Anda di halaman 1dari 21

KELOMPOK V

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dua alat ukur listrik yang cukup penting peranannya akan dibahas dalam
modul ini. Kedua alat ukur itu adalah alat ukur arus listrik dan alat ukur
tegangan listrik. Alat ukur arus listrik biasa disebut amperemeter dan alat
ukur tegangan listrik disebut voltmeter.
Terdapat pembedaaan yang mencolok dalam penggunaan kedua alat ukur
ini. Amperemeter dipasang seri terhadap sumber tegangan, sedangkan
voltmeter dipasang paralel terhadap sumber tegangan.
Sekarang ini kedua alat ukur tersebut sudah terintegrasikan ke dalam satu
alat diberi nama multimeter, karena kemampuanya unutk mengukur beberapa
besaran listrik. Selain kedua besaran di atas, multimeter juga dapat digunakan
untuk mengukur besarnya hambatan. Hambatan dalam pada amperemeter dan
voltmeter bisa diukur. Namun untuk kali ini yang akan dibahas yakni
mengenai pengukuran hambatan dalam amperemeter karena dianggap secara
teoritis bahwa hambatan dalam amperemeter lah yang mampu diukur.

B. Rumusan Masalah
1.

Berapa nilai hambatan dalam amperemeter?

C. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini anda diharapkan mampu :
1.

Menentukan nilai hambatan dalam amperemeter berdasarkan hasil


percobaan.

D. Hipotesis
1.

Untuk mengukur hambatan dalam ampermeter rangkaian volmeter dan


amperemeter disusun secara paralel sedangkan amperemeter harus
mengukur arus sebelum melalui hambatan dan setelah melalu hambatan.
ALAT-ALAT UKUR

KELOMPOK V

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
AMPEREMETER
a. Defenisi
Ampermeter adalah alat untuk mengukur kuat arus listrik. Berdasarkan
arus listrik yang diukurnya ampermeter dibedakan atas ampermeter DC dan
ampermeter AC. Ampermeter DC digunakan untuk mengukur kuat arus listrik
DC, Ampermeter AC digunakan untuk mengukur kuat arus listrik AC. Untuk
memperoleh hasil ukur yang baik, maka kedua jenis ampermeter DC dan AC
ini tidak boleh dipertukarkan pemakaiannya.
Karena ampermeter dimaksudkan untuk mengukur kuat arus, maka kuat
arus yang akan diukur itu hendaknya masuk (seluruhnya) ke dalam ampermeter
dan nilainya tidak boleh lebih besar dari batas ukur maksimum ampermeter itu.
Agar kuat arus yang akan diukur masuk kedalam ampermeter, maka
ampermeter harus dipasang seri dengan bagian rangkaian yang akan diukur
kuat

arusnya. Untuk

ampermeter

DC

pemasangan itu harus

tepat

memperhatikan kutub positif dan kutub negatifnya.


b. Prinsip kerja
Amperemeter bekerja berdasarkan prinsip gaya magnetik (gaya Lorentz).
Ketika arus mengalir melalui kumparan yang dilingkupi oleh medan magnet,
akan timbul gaya Lorentz yang menggerakkan jarum penunjuk. Apabila arus
yang melewati kumparan besar, maka gaya timbul juga akan lebih besar.
Sehingga penyimpangan jarum penunjuk juga akan besar. Dengan demikian
sebaliknya, ketika arus tidak ada makajarum penunjuk akan ketika arus tidak
ada maka jarum penunjuk akan kembali keposisi semula. Besar gaya yang
dimaksud adalah F = B i L.
c. Komponen penyusun
1. Terminal positif dan negative
2. Skala tinggi dan rendah
3. Batas ukur

