Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Melakukan sebuah praktikum tidak akan terlepas dari pengukuran, baik itu
mengukur panjang, tinggi, tegangan, arus dan sebagainya. Dalam kegiatan
mengukur pasti digunakan yang namanya alat ukur, dalam kehidupan tidak
dapat dipungkiri akan melakukan pengukuran secara sadar ataupun tidak
sadar.alat ukur yang digumakan juga terkadang sangat sederhana seperti
munggunakan jengkal tangan untuk mengetahui panjang, namun kembali lagi
setiap pengukuran membutuhkan alat ukur masing-masing yang sesuai seperti
mengukur panjang menggunakan penggaris, mengukur massa menggunakan
neraca dan masih banyak alat ukur yang lainnya.
Di kehidupan sehari-hari kita sudah akrab dengan namanya listirk, hampir
semua peralatan di sekitar kita menggunakan listrik agar bisa digunakan.
Namun banyak terjadi kerusakan pada listrik karena penanganan yang kurang
tepat, sebagaimana diketahui dalam listrik dikenal isstilah tegangan, kuat arus,
daya, frekuensi dan sebagainya. Dan dalam mengukur besaran listrik tersebut
dibutuhkan alat ukur yang sesuai yaitu multimeter karena besaran listrik tidak
dapat dirasakan secara langsung oleh indra kita.
Multimeter adalah alat ukur listrik yang banyak digunakan untuk
mengukur tegangan, hambatan, maupun arus. Selain itu multimeter juga dapat
mengukur listrik AC maupun listrik DC berguna untuk membatu pekerjaan
lapangan dan mengukur dengan tingkat ketepatan yang tinggi hingga dapat
dengan mudah menemukan kesalahan. Multimeter yang biasa digunakan
adalah multimeter analog. Dalam menggunakan multimeter analog diperlukan
perlakuan khusus dimana dalam mengukur harus teliti pada penunjukkan
jarum di LCD dan terkadaang untuk menghitung nilai yang ditunjuk jarum
harus menggunakan rumus tertentu. Multimeter digital pun rawan rusal di
bagian spul atau penunjuk jarum.
Seiring semakin berkembangnya zaman, maka multimeter juga
mengalami perkembangan dari multimeter analog menjadi multimeterr digital,
dalam pengunaannya menjadi lebih mudah dimana dalam penunjukkan hasil
pengukuran menggunakan digit di LCD serta hasil pengukurannya lebih
akurat. Multimeter digital juga dikenal sebagai DMM (digital multimeter).
B. Tujuan
1. Memahami prinsip dasar pengukuran tegangan, kuat arus dan resistansi
dengan multimeter digital.
2. Memahami bagaimana cara menentukan resistansi sebuah resistor beserta
toleransinya berdasarkan nilai tertera, pembacaan langsung multimeter
digital dan pengukuran dengan hukum ohm.
C. Manfaat Praktikum
1. Secara teoritis
a. Mahasiswa dapat memahami prinsip dasar pengukuran tegangan, kuat
arus dan resistansi dengan multimeter digital.
b. Mahasiswa dapat Memahami bagaimana cara menentukan resistansi
sebuah resistor beserta toleransinya berdasarkan nilai tertera,
pembacaan langsung multimeter digital dan pengukuran dengan
hukum ohm.
2. Secara praktis
a. Multimeter dapat digunakan untuk mengukur hambatan, kuat arus,
serta tegangan
b. Multimeter berguna untuk mengecek letak kabel yang putus, dan dapat
mengecek konsleting listrik.
BAB II
LANDASAN TEORI

Listrik yang dikenal sehari-hari terdiri dari 2 jenis, yaitu listrik searah
(direct current-DC) dan listrik bolak-balik (alternating current-AC). Hukum
kelistrikan yang dikemukakan oleh ilmuwan Jerman, George Simon Ohm (1789-
1854). Hukum kelistrikan ini dikenal sebagai hukum ohm yang kemudian
berkembang dan dirumuskan V=iR. Hukum ini menjadi dasar semua pengukuran
listrik. Kadang kala perlu mengetahui adanya arus dan tegangan dalam suatu
rangkaian, sedangkan panca indera tidak dapat meraba besaran tersebut secara
kuantitatif. Oleh karenanya harus dibuat instrument untuk menerjemahkan besaran
ke dalam bentuk penunjukkan audio dan visual. Instrumen-instrumen yang disebut
sebagai alat ukur ini memainkan peranan penting dalam bidang kelistrikan dengan
menghasilkan pengukuran yang tidak dapat dilakukan dengan indra normal
(Fadjar, 2016).
Pengukuran dan besaran merupakan hal yang bersifat dasar dan penting,
sebab suatu pengamatan terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran. .
Pengukuran dilakukan dengan suatu alat ukur, dan setiap alat ukur memiliki nilai
skala terkecil (nst). Salah satu pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran
sistem listrik, dimana tegangan merupakan salah satu besaran listrik yang diukur.
Pengukuran besaran tegangan listrik diukur dengan alat ukur yang disebut
voltmeter yang merupakan bagian dari Multimeter (Uli, 2016: 1).
Multimeter merupakan alat ukur besaran listrik yang bekerja dengan
kumparan putar magnet permanen (permanent magnet coil,PMMC). Alat ukur
kumparan putar adalah salah satu pengubah besaran listrik kedalam gerakan
jarum. Alat ukur kumparan putar (moving coil meter) juga sering disebut dengan
d’Arsonval meter. Alat ukur kumparan hanya digunakan untuk mengukur besaran
listrik atau searah. Prinsip kerja dari pengubahan dari besaran listrik ke gerakan
jarum berdasarkan sistem induksi (Setiyo, 2017).
Multimeter atau multitester juga merupakan alat ukur elektronik yang
memiliki beberapa fungsi dalam satu unit alat. Umumnya multimeter dasar terdiri
dari atas ammeter voltmeter, dan ohmmeter. Sementara itu multimeter analog
sering juga disebut sebagai “volt-ohm-meter” atau VOM. Multimeter digital
biasanya dikenal dengan “digital-multi-meters” atau DMM ( Yohandri, 2016).
Multimeter dapat mendeteksi kerja maupun nilai komponen seperti
transistor, diode, resistor, kapasitor, dan inductor masih berfungsi baik atau tidak
dan digunakan pada trouble shooting suatu peralatan elektronik. mengukur
tegangan DC, mengukur tegangan AC, mengukur arus DC, mengukur tahanan
(Ohm) ( Pirawiroredjo, 2006: 68).
Multimeter digital akan menghasilkan pembacaan berupa angka.
Multimeter digital merupakan alat ukur besaran listrik seperti tegangan, kuat arus,
hambatan atau sebagainya. Alat ukur ini memiliki akurasi yang tinggi dan banyak
digunakan para teknisi maupun pelajar dan mahasiswa. Multimeter ini pada saat
melakukan pengukuran akan langsung terbaca. Besaran nilai dalam bentuk angka
hingga beberapa desimal. Kekurangan multimeter digital yaitu untuk mengukur
tegangan yang tidak stabil. Cara menggunakan multimeter digital sama dengan
multimeter analog, tetapi multimeter digital lebih praktis dalam
penggunaannya ( Ponto. 2018).
Adapun bagian-bagian dan fungsi multimeter digital adalah display yang
berfungsi sebagai monitor untuk pengamatan hasil pengukuran. Probe berfungsi
sebagai tungkai untuk menghubungkan terminal multimeter dengan sasaran yang
diukur. Saklar pemilih atau range selector switch berfungsi untuk memilih posisi
pengukuran dan batas ukuran. Ohm berarti multimeter berfungsi sebagai W posisi
ohmmeter yang terdiri dari tiga batas ukur yaitu x1;x10;W dan K. Posisi ACV
(volt AC) yang berarti alat ukur ini berfungsi sebagai voltmeter untuk tegangan
bolak-balik yang terdiri dari batas ukur, yaitu 10, 50, 250, dan 1000. Posisi DCV
(volt DC) yang berarti alat ukur ini berfungsi sebagai voltmeter tegangan bolak-
blik yang terdiri dari batas ukur, yaitu 10, 50, 250, dan 1000. Posisi DCmA
(miliampere DC) yang berarti multimeter berfungsi untuk ukuran miliampere arus
searah yang terdiri dari tiga batas ukur yaitu 0.25, 25, dan 500. (Ponto. 2018).
Pada multimeter terdapat prinsip kerja yaitu galvanometer dimana
Multimeter menggunakan prinsip hukum Gaya Lorentz. Gaya Lorentz adalah
interaksi medan magnet dan kuat arus listrik yang dapat menimbulkan gaya
magnetik. Gaya magnetik yang menyebabkan jarum penunjuk pada mutimeter
bisa menyimpang pada saat di lewati arus yang melewati kumparan. Semakin
besar kuat arus listrik maka akan semakin besar pula penyimpangannya. Untuk
perbedaannya terletak pada bentuk rangkaian, untuk mengukur tegangan listrik
dirangkai secara paralel, sedangakan kuat arus listrik dirangkai secara seri. Dan
gerak d’Arsonvol Multimeter juga menggunakan gerak d’Arsonval yaitu gerakan
dasar kumparan putar magnet (Chusni, 2017).
Dalam pengukuran, digunakan sejumlah istilah yang akan didefinisikan
yaitu ketelitian menyatakan tingkat kesesuaian atau dekatnya suatu hasil
pengukuran terhadap harga yang sebenarnya. Akurasi atau ketelitian dari suatu
pengukuran terkadang dinyatakan dalam bentuk toleransi, dimana toleransi ini
dapat dituliskan dalam perentasi atau satuan besaran terukurnya. Sebagai contoh,
hasil pengukuran tegangan sebesar 50 volt dengan toleransi ±2% dapat pula
dinyatakan sebagai ±1 volt. Akurasi atau ketelitian dari sebuah multimeter digital
(DMM) umumnya ditunjukkan pada bagian tubuh instrument atau pada buku
manualnya. Nilai ketelitian sebuah DMM dinyatakan oleh presentasi + jumlah
digit paling berarti, misalnya ±(1% + 1 digit) (Tim Penyusun, 2020).
Ketetapan terdiri dari dua karakteristik, yaitu kasesuaian (comformity) dan
jumlah angka yang berarti (significant figures) terhadap mana suatu pengukuran
dapat dilakukan. Dalam pemberian hasil lebih mendekati harga yang
sebenarnya (Cooper, 1978).
Kepekaan (sensitivitas) adalah menyatakan perbandingan pengeluaran
terhadap perubahan pada besaran yang diukur. suatu alat yang peka akan
memberikan tanggapan atau respon yang besar jika besaran yang diukur berubah
sedikit. Pada meter kumparan putar (moving coil meter), kepekaan arus
dinyatakan oleh arus yang menyebabkan simpangan penuh. Daya pisah adalah
perubahan terkecil daripada besaran yang diukur untuk mana alat ukur masih
memberikan tanggapan. Kesalahan adalah simpangan terhadap nilai sebenarnya
besaran yang diukur. jenis-jenis kesalahan seperti kesalahan umum seperti
kecerobohan dan gross erros (Fadjar, 2016).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Identifikasi Variabel
B. Definisi Operasional Variabel
C. Alat dan Bahan
1. Variabel power supply 1 buah
2. Multimeter digital 2 buah
3. Hambatan 3 buah
4. Kabel Penghubung

D. Prosedur Kerja
1. Disiapkan 3 buah resistor toleransi 5% dengan resistansi masing-masing
1kΩ, 5 kΩ, dan 10 kΩ.
2. Dihitung masing-maasing toleransi resistansinya (dari 5%), resistansi
minimum dan maksimum. Dicatat pada tabel 1.
3. Tesistansi masing-masing resistor diukur secara langsung dengan DMM
sebagai ohmmeter. Dihitung toleransi, resistansi minimum dan maksimum
setiap pengukuran berdasarkan ketelitian instrument. Dicata hasilnya pada
tabel 2.
4. Rangkaian dibuat seperti pada gambar 1..1 untuk masing-masing resistor.
Tetapkan tegangan sumber ssebesar 10 volt lalu diukur tegangan dan kuat
arus rangkaian dengan menggunakan DMM. Dicatat hasil pengukuran
tegangan dan kuat arus tersebut beserta toleransinya masing-masing.
Berdasarkan nilai tegangan dan kuat arus beserta toleransinya, dihitung
resistansi resistor yang digunakan beserta toleransi, nilai minimum dan
maksimumnya. Dicatat semua hasil pengukuran dan perhitungan pada
tabel 3.
E. Analisis Data
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pengamatan


B. Analisis Data
C. Grafik
D. Analisis Grafik
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Chusni, Minan, M. 2017. Pengenalan Alat Ukur. Bandung: UIN


Sunan Gunung Djati.
Cooper, D William. 1978. Instrumentasi Elektronik Dan Teknik
Pengukuran. Jakarta: Erlangga.
Fadjar, Purwanto, Warnana, D, D, Susilowati, E. 2016. Elektronika.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Ponto, Hantje. 2018. Dasar Teknik Listrik. Yogyakarta: Deepublish.
Prawiroredjo, Kiki. 2006. Pemahaman Dan Penggunaan Alat Ukur
Multimeter Analog Sebagai Pengenalan Teknik Elektronika.
Jurnal Ilmiah LEMDIS. Jakarta. Volume 4 No 2: Hal 68.
Setiyo, Muji. 2017. Listrik & Elektronika Dasar Otomotif. Magelang:
Unimma Press.
Tim Penyusun. 2020. Penuntun Praktikum Instrumentasi. Makassar:
Laboratorium Fisika Unit Elektronika & Instrumentasi FMIPA
UNM.
Uli, R, Delina, M, Heryanto, B. 2016. Pengukuran Dan Analisa Data
Kalibrasi Voltmeter Dengan Multi Product Calibrator. Prosiding
Seminar Nasional Fisika. Jakarta. Volume 5: Hal 1.
Yohandri, Asrizal. 2016. Elektronika Dasar 2: Komponen,
Rangkaian, dan Aplikasi. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai