Anda di halaman 1dari 22

PENGENALAN ALAT UKUR DAN KOMPONEN PASIF ELEKTRONIKA LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRIK DASAR Dosen : Dandhi Kuswardhana, S. Pd.

, M. T. Iwan Kustiawan, S. Pd., M. T.

disusun oleh : ADE UUN K. (0901960)

HANDI AGUS H. (0908810) RICKY RIYANTO (0905823) YOKO RASAKI (0906819)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2011

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRIK DASAR I. JUDUL Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka laporan kali ini diberi judul: Pengenalan Alat Ukur dan Komponen Pasif Elektronika. II. TUJUAN Adapun tujuan melakukan praktikum adalah sebagai berikut: 1. Mengenal macam-macam komponen pasif elektronika, 2. Mengetahui fungsi macam-macam komponen pasif elektronika, 3. Mengenal mutimeter dan RLC meter, 4. Mengetahui cara penghitungan multimeter dan RLC meter, dan 5. Dapat menghitung harga/nilai komponen elektronik dengan

menggunakan multimeter dan RLC meter. III. ALAT DAN BAHAN 1. Alat a. Multimeter b. RLC Meter 2. Bahan a. Resistor b. Induktor c. Kapasitor : 4 buah : 4 buah : 4 buah

IV.

TEORI PENDUKUNG A. Alat Ukur 1. Multimeter Multimeter atau sering disebut pula multitester ataupun avometer.

Multimeter merupakan alat ukur yang biasa dipakai untuk menguji komponen elektronika, baik mengukur besaran listrik maupun menguji keadaan komponen seperti untuk mengukur harga resistansi (tahanan), tegangan AC (Alternating Current), tegangan DC (Direct Current), dan arus DC. Sebagai penunjuk besaran, multimeter ada yang menggunakan jarum dan ada yang menggunakan display angka. Alat ini dilengkapi dengan dua kabel penyidik yang berwarna masingmasing merah dan hitam. Untuk dapat bekerja, multimeter memerlukan sumber listrik berupa battery. Dalam penyimpanan yang cukup lama, battery ini harus dilepaskan. Saat ini dikenal dua jenis multimeter yaitu multi meter analog dan digital sebagaimana ditunjukkan oleh gambar berikut:

Gambar 1. 1.

Gambar 1. 2. Gambar 1. 1. Multimeter Digital Gambar 1. 2. Multimeter Analog

Dalam praktek elektronika, alat ukur listrik memegang peran sangat penting, sebab hanya dengan pengukuran kita akan dapat mengetahui harga besaran listrik didalam suatu rangkaian. Secara umum bagian-bagian dari multimeter adalah:

Gambar 2. Bagian Multimeter Keterangan dari gambar: 1) Meter korektor berguna untuk untuk mengatur kedudukan jarum atau menyetel jarum multimeter ke arah nol saat hendak dipergunakan, caranya ialah dengan cara sekrupnya ke kanan atau ke kiri dengan menggunakan obeng pipih kecil. 2) Range Selektor Switch adalah saklar yang dapat diputar sesuai dengan kemampuan batas ukur yang dipergunakan dan berfungsi untuk memilih polaritas DC atau AC. Kesalahan pemilihan jangkah dapat mengakibatkan kerusakan multimeter misalnya pengukuran voltage dengan jangkah pada OHM, maka akibatnya akan fatal. Bila besaran yang diukur tidak dapat diperkirakan sebelumnya, harus dibiasakan memilih jangkah tertinggi.

Tabel 1. Batas Hambatan 3) Terminal + dan Com terminal dipergunakan untuk mengukur Ohm, AC Volt, DC Volt dan DC mA (yang berwarna merah untuk + dan warna hitam untuk 4) Pointer (jarum Meter) adalah jarum meter adalah sebatang pelat yang bergerak kekanan dan kekiri yang menunjukkan besaran/nilai yang diukur. 5) Mirror (cermin) sebagai batas antara Ommeter dengan Volt-Ampermeter. 6) Scale (skala) berfungsi sebagai skala pembacaan meter.

7) Zero Adjusment adalah pengatur/penepat jarum pada kedudukan nol ketika menggunakan Ohmmeter atau melakukan pengukuran hambatan. 8) Angka-Angka Batas Ukur, adalah angka yang menunjukkan batas kemampuan alat ukur.

Table 2. Angka-angka Batas Ukur 9) Kotak Meter, adalah Kotak/tempat meletakkan komponen-komponen multimeter. Catatan : 1) Setiap kali menggunakan multimeter harus memperhatikan batas ukur alat tersebut. Kemampuan alat ukur (kapasitas alat ukur) harus lebih besar

daripada yang hendak di ukur. Kesalahan dalam pemakaian alat ukur multimeter dapat mengakibatkan kerusakan. 2) AC Voltmeter hanya boleh dipergunakan untuk mengukur AC Volt, jangan dipergunakan untuk mengukur DC Volt. Demikian juga sebaliknya. Ohmmeter tidak boleh dipergunakan untuk mengukur tegangan listrik baik DC maupun AC Volt karena dapat mengakibatkan rusaknya alat ukur tersebut. Jadi pemakaian alat ukur harus sesuai dengan fungsi alat ukur tersebut. 3) Periksa jarum meter apakah sudah tepat pada angka0 pada skala DcmA, DCV atau ACV posisi jarum nol di bagian kiri dan skala Ohmmeter posisi jarum nol di bagian kanan. Penggunaan Multimeter a. Multimeter untuk Mengukur Resistansi 1) Perhatikan (lihat) kondisi AVO baik atau rusak bodynya 2) Nolkan jarum AVO pada posisi sebelah kiri dengan menggunakan Ohm Zero Correction dengan cara memutar kekiri atau kekanan agar jarum tersebut benar2 ke angka nol sebelah kiri 3) Posisikan Range Selector pada x1 , x10, x100, x1k, atau x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel negatif dan positif. Nolkan jarum AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan ohm adjust. Baik tidaknya range selector x1 , x10 , x100 , pegang ujung negatif dan positif, jarum harus tidak bergerak. 4) Pada dasarnya untuk pengukuran, Range Selector ohm meter harus betul2 diperhatikan, yaitu setiap memindahkan range selector ke masing2 nilai ohm terlebih dahulu ujung taspinnya disatukan/ dihubungkan. Sambil melihat jarum AVO menunjukkan kurang atu lebih dari angka nol disebelah kanan. Kurang atau lebihnya jarum tersebut kita atur dengan tombol ohm adjusting knop kearah kiri atau kanan sehingga jarum AVO tersebut benar2 ke posisi angka nol. 5) Setiap mau mengukur posisi ohm hendaknya letakkan range selector pada skala yang paling kecil.

Gambar 3. Mengukur Resistansi Cara Membaca Skala Ohm

Gambar 4. Membaca Resistansi

Tabel 3. Batas Skala Resistansi b. Multimeter untuk Mengukur Tegangan DC dan AC Untuk mengukur tegangan DC (misal dari baterai atau power supply (DC), saklar pemilih multimeter diatur pada kedudukan DCV dengan batas ukur yang lebih besar dari tegangan yang akan diukur. Test lead merah pada kutub (+) multimeter dihubungkan ke kutub positip sumber tegangan DC yang akan diukur, dan test lead hitam pada kutub (-) multimeter dihubungkan ke kutub negatip (-) dari sumber tegangan yang akan diukur. Hubungan semacam ini disebut hubungan

