Anda di halaman 1dari 26

AVOMETER

Multimeter atau yang biasa disebut dengan AVO meter ini merupakan salah satu alat
ukur listrik yang berfungsi untuk mengukur terhadap besar arus listrik, tegangan dan
hambatan listrik. Alat ini mempunyai berbagai penetapan pada setiap mempunyai pilihan AC
atau DC. Beberapa multimeter kelebihan tambahan layaknya sebagai pengukur transistor dan
range untuk pengukuran kapasitansi dan frekuensi.

Berdasarkan pembacaan hasil ukurnya, Avometer / multimeter ada dua jenis yaitu :

1) Avometer Digital
Avometer atau Multimeter digital adalah alat ukur yang dapat mengukur besar-
besaran elektronik dimana besaran tersebut dapat di baca dengan jelas sehingga
mengurangi tingkat kesalahan dalam menentukan nilai besaran kelistrikan. Dalam
multimeter digital hasil pengukuran langsung dapat di baca dalam bentuk angka yang
tampil pada layar display.

Gambar 1.1 Avometer Digital

1
2) Avometer atau Multimeter Analog atau Multimeter Jarum adalah alat
pengukur besaran listrik yang menggunakan tampilan dengan jarum yang
bergerak ke range-range yang kita ukur dengan probe. Analog tidak digunakan
untuk mengukur secara detail suatu besaran nilai komponen tetapi kebanyakan
hanya di gunakan untuk baik atau jeleknya komponen pada waktu pengukuran
atau juga di gunakan untuk memeriksa suatu rangkaian apakah sudah
tersambung dengan baik sesuai dengan rangkaian blok yang ada.

Gambar 1.2 Avometer Digital

2
Fungsi Ukur Avometer

Fungsi Multimeter Fungsi ukur yang dimiliki setiap multimeter ada beberapa macam
tergantung tipe dan merk multimeter. Akan tetapi pada umumnya setiap multimeter /
multitester memiliki 3 fungsi ukur utama yaitu sebagai alat ukur arus, tegangan dan
resistansi. Berikut adalah beberapa fungsi ukur yang ada pada multimeter.

1. Ampere Meter Ampere meter adalah salah satu fungsi ukur pada multimeter yang
berfungsi untuk mengukur arus listrik. Pada multimeter pada umumnya terdiri dari 2
jenis ampere meter yaitu ampere meter DC dan amper meter AC. Pada multimeter
analog dan digital pada fungsi ampere meter ini saklar selektor berfungsi sebagai
batas ukur maksimum, oleh karena itu arus yang akan diukur harus diprediksikan
dibawah batas ukur multimeter yang digunakan. Hal ini bertujuan untuk menghindari
kerusakan pada multimeter.

2. Volt Meter Volt meter merupakan fungsi ukur untuk mengetahui level tegangan
listrik. Sama halnya dengan fungsi multimeter sebagai ampere meter. Pada fungsi volt
meter ini saklar selektor yang ada pada multimeter baik digital maupun analog
berfungsi sebagaibatas ukur maksimum, oleh karenaitu harus diprediksikan level
tegangan yang akan diukur harus dibawah nilai batas ukur yang dipilih.

3. Ohm Meter Ohm meter merupakan salah satu fungsi multimeter yang berfungsi untuk
mengetahui nilai resistansi suatu resistor atau komponen elektronika yang memiliki
unsur resistansi. Pada fungsi ohm meter ini untuk multimeter analog saklar selektor
berfungsi sebagai multiplier sedangkan pada multimeter digital saklar selektor
berfungsi sebagai bats ukur maksimum suatu resistansi yang dapat dihitung oleh
multimeter tersebut.

4. Kapasitansi Meter Kapasitansi meter merupakan fungsi yang tidak selalu terdapat
pada setiap multimeter. Fungsi kapasitansi meter ini berguna untuk mengetahui nilai
kapastansi suatu kapasitor. Pada multi meter analog yang telah memiliki fungsi
kapasitansi meter saklar selektor pada fungsi ini berfungsi sebagai multiplier atau
faktor pengali dari nilai yang ditunjukan oleh jarum meter. Sedangkan pada
multimeter digital dengan fungsi kapasitansi meter maka saklar selektor berfungsi
sebagai batas ukur maksimum.

5. Frekuensi Meter Frekuensi meter hanya terdapat pada tipe multimeter digital tertentu.
Fungsi frekuensi meter ini digunakan untuk mengetahui frekuensi suatu sinyal atau
isyarat pada suatu rangkaian elektronika.

3
Bagian-bagian Avometer
Multimeter sering disebut multimeter atau Avometer yang merupakan singkatan dari
Ampere, Volt dan Ohm meter. Seperti singkatannya, alat ini bisa dipakai untuk mengetahui
nilai besaran kuat arus listrik (Arus DC), tegangan (Tegangan AC-DC) juga untuk mengukur
harga suatu resistansi (hambatan/R).

Berikut adalah gambar dari bagian-bagian pada Avometer :

Gambar 1.3 Bagian-bagian Avometer

Dari gambar di atas, dapat terlihat panel terminal dan fasilitas yang dimiliki Avometer, yaitu:

1. Scale (Skala Maksimum / SM)


Skala Maksimum (SM) merupakan batas nilai tertinggi pada panel.

Gambar 1.4 Skala Avometer

4
a. Skala Maksimum mengukur resistansi, nilainya dari kanan ke kiri.
b. Skala Maksimum pengukuran arus, tegangan AC ataupun DC, nilainya dari kiri
ke kanan.

2. Mirror / Cermin

Cermin ini berfungsi sebagai acuan dalam melaukan pengukuran yang ditunjukkan
oleh jarum meter. Dalam pengukuran posisi mata pengamat harus tegak lurus dengan AVO
meter, sehingga pada saat melakukan pengukuran posisi jarum meter tidak memiliki
bayangan pada cermin, yang menandakan pengukuran tepat pada petunjuk yang diperoleh.

3. Pointer / Jarum meter


Jarum meter ini berfungsi sebagai petunjuk dalam pengukuran yang dilakukan pada
AVO meter.

4. Zero Correction / Pengenolan Jarum


Zero Correction ini berfungsi sebagai mengenolkan jarum pada posisi kiri dalam
mengukur arus dan tegangan.

5. Ohm Adjusment
Ohm Adjusment ini berfungsi sebagai mengenolkan jarum pada posisi kanan dalam
mengukur hambatan.

6. Batas Ukur (BU)


Batas Ukur merupakan Nilai maksimal yang bisa diukur oleh multimeter

Gambar 1.4 Batas Ukur Avometer

5
a.Paling kiri atas merupakan blok selektor DC Volt.
b.Paling kiri atas merupakan blok selektor AC Volt.
c.Bawah kanan tertulis satuan Ohm untuk mengukur resistansi.
d.Kiri bawah tertulis DC mA yang digunakan untuk mengukur Arus DC.

7. Range Selektor

Range selector berfungsi untuk memilih/range batasan arus, tegangan maupun


hambatan yang akan diukur.

8. Measuring Terminal / Probe ( + / - )


Measuring Terminal atau yang biasa disebut probe ini merupakan kontektor
yang menghubungkan AVO meter dengan apa yang mau diukur. Probe ini terdiri dari probe
positif yang berwarna merah untuk kutub positif dan probe negatif yang berwarna hitam
untuk kutub negatif.

6
Kelebihan dan Kekurangan Avometer

Multimeter atau avometer digital sangat populer. Namun pengguna perlu waspada dengan
keterbatasan-nya pula meskipun multimeter digital ini lebih mudah digunakan.
Kelebihan Avometer Digital adalah :

1. Akurat. DMM terbaik dapat memiliki akurasi hingga plus atau minus 0.1% tetapi
1% ~ 2% lebih umum.

2. Mudah digunakan. DMM auto range secara otomatis memindah rangkaian dalam
meter ke rentang pengukuran yang tepat.

3. Banyak fiturnya. DMM profesional dapat mengukur gelombang frekuensi dan


duty cycle (hampir mendekati fitur osiloskop).

Kekurangan:
1. Tampilan LCD dapat nampak terlalu redup untuk gampang dibaca. Beberapa
model memiliki tampilan lampu latar tetapi hal ini akan mengurangi umur baterai.

2. Tidak cocok untuk mengukur fluktuasi dan transient.

3. Tidak ada pengaturan NOL untuk pengukuran resistansi, kecuali pada model
profesional.

4. Harganya lebih mahal dibandinngkan multimeter digital.

Perawatannya yaitu:

1. Menyediakan baterai sesuai dengan jenis baterainya. Biasanya baterai berbentuk


bulat dengan daya 3 Volt.

2. Perawatan probe, dapat menyoldernya apabila putus.

Kelebihan Multimeter Analog

1. Untuk pengecekan kerusakan rangkaian, atau komponen lebih mudah


2. Harga relatif lebih murah

Kekurangan Multimeter Analog


1. Menggunakan rumus tertentu untuk menghitung nilai yang ditunjuk jarum
2. Rawan rusak di bagian spul atau penunjuk jarum.

7
Cara Menggunakan Multimeter Digital

Cara menggunakannya sama dengan multimeter analog, hanya lebih sederhana dan
lebih cermat dalam penunjukan hasil ukurannya karena menggunakan display 4 digit
sehingga mudah membaca dan memakainya.

1. Putar sakelar pemilih pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat ukur siap
dipakai.

2. Hubungkan probenya ke komponen yang akan kita ukur setelah disambungkan


dengan alat ukur.

3. Catat angka yang tertera pada multimeter digital.

4. Penyambungan probe tidak lagi menjadi prinsip sekalipun probenya terpasang


terbalik karena display dapat memberitahu.

a) Mengukur tegangan DC

1. Atur Selektor pada posisi DCV.

2. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika
tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.

3. Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur
pada posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak.

4. Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek,
probe warna merah pada posisi (+) dan probe warna hitam pada titik (-) tidak
boleh terbalik.

5. Baca hasil ukur pada multimeter.

b) Mengukur tegangan AC

1. Atur Selektor pada posisi ACV.

2. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika
tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.

3. Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya

4. Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek.
Pemasangan probe multimeter boleh terbalik.

5. Baca hasil ukur pada multimeter.

8
c) Mengukur kuat arus DC

1. Atur Selektor pada posisi DCA.

2. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar arus yang akan di cek, misal :
arus yang di cek sekitar 100mA maka atur posisi skala di batas ukur 250mA atau
500mA.

3. Perhatikan dengan benar batas maksimal kuat arus yang mampu diukur oleh
multimeter karena jika melebihi batas maka fuse (sekring) pada multimeter akan
putus dan multimeter sementara tidak bisa dipakai dan fuse (sekring) harus diganti
dulu.

4. Pemasangan probe multimeter tidak sama dengan saat pengukuran tegangan DC


dan AC, karena mengukur arus berarti kita memutus salah satu hubungan catu
daya ke beban yang akan dicek arusnya, lalu menjadikan multimeter sebagai
penghubung.

5. Hubungkan probe multimeter merah pada output tegangan (+) catu daya dan
probe (-) pada input tegangan (+) dari beban/rangkaian yang akan dicek
pemakaian arusnya.

6. Baca hasil ukur pada multimeter.

d) Mengukur nilai hambatan sebuah resistor tetap

1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.

2. Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai resistor yang akan diukur.

3. Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan
jarum nantinya dikalikan dengan angka pengali sesuai batas ukur.

4. Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.

5. Baca hasil ukur pada multimeter, pastikan nilai penunjukan multimeter sama
dengan nilai yang ditunjukkan oleh gelang warna resistor.

e) Mengukur nilai hambatan sebuah resistor variabel (VR)

1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.

2. Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai variabel resistor (VR)yang akan diukur.

3. Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan
jarum nantinya dikalikan dengan angka pengali sesuai batas ukur.

4. Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.

9
f) Mengecek hubung-singkat / koneksi

1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.

2. Pilih skala batas ukur X 1 (kali satu).

3. Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung kabel/terminal yang akan
dicek koneksinya.

4. Baca hasil ukur pada multimeter, semakin kecil nilai hambatan yang ditunjukkan
maka semakin baik konektivitasnya.

5. Jika jarum multimeter tidak menunjuk kemungkinan kabel atau terminal tersebut
putus.

g) Mengecek diode

1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.

2. Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).

3. Hubungkan probe multimeter (-) pada anoda dan probe (+) pada katoda.

4. Jika diode yang dicek berupa led maka batas ukur pada X1 dan saat dicek, led
akan menyala.

5. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti


dioda baik, jika tidak menunjuk berarti dioda rusak putus.

6. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada anoda dan
probe (-) pada katoda.

7. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti dioda baik, jika
bergerak berarti dioda rusak bocor tembus katoda-anoda.

h) Mengecek transistor NPN

1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.

2. Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).

3. Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor .

4. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti


transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.

5. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan
probe (-) pada kolektor.

10
6. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.

7. Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.

8. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti


transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.

9. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe
(-) pada emitor.

10. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.

11. Hubungkan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor.

12. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.

i) Mengecek transistor PNP

1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.

2. Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000)


3. Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada kolektor.

4. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti


transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.

5. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe
(+) pada kolektor.

6. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.

7. Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.

8. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti


transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.

9. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe
(+) pada emitor.

10. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.

11. Hubungkan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) pada kolektor.

11
12. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.

j) Mengecek Kapasitor Elektrolit (Elko).

1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.

2. Pilih skala batas ukur X 1 untuk nilai elko diatas 1000uF, X 10 untuk untuk nilai
elko diatas 100uF-1000uF, X 100 untuk nilai elko 10uF-100uF dan X 1K untuk
nilai elko dibawah 10uF.

3. Hubungkan probe multimeter (-) pada kaki (+) elko dan probe (+) pada kaki (-)
elko.

4. Pastikan jarum multimeter bergerak kekanan sampai nilai tertentu (tergantung


nilai elko) lalu kembali ke posisi semula.

5. Jika jarum bergerak dan tidak kembali maka dipastikan elko bocor.

6. Jika jarum tidak bergerak maka elko kering / tidak menghantar.

Cara Menggunakan Avometer Analog

Langkah langkah menggunakan multimeter untuk mengukur arus listrik :

1. Memeriksa jarum penunjuk menunjukkan pada angka 0, jika jarum penunjuk tidak
menunjuk pada jarum di angka 0 maka putar sedikit degan obeng (-).

2. Memasang kabel pemeriksa (probe) merah dan hitam pada multimeter.

12
3. Jika digunakan untuk mengukur arus DC maka putar selector ke ampermeter DC pada
batas ukur yang kira- kira lebih tinggi dari yang akan diukur.
4. Jika digunakan untuk mengukur arus AC maka putar selector ke ampermeter AC pada
batas ukur yang kira-kira lebih tinggi dari arus listrik yang akan diukur.
5. Menghubungkan secara seri antara sember, multimeter, dan beban yang akan diukur.

Rangkaian pengukuran arus listrik pada suatu beban berupa lampu dengan sumber
AC

Rangkaian pengukuran arus listrik suatu beban berupa lampu dengan sumber DC

6. Melakukan pembacaan nilai arus listrik pada alat ukur.

Cara membaca multimeter ketika digunakan untuk mengukur arus listrik yang mengalir
pada suatu rangkaian :
I (Arus listrik) = Nilai yang terbaca pada alat ukur

13
Untuk membaca nilai arus listrik DC pada multi meter sekala yang dibaca pada alat ukur
adalah sekala yang berada di posisi tengah ( DCV.A), selain digunakan untuk mengukur arus
sekala tersebut juga digunakan untuk membaca tegangan DC. Biasanya sekala yang
digunakan untuk mengukur arus dan tegangan DC terdapat lebih dari satu, sehingga masing-
masing sekala tersebut diwakili oleh selector, sehingga tidak diperlukan menghitung atau
mengalikan kembali nilai yang terbaca pada alat ukur.
Contoh pembacaan arus listrik pada multimeter :

Berapakah nilai Arus listrik yang terbaca pada multimeter jika selector menunjukan pada DC
10A?
Jawab :
Maka sekala yang dibaca adalah 0 - 10A, sehingga arus yang terbaca adalah 2A
I = 2A

Langkah-langkah menggunakan multimeter untuk mengukur tegangan listrik :

1. Memeriksa jarum penunjuk menunjukan pada angka 0, jika jarum penunjuk tidak
menunjuk pada angka 0 maka putar sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk
hingga jarum penunjuk menunjukkan pada angka 0.

2. Memasang kabel pemeriksa (probe) merah dan hitam pada multi meter
3. Mengatur sakelar pemilih jangkauan alat ukur (selector). Jika akan digunakan untuk
mengukur tegangan DC, putar selector ke voltmeter DC pada batas ukur yang kira-
kira lebih tinggi dari tegangan listrik yang akan diukur.

14
4. Jika akan digunakan untuk mengukur tegangan AC, putar selector ke voltmeter AC
pada batas ukur yang kira-kira lebih tinggi dari tegangan yang akan diukur.
5. Menghubungkan secara paralel dengan beban dengan sumber tegangan.

Rangkaian pengukuran tegangan suatu lampu dengan sumber tegangan DC.

Rangkaian pengukuran tegangan suatu lampu dengan sumber tegangan AC.

6. Melakukan pembacaan tegangan listrik pada alat ukur.

Cara membaca multimeter ketika digunakan untuk nilai tegangan listrik yang terukur :
V = Nilai tegangan yang terbaca pada multimeter

Sekala yang dibaca untuk tegangan AC adalah sekala yang letaknya berada bagian paling
bawah, biasanya memiliki nilai lebih dari satu nilai sekala, oleh karena itu dibagi pada
selector (seperti pada sekala pengukuran DC Vdan DCA).
Contoh pembacaan :

Berapakah nilai tegangan yang terbaca pada multimeter jika selector menunjukan
pada AC 250V?

Jawab :
Maka sekala yang dibaca adalah 0 - 250V sehingga nilai tegangan yang terukur pada
multimeter adalah 210V.
V = 210V

15
D. Mengukur Hambatan Listrik atau Resistansi (R)
Langkah-langkah menggunakan multimeter untuk mengukur nilai hambatan (resistansi) :

1. Memeriksa jarum penunjuk menunjukan pada angka 0, jika jarum petunjuk tidak
menunjukan pada angka 0 maka putar sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk
hingga menunjukan angka 0.
2. Memasang kabel pemeriksa (probe) merah dan hitam pada multi meter
3. Mengatur selector untuk mengukur hambatan maka memutar selector ke ohm meter
kemudian pilih batas ukur yang kira kira lebih dari nilai hambatan yang akan diukur.
4. Melakukan pengkalibrasi alat ukur Ohmmeter dengan cara menghubungkan ujung
kabel pemeriksa (probe) merah dan hitam, jarum penunjuk akan mengarah ke titik 0,
jika belum menunjuk ke titik 0 maka putar knop pengatur hingga jarum penunjuk
menunjukan pada angka 0.

5. Menghubungkan beban yang akan diukur dengan ohmmeter pastikan telah melepas
sumber tegangan atau pun arus sebelum mengukur hambatan.

Rangkaian pengukuran hambatan suatu lampu dengan menggunakan multimeter.

6. Lakukan pembacaan nilai hambatan (resitansi) pada alat ukur.

16
Cara membaca multimeter ketika digunakan untuk mengukur hambatan :
R (nilai hambatan) = nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur × nilai yang pada selector

Sekala yang dibaca jika mengukur hambatan adalah sekala yang berada di bagian paling atas
(Ω), nilai terkecil dimulai dari kanan.

17
RESISTOR
Resistor merupakan salah satu komponen elektronika yang bersifat pasif dimana
komponen ini tidak membutuhkan arus listrik untuk berkerja. Resistor memiliki sifat
menghambat arus listrik dan resistor sendiri memiliki nilai besaran hambatan yaitu ohm dan
dituliskan dengan simbol Ω.

Resistor banyak sekali kegunaannya dalam rangkaian elektronika, misalnya:

 Sebagai penghambat arus listrik


 Sebagai pembagi tegangan
 Sebagai pengaman arus berlebih
 Sebagai pembagi arus
 dan lain sebagainya.

KARATERISTIK RESISTOR
Karakteristik berbagai macam resistor dipengaruhi oleh bahan yang digunakan.
Resistansi resistor komposisi tidak stabil disebabkan pengaruh suhu, jika suhu naik maka
resistansi turun. Kurang sesuai apabila digunakan dalam rangkaian elektronika tegangan
tinggi dan arus besar. Resistansi sebuah resistor komposisi berbeda antara kenyataan dari
resistansi nominalnya. Jika perbedaan nilai sampai 10 % tentu kurang baik pada rangkaian
yang memerlukan ketepatan tinggi. Resistor variabel resistansinya berubah-ubah sesuai
dengan perubahan dari pengaturannya. Resistor variabel dengan pengatur mekanik,
pengaturan oleh cahaya, pengaturan oleh temperature suhu atau pengaturan lainnya. Jika
perubahan nilai, resistansi potensiometer sebanding dengan kedudukan kontak gesernya maka
potensiometer semacam ini disebut potensiometer linier. Tetapi jika perubahan nilai
resistansinya tidak sebanding dengan kedudukan kontak gesernya disebut potensio logaritmis.

Secara teori sebuah resistor dinyatakan memiliki resistansi murni akan tetapi pada prakteknya
sebuah resistor mempunyai sifat tambahan yaitu sifat induktif dan kapasitif. Pada dasarnya
bernilai rendah resistor cenderung mempunyai sifat induktif dan resistor bernilai tinggi
resistor tersebut mempunyai sifat tambahan kapasitif. Suhu memiliki pengaruh yang cukup
berarti terhadap suatu hambatan. Didalam penghantar ada electron bebas yang jumlahnya
18
sangat besar sekali, dan sembarang energi panas yang dikenakan padanya akan memiliki
dampak yang sedikit pada jumlah total pembawa bebas. Kenyataannya energi panas hanya
akan meningkatkan intensitas gerakan acak dari partikel yang berada dalam bahan yang
membuatnya semakin sulit bagi aliran electron secara umum pada sembarang satu arah yang
ditentukan. Hasilnya adalah untuk penghantar yang bagus, peningkatan suhu akan
menghasilkan peningkatan harga tahanan. Akibatnya, penghantar memiliki koefisien suhu
positif.

Gambar 2.1 ResistoR

Berdasarkan nilai hambatannya resistor dapat dibagi menjadi 3 jenis:

1. Fixed Resistor, yang merupakan resistor yang memiliki nilai hambatan tetap.

2. Varibel Resistor, yang merupakan resistor yang memiliki nilai hambatan yang
dapat berubah-ubah.

19
Berikut ini penjelasan yang lebih mendetail tentang kedua resistor diatas:

1. Fixed Resistor

Fixed resistor merupakan yang nilai hambatanya bernilai tetap, dimana nilai-nilai ketetapan
resistor fixed ini di atur oleh EIA ( Electronic Industries Association ).

Berikut ini simbol dari resistor tetap:

Gambar 2.2 Resistor Tetap

2. Variable Resistor

Variable resistor adalah jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah dan diatur
sesuai dengan keinginan.

Kode Warna Resistor dan Cara Membacanya

Kode warna Resistor: Sebuah nilai resistansi yang ada pada resistor ditentukan oleh kode-
kode warna yang terdapat pada badan resistor tersebut. Jumlah gelang warna yang ada pada
badan resistor pada umumnya yang beredar dipasaran adalah berjumlah empat warna dan
lima warna, namun pada jenis resistor tertentu terdapat 6 warna.

Kode warna resistor yang ada saat ini sudah dikembangkan sejak tahun 1957 oleh bangsa
eropa dan amerika yang pada akhirnya aturan mengenai resistor ini ditetapkan menurut
standar EIA-RS-279. EIA ini adalah singkatan dari Electronic Industries Alliance, sebuah
organisasi yang didirikan oleh RMA (Radio Manufacturers Association) dari amerika dan
Eropa.

Menurut standar EIA-RS-279, kode warna pada resistor dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
resistor dengan kode 4 warna, 5 warna dan 6 warna. Di Indonesia, biasanya resistor dengan
jenis film karbon memiliki 4 warna dan memiliki toleransi kisaran 10%, sedangkan resistor
untuk jenis film metal memiliki 5 warna dan memiliki toleransi antara 1% hingga 5%.

20
Berikut adalah tabel kode warna resistor beserta nilainya:

Gambar 2.3 Tabel Warna Resistor

Cara Membaca resistor empat warna:

Resistor dengan empat warna adalah jenis resistor yang paling banyak digunakan. Cara
membaca resistor 4 warna sangat mudah, dengan menghapal kode warna yang ada, maka
ketika sering membaca nilai resistor nantinya secara otomatis akan dengan sangat mudah
membaca nilai resistor tersebut tanpa perlu berfikir lagi.

Gambar 2.4 Sketsa resistor 4 warna

Kedua pita warna pertama pada resistor 4 warna menunjukan nilai dari resistansinya,
sedangkan pada pita ketiga menunjukan faktor pengali atau jumlah nol yang digabungkan

21
dengan pita pertama dan pita kedua. Untuk pita warna keempat menunjukan toleransi resistor
tersebut. Untuk tabel kode resistor empat warna sebagai berikut:

Gambar 2.5 Tabel Kode Warna Resistor 4 Warna

Sebagai contoh, sebuah resistor terdapat warna Hijau, Biru, Hitam, dan Emas. Berarti nilai
resistor tersebut adalah:

Pita ke-1 : Hijau =5


Pita ke-2 : Biru =6
Pita ke-3 : Hitam=100
Pita ke-4 : Emas =Toleransi 5%.

Sehingga nilai resistor tersebut adalah 56Ω dengan toleransi ±5%.

22
Cara Membaca resistor lima warna:

Cara membaca nilai resistor lima warna tidak jauh berbeda dengan resistor empat warna.
Resistor dengan pita 5 warna biasanya memiliki nilai resistansi yang lebih spesifik dan
memiliki nilai toleransi yang lebih kecil seperti pada resistor jenis film metal yang rata-rata
menggunakan pita 5 warna.

Gambar 2.6 Sketsa resistor 5 warna

Pada resistor dengan pita 5 warna, ketiga warna pertama menunjukan nilai resistansinya,
sedangkan pita keempat menunjukan faktor pengali atau jumlah nol, dan pita terakhir (pita
kelima) menunjukan toleransinya seperti yang ditunjukan tabel berikut ini:

Gambar 2.7 Tabel Kode Warna Resistor 5 Warna

Sebagai contoh, sebuah resistor terdapat warna Kuning, Ungu, Hijau, Hitam dan Coklat.
Berarti nilai resistor tersebut adalah:

Pita ke-1: Kuning =4


Pita ke-2: Ungu =7
Pita ke-3: Hijau =5

23
Pita ke-4: Hitam =100
Pita ke-5: Coklat =Toleransi 1%.

Sehingga nilai resistor tersebut adalah 475Ω dengan toleransi ±1%.

Cara Membaca resistor Enam warna:

Membaca nilai resistor 6 warna sebenarnya hampir sama dengan cara membaca nilai resistor
5 warna, hanya saja ada penambahan satu pita warna lagi, yakni pita keenam yang
menunjukan koefisien suhu dari resistor tersebut.

Gambar 2.8 Sketsa resistor 6 warna

Sama seperti resistor dengan 5 warna, ketiga pita warna pada resistor 6 warna menunjukan
nilai resistansinya, sedangkan pita keempat menunjukan faktor kali atau jumlah nol, pita
kelima toleransi, dan terakhir pita keenam adalah koefisien suhu. Adapun tabel kode warna
resistor 6 warna sebagai berikut:

Gambar 2.9 Tabel Kode Warna Resistor 6 Warna

24
Sebagai contoh, sebuah resistor terdapat warna Kuning, Ungu, Hijau, Merah, Coklat dan
Merah. Berarti nilai resistor tersebut adalah:

Pita ke-1 : Kuning =4


Pita ke-2 : Ungu =7
Pita ke-3: Hijau =5
Pita ke-4: Merah = 10²
Pita ke-5: Coklat = Toleransi 1%
Pita ke-6: Merah = Koefisien suhu 100 ppm/°C

Sehingga nilai resistor tersebut adalah 475*10²=47500Ω = 47,5 kΩ dengan toleransi ±1% dan
koefisien suhu sebasar 100 ppm/°C.

Dari semua penjelasan diatas, Untuk mempersingkat pembacaan nilai resistor secara umum
dapat digambarkan seperti berikut:

Gambar 2.10 Cara Cepat Membaca Nilai Resistor

25
Cara Membaca nilai resistor dengan kode angka

Selain dengan menggunakan sistem kode warna, resistor juga ditentukan dengan kode angka
yang terdapat pada badan resistor tersebut. Jenis resistor yang menggunakan kode angka
tersebut adalah jenis resistor wireround dengan daya 5 Watt keatas, resistor SMD, dan lain-
lain.

Khusus untuk jenis resistor SMD, rata-rata memiliki toleransi yang sama, yaitu kisaran 5%
dan hanya menggunakan kode angka tiga digit. Dua digit angka pertama menunjukan nilai
resistansi, dan digit terakhir menunjukan faktor kali atau jumlah nol.

Berikut ini contoh nilai dari resistor SMD yang menggunakan kode angka:

Gambar 2.11 Cara membaca nilai resistor dengan kode angka.

Dari gambar diatas terlihat bahwa untuk menghitung nilai resistor yang menggunakan kode
angka adalah sangat mudah, contohnya:

102 = 10*100 Ω = 1000 Ω =1 kΩ atau 10 ditambahkan dua nol di belakangnya.

Pada resistor yang nilainya dibawah 1000Ω atau 1 kΩ, nilainya ditulis hanya dengan angka
saja, misalnya nilai resistor 100Ω, maka ditulisnya 100 saja, yang artinya 10*1 = 10 Ω.

26

Anda mungkin juga menyukai