Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

JUDUL

LOGO

NAMA
NIM

PROGRAM STUDI D3 TEKNOLOGI ELEKTRO-MEDIS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SEMARANG
2022
I. TUJUAN
setelah mengerjakan praktikum ini mampu :
- Mengenal dan mengoperasikan voltmeter DC dengan benar.
- Mengkalibrasi dan memilih batas ukur yang tepat.
II. DASAR TEORI
1. Definisi mutimeter
Multimeter atau multitester adalah alat pengukur listrik yang sering dikenal
sebagai VOM(Volt-Ohm meter) yang dapat mengukur tegangan (voltmeter),
hambatan (ohm-meter), maupun arus (amperemeter). Ada dua kategori multimeter:
multimeter digital atau DMM(digital multi-meter)(untuk yang baru dan lebih akurat
hasil pengukurannya), dan multimeter analog. Masing-masing kategori dapat
mengukur listrik AC, maupun listrik DC.
Sebuah multimeter merupakan perangkat genggam yang berguna untuk menemukan
kesalahan dan pekerjaan lapangan, maupun perangkat yang dapat mengukur dengan
derajat ketepatan yang sangat tinggi.

2. Jenis multimeter
Berikut ini adalah macam-macam alat ukur listrik.
a. Amperemeter
Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik baik
untuk  DC maupun AC yang ada dalam rangkaian tertutup. Amperemeter
biasanya dipasang berderet dengan elemen listrik. Jika kita akan mengukur arus
yang melewati penghantar dengan menggunakan Amperemeter maka harus kita
pasang seri dengan cara memotong penghantar agar arus mengalir melewati
ampere meter.
DC Amperemeter AC Amperemeter

Bagian terpenting dari Ampermeter adalah galvanometer. Galvanometer bekerja


dengan prinsip gaya antara medan magnet dan kumparan berarus. Galvanometer
dapat digunakan langsung untuk mengukur kuat arus searah yang kecil.
Semakin besar arus yang melewati kumparan semakin besar simpangan pada
galvanometer.

galvanometer

Ampermeter terdiri dari galvanometer yang dihubungkan paralel dengan resistor


yang mempunyai hambatan rendah. Tujuannya adalah untuk menaikan batas
ukur ampermeter. Hasil pengukuran akan dapat terbaca pada skala yang ada
pada ampermeter.
Alat ini sering digunakan oleh teknisi elektronik yang biasanya menjadi satu
dalam multitester atau Avometer. Avometer adalah singkatan dari
Amperemeter, Voltmeter dan Ohmmeter.

b. Voltmeter
Voltmeter adalah alat untuk mengukur besar tegangan listrik dalam suatu
rangkaian listrik. Voltmeter disusun secara paralel terhadap letak komponen
yang diukur dalam rangkaian. Alat ini terdiri dari tiga buah lempengan tembaga
yang terpasang pada sebuah bakelite yang dirangkai dalam sebuah tabung kaca
atau plastik. Lempengan luar berperan sebagai anode sedangkan yang di tengah
sebagai katode. Umumnya tabung tersebut berukuran 15 x 10cm (tinggi x
diameter).

c. Ohmmeter
Ohm-meter adalah alat untuk mengukur hambatan listrik, yaitu daya untuk
menahan mengalirnya arus listrik dalam suatu konduktor. Besarnya satuan
hambatan yang diukur oleh alat ini dinyatakan dalam ohm. Alat ohm-meter ini
menggunakan galvanometer untuk mengukur besarnya arus listrik yang lewat
pada suatu hambatan listrik (R), yang kemudian dikalibrasikan ke satuan ohm.

d. Multimeter Analog dan Digital


Ada dua kategori multimeter yaitu multimeter digital atau DMM (digital multi-
meter) untuk yang baru dan lebih akurat hasil pengukurannya, dan multimeter
analog. Masing-masing kategori dapat mengukur listrik AC, maupun DC.
- Multimeter Digital
Multimeter digital memiliki akurasi yang tinggi, dan kegunaan yang lebih
banyak jika dibandingkan dengan multimeter analog. Yaitu memiliki
tambahan-tambahan satuan yang lebih teliti, dan juga opsi pengukuran yang
lebih banyak, tidak terbatas pada ampere, volt, dan ohm saja. Multimeter
digital biasanya dipakai pada penelitian atau kerja-kerja mengukur yang
memerlukan kecermatan tinggi, tetapi sekarang ini banyak juga bengkel-
bengkel komputer dan service center yang memakai multimeter digital.
Kekurangannya adalah susah untuk memonitor tegangan yang tidak stabil.
Jadi bila melakukan pengukuran tegangan yang bergerak naik-turun,
sebaiknya menggunakan multimeter analog.

Cara menggunakannya sama dengan multimeter analog, hanya lebih


sederhana dan lebih cermat dalam penunjukan hasil ukurannya karena
menggunakan display 4 digit sehingga mudah membaca dan memakainya.

1. Putar sakelar pemilih  pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat
ukur siap dipakai.
2. Hubungkan probenya ke komponen yang akan kita ukur setelah
disambungkan dengan alat ukur.
3. Catat angka yang tertera pada multimeter digital.
4. Penyambungan probe tidak lagi menjadi prinsip sekalipun probenya
terpasang terbalik karena display dapat memberitahu.

- Multimeter Analog
Multimeter analog lebih banyak dipakai untuk kegunaan sehari-hari,
seperti para tukang servis TV atau komputer kebanyakan menggunakan
jenis yang analog ini. Kelebihannya adalah mudah dalam pembacaannya
dengan tampilan yang lebih simple. Sedangkan kekurangannya adalah
akurasinya rendah, jadi untuk pengukuran yang memerlukan ketelitian
tinggi sebaiknya menggunakan multimeter digital. 

Cara menggunakan Multimeter Analog


1. Untuk memulai setiap pengukuran, hendaknya jarum menunjukkan
angka nol apabila kedua penjoloknya dihubungkan. Putarlah penala
mekanik apabila jarum belum tepat pada angka nol (0).
2. Putarlah sakelar pemilih ke arah besaran yang akan diukur, misalnya ke
arah DC mA apabila akan mengukur arus DC, ke arah AC V untuk
mengukur tegangan AC, dan ke arah DC V untuk mengukur tegangan
DC.
3. Untuk mengukur tahanan (resistor), sakelar pemilih diarahkan ke
sekala ohm dan nolkan dahulu dengan menggabungkan probe positif
dan negatif. Apabila belum menunjukkan angka nol cocokkan dengan
memutar ADJ Ohm.
4. Sambungkan penjolok warna merah ke jolok positif dan penjolok
warna hidam ke jolok negatif.
5. Untuk pengukuran besaran DC, jangan sampai terbalik kutub positif
dan negatifnya karena bisa menyebabkan alat ukurnya rusak.

e. Megger
Megger dipergunakan untuk mengukur tahanan isolasi dari alat-alat listrik
maupun instalasi-instalasi, output dari alat ukur ini umumnya adalah tegangan
tinggi arus searah.Megger ini banyak digunakan petugas dalam mengukur
tahanan isolasi antara lain untuk:
a.      Kabel instalasi pada rumah-rumah/bangunan
b.      Kabel tegangan tinggi.
c.      Kabel tegangan rendah
d.     Transformator
e.      Dan peralatan listrik lainnya

f. Oskiloskop
Oscilloscope adalah alat ukur yang dapat menunjukkan kepada anda 'bentuk'
dari sinyal listrik dengan menunjukkan grafik dari tegangan terhadap waktu
pada layarnya. Ini sama dengan pengambaran pada layar televisi.
Oscilloscope terdiri dari tabung vacuum dengan sebuah cathode (electrode
negative ) pada satu sisi yang menghasilkan pancaran electron dan
sebuah anode ( electrode positive ) untuk mempercepat gerakannya sehingga
jatuh tertuju pada layar tabung. Susunan ini disebut dengan electron gun.
Elektron-elektron disebut pancaran sinar katoda sebab mereka dibangkitkan
oleh cathode dan ini menyebabkan oscilloscope disebut secara lengkap
dengan cathode ray oscilloscope atau CRO.
3. Langkah penggunaan multimeter
a) Mengukur tegangan DC
1. Atur Selektor pada posisi DCV.
2. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek,
jika tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur
50V.
3. Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur
pada posisi tertinggi supaya multimeter tidak  rusak.
4. Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan
dicek, probe warna merah pada posisi (+) dan probe  warna hitam pada titik (-)
tidak boleh terbalik.
5. Baca hasil ukur pada multimeter.