paralel. Untuk mendapatkan ketelitian yang paling tinggi, usahakan jarum penunjuk meter berada pada kedudukan paling maksimum, caranya dengan memperkecil batas ukurnya secara bertahap dari 1000 V ke 500 V; 250 V dan seterusnya. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah bila jarum sudah didapatkan kedudukan maksimal jangan sampai batas ukurnya diperkecil lagi, karena dapat merusakkan multimeter. Sedangkan untuk pengukuran tegangan AC dari suatu sumber listrik AC, saklar pemilih multimeter diputar pada kedudukan ACV dengan batas ukur yang paling besar missal 1000 V. Kedua test lead multimeter dihubungkan ke kedua kutub sumber listrik AC tanpa memandang kutub positif atau negatif. Selanjutnya caranya sama dengan cara mengukur tegangan DC di atas. Yang perlu diperhatikan adalah bila jarum sudah didapatkan kedudukan maksimal jangan sampai batas ukurnya diperkecil lagi, karena dapat merusakkan multimeter. Pada umumnya avometer hanya dapat mengukur arus berbentuk sinus dengan frekuensi antara 30 Hz30 KHz. Hasil pengukuran adalah tegangan efektif (Veff).

Gambar 5. Mengukur Tegangan DC dan AC

Gambar 6. Membaca Skala Cara Membaca Skala Volt Tegangan AC maupun DC 1) Range selector 0,1v Skala baca dari 0~10

Jarum maximal 0,1v (10:100:0,1) Sedangkan perkolomnya diambil dari angka 1 >> 1 disini= 1/100= 0,01 Jadi 0,01 dibagi 5 kolom >> 1/100:5= 1/1001/5=1/500= 0,02v

2) Range selector 0,5v Skala baca dari 0~50 Jarum maximal 0,5v (50:100:0,5) Sedangkan perkolomnya diambil dari angka 10 >> 10 disini= 10/100= 0,1 Jadi 0,1 dibagi 10 kolom >> 10/100:10= 1/101/10=1/100= 0,01v 3) Range selector 2,5v Skala baca dari 0~250 Jarum maximal 2,5v (250:100:2,5) Sedangkan perkolomnya diambil dari angka 50 >> 50 disini= 50/100= 0,5 Jadi 0,5 dibagi 10 kolom >> 50/100:10= 1/21/10=1/20= 0,02v 4) Range selector 10v Skala baca dari 0~10 Jarum maximal 10v Sedangkan perkolomnya diambil dari angka 1 >> 1 disini= 1/1= 1 Jadi 1 dibagi 5 kolom >> 1:5= 11/5=1/500= 0,02v

5) Range selector 50v Skala baca dari 0~50 Jarum maximal 50v Sedangkan perkolomnya diambil dari angka 10 >> 10 disini= 10/1= 10

Jadi10 dibagi 10 kolom >> 10/10= 1v

6) Range selector 250v Skala baca dari 0~250 Jarum maximal 250v Sedangkan perkolomnya diambil dari angka 50 >> 50 disini= 150= 50 Jadi 50 dibagi 10 kolom >> 50/10= 5v

7) Range selector 1000v Skala baca dari 0~10 (10100= 1000) Jarum maximal 1000v Sedangkan perkolomnya diambil dari angka 1 >> 1 disini= 1100= 100 Jadi 100 dibagi 5 kolom >> 100/5= 20v

c. Multimeter Untuk Mengukur Arus DC Rangkaian yang akan diukur diputuskan pada salah satu titik, dan melalui kedua titik yang terputus tadi arus dilewatkan melalui avometer, sebelumnya muatan semua elco didischarge.

Gambar 7. Mengukur Arus DC Cara mengukur arus DC pengukuran arus DC dari suatu sumber arus DC, saklar pemilih pada multimeter diputar ke posisi DCmA dengan batas ukur 500 mA. Kedua test lead multimeter dihubungkan secara seri pada rangkaian sumber DC Ketelitian paling tinggi didapatkan bila jarum penunjuk multimeter pada kedudukan maksimum. Untuk mendapatkan kedudukan maksimum, saklar pilih

