Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM KEDUA

PENGUKURAN NILAI RESISTOR MENGGUNAKAN


PROTOBOARD

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Lab. Pengukuran


Listrik Semester 1

PEMBIMBING :

Bangun Khrisna, S. T., M. ENG

Disusun oleh :

Devita Putri (3.32.19.2.04)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK ELEKTRONIKA
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
PERCOBAAN 2

PENGUKURAN RESISTOR MENGGUNAKAN PROTOBOARD


2.1 KOMPETENSI DASAR

Setelah melaksanakan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat :

1. Menggunakan ohmmeter dalam alat ukur multimeter.


2. Mahasiswa dapat menentukan besarnya nilai tahanan pengganti atau nilai resistansi pada
rangkaian resistor.

2.2 DASAR TEORI


2.2.1 Rangkaian Resistor Seri

Gambar 2.1 Rangkain Resistor Seri

Rangkaian resistor seri adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 buah atau lebih
resistor yang disusun secara sejajar atau berbentuk seri. Dengan rangkaisan seri ini
kita bisa mendapatkan nilai resistor pengganti yang kita inginkan, nilai resistansi
total (9) pada rangkaian resistor seri akan lebih besar dan nilainya adalah
penjumlahan semua resistor yang dirangkai seri tersebut. Untuk rangkaian resistor
paralel nilai resistansi total (R) dapat dirumuskan sebagai berikut :

Rtot = R1 + R2 + R3 + ...+ Rn
Dimana :
Rtotal = Total nilai resistor
R1 = Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
Rn = resistor ke-n

2.2.2 Rangkaian Resistor Parallel

Gambar 2.2 Rangkaian Resistor Paralel


Rangkaian paralel resistoor adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 buah atau
lebih resistor yang disusun secara berderet atau berbentuk paralel. Pada rangkaian
resistor paralel nilai resistor total (R) adalah lebih kecil dari salah resistor yang
digunakan. Untuk rangaian resistor paralel nilai resistansi total (R) dapat
dirumuskan sebaga berikut :

Rtotal= 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + …..+ 1/ Rn


Dimana :
Rtotal = Total nilai resistor
R1 = Resistor ke - 1
R2 = Resistor ke - 2
R3 = Resistor ke - 3
Rn = Resistor ke - n

2.2.3 Rangkaian Jembatan Wheatstone

Rangkaian jembatan wheatstone adalah rangkaian yang digunakan untuk menyederhanakan


susunan hambatan yang semula tidak dapat disederhanakan secara seri paralel menjadi dapat
disederhanakan secara seri-paralel. Dengan menggunakan kaidah transfformasi dari
rangkaian delta ke star ataupun sebaliknya dari rangkaian star ke delta.

Gambar 2.3 Rangkaian Pengganti Delta ke Star

Berikut ini merupakan rumus untuk mencari nilai resistor pengganti dari rangkaian delta ke
rangkaian star.

Gambar 2.4 Rangkaian resistor pengganti star ke delta


Berikut ini merupakan rumus untuk mencari nilai resistor pengganti dari rangkaian star ke
delta.

2.2.4 Multimeter Analog

Berdasarkan pembacaan hasil ukurnya,multimeter ada dua jenis yaitu :

1. Multimeter Analog, yaitu multimeter yang pembacaan hasil ukurnya menggunakan


petunjuk jarum.
2. Multimeter Digital, yaitu multimeter yang pembacaan hasil ukurnya berup digit angka.

2.2.4.1 Bagian-bagian dari multimeter analog :

Gambar 2.5 Gambar bagian-bagian multimeter analog


Keterangan :
1. Plat skala ukur
2. Jarum penunjuk skala ukur
3. Sekrup pengatur posisi jarum
4. Knob pengatur nilai nol pada nilai ukur tahanan
5. Multimeter berfungsi sebagai voltmeter DC yang terdiri dari lima batas ukur : 10; 50;
250; 500; dan 1000 V
6. Saklar selektor. Posisi DcmA (miliampere DC) berarti multimeter berfungsi sebagai
miliampermeter DC yang terdiri dari tiga batas uur : 0,25; dan 250 mAmp.
7. Multimeter berfungsi sebagai voltmeter AC yang terdiri dari lima batas ukur : 10; 50;
250; 1000 V.
8. Terminal (probe) +
9. Terminal probe) –
10. Miltimeter berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri dari tiga batas ukur : x 1Ω; x 10
Ω; dan x 1 KΩ
2.2.4.2 Cara Pemakaian Multimeter Analog :
1. Pastikan jarum penunjuk meter diperiksa apakah sudah tepat pada angka 0 pada
skala DcmA, DCV, atau ACV posisi jarum nol di bagian kiri (lihat gambar a).
2. Untuk skala ohmmeter posisi jarum nol di bagian kanan (lihat gambar b). Jika
belum tepat harus diatur dengan memutar sekrup pengatur kedudukan jarum
penunjuk meter ke kiri atau ke kanan dengan menggunakan obeng pipih (-) kecil.

2.2.5 Ohm Meter


Suatu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui besaran hambatan atau besaran tahanan
pada suatu beban atau R (resistor). Pada jenis alat ukur Ohm meter yang digunakan dipasaran
mempunyai simbol Ω (omega) pada alat ukurnya. Alat ukur Ohm eter dipasaran selalu
menjadi satu dengan alat ukur yang lain, sehingga sering disebut dengan MULTIMETER
atau AVO METER.
Ada juga sebagian alat ukur OHM meter terpisah dengan alat ukur lainnya. Penggunaan alat
ukur Ohm Meter ini dilakukan dengan menggunakan sistem perkalian penggunaan alat ukur
Ohm Meter ini dilakukan dengan posisi terpisah dari sumber tegangan. Pada alat ukur Ohm
meter memiliki faktor kali yang digunakan sebagai nilai pengali yang sering disebut dengan
dikalikan berapa. Faktor pengali ini menentukan berapa besar nilai maksimal yang alan
digunakan dalam pengukuran. Penentuan nilai faktor pengali untuk menuntukan besarnya
nilai yang akan terukur, dimana harga nilai tersebut tidal lebih dari batas beban yang diukur,
atau nilai faktor pengali lebih tinggi dari nilai yang akan diukur.
Pembacaan faktor pengali :
 Jika di alat ukur dipilih x 1 Ω, berarti angka yang tertulis pada alat ukur OHM meter
semuanya dikalikan 1 ohm.
 Jika di alat ukur dipilih X 10 Ω, berarti angka yang tertulis pada alat ukur OHM meter
semuanya dikalikan 10 ohm.
 Jika di alat ukur dipilih X 100 Ω, berarti angka yang tertulis pada alat ukur OHM meter
semuanya dikalikan 100Ω.
 Jika di alat ukur dipilih X 1 Kohm, berarti angka yang tertulis pada alat ukur OHM meter
semuanya dikalikan 1KΩ atau 1000Ω.

2.2.5.1 Cara menggunakan Ohm meter


1. Pastikan posisi membaca alat ukurnya
2. Pastikan membaca dari kanan ke kiri
3. Tentukan sistem perkalian yang digunakan
4. Hubungkan kedua ujung probe
5. Kalibrasi terlebih dulu untuk menenukan angka “0”, (dengan tetap kedua ujung
probe terhubung) dengan cara mengatur potensio kalibrasi
6. Setelah yakin jarum menunjuk angka “0” lepas ujung probe yang terhubung, siap
untuk digunakan mengukur tahanan/hambatan/resistor
2.2.5.2 Cara menghitung resistansi dengan ohmmeter
Jika yang dipilih adalah pengali 1 (x1), jarum menunjuk pada angka 20, maka terbaca hasil
pengukuran adalah 20 Ω, tetapi jika yang dipilih adalah pengali 10 (x10), maka terbaca hasil
pengukuran adalah 200 Ω.
Dengan mengetahui rangkaian seri atau rangkaian paralel dari resistor merupakan konsep
dasar untuk mengetahui nilai resistor pengganti bila nilai resistansi resistor yang kita perlukan
tidak ada di pasaran. Dengan mengetahui konsep dasar rangkaian resistor seri atau paralel ini
memungkinkan kita secara cepat dapat menyerderhanakan rangkaian yang relatif kompleks.

2.2.6 Protoboard
Protoboard adalah board yang digunakan untuk membuat rangkaian elektronik sementara
dengan tujuan uji coba atau prototipe tanpa harus menyolder. Dengan memanfaatkan
protoboard, komponen-kompenen elektronik yang dipakai tidak akan rusak dan dapat
digunakan kembali untuk membuat rangkaian yang lain. Protoboard umumnya terbuat dari
plastik dengan banyak lubang-lubang diatasnya. Lubang-lubng pada protoboard diatur
sedemikian rupa membentuk pola sesuai dengan pola jaringan koneksi di dalamnya.
Protoboard yang tersedia di pasaran umumnya terbagi atas 3 ukuran: miniprotoboard,medium
protoboard dan large protoboard. Mini protoboard memiliki 170 titik koneksi (bisa juga
lebih). Kemudian medium breaboard memiliki 400 titik koneksi. Dan large protoboard
memiliki 830 titik koneksi.

Gambar 2.6 Protoboard

2.3 ALAT DAN KOMPONEN YANG DIPERLUKAN


1. Resistor 100 ohm 12 buah
2. Multimeter Analag 1 buah
3. Multimeter Digital 1 buah
4. Protoboard 1 buah
5. Alat tulis untuk mencatat

2.4 LANGKAH KERJA


1. Siapkan alat dan kompenen yang diperlukan!
2. Susunlah rangkaian seperti gambar di bawah ini untuk R=100ohm.
3. Tentukan tahanan pengganti/nilai resistansi total pada rangkaian !
4. Lakukan pengukuran pada masing-masing rangkaian menggunakan multimere analog
dan digital!
5. Ulangi langkah 2-4
6. Catat hasil pengukuran pada tabel 2.2!

 RESISTOR PERTAMA

HASIL PENGUKURAN (Ω)


No Analog
Teori Digital
1 2 3 Rata-rata
1. 200 200 200 200 200 200
2. 50 50 50 50 50 50,4
3. 100 100 100 100 100 100,2
4. 100 100 100 100 100 100,4
5. 50 50 50 50 50 50,1

Tabel 2.2 Hasil Pengukuran Resistor Jenis Pertama


 RESISTOR KEDUA

HASIL PENGUKURAN (Ω)


No Analog
Teori Digital
1 2 3 Rata-rata
1. 2M08 2M04 2M05 2M08 2M05 2M01
2. 520K 520K 500K 520K 513K 502K
3. 1M05 1M05 1M05 1M05 1M05 1M01
4. 1M05 1M09 1M05 1M08 1M07 1M01
5. 550K 550K 500K 550K 533K 537K

Tabel 2.2 Hasil Pengukuran Resistor Jenis Kedua

KESIMPULAN :

Berdasarkan data yang saya dapatkan dalam percobaan pengukuran nilai


resitor menggunakan protoboard, dapat saya simpulkan bahwa hasil pengukuran
menggunakan multimeter analog, multimeter digital, dan perhitungan secara teori atau
manual menghasilkan nilai yang sama dan perbedaan nya tidak terlalu jauh jika
mengukurnya sudah tepat. Tapi, jika perbedaan hasil yang didapat sangat jauh, dapat
disimpulkan bahwa saya telah melakukan kesalahan saat mengukur nilai resistansi
total. Seperti yang kelompok saya alami, pada percobaan resistor jenis kedua kami
mendapatkan hasil yang perbedaannya nilainya signifikan

2.5 TUGAS

1. Bagaimana perbedaan hasil pengukuran nilai resistansi total menggunakan multimeter


analog dan multimeter digital
Jawaban :
Dari hasil percobaan yang saya dapatkan, perbedaan hasil pengukuran nilai
resistansi total menggunakan multimeter analog dan multimeter digital tidak
terlalu signifikan atau bisa dikatakan tidak terlalu jauh perbedaannya.

2. Apakah hasil pengukuran nilai resistansi total pada rangkaian resistor berbeda dengan
perhitungan secara teori? Mengapa demikian? Jelaskan!
Jawaban:
Saat menggunakan resistor yang pertama, Tidak. Karena hasil percobaan yang
saya lakukan menggunakan multimeter analog, multimeter digital, dan
dihitung secara manual atau teori hasilnya tidak terlalu jauh. Hal ini dapat
dikarenakan sudah tepat dalam mengukur dan benar dalam penggunaan alat.
Tapi saat menggunakan resistor yang kedua, saya mendapatkan hasil yang
perbedaannya sangat jauh. Hal ini mungkin dikarenakan karena saya salah
dalam membaca hasil yang tertera dalam multimeter analog dan multimeter
digital atau dengan kata lain saya kurang teliti
3. Buatlah analisa dan kesimpulan dari percobaan ini!
Jawaban:
 Hasil Percobaan Resistor yang Pertama (100Ω)
Saat melakukan percobaan menggunakan resistor pertama, saya memperoleh
hasil yang sama, baik saya ukur secara manual, menggunakan multimeter
analog, maupun multimeter digital. Dan perbedaan hasilnya juga sangat kecil.
 Hasil Percobaan Resistor kedua (1MΩ)
Saat melakukan percobaan menggunakan resistor kedua, saya memperoleh hasil
yang perbedaannya sangat signifikan mulai dari perhitungan secara manual,
menggunakan multimeter analog, maupun menggunakan multimeter digital.

Dari kedua hal tersebut dapat saya simpulkan bahwa terdapat kesalahan
(ketidaktepatan, ketidaktelitian dalam melakukan pengukuran saat
menggunakan resistor yang kedua). Jika pada percobaan resistor pertama saya
menghasilkan hasil yang sesuai, seharusnya pada percobaan resistor yang
keduapun saya menghasilkan nilai yang sesuai atau benar juga. Tapi saya tidak
menghasilkan hasil yang sama walaupun sudah berkali-kali melakukan
pengukuran . Jadi, pasti ada kesalahan yang sudah saya atau kelompok saya
lakukan.

Anda mungkin juga menyukai