b)   Mengukur tegangan AC
1. Atur Selektor pada posisi ACV.
2. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek,
jika tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur
50V.
3. Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya 
4. Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan
dicek. Pemasangan probe multimeter boleh terbalik.
5. Baca hasil ukur pada multimeter.

c)    Mengukur kuat arus DC


1. Atur Selektor pada posisi DCA.
2. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar arus yang akan di cek, misal
: arus yang di cek sekitar 100mA maka atur posisi skala di batas ukur 250mA
atau 500mA.
3. Perhatikan dengan benar batas maksimal kuat arus yang mampu diukur oleh
multimeter karena jika melebihi batas maka fuse (sekring) pada multimeter
akan putus dan multimeter sementara tidak bisa dipakai dan fuse (sekring)
harus diganti dulu.
4. Pemasangan probe multimeter tidak sama dengan saat  pengukuran tegangan
DC dan AC, karena mengukur arus berarti  kita memutus salah satu hubungan
catu daya ke beban yang akan dicek arusnya, lalu menjadikan multimeter
sebagai penghubung.
5. Hubungkan probe multimeter merah pada output tegangan (+) catu daya dan
probe (-) pada input tegangan (+) dari beban/rangkaian yang akan dicek
pemakaian arusnya.
6. Baca hasil ukur pada multimeter.

4. Fungsi Multimeter
Fungsi dari multimeter adalah sebagai berikut.
1. Mengukur tegangan DC
2. Mengukur tegangan AC
3. Mengukur kuat arus DC
4. Mengukur nilai hambatan sebuah resistor
5. Mengecek hubung-singkat / koneksi
6. Mengecek transistor
7. Mengecek kapasitor elektrolit
8. Mengecek dioda, led dan dioda zener
9. Mengecek induktor
10. Mengukur HFE transistor (type tertentu)
11. Mengukur suhu (type tertentu)

5. Catu Daya
Catu daya atau Power Supply adalah rangkaian yang berfungsi untuk menyediakan
daya pada peralatan elektronik. komponen utama rangkaian catu daya yang akan
kita bahas disini yaitu trafo step down, dioda silicon dan kondensator elektrolit
(elco). sedangkan untuk komponen sekundernya yaitu IC dan transistor yang
berfungsi sebagai regulator untuk membersihkan arus DC dari paku – paku
tegangan AC yang mana paku – paku ini biasanya memberikan efek bunyi dengung
dan desis (noise) pada peralatan audio.
Catu daya ada 2 jenis yaitu catu daya simetris dan catu daya tunggal. Sedangkan
dari bentuknya catu daya ada 2 bentuk yaitu catu daya gelombang penuh dan
setengah gelombang.
6. Sumber Tegangan AC dan DC
Perbedaan Sumber Tegangan Searah (DC) dan Sumber Tegangan Bolak-Balik
(AC)– Sebelumnya kita telah mempelajari rangkaian listrik, baik listrik AC maupun
listrik DC, dan beberapa rangkaian sederhana yang terdiri dari baterai dan hambatan
(resistor). Ketika sebuah baterai dihubungkan pada rangkaian, arus akan mengalir
tetap pada suatu arah. Arus seperti ini disebut dengan arus searah (dirrect current =
DC). Sedangkan arus yang terus berubah arah terus beberapa kali dalam setiap
detiknya disebut arus bolak-balik (alternating current = AC).
Contoh sumber arus searah adalah baterai, dan sumber arus bolak-balik adalah
listrik PLN. Bagaimanakah cara mengetahui perbedaan arus AC dengan arus DC?
Cara yang paling mudah untuk menyelidiki perbedaan arus AC dan arus DC adalah
dengan menggunakan osiloskop atau disebut juga CRO (Cathode Ray
Oscilloscop). Osiloskop adalah alat yang digunakan untuk menyelidiki sinyal
listrik. Alat ini dapat digunakan untuk menentukan frekuensi, amplitudo, dan
tegangan sinyal listrik dengan menghitung skala yang terlihat pada layar.
Ketika sebuah sumber tegangan dihubungkan dengan osiloskop, pada layar
osiloskop akan tampak grafik tegangan terhadap waktu. Jika yang dihubungkan
merupakan sumber tegangan searah, grafìk yang muncul pada layar berupa garis
lurus, seperti tampak pada gambar tegangan DC berikut.

Namun, jika yang dihubungkan merupakan sumber tegangan bolak balik (AC),
grafik yang muncul berbentuk sinusoida, seperti tampak pada Gambar tegangan AC
berikut.
Gambar tegangan DC memberikan arti bahwa nilai tegangan DC tidak tergantung
waktu. Artinya, tegangan DC selalu tetap setiap saat. Sementara pada gambar
tegangan AC, nilai tegangan AC berbentuk sinusoida. Artinya, nliai tegangan AC
berubah-ubah setiap wakru. Dengan membaca jarak grafik dan titik nol, kemudian
rnembandingkan dengan skala yang digunakan, kita dapat mengetahui nilai
tegangan yang diberikan.
Dan grafìk tegangan AC , nilal puncak atas grafik menyatakan tegangan maksimum
(Vmaks) Nilai tegangan ini bukanlah nilai tegangan yang terukur oleh voltmeter.
Tegangan yang terukur oleh voltmeter disebut tegangan efektif = Veff, hubungan
tegangan maksimum (Vmaks) dengan tegangan efektif (Veff) diberikan dengan
persamaan:
Veff = Vmaks/√2
Keterangan: k = tegangan efektif yang terukur pada voltmeter.
Vmaks= tegangan maksimum yang terukur pada osiloskop.
Selain untuk mengetahui jenis tegangan listrik, osiloskop juga dapat digunakan
untuk menyelidiki  arus listrik. Bentuk graflic pada arus listrik DC sarna dengan
grafik pada tegangan DC. Begitu juga grafik arus AC sama dengan grafik tegangan
AC. Sama dengan tegangan, pada arus listrik juga berlaku persarnaan:
Ieff = Imaks/√2
Keterangan: Ieff = arus yang terukur pada ammeter
Imak = arus yang terukur pada osiloskop
Berdasarkan keterangan tersebut, kita dapat menemukan beberapa perbedaan
tegangan AC dan tegangan DC sebagai berikut,
1. Tegangan AC mudah dinaikkan atau diturunkan daripada DC.
2. Listrik AC lebih rnudah ditransmisikan dari pembangkit ke pelanggan dari pada
listrik DC.
3. Pembangkit listrik DC lebih murah dan sederhana.
4. Tegangan dan arus AC mempunyai nilai maksimurn dan minimum sesuai dengan
grafiknya yang berbentuk sinusoidal, sedangkan untuk listrik DC tidak terdapat
nilai-nilai tersebut.

III. ALAT DAN BAHAN


1. 1 buah voltmeter DC
2. 1 buah catu daya DC 0-15 volt
3. 3 buah resistor
- R1=… Ω
- R2=… Ω
- R3=… Ω
4. kabel hubung
5. Alat tulis

IV. LANGKAH KERJA


1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar dibawah. Jangan colokkan catu daya ke
sumber tegangan sebelum rangkaian tersebut jadi.

2. Colokkan catu daya ke sumber tegangan.


3. Ukur tahanan pada R1=…Ω
4. Atur jarum Vsumber ke skala 5.
5. Posisikan Batas Ukur = 2.5V, 10V, 50V, 350V, dan 1000V.
6. Amati posisi jarum multimeter dan catat hasilnya ke dalam tabel yang telah
disediakan.
7. Pada tahanan yang sama atur jarum Vsumber ke skala 10.
8. Posisikan Batas Ukur = 2.5V, 10V, 50V, 350V, dan 1000V.
9. Amati posisi jarum multimeter dan catat hasilnya ke dalam tabel yang telah
disediakan.
10. Pada tahanan yang sama atur jarum Vsumber ke skala 15.
11. Posisikan Batas Ukur = 2.5V, 10V, 50V, 350V, dan 1000V.
12. Amati posisi jarum multimeter dan catat hasilnya ke dalam tabel yang telah
disediakan.
13. Ukur tahanan pada R2=…Ω
14. Atur jarum Vsumber ke skala 5.
15. Posisikan Batas Ukur = 2.5V, 10V, 50V, 350V, dan 1000V.
16. Amati posisi jarum multimeter dan catat hasilnya ke dalam tabel yang telah
disediakan.
17. Pada tahanan yang sama atur jarum Vsumber ke skala 10.
18. Posisikan Batas Ukur = 2.5V, 10V, 50V, 350V, dan 1000V.
19. Amati posisi jarum multimeter dan catat hasilnya ke dalam tabel yang telah
disediakan.
20. Pada tahanan yang sama atur jarum Vsumber ke skala 15.
21. Posisikan Batas Ukur = 2.5V, 10V, 50V, 350V, dan 1000V.
22. Amati posisi jarum multimeter dan catat hasilnya ke dalam tabel yang telah
disediakan.
23. Ukur tahanan pada R3=…Ω
24. Atur jarum Vsumber ke skala 5.
25. Posisikan Batas Ukur = 2.5V, 10V, 50V, 350V, dan 1000V.
26. Amati posisi jarum multimeter dan catat hasilnya ke dalam tabel yang telah
disediakan.
27. Pada tahanan yang sama atur jarum Vsumber ke skala 10.
28. Posisikan Batas Ukur = 2.5V, 10V, 50V, 350V, dan 1000V.
29. Amati posisi jarum multimeter dan catat hasilnya ke dalam tabel yang telah
disediakan.
30. Pada tahanan yang sama atur jarum Vsumber ke skala 15.
31. Posisikan Batas Ukur = 2.5V, 10V, 50V, 350V, dan 1000V.
32. Amati posisi jarum multimeter dan catat hasilnya ke dalam tabel yang telah
disediakan.
V. DATA / HASIL PERCOBAAN
1. Tegangan pada R1=…Ω
BU=2,5 BU=10 BU=50 BU=250 BU=1000
Vs
V P PJ T P PJ T P PJ T P PJ T P PJ
5
10
15
2. Tegangan pada R2=…Ω
BU=12 BU=30 BU=120 BU=300 BU=1000
Vs P P
V P T P T P PJ T P PJ T P PJ
J J
5
10
15

3. Tegangan pada R3=…Ω


BU=12 BU=30 BU=120 BU=300 BU=1000
Vs P P P
V P PJ V P V P V P V P PJ
J J J
5
10
15

VI. PEMBAHASAN

VII. KESIMPULAN

VIII. DAFTAR PUSTAKA


IX. LAMPIRAN
A. Pertanyaan
1. Bandingkan hasil praktek dengan teori!
2. Jelaskan pemilihan BU/Batas Ukur yang tepat (yang memberikan hasil
praktek dekat dengan teori)!!
3. Dimana posisi jarum untuk data yang valid (dekat dengan teori)?
4. Cari rumus untuk nilai terukur dari variabel : pembacaan, BU(batas ukur), dan
SP(sekala penuh)!

B. Jawaban
1. Perbandingan
- Tegangan pada R1=…Ω
Praktek
Vs Teori
BU=2.5V BU=10V BU=50 BU=250 BU=1000V
5
10
15

- Tegangan pada R2=…Ω


Praktek
Vs Teori
BU=2.5V BU=10V BU=50 BU=250 BU=1000V
5
10
15

- Tegangan pada R3=…Ω


Praktek
Vs Teori
BU=2.5V BU=10V BU=50 BU=250 BU=1000V
5
10
15

2. ………dst…………

Anda mungkin juga menyukai