ALAT-ALAT UKUR

KELOMPOK V

MULTIMETER
a. Defenisi
Multimeter atau sering juga disebut dengan istilah multitester merupakan
salah satu toolkit penting bagi para praktisi elektronika. Multimeter adalah
gabungan dari beberapa alat ukur elektronik yang dikemas dalam satu
kemasan. Pada umumnya setiap multimeter minimal memiliki 3 fungsi ukur
yaitu sebagai alat ukur arus (Ampere Meter), alat ukur tegangan (Volt Meter)
dan alaut ukur resistansi (Ohm Meter). Karena 3 fungsi ukur tersebut selalu
dimiliki oleh multimeter / multitester maka sering juga disebut sebagai AVO
meter. Akan tetapi sesuai perkembangan teknologi maka multimeter pada saat
ini ada yang telah memiliki fungsi lain sebagai alut ukur kapasitansi kapasitor,
sebagai alat ukur frekuensi dan sebagai alat ukur faktor penguatan transistor.
b. Jenis Multimeter
Berdasarkan tampilan display atau meter yang digunakan maka
multimeter /multitester dibedakan menjadi 2 jneis yaitu :
1. Multimeter Analog

Multimeter analog merupakan jenis multimeter / multitester yang


menggunakan display ukur (meter) dengan tipe jarum penunjuk. Sehingga
untuk membaca hasil ukur harus dilakukan dengan cara melihat posisi jarum
penunjuk pada meter dan melihat posisi saklar selektor pada posisi batas
ukur kemudian melakukan perhitungan secara manual untuk mendapatkan
hasil ukurnya. Kondisi atau proses pembacaan hasil ukur yang masih
manual inilah yang menyebabkan multimeter / multitester janis ini
dinamakan sebagai multimeter analog.
2. Multimeter Digital
Multimeter digital atau sering juga disebut sebagai digital multitester
sama merupakan jenis multimeter yang talah menggunakan display digital
sebagai penampil hasil ukurnya. Hasil ukur yang ditampilkan pada
multitester digital merupakan hasil yang telah sesuai, sehingga tidak perlu
dilakukan lagi perhitungan antara hasil ukur dan batas ukur.

ALAT-ALAT UKUR

KELOMPOK V

Gambar 1. Bagian-bagian Multimeter


c. Fungsi Multimeter
Fungsi ukur yang dimiliki setiap multimeter ada beberapa macam
tergantung tipe dan merk multimeter. Akan tetapi pada umumnya setiap
multimeter/multitester memiliki 3 fungsi ukur utama yaitu sebagai alat ukur
arus, tegangan dan resistansi. Berikut adalah beberapa fungsi ukur yang ada
pada multimeter.
1. Ampere Meter
Ampere meter adalah salah satu fungsi ukur pada multimeter yang
berfungsi untuk mengukur arus listrik. Pada multimeter pada umumnya
terdiri dari 2 jenis ampere meter yaitu ampere meter DC dan amper meter
AC. Pada multimeter analog dan digital pada fungsi ampere meter ini saklar
selektor berfungsi sebagai batas ukur maksimum, oleh karena itu arus yang
akan diukur harus diprediksikan dibawah batas ukur multimeter yang
digunakan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan pada multimeter.
2. Volt Meter
Volt meter merupakan fungsi ukur untuk mengetahui level tegangan
listrik. Sama halnya dengan fungsi multimeter sebagai ampere meter. Pada
fungsi volt meter ini saklar selektor yang ada pada multimeter baik digital
maupun analog berfungsi sebagaibatas ukur maksimum, oleh karenaitu

