Anda di halaman 1dari 52

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

( TUGAS VERTIKAL RESCUE )

Disusun Oleh :
DEDI RIWANTO
Pendidikan Fisika / A

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016 / 2017

VERTIKAL RESCUE

Page 1

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


A. TALI, SIMPUL DAN ANCHOR
1. Tali Karmantel
1) Definisi
Istilah kernmantel berasal dari campuran bahasa jerman, yaitu
Kern/core yang berarti inti, dan mantel yang berarti sarung/selimut.
2) Konstruksi Kernmantel
Konstruksi kernmantel terdiri dari kern atau core (inti) yang dirancang
mampu menahan beban. Core (inti) dilindungi oleh tenunan atau anyaman
yang membantu menahan sebagian kecil beban. Konstruksi yang
menguntungkan adalah tali yang kuat dan tahan dari kerusakan, ringan dan
mudah dipegang. Core dan mantel dirancang tahan terhadap putaran.
3) Type dasar Kernmantel
Type dasar tali kermantel yaitu:
a. Tali Kernmantel Dinamik
Kelenturan dan kemoloran dibuat dengan elastisitas atau keregangan
yang sangat tinggi yang dapat menahan beban kejut yang tinggi.
Kemolorannya mencapai 60 % beban berhenti. Fungsi mantel adalah
untuk melindungi tali terhadap kerenggangan tali dan penambahan
sedikit kekuatan.
Keuntungannya adalah tali mempunyai kemampuan yang tinggi untuk
menahan kejut terhadap orang yang jatuh. Kerugiannya adalah
kerenggangan yang sangat tinggi cenderung bermasalah ketika
digunakan untuk descending, ascending atau rappelling. Tali dinamik
tidak digunakan dalam sistem High angle Rescue.
b. Tali Kernmantel Statik

VERTIKAL RESCUE

Page 2

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


Tali dirancang dengan kemoloran yang rendah. Kemoloran normal
sekitar 3 % dengan berat kurang lebih 60 kg dan tidak lebih 20%
breaking load. Kerenggangan tali statik sangat rendah dan tidak
menahan kejut.
Tali statik cenderung bersarung tebal untuk melindungi inti (core).
Pembungkus yang tebal menambah kontribusi terhadap total kekuatan
tali, tetapi menghasilkan tali kaku dan agak menyulitkan untuk
pembuatan simpul.
Keuntungannya adalah kerenggangan rendah, tahan terhadap abrasi
dan gangguan lumpur atau pasir yang dapat merusak inti dan memiliki
kekuatan menegang yang tinggi. Kerugiannya adalah tali tidak menahan
kejut dan kaku sehingga agak sulit untuk pembuatan simpul.
4) Perawatan dan Pemeliharaan
Perawatan dan pemeliharaan kernmantel adalah sebagai berikut:
a. Hindari pemotongan tali kecuali kalau memang mengharuskan.
b. Jangan meninggalkan ikatan pada saat penyimpanan tali.
c. Hindari gumpalan di ujung tali.
d. Gunakan ukuran yang tepat di pulley.
e. Hindari hentakan tiba-tiba atau ketegangan yang terlalu kuat pada
tali.
f. Hindari terkena lompatan batu atau terinjak.
g. Hindari melewatkan tali pada tikungan yang tajam atau permukaan
kasar.

VERTIKAL RESCUE

Page 3

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


h. Tali yang ditarik di lumpur pasir atau kerikil harus dicuci setelah
dipergunakan dengan air yang mengalir.
i. Jangan mengeringkan tali dengan api atau sumber panas lain.
j. Simpanlah tali dalam kantong.
k. Tali yang cacat atau rusak harus diberi label.
l. Jangan menempatkan tali terkena sinar matahari langsung dalam
waktu lama.
m. Tidak tersentuh dengan bahan yang mencemarkan seperti lemak,
gemuk, oli, minyak, bensin, minyak hydraulic, zat asam, dan bahan
kimia.
5) Pencucian
Cara pencucian kernmantel adalah sebagai berikut:
a. Tali harus dicuci ketika kotor untuk mengurangi dampak abrasi dari
pasir saat digunakan dengan peralatan abseiling atau ascending.
Tali dapat digulung rantai sebelum kusut.
b. Tali polymide dapat dicuci dengan mesin cuci, tetapi mesin harus
di stel dingin atau hangat (tidak pernah dalam kondisi panas).
c. Setelah dicuci tali dapat ditarik dengan agak kuat, kemudian
gunakan descender untuk mengeluarkan air dan keringkan di udara,
di area yang sejuk dengan ventilasi yang baik.
6) Pemeriksaan
Seluruh tali rescue harus diperiksa sebelum, selama dan setelah
digunakan. Pemeriksaan meliputi penilaian secara visual dan merasakan
dengan teliti.

VERTIKAL RESCUE

Page 4

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


Penilaian visual, caranya adalah:
a. Warna filamen yang memudar
b. Lembek
c. Filament putih, dimana sarung telah rusak
d. Ukuran tidak seragam
e. Terkikis
Penilaