Teorema Thevenin


Perhatikan gambar rangkaian berikut ini.

Gambar 1.5: Rangkaian tertutup dengan beban RL

Berdasarkan Gambar 1.5, lakukanlah tugas berikut:


1. Hitunglah tegangan setara Thevenin ( ) rangkaian tersebut.
2. Hitunglah resistansi setara Thevenin ( ) rangkaian tersebut.
3. Gambarkan rangkaian setara Thevenin beserta bebannya.
4. Hitunglah tegangan beban ( )
5. Hitunglah arus beban ( )
6. Tunjukkan bahwa ketika resistansi beban atau ketika , daya
beban ( ) menjadi nol. Tunjukkan pula bahwa daya beban menjadi
maksimum ketika .

3
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

1.3.3. Teorema Transfer Daya Maksimum

Gambar 1.6 Rangkaian transfer daya maksimum

Berdasarkan Gambar 1.6, gambarkanlah rangkaian Thevenin-nya (lengkap


dengan nilai-nilai VTH dan RTH) beserta beban RL, lalu lakukanlah tugas berikut:
1. Tuliskanlah rumus untuk menghitung
2. Tuliskanlah rumus untuk menghitung
3. Tuliskanlah rumus untuk menghitung
4. Tunjukkan bahwa ketika resistansi beban atau ketika , daya
beban (PL) menjadi nol. Tunjukkan pula bahwa daya beban menjadi
maksimum ketika .
5. Berdasarkan rumus pada poin-poin 1, 2, dan 3, isilah Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Daya beban secara teoritis
RL ( ) VL (volt) IL (mA) PL (mW)
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
Berdasarkan tabel di atas, berapakah nilai RL yang menghasilkan VL maksimum?

1.4. ALAT DAN KOMPONEN


1. Multimeter analog (2)
2. Catu daya 10 Vdc (1)
3. Resistor tetap: 300 (2), 560 (2), 820 (1), 1,2 k ), dan 3,3 k )
4. Resistor variable atau potensiometer: 10 k (1) dan 100 k (1)
5. Papan rangkaian (breadboard) (1)
6. Jumper (sesuai kebutuhan)

4
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

1.5. PROSEDUR PERCOBAAN


Percobaan 1: Pengukuran resistansi, tegangan, dan arus dc
1. Atur tombol selector pada multimeter analog untuk memilih ohmmeter
2. Kalibrasi ohmmeter agar tepat menunjuk skala nol (ketika kedua probe-nya
dihubungsingkat) dan skala tak-hingga (ketika kedua probe-nya tidak
dihubungkan ke manapun)
3. Catatlah kode warna resistor (diberikan oleh asisten), lalu ukurlah
resistansinya dengan ohmmeter dan catat hasilnya.
4. Dengan resistor yang diberikan asisten itu, rakitlah rangkaian berdasarkan
Gambar 1.4 pada papan rangkaian (breadboard).
5. Catatlah tegangan sumber (VS), tegangan resistor (V), dan arus yang melalui
resistor (I) pada Tabel 2.
6. Dengan mengubahlah nilai tegangan sumber (ditentukan oleh asisten),
lakukan prosedur yang sama seperti pada langkah 5.
Percobaan 2: Pembuktian teorema Thevenin
1. Rakitlah rangkaian seperti pada Gambar 1.5.
2. Lepaskan resistansi beban RL, lalu ukur tegangan keluaran VAB. Nilai ini
adalah nilai VTH.
3. Lepaskan catudaya dari rangkaian dan posisinya digantikan dengan sebuah
kawat konduktor (jumper) untuk hubungan-singkat, lalu ukur resistansi antara
titik a dan titik b. Nilai ini dicatat sebagai nilai RTH.
4. Hubungkan kembali catudaya 10 Vdc dan resistor beban RL = 1,2 k ke
rangkaian seperti pada Gambar 5, lalu ukur tegangan beban VL dan arus beban
IL [Ingat: Untuk mengukur VL, voltmeter harus dihubungkan ke RL secara
paralel, dan untuk mengukur IL , ammeter harus dihubungkan ke RL secara
seri.] Catat hasil pengukuran tersebut pada Lembar Data.
5. Gantilah resistor beban dengan RL = 3,3 k lalu ulangi pengukuran tegangan
beban VL dan arus beban IL. Catat hasil pengukurannya pada Lembar Data.
Percobaan 3: Pembuktian teorema Transfer Daya Maksimum
1. Rakitlah rangkaian seperti pada Gambar 1.6.
2. Lepaskan RL dari rangkaian, lalu atur/putar sedemikian sehingga nilai
resistansinya 200 .
3. Pasang/hubungkan kembali ke rangkaian, lalu ukurlah tegangan keluaran VAB
( = VL) dan arus beban IL dan catat hasilnya pada Tabel 2.
4. Ulangi langkah 2 dan 3 untuk nilai-nilai RL seperti pada Tabel 3.

1.6. PEMBAHASAN
1.6.1. Pengukuran Resistansi, tegangan, dan arus dc
1. Bandingkanlah nilai resistansi yang anda peroleh secara teoritis (berdasarkan
kode warna) dan secara praktik (hasil pengukuran langsung dengan
ohmmeter.)
5
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

2. Buatlah grafik I-V pada kertas millimeter berdasarkan Tabel 1.2, Lalu
tentukanlah kemiringan (slope) grafik tersebut. Bandingkan hasilnya dengan
nilai 1/R yang diperoleh dari hasil pengukuran pada poin a.
3. Buatlah kesimpulan berdasarkan apa yang anda peroleh dari Percobaan 1.

1.6.2. Pembuktian Teorema Thevenin


1. Hitunglah persentase kesalahan atau simpangan (error) antara nilai VTH yang
diperoleh secara teoritis dan nilai VTH secara praktik.
2. Lakukan hal yang serupa seperti pada poin 1 untuk nilai-nalai RTH, VL, dan IL
yang diperoleh secara teoritis dan secara praktik.
3. Jelaskan kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan terjadinya kesalahan
atau perbedaan tersebut.
4. Berdasarkan Percobaan 2, poin 2, 4, dan 5, apa yang dapat anda jelaskan
tentang efek pembebanan (loading effect)?
5. Buatlah kesimpulan berdasarkan apa yang anda peroleh dari Percobaan 2.

1.6.3. Pembuktian Teorema Transfer Daya Maksimum


1. Gambarkanlah grafik PL vs RL pada kertas millimeter, baik secara teoritis
(Tabel 1) maupun secara praktik (Tabel 3).
2. Hitunglah persentase kesalahan antara nilai daya transfer maksimum yang
diperoleh secara teoritis dan secara praktik.
3. Jelaskan kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan terjadinya kesalahan
atau perbedaan tersebut.
4. Gambarkan pula grafik VL vs IL pada kertas millimeter, baik yang diperoleh
secara teoritis (Tabel 1.1) maupun secara praktik (Tabel 1.3). [Tempatkan
nilai-nilai IL pada sumbu horizontal dan VL pada sumbu vertikal.
5. Hitunglah kemiringan (slope) grafik tersebut dan bandingkan hasilnya dengan
nilai RTH.
6. Buatlah kesimpulan berdasarkan apa yang anda peroleh dari Percobaan 3.

1.7. LAMPIRAN

an
r
Gambar 1.7 Multimeter dan probe-nya Gambar 1.8 Contoh diagram skematik suatu
rangkaian dan koneksi rielnya pada breadboard
6
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

MODUL 2 : OSILOSKOP DAN SINYAL AC

2.1. TUJUAN
1. Mampu menggunakan osiloskop untuk pengamatan dan pengukuran tegangan
dan periode sinyal ac.
2. Mempelajari karakteristik rangkaian ac sederhana, khususnya tapis RC lolos-
rendah dan tapis RC lolos-tinggi.

2.2. TEORI
2.2.1. Osiloskop
Osiloskop merupakan instrument untuk mengamati osilasi melalui
pembentukan grafik tegangan terhadap waktu pada layer tabung sinar katoda
(cathode ray tube, CRT). Osiloskop dapat digunakan untuk menguji sinyal-sinyal
analog maupun digital.

Gambar 2.1 Osiloskop

Tombol-tombol pengontrol pada osiloskop


Nama tombol Fungsi
FOCUS untuk mengatur ketajaman gambar pada layar.
INTENS untuk mengatur kecerahan tampilan sinyal pada layar.
TR untuk mengatur agar sinyal osiloskop tepat horizontal ketika
belum terhubung dengan sinyal masukan. Tombol ini digunakan
hanya bila diperlukan, dan penyetelannya dengan menggunakan
obeng kecil.
X-POS untuk mengatur posisi sinyal dalam arah horizontal.
Y-POS untuk mengatur posisi sinyal dalam arah vertikal.
VOLTS/DIV untuk menentukan sensitivitas osiloskop dalam arah vertical
(tegangan/skala vertikal).
TIMES/DIV untuk menentukan sensitivitas osiloskop dalam arah horizontal
(waktu/skala horizontal).

7
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

TRIG INP untuk menstabilkan tampilan sinyal pada layer.


AC-GND- untuk memilih metode penggandengan masukan (the input coupling)
DC yang digunakan untuk menghubungkan suatu sinyal elektris dari satu
rangkaian ke rangkaian osiloskop. Penggandengan dapat di set ke
DC, AC, atau GND (ground).

(a) (b)
Gambar 2.2 Posisi sinyal pada (a) penggandengan DC, dan (b)
penggandengan ac

Penyiapan (setting up) osiloskop sebelum digunakan


1. Sebelum menyalakan osiloskop, pastikan semua pengontrol berada pada posisi
―normal‖. Itu berarti:
a. Semua saklar tombol tekan (push button switches) berada pada posisi
OUT.
b. Semua saklar geser (slide swiches) berada pada posisi UP.
c. Semua tombol putar (rotation controls) diposisikan di Tengah
(CENTRED).
d. Tombol-tombol VOLTS/DIV, TIMES/DIV, dan HOLD OFF berada pada
posisi terkalibrasi (CALposition).
2. Setelah itu, set tombol VOLTS/DIV ke 1 V/DIV dan tombol TIMES/DIV ke
0,2 s/DIV.

Gambar 2.3 Posisi pointer pada tombol VOLT/DIV dan tombol TIMES/DIV
3. Baru kemudian nyalakan osiloskop dengan menekan tombol Power ON.
Tunggu beberapa saat hingga sinyalnya muncul pada layar.
4. Gunakan tombol Y-POS untuk mengatur posisi sinyal (berupa garis
horizontal) agar tepat di tengah layar.
5. Atur tombol FOCUS untuk mendapatkan gambar sinyal yang tajam dan
tombol INTENS untuk mendapatkan gambar sinyal yang nyaman dilihat.
Apabila sinyalnya tidak horizontal, gunakan tombol TR untuk menyetelnya.
Cara mengkalibrasi osiloskop
―Mengkalibrasi‖ berarti mengatur tombol-tombol tegangan dan waktu
sedemikian sehingga osiloskop membaca amplitude (baca: tegangan) dan
frekuensi (baca: periode) sinyal dengan benar. Caranya:
8
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

1. Hubungkan probe osiloskop ke terminal keluaran kalibrasi 2 V, seperti


ditunjukkan pada Gambar 4.a, dan sinyal keluarannya seperti pada Gambar 4.b.

(a) (b)
Gambar 2.4 (a) Cara menghubungkan kanal 1 (CH1) ke terminal kalibrasi 2V
dan (b) sinyal keluarannya pada layar osiloskop
2. Set saklar geser DC-AC-GND ke posisi GND. Atur sinyal secara vertical dan
horizontal sehingga garis sinyal muncul di tengah layar.
3. Tempatkan saklar geser DC-AC-GND ke posisi DC, lalu set tombol
VOLTS/DIV ke 1 V. atur tombol sehingga amplitude sinyal dua kali skala utama
pada sumbu-Y.
4. Set tombol TIMES/DIV ke 10 ms, lalu atur tombol kalibrasi waktu sehingga
satu siklus gelombang tepat sama dengan dua kali skala utama pada sumbu-X.
[Catatan: Jika sinyalnya tidak stabil, stabilkan dengan tombol TRIGGER].
2.2.2. Probe
Probe lebih dari sekadar sebuah kabel dengan penjepit pada ujungnya.
Probe merupakan konektor berkualitas tinggi, yang dirancang untuk tidak
memungut (to pick up) noise dari gelombang radio dan jala-jala listrik (saluran
listrik PLN). Interaksi yang tak dapat dihindari antara probe dan osiloskop
terhadap rangkaian yang diuji disebut pembebanan rangkaian (circuit loading).
Untuk meminimalisir pembebanan rangkaian, anda mungkin akan menggunakan
probe (pasif) dengan pelemahan 10X. Probe dengan pelemahan 10X akan
meningkatkan ketepatan (accuracy) pengukuran anda, tetapi sekaligus juga
mengurangi amplitude sinyal yang tampak pada layar menjadi 10 kali lebih kecil.
Akibatnya, anda akan kesulitan melihat sinyal yang kurang dari 10 mV. Probe
dengan pelemahan 1 X serupa dengan probe dengan pelemahan 10 X, tetapi tanpa
rangkaian pelemah. Akibatnya, lebih banyak noise yang masuk ke rangkaian yang
diuji. Jadi, gunakanlah probe dengan pelemahan 10 X sebagai probe standars, dan
probe dengan pelemahan 1 X untuk mengukur sinyal-sinyal yang lemah.

9
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

Gambar 2.5 Skematik rangkaian probe dengan pelemahan 10X.


2.2.3. Pembangkit Fungsi
Pembangkit fungsi (function generator)—disebut juga pembangkit
frekuensi audio—(audio frequency generator) merupakan pembangkit sinyal
(signal generator) dengan rentang frekuensi 0,1 Hz hingga 1 MHz. Pembangkit
ini menggunakan sebuah osilator tipe free-running untuk menyediakan sejumlah
pilihan bentuk/fungsi gelombang—seperti: sinus, kotak (square), persegi
(rectangular), dan segitiga (triangle)—dalam sebuah instrumen tunggal.

Gambar 2.6 Pembangkit fungsi gelombang


2.2.4. Pengukuran Periode dan Tegangan Sinyal ac
Sinyal ac merupakan sinyal periodik, yaitu sinyal yang berulang dalam
selang waktu tertentu. Besaran-besaran sinyal yang dapat diukur ‖langsung‖
dengan osiloskop adalah perioda (T) dan tegangan puncak (Vp). Periode dapat
ditentukan dari ‖jumlah kotak (garis skala) periode pada sumbu horizontal‖
dikali dengan ‖faktor pengali‖ pada setting tombol TIMES/DIV-nya.

Gambar 2.7 Periode dan tegangan sinyal ac pada osiloskop


Dari data periode dapat ditentukan frekuensi:
(1)

10
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

Tegangan puncak (Vp) dapat ditentukan dari ‖jumlah kotak (garis skala)
tegangan pada sumbu vertikal‖ dikali dengan ‖faktor pengali‖ pada setting
tombol VOLTS/DIV-nya. Dari tegangan puncak Vp dapat ditentukan Vrms :
√ (2)
Kesalahan relatif pengukuran dapat ditentukan dengan rumus:

(3)

2.2.5. Tapis RC
Rangkaian RC seri dapat berperan sebagai tapis lolos rendah (low pass
filter) maupun tapis lolos tinggi (high pass filter), tergantung pada pengambilan
tegangan keluarannya (lihat Gambar merupakan rangkaian RC seri yang
meloloskan sinyal ac berfrekuensi rendah dan mereduksi amplitude sinyal itu
pada frekuensi-frekuensi di atas frekuensi tertentu.

Gambar 2.8 (a) Tapis lolos rendah, dan (b) tapis lolos tinggi.
Besar tegangan VR dan VC dapat ditentukan melalui persamaan 4 dan
persamaan 5.
| | (4)

| | (5)

Ingat bahwa VR dan VC selalu berbeda fasa sebesar 900. Ketika = 1, maka

(6)

dan beda fasa antara v dan i adalah 450. Pada saat itu frekuensinya
disebut frekuensi sudut atau frekuensi potong (cutoff frequency) tapis tersebut:
(7)

atau
(8)

Penguatan (atau pelemahan) tegangan:


(9)

Yang dalam decibel (dB) menjadi

11
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

(10)

Sudut fasa (phase angel) dapat dihitung dengan rumus:


𝑓
𝜙 arctan 𝑓 (11)
𝑐

2.3. TUGAS PENDAHULUAN


2.3.1. Pengukuran tegangan dc dengan osiloskop
1. Jelaskan prinsip kerja osiloskop (lengkapi dengan sketsa bagian-bagian
utamanya).
2. Sebuah osiloskop memiliki tegangan dc yang dihubungkan ke masukannya
dan memperlihatkan sapuan horizontal pada garis paling bawah di kotak layar
(the bottom graticule line) ketika saklar penggandengan masukan berada pada
posisi GND. Ketika penggandengan masukan diubah ke posisi DC, sapuan
horizontalnya bergerak ka atas sejauh 5,2 div (bagian). Jika sensitivitas
vertikal osiloskop itu di-set ke posisi 50 mV/div, berapakah tegangan dc yang
sedang diukur tsb?
2.3.2. Pengukuran tegangan dan periode sinyal ac
1. Dengan 10 kotak bujursangkar pada sumbu horizotalnya dan bintik cahaya
bergerak dengan laju 0.2 s/div, berapa lama waktu yang diperlukan bintik itu
melintasi layar?
2. Misalkan pengontrol SEC/DIV di-set ke 50 ms/div dan ―pelemahan 10x‖ pada
pengontrol horizontal osiloskop itu diaktifkan. Berapakah waktu yang
diperlukan untuk menyapu 10 bagian (div)?
3. Tentukanlah frekuensi bentuk gelombang di bawah ini, sebagaimana yang
ditampilkan oleh osiloskop dengan sensitivitas vertikal 2 volt/div dan timebase
0,5 ms/div.

Gambar 2.9 Contoh bentuk gelombang


2.3.3. Tapis pasif RC
1. Gambarkan sketsa grafik-grafik tanggapan frekuensi tapis lolos-rendah dan
tapis lolos-tinggi.
12
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

2. Tentukanlah frekuensi potong (cutoff frequency) rangkaian tapis RC, bila R =


2,2 kΩ dan C = 0,1 μF.
3. Berdasarkan Gambar 8, kenapa besar tegangan vR bila dijumlahkan dengan
besar tegangan VC hasilnya tidak sama dengan besar tegangan sumber Vs ?

2.4. ALAT DAN KOMPONEN


1. Osiloskop dua-kanal (1)
2. Pembangkit fungsi / pembangit sinyal audio (1)
3. Multimeter (1)
4. Baterai 1,5 Vdc (1)
5. Resistor tetap R = 2,2 k (1)
6. Kapasitor C = 0,1 F (1)
7. Papan rangkaian (breadboard) (1)
8. Jumper (sesuai kebutuhan)

2.5. PROSEDUR PERCOBAAN


Percobaan 1: Pengukuran tegangan DC (Pada percobaan ini digunakan kanal CH 1
saja):
1. Set saklar geser "DC-GND-AC" ke posisi GND.
2. Atur posisi vertikal sehingga sinyal (yang berupa garis horizontal) secara
vertikal tepat berada di tengah layar.
3. Set saklar geser "DC-GND-AC" ke posisi DC.
4. Putar secara penuh tombol merah ―VAR‖ (pengontrol tegangan variable)
searah jarum jam.
5. Ukurlah tegangan sebuah baterai 1,5 volt dengan voltmeter dc,
6. Ukur kembali tegangan baterai tersebut, tetapi dengan menggunakan
osiloskop; melalui kanal masukan CH1. Caranya: Buatlah sketsa posisi awal
sinyal osiloskop sebelum dihubungkan dengan baterai. Setelah dihubungkan
dengan baterai, hitung jumlah kotak (garis skala) pergeseran/simpangan
vertikal sinyal dc tersebut, lalu kalikan dengan nilai setting VOLTS/DIV-nya.
Catat hasil pengamatan anda pada Tabel 2.1 di Lembar Data. Variasi
pengukuran:
a. Ukur tegangan baterai untuk beberapa setting tombol VOLTS/DIV seperti
2.0 V/DIV, 1.0 V/DIV dan 0.5 V/DIV. Dari variasi setting tersebut, setting
mana yang terbaik untuk mengukur tegangan baterai 1,5 volt itu secara
akurat?
b. Perhatikan apa yang terjadi terhadap pengukuran tegangan tersebut jika
tombol merah ―VAR‖ tidak diputar penuh searah jarum jam?
c. Balikkanlah polaritas baterai anda, lalu ukur kembali tegangan baterai
tersebut. Apa yang terjadi di layar osiloskop?

13
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

Percobaan 2: Pengukuran tegangan dan periode sinyal AC


1. Kalibrasi osiloskop dengan terminal keluaran kalibrasi 2 V.
2. Hubungkan keluaran pembangkit sinyal/fungsi gelombang ke kanal CH 1
osiloskop dengan kabel BNC.
3. Set saklar geser ―DC-GND-AC‖ ke posisi AC, ―TRIGGER SOURCE‖ ke
trigger internal, dan ―MODE INT TRIG‖ ke CH 1.
4. Tekan tombol pembentuk gelombang sinusoidal yang terdapat pada
pembangkit fungsi.
5. Atur tombol TIME/DIV osiloskop ke nilai 1 ms, dan tombol VOLT/DIV-nya
ke nilai 0,5 V.
6. Atur frekuensi pembangkit sinyal ke nilai 1 kHz, tingkat keluaran ke nilai 0
dB, dan amplitude sinyal ke nilai 1 V.
7. Ukur tegangan sinyal dengan menggunakan voltmeter ac (atau multimeter ac).
Catat hasilnya (lengkap dengan satuannya) pada Tabel 2.3 di Lembar Data.
8. Catat tegangan puncak (Vp) dan periode sinyal (T) yang terbaca di layar
osiloskop, lengkap dengan satuannya, pada Tabel 3 di Lembar Data.
9. Ulangi langkah 7 untuk sinyal dengan frekuensi 2 kHz, 4 kHz, 6 kHz, dan 10
kHz.

Percobaan 3: Tapis pasif RC


Tapis pasif RC Lolos-rendah
1. Rakitlah rangkaian seperti pada Gambar 2.8a, dengan R = 2,2 kΩ dan C = 0,1
μF.
2. Dari nilai R dan C tersebut, hitung nilai fc.
3. Gunakan kanal CH 1 untuk mengamati sinyal tegangan masukan (Vi) dan
kanal CH 2 untuk sinyal tegangan keluaran (Vo)
4. Bentuklah sinyal sinusoidal dari pembangkit sinyal dengan tegangan sebesar 2
Vpp dan frekuensi 0,01 fc .
5. Catatlah nilai Vi dan Vo yang terbaca di layar osiloskop pada Tabel 2.4 di
lembar Jurnal.
6. Ulangi langkah 4 dan langkah 5 untuk nilai-nilai 0,1 fc, fc , 10 fc , dan 100 fc

Tapis pasif RC Lolos-tinggi


1. Rakitlah rangkaian seperti pada Gambar 2.8b, dengan R = 2,2 kΩ dan C = 0,1
μF.
2. Lakukanlah langkah-langkah serupa seperti pada percobaan Tapis pasif RC
Lolos-rendah.

14
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

2.6. TUGAS LAPORAN


2.6.1. Pengukuran tegangan DC
a. Bandingkanlah nilai tegangan baterai yang diukur dengan voltmeter dc dan
dengan osiloskop.
b. Di antara setting VOLTS/DIV berikut ini, 2.0 V/DIV, 1.0 V/DIV dan 0.5
V/DIV, mana yang terbaik untuk mengukur tegangan baterai 1,5 volt secara
akurat?Kenapa?
c. Apa yang dapat anda simpulkan dari Percobaan 1?

2.6.2. Pengukuran tegangan dan periode sinyal AC


a. Hitunglah persentase kesalahan relatif antara nilai-nilai frekuensi yang
dihasilkan pembangkit fungsi dan freluensi yang diperoleh dengan
menggunakan osiloskop. Pada frekuensi berapakah persentase kesalahan
relatif-nya maksimum?
b. Berdasarkan data tegangan puncak yang diperoleh dari pembacaan osiloskop,
hitunglah Vrms-nya masing-masing, lalu tentukanlah persentasi kesalahan
relatif maksimumnya.
2.6.3. Tapis Pasif RC
a. Hitunglah, fc, berdasarkan.
b. Gambarkanlah tanggapan amplitude (grafik A vs f) dan tanggapan fasa
(grafik ϕ vs f) pada kertas semilog, baik untuk tapis lolos-rendah maupun tapis
lolos-tinggi.
c. Pada frekuensi berapakah A (= Vo/Vi) bernilai ⁄√ ?
d. Gambarkanlah sebuah garis pada grafik A vs f pada nilai frekuensi potong
, dengan nilai-nilai R dan C yang digunakan pada Percobaan 3.
Apakah frekuensi ini cukup dekat dengan nilai ⁄√ ?

15
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

MODUL 3 : KARAKTERISTIK DIODA

3.1. TUJUAN
1. Menyelidiki karakteristik statik (I-V) dioda
2. Menentukan tegangan ambang (threshold voltage) dioda
3. Mengamati karakteristik dioda dengan menggunakan osiloskop
4. Menghitung resistansi statik dan dinamik dioda

3.2. TEORI
Dioda merupakan piranti elektronika yang terbentuk dari suatu
penyambungan material semikonduktor tipe-p dan tipe-n.
Bagian-p (the p-side) disebut anoda dan bagian-n disebut katoda.

(a) (b) (c)

Gambar 3.1 Dioda dalam bentuk (a) sesungguhnya, (b) skematik sambungan p-
n, dan (c) simbol.
Di sekitar sambungan p-n terdapat daerah deplesi yang menyebabkan
elektron bebas tidak dapat mengalir bila dioda belum mendapat tegangan panjar
maju (forward biased) yang besarnya melebihi suatu nilai tertentu yang disebut
tegangan ambang, tegangan penghalang, atau tegangan dioda (VD). Tegangan ini
besarnya (secara aproksimasi kedua) adalah sekitar 0,7 V (untuk silicon, Si) dan
0,3 V (untuk germanium, Ge). Pada saat dipanjar maju, resistansi diode menjadi
kecil (disebut resistansi panjar maju, RF), dan ketika dipanjar mundur (reverse
biased), resistansinya menjadi besar (disebut resistansi panjar mundur, RR).

(a) (b)
Gambar 3.2 Cara pemberian (a) panjar maju dan (b) panjar mundur pada
diode sambungan p-n.

16
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

Karakteristik dioda dapat diketahui melalui kurva karakteristiknya, yaitu


grafik hubungan antara arus dioda dan beda potensial di antara kedua ujung dioda
tersebut. Beberapa tipe dioda sengaja dirancang untuk bekerja dalam modus
panjar maju (contoh: dioda penyearah, LED), sementara beberapa tipe lainnya
bekerja dalam modus panjar mundur (contoh: dioda zener, fotodioda).

Gambar 3.3 Kurva karakteristik diode

Dioda memiliki batas arus maksimum yang diperbolehkan mengalir


melaluinya. Jika melebihi batas tersebut, dioda dapat mengalami kerusakan
(terbakar). Sebagai contoh, pada data sheet dioda 1N4001 tertulis arus maksimum
untuk panjar maju adalah Imaks = 1 A. Jika arus yang melalui dioda itu lebih besar
dari 1 A, maka dioda tersebut akan rusak. Untuk menghindari hal yang tak
diinginkan itu, dioda selalu dihubungkan secara seri dengan resistor. Resistor ini
berfungsi membatasi kuat arus yang mengalir melalui dioda.

Gambar 3.4 Resistor pembatas arus pada dioda yang dipanjar-maju

Arus yang mengalir melalui dioda sama besar dengan arus yang melalui
resistor (karena keduanya terhubung secara seri), dan besarnya diberikan oleh
(1)

17
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

3.3. TUGAS PENDAHULUAN


1. Kenapa pada saat dipanjar maju, resistansi dioda menjadi kecil, dan ketika
dipanjar mundur, resistansinya menjadi besar? Jelaskan.
2. Sebutkan 3 tingkat aproksimasi nilai tegangan ambang (tegangan dioda, VD).
3. Jika dioda yang digunakan pada Gambar 4 adalah dioda 1N4001, dan sumber
tegangannya adalah 2 buah baterai yang masing-masing bernilai 1,5 V,
berapakah nilai resistansi minimum resistor yang boleh digunakan agar dioda
tidak rusak (terbakar)?
4. Jelaskan prinsip kerja dioda zener.

3.4. ALAT DAN KOMPONEN


1. Multimeter digital (2)
2. Diode penyearah 1 A (1)
3. Diode zener (1)
4. Resistor tetap: R = 100 Ω, R = 1 kΩ dan R = 2,2 k Ω (masing-masing 1 buah)
5. Potensiometer 1 k Ω
6. Papan rangkaian (breadboard) (1)
7. Jumper (sesuai kebutuhan)

3.5. PROSEDUR PERCOBAAN


Percobaan 1: Resistansi Statik Dioda
1. Kalibrasi ohmmeter untuk memastikan simpangan jarum penunjuknya sudah
sesuai sebagaimana mestinya.
2. Perhatikan penanda pada salah satu ujung diode. [Jika diode itu tidak bertanda,
buatlah tanda sendiri, misalnya dengan sobekan kertas kecil, atau penanda
lainnya].
3. Tancapkan kedua kaki dioda pada breadboard (pastikan kedua kaki dioda ini
tidak terhubung singkat pada breadboard).
4. Ukur resistansi dioda dengan ohmmeter (lihat Gambar 5.a), dan catat hasilnya
pada Lembar Data.
5. Ukur resistansi dioda dengan ohmmeter (lihat Gambar 5.b), dan catat hasilnya
di Lembar Data.

18
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

Gambar 3.5 Koneksi dioda dan ohmmeter yang menunjukkan (a) resistansi
dioda rendah, dan (b) resistansi dioda tinggi.

Percobaan 2: Karakteristik Dioda


Dioda dengan panjar maju
1. Rakitlah rangkaian dioda seperti pada Gambar 3.6. Gunakan diode 1 A,
resistor R = 2,2 kΩ, sumber tegangan dc 10 volt, dan potensiometer 1 kΩ
(untuk membuat sumber tegangan variabel).

Gambar 3.6 Rangkaian untuk mengkarakterisasi dioda dengan panjar maju.


2. Atur/putar potensio sedemikian sehingga voltmeter VS’ menunjukkan nilai nol.
Catat pembacaan arus yang ditunjukkan ammeter A.
3. Ulangi langkah 2 untuk nilai-nilai pembacaan voltmeter VS’ berikut ini: 0,2 V;
0,4 V; 0,6 V; 0,8 V; 1,0 V; 1,2 V; 1,4 V; 1,6 V; dan 1,8 V. Catat pembacaan
arus yang ditunjukkan oleh ammeter A untuk masing-masing pembacaan nilai
tegangan VS’ tersebut.
4. Atur/putar potensio sedemikian sehingga voltmeter VS’ menunjukkan nilai 2
V, lalu ukur tegangan dan arus diode (VD dan ID).

19
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

Dioda dengan panjar mundur


1. Rakitlah rangkaian dioda seperti pada Gambar 3.7. Gunakan diode 1A,
resistor R = 1 kΩ, sumber tegangan dc 30 volt, dan potensiometer (untuk
membuat sumber tegangan variabel).

Gambar 3.7 Rangkaian untuk mengkarakterisasi dioda dengan panjar mundur


2. Atur/putar potensio sedemikian sehingga voltmeter VS’ menunjukkan nilai 5
V. Catat pembacaan arus yang ditunjukkan ammeter A.
3. Ulangi langkah 2 untuk nilai-nilai pembacaan voltmeter VS’ berikut ini: 10 V;
15 V; 20 V, 25 V, dan 30 V. Catat pembacaan ammeter A untuk masing-
masing pembacaan nilai tegangan VS’ tersebut.
Dioda Zener
1. Rakitlah rangkaian seperti pada Gambar 3.7, tetapi ganti diodanya dengan
diode zener dan resistor R = 100 Ω.
2. Atur/putar potensio sedemikian sehingga voltmeter VS’ menunjukkan nilai 2
V. Catat pembacaan arus yang ditunjukkan ammeter A.
3. Ulangi langkah 2 untuk nilai-nilai pembacaan voltmeter VS’ berikut ini: 3 V; 4
V; 5 V, 6 V, 7 V; 8 V; 9 V; 10 V; 11 V, dan 12 V. Catat pembacaan ammeter
A untuk masing-masing pembacaan nilai tegangan VS’ tersebut.
4. Pada saat VS’ menunjukkan 12 V, ukurlah tegangan diode zener (VZ). Catat
tegangan VZ dan arus IZ.

20
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

3.6. TUGAS LAPORAN

3.6.1. Resistansi Statik Dioda


a. Berdasarkan data yang diperoleh dari Percobaan 1, berapakah nilai resistansi
diode dalam modus panjar maju (RF), dan berapa pula nilai resistansinya
dalam modus panjar mundur (RR)?
b. Apakah nama kaki diode yang berpenanda tersebut (anoda atau katoda)?
Berikan argumentasi anda!

3.6.2. Karakterisasi Dioda


a. Pada kertas grafik millimeter, gambarkanlah grafik karakteristik (I-V) diode
―biasa‖ (penyearah) yang anda gunakan pada Percobaan 2.
b. Berdasarkan grafik tersebut perkirakanlah tegangan ambang diode itu (VD)
pada daerah panjar maju, dan arus saturasinya (IR-sat) pada daerah panjar
mundur.
c. Gambarkanlah garis beban dc pada grafik karakteristik (I-V) diode pada
daerah panjar maju, dan tentukanlah titik kerja rangkaian dioda tersebut.
d. Berdasarkan Tabel 3.2, hitunglah arus yang mengalir di dalam dioda pada
modus panjar maju, dan tentukanlah simpangan maksimum antara ID teoritis
(hasil perhitungan) dan ID praktik (hasil pengukuran).
e. Berdasarkan Percobaan 2 pada langkah 4, hitunglah RF = ( ), lalu bandingkan
hasilnya dengan RF yang diukur langsung pada Percobaan 1.
f. Buatlah kesimpulan berdasarkan apa yang anda peroleh dari Percobaan 2.

3.6.3. Karakterisasi Dioda Zener


a. Berdasarkan Tabel 3.3, gambarkanlah grafik I-V diode zener dalam daerah
panjar maju dan panjar mundur pada kertas millimeter.
b. Berdasarkan grafik tersebut perkirakanlah tegangan dadal diode zener (VZ)
yang digunakan pada Percobaan 3.
c. Berdasarkan Tabel 3.3, hitunglah VZ, lalu bandingkan hasilnya dengan hasil
pengukuran.

21
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

MODUL 4 : DIODA DAN CATU DAYA

4.1. TUJUAN
1. Mengamati dan mempelajari karakteristik rangkaian penyearah setengah
gelombang dan penyearah gelombang-penuh.
2. Mengamati pengaruh kapasitor terhadap sinyal keluaran penyearah.
3. Mengamati kinerja diode zener sebagai regulator tegangan.

4.2. TEORI
Hampir semua instrumen elektronik menggunakan catudaya arus searah
(direct current, dc), seperti baterai, aki (akumulator), atau adaptor. Baterai dan
aki biasanya dipakai untuk penggunaan alat elektronik dalam waktu yang tidak
terlalu lama, sebab energinya berasal dari reaksi kimia yang cepat habis. Lain
halnya dengan adaptor, yang juga menghasilkan tegangan dc, namun bersumber
dari pembangkit listrik arus bolakbalik (alternating current, ac). Tegangan ac
yang dihasilkan pembangkit ini umumnya berupa tegangan tinggi dengan arus
yang kuat (besar), sementara alat-alat elektronik beroperasi dengan tegangan yang
kecil dan berarus lemah. Untuk itu diperlukan piranti (device) penurun tegangan,
yaitu transformator step-down. Tegangan yang dihasilkan trafo step-down—
meskipun sudah rendah—masih berupa tegangan ac. Oleh sebab itu, diperlukan
piranti untuk mengubah tegangan ac ini menjadi tegangan dc, yaitu dioda
penyearah.
Ada dua macam rangkaian penyearah: penyearah setengah-gelombang
dan penyearah gelombangpenuh. Hanya saja, sinyal yang keluar dari rangkaian
penyearah ini belum dapat digunakan langsung ke instrumen elektronik karena
masih mengandung kerut (ripple) yang cukup besar. Untuk menghilangkan atau
mengurangi kerut ini digunakan kapasitor sebagai penapis (filter). Namun,
meskipun tegangan keluaran dari kapasitor sudah konstan, tegangan ini belum
stabil: tegangan beban berubah ketika resistansi bebannya berubah. Agar
tegangan keluarannya stabil pada suatu nilai tegangan tertentu, kita perlu
menggunakan penstabil atau regulator tegangan, yaitu komponen yang
mempertahankan tegangan beban nyaris konstan meskipun resistansi bebannya
berubah-ubah. Untuk keperluan ini kita dapat menggunakan dioda zener atau pun
regulator IC, seperti IC 7805 (untuk menghasilkan tegangan keluaran +5 V) atau
IC 7905 (untuk tegangan keluaran -5 V).

22
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

Gambar 5.1 Diagram blok catudaya DC teregulasi

4.2.1. Transformator
Tegangan ac dari PLN merupakan tegangan berbentuk fungsi sinus (yang
bila diamati dengan osiloskop, akan terlihat seperti pada Gambar 5.2) dengan
persamaan:
(1)
Tetapi, bila diukur dengan voltmeter ac, maka
yang terbaca adalah tegangan efektifnya (disebut
juga tegangan rms, Vrms):
(2)
Vp = tegangan puncak (peak). Nilai tegangan yang
Gambar 5.2 Tegangan sinusoidal
tertulis pada trafo menyatakan tegangan rms-nya.

Pada trafo, perbandingan jumlah lilitan kumparan primer (N1) dan


kumparan sekunder (N2) menyatakan perbandingan tegangan primer (V1) dan
tegangan sekundernya (V2).
(3)

Sedangkan untuk arus, nilainya berbanding


terbalik :
(4)

23
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

4.1.1. Penyearah setengah-gelombang


Tegangan keluaran trafo step-
down masih berupa tegangan ac. Untuk
mengubahnya menjadi tegangan dc, kita
gunakan dioda penyearah (Gambar
4.3a). Dengan osiloskop, terlihat
tegangan dc yang dihasilkan masih
bervariasi (varying dc), seperti Gambar 4.3a Penyearah setengah
ditunjukkan Gambar 3b, dengan gelombang
tegangan puncak:
( ) (5a)
Tetapi dengan voltmeter dc,
tegangan beban VL akan terbaca sebesar:
(5b) Gambar 4.3b Keluaran penyearah
dengan anggapan, dioda yang setengah gelombang
digunakan ideal (pendekatan pertama).
Periode sinyal keluarannya, diukur
dengan osiloskop, sama dengan periode
sinyal tegangan sumber.
(6)

4.1.2. Penyearah gelombang-penuh (dengan 2 dioda)


Dengan menggunakan trafo CT dan dua buah dioda, kita dapat membuat
rangkaian penyearah gelombangpenuh. Oleh karena titik sadap-tengahnya (CT)
di-ground-kan, maka tiap setengah kumparan sekunder mempunyai tegangan
sinusoidal dengan tegangan puncak hanya ½ VP2 . Bila dioda yang digunakan
dianggap ideal, maka tegangan keluaran dc-nya (= tegangan beban, VL)—diukur
dengan voltmeter dc—adalah
(7)

Dan periode sinyal keluarannya


sama dengan ½ x periode sinyal
tegangan sumber.
(8)
Gambar 4.4 Penyearah gelombang penuh dengan
dua dioda

24
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

4.1.1. Penyearah gelombang-penuh (dengan 4 dioada)


Oleh karena tegangan kumparan
sekunder diterapkan pada dioda-dioda
penghantar yang terhubung seri dengan
resistor beban, dan dioda dianggap
ideal, maka tegangan dc-nya (=
tegangan beban, VL) adalah
(9)
Gambar 4.5 Penyearah jembatan (empat
dioda)
(Nilai ini dua kali lebih besar dibandingkan dengan penyearah
gelombang-penuh yang menggunakan dua dioda seperti yang telah dibahas
sebelumnya), sedangkan periode sinyal keluarannya sama dengan ½ x periode
sinyal tegangan sumber.
(10)

Apabila kita menggunakan pendekatan kedua pada penyearah jembatan


ini, maka
( ) (11)
Hal ini disebabkan karena ada dua dioda yang menghantar selama tiap ½
siklus sinyal, sementara tegangan dioda (silikon) untuk pendekatan kedua adalah
VD = 0,7 volt.
4.1.2. Penyearah gelombang-penuh dengan tapis
Sinyal tegangan yang keluar dari
rangkaian penyearah masih memiliki
riak atau kerut (ripple). Dengan
menggunakan kapasitor, kerut ini dapat
dihilangkan atau dikurangi. Hubungan
tegangan kerut puncak-ke-puncak
dengan kapasitor dan resistansi beban
Gambar 4.6 Penyearah jembatan dengan
adalah:
kapasitor penapis
(12)
𝑓

= tegangan kerut puncak-ke-


puncak
= frekuensi sinyal gelombang kerut
= kapasitansi kapasitor
= tegangan puncak Gambar 4.7 Sinyal tegangan kerut puncak ke
= resistansi beban
puncak

25
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

Umumnya, perancang memilih nilai-nilai komponen rangkaian


sedemikian sehingga tegangan kerut rangkaian ini kurang dari 10% tegangan
beban.

4.1.3. Penyearah gelombang-penuh dengan tapis dan regulator zener


Tanpa diode zener,
tegangan keluaran catudaya
berpenapis ini belum stabil
(meskipun sudah
konstan/tak-berkerut);
tegangan keluaran catudaya
ini masih tergantung pada Gambar 4.8 Rangkaian catudaya dengan regulator zener
nilai resistansi beban.
Dengan diode zener, tegangan keluaran catudaya menjadi stabil alias
konstan (yaitu sebesar nilai tegangan zener, Vz), asalkan . Resistor Rs
diperlukan untuk membatasi besar arus yang mengalir melalui diode zener agar
tidak melebihi nilai maksimum yang dipebolehkan untuk diode tersebut.

4.2. TUGAS PENDAHULUAN


1. Jelaskanlah prinsip kerja transformator step-down.
2. Bisakah transformator bekerja dengan sumber tegangan berupa baterai atau aki
(akumulator)? Kenapa?
3. Sebutkanlah kelebihan dan kekurangan trafo dengan CT dan tanpa CT!
4. Kenapa pada percobaan catudaya ini kita menggunakan dioda 1N4004 (dan
bukan 1N4001)?
5. Apa pengaruh nilai kapasitor penapis C dan resistor beban RL terhadap
perubahan tegangan kerut Vrpp?
6. Sebutkanlah komponen lain selain dioda zener yang dapat (dan sering)
digunakan sebagai regulator tegangan!
7. Gambarkanlah bentuk riel (sesungguhnya) penempatan probe positif (kait
panjang) dan probe negatif (kait pendek) dari osiloskop untuk mengukur v2,
Va, dan VL berdasarkan Gambar 4.8.

4.3. ALAT DAN KOMPONEN


1. Transformator CT dan transformator tanpa CT (masing-masing 1 buah)
2. Osiloskop (1)
3. Multimeter digital (1)
4. Diode 1N4004 (4)
5. Diode zener (1)

26
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

6. Resistor tetap: , dan (masing-masing 1


buah)
7. Kapasitor dan (masing-masing 1 buah)
8. Papan rangkaian (breadboard) (1)
9. Kertas grafik milimeter
10. Jumper (sesuai kebutuhan)

4.4. PROSEDUR PERCOBAAN


Percobaan 1 : Penyearah Setengah-gelombang
1. Sebelum dihubungkan ke sumber tegangan PLN 220 V ac, rakitlah rangkaian
pada papan rangkaian (breadboard) seperti pada Gambar 4.3a. Gunakan:
- Trafo step-down dengan masukan berupa tegangan PLN 220 V rms
(gunakan titik terminal ―0 V‖ dan ―220 V‖ yang tertera pada kumparan
primer) dan tegangan keluaran 12 V rms (yaitu terminal ―0 V‖ dan ―12 V‖
pada kumparan sekunder).
- Diode daya (power diode) 1N4004
- Resistor beban
- Jika nilai arus sekunder yang tertera pada trafo yang digunakan lebih besar
dari 0,5 A, gunakan sekring (fuse) 0,5 A sebagai pengaman. [Jika terjadi
hubungan singkat (short-circuit), sekring ini akan putus, dan tegangan
sekunder v2 = 0 ]
2. Hubungkan rangkaian ke sumber tegangan PLN 220 V ac, lalu gunakan
osiloskop dengan setting AC (arus bolak balik) untuk mengamati sinyal
tegangan sekunder v2. Hubungkan probe (dengan atenuasi 10x) yang positif
(+) ke saluran 12 V dan yang negatif (-) ke 0 V. Amati sinyal v2 pada
osiloskop dan gambarkanlah pada kertas grafik millimeter sesuai dengan
ukuran skala pada layar osiloskop, serta catat sensitivitas osiloskop yang
digunakan (yaitu nilai VOLTS/DIV dan TIMES/DIV-nya) pada Lembar Data.
Jangan lupa: catat satuannya!
3. Lepaskan probe dari kedua terminal pengukuran pada poin (2), lalu ubah
setting osiloskop ke DC (arus searah). Kini hubungkan probe ke resistor
beban RL , amati sinyal yang keluar dari diode (= VL). Amati dan
gambarkanlah sinyal VL , serta catat sensitivitas osiloskop yang digunakan

27
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

(yaitu nilai VOLTS/DIV dan TIMES/DIV-nya) pada Lembar Data. Jangan


lupa: catat satuannya!
4. Lepaskan probe dari kedua terminal pengukuran pada poin (3), lalu gunakan
voltmeter DC (tipe digital) untuk mengukur tegangan beban, VL. Catatlah
hasilnya pada Lembar Data.

Percobaan 2 : Penyearah gelombang-penuh (dengan 2 dioda)


1. Sebelum dihubungkan ke sumber tegangan PLN 220 V AC, rakitlah
rangkaian pada papan rangkaian (breadboard) seperti pada Gambar 4.4.
Gunakan:
- Trafo step-down yang memiliki center-tap (CT) dengan masukan tegangan
PLN 220 V rms (gunakan titik terminal ―0 V‖ dan ―220 V‖ yang tertera
pada kumparan primer) dan tegangan keluaran 6 V rms (yaitu terminal ―6
V‖ –―0 V‖--―6 V‖ pada kumparan sekunder).
- Diode daya (power diode) 1N4004 (2 buah)
- Resistor beban
2. Hubungkan rangkaian ke sumber tegangan PLN 220 V ac. Gunakan osiloskop
dengan setting AC (arus bolak balik) untuk mengamati sinyal tegangan
sekunder v2a. Hubungkan probe positif (+) ke saluran 6 V ―bagian atas‖ dan
yang negatif (-) ke 0 V (CT). Amati sinyal v2a pada osiloskop dan
gambarkanlah pada kertas grafik millimeter sesuai dengan ukuran skala pada
layar osiloskop, serta catat sensitivitas osiloskop yang digunakan (yaitu nilai
VOLTS/DIV dan TIMES/DIV-nya) pada Lembar Data. Jangan lupa: catat
satuannya!
3. Lakukanlah hal yang serupa seperti pada poin (2) untuk sinyal v2b [hubungkan
probe positif (+) ke saluran 6 V ―bagian bawah‖ dan yang negatif (-) ke 0 V
(CT)] dan juga untuk sinyal v2.
4. Lepaskan probe dari kedua terminal pengukuran pada poin (3), lalu ubah
setting osiloskop ke DC (arus searah). Kini hubungkan probe ke resistor
beban RL untuk mengamati sinyal yang keluar dari diode (yang sama dengan
sinyal tegangan beban, VL). Amati dan gambarkanlah sinyal VL tersebut sesuai
dengan ukuran skala pada layar osiloskop, serta catat sensitivitas osiloskop
yang digunakan (yaitu nilai VOLTS/DIV dan TIMES/DIV-nya) pada Lembar
Data. Jangan lupa: catat satuannya!
5. Lepaskan probe dari kedua terminal pengukuran pada poin (4), lalu gunakan
voltmeter DC (tipe digital) untuk mengukur tegangan beban, VL. Catatlah
hasilnya pada Lembar Data.

28
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

Percobaan 3 : Penyearah gelombang-penuh (dengan 4 dioda)


1. Sebelum dihubungkan ke sumber tegangan PLN 220 V ac, rakitlah
rangkaian pada papan rangkaian (breadboard) seperti pada Gambar 4.5.
Gunakan:
 Trafo step-down ―biasa‖ (tanpa CT) dengan masukan tegangan
PLN 220 V rms (gunakan titik terminal ―0 V‖ dan ―220 V‖ yang
tertera pada kumparan primer) dan tegangan keluaran 12 V rms
(yaitu terminal ―0 V‖ dan ―12 V‖ pada kumparan sekunder).
 Diode daya (power diode) 1N4004 (4 buah)
 Resistor beban
2. Hubungkan rangkaian ke sumber tegangan PLN 220 V ac. Gunakan osiloskop
dengan setting AC (arus bolak balik) untuk mengamati sinyal tegangan
sekunder v2. Hubungkan probe positif (+) ke saluran 12 V dan yang negatif (-)
ke 0 V. Amati sinyal v2 pada osiloskop dan gambarkanlah pada kertas grafik
millimeter sesuai dengan ukuran skala pada layar osiloskop, serta catat
sensitivitas osiloskop yang digunakan (yaitu nilai VOLTS/DIV dan
TIMES/DIV-nya) pada Lembar Data. Jangan lupa: catat satuannya!
3. Lepaskan probe dari kedua terminal pengukuran pada poin (2), lalu ubah
setting osiloskop ke DC (arus searah). Kini hubungkan probe ke resistor
beban RL untuk mengamati sinyal yang keluar dari rangkaian diode jembatan
(yang sama dengan sinyal tegangan beban, VL). Amatilah sinyal VL pada
osiloskop dan gambarkanlah pada kertas grafik millimeter sesuai dengan
ukuran skala pada layar osiloskop, serta catat sensitivitas osiloskop yang
digunakan (yaitu nilai VOLTS/DIV dan TIMES/DIV-nya) pada Lembar Data.
Ingat: catat satuannya!
4. Lepaskan probe dari kedua terminal pengukuran pada poin (3), lalu gunakan
voltmeter DC (tipe digital) untuk mengukur tegangan beban, VL. Catatlah
hasilnya pada Lembar Data.
5. Putuskanlah hubungan rangkaian ke sumber tegangan PLN, lalu pasanglah
kapasitor penapis secara paralel dengan resistor beban RL (seperti pada
Gambar 6).
6. Hubungkan kembali rangkaian ke sumber tegangan PLN, lalu gunakan
osiloskop dengan setting DC untuk mengamati sinyal masukan v2 dan
tegangan beban, VL. Gambarkanlah sinyal tersebut pada kertas grafik
millimeter. Catatlah besar tegangan kerut (ripple)-nya pada Lembar Data.
7. Ulangi prosedur pada poin (5) dan (6) untuk kapasitor penapis .
8. Putuskanlah hubungan rangkaian ke sumber tegangan PLN, lalu pasanglah
kapasitor C = 470 F, resistor RS = 330 , RL = 1 k dan diode zener 4,7 V
seperti pada Gambar 8.
9. Hubungkan kembali rangkaian ke sumber tegangan PLN, lalu gunakan
osiloskop dengan setting DC untuk mengamati sinyal tegangan di titik a dan
sinyal tegangan beban, VL. Gambarkanlah sinyal-sinyal tersebut pada kertas
29
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

grafik millimeter. Catatlah besar tegangan masing-masing sinyal pada Lembar


Data.
10. Ulangi prosedur pada poin (8) dan (9) untuk resistor beban

4.5. TUGAS LAPORAN


4.5.1. Penyearah Setengah-gelombang
1. Berdasarkan gambar dan data pada Tabel 4.1 (dengan osiloskop), tentukanlah
besar tegangan puncak sinyal masukan v2 , yaitu VP2, lalu tentukanlah Vrms-nya.
Apakah nilai Vrms ini sama dengan label yang tertera pada kumparan sekunder
trafo yang digunakan (12 V)? Tentukan juga periode (T) dan frekuensinya (f)!
2. Berdasarkan data pada Tabel 1 (dengan osiloskop), tentukanlah besar tegangan
puncak sinyal keluaran pada beban (VPL ). Apakah nilai ? Jika
tidak, kenapa? Lalu, hitunglah Vdc pada beban tersebut! Tentukan juga periode
(T) dan frekuensinya (f). Bagaimana hubungan frekeuensi pada (a) dan (b)?
3. Apa yang dapat anda simpulkan dari hasil yang anda peroleh pada poin (a) dan
(b)?
4. Tentukanlah persentase kesalahan relatif nilai Vdc yang anda peroleh dari poin
(b) dengan Vdc dari hasil pengukuran yang menggunakan voltmeter DC. Apa
kesimpulan anda tentang kedua hasil pengukuran ini?
4.6.2. Penyearah gelombang-penuh (dengan 2 dioda)
1. Berdasarkan gambar dan data pada Tabel 4.2 (dengan osiloskop), tentukanlah
besar tegangan masukan puncak-ke-puncak untuk v2a, v2b, dan v2. Apakah
nilai v2 merupakan penjumlahan dari v2a dan v2b ? Berapakah nilai VP2 dan
Vrms-nya? Tentukan juga periode (T) dan frekuensinya (f) masing-masing.
2. Berdasarkan data pada Tabel 2 (dengan osiloskop), tentukanlahlah besar
tegangan puncak sinyal keluaran pada beban (VPL ). Bagaimana hubungan VPL
dan VP2? Hitunglah tegangan Vdc pada beban tersebut! Tentukan juga periode
(T), dan frekuensi (f) sinyal keluaran pada beban tersebut.
3. Apa yang dapat anda simpulkan dari hasil yang anda peroleh pada poin (a) dan
(b)?
4. Berapakah persentase kesalahan relatif nilai Vdc yang anda peroleh dari poin
(b) dengan Vdc dari hasil pengukuran yang menggunakan voltmeter DC. Apa
kesimpulan anda tentang kedua hasil pengukuran ini?
4.6.3. Penyearah gelombang-penuh (dengan 4 dioda)
Tanpa penapis dan tanpa diode zener
1. Berdasarkan gambar dan data pada Tabel 4.1 (dengan osiloskop), tentukanlah
besar tegangan puncak sinyal masukan v2 , yaitu VP2. Tentukan juga periode
(T) dan frekuensinya (f)!
2. Berdasarkan data pada Tabel 4.1 (dengan osiloskop), tentukanlah besar
tegangan puncak sinyal keluaran pada beban (VPL ). Apakah nilai VPL = VP2 ?
Jika tidak, kenapa? Lalu, hitunglah Vdc pada beban tersebut berdasarkan
30
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

pendekatan pertama dan pendekatan kedua! Mana hasil yang lebih mendekati
dengan dengan hasil pengukuran dengan voltmeter DC? Kenapa? Tentukan
juga periode (T) dan frekuensinya (f). Bagaimana hubungan frekeuensi pada
(a) dan (b)?

Dengan penapis dan tanpa diode zener


1. Berdasarkan gambar dan data pada Tabel 4.2 (dengan osiloskop), tentukanlah
besar tegangan puncak sinyal masukan v2 , yaitu VP2. Tentukan juga periode
(T) dan frekuensinya (f)!
2. Berdasarkan data pada Tabel 4.2 (dengan osiloskop), tentukanlah besar
tegangan puncak sinyal keluaran pada beban (VPL ). Apakah nilai ?
Jika tidak, kenapa? Lalu, hitunglah Vdc pada beban tersebut berdasarkan
pendekatan pertama dan pendekatan kedua! Mana hasil yang lebih mendekati
dengan dengan hasil pengukuran dengan voltmeter DC? Kenapa? Tentukan
juga periode (T) dan frekuensinya (f). Bagaimana hubungan frekeuensi pada
(a) dan (b)?
3. Tentukan tegangan kerut puncak-ke-puncak (Vrpp) sinyal keluaran ketika diberi
kapasitor penapis: (i) , dan (ii) . Apa yang dapat anda simpulkan
dari perubahan nilai kapasitansi penapis ini?
Dengan penapis, kapasitor, dan diode zener
1. Berdasarkan data pada Tabel 4.2 (dengan osiloskop), tentukanlah besar
tegangan puncak sinyal keluaran pada beban (VPL ) ketika diberi beban: (i)
, dan (ii) . Apa yang dapat anda simpulkan dari perubahan nilai
resistansi beban ini?

31
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

MODUL 5 : RANGKAIAN PENGUBAH BENTUK GELOMBANG

5.1. TUJUAN

1. Memahami prinsip kerja rangkaian dioda pengubah bentuk gelombang


(rangkaian clipper).
2. Memahami prinsip kerja rangkaian dioda pengubah posisi vertikal gelombang
(rangkaian clamper).
3. Memahami prinsip kerja rangkaian dioda pengubah amplitudo gelombang
(rangkaian pelipat-ganda tegangan).
4. Memahami prinsip kerja rangkaian detektor puncak-ke-puncak.

5.2. TEORI
Selain sebagai penyearah dalam rangkaian catudaya dc, dioda juga dapat
digunakan untuk mengubah bentuk, posisi (level tegangan dc), dan amplitudo
gelombang. Dengan rangkaian dioda, kita dapat ‖memangkas‖ (clip) /memotong
(cut) bagian atas atau bagian bawah sinyal sinusoidal, misalnya. Metode yang
lazim digunakan untuk menganalisis suatu rangkaian yang terdiri dari beberapa
dioda, resistor, dan catudaya yang diberi sinyal masukan dari pembangkit sinyal
adalah dengan memisalkan keadaan masing-masing dioda. Untuk keadaan ON,
dioda dapat dianggap sebagai sebuah baterai VD yang dipasang secara seri dengan
resistansi panjar maju (RF), dan untuk keadaan OFF, dioda dapat dianggap
sebagai sebuah resistansi panjar mundur (RR) yang biasanya diambil bernilai tak-
berhingga, seperti ditunjukkan pada Gambar 5.1. Metode untuk menganalisis
rangkaian dengan cara seperti ini dikenal sebagai model linier piecewise.

Gambar 5.1 (a) Karakteristik I-V linear piecewice diode p-n, (b) model diode
dalam keadaan ON (panjar maju), dan (c) model diode dalam
keadaan OFF (panjar mundur)
Setelah dioda digantikan dengan model linier ini, rangkaian
keseluruhannya dapat dianggap linier, sehingga arus dan tegangan dapat dihitung
dengan menggunakan hukum-hukum Kirchhoff. Metode analisis tersebut akan
digunakan untuk mempelajari rangkaian-rangkaian dioda berikut.

32
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

5.2.1. Clipper
Rangkaian clipper (pemotong) atau disebut juga rangkaian limiter
(pembatas) adalah rangkaian dioda yang digunakan untuk memotong atau
membatasi sebagian bentuk gelombang masukan dan mentransmisikannya pada
level di atas atau di bawah level acuan.
Level acuan ini bergantung pada nilai tegangan panjar (biased)
yang diberikan, yaitu VB.

Gambar 5.2 Rangkaian (a) Clipper pemotong atas, dan (b) Clipper
pemotong bawah.

Jika polaritas baterai pada rangkaian diode pemotong berpanjar itu


dibalik, maka sinyal keluarannya tinggal sepotong kecil saja di bagian bawah.
Itulah sebabnya rangkaian yang demikian disebut slicer (rangkaian diode
penyayat).

Gambar 5.3 Rangkaian slicer

5.2.2. Clamper
Rangkaian clamper adalah rangkaian dioda yang berfungsi ‖menjepit‖
(‖clamps‖) atau mengeser sinyal pada suatu level tegangan dc tertentu. Rangkaian
ini terdiri dari sebuah diode, kapasitor, dan elemen resistif. Besar nilai R dan C
haruslah dipilih sedemikian sehingga konstanta waktu RC cukup besar untuk
menjamin bahwa tegangan pada kapasitor tidak turun secara signifikan selama
dioda tidak menghantar. Ada beberapa tipe rangkaian clamper: clamper positif,
clamper negatif, dan clamper berpanjar (biased clamper).

Clamper Positif
Rangkaian clamper positif ditunjukkan pada Gambar 5.4a.

33
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

Gambar 5.4 Rangkaian (a) clamper positif, dan (b) clamper negatif.
Selama setengah siklus negatif sinyal masukan, dioda menghantar dan
berperilaku seperti sebuah rangkaian terhubung-singkat (a short circuit).
Tegangan keluarannya Vo = 0 V. Kapasitor tersebut ‖mengisi muatan‖ hingga ke
nilai puncak tegangan masukan Vp dan berperilaku seperti sebuah baterai. Selama
setengah siklus positif sinyal masukan, dioda tak-menghantar dan berperilaku
seperti sebuah rangkaian terbuka (an open circuit). Akibatnya, tegangan keluaran
rangkaian tersebut menjadi Vo = Vp + Vp. Tegangan inilah yang disebut sebagai
tegangan yang dijepit/didorong pada level positif (a positively clamped voltage).

Clamper Negatif
Rangkaian untuk clamper negatif ditunjukkan pada Gambar 4b. Selama
setengah siklus positif dioda menghantar dan berperilaku seperti rangkaian
terhubung-singkat. Kapasitor ‖mengisi‖ hingga ke nilai puncak tegangan
masukan, Vp. Selama rentang waktu ini tegangan keluaran Vo yang diambil pada
kedua ujung rangkaian singkat itu akan menjadi nol. Selama setengah siklus
negatif, dioda terbuka. Tegangan keluarannya: Vo = -2Vp.

Clamper bertegangan panjar


Rangkaian clamper bertegangan panjar positif (positively biased clamper)
diperlihatkan pada Gambar 5.5.