ALAT-ALAT UKUR

KELOMPOK V

harus diprediksikan level tegangan yang akan diukur harus dibawah nilai
batas ukur yang dipilih.
3. Ohm Meter
Ohm meter merupakan salah satu fungsi multimeter yang berfungsi
untuk mengetahui nilai resistansi suatu resistor atau komponen elektronika
yang memiliki unsur resistansi. Pada fungsi ohm meter ini untuk multimeter
analog saklar selektor berfungsi sebagai multiplier sedangkan pada
multimeter digital saklar selektor berfungsi sebagai bats ukur maksimum
suatu resistansi yang dapat dihitung oleh multimeter tersebut.
4. Hfe Meter
Hfe Meter tidak selalu terdapat pada setiap multimeter, fungsi Hfe
meter ini digunakan untuk mengetahui nilai faktor penguatan transistor.
Pada fungsi ini pada umumnya multimeter yang memiliki fungsi Hfe meter
dapat diguanakan untuk mengukur faktor penguatan transistor tipe NPN dan
PNP.
5. Kapasitansi Meter
Kapasitansi meter merupakan fungsi yang tidak selalu terdapat pada
setiap multimeter. Fungsi kapasitansi meter ini berguna untuk mengetahui
nilai kapastansi suatu kapasitor. Pada multi meter analog yang telah
memiliki fungsi kapasitansi meter saklar selektor pada fungsi ini berfungsi
sebagai multiplier atau faktor pengali dari nilai yang ditunjukan oleh jarum
meter. Sedangkan pada multimeter digital dengan fungsi kapasitansi meter
maka saklar selektor berfungsi sebagai batas ukur maksimum.
6. Frekuensi Meter
Frekuensi meter hanya terdapat pada tipe multimeter digital tertentu.
Fungsi frekuensi meter ini digunakan untuk mengetahui frekuensi suatu
sinyal atau isyarat pada suatu rangkaian elektronika.

d. Prinsip kerja
Multimeter digital menggunakan Liquid Crystal Display (LCD) atau
artinya layar kristal cair sebagai layar untuk mengukur symbol yang
ALAT-ALAT UKUR

KELOMPOK V

diperlihatkan sebagai digit angka, terdiri dari unsur diodes dan logika
terhubung ke setiap output dari terminal mengukur rentang changeover sakelar.
Sebagai diodes dan logika elemen harus terhubung antara keluaran terminal
yang mengukur rentang changeover beralih dan masing-masing terminal
kontrol yang terkait untuk mengukur simbol, yang memandu sirkuit harus
kompleks. Dalam penggunaan instrumen pengukuran pengoperasian yang
mengukur

rentang

changeover

beralih

digunakan

untuk

mengontrol

pengembangan kontrol sinyal untuk angka yang dikehendaki atau karakter


segmen di layar kristal cair untuk menampilkan angka yang dikehendaki atau
karakternya. LCD ini biasanya menggunakan suatu tujuh pajangan segmen(bila
terlihat semua akan membentuk angka 8. Berkenaan dengan (menyalakan/
menerangi), pada umumnya dicerminkan dari suatu latar belakang seperti perak
atau yang diserap oleh suatu pengaktifkan segmen gelap, membuat karakter
kelihatan. Pada Multimeter digital rangkaian input tadi menggunakan tabung
Vakum FET.Besarannya langsung dikonversi dalam bentuk sinyal digital.
Multitester juga dapat rusak apabila nilai yang diukur (tegangan dan arus)
ternyata lebih besar dari skala yang dipilih pada soket dan tidak segera dilepas,
maka akan ada komponen yang terbakar. Jika itu terjadi pada layar penunjuk
hasil akan menampilkan angka 1 (artinya overload/ melebihi skala)
e. Komponen penyusun multimeter digital

Gambar 2. Tampilan multimeter digital


Pada multimeter analog memiliki berbagai bagian yang memiliki banyak
fungsi untuk masing-masing bagiannya, berikut ini adalah pengertian

ALAT-ALAT UKUR

KELOMPOK V

multimeter analog yang dilihat dari funsi bagian-bagian yang terdapat pada
multimeter analog ini contohnya:
1. VA Terminal atau lubang kutub plus (+) yang memiliki fungsi sebagai
tempat untuk masuknya test lead yang berarus plus (+) dan biasanya
memiliki warna merah.
2. Common Terminal atau lubang kutub negatif (-) yang memiliki fungsi
sebagai tempat untuk masuknya test lead yang berarus negatif (-) dan
biasanya memiliki warna hitam
3. Knife Edge Pointer atau biasa disebut sebagai jarum penunjuk meter, yang
memiliki fungsi sebagai penunjuk suatu besaran yang ingin diukur
4. Meter Cover atau bisa disebut dengan kotak meter ini memiliki fungsi
sebagai tempat yang sengaja dibuat untuk menyimpan komponen-komponen
multimeter
5. Scale atau skala yang memiliki fungsi sebagai alat pembaca skala meter
6. Polarity Selector Switch atau saklar pemilih polaritas dengan komponen ini
kita dapat memilih polaritas yang diinginkan baik AC mupun DC
7. Zero Adjust Screw atau sekrup penunjuk kedudukan pada jarum penunjuk
yang memiliki fungsi untuk mengatur dan menentukan kedudukan jarum
penunjuk yang bisa kita atur dengan menggunakan obeng pipih sebagai alat
bantu untuk mengubahnya
8. Range Selector Switch atau biasa disebut sebagai saklar pemilih, saklar ini
berfungsi sebagai komponen untuk memilih dan mengukur batasan atau
posisi pengukuran arus
9. Zero Ohm Adjust Knob atau tombol pengatur jarum pada kedudukan nol
atau zero, merupakan komponen yang ada di multimeter yang memiliki
kegunaan sebagai komponen yang dapat mengatur jarum pada multimeter
agar kembali pada posisi nol.
Oleh karena itulah mengapa multimeter analog merupakan jenis alat
multimeter yang paling banyak digunakan oleh orang pada umumnya pada
kehidupan sehari-hari, selain mudah digunakan tetapi juga sangat simpel
cara menggunakannya
ALAT-ALAT UKUR

KELOMPOK V

Hambatan Dalam
Sumber-sumber yang sebenarnya dalam sebuah rangkaian tidak berperilaku
persis dengan cara yang telah kita jelaskan dimana selisih potensial melitasi
sebuah sumber nyata dalam sebuah rangkaian tidak sama dengan tge seperti pada
persamaan

(sumber tge ideal). Alasannya adalah bahwa muatan

yang bergerak melalui material sebarang sumber akan menjumpai hambatan yang
dinamakan Hambatan Dalam (Internal resistance) dari sumber itu yang
dinyatakan dengan r. Jika hambatan ini berperilaku menurut hukum Ohm, maka r
adalah konstan dan tidak tergantung dari arus I. Sewaktu arus itu bergerak melalui
r arus, itu mengalami penurunan potensial yang diasosiasikan dengan arus itu
yang sama dengan I r.
Dari rangkaian yang digunakan terlihat bahwa R parallel dengan ammeter,
maka jatuh tegangan pada kedua hambatan R dan RA adalah sama. Jadi
VR = VA

................................................
................................................
................................................ 3

Persamaan 3 menyatakan besar hambatan R yang harus dipasang agar I1


yang lebih besar dari I2 dapat dapat melalui ammeter yang akan dihitung
hambatan dalamnya
Rangkaian Seri Resistor
Ketika dua atau lebih resistor dihubungkan dari ujung ke ujung, dikatakan
mereka dihubungkan secara seri. Resistor-resistor tersebut bisa merupakan
resistor biasa atau berupa bola lampu, elemen pemanas, atau alat penghambat
lainnya. Muatan yang melalui R1 juga akan melewati R2 dan kemudian R3 hingga
berlanjut ke hambatan berikutnya. Dengan demikian arus I yang sama melewati
setiap resistor. Kita tentukan V menyatakan tegangan pada ketiga resistor. Kita
anggap semua resistor yang ada pada rangkaian dapat diabaikan, sehingga V sama
dengan tegangan baterai. Kita tentukan V1, V2, dan V3, berturut-turut. Dengan
hukum Ohm, V1 = IR1, V2 = IR2, V3 = IR3. Karena resistor tersebut dihubungkan
ALAT-ALAT UKUR

KELOMPOK V

ujung ke ujung, kekekalan energi menyatakan bahwa tegangan total V sama


dengan jumlah tengangan dari masing-masing resistor.
I = I1= I2= I3

................................................

Pada kenyataannya, jika kita pasang beberapa hambatan secara seri,


hambatan total merupakan jumlah hambatan-hambatan tersebut jika dipisah. Hal
ini berlaku untuk sejumlah hambatan berapapun secara seri. Perhatikan bahwa
jika anda menambahkan lebih banyak hambatan pada rangkaian, arus akan terus
berkurang. Dengan pengkabelan paralel, jika Anda memutuskan hubungan dengan
satu alat, arus tidak akan banyak terganggu. Tetapi pada rangkaian seri, jika satu
alat dolepaskan, arus ke yang lainnya terhenti.
Pada susunan seri. Resistor berfungsi sebagai pembagi tegangan, yang
berarti jika tegangan pada setiap resistor dijumlahkan maka jumlahnya sama
dengan besarnya tegangan sumber. Sedangkan jika resistor disusun paralel, maka
resistor berfungsi sebagai pembagi arus, yang berarti jika kuat arus listrik yang
melewati setiap resistor diukur, maka akan memiliki nilai yang sama dengan arus
total sebelum titik percabangan (hukum 1 Kirchhoff).
Hukum pertama Kirchhoff atau hukum titik cabang berdasarkan pada
kekekalan muatan, dan kita telah menggunakannya untuk menurunkan hukum
untuk resistor paralel. Hukum ini menyatakan bahwa pada setiap titik cabang,
jumlah semua arus yang memasuki cabang harus sama dengan jumlah arus yang
meninggalkan cabang tersebut. Sebagai contoh jika

adalah arus yang masuk,

sedangkan I1 dan I2 keluar, dengan demikian hukum titik cabang Kirchhoff


menyatakan bahwa I3 = I1 + I2. Hukum kedua Kirchhoff atau hukum Loop
didasarkan pada kekekalan energi. Hukum ini menyatakan bahwa jumlah
perubahan potensial mengelilingi lintasan tertutup pad suatu rangkaian harus nol.
Untuk mengukur arus yang melalui resistor dalam suatu rangkaian
sederhana kita tempatkan Ammeter secara seri dengan resistor, sehingga Ammeter
dan resistor membawa arus yang sama. Karena ammeter memiliki resistansi, arus
dalam rangkaian akan sedikit berkurang karena ammeter disisipkan. Idealnyam
Ammeter memiliki resistansi yang sangat kecil, sehingga hanya sedikit perubahan
yang terjadi terhadap arus yang akan diukur.
ALAT-ALAT UKUR

KELOMPOK V

BAB III
METODOLOGI EKSPERIMEN
A. Alat dan Bahan
1.

Multimeter

3 buah

2.

Power supply 0-12 Volt DC

1 buah

3.

Potensiometer B10K

1 buah

4.

Hambatan cincin

1 buah

5.

Kabel penghubung

9 buah

B. Prosedur Kerja
-

I2

I1
+

RP

r
+

Gambar 1. Skema susunan rangkaian percobaan


1. Menentukan terlebih dahulu besar tegangan sumber dari sumber daya
(catu daya) sebesar 4 V menggunakan multimeter.
2. Menyususn rangkaian seperti gambar 1 dengan R adalah resistor cincin.
3. menyambungkan catu daya dengan sumber listrik AC kemudian
dinyalakan kembali.
4. Memutar potensiometer dari keadaan terendahnya (saat R = 0) hingga
terbaca tegangan pada voltmeter sebesar 0.2 volt
5. Mencatat arus yang terbaca pada ampermeter.
6. Memutar potensiometer kembali kekeadaan sama dengan nol kemudian
memutar kembali potensiometer hingga tegangan tetap terbaca 0.2 Volt.
ALAT-ALAT UKUR

10

KELOMPOK V

7. Mengulangi langkah ke-empat dan kelima hingga terbaca sebanyak 30


data.

C. Gambar Percobaan

Gambar 2. Skema rangkaian saat pengambilan data

ALAT-ALAT UKUR

11

KELOMPOK V

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengukuran Arus Sebelum dan Setelah Melalui Hambatan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

I1 (mA)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|

.
. 3
.3
. 3
. 3
. 3
.
.
.
.
.
.
. 3
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
. 3
.

. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |

I2 (mA)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|

.
.
.
. 3
.
.
.
.
.
.
.
. 3
.3
.3
.3
.
.
.
.
.
.
.
.
.3
.
.
.3
. 3
.3

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|

ALAT-ALAT UKUR

12

KELOMPOK V

B. Analisis Data
1.

Menentukan besar hambatan dalam amperemeter disetiap pasangan data


arus yang terukur

Resistor cincin = coklat-hitam-hitam-emas

5%

. |

Arus sebelum hambatan R adalah I1 dengan multimeter digital


NST I1 = 0.01 mA
S

Arus setelah hambatan R adalah I2 dengan multimeter digital


NST I2 = 0.01 mA
S

Persamaan yang digunakan adalah

Dengan ketidakpastian menggunakan teori ralat sebagai berikut.


|(

|(

|(

) |

)|

)|

ALAT-ALAT UKUR

13

KELOMPOK V

a.

Hambatan dalam data 1


.

.3

Ketidakpastian hasil pengukuran

|(

|(

m )

.
|

) |

m ) |

|(

.3 m
. m

. ) |

.
.

| .

. |

b. Hambatan dalam data 2


.
.

.
.

.
.

| .

. |

ALAT-ALAT UKUR

14

KELOMPOK V

Dengan cara yang sama, maka akan diperoleh hasil analisis sebagai
berikut.
Tabel 2. Hasil Analisi Penentuan Nilai Hambatan Dalam
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

I1 (mA)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|

.
. 3
.3
. 3
. 3
. 3
.
.
.
.
.
.
. 3
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
. 3
.

. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |

I2 (mA)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|

.
.
.
. 3
.
.
.
.
.
.
.
. 3
.3
.3
.3
.
.
.
.
.
.
.
.
.3
.
.
.3
. 3
.3

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

umlah

RA ()
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|

| .
| .
| .
| .
| .
| .
| .
| .
| .
| .
|3.
|3.
|3.
|3.
|3.
|3.
|3.3
|3.
|3.
|3.
|3.3
|3.
|3.3
|3.
|3.3
|3.3
|3.
|3.3
|3.3
|3.3

. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
.3|
. |
.3|
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
.

ALAT-ALAT UKUR

15

KELOMPOK V

2.

Menentukan besar hambatan dalam amperemeter dari hasil percobaan


a. Nilai rata-rata (mean) hambatan dalam

.
n
3
b. Standar deviasi

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

I1 (mA)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|

.
. 3
.3
. 3
. 3
. 3
.
.
.
.
.
.
. 3
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
. 3
.

. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |

Tabel 3. Hasil Analisi Standar Deviasi


|- | ) |I2 (mA)
RA ()
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|

.
.
.
. 3
.
.
.
.
.
.
.
. 3
.3
.3
.3
.
.
.
.
.
.
.
.
.3
.
.
.3
. 3
.3

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|

| .
| .
| .
| .
| .
| .
| .
| .
| .
| .
|3.
|3.
|3.
|3.
|3.
|3.
|3.3
|3.
|3.
|3.
|3.3
|3.
|3.3
|3.
|3.3
|3.3
|3.
|3.3
|3.3
|3.3

. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
.3|
. |
.3|
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |
. |

0.212
0.074
0.118
0.099
1.340
1.675
2.563
2.570
2.203
0.898
0.893
0.734
0.861
0.724
0.431
0.807
0.579
0.665
0.449
0.424
0.519
0.446
0.502
0.366
0.579
0.532
0.659
0.555
0.498
0.529
Jumlah

| 2)

0.0448
0.0054
0.0138
0.0098
1.7950
2.8073
6.5713
6.6072
4.8553
0.8069
0.7977
0.5394
0.7405
0.5247
0.1860
0.6507
0.3357
0.4421
0.2018
0.1801
0.2692
0.1990
0.2519
0.1340
0.3357
0.2828
0.4340
0.3079
0.2481
0.2793
30.8572

ALAT-ALAT UKUR

16

KELOMPOK V

Varians:
n

3 .

| )
.

Standar deviasi
( |
n
( .

| ))

c. Kesalahan yang mungkin


.

.
| .

. |

C. Pembahasan
Hambatan dalam sebuah amperemeter dapat diukur atau dicari nilainya
dengan dua cara. Cara pertama adalah dengan menganggap dan
memperlakukan amperemeter sebagai sebuah hambatan beban yang
kemudian diberi arus dari sebuah ggl dan kemudian diukur tegangannya
sedangkan cara kedua serupa dengan cara pertama, tetapi volmeter pada cara
pertama itu diganti dengan sebuah hambatan yang sudah diketahui nilainya.
Lebih jelas cara kedua dilakukan dengan mengukur arus sebelum dan
setelah melalui resistor cincin. Hal ini dilakukan karena adanya keyakinan
bahwa selain berkurangnya nilai arus akibat resistor, nilai arus juga berkurang
akibat adanya hambatan dalam oleh amperemeter, meskipun dalam hal ini
nilai hambatan amperemeter secara teori seharusnya mendekati nol. Namun
untuk memperjelas adanya nilai hambatan maka digunakan nilai tegangan
konstan yang relatif kecil yakni 0.2 Volt sedangkan hambatan yang
digunakan sebesar 10 sehingga jika dihitung maka diperoleh nilai hambatan
dalam yang relatif besar
ALAT-ALAT UKUR

17

KELOMPOK V

Dapat dilihat dari tabel hasil pengamatan diatas dapat diketahui nilai
hambatan dalam ampermeter bergantung pada arus dan hambatan yang
diberikan.

Dimana I1 adalah nilai arus sebelum melalui hambatan R dan I2 adalah


nilai arus setelah melalui hambatan R. dalam pelaksanaan percobaan ada hal
yang perlu diperhatikan yakni terjadinya fluktuasi arus. Ketika arus AC
berubah maka tegangan sumber dari catu daya bisa saja berubah sehingga
tegangan sumber menjadi tidak konstan. Oleh karena itu maka digunakannya
potensiometer agara tegangan sumber yang digunakan benar-benar terkontrol.
Dari pengambilan data diperoleh 30 data yang nilai arusnya berlainan.
Oleh karena itu untuk dapat menentukan nilai hambatan dalam amperemeter
yang dalam hal ini adalah multimeter digital harus melalui beberapa tahap.
Tahap pertama yakni menghitung hambatan dalam untuk setiap pasangan data
arus. Selanjutnya untuk memperbesar kemungkinan ketepatan hasil maka
perlu digunakan teori ralat terhadap hambatan dalam agar diperoleh kesalahn
yang mungkin atau dikenal dengan ketidakpastian hasil perhitungan. Tahap
kedua yakni

menghitung rata-rata atau Mean dari 30 hasil perhitungan

hambatan dalam, kemudian digunakan persamaan standar deviasi


( |
n

| ))

yakni dengan mencari selisih nilai hambatan rata-rata dengan setiap nilai
hambatan dalam perdata, kemudian pangkatkan. Dari hasil pangkat dua setiap
data, jumlahkan dan bagi dengan jumlah data yakni 30. Hasil selanjutnya
kemudian diakarkan maka didapat standar deviasi atau besar penyimpangan
data yang diperoleh dari hasil yang sebenarnya.
Adapun besar varians dari data dapat diketahui dengan memangkat duakan
nilai standar deviasi. Selanjutnya adalah langkah pelaporan hasil, namun
terlebih dahulu tentukan besar kesalahan yang mungkin dari hasil
perhitungan. Ini diperoleh menggunakan hasil distribusi

normal Gauss

ALAT-ALAT UKUR

18

KELOMPOK V

dengan kesalahan relatif 68% atau menyatakan bahwa tigkat normalisasi


sebaran data terbesar berada pada rentang 68% dari grafik distribusi normal
sehingga diperoleh kesalahan yang mungkin yakni mengalikan standar
deviasi

dengan

sehingga diperoleh

. Diperoleh

persentase kesalahan relatif (KR) sebesar 25% yang berhak atas 2 angka
berarti. Maka hambatan dalam amperemeter adalah

| .

. |

ALAT-ALAT UKUR

19

KELOMPOK V

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Besar hambatan dalam multimeter digital dalam bentuk pengukuran arus
listrik (amperemeter) dipengaruhi oleh besar arus dan hambatan yang
digunakan. Dari perhitungan analisis diperoleh nilai hambatan dalam
amperemeter adalah

| .

. | atau dikatakan bahwa hambatan dalam

sebenarnya dari amperemeter (multimeter) adalah 2.1 sampai 3.5 .

B. Saran
1.

Sebelum melaksanakan percobaan, hendaknya mahasiswa mempelajari


dan memahami konsep dan prinsip dari bahan praktikum.

2.

Seharusnya laboratorium juga dilengkapi alat ukur analog

ALAT-ALAT UKUR

20

KELOMPOK V

DAFTAR PUSTAKA

Amdani, Khaerul. 2012. Prinsip-Prinsip Piranti Ukur Multimeter Analog. Jurnal


Pendidikan Science. 3 (4): 82-91
Aldeska,
Jusi.
2015.
Makalah
Multitester.
http://pribadiasik.blogspot.co.id/2015/07/makalah-multitester.html. Diakses
tanggal 19 Desember 2015.
Desiani,Citra.
2015.
Prinsip
Kerja
Amperemeter.
https://www.scribd.com/doc/74378239/Prinsip-Kerja-Amperemeter.
Diakses tanggal 19 Desesmber 2016
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika (Edisi 5 Jilid 1), terjemahan Dra. Yuhilza
Hanum, M.Eng., dkk. Jakarta:Erlangga
Herman, asisten LFD. 2015. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 2. Makassar: Unit
Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA UNM
Kholifudin, M Yasin. 2014. Konsep Berfikir Anababe sebagai Solusi
Pembelajaran Fisika pada Materi Listrik DC dan Linstrik AC di SMA.
Jurrnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF). 4(1): 26-30
Sunarya,U.
2016.
Modul
Rangkaian
Listrik.
http://unangsunarya.staff.telkomuniversity.ac.id/files/2016/01/2015-D3TTModul-Rangkaian-Listrik.pdf. Diakses tanggal 19 Desember 2016.
Tipler, Paul A. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik (Edisi 3 Jilid 1), terjemahan
Dr. Lea Prasetio, M.Sc, dkk. Jakarta: Erlangga
Waluyanti, Sri. 2008. Alat Ukur dan Teknik Pengukuran Jilid 1. Penerbit:
Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional)
Young, Hugh D dan Roger A.Freedman. 2001. FISIKA UNIVERSITAS Edisi
Kesepuluh Jilid 2. Terjemahan: Pantur Silaban. Bandung :Penerbit
Erlangga.

ALAT-ALAT UKUR

21

Anda mungkin juga menyukai