Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alat ukur Avometer sekarang sudah banyak dipakai, terutama pada
kelistrikan. Seorang teknisi biasanya memiliki alat ukur wajib yang mereka gunakan
untuk keperluan teknis yaitu avometer. Untuk melakukan pekerjaan elektronik,
seperti memperbaiki peralatan dan menguji rangkaian elektronika selalu diperlukan
alat ukur, karena dengan alat ukur dapat diketahui :
1. Besaran Arus listrik dalam satuan Ampere (A)
2. Besaran Tegangan listrik dalam satuan Volt (V)
3.Besaran Resistansi dalam satuan Ohm (a)
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur arus disebut Ampere meter,
sedangkan alat ukur tegangan disebut Volt meter dan alat ukur resistansi disebut Ohm
meter. Avometer sangat penting fungsinya dalam setiap pekerjaan elektronika karena
dapat membantu menyelesaikan pekerjaan dengan mudah dan cepat.

Fungsi Avometer :

1. Mengukur tegangan DC
2. Mengukur tegangan AC
3. Mengukur kuat arus DC
4. Mengukur nilai hambatan sebuah resistor
5. Mengecek hubung-singkat / koneksi
6. Mengecek transistor
7. Mengecek kapasitor elektrolit
8. Mengecek dioda, led dan dioda zener
9. Mengecek induktor
10. Mengukur HFE transistor (type tertentu)
11. Mengukur suhu (type tertentu)

1
1.2 Rumusan Masalah
Avometer merupakan alat yang mempunyai tiga fungsi sekaligus oleh karena
itu kita harus mengetahui bagaimana cara penggunaan alat tersebut. Dalam makalah
ini akan membahas permasalahan tentang :
1. Pengertian apa itu avometer
2. Fungsi avometer
3. Jenis- jenis avometer
4. Bagian dari avometer
5. Metode / Teknik Pengukuran
6. Cara mengukur menggunakan avometer

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Merupakan tugas dari mata kuliah pengukuran listrik.
2. Mengetahui apa itu avometer.
3. Mengetahui fungsi dan pemakaian alat ukur dasar listrik yaitu avometer.
4. Mengetahui cara mengukur menggunakan alat avometer

1.4 Manfaat
Manfaat dari tugas makalah yang saya buat adalah untuk
memberi pangetahuan kepada para pembaca agar mengetahui
avometer secara mendalam.

1.5 Batasan Masalah


Dalam hal ini saya batasi permasalahan yang di bahas yaitu sebatas tentang
alat ukur listrik yaitu avometer.

1.6 Sistematika Pembahasan

2
Dalam pembahasan ini dimulai tentang pengertian alat ukur avometer, fungsi
dari avometer itu sendiri, kegunaan avometer, jenis-jenis avometer, metode
pengukuran avometer, dan cara mengukur menggunakan avometer,
BAB II
ISI

2.1 Apa itu AVOmeter


Avometer berasal dari kata ”AVO” dan ”meter”. ‘A’ artinya ampere, untuk
mengukur arus listrik. ‘V’ artinya voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan. ‘O’
artinya ohm, untuk mengukur ohm atau hambatan. Terakhir, yaitu meter atau satuan
dari ukuran. AVO Meter sering disebut dengan Multimeter atau Multitester. Secara
umum, pengertian dari avometer adalah suatu alat untuk mengukur arus, tegangan,
baik tegangan bolak-balik (AC) maupun tegangan searah (DC) dan hambatan listrik.
Avometer sangat penting fungsinya dalam setiap pekerjaan elektronika karena
dapat membantu menyelesaikan pekerjaan dengan mudah dan cepat, Tetapi sebelum
mempergunakannya, para pemakai harus mengenal terlebih dahulu jenis-jenis
avometer dan bagaimana cara menggunakannya agar tidak terjadi kesalahan dalam
pemakaiannya dan akan menyebabkan rusaknya avometer tersebut.
Ada empat tulisan besar bertuliskan DCV, ACV, DCma dan OHM :
a. DCV fungsinya untuk mengukur voltase arus searah.
Contohnya, baterai atau aki.
b. ACV digunakan jika ingin mengukur arus listrik bolak-balik.
c. OHM berfungsi untuk mengukur tahanan.
d. DCma berfungsi untuk mengukur ampere.

2.2 Fungsi & Pengertian Amperemeter, Voltmeter dan Ohmmeter

A. Amperemeter / Ampere Meter


Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik.
Umumnya alat ini dipakai oleh teknisi elektronik dalam alat multi tester listrik

3
yang disebut avometer gabungan dari fungsi amperemeter, voltmeter dan
ohmmeter.
Amper meter dapat dibuat atas susunan mikroamperemeter dan shunt yang
berfungsi untuk deteksi arus pada rangkaian baik arus yang kecil, sedangkan
untuk arus yang besar ditambhan dengan hambatan shunt.
Amperemeter bekerja sesuai dengan gaya lorentz gaya magnetis. Arus yang
mengalir pada kumparan yang selimuti medan magnet akan menimbulkan gaya
lorentz yang dapat menggerakkan jarum amperemeter. Semakin besar arus yang
mengalir maka semakin besar pula simpangannya.

B. Voltmeter / Volt Meter


Voltmeter adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tegangan listrik.
Dengan ditambah alat multiplier akan dapat meningkatkan kemampuan
pengukuran alat voltmeter berkali-kali lipat.
Gaya magnetik akan timbul dari interaksi antar medan magnet dan kuat arus.
Gaya magnetic tersebut akan mampu membuat jarum alat pengukur voltmeter
bergerak saat ada arus listrik. Semakin besar arus listrik yang mengelir maka
semakin besar penyimpangan jarum yang terjadi.

C. Ohmmeter / Ohm Meter


Ohm meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur hambatan listrik yang
merupakan suatu daya yang mampu menahan aliran listrik pada konduktor. Alat
tersebut menggunakan galvanometer untuk melihat besarnya arus listrik yang
kemudian dikalibrasi ke satuan ohm.

2.3 Jenis Avometer


Berdasarkan prinsip kerjanya, ada dua jenis avometer, yaitu avometer analog
(menggunakan jarum putar / moving coil) dan avometer digital (menggunakan display
digital). Kedua jenis ini tentu saja berbeda satu dengan lainnya, tetapi ada beberapa
kesamaan dalam hal operasionalnya. Misal sumber tenaga yang dibutuhkan berupa
baterai DC dan probe / kabel penyidik warna merah dan hitam.

4
Pada avometer digital, hasil pengukuran dapat terbaca langsung berupa angka-
angka (digit), sedangkan avometer analog tampilannya menggunakan pergerakan
jarum untuk menunjukkan skala. Sehingga untuk memperoleh hasil ukur, harus
dibaca berdasarkan range atau divisi. Avometer analog lebih umum digunakan karena
harganya lebih murah dari pada jenis avometer digital.

A. Analog
Avometer analog menggunakan tampilan dengan penunjukkan jarum kerange-
range yang kita ukur dengan probe. Avometer ini tersedia dengan kemampuan
untuk mengukur hambatan ohm, tegangan (Volt) dan arus (mA). Di pasaran
banyak sekali berbagai macam merk yang beredar dari avometer analog ini.
Avometer analog mempunyai keuntungan karena harganya yang lebih murah dan
biasanya multimeter

analog tidak digunakan untuk mengukur secara detail suatu besaran nilai
komponen, tetapi kebanyakan hanya digunakan untuk baik atau jeleknya
komponen pada waktu pengukuran. Atau juga digunakan untuk memeriksa suatu
rangkaian apakah sudah tersambung dengan baik sesuai dengan rangkaian blok
yang ada.

5
B. Digital
Avometer digital tidak sama halnya dengan Avometer analog yang
menggunakan jarum. Avometer digital menggunakan display yang langsung dapat
menampilkan hasil pengukuran berupa angka-angka. Karena tidak menggunakan
jarum, avometer digital ini bentuk fisiknya lebih kecil daripada avometer analog
dan tidak perlu melakukan kalibrasi lagi sebelum melakukan pengukuran. Selain
itu, ketelitian di dalam pengukurannya juga jauh lebih bagus daripada avometer
analog. Avometer digital terlihat pada gambar di bawah ini.

6
2.4 Bagian-bagian avometer

Keterangan :
Meter korektor berguna untuk menyetel jarum AVO-meter ke arah nol, saat mau
dipergunakan.

7
1. Range Selector Switch adalah saklar yang dapat diputar sesuai dengan
kemampuan batas ukur yang dipergunakan. Saklar putar (range selesctor switch
ini merupakan kunci utama bila kita menggunakan AVOmeter.
2. Terminal + dan –Com terminal dipergunakan untuk mengukur Ohm, AC Volt,
DC Volt dan DC mA (yang berwarna merah untuk + dan warna hitam untuk -
3. Pointer (jarum Meter) adalah jarum meter adalh sebatang pelat yang bergerak
kekanan dan kekiri yang menunjukkan besaran/nilai.
4. Mirror (cermin) sebagai batas antara Ommeter dengan Volt-Ampermeter.
5. Scale (skala) berfungsi sebagai skala pembacaan meter.
6. Zero Adjusment adalah pengatur/penepat jarum pada kedudukan nol ketika
menggunakan Ohmmeter.
7. Angka-Angka Batas Ukur, adalah angka yang menunjukkan batas kemampuan
alat ukur.
8. Kotak Meter, adalah Kotak/tempat meletakkan komponen-komponen
AVOmeter.

Di sebelah kanan saklar terdapat tanda ACV (Alternating Current Volt), yaitu
VOLTMETER untuk mengukur arus bolak-balik atau aliran tukar. Batas ukur ini
dibagi atas, misal 0-10 V, 0 – 50 V, 0 – 250 V, 0 – 500 V, 0 – 1000 V.
Bagian atas saklar penunjuk diberi tanda OHM dan ini merupakan batas ukur
OHMMETER yang dapat digunakan untuk mengukur nilai tahanan dan baik
buruknya alat-alat dalam “pesawat”. Pada bagian ini terdapat batas ukur, yaitu misal :
x1, x10, x100, x 1K, x 10K.
Di sebelah kiri dari saklar terdapat tanda DCV (DIRECT CURRENT VOLT)
yang merupakan bagian dari VOLTMETER, yaitu bagian yang digunakan khusus
untuk untuk mengukur tegangan listrik DC. Batas ukur DCV dibagi atas, misal 0-10
V, 0 – 50 V, 0 – 250 V, 0 – 500 V, 0 – 1000 V.
Pengukuran di bawah 10 Volt dipakai batas ukur 0 – 10 V. Bila di atas 12
Volt dan di bawah 50 Volt dipergunakan batas ukur 0 – 50 V. Jika di atas 50 Volt di
bawah 250 Volt digunakan batas ukur 0 – 250 V. Bila di atas 250V dibawah 500V
digunakan batas ukur 500 Volt.

8
Bila lebih dari 500 V dan di bawah 1000V digunakan batas ukur 0 – 1000 V.
Jika lebih dari itu maka tidak boleh menggunakan Volt meter secara langsung.
Di bagian bawah saklar terdapat tanda DC mA yang berguna untuk mengukur
besarnya kuat arus listrik. Batas ukur dibagi atas, misal 0 – 0,25 mA, 0 – 25 mA, 0 –
500 mA. Bila menggunakan alat ukur ini pertama-tama letakkanlah saklar pada batas
ukur yang terbesar/tertinggi, kemudian di bawahnya sehingga batas ukur yang
digunakan selalu lebih tinggi dari arus yang kita ukur.

Catatan :

1. Setiap kali menggunakan AVO-meter harus memperhatikan batas ukur alat


tersebut. Kemampuan alat ukur (kapasitas alat ukur) harus lebih besar daripada
yang hendak di ukur. Kesalahan dalam pemakaian alat ukur AVO-meter dapat
mengakibatkan kerusakan.
2. AC Voltmeter hanya boleh dipergunakan untuk mengukur AC Volt, jangan
dipergunakan untuk mengukur DC Volt. Demikian juga sebaliknya. Ohmmeter
tidak boleh dipergunakan untuk mengukur tegangan listrik baik DC maupun AC
Volt karena dapat mengakibatkan rusaknya alat ukur tersebut. Jadi pemakaian alat
ukur harus sesuai dengan fungsi alat ukur tersebut
3. Periksa jarum meter apakah sudah tepat pada angka0 pada skala DcmA, DCV
atau ACV posisi jarum nol di bagian kiri dan skala Ohmmeter posisi jarum nol di
bagian kanan.

2.5 Metode/ Teknik Pengukuran


Untuk mengetahui jalur yang putus dari suatu rangkaian diperlukan suatu alat
ukur yang disebut AVO Meter, dengan menggunakan AVO Meter, kita dapat
mengetahui baik tidaknya suatu jalur dengan menggunakan fasilitas pengukuran
Ohm.
Dalam penganalisaan jalur diperlukan sumber arus listrik yang akan diberikan
kepada jalur tersebut. Perlu Anda ketahui bahwa didalam AVO Meter sudah terdapat
sumber arus yang berasal dari sebuah baterai yang telah dipasang didalam AVO

9
Meter, sehingga pada waktu pengukuran tegangan baterai ini akan mengalir pada
rangkaian yang diukur, walaupun hanya dapat memberikan arus yang sangat rendah.
Untuk menganalisa kerusakan jalur pada suatu rangkaian dapat dilakukan
dengan dua cara, pertama pengukuran secara paralel dan pengukuran secara seri. Pada
prinsipnya pengukuran tersebut sama saja, akan tetapi akan lebih akurat bila
dilakukan dengan dua cara tersebut. Penjelasan kedua teknik pengukuran tersebut
sebagai berikut.

A. Teknik Pengukuran Paralel


Pada prinsipnya pengukuran resistansi atau tahanan adalah mengukur besaran
arus yang akan mengalir pada suatu rangkaian. Jika pada saat pengukuran terdapat
suatu jalur yang tidak mempunyai nilai resistansi (Jarum AVO Meter tidak bergerak
sedikitpun) atau short (Jarum AVO Meter bergerak penuh ke arah kanan / 0 ohm),
besar kemungkinan tidak akan ada arus listrik yang dapat mengalir dari jalur tersebut.
Akan tetapi, bila terdapat nilai resistansi yang kecil (Jarum AVO Meter akan bergerak
lebih jauh ke arah kanan), maka arus yang akan mengalir pada jalur tersebut sangat
besar. Bila nilai resistansinya besar (Jarum AVO Meter hanya bergerak sedikit saja ke
arah kanan), maka makin kecil arus yang akan mengalir pada rangkaian tersebut.
Akan tetapi, bila AVO Meter tidak menunjukan nilai resistansi (Jarum tidak bergerak
sedikitpun), maka tidak terdapat arus yang mengalir pada jalur tersebut.

10
Belum tentu bila dalam pengukuran tersebut tidak menunjukan nilai resistansi,
maka dapat dipastikan jalurnya yang putus, bisa saja tidak terdapat arus yang
disebabkan karena terdapat komponen yang bermasalah, mungkin rusak atau
hubungannya tidak baik. Oleh karena itu, cara pengukuran paralel dapat dilakukan
juga untuk menganalisa kerusakan pada suatu komponen atau rangkaian.

B. Teknik Pengukuran Seri


Bila hasil pengukuran paralel menunjukan bahwa jalur tersebut tidak
mempunyai arus, sebaiknya Anda jangan dulu mengambil kepastian bahwa jalur
tersebut putus, anda dapat meyakinkannya dengan cara pengukuran secara seri. Cara
ini membutuhkan skema diagram untuk mengetahui komponen yang akan dilalui oleh
setiap jalurnya. Pada prakteknya Anda akan mengukur satu persatu disetiap
komponen yang akan dilalui oleh jalur tersebut.

Berbeda dengan metoda pengukuran paralel, dimana AVO Meter akan


menunjukan nilai resistansinya. Sedangkan metoda pengukuran seri dilakukan untuk
mengetahui terhubung atau tidaknya suatu jalur. Bila hasil pengukuran menunjukan
suatu nilai resistansi (tahanan), maka jalur tersebut tidak terhubung dengan baik,
apalagi bila hasil pengukuran AVO Meter tidak bergerak sedikitpun dipastikan jalur
tersebut telah putus.

11
Jalur tersebut normal bila jarum avometer menunjukan “0 Ohm” (Jarum AVO
Meter bergerak penuh ke arah kanan). Seperti gambar dibawah ini :

2.5 Cara Penggunaan Avometer


Pertama-tama jarum penunjuk meter diperiksa apakah sudah tepat pada
angka 0 pada skala DCmA , DCV atau ACV posisi jarum nol di bagian kiri dan untuk
skala ohmmeter posisi jarum nol di bagian kanan. Jika belum tepat, harus diatur
dengan memutar sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk meter ke kiri atau
ke kanan dengan menggunakan obeng pipih (-) kecil.
Dalam penggunaannya penting sekali untuk memperhatikan dan memilih
skala pengukuran yang sesuai sebelum melakukan pengukuran. Kita harus
membiasakan untuk menggunakan skala paling tinggi pada saat awal pengukuran,
baik arus, tegangan ataupun hambatan listrik. Selanjutnya bisa diturunkan skalanya
jika dirasakan hasil pengukuran masih belum mencukupi tingkat ketelitiannya.
Sebagai contoh misalnya kita menggunakan sebuah AVO meter analog.
Untuk mengukur tegangan pada suatu sumber tegangan AC, kita tempatkan saklar
pada posisi VAC (pengukuran untuk tegangan AC), pilih skala tertinggi. Lihat
simpangan jarumnya apakah sudah cukup untuk dapat terbaca ataukah simpangannya
terlalu kecil sehingga sulit terbaca. Jika simpangan jarumnya terlalu kecil, maka skala
pengukuran bisa kita turunkan lagi sampai mendapatkan hasil simpangan yang dapat

12
terbaca dengan baik. Jangan memilih skala yang terlalu kecil sehingga jarum
menyimpang melebihi batas maksimum pengukuran. Ini dapat merusakkan AVO
meter. Penting juga memperhatikan polaritas jika yang kita ukur berkaitan dengan
arus dan tegangan DC. Jangan sampai terbalik karena dapat juga merusakkan AVO
meter.

Untuk AVO meter analog penting juga mengkalibrasi AVO meter sebelum
digunakan untuk melakukan pengukuran, terutama dalam mengukur tahanan
(resistor) agar hasil pengukurannya akurat. Caranya hubungkan kedua probe AVO
meter, lalu putar penepat not (kalibrator) hingga jarum tepat menunjukkan angka 0
ohm, baru kemudian siap digunakan. Jika skala pengukuran diubah biasanya harus
dikalibrasi lagi.
Untuk AVO meter digital biasanya dilengkapi dengan kemampuan untuk
mengukur kapasitas sebuah kapasitor serta hfe transistor, dan tanpa perlu dikalibrasi.
Sepertinya memang lebih praktis tapi harganya juga praktis lebih mahal. Tetapi ada
juga AVO meter analog dengan merek tertentu yang lumayan mahal karena memang
hasil bacaannya akurat dan bagus.

1. Cara mengukur Tegangan AC


Pada umumnya avometer hanya dapat mengukur arus berbentuk sinus dengan
frekuensi antara 30 Hz - 30 KHz. Hasil pengukuran adalah tegangan efektif
(Veff). Adapun langkah-langkah pengukuran tegangan AC yaitu sebagai berikut:
a. Letakkan selector switch (saklar pemilih) pada posisi tegangan AC
(V˜).
b. Pilihlah batas ukur (1, 3, 10, 30, 100 atau 300). Batas ukur yang
dipilih harus yang sama atau lebih besar dari tegangan yang akan diukur.
Misalkan tegangan yang akan diukur adalah220V, maka batas ukur yang
harus dipilih adalah 300V. Tidak boleh memilih batas yang lebih kecil,
karena jarum penunjuk akan bergerak melewati batas maksimum dan dapat
merusak moving coil.

13
c.Sambungkan kabel probe pada sumber tegangan secara Paralel. Untuk
tegagan AC kabel merah dan hitam dapat bebas disambungkan pada sumber
tegangan positif atau negatif, karena tegangan AC tidak mempunyai
polaritas.
d. Bacalah papan skala sesuai dengan dimana jarum penunjuk
berhenti. Cara yang paling tepat dalam membaca adalah secara tegak lurus
dimana jarum harus tampak satu garis dengan bayangan jarum pada cermin
pemantul, agar tidak terjadi kesalahan baca (parallax).
2. Cara mengukur Tegangan DC
a. Letakkan selector switch (saklar pemilih) pada posisi tegangan DC (V=).
b. Pilihlah batas ukur (1.5, 5, 10, 50, 150, 500). Dimana harus dipilih batas
yang sama atau lebih besar dari tegangan yang akan diukur. Misalkan
tegangan yang akan diukur 8.5V, maka batas ukur yang harus dipilih
adalah 10V. Tidak boleh memilih batas yang lebih kecil, karena jarum
penunjuk akan bergerak melewati batas maksimum dan dapat merusak
moving coil.
c. Sambungkan kabel probe pada sumber tegangan, kabel merah
disambungkan kepada bagian positif dan kabel hitam disambungkan pada
bagian negatif. Cara pemasangan seperti itu disebut hubungan paralel.
Apabila pemasangan kabel polaritasnya terbalik, maka meter akan
bergerak kekiri.
d. Bacalah papan skala sesuai dengan dimana jarum penunjuk berhenti. Cara
yang paling tepat dalam membaca adalah secara tegak lurus dimana jarum
harus tampak satu garis dengan bayangan jarum pada cermin pemantul,
agar tidak terjadi kesalahan baca (parallax).

3. Cara Mengukur Arus DC

Cara mengukur arus agak berbeda dengan mengukur tegangan, dimana


rangkaian untuk mengukur arus dipasang secara seri dengan beban. Beban dapat

14
berupa resistor, lampu atau lainnya. Adapun langkah-langkahnya yaitu sebagai
berikut:
1. Atur selector pada posisi Arus DC (A=).
2. Atur posisi selector pada posisi batas ukur yang lebih tinggi dari arus yang
akan diukur, batas ukur dapat dipilih yang paling tinggi agar tidak merusak
Avo Meter. Pengaruh pemilihan batas ukur yang terlalu jauh dari arus yang
akan diukur hanya mengakibatkan pembacaan yang kurang akurat.
3. Hubungkan kabel secara seri dengan beban. Beban dapat diseri pada kabel
negatif atau pada kabel positif (sesuai gambar).
4. Apabila pemasangan kabel polaritasnya terbalik, maka meter akan
bergerak kekiri.
5. Baca penunjukan arus pada papan skala arus DC (A=) sesuai posisi jarum.

4. Cara Mengukur Resistansi


Gunanya mengukur resistansi adalah untuk mengetahui kondisi suatu
komponen dalam keadaan rusak atau baik, serta untuk menentukan berapakah
besar nilai resistansinya.
Misalkan sebuah resistor mempunyai kode warna: coklat, hitam, merah dan
toleransi emas, artinya resistor tersebut mempunyai nilai resistansi sebesar 1000
ohm dengan toleransi 5%, maksudnya resistor tersebut masih dikatakan baik bila

15
setelah diukur nilainya masih diantara +/- 5% dari 1000 ohm, atau antara 950
sampai 1050 ohm.
Cara mengukurnya sebagai berikut :
1. Atur selector switch pada posisi ohm.
2. Pilih batas ukur (range) apakah: x1, x10, x100, atau x1000 (sesuaikan
dengan nilai resistor).
3. Terlebih dahulu, hubung singkat kabel penyidik agar jarum meter bergerak
kearah kekanan dan dapat diatur supaya menunjukkan pada skala
maksimum dengan memutar tombol Zero Adjust, maksudnya agar
pembacaan meter sesuai dengan skala dan range yang dipakai.
4. Mulailah mengukur resistor dengan menghubungkan kabel penyidik pada
kedua kaki resistor secara paralel, dengan mengabaikan warna kabel.
5. Baca papan skala sesuai dimana jarum meter berhenti, dan kalikan
pembacaan dengan batas ukur. Misalnya jarum menunjukkan pada skala 10
dan batas ukur menggunakan x100, maka nilai resistor tersebut adalah 1000
ohm.

5. Cara Menguji Kapasitor / Kondensator


Sebelumnya muatan kondensator harus di-discharge. Dengan jangkah pada
OHM, tempelkan penyidik merah pada kutub positif dan hitam pada negatif.
Bila jarum menyimpang ke kanan dan kemudian secara berangsur-angsur
kembali ke kiri, berarti kondensator baik. Bila jarum tidak bergerak, kondensator
putus dan bila jarum terus berada di kanan dan tidak balik, kemungkinan
kondensator bocor.
Untuk menguji elco 10 µF jangkah pada x10K atau 1K. Untuk kapasitas
sampai 100 µF jangkah pada x100, di atas 1000 µF, jangkah x1 dan menguji
kondensator non elektrolit jangkah pada x10K.

6. Cara Menguji Dioda


Dengan jangkah OHM x1k atau x100 penyidik merah ditempel pada katoda
(ada tanda gelang) dan hitam pada anoda, jarum harus ke kanan. Penyidik dibalik

16
ialah merah ke anoda dan hitam ke katoda, jarum harus tidak bergerak. Bila tidak
demikian berarti kemungkinan diode rusak.
Cara demikian juga dapat digunakan untuk mengetahui mana anoda dan mana
katoda dari suatu diode yang gelangnya terhapus.
Dengan jangkah VDC, bahan suatu dioda dapat juga diperkirakan dengan
circuit pada gambar diatas. Bila tegangan katoda anoda 0.2 V, maka kemungkinan
dioda germanium, dan bila 0.6V kemungkinan dioda silicon.

7. Cara Menguji Transistor


Transistor ekivalen dengan dua buah dioda yang digabung, sehingga prinsip
pengujian dioda diterapkan pada pengujian transistor. Untuk transistor jenis NPN,
pengujian dengan jangkah pada x100, penyidik hitam ditempel pada Basis dan
merah pada Kolektor, jarum harus meyimpang ke kanan. Bila penyidik merah
dipindah ke Emitor, jarum harus ke kanan lagi
Kemudian penyidik merah pada Basis dan hitam pada Kolektor, jarum harus
tidak menyimpang dan bila penyidik hitam dipindah ke Emitor jarum juga harus
tidak menyimpang. Selanjutnya dengan jangkah pada 1k penyidik hitam ditempel
pada kolektor dan merah, pada emitor, jarum harus sedikit menyimpang ke kanan
dan bila dibalik jarum harus tidak menyimpang. Bila salah satu peristiwa tersebut
tidak terjadi, maka kemungkinan transistor rusak.
Untuk transitor jenis PNP, pengujian dilakukan dengan penyidik merah pada
Basis dan hitam pada Kolektor, jarum harus meyimpang ke kanan. Demikian pula
bila penyidik merah dipindah ke Emitor, jarum arus menyimpang ke kanan lagi.
Selanjutnya analog dengan pangujian NP.

17
Kita dapat menggunakan cara tersebut untuk mengetahui mana Basis, mana
Kolektor dan mana Emitor suatu transistor dan juga apakah jenis transistor PNP
atau NPN. Beberapa jenis multimeter dilengkapi pula fasilitas pengukur hFE,
ialah salah parameter penting suatu transistor.
Dengan circuit seperti pada gambar, dapat diperkirakan bahan transistor.
Pengujian cukup dilakukan antara Basis dan Emitor, bila voltage 0.2 V
germanium dan bila 0.6 V maka kemungkinan silicon.

8. Menguji FET

Penentuan jenis FET dilakukan dengan jangkah pada x100 penyidik hitam
pada Source dan merah pada Gate. Bila jarum menyimpang, maka janis FET
adalah kanalP dan bila tidak, FET adalah kanal N.

18
Kerusakan FET dapat diamati dengan rangkaian pada gambar. Jangkah
diletakkan pada x1k atau x10k, potensio pada minimum, 17 resistansi harus kecil.
Bila potensio diputar ke kanan, resistansi harus tak terhingga. Bila peristiwa ini
tidak terjadi, maka kemungkinan FET rusak.

9. Menguji UJT

Cara kerja UJT (Uni Junktion Transistor) adalah seperti switch, UJT kalau
masih bisa on off berarti masih baik.
Jangkah pada 10 VDC dan potensio pada minimum, tegangan harus kecil. Setelah
potensio diputar pelan-pelan jarum naik sampai posisi tertentu dan kalau diputar
terus jarum tetap disitu. Bila jarum diputar pelan-pelan ke arah minimum lagi,
pada suatu posisi tertentu tibatiba jarum bergerak ke kiri dan bila putaran potensio
diteruskan sampai minimum jarum tetap disitu. Bila peristiwa tersebut terjadi,
maka UJT masih baik.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Avometer adalah alat ukur yang mempunyai kemampuan tiga fungsi yaitu alat
ukur yang digunakan untuk mengukur arus disebut Ampere meter, sedangkan alat
ukur tegangan disebut Volt meter dan alat ukur resistansi disebut Ohm meter.
Avometer atau multimeter dibagi menjadi dua yaitu avometer analog dan
avometer digital. Multimeter analog menggunakan tampilan dengan penunjukkan
jarum ke range-range yang kita ukur dengan probe sedangkan multimeter digital atau
Digital Multimeter hampir sama fungsinya dengan multimeter analog tetapi
multimeter digital menggunakan tampilan angka digital.
Bagian-bagian dari avometer itu sendiri adalah Papan skala, Jarum penunjuk,
Tombol pengatur jarum penunjuk nol, Pemutar jarum, Zero ohm ajusment, LED
indicator, Selektor putar, Lubang probe hitam, Lubang probe merah.
Untuk menganalisa kerusakan jalur pada suatu rangkaian dapat dilakukan
dengan dua cara, pertama pengukuran secara pararel dan pengukuran secara seri.
Pada prinsipnya pengukuran tersebut sama saja, akan tetapi akan lebih akurat bila
dilakukan dengan dua cara tersebut.

20
3.2 Saran
Gunakanlah avometer dengan benar dan sesuai dengan fungsinya.

DAFTAR PUSTAKA

Yoshrizal. 2007. Avometer Kenali Fungsi Dasar, (online),


(http://mengenalavometer.blogspot.com/2007/08/avometer-kenali-
fungsidasar).

Doanco. 2008. AVOMETER, (online),


(http://doanco.blogspot.com/2008/10/avometer).

Fanfan, Del. 2008. Metode Pengukuran, (online),


(http://ipanbnagcell.blogspot.com/2008/09/metode-pengukuran).

Sabrina, Abi. 2010. Mengenal Multimeter, (online),


(http://abisabrina.wordpress.com) .

Organisasi.org. 2005. Fungsi dan Pengertian Amperemeter,


Voltmeter, dan Ohmmeter, (online), (http://organisasi.org/fungsi-
pengertian-amperemeter-voltmeter-ohmmeter-alat-ukur-listrik-ilmu-
fisika) .

21

Anda mungkin juga menyukai