Gambar 5.5 Clamper bertegangan panjar positif

Selama setengah siklus negatif sinyal masukan vi, dioda dipanjar maju dan
berlaku seperti sebuah rangkaian yang terhubung-singkat. Kapasitor pada
rangkaian tersebut mengisi hingga ke nilai vi + VB. Berdasarkan hukum
Kirchhoff: vC = vi + VB. Tegangan pada resistor akan sama dengan tegangan
baterai VB.
Selama setengah siklus positif sinyal masukan vi, dioda dipanjar mundur, dan
berlaku seperti sebuah rangkaian terbuka. Oleh sebab itu, VB tidak berpengaruh
terhadap vo. Berdasarkan hukum Kirchhoff: vo = vi + vC.
34
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

5.2.3. Pelipat-ganda Tegangan


Pelipat-ganda tegangan (voltage multiplier) adalah rangkaian dengan dua
atau lebih dioda yang menghasilkan suatu tegangan dc yang besarnya sama
dengan kelipatan tegangan masukan puncak (2VP, 3VP, 4VP, dst.). Catu daya ini
digunakan untuk piranti-piranti tegangan tinggi dc, namun berarus rendah seperti
CRT pada TV, osiloskop, dan komputer.

Pelipat-dua Tegangan
 Pelipat-dua Tegangan Setengah-gelombang
Gambar 5.6 memperlihatkan rangkaian pelipat-dua tegangan setengah-
gelombang (a halfwave voltage doubler).

Gambar 5.6 Rangkaian pelipat-dua tegangan setengah-gelombang

Pada puncak setengah siklus negatif, D1 dipanjar maju dan D2 dipanjar


mundur. Idealnya, hal ini menyebabkan C1 terisi muatan hingga tegangannya
mencapai tegangan puncak, VP, dengan polaritas seperti pada Gambar 7. Pada
puncak setengah siklus positif, D1 dipanjar mundur dan D2 dipanjar maju. Oleh
karena sumber sinyal dan C1 terhubung secara seri, maka setelah beberapa siklus,
C2 akan terisi muatan sehingga tegangannya 2VP. Jika resistansi RL besar, maka
tegangan keluaran rangkaian tersebut sama dengan 2VP
(idealnya).

 Pelipat-dua Tegangan Gelombang-penuh


Gambar 5.7 memperlihatkan rangkaian pelipat-dua tegangan gelombang-
penuh (a full-wave voltage doubler). Pada setengah siklus positif sinyal masukan,
kapasitor atas (C1) mengisi hingga ke tegangan puncak (VP) dengan polaritas
seperti pada gambar di atas. Pada setengah siklus berikutnya, kapasitor bawah
(C2) pula yang mengisi hingga ke tegangan puncak. Akibatnya, tegangan keluaran
pada beban menjadi mendekati 2VP.

35
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

Gambar 5.7 Rangkaian pelipat-dua tegangan gelombang-penuh.

 Pelipat-tiga dan Pelipat-empat Tegangan


Dengan menambahkan rangkaian yang serupa (yang terdiri dari dioda dan
kapasitor), kita peroleh rangkaian pelipat-tiga tegangan (voltage tripler) dan
pelipat-empat tegangan (voltage quadrupler), seperti ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 5.8 Rangkaian pelipat-tiga dan pelipat-empat tegangan.

5.2.4. Detektor Puncak-ke-Puncak


Jika rangkaian clamper digandeng dengan rangkaian penyearah bertapis—
sering juga disebut rangkaian penyearah puncak (a peak rectifier), maka
diperoleh rangkaian detektor puncak-ke-puncak (a peak-to-peak detector).
Sinyal—berupa gelombang sinus—yang masuk ke rangkaian clamper didorong
ke atas (positif) sehingga tegangan puncaknya menjadi 2VP, lalu disearahkan dan
ditapis oleh rangkaian penyearah setengah-gelombang sehingga diperoleh sinyal
keluaran dc dengan tegangan puncak 2VP .
Rangkaian detektor puncak-ke-puncak serupa dengan rangkaian
pengganda setengahgelombang. Bedanya, sinyal masukan untuk rangkaian
detektor puncak-ke-puncak tidak harus berupa gelombang sinusoidal. Sebagai
contoh, sinyal masukannya dapat berupa gelombang segitiga (triangular wave)
yang bervariasi dari -20 V hingga +50 V.

36
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

Gambar 5.9 Rangkaian detektor puncak-ke-puncak.


Konstanta waktu pengosongan = RLC haruslah jauh lebih besar daripada
periode sinyal masukan. Jika syarat ini terpenuhi, maka akan diperoleh hasil
pendeteksian puncak yang baik—dalam hal ini, kerut tegangan keluarannya (the
output ripple) akan menjadi kecil.

5.3. TUGAS PENDAHULUAN


1. Prediksi/perkirakanlah (dalam bentuk gambar grafik) bentuk sinyal keluaran
masing-masing rangkaian yang ditunjukkan pada Gambar 5.2 hingga Gambar
5.9. Tunjukkan/tandai posisiposisi nilai besaran penting pada gambar-gambar
tersebut ( seperti tegangan puncak VP, tegangan baterai VB, dan ground atau
nol-nya.)
2. Rancanglah rangkaian clipper yang memotong sebagian bentuk gelombang
masukan dari kumparan sekunder 6 V rms di bawah +4 V seperti pada Gambar
5.10.

Gambar 5.10 Kotak hitam (black box) Rancanglah rangkaian clipper.

3. Rancanglah rangkaian clamper yang memanjar gelombang masukan dari


kumparan sekunder 6 V rms sehingga sinyal keluarannya berada di bawah
garis nol (negatif) seluruhnya, seperti ditunjukkan pada Gambar 5.11.

Gambar 5.11 Kotak hitam (black box) Rancanglah rangkaian clamper.


37
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

5.4. ALAT DAN KOMPONEN


1. Pembangkit fungsi/sinyal (1)
2. Osiloskop (1)
3. Multimeter digital (1)
4. Diode 1N4004 (4)
5. Kapasitor: 100 nF (1), 10 F/25 V (4)
6. Resistor tetap: 1 k , 10 k ,100 k (masing-masing 1 )
7. Baterai 1,5 V beserta dudukannya (2)
8. Papan rangkaian (breadboard) (1)
9. Jumper (sesuai kebutuhan)

5.5. PROSEDUR PERCOBAAN


Percobaan 1: Rangkaian Clipper
Rangkaian Clipper Paralel
1. Rakitlah rangkaian seperti pada Gambar 5.2a, dengan komponen-komponen:
diode 1N4004, R = 1 k RL = 10 k dan baterai 3 V. (Sebelum dirakit,
ukurlah resistansi kedua resistor dan tegangan baterai dengan multimeter, dan
catatlah hasilnya pada Lembar Data.) Gunakan sinyal berbentuk gelombang
sinusoidal 12 V peak-to-peak dari pembangkit sinyal (SG) dengan frekuensi 1
kHz sebagai sinyal masukan.
2. Amati sinyal masukan (vi) pada osiloskop melalui kanal CH1 dan sinyal
keluarannya (vo) melalui CH2, serta gambarkan kedua sinyal tersebut pada
kertas grafik millimeter. Jangan lupa, catat nilai sensitivitas VOLTS/DIV dan
TIMES/DIV beserta satuannya masing-masing.
3. Lepaskan koneksi pembangkit sinyal terhadap rangkaian clipper di atas, lalu
balikkan polaritas diode (seperti pada Gambar 5.2b). Selanjutnya, ulangi
prosedur pada poin (2).

Rangkaian slicer
1. Dengan komponen dan sinyal masukan yang sama seperti pada poin (1),
rakitlah rangkaian seperti pada Gambar 5.3, dan ulangi prosedur pada poin (2).

Percobaan 2: Rangkaian Clamper


1. Rakitlah rangkaian seperti pada Gambar 5.4a, dengan komponen-komponen:
diode 1N4004, R = 100 k dan kapasitor 100 nF. Gunakan sinyal gelombang
sinusoidal 10 V peak-topeak dari pembangkit sinyal (SG) dengan frekuensi 1
kHz sebagai sinyal masukan.
2. Amati sinyal masukan (vi) pada osiloskop melalui kanal CH1 dan sinyal
keluarannya (vo) melalui CH2, serta gambarkan kedua sinyal tersebut pada
kertas grafik millimeter. Jangan lupa, catat nilai sensitivitas VOLTS/DIV dan
TIMES/DIV beserta satuannya masing-masing.

38
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

3. Ulangi prosedur seperti pada poin (1) dan (2) untuk rangkaian seperti pada
Gambar 5.4b.
4. Ulangi prosedur seperti pada poin (1) dan (2) untuk rangkaian seperti pada
Gambar 5.5.
5. Ulangi prosedur seperti pada poin (1), (2), (3), dan (4) tetapi dengan
mengganti sinyal masukannya dengan gelombang persegi.

Percobaan 3: Rangkaian Pelipat-ganda Tegangan


1. Rakitlah rangkaian seperti pada Gambar 5.8, dengan komponen-komponen:
diode 1N4004 dan kapasitor elektrolit (elco) 10 F/25 V. Gunakan sinyal
gelombang sinusoidal 10 V peakto-peak dari pembangkit sinyal (SG) dengan
frekuensi 1 kHz sebagai sinyal masukan.
2. Amati sinyal masukan (vi) pada osiloskop melalui kanal CH1 dan sinyal
keluarannya (vo) melalui CH2, serta gambarkan kedua sinyal tersebut pada
kertas grafik millimeter. Jangan lupa, catat nilai sensitivitas VOLTS/DIV dan
TIMES/DIV beserta satuannya masing-masing. Lakukanlah pengamatan
untuk: vo = Vab, vo = Vcd, vo = Vaf, dan vo = Vcg.

Percobaan 4: Rangkaian Detektor Puncak-ke-puncak


1. Rakitlah rangkaian seperti pada Gambar 5.9, dengan komponen-komponen:
diode 1N4004, kapasitor elektrolit (elco) 10 F/25 V, dan resistansi beban RL =
10 k . Gunakan sinyal gelombang segitiga dari pembangkit sinyal (SG) sebagai
sinyal masukan yang posisinya di osiloskop diatur sedemikan sehingga tegangan
puncak-ke-puncaknya adalah dari -5 V hingga + 7 V, dengan frekuensi 1 kHz.
2. Amatilah sinyal masukan (vi) pada osiloskop melalui kanal CH1 dan sinyal-
sinyal keluaran di titik a (yaitu va) dan di di titik b (yaitu vb) melalui CH2, serta
gambarkanlah ketiga sinyal tersebut pada kertas grafik millimeter. Jangan lupa,
catat nilai sensitivitas VOLTS/DIV dan TIMES/DIV beserta satuannya masing-
masing.

5.6. TUGAS LAPORAN


1. Lakukanlah analisis kesalahan (an error analysis) terhadap hasil-hasil yang
anda peroleh pada seluruh percobaan di atas.
2. Bandingkanlah bentuk-bentuk gelombang teoritis (yang telah anda gambarkan
pada Tugas Pendahuluan) dengan semua bentuk gelombang yang terukur
secara eksperimental.
3. Hitunglah persentasi kesalahan (a percent error) antara hasil teoritis dan
praktik untuk masing-masing poin penting bentuk gelombang keluaran dari
semua percobaan di atas. Poin-poin penting dimaksud adalah level tegangan
potongnya (the clip level voltage), level pergeseran vertikal sinyalnya (clamp
offset levels), dan besar (magnitude) tegangannya.

39
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

MODUL 6 : KARAKTERISTIK TRANSISTOR DWI KUTUB

6.1. TUJUAN
1. Mengukur dan menggambarkan kurva-kurva karaktersitik kolektor untuk
transistor dwikutub (bipolar junction transistor, BJT).
2. Menggunakan kurva karakteristik kolektor untuk menentukan penguatan arus
(dc ).
3. Mengukur dan menggambarkan kurva-kurva karaktersitik basis untuk
transistor dwikutub.
4. Menentukan daerah aktif, daerah cut-off dan daerah saturasi transistor.
5. Menggambarkan garis beban pada grafik kurva kolektor.

6.2. TEORI
Transistor sambungan dwikutub (bipolar junction transistor, BJT)—atau
biasa disingkat transistor dwikutub—merupakan sebuah komponen aktif yang
terbuat dari 3 lapisan bahan semikonduktor ekstrinsik yang disusun secara selang-
seling, sehingga diperoleh transistor tipe NPN dan transistor tipe PNP. Transistor-
transistor ini memiliki 3 koneksi: emitter, basis, dan kolektor.

6.2.1. Menentukan basis (B), emitor (E) dan kolektor (C)


Ragam kemasan transistor dan posisi basis (B), emitor (E), dan kolektor
(C) ditunjukkan pada Gambar 6.1. Sebagai contoh, pada kemasan TO-18 dan TO-
82, kaki tengahnya adalah basis, sedangkan pada kemasan TO-128 dan TO-220,
kaki tengahnya adalah kolektor.

Gambar 6.1 (a) Posisi basis, emitor dan kolektor pada transistor (dilihat dari
bawah), dan (b) bentuk nyata transistor 2N4401
Pada saat transistor belum dihubungkan ke komponen lain, posisi B, E, dan C
dapat ditentukan dengan mengukur nilai resistansi antara kedua kakinya dengan
menggunakan multimeter (ohmmeter). Jika transistor tersebut baik, resistansi
antara C dan E haruslah tinggi (besar). Untuk transistor NPN, kaki E ditentukan
dengan menghubungkan probe (+) dan probe (-) ohmmeter ke kaki E dan kaki B,
seperti pada Gambar 6.2.
40
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

Ingat: terminal (+) ohmmeter terhubung


dengan kutub (-) baterai yang ada di
dalamnya, dan terminal (-) ohmmeter
terhubung dengan kutub (+) baterai. Pada
konfigurasi (a), resistansi BE rendah
(diode BE dipanjar maju), dan pada
konfigurasi (b), resistansi BE tinggi (diode
dipanjar mundur). Jika posisi E sudah
diperoleh, maka posisi C dengan mudah
dapat ditentukan. Untuk transistor PNP,
Gambar 6.2 Menentukan posisi E
setting seperti pada Gambar 2 akan
dengan ohmmeter
menunjukkan nilai resistansi sebaliknya.

6.2.2. Daerah kerja transistor


Transistor memiliki tiga daerah kerja, yaitu daerah saturasi (saturation
region), daerah aktif (active region), dan daerah dadal (breakdown region).
Transistor dapat bekerja dengan aman di daerah saturasi atau di daerah aktif,
tetapi tidak di daerah dadalnya. Untuk mengetahui titik kerja (operating point)
yang ideal atau yang mungkin diterapkan pada transistor, maka digambarkan
garis lurus disebut garis beban (load line) yang melintas di atas kurva-kurva
kolektor.
Transistor digunakan sebagai
penguat arus, penguat tegangan,
dan penguat daya, serta sebagai
saklar berkecepatan tinggi. Pada
transistor tipe NPN berlaku:
(1)
Penguat arusnya:
(2)
Penguatan arus hanya berlaku
Gambar 6.3 Rangkaian transistor sebagai di daerah aktif transistor. Secara
penguat arus teoritis, untuk tiap transistor
bernilai tetap (tertentu), sehingga
besar arus kolektor bergantung
pada arus basis .
Dengan kata lain, arus kolektor dikontrol oleh arus basis. Berdasarkan
Gambar 5.3, arus basis dapat ditentukan menurut hubungan:

(3)
Dan arus kolektor:
(4)

41
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

6.3. TUGAS PENDAHULUAN


a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan daerah saturasi, daerah aktif, dan daerah
dadal pada daerah kerja transistor.
b. Jelaskan pula, apa yang dimaksud dengan daerah cut-off.
c. Berdasarkan Gambar 6.3, dengan RB = 100 k RC = 1 k VBB = 5 V, VCC =
15 V, dc = 100 dan anggapan VBE = 0,7 V, hitunglah: arus basis IB, arus
koletor IC, dan tegangan VCE.
d. Lihatlah datasheet transistor 2N4401 dan 2N3053 di internet, lalu catatlah
parameterparameter penting masing-masing transistor tersebut, seperti nilai-
nilai dc (maksimum dan minimumnya), ICEO , IC maks, dan VCE maks.
e. Jelaskan fungsi potensio-1 dan potensio-2 pada Gambar 6.5.
f. Jika resistor RC pada Gambar 5 dihubung-singkat, hitunglah arus kolektor I

6.4. ALAT DAN KOMPONEN


1. Multimeter digital (2) [atau: multimeter digital dan multimeter analog
(masing-masing 1 )]
2. Transistor NPN: 2N4401 (atau boleh juga 2N3053)
3. Resistor tetap: 1 k dan 100 k (masing-masing 1 )
4. Potensio (resistor variable): 1 k dan 2 k (masing-masing 1 )
2. Catudaya dc 15 V (1)
3. Papan rangkaian (breadboard) (1) 7. Jumper (sesuai kebutuhan)

6.5. PROSEDUR PERCOBAAN


Percobaan 1: Menentukan kaki-kaki transistor dengan Ohmmeter
1. Tancapkanlah kaki-kaki transistor pada papan-rangkaian (breadboard) seperti
pada Gambar 6.4. Perhatikan agar kaki-kaki tersebut tidak berada pada jalur
konduktor yang sama, karena hal tersebut akan menyebabkannya terhubung
singkat!

Gambar 6.4 Penempatan kaki-kaki transistor pada breadboard


2. Ukurlah resistansi antarkaki transistor itu dan catatlah hasilnya pada Tabel 1
yang tersedia di Lembar Data

42
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

Percobaan 2: Karakteristik Kolektor


1. Rakitlah rangkaian seperti pada Gambar 6.5, dengan komponen-komponen:
transistor 2N4401 (atau boleh juga 2N3053) dan resistor-resistor RB = 100 k
dan RC = 1 k Rpot-1 = 2 k Rpot-2 = 1 k serta catudaya dc , VS = 15 V.
(Sebelum dirakit, ukurlah terlebih dahulu resistansi RB dan RC, dan catatlah
hasilnya pada Lembar Data.)

Gambar 6.5 Rangkaian percobaan karakteristik transistor

2. Aturlah posisi Potensio-1 untuk mendapatkan arus basis 9 A. Catatlah nilai
VBB dan VBE pada Tabel 2 (di Lembar Data).
3. Aturlah posisi Potensio-2 untuk mendapatkan VCC = 0, lalu ukur dan catatlah
nilai VCE dan IC pada Tabel 2 tersebut.
4. Ulangi prosedur pada poin (3) untuk nilai-nilai VCC seperti yang tertera pada
Tabel 2.
5. Ulangi prosedur pada poin-poin (2), (3), dan (4) untuk nilai-nilai arus basis 6
A, 3 A, dan 0.

43
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia
Modul Praktikum Elektronika Dasar Wildian

6.6. TUGAS LAPORAN


6.6.1. Menentukan kaki-kaki transistor dengan Ohmmeter
2. Berdasarkan Tabel 6.1, samakah nilai resistansi pada pengukuran No. 1 dan
No. 2? Kenapa?
3. Jelaskanlah kenapa nilai-nilai resistansi antarkaki transistor diperoleh seperti
pada Tabel 6.1.
4. Berdasarkan Tabel 6.1, tentukanlah kaki-kaki emitor (E), basis (B), dan
kolektor (C) transistor yang anda ukur tersebut.

6.6.2. Karakteristik kolektor


1. Berdasarkan data pada Tabel 6.2, gambarkanlah kurva karakteristik kolektor,
yaitu grafik IC vs. VCE untuk nilai IB = 9 A. Kemudian, pada grafik yang
sama, lanjutkanlah pembuatan grafik IC vs. VCE untuk nilai-nilai IB = 6 A, 3
A, dan 0 (nol). Pada gambar tersebut, tunjukkanlah (dengan cara mengarsir)
daerah cut-off dan daerah saturasinya. Gambarkanlah garis beban yang
melintasi kurva-kurva kolektor tersebut.
2. Berdasarkan data pada Tabel 6.2, pada nilai VCC yang sama (misalnya pada
VCC = 8 V), tentukanlah nilai-nilai dc untuk nilai-nilai IB = 9 A, 6 A, dan
3 A. Apakah nilai-nilai dc ini dapat dianggap konstan? Hitunglah nilai rata-
rata dc tersebut, lalu bandingkanlah hasilnya dengan nilai dc yang
dicantumkan pabrik pada datasheet transistor tersebut (tentukan persentase
kesalahannya).
3. Berdasarkan data pada Tabel 6.2, untuk nilai VCC yang sama (misalnya pada
VCC = 8 V), apakah VCE berubah dengan berubahnya IB (perhatikan data
VCE pada saat IB = 9 A, 6 A, dan 3 A)? Kenapa?
5. Ketika IB = 0, apakah IC = 0 ? Kenapa?
6. Apakah kesimpulan yang dapat anda peroleh dari Percobaan 2?

44
Departemen Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2023 Darwenti Syofly / PLP Penyelia

Anda mungkin juga menyukai