Anda di halaman 1dari 30

Laporan Praktikum

Elektronika Fisis I

KOMPONEN DAN ALAT UKUR LISTRIK

DISUSUN OLEH:
NAMA :SUCI MULIANTI PANGA
NIM :H021 17 1016
KELOMPOK :XII (DUA BELAS)
TANGGAL PERCOBAAN :18 SEPTEMBER 2018
ASISTEN :CAHYA MUKHLISA AZDARANI
AMALIA WIDYANIS

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Setiap bahan yang terdapat di alam dapat dianggap sebagai bahan listrik,
karena setiap bahan mempunyai sifat-sifat kelistrikan. Dalam hal ini bahan
tersebut dapat dimasukkan kedalam kelompok yang bersifat konduktif, resistif,
kapasitif atau induktif. Jika setiap bahan bila dipandang dari sisi elektrik maupun
elektronik pasti mempunyai empat sifat. Sebagai contoh bahan logam maupun
non logam bersifat resistif dan mempunyai resistansi atau tahanan yang besarnya
berbeda-beda tergantung dari jenis bahan-bahannya [1].
Saat ini penggunaan peralatan elektronik begitu pesat. Inovasi yang
beragam dari alat-alat tersebut selalu bermunculan. Penggunaan peralatan
elektronik yang begitu luas telah mencakup ke segala aspek kehidupan manusia
yang membuat segala sesuatu semakin canggih dari segi kualitas dan semakin
kecil dari segi fisik. Besaran-besaran listrik seperti kuat arus, tegangan, hambatan,
daya dan sebagainya yang terdapat pada komponen elektronika tidak dapat secara
langsung ditangkap oleh panca indera. Sehingga, diperlukan alat-alat untuk
mengukur besaran listrik tersebut, seperti amperemeter, voltmeter, ohm-meter dan
multimeter. Pada pengamatan di lingkungan sekitar begitu banyak ditemukan
bahan-bahan yang memiliki empat sifat di atas. Semakin modernnya zaman maka
semakin banyak yang dapat dijumpai dikalangan masyarakat. Terlihat di
lingkungan masyarakat sudah sangat jarang ditemui rumah yang tidak memiliki
jaringan listrik sebagai sumber pencahayaan di rumah para penduduk.
Pada dasarnya, mengukur dapat membandingkan suatu besaran dengan
satuannya. Dalam memilih alat ukur yang akan digunakan harus disesuaikan
dengan besaran yang akan diukur. Oleh karena itu, praktikum kali ini perlu
dilakukan untuk membahas berbagai macam pengenalan dan pemakaian alat ukur
tersebut serta komponen elektronika secara mendetail.
I.2 Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dari percobaan ini yaitu melakukan pengukuran
terhadap resistansi resistor secara teori dan praktek, mengukur resistansi pada
LDR. Melakukan penentuan kondisi pada kapasitor. Melakukan pengujian kondisi
terhadap dioda. Mengukur tegangan dan mengukur RC pada pengisian dan
pengosongan kapasitor.

1.3 Tujuan Percobaan


1. Mampu menggunakan alat-alat ukur seperti amperemeter, voltmeter dan
multimeter untuk mengukur besaran-besaran elektronika yang diperlukan.
2. Mampu menggunakan osiloskop untuk berbagai pengukuran.
3. Mampu menggunakan berbagai komponen listrik.
4. Memahami dan mengerti cara mengukur pembebanan catu daya.
5. Mengukur waktu RC pada pengisian dan pengosongan kapasitor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Komponen Listrik


Instrumen elektronik menggunakan perangkat semikonduktor. Sebagian
besar ilmiah dan industri instrumentasi membutuhkan respon yang sangat cepat.
Persyaratan seperti itu tidak dapat dipenuhi oleh instrumen mekanis dan listrik. Di
perangkat elektronik, karena satu-satunya gerakan terlibat adalah elektron, waktu
respon sangat kecil karena sangat kecil inersia elektron. Dengan menggunakan
perangkat elektronik, sinyal yang sangat lemah bisa dideteksi dengan
menggunakan pra-amplifier dan amplifier [1].
Dengan adanya kemungkinan untuk mengubah besaran-besaran analog
menjadi besaran-besaran digital serta kombinasi dengan sifat-sifat komputer
elektronik yang cocok untuk mengolah besaran digital maka berkembanglah
sistem pengukuran (computing systems) dimana komputer-komputer elektronik
dapat mengolah data secara cepat dari besaran-besaran yang diukur dalam bentuk
analog. Pada saat ini penggunaan sistem pengolahan data adalah dalam
pengolahan statistik serta pengolahan bilangan [2].
Bagi seorang perancang elektronika, keberadaan kapasitansi meter
sangatlah penting, karena sangat membantu dalam perancangan dan pembuatan
suatu rangkaian elektronika yang membutuhkan keakuratan nilai kapasitansi dari
kapasitor yang digunakan. Alat ukur piranti elektronika lainnya seperti voltmeter,
amperemeter dan ohmmeter yang sudah banyak dijumpai dan dapat diperoleh
dengan mudah, alat ukur kapasitansi (capacitance meter) masih sulit dijumpai di
pasaran [3].
II.1.1 Kapasitor
Kapasitor merupakan salah satu komponen elektronika yang sangat
penting, karena hampir selalu dipakai dalam setiap peralatan elektronika. Seperti
halnya komponen elektronika lainnya, kapasitor juga mempunyai besaran atau
nilai tertentu yang menunjukkan ukuran atau kemampuan dari kapasitor tersebut.
Besaran pada kapasitor disebut dengan kapasitansi. Kapasitansi dari sebuah
kapasitor menunjukkan kemampuan dari kapasitor untuk menyimpan muatan
listrik [3].
Untuk mengetahui besarnya nilai kapasitansi dari suatu kapasitor, biasanya
dapat dilihat langsung pada label kemasannya, tetapi sayangnya nilai kapasitansi
yang tercantum pada kemasan kapasitor bukanlah nilai kapasitansi yang
sebenarnya, tetapi merupakan range nilai kapasitansi dengan toleransi tertentu.
Sebagai contoh, bila pada kemasan kapasitor tertera J104, ini berarti nilai
kapasitor sebesar 100 µF dengan toleransi 10%. Jadi nilai kapasitansi yang
sebenarnya berada pada range nilai 90 µF sampai 110 µF. Nilai kapasitansi yang
sebenarnya dari kapasitor sudah tidak sesuai lagi dengan nilai kapasitansi yang
tertera pada kemasan seiring dengan berjalannya waktu penggunaan kapasitor
tersebut [3].
Kapasitor yang ideal tidak akan mengalami kerugian, kapasitor nyata akan
memiliki beberapa kerugian terkait dengan operasinya. Energi potensial di
kapasitor dengan demikian dihamburkan masuk semua kapasitor nyata sebagai
kehilangan panas di dalam bahan dielektriknya. Kerugian ini setara diwakili oleh
resistensi seri yang disebut seri resistansi setara (ESR) [1].
Prinsip fundamental baru dari teori dielektrik dalam kapasitor ditunjukkan.
Artinya, bahan dielektrik dalam geometri yang mengurangi bidang yang
dihasilkan oleh muatan pada kapasitor elektroda efektif dalam meningkatkan
kapasitansi. Secara khusus, ditunjukkan bahwa bahan dielektrik super pada
permukaan luar dari elektroda dari kapasitor pelat paralel meningkatkan konstanta
dielektrik, juga sebagai energi dan kekuatan kepadatan, dengan perintah besarnya.
Asumsi implisit dalam semua saat ini teori kapasitor, bahwa "kapasitor" hanya
wilayah yang ditempati oleh elektroda dan ruang di antara mereka, terbukti tidak
benar [4].
II.1.2 Resistor
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk
membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan
namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Dari
hukum Ohm diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang
mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau
dilambangkan dengan simbol Ω [5].
Secara teori sebuah resistor dinyatakan memiliki resistansi murni akan
tetapi pada prakteknya sebuah resistor mempunyai sifat tambahan yaitu sifat
induktif dan kapasitif. Pada dasarnya bernilai rendah resistor cenderung
mempunyai sifat induktif dan resistor bernilai tinggi resistor tersebut mempunyai
sifat tambahan kapasitif [6].
Untuk menyatakan resistansi sebaiknya disertakan batas kemampuan
dayanya. Berbagai macam resistor dibuat dari bahan yang berbeda dengan
sifat-sifat yang berbeda. Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih
resitor pada suatu rancangan selain besar resistansi adalah besar watt nya. Karena
resistor bekerja dengan dialiri arus listrik, maka akan terjadi disipasi daya berupa
panas sebesar W=I2R watt. Semakin besar ukuran fisik suatu resistor bisa
menunjukkan semakin besar kemampuan disipasi daya resistor tersebut.

1 1
Umumnya di pasar tersedia ukuran , , 1, 2, 5, 10 dan 20 watt. Resistor yang
8 4
memiliki disipasi daya 5, 10 dan 20 watt umumnya berbentuk kubik memanjang
persegi empat berwarna putih, namun ada juga yang berbentuk silinder. Tetapi
biasanya untuk resistor ukuran jumbo ini nilai resistansi dicetak langsung
dibadannya, misalnya 100 ω dan 5 ω. Resistor dalam teori dan prakteknya ditulis
dengan perlambangan huruf R. Dilihat dari ukuran fisik sebuah resistor yang
satu dengan yang lainnya tidak berarti sama besar nilai hambatannya. Nilai
hambatan resistor disebut resistansi [5].
Resistor dibedakan menjadi resistor tetap (fixed resistor) dan resistor
variabel. Pengunaan untuk daya rendah yang paling utama adalah jenis tahanan
tetap yaitu tahanan campuran karbon yang dicetak. Ukuran relatif semua tahanan
tetap dan tidak tetap berubah terhadap rating daya (jumlah watt), penambahan
ukuran untuk meningkatkan rating daya agar dapat mempertahankan arus dan rugi
resapan daya yang lebih besar [5].
Tidak semua nilai resistansi sebuah resistor dicantumkan dengan lambang
bilangan melainkan dengan cincin kode warna. Banyaknya cincin kode warna
pada setiap resistor berjumlah 4 dan ada juga yang berjumlah 5. Resistansi yang
mempunyai 5 cincin terdiri dari cincin 1, 2 dan 3 adalah cincin digit, cincin 4
sebagai pengali serta cincin 5 adalah toleransi. Resistansi yang mempunyai 4
cincin terdiri dari cincin 1 , 2 adalah sebagai digit, cincin 3 adalah cincin pengali
dan cincin 4 sebagai toleransi [6].
II.1.3 Dioda
Dioda adalah komponen elektronika semikonduktor yang memiliki 1 buah
junction, sering disebut sebagai komponen 2 lapis (lapis N dan P) bias dioda
adalah cara pemberian tegangan luar ke terminal dioda. Apabila A diberi tegangan
positif dan K diberi tegangan negatif maka bias tersebut dikatakan bias maju
(forward bias). Pada kondisi bias ini akan terjadi aliran arus dengan ketentuan
beda tegangan yang diberikan ke dioda atau VA-VK > Vj dan selalu positif.
Sebaliknya apabila A diberi tegangan negatif dan K diberi tegangan positif, arus
yang mengalir (IR) jauh lebih kecil dari pada kondisi bias maju. Bias ini
dinamakan bias mundur (reverse bias) pada arus maju (IF) diperlakukan baterai
tegangan yang diberikan dengan IF tidak terlalu besar maupun tidak ada
peningkatan IR yang cukup signifikan [5].
II.2 Alat ukur listrik
Alat ukur Multimeter Analog adalah sebuah alat ukur elektronik yang
mempunyai multifungsi yaitu sebagai Amperemeter, Voltmeter dan Ohmmeter.
Multimeter Analog ini digunakan umum oleh para teknisi maupun mahasiswa
dalam sebuah laboratorium elektronika untuk mengukur besarnya tegangan listrik
searah, mengukur tegangan Iistrik bolak-balik, mengukur tahanan, memeriksa
komponen-komponen elektronika dan digunakan sebagai alat bantu pada
troubleshooting (mencari kerusakan) rangkaian elektronik. Dengan
memperkenalkan cara kerja dan penggunaan dari Multimeter Analog diharapkan
generasi muda dapat mengenal dan tertarik pada teknologi elektronika dasar
sejak dini [6].
Alat ukur multimeter ini dapat mengukur voltase baik AC maupun DC,
arus dan hambatan dalam sebuah rangkain elektronika. Nama lain dari multimeter
ini adalah avometer atau multitester. Fungsi utama dari multitester ini ialah
mengukur resistansi, kapasitansi, arus listrik, tegangan AC maupun DC, menguji
baik atau tidaknya suatu komponen, mengetahui sambungan rangkaian dan
sebagainya. Hasil dari pengujian tersebut akan ditunjukkan oleh jarum penunjuk
pada multitester [5].
II.2.1 Amperemeter
Amperemeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur arus
listrik dan dipasang secara seri dalam rangkaian. Amperemeter yang tersedia
dapat dikategorikan menjadi analog dan digital. Semua arus dalam rangkaian
mengalir melalui amperemeter, maka amperemeter harus memiliki tahanan yang
sangat kecil. Amperemeter digital dihubungkan secara seri dengan lampu untuk
mengukur arus yang mengalir dalam rangkaian. Sedangkan amperemeter analog,
pemasangan probe (kutub positif/negatif) perlu diperhatikan untuk menghindari
jarum berayum dalam arah yang salah [7].
II.2.2 Voltmeter
Voltmeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk tegangan dan
dipasang secara pararel dengan sumber atau bagian rangkaian yang akan di ukur
tegangannya. Voltmeter digital dihubungkan secara paralel dengan lampu yang
diukur tegangannya. Untuk menghindari aliran arus yang besar memasuki alat
ukur, maka voltmeter harus memiliki tahanan yang sangat besar [7].
II.2.3 Ohmmeter
Ohmmeter digunakan untuk mengukur besarnya tahanan atau resistansi
dari sebuah resistor. Pemasangan alat ukur ohmmeter dilakukan secara pararel
dengan tahanan yang akan diukur resistansinya tanpa terhubung dengan tegangan
sumber. Dalam mengukur resistansi dari tahanan, kedua kaki komponen tidak
boleh dipegang langsung karena dapat mempengaruhi nilai komponen yang
sedang diukur karena komponen dalam kondisi pararel dengan tangan [7].
II.2.4 Multimeter
Multimeter adalah alat ukur elektronik yang memiliki beberapa fungsi
dalam satu unit alat. Umumnya multimeter dasar terdiri atas amperemeter,
voltmeter dan ohmmeter. Sementara itu multimeter analog sering juga disebut
sebagai “volt-ohm-meters” atau DMM [7].
II.2.5 Osiloskop
Osiloskop sinar katoda dapat digunakan untuk mengamati gelombang dan
mengetahui berapa besarnya tegangan dan frekuensi dari gelombang tersebut.
Layar dari osiloskop dilengkapi dengan skala baik dengan sumbu horizontal
maupun sumbu vertikal. Besarnya gelombang yang ditampilkan bergantung pada
besarnya tegangan yang masuk dan skala yang digunakan pada osiloskop [7].
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Waktu dan Tempat Percobaan


Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi
Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Hasanuddin, Tanggal 18 September 2018, hari Selasa pukul 15.00
Wita sampai dengan 18.00 Wita.
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat dan Fungsinya
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Kabel jumper

Gambar III.1 Kabel jumper


Kabel jumper berfungsi untuk menghubungkan komponen dalam rangkaian pada
papan rangkaian.
2. Multimeter

(a) (b)
Gambar III.2 (a) Multimeter digital dan (b) Multimeter analog
Multimeter berfungsi untuk mengukur tegangan, arus dan hambatan dari
komponen elektronika.
3. Handphone

Gambar III.3 Handphone


Handphone berfungsi untuk menghitung waktu yang diperlukan dalam pengisian
dan pengosongan kapasitor.
4. Catu daya

Gambar III.4 Catu daya


Catu daya berfungsi sebagai sumber tegangan pada percobaan pengisian dan
pengosongan kapasitor serta pada pengukuran tegangan.
5. Papan Rangkaian

Gambar III.5 Papan Rangkaian


Papan rangkaian berfungsi sebagai tempat perakitan rangkaian (tempat
menancapkan kaki komponen).
6. Kabel probe
Gambar III.6 Kabel probe

Kabel probe berfungsi penghubung komponen dengan alat ukur listrik.

III.2.2 Bahan dan Fungsinya


Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Resistor

(a) (b) (c) (d)


Gambar III.7 (a) Resistor tetap (b) Potensiometer (c) LDR dan (d) Trimpot
Resistor tetap, potensiometer, LDR dan trimpot berfungsi sebagai objek
percobaan yang dihitung hambatannya, dalam praktikum kali ini digunakan empat
jenis resistor yaitu, resistor tetap , potensiometer, LDR dan trimpot.
2. Kapasitor

(a) (b) (c)


Gambar III.8 (a) Kapasitor keramik (b) Mika dan (c) ELCO
Kapasitor keramik, mika dan ELCO berfungsi sebagai objek percobaan yang di
baca kapasitas dan batas kerjanya. Sedangkan pada percobaan pengisian dan
pengosongan kapasitor digunakan kapasitor ELCO sebagai objek yang dicari
tegangannya.
3. Dioda
(a) (b) (c)
Gambar III.9 (a) Dioda semikonduktor (b) zener dan (c) LED
Dioda semikonduktor, zener dan LED berfungsi sebagai objek pecobaan pada
pengenalan komponen dasar elektronika yang diuji keadaan saat katoda-anoda dan
anoda-katoda.
4. Induktor

Gambar III.10 Induktor


Induktor berfungsi sebagai objek percobaan pada pengenalan komponen dasar
elektronika yang dicari induktansinya.
III.3 Prosedur Percobaan
III.3.1 Pengukuran Resistor
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengkalibrasi Multimeter digital.
3. Mengambil empat resistor tetap dengan warna cincin yang berbeda.
4. Membaca nilai resistansi pada setiap resistor berdasarkan warna cincinnya.
5. Mencatat data yang didapatkan pada tabel hasil percobaan pada bagian
resistansi pengukuran berdasarkan teori.
6. Mengukur resistansi (hambatan) setiap resistor.
7. Mencatat data yang didapatkan pada tabel hasil percobaan pada bagian
resistansi pengukuran berdasarkan praktikum.
8. Membandingkan kecocokan nilai resistansi yang didapatkan pada saat
pengukuran berdasarkan teori dan berdasarkan praktikum.
III.3.2 kondisi Resistor
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengkalibrasi Multimeter analog.
3. Memasang resistor potensiometer dan resistor trimpot ke papan PCB.
4. Menyiapkan multimeter yang akan digunakan untuk mengukur resistansi
potensiometer.
5. Menghubungkan salah satu kabel multimeter pada kaki satu potensiometer
sedangkan kabel lainnya pada kaki tiga potensiometer.
6. Mengamati ada atau tidak adanya perubahan nilai hambatan/resistansi yang
ditunjukkan oleh multimeter.
7. Melakukan perlakuan yang sama pada kaki satu dan dua, serta kaki dua tiga
pada potensiometer.
8. Mencatat sifat yang ditimbulkan olehnya.
9. Melakukan perlakuan yang sama pada resistor trimpot.
III.3.3 Resistor LDR
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengkalibrasi multimeter digital.
3. Meletakkan resistor pada papan PCB.
4. Memasangkan resistor pada multimeter dengan menyambungkan kabel
multimeter (+) pada salah satu kaki resistor dan kabel multimeter (-) pada kaki
resistor lainnya.
5. Mengamati resistansi pada multimeter.
6. Meletakkan resistor LDR dalam kondisi tanpa cahaya (menghalangi cahaya
yang masuk pada resistor, bisa dengan menutup permukaan resistor
menggunakan tangan).
7. Memasangkan resistor pada multimeter dengan menyambungkan kabel
multimeter (+) pada salah satu kaki resistor dan kabel multimeter (-) pada kaki
resistor lainnya.
8. Mengamati dan mencatat resistansi yang ditunjukkan pada multimeter.
III.3.4 Kapasitor
1. Menyiapkan bahan.
2. Mengambil tiga jenis kapasitor, yaitu kapasitor keramik, kapasitor elektrolit
dan kapasitor mika.
3. Membaca nilai kapasitansi tiap-tiap kapasitor.
4. Mencatat nilai yang didapatkan pada tabel hasil percobaan.
III.3.5 Dioda
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengkalibrasi multimeter analog.
3. Mengambil tiga jenis dioda yaitu dioda LED, dioda zener dan dioda
semikonduktor.
4. Memasangkan LED, zener dan semikonduktor ke papan rangkaian.
5. Memasangkan kabel multimeter pada kaki negatif dan positif dioda.
6. Mengamati ada atau tidaknya arus yang mengalir pada dioda.
7. Melakukan hal yang sama tetapi kabel dihubungkan pada kaki positif dan
negatif .
8. Mengamati ada atau tidaknya pergerakan pada jarum multimeter.
III.3.6 Tegangan
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengkalibrasi alat seperti catu daya dan multimeter.
3. Mengatur nilai catu daya sebesar 2 volt.
4. Mengatur keluaran tegangan pada kapasitor sebagai tegangan AC.
5. Menempatkan jarum penunjuk skala pada multimeter pada pengukuran
tegangan AC.
6. Menyalakan catu daya.
7. Mengukur keluaran tegangan oleh catu daya menggunakan multimeter.
8. Mencatat nilai tegangan keluaran catu daya pada tabel.
9. Melakukan hal yang sama pada pengukuran tegangan AC untu nilai 4 volt dan
6 volt.
10. Melakukan hal yang sama ketika hendak mengukur tegangan DC pada catu
daya.
III.3.7. Pengisian dan Pengosongan Kapasitor
III.3.7.1 Pengisian Kapasitor
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Merangkai komponen listrik seperti pada gambar dibawah:

(a) (b)
Gambar III.11 (a) skema Pengisian kapasitor (b) rangkaian pengisian kapasitor
3. Mengkalibrasi multimeter analog dan multimeter digital.
4. Menghubungkan kabel positif catu daya ke titik a, kabel negatif catu daya
dihubungkan ke ground, kabel positif multimeter digital (mengukur arus) ke
kaki negatif resistor, kabel negatif multimeter digital (mengukur arus) ke kaki
positif kapasitor, kabel positif multimeter analog (mengukur tegangan) ke kaki
positif kapasitor dan kabel ngatif multimeter analog (mengukur tegangan)
ke ground.
5. Menyiapkan stopwatch untuk mengukur waktu yang dibutuhkan pada saat
pengisian kapasitor.
6. Mengatur tegangan catu daya sebesar 8 volt.
7. Menyalakan catu daya bersamaan dengan menyalakan stopwatch.
8. Menghitung besar arus dan tegangan dalam selisih waktu 4 detik.
9. Mencatat arus dan tegangan yang terukur pada multimeter hingga detik ke-16.
III.3.7.2 Pengosongan Kapasitor
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Merangkai komponen listrik seperti pada gambar dibawah:
(a) (b)
Gambar III.12 (a)skema pengosongan kapasitor dan (b)rangkaian
pengosongan kapasitor

3. Mengkalibrasi multimeter analog dan multimeter digital.


4. Mehubungkan kabel positif catu daya ke titik a, kabel negatif catu daya ke
kaki negatif kapasitor, menghubungkan kaki positif kapasitor ke titik b,
menghubungkan titik a dan b untuk pengisian. Setelah terisi penuh,
hubungkan titik b ke kaki negatif resistor, kabel positif multimeter digital
(mengukur arus) ke kaki resistor, kabel negatif multimeter digital (mengukur
arus) ke ground, kabel positif multimeter analog (mengukur tegangan) ke kaki
positif kapasitor dan kabel negatif multimeter analog (mengukur tegangan) ke
ground.
5. Menyiapkan stopwatch untuk mengukur waktu yang dibutuhkan pada saat
pengisian kapasitor.
6. Mengatur tegangan catu daya sebesar 8 volt.
7. Menyalakan catu daya bersamaan dengan menyalakan stopwatch.
8. Menghitung besar arus dan tegangan dalam selisih waktu 4 detik
9. Mencatat arus dan tegangan yang terukur pada multimeter hingga detik ke-16.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Tabel Data
Tabel IV.1 Pengukuran Resistor

Warna Resistor Resistansi Pengukuran


No
A B C D Teori Praktek
1. Orange Hitam Orange Emas 30x103 Ω 28.2 ± 5% Ω
2. Coklat Hitam Orange Coklat 10x103 Ω 9,8 ± 1% Ω
3. Merah Merah Coklat - 220 Ω 216 Ω
4. Coklat Hijau Coklat - 150 Ω 147 Ω

Tabel IV.2 Kondisi Resistor


Nama Nilai Resistansi Kaki-kaki Kondisi
No
Resistor Bahan 1-3 1-2 2-3 (Baik/Buruk)
Potensiomete Tidak Bergera
1. Bergerak Baik
r 100 kΩ Bergerak k
Tidak Bergera
2. Trimpot Bergerak Baik
10 kΩ Bergerak k

Tabel IV.3 Hambatan pada Resistor LDR

No. Perlakuan Resistansi


1. Diberi Cahaya Kecil

2. Tidak Diberi Cahaya Besar

Tabel IV.4 Kapasitor

No Jenis Kapasitor Kapasitas (Kode Bahan) Batas Kerja


1. Elektrolit 1000μF 25V
2. Keramik 10 μF -
3. Mika 0,1 μF 100V
Tabel IV.5 Dioda

No Pengujian Keadaan
Jenis Dioda
. Anoda-Katoda Katoda-Anoda (Baik/Buruk)
Semikondukto
1. Bergerak Tidak Bergerak Baik
r
2. Zener Bergerak Bergerak Baik
3. LED Bergerak Tidak Bergerak Baik

Tabel IV.6 Tegangan

Nilai Catu Hasil (Volt)


No Kode Catu Daya
Daya (V) AC DC
1. 2 1,6 1,57
2. 4 CT-AC/DC-06 3,9 3,89
3. 6 5,9 5,91

Tabel IV.7 Pengisian Kapasitor

No Kapasitansi I (A)
T(s) Resonansi (KΩ) (mA) Vout (V) Vin
. (μF)
1. 4 0,78 2
2. 8 10 1000 0,53 4 8
3. 12 0,33 6,2
4. 16 0,24 7,1

Tabel IV.8 Pengosongan Kapasitor

No Kapasitansi I (A)
T(s) Resonansi (KΩ) Vout (V) Vin
. (μF) (mA)
1. 4 0,64 6
2. 8 0,40 4
10 1000 8
3. 12 0,28 2,8
4. 16 0,18 1,9
IV.2 Pembahasan
Pada percobaan pengukuran terhadap resistor tetap terdapat empat bahan
resistansi yang digunakan dalam praktikum. Dimana resistor pertama berwarna
Orange-Hitam-Orange-Emas dengan resistansi pengukuran secara teori 30x103 Ω
dan secara praktek 28.2 ± 5% Ω, pada resistor coklat-hitam-orange-coklat secara
teori 10x103 dan secara praktek 9,8 ± 1% Ω, pada resistor merah-merah-coklat
secara teori 220 Ω dan secara praktek 216 Ω, sedangkan pada resistor
coklat-hijau-coklat secara teori 150 Ω dan secara praktek 147 Ω. Pada Resistansi
pengukuran secara teori berbeda dengan hasil resistansi pengukuran secara
praktikum dikarenakan keadaaan atau kondisi alat dan bahan yang sudah terlalu
sering digunakan jadi nilai perhitungan pengukuran resistansinya sedikit berbeda
jika dihitung secara teori.
Untuk mengetahui kondisi atau keadaan suatu resistor maka diperlukan
untuk melakukan uji coba terhadap resistor tersebut. Dalam praktikum ini
digunakan dua bahan sebagai bahan percobaan yang akan diuji kondisinya apakah
masih baik atau sudah tidak layak untuk digunakan. Dalam praktikum digunakan
resistor potensiometer dengan nilai bahan 100 KΩ dan resistor trimpot dengan
nilai bahan 10 KΩ. Dalam praktikum kita melakukan pengukuran resistansi pada
kaki-kaki resistor. Pertama pada kaki 1-3 reistor trimpot dan potensiometer tidak
bergerak yang terlihat pada multimeter karena memang pada teori apabila
dipasangkan kaki 1-3 itu tetap tidak akan mengalami perubahan. Kemudian pada
kaki resistor potensiometer dan trimpot dipasangkan kaki 1-2 dan kaki 2-3, pada
pengamatan terjadi pergerakan dan ini menandakan bahwa resistor ini masih
berfungsi dengan baik sehingga masih bisa atau masih layak untuk digunakan.
Pengukuran hambatan pada resistor LDR ini diberikan dua perlakuan
yaitu pertama diberi cahaya dan kedua tidak diberi cahaya. Pada saat perlakuan
diberi cahaya resistansi pada resistor LDR semakin kecil nilai tegangannya dan
pada saat tidak diberi cahaya resistansinya menjadi besar tegangannya. Pada
percobaan ini dapat disimpulkan bahwa resisitor LDR peka terhadap cahaya.
Dalam percobaan kapasitor terdapat tiga bahan yang digunakan untuk
mengukur kapasitas dan batas kerja suatu kapasitor yaitu elektrolit, keramik dan
mika. Pada kapasitor elektrolit kapasitasnya 1000 μF dan memiliki batas kerja 25
Volt. Pada kapasitor keramik kapasitansinya 10-4 μF dan batas kerjanya tidak
diketahui. Kapasitor mika memiliki kapasitas 0,1 μF dan batas kerjanya 100 Volt.
Pengukuran terhadap dioda dilakukan pada dioda semikonduktor, zener,
dan LED. Pengujian semikonduktor dari anoda ke katoda pada multimeter
jarumnya bergerak dan pada saat pengujian dari katoda ke anoda jarum
multimeter tidak mengalami pergerakan sama sekali tetapi memang pada prospek
kerjanya jika dari katoda ke anoda memang tidak akan mengalami pergerakan
pada jarum multimeter. Seperti pada pengujian dioda semikonduktor terjadi juga
pada zener jika dari anoda ke katoda jarum multimeter mengalami pergerakan
tetapi jika dari katoda ke anoda juga bergerak. Serta pada LED ketika anoda ke
katoda jarum multimeter bergerak tetapi tidak menyala dan saat katoda ke anoda
jarum multimeter tidak bergerak dan tidak menyala. Pada pengujian ini dapat
disimpulkan bahwa kondisi atau keadaan dioda semikonduktor dan zener masih
terbilang kondisinya baik.
Pada pengisian dan pengosongan, saat proses pengisian kapasitor semakin
tinggi tegangan maka arus semakin rendah dan pada pengosongan semakin lama
waktu pengukuran arus dan tegangan semakin turun. Jika dilihat dari tabel
pengisian dan pengosongan kapasitor dapat dilihat bahwa banyaknya tegangan
yang masuk dalam kapasitor sebanding dengan lamanya waktu pengisian begitu
pula sebaliknya pada proses pengosongan dapat dilihat bahwa banyaknya
tegangan yang keluar sebanding dengan lamanya waktu pengosongan.

BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan alat ukur seperti multimeter yaitu bisa mengukur arus, tegangan dan
hambatan pada listrik. Multimeter terdiri dari multimeter analog yang masih
menggunakan jarum untuk menghitng pengukuran dan multimeter digital yang
lebih gampang untuk diketahui pengukuranya.
2. Osiloskop digunakan untuk menampilkan isyarat masukan dan isyarat keluaran.
3. Komponen listrik terbagi dua yaitu komponen pasif dimana bekerja tanpa
memerlukan sumber arus listrik dari luar seperti resistor, kapasitor dan induktor.
Komponen aktif yang bekerja dengan mendapat sumber arus listrik dari luar
seperti dioda dan transistor.
4. Pembebanan catu daya tergantung pada jenis catu daya. Semakin besar nilai
catu daya, maka semakin besar pula tegangan yang dihasilkan dan sebaliknya
semakin kecil catu daya, maka semakin kecil tegangan yang dihasilkan.
5. Pada pengisian kapasitor dapat kita tarik kesimpulan bahwa semakin lama
waktu pengukuran, arusnya semakin turun dan tegangan keluarannya semakin
besar. Berbeda dengan pengosongan kapasitor, semakin lama waktu
pengukuran arus dan tegangan semakin turun.
V.2 Saran
V.2.1 Saran untuk laboratorium
Saran untuk laboratorium agar alat dan bahan praktikum yang akan
digunakan dalam percobaan diperbaharui sehingga pada saat pengambilan data,
data yang diambil dapat lebih akurat.

V.2.2 Saran untuk asisten


Saran untuk untuk asisten labaoratorium untuk lebih mengarahkan kepada
praktikan untuk lebih teliti dalam pengambilan data agar tidak terjadi kekeliruan
dalam proses pengambilan data dan juga membantu praktikan apabila terdapat
kesulitan.
DAFTAR PUSTAKA

[1] P. Purkait, et.al. “Electrical and Electronics Measurements and


Instrumentation”. International journal, 21-37, 2013.

[2] S. Sapiie dan O. Nishino. Pengukuran dan Alat-Alat Ukur Listrik. PT.
Pradnya Paramita, Jakarta, 2000.

[3] A. S. Samosir. “Implementasi Alat Ukur Kapasitansi Digital (Digital


Capacitance Meter) berbasis Mikrokontroler”. Jurnal Rekayasa dan
Teknologi Elektro, Vol.10 No.1: 1-2, 2016.

[4] J. Phillips. “Toward an Improved Understanding of the Role of Dielectrics in


Capacitors”. Journal materials, Vol.11 No.1519: 1-2, 2018.

[5] A. Jayadin. Elektronika Dasar. Erlangga, Jakarta, 2007.

[6] K. Prawiraredjo dkk. “Pemahaman dan penggunaan alat ukur multimeter


analog sebagai pengenalan teknik elektronika”. Jurnal Ilmiah, Vol. 6 No.2:
67-69, 2006.

[7] Yohandri dan Asrizal. Elektronika Dasar 1 Komponen Rangkaian dan


Aplikasi Edisi Pertama. Kencana, Jakarta, 2016.

Anda mungkin juga menyukai