10

diputar setahap demi setahap untuk mengubah batas ukurnya dari 500 mA; 250 mA; dan 0, 25 mA. Yang perlu diperhatikan adalah bila jarum sudah didapatkan kedudukan maksimal jangan sampai batas ukurnya diperkecil lagi, karena dapat merusakkan multimeter. 2. RLC Meter RLC meter adalah suatu alat elektronika untuk mengetahui suatu nilai/besaran resistansi pada Resistor (R), Induktansi pada Induktor (L), dan kapasitansi pada Kapasitor (C) secara digital. Dengan menggunakan RLC meter kita dapat dengan mudah mengetahui besaran/nilai suatu komponen hanya dengan menyambungkan kaki-kaki komponen dengan penjepit buaya yang telah tersambung pada probe di RLC METER maka kita sudah dapan mengetahui nilai dari suatu komponen baik R,L,C yang di tampilkan pada pada layar. RLC Meter bisa berfungsi untuk mencari nilai suatu komponen apabila nilai yang tertera pada komponen tersebut tidak jelas atau terhapus atau juga bisa untuk membandingkan apakah komponen tersebut masih bagus atau tidak (masih sesuai dengan nilai yang tertera atau sudah usang).

Gambar 8. RLC Meter B. Komponen Pasif Elektronika 1. Resistor Pada dasarnya semua bahan memiliki sifat resistif namun beberapa bahan seperti tembaga, perak, emas, dan bahan metal umumnya memiliki resistansi yang sangat kecil. Bahan bahan tersebut menghantar arus listrik dengan baik,

11

sehingga dinamakan konduktor. Kebalikan dari bahan yang konduktif, yaitu bahan material seperti karet, gelas, karbon memiliki resistansi yang lebih besar menahan aliran electron sehingga disebut sebagai isolator. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon/arang, metal film, gulungan kawat, dan porselin.

Gambar 9. Macam-macam Resistor Resistor adalah komponen dasar elektronika yang selalu digunakan dalam setiap rangkaian elektronika karena bisa berfungsi sebagai pengatur dan penghambat listrik atau untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian. Dengan resistor, arus listrik dapat didistribusikan sesuai dengan kebutuhan. Resistor diberi lambang R yang juga disebut Weerstand (dalam bahasa belanda).digunakan juga untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian. Satuan resistansi dari sebuah resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol (omega). Simbol resistor pada suatu rangkaian elektronika pada umumnya dibagi menjadi dua jenis yaitu simbol Amerika dan simbol Eropa, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 10.1.

Gambar 10.2.

Gambar 10.1. Simbol Resistor Amerika Gambar 10.2. Simbol Resistor Eropa Simbol Eropa ditunjukkan oleh gambar 10.2. sedangkan gambar 10.1. merupakan simbol Amerika. Kedua simbol tersebut bukan merupakan bentuk asli resistor tetapi simbol tersebut digunakan untuk menggambarkan resistor pada rangkaian elektronika.

12

Adapun fungsi dari resistor adalah: a. Sebagai pembagi arus. b. Sebagai penurun tegangan. c. Pembagi tegangan. d. Sebagai pengatur volume (potensiometer). e. Sebagai penghambat aliran arus listrik, dll. Tipe resistor umumnya berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga di kiri dan di kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode warna untuk memudahkan pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan alat ukur (contoh: ohm meter). Kode warna tersebut seperti ditunjukkan dibawah ini:

Tabel 4. Kode Warna Resistor Cara menggunakan tabel pada Gambar 11. adalah sebagai berikut:

13

a. Kolom colour menunjukkan warna pita pita pada resistor. Supaya mudah dihafal maka dapat diringkas menjadi hi-co-me-ji-ku-hi-bi-u-a-p-em-perno, yaitu kempanjangan dari hitam-coklat-merah-jingga(oranye)-kuninghijau-biru-ungu-abu abu-putih-emas-perak-no warna. b. Kolom band a, band b, band c, adalah pita resistor yang menunjukkan angka resistansi. c. Kolom band d adalah pita resistor yang menunjukkan nilai resistansi namun dikalikan dengan nilai pada band a, band b, band c. d. Kolom band d adalah pita resistor yang menunjukkan nilai toleransi. e. Kolom band e adalah pita resistor yang menunjukkan nilai reliabilitas. f. Untuk membedakan resistor dengan 5 pita dengan pita terakhir adalah toleransi dan 5 pita dengan pita terakhir adalah reliabilitas adalah dengan melihat jarak pita terakhir. Jika jaraknya lebar maka pita kelima adalah reliabilitas dan jika jaraknya sama dengan pita pita yang lain maka pita kelima adalah toleransi. g. Pita pertama suatu resistor adalah yang paling dekat dengan ujung resistor Contoh: 1. Gambar 11. Resistor dengan 5 Warna Resistor ini memliki 5 pita warna dengan satu pita terakhir memiliki jarak terpisah. Pita pertama kuning: (hi-co-me-ji-ku) => 4 Pita kedua abu abu: (hi-co-me-ji-ku-hi-bi-u-a) => 8 Pita ketiga ungu: (hi-co-me-ji-ku-hi-bi-u) => 7 Pita keempat merah: (hi-co-me) => x 100 Pita kelima emas: (hi-co-me-ji-ku-hi-bi-u-a-p-em) => toleransi + 5 % (*) jadi nilai resistansinnya sebesar 48700 ohm atau 48K7 dengan toleransi + 5% 2. Gambar 12. Resistor dengan 5 Warna

14

Resistor ini memliki 5 pita warna dengan satu pita terakhir memiliki jarak yang sama dengan pita lainnya Pita pertama ungu: (hi-co-me-ji-ku-hi-bi-u) => 7 Pita kedua hijau: (hi-co-me-ji-ku-hi) => 5 Pita ketiga hitam: (hi) => x 1 Pita keempat jingga (oranye): (hi-co-me-ji) => toleransi + 3% Pita kelima jingga (oranye): (hi-co-me-ji) => reliabilitas + 0,01% (*) jadi nilai resistansinnya sebesar 75 ohm atau 75 R dengan toleransi + 3% dan reliabilitas + 0,01%. 2. Induktor Sebuah induktor atau reaktor adalah sebuah komponen elektronika pasif (kebanyakan berbentuk torus) yang dapat menyimpan energi pada medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melintasinya. Kemampuan induktor untuk menyimpan energi magnet ditentukan oleh induktansinya, dalam satuan Henry. Biasanya sebuah induktor adalah sebuah kawat penghantar yang dibentuk menjadi kumparan, lilitan membantu membuat medan magnet yang kuat di dalam kumparan dikarenakan hukum induksi Faraday. Induktor adalah salah satu komponen elektronik dasar yang digunakan dalam rangkaian yang arus dan tegangannya berubah-ubah dikarenakan kemampuan induktor untuk memproses arus bolak-balik. Sebuah induktor ideal memiliki induktansi, tetapi tanpa resistansi atau kapasitansi, dan tidak memboroskan daya. Sebuah induktor pada kenyataanya merupakan gabungan dari induktansi, beberapa resistansi karena resistivitas kawat, dan beberapa kapasitansi. Pada suatu frekuensi, induktor dapat menjadi sirkuit resonansi karena kapasitas parasitnya. Selain memboroskan daya pada resistansi kawat, induktor berinti magnet juga memboroskan daya di dalam inti karena efek histeresis, dan pada arus tinggi mungkin mengalami nonlinearitas karena penjenuhan.

15

Gambar 13. Macam-macam Induktor

Fungsi utama dari induktor di dalam suatu rangkaian adalah untuk melawan fluktuasi arus yang melewatinya. Aplikasinya pada rangkaian dc salah satunya adalah untuk menghasilkan tegangan dc yang konstan terhadap fluktuasi beban arus. Pada aplikasi rangkaian ac, salah satu gunanya adalah bisa untuk meredam perubahan fluktuasi arus yang tidak dinginkan. Akan lebih banyak lagi fungsi dari induktor yang bisa diaplikasikan pada rangkaian filter, tuner dan sebagainya.

Gambar 14. Simbol Induktor Induktansi (L) (diukur dalam Henry) adalah efek dari medan magnet yang terbentuk disekitar konduktor pembawa arus yang bersifat menahan perubahan arus. Arus listrik yang melewati konduktor membuat medan magnet sebanding dengan besar arus. Perubahan dalam arus menyebabkan perubahan medan magnet yang mengakibatkan gaya elektromotif lawan melalui GGL induksi yang bersifat menentang perubahan arus. Induktansi diukur berdasarkan jumlah gaya elektromotif yang ditimbulkan untuk setiap perubahan arus terhadap waktu. Sebagai contoh, sebuah induktor dengan induktansi 1 Henry menimbulkan gaya elektromotif sebesar 1 volt saat arus dalam indukutor berubah dengan kecepatan 1 ampere setiap sekon. Jumlah lilitan, ukuran lilitan, dan material inti menentukan induktansi.

16

Tabel 5. Kode Warna Induktor Secara umum, pembacaan nilai/harga dari sebuah inductor sama dengan pembacaan nilai/harga sebuah resistor. Akan tetapi ada sedikit tambahan nilai pengali yaitu 1 H atau 10 H . Contoh
-6

Gambar 15. Induktor dengan 3 Warna Pembacaannya ialah: Gelang pertama berwarna ungu: 7 Gelang kedua berwarna hijau: 5, dan Gelang ketiga berwarna hitam: 1 Jadi nilai induktor tersebut 75 H

17

Selain menggunakan warna untuk menunjukkan nilai/harganya, ada juga induktor yang hanya mencantumkan angka sebagai nilai/harganya. Seperti: 472 Pembacaannya ialah:

Angka pertama : 4 Angka kedua : 7, dan Angka ketiga (sebagai pengali) : 2 Jadi nilai induktor tersebut 47 x 10 x 10 H atau sama dengan 4,7 mH 3. Kapasitor Kapasitor ialah komponen elektronika yang mempunyai kemampuan menyimpan elektron-elektron selama waktu yang tidak tertentu. Kapasitor berbeda dengan akumulator dalam menyimpan muatan listrik terutama tidak terjadi perubahan kimia pada bahan kapasitor, besarnya kapasitansi dari sebuah kapasitor dinyatakan dalam farad. Pengertian lain Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan dan melepaskan muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik.
2 -6

Gambar 16.1. Gambar 16.1. Kapasitor Elko Gambar 16.2. Kapasitor Keramik

Gambar 16.2.

Secara prinsip sebuah kapasitor terdiri dari dua keping konduktor yang ruang diantaranya diisi oleh dielektrik (penyekat), misal udara atau kertas. Kedua konduktor diberi muatan sama besar tetapi jenisnya berlawanan yang satu bermuatan (+), lainnya bermuatan (-). Kemampuan kapasitor untuk menyimpan muatan listrik dinyatakan oleh besaran kapasitas (atau kapasitansi). Satuan SI dari kapasitas adalah farad (F). Kapasitor dirancang untuk menyediakan kapasitansi

18

pada rangkaian listrik untuk menyimpan energi dalam medan listrik antara dua konduktor yang dipisahkan oleh media dielektrik. Kapasitansi didefinisikan sebagai sifat dari suatu rangkaian untuk melawan setiap perubahan tegangan (Robert L. Shrader, 1991:101).

Gambar 17. Kapasitor dan Simbolnya Pada umunya nilai kapasitas sebuah kapasitor digambarkan dengan angka. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 18. Nilai Kapasitas Kapasitor Kapasitor yang ukuran fisiknya kecil biasanya hanya bertuliskan 2 (dua) atau 3 (tiga) angka saja. Jika hanya ada dua angka, satuannya adalah pF (pico farad). Sebagai contoh, kapasitor yang bertuliskan dua angka 47, maka kapasitansi kapasitor tersebut adalah 47 pF. Jika ada 3 digit, angka pertama dan kedua menunjukkan nilai nominal, sedangkan angka ke-3 adalah faktor pengali. Faktor pengali sesuai dengan angka nominalnya, berturut-turut 1 = 10, 2 = 100, 3 = 1.000, 4 = 10.000, 5 = 100.000 dan seterusnya. 104 K 150

19

Gambar 19. Menghitung Kapasitor Pembacaan kapasitor diatas ialah: 104 = 10 x 104 x 10-12 = 100.000 pF = 100 nF

V.

PROSEDUR PERCOBAAN 1. Menyiapkan alat dan bahan, 2. Mengukur Resistor dengan multimeter, a. Sebelum melakukan pengukuran resistor, terlebih dahulu melakukan kalibrasi, 1) Putar saklar jangkauan ukur pada posisi Rx1, 2) Hubungkan kedua ujung prober (+) dan (-), 3) Jika jarum penunjuk bergerak ke kanan berarti multimeter dalam keadaan baik, dan 4) Atur jarum penunjuk skala sampai tepat pada angka nol Ohm dengan cara memutar tombol pengatur posisi jarum, b. Setelah melakukan kalibrasi, tempelkan masing-masing probe pada masing-masing kedua ujung resistor yang akan diukur c. Amati geraknya jarum penunjuk skala berhenti pada angka berapa dan pada skala berapa, dan d. Apabila papan skala masih sulit terbaca maka atur saklar pemilih skala sampai mudah terbaca. 3. Mengukur Induktor dengan multimeter, 4. Mengukur Kapasitor dengan multimeter, 5. Mengukur Resistor dengan RLC, 6. Mengukur Induktor dengan RLC, 7. Mengukur ELCO dengan RLC, dan

20

8. Menuliskan hasil pengukuran.

VI.

HASIL PRAKTIKUM Ukuran yang tercantum 5R6 Pembacaan manual 5,6 x 10 x = =0,1 H =1 H Pembacaan Alat Ukur 5,6H 86,8 H

Nama Komponen Induktor 1 Induktor 2

Induktor 3

Coklat : 1 Hitam : 0
2

1,0095

Merah : 10 = 10 x 102 x 10-6 H =1 Induktor 4 332 33 x 10 x 10 H =3,3 mH Kapasitor 1 Kapasitor 2 Kapasitor 3 Kapasitor 4 Resistor 1 392J100V 10 F 59J 39-J9 39. nF 10 59pF 39pF 12. = 120 9,40F 61.6 pF 41,65 pF 117,3 k 3.913 nF
2 -6

3,308

Resistor 2

150. = 150

149,3

Resistor 3 5W0,5J

0,5

0.48

21

Resistor 4

8K5

8K

7,6K

Tabel 6. Hasil Praktikum VII. KESIMPULAN Sebelum melakukan pengukuran, terlebih dahulu harus memahami cara pengukuran dan pembacaan alat ukur yang baik. Agar dalam prosesnya tidak tejadi kesalahan dalam pengukuran maupun pembacaan nilai/harga dari sebuah komponen. Hal yang paling penting yang harus diperhatikan dalam pengukuran adalah keakuratan pengukuran. Diperlukan pengukuran secara berkali kali kemudian diambil rataratanya untuk mendapatkan hasil pengukuran yang sedikit mendapatkan error. Dengan adanya alat ukur sangat membantu dalam proses pengukuran yang lebih akurat. Selain itu, untuk melakukan pengukuran dengan multimeter dan RLC, lakukan kalibrasi terlebih dahulu untuk memastikan apakah keadaan multimeter atau RLC masih dalam keadaan baik atau tidak, sehingga didapat hasil pengukuran yang yang tepat dan akurat. VIII. REFERENSI

Blocher, Richard. (2004). Dasar Elektronika. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Modul Elektronika Dasar oleh Moch. Choirul Anam Santoso, Eko Budi.2009.Modul Penggunaan Alat Ukur SMK YAdika Cirebon. Sumber lain: http://elektonika.wordpress.com/ http://dasarelektronik.blogspot.com http://ilmu-elektronika.co.cc/ http://www.electroniclab.com/ http://id.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai