Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring perkembangan teknologi yang semakin modern pada masa
sekarang terutama pada bidang elektronika yang dapat mempermudah dalam
pengopereasian suatu alat, sehingga manusia sangat dimudahkan dengan
adanya berbagai peralatan yang diciptakan dan dapat dioperasikan serta
digunakan secara otomatis. Perkembangan teknologi tersebut menyebabkan
banyak perubahan dalam pemakaian sistem peralatan diseluruh bidang
kehidupan baik dunia industri, jasa, kesehatan dan sebagainya. Pengukuran
merupakan membandingkan antara dua besaran atau lebih dikenal dengan alat
ukur yang standar atau sejenis untuk mengetahui besaran listrik DC maupun
AC seperti tegangan, arus, resistansi, daya, faktor kerja, dan frekuensi maka
digunakan alat ukur listrik.

Dalam sistem pengukuran khususnya sistem pengukuran listrik, terdapat


dua sistem sistem pengukuran yaitu sistem analog dan sistem digital. Pada
sistem analog berkaitan dengan informasi dan data analog. Data analog dapat
membentuk sinyal analog berupa fungai kontinyu, misalnya pada penunjukan
temperatur dapat ditunjukkan oleh skala, penunjukan jarum pada skala, atau
penunjukan skala elektronik.

Adapun sistem digital berkaitan dengan informasi dan data digital.


Penunjukan angka digital berupa angka diskret dan pulsa diskontinyu yang
beruhubungan dengan waktu. Pada penunjukan angka digital dapat dilihat pada
layar display dari tegangan atau arus berupa angka (digit) tanpa harus membaca
dari skala meter sebagaimana multimeter analog.

Sampai saat ini, alat ukur analog masih tetap digunakan karena handal,
ekonomis dan praktis. Namun, alat ukur digitan makin luas dipakai, karena
harganya yang makin terjangkau, praktis dalam pemakaiannya, dan
penunjukannya semakin akurat dan presisi. Kemudian multimeter ini bisa
mengukur nilai kapasitor, induktor serta dapat mengetahui dari jenis transistor.
Pada saat ini setiap alat untuk pengukuran multimeter hanya dapat 3 fungsi
untuk pengukuran yaitu hambatan, arus, dan tegangan. Untuk lebih jelas agar
dapat memahami prinsip dari penggunaan multimeter digital secara konsep
maupun teori serta pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari maka
dilakukan praktikum tentang Pengukuran Dasar pada Multimeter Digital.
B. Tujuan Praktikum
Mahasiswa diharap dapat :
1. Memahami prinsip dasar pengukuran tegangan, kuat arus dan resistansi
dengan multimeter digital.
2. Memahami cara menentukan resistansi sebuah resistor beserta toleransi
berdasarkan nilai tertera, pembacaan langsung multimeter dan
pengukurandengan hukum Ohm.
C. Manfaat Praktikum
Dari tujuan praktikum diatas, adapun manfaat paraktikum yaitu :
1. Secara Teoritis
a. Mampu memahami prinsip dasar pengukuran tegangan kuat atus dan
resistansi dengan multimeter digital
b. Mampu memahami cara menentukan resistansi sebuah resistor
besertatoleransinya berdasarkan nilai tertera, pembacaan langsung
multimeterdan pengukuran dengan hukum Ohm.
2. Secara Praktis
Ditinjau secara praktis, dengan adanya praktikum ini kita dapat
mengetahui prinsip dasar multimeter digital, cara menggunakan
multimeterdigital serta menentukan nilai arus, hambatan serta tegangan
pada suatu rangkaian.
BAB II
LANDASAN TEORI

Instrumentasi merupakan piranti ukur (instrument) untuk menentukan harga


besaran yang berubah-ubah, yang seringkali pula untuk keperluan pengemudian
besaran yang perlu berada di batas-batas harga tertentu. Instrumentasi juga dapat
diartikan sebagai semua piranti (kimia, listrik, hidrolik, magnet, mekanik, optik,
pemantik) yang digunakan untuk menguji, mengamati, mengukur, memantau,
mengubah, membangkitkan, mencatat, menera/memelihara, atau mengemudikan
sifat-sifat fisik gerakan atau karakteristik lain. Dalam kehidupan sehari-hari,
instrumentasi semakin terasa keperluannya untuk mendapatkan nilai pengukuran
yang lebih akurat. Keberhasilan para ilmuwan dan ahli teknologi seluruhnya
tergantung pada kemampuannya memilih dan memanfaatkan secara optimum
sistem-sistem instrumentasi (Nugraha, 2018:1).
Alat ukur tegangan arus dan frekuensi adalah alat ukur yang sering digunakan
disegala bidang antara lain industry maupun pada bidang elektronika praktis. Alat
ukur ini mengalami perkembangan yang sangat luar biasa dalam hal teknologi alat
ukurnya maupun secara penggunaannya dalam beberapa tahun ini. Pada umumnya
implementasi pengukuran tegangan, arus, dan frekuensi listrik banyak dipakai oleh
penggunanya, menggunakan alat ukur standar dengan jenis alat ukur analog
maupun digital yang bersifat portable sehingga hasil data hasil pengukuran dapat
diketahui secara mudah dan praktis tetapi tidak dapat di monitor secara real-time.
Dalam bidang industri, beberapa aplikasi membutuhkan instrument yang dapat
mengukur dan merekam data hasil pengukuran secara real-time, untuk mengetahui
kualitas listrik yang digunakan, mengetahui tingkat tegangan hilang yang
digunakan dan daya pada sumber listrik yang digunakan (Kurniawan, 2014: 22).
Multimeter dibagi menjadi dua bagian yaitu multimeter analog dan
multimeter digital. Multimeter analog adalah alat ukur elektronik yang mempunyai
multifungsi yaitu sebagai amperemeter, voltmeter dan ohmmeter. Multimeter
analog umumnya digunakan oleh para teknisi sebaga alat bantu untuk mengukur
besarnya tegangan listrik searah, tegangan listrik bolak-balik, tahanan, arus listrik
searah dan memeriksa komoponen elektronika. Multimeter analog dirancang
menggunakan sensor mekanik berupa penggerak d’Arsonval meter yang terdiri dari
sebuah magnet permanen berbentuk tapak kuda dimana diantara kutub utara dan
selatannya terdapat sebuah inti berupa silinder yang dililit kawat halur berbentuk
kumparan yang kemudian dililitkan pada sebuah logam yang sangat ringan dan
diletakkan sedemikian rupa sehingga dapat berputar dengan bebas. Jenis
pengukuran dan rentang nilai dapat dipilih pada saklar putar dan hasil
pembacaan yang ditampilkan pada skala angka yang terdapat pada sebuah
multimeter (Suari, 2020: 102-103).
Gambaran umum dari sebuah alat ukurmultimeter analog dapat dilihat dari
gambar berikut :

Gambar 2.1 Multimeter Analog


(Sutiagah & Mulyana, 2013)
Keterangan bagian-bagian multimeter dan fungsinya:
- Papan skala, digunakan untuk membaca hasil pengukuran.
- Skala jangkauan ukur, digunakan untuk menentukan posisi kerja multimeter
dan batas ukur (range).
- Sekrup pengatur posisi jarum penunjuk, berfungsi untuk menera jarum
penunjuk pada angka nol (sebelah kiri papan skala).
- Tombol pengatur jarum pada posisi nol, digunakan untuk menera jarum
penunjuk pada angka nol sebelum multimeter digunakan untuk mengukurnilai
tahanan/resistan.
- Lubang kabel penyidik, tempat untuk menghubungkan atau memasukkankabel
penyidik dengan Multimeter. Ditandai dengan tanda (+) atau out dan (-) atau
common (Sutiagah, 2013: 3-5).
Resistor merupakan komponen dasar elektronika yang digunakan untuk
membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan
namanya, resistor bersifat resistif dan termasuk salah satu komponen elektronika
dalam kategori komponen pasif. Dari hukum Ohm diketahui, resistansi berbanding
terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu
resistor disebut Ohm (Ω) (Basri, 2018:1).
Nilai resistor tergantung dari hambatan jenis bahan resistor itu sendiri
(tergantung dari bahan pembuatnya), panjang dari resistor itu sendiri dan luas
penampang dari resistor itu sendiri. Secara matematis:
𝑙
R=𝜌 …(2.1)
𝐴

Dimana,
𝜌 : Hambatan jenis,
l : Panjang dari resistor,
A: Luas penampang (Asran, 2014: 15).
Hukum Ohm yang dikemukakan oleh Georg Ohm (1787-1854) menyatakan
bahwa, arus pada kawat logam sebanding dengan beda potensial V yang diberikan
ke ujung-ujungnya. arus listrik tidak hanya tergantung pada tegangan tetapi ada
besaran lain yang mempengaruhi yaitu hambatan (R) yang diberikan kawat
terhadap aliran elektron. Makin tinggi hambatan kawat maka akan semakin kecil
arus yang mengalir untuk suatu tegangan V. Oleh karena itu tegangan arus
berbanding terbalik dengan hanbatan. Sehingga dapat ditulis:
V = I.R …(2.2)
Dimana,
V: Tegangan,
R: Hambatan (Sugandaygara, 2018: 3-4).
Tegangan adalah hasil perkalian antara arus dengan hambatan listrik. Tegangan
listrik terbentuk adanya aliran-aliranarus listrik dengan hambatan listrik. Tegangan
listrik terbagi menjadi 2 bagian yaitutegangan listrik searah (Direct Voltage) dan
tegangan listrik bolak-balik (Alternathing Voltage). Satuan dari tegangan adalah
Voltage. Arus Listrik adalah Perbandingan antara tegangan masukan dengan
ambatan listrik sedangkan hambatan listrik adalah perbandingan antara tegangan
listrik dengan arus listrik, dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑉
−𝐼 = 𝑅 ....(2.3)
𝑉
−𝑅 = ....(2.4)
𝐼

Dimana,
I : Arus,
V: Tegangan,
R: Hambatan (Hutagalung, 2018: 4-5).
Toleransi resistor merupakan perubahan nilai resistansi dari nilai yang
tercantum pada badan resistor yang masih diperbolehkan dan dinyatakan resistor
dalam kondisi baik. Toleransi resistor merupakan salah satu perubahan karakteristik
resistor yang terjadi akibat adanya operasional resistor tersebut. Nilai toleransi
resistor ini ada beberapa macam yaitu resistor dengan toleransi kesalahan 1%
(resistor 1%), resistor dengan toleransi kesalahan 2% (resistor2%), resistor dengan
toleransi kesalahan 5% (resistor 5%) dan resistor dengan toleransi 10% (resistor
10%) (Basri, 2018: 2-3).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Identifikasi Variabel
Kegiatan 1. Penentuan Resistansi Secara Langsung
1. Variabel Terukur : Resistansi Tertera (Ω)
2. Variabel Terhitung : 1. Nilai Toleransi (Ω)
2. Nilai Maksimum (Ω)
3. Nilai Minimum (Ω)
Kegiatan 2. Penentuan Resistansi Secara Pengukuran
1. Variabel Terukur : Resistansi Tertera (Ω)
2. Variabel Terhitung : 1. Nilai Toleransi (Ω)
2. Nilai Maksimum (Ω)
3. Nilai Minimum (Ω)
Kegiatan 3. Penentuan Resistansi Metode Ammeter-Voltmeter
1. Variabel Terukur : 1. Tegangan V (volt)
2. Arus I (mA)
2. Variabel Terhitung : 1. Perubahan Tegangan ∆V (volt)
2. Perubahan Arus ∆I (mA)
3. Resistansi (Ω)
4. Perubahan Resistansi ∆R (Ω)
5. Nilai Minimum (Ω)
6. Nilai Maksimum (Ω)
B. Definisi Operasional Variabel
1. Resistansi Tertera adalah nilai yang diperoleh dari susunan warna cincin
resistor yang digunakan dengan simbol R (Ω).
2. Nilai Toleransi adalah nilai yang diperoleh dari warna cincin keempat pada
resistor cincin yang ditandai dengan simbol persen (%), kemudian
dikalikan dengan nilai resistansi tertera dengan satuan Ohm (Ω).
3. Nilai Maksimum adalah nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan
resistansi yang tertera dengan nilai toleransi, dengan satuan Ohm (Ω).
4. Nilai Minimum adalah nilai yang diperoleh dari hasil pengurangan
resistansi yang tertera dengan nilai toleransi, dengan satuan Ohm (Ω).
5. Tegangan adalah nilai beda potensial pada rangkaian yang diukur dengan
menggunakan multimeter digital dengan satuan volt (V).
6. Arus adalah jumlah muatan yang mengalir pada rangkaian yang diukur
menggunakan multimeter digital dengan menggunakan satuan milliampere
(mA).
7. Perubahan Tegangan adalah nilai beda potensial yang dihitung berdasarkan
tegangan yang diperoleh dengan ketelitian dari voltmeter DMM.
8. Perubahan Arus adalah perubahan jumlah muatan yang mengalir pada
rangkaian yang dihitung berdasarkan arus yang diperoleh dengan ketelitian
Amperemeter DMM.
C. Alat dan Bahan
1. Variabel Power Supply 1 Buah
2. Multimeter Digital 2 Buah
3. Resistor 3 Buah
4. Kabel Penghubung 7 Buah
D. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan 3 (tiga) buah resistor dengan resistansi masing-masing sebesar
1 kΩ, 1,5 kΩ dan 15 kΩ yang diperoleh dari pengamatan secara langsung
berdasarkan warna cincin pada masing-masing resistor.
2. Menghitung masing-masing toleransi resistor (5%), resistansi minimum
dan resistansi maksimum yang kemudian dicatat pada Tabel 1.
3. Mengukur resistansi setiap resistor menggunakan DMM sebagai
Ohmmeter, Lalu dihitung nilai toleransi, resistansi minimum dan resistansi
maksimum setiap pengukuran berdasarkan ketelitian instumen yang
digunakan kemudian dicatat pada Tabel 2.
4. Membuat rangkaian seperti pada gambar dibawah untuk masing-masing
resistor. Dengan menetapkan tegangan sumber sebesar 10 volt, kemudian
mengukur tegangan dan kuat arus rangkaian dengan menggunakan DMM.
Selanjutnya, dicatat hasil pengukuran tegangan dan kuat arus tersebut
bedasarkan nilai toleransinya maisng-masing. Berdasarkan nilai tegangan
dan kuat arus besarta toleransinya, dapat dihitung resistansi resistor
menggunakan R = V/I besaerta toleransi, nilai maksimum dan
mminimunya, yang kemudian dicatat pada Tabel 3.

Gambar 3.1 Rangkaian Pengukuran ke 4

E. Teknik Analisis Data


Kegiatan 1. Penentuan Resistansi Secara Langsung
𝑅1 = 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑒𝑟𝑎
Nilai Minimum = 𝑅1 − ∆𝑅1
Nilai Maksimum = 𝑅1 + ∆𝑅1
Kegiatan 2. Penentuan Resistansi secara Pengukuran
a. Secara Teori
𝑅1 = 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟
b. Secara Praktikum
∆𝑅1 = [(1,2% × 𝑅1 ) + (𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 × 5 𝑑𝑖𝑔𝑖𝑡)]
Nilai Minimum = 𝑅1 − ∆𝑅1
Nilai Maksimum = 𝑅1 + ∆𝑅1
Kegiatan 3. Penentuan Resistansi Metode Ammeter-Voltmeter
Untuk 𝑅1 = … Ω
a. Tegangan
𝑉1 = … V
∆𝑉1 = ± [( 0,9% × 𝑉1 ) + (𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 × 2 )]
b. Arus
𝐼1 = … mA
∆𝐼1 = =± [( 1,4% × 𝐼1 ) + (𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 × 3 )]
c. Resisansi
𝑉
𝑅= 𝐼
∆𝑉 ∆𝐼
∆𝑅1 = [| 𝑉 | + | 𝐼 |] × 𝑅

d. Nilai Minimum = 𝑅1 − ∆𝑅1


Nilai Maksimum = 𝑅1 + ∆𝑅1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Penentuan Resistansi Secara Langsung.
Resistansi Nilai Nilai Nilai
Tertera (Ω) Toleransi (Ω) Minimum (Ω) Maksimum(Ω)
ǀ1000 ± 5%ǀ 50 950 1050
ǀ1500 ± 5%ǀ 75 1425 1575
ǀ15000 ± 5%ǀ 750 14250 15750

Tabel 2. Penentuan Resistansi Secara Pengukuran.


Ketelitian Ohmmeter DMM (SANWA CD771) = ± (1,2% + 5 digit)
Resistansi Resistansi Nilai Nilai Nilai
Tertera (Ω) Terukur (Ω) Toleransi (Ω) Min. (Ω) Maks.(Ω)
ǀ1000 ± 5%ǀ ǀ987 ± 5%ǀ 11,849 975,151 998,849
ǀ1500 ± 5%ǀ ǀ1477 ± 5%ǀ 17,729 1459,271 1494,729
ǀ15000 ± 5%ǀ ǀ14650 ± 5%ǀ 175,805 14474,195 14825,805

Tabel 3. Penentuan Resistansi Metode Ammeter – Voltmeter.


Ketelitian Voltmeter DMM (SANWA CD771) = ± (0,9% + 2 digit)
Ketelitian Ammeter DMM (SANWA CD771) = ± (1,4% + 3 digit)
Tegangan ∆V Arus ∆I Resistansi (Ω)
(V) (V) (mA) (mA) R= V/I ∆R Min. Maks.
9,24 0,085 9,33 0,134 990 0,023 967 1013
9,96 0,092 6,74 0,097 1477 0,034 1443 1511
10,04 0,092 0,66 0,012 15212 0,411 14801 15623

B. Analisis Data
Kegiatan 1 Penentuan Resistansi Secara Langsung
1. Untuk 𝑅1
𝑅1 = |1000 ± 5%| Ω
∆𝑅1 = 𝑅 × 𝑡𝑜𝑙𝑒𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖
∆𝑅1 = 1000 × 5%
∆𝑅1 = 50 Ω
Nilai Minimum = 𝑅1 − ∆𝑅1
= 1000 Ω - 50 Ω
= 950 Ω
Nilai Maksimum = 𝑅1 + ∆𝑅1
= 1000 Ω + 50 Ω
= 1050 Ω
2. Untuk 𝑅2
𝑅2 = |1500 ± 5%| Ω
∆𝑅2 = 𝑅 × 𝑡𝑜𝑙𝑒𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖
∆𝑅2 = 1500 × 5%
∆𝑅2 = 75 Ω
Nilai Minimum = 𝑅2 − ∆𝑅2
= 1500 Ω - 75 Ω
= 1425 Ω
Nilai Maksimum = 𝑅2 + ∆𝑅2
= 1500 Ω + 75 Ω
= 1575 Ω
3. Untuk 𝑅3
𝑅3 = |15000 ± 5%| Ω
∆𝑅3 = 𝑅 × 𝑡𝑜𝑙𝑒𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖
∆𝑅3 = 15000 × 5%
∆𝑅3 = 750 Ω
Nilai Minimum = 𝑅3 − ∆𝑅3
= 15000 Ω - 750 Ω
= 14250 Ω
Nilai Maksimum = 𝑅3 + ∆𝑅3
= 15000 Ω + 750 Ω
= 15750 Ω
Kegiatan 2 Penentuan Resistansi Secara Pengukuran
1. Untuk 𝑅1
a. Secara Teori
𝑅1 = |987 ± 5%| Ω
b. Secara Praktikum
∆𝑅1 = [(1,2% × 𝑅1 ) + (𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 × 5 𝑑𝑖𝑔𝑖𝑡)]
∆𝑅1 = [(1,2% × 987) + (0,001 × 5 𝑑𝑖𝑔𝑖𝑡)]
∆𝑅1 = 11,849 Ω
Nilai Minimum = 𝑅1 − ∆𝑅1
= 987 − 11,849
= 975,151 Ω
Nilai Maksimum = 𝑅1 + ∆𝑅1
= 987 + 11,849
= 998,849 Ω
2. Untuk 𝑅2
a. Secara Teori
𝑅2 = |1477 ± 5%| Ω
b. Secara Praktikum
∆𝑅2 = [(1,2% × 𝑅2 ) + (𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 × 5 𝑑𝑖𝑔𝑖𝑡)]
∆𝑅2 = [(1,2% × 1477) + (0,001 × 5 𝑑𝑖𝑔𝑖𝑡)]
∆𝑅2 = 17,729 Ω
Nilai Minimum = 𝑅2 − ∆𝑅2
= 1477 − 17,729
= 1459,271 Ω
Nilai Maksimum = 𝑅2 + ∆𝑅2
= 1477 + 17,729
= 1494,729 Ω
3. Untuk 𝑅3
a. Secara Teori
𝑅3 = |14650 ± 5%| Ω
b. Secara Praktikum
∆𝑅3 = [(1,2% × 𝑅1 ) + (𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 × 5 𝑑𝑖𝑔𝑖𝑡)]
∆𝑅3 = [(1,2% × 14650) + (0,001 × 5 𝑑𝑖𝑔𝑖𝑡)]
∆𝑅3 = 175,805 Ω
Nilai Minimum = 𝑅3 − ∆𝑅3
= 14650 − 175,805
= 14474,195 Ω
Nilai Maksimum = 𝑅3 + ∆𝑅3
= 14650 + 175,805
= 14825,805 Ω
Kegiatan 3 Penentuan Resistansi Metode Ammeter-Voltmeter
a. Untuk Data 1
1) Tegangan
𝑉1 = 9,24 V
∆𝑉1 = ± [( 0,9% × 𝑉1 ) + (𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 × 2 )]
∆𝑉1 = ± [( 0,9% × 9,24 𝑉) + (0,001 × 2 )]
∆𝑉1 = 0,085 V
2) Arus
𝐼1 = 9,96 mA
∆𝐼1 = ± [( 1,4% × 𝐼1 ) + (𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 × 3 )]
∆𝐼1 = ± [( 1,4% × 9,33 𝑚𝐴) + (0,001 × 3 )]
∆𝐼1 = 0,134 mA
3) Resisansi
𝑉
𝑅= 𝐼
9,24 𝑉
𝑅 = 9,33 𝑚𝐴

𝑅 = 0,990 kΩ
∆𝑉 ∆𝐼
∆𝑅1 = [| 𝑉 | + | 𝐼 |] × 𝑅
0,085 𝑉 0,134 𝑚𝐴
∆𝑅1 = [| 9,24 𝑉 | + | 9,33 𝑚𝐴 |] × 0,990 Ω

∆𝑅1 = 0,023 kΩ
4) Nilai Minimum = 𝑅1 − ∆𝑅1
= 0,990 − 0,023
= 0,967 kΩ
= 967 Ω
5) Nilai Maksimum = 𝑅1 + ∆𝑅1
= 0,990 + 0,023
= 1,013 kΩ
= 1013 Ω
b. Untuk Data 2
1) Tegangan
𝑉2 = 9,96 V
∆𝑉2 = ± [( 0,9% × 𝑉2 ) + (𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 × 2 )]
∆𝑉2 = ± [( 0,9% × 9,96 𝑉) + (0,001 × 2 )]
∆𝑉2 = 0,092 V
2) Arus
𝐼2 = 6,74 mA
∆𝐼2 = ± [( 1,4% × 𝐼2 ) + (𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 × 3 )]
∆𝐼2 = ± [( 1,4% × 6,74 𝑚𝐴) + (0,001 × 3 )]
∆𝐼2 = 0,097 mA
3) Resisansi
𝑉
𝑅= 𝐼
9,96 𝑉
𝑅 = 6,74 𝑚𝐴

𝑅 = 1,477 kΩ
∆𝑉 ∆𝐼
∆𝑅2 = [| 𝑉 | + | 𝐼 |] × 𝑅
0,092 𝑉 0,097 𝑚𝐴
∆𝑅2 = [| 9,96 𝑉 | + | 6,74 𝑚𝐴 |] × 1,477 Ω

∆𝑅2 = 0,034 kΩ
4) Nilai Minimum = 𝑅2 − ∆𝑅2
= 1,477 − 0,034
= 1,443 kΩ
= 1443 Ω
5) Nilai Maksimum = 𝑅2 + ∆𝑅2
= 1,477 + 0,034
= 1,511 kΩ
= 1511 Ω
c. Untuk Data 3
1) Tegangan
𝑉3 = 10,04 V
∆𝑉3 = ± [( 0,9% × 𝑉3 ) + (𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 × 2 )]
∆𝑉3 = ± [( 0,9% × 10,04 𝑉) + (0,001 × 2 )]
∆𝑉3 = 0,092 V
2) Arus
𝐼3 = 0,66 mA
∆𝐼3 = ± [( 1,4% × 𝐼3 ) + (𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 × 3 )]
∆𝐼3 = ± [( 1,4% × 0,66 𝑚𝐴) + (0,001 × 3 )]
∆𝐼3 = 0,012 mA
3) Resisansi
𝑉
𝑅= 𝐼
10,04 𝑉
𝑅 = 0,66 𝑚𝐴

𝑅 = 15,212 kΩ
∆𝑉 ∆𝐼
∆𝑅3 = [| 𝑉 | + | 𝐼 |] × 𝑅
0,092 𝑉 0,012 𝑚𝐴
∆𝑅3 = [|10,04 𝑉| + | 0,66 𝑚𝐴 |] × 15,212 Ω

∆𝑅3 = 0,411 kΩ
4) Nilai Minimum = 𝑅3 − ∆𝑅3
= 15,212 − 0,411
= 14,801 kΩ
= 14801 Ω
5) Nilai Maksimum = 𝑅3 + ∆𝑅3
= 15,212 − 0,411
= 15,623 kΩ
= 15623 Ω
C. Pembahasan
Multimeter Digital merupakan alat ukur elektronik yang mempunyai
multifungsi yaitu sebagai amperemeter, voltmeter dan ohmmeter. Multimeter
Digital akan menunjukkan nilai atau hasilnya sebagai angka pada layarnya.
Pada praktikum “Pengukuran Dasar Menggunakan Multimeter Digital (DMM)
terdapat 3 kegiatan, yaitu (1) Penentuan nilai resistansi resistor secara
langsung, (2) Penentuan nilai resistansi resistor menggunakan multimeter
digital dan (3) Penentuan nilai resistansi resistor dengan menggunakan
persamaan hukum Ohm.
Pada kegiatan pertama, yaitu dilakukan pembacaan pada resistor cicin
berdasarkan warna dalam penentuan nilai resistansinya secara langsung,
dimana resistansi dari masing-masing resistor yaitu 1000 Ω, 1500 Ω, dan
15000 Ω, dengan nilai toleransi sebesar 5% sesuai dengan warna emas pada
cincin keempat resistor yang hasilnya masing-masing yaitu 50 Ω, 75 Ω dan 750
Ω. Kemudian, pada hasil pengukuran juga telah ditentukan nilai minimum dan
nilai maksimum resistor. Nilai minimum dan nilai maksimum resistor yang
diperoleh menunjukkan batas penggunaan resistor dalam keadaan baik.
Pada kegiatan kedua, dilakukan pengukuran menggunakan multimeter
digital dengan ketelitian ± (1,2% + 5 𝑑𝑖𝑔𝑖𝑡). Nilai resistansi yang terukur
masing-masing yaitu sebesar 990 Ω, 1480 Ω, dan 14800 Ω dengan nilai
toleransi dihitung menggunakan [(1,2% × 𝑅1 ) + (𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 × 5 𝑑𝑖𝑔𝑖𝑡)]
sesuai dengan ketelitian multimeter yang digunakan. Nilai toleransi yang
diperoleh berturut-turut yaitu 11,849 Ω, 17,729 Ω dan 175,805 Ω. Dari hasil
penentuan resistansi dengan multimeter ini dapat dikatakan bahwa telah sesuai
dengan pembacaan secara langsung berdasarkan warna cincin dari resistor
cincin yang digunakan karena hasil dari pengukuran dengan multimeter digital
berada pada rentang nilai toleransi pembacaan secara langsung.
Pada kegiatan ketiga, dilakukan pengukuran tegangan dan arus dengan
menggunakan ammeter-voltmeter dengan tegangan sumber sebesar 10 volt.
Kemudian diperoleh tegangan pada ketiga resistor yaitu sebesar 9,24 volt; 9,96
volt; dan 10,04 volt. Serta diperoleh juga arus dari ketiga resistor masing-
masing sebesar 9,33 mA, 6,74 mA dan 0,66 mA. Berdasarkan data yang
diperoleh yaitu data tegangan dan arus, maka penentuan resistansi resistor
dapat dihitung menggunakan persamaan hukum Ohm, dimana R = V/I yang
kemudian diperoleh 𝑅1 = 0,990 kΩ, 𝑅2 = 1,477 kΩ dan 𝑅3 = 15,212 kΩ.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Resistansi dapat diukur dengan merangkaikan DMM secara seri terhadap
resistor. Kuat arus diukur dengan merangkaikan DMM secara seri dengan
power supply dan resistor kemudian, untuk mengukur Tegangan, dapat
diukur dengan merangkaikan DMM secara parallel dengan power supply
dan resistor.
2. Resistansi dan toleransi pada resistor dapat ditentukan dengan cara melihat
nilai tertera pada resistor, pembacaan langsung DMM dan pengukuran
dengan hukum ohm yaitu resistansi suatu rangkaian sama dengan tegangan
rangkaian dibagi dengan arus yang mengalir pada rangkaian.
B. Saran
1. Untuk praktikan, diharapkan agar lebih memahami materi ataupun teori
yang digunakan dalam praktikum agar lebih mudah dalam melakukan
praktikum serta dapat menyimpulkan hasil praktikum dengan baik.
2. Untuk asisten pembimbing diharapkan agar lebih meningkatkan kinerjanya
dalam mendampingi praktikan.
3. Untuk laboran, agar mengawasi kualitas alat yang digunakan sebelum
praktikum berlangsung, agar kegiatan praktikum berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Asran. (2014). Rangkaian Listrik 1. Aceh : Universitas Malikussaleh.


Basri, Irma Yulia., & Irfan, Dedy. (2018). Komponen Elektronika. Padang :
Sukabina press.
Hutagalung, S., N., & Panjaitan, M. (2018). Pembelajaran Fisika Dasar dan
Elektronika Dasar (Arus, Hambatan dan Tegangan Listrik) Menggunakan
Aplikasi Matlab Metode Simulink. Jurnal Ikatan Alumni Fisika Universitas
Negeri Medan, 4(2), 2–5.
Kurniawan, I. H., & Hayat, L. (2014). Perancangan dan Implementasi Alat Ukur
Tegangan, Arus Dan Frekuensi Listrik Arus Bolak-Balik Satu Fasa Berbasis
Personal Computer. Techno, 15(1), 21–31.
Nugraha, A., & Ramadhan, M. N. (2018). Pengukuran Teknik dan Instrumentasi
(HMKK314). Universitas Lambung Mangkurat : Banjarmasin.
Suari, M. (2020). Karakterisasi Ampermeter Voltmeter Terhadap Penambahan
Hambatan Pada Pengujian Sensor Mekanik Multimeter Analog. NATURAL
SCIENCE: Jurnal Penelitian Bidang IPA Dan Pendidikan IPA, 6(1), 41–53.
Sundaygara, C., Pranata K.B., & Sayadi M. (2018). Bahan Ajar Media
Pembelajaran Percobaan Fisika Materi Listrik Magnet. Media Nusantara
Kreatif : Malang.
Sutiagah, A., & Mulyana F. (2013). Teknik Kelistrikan dan Elektronika
Instrumentasi. Jakarta : Gramedia

Anda mungkin juga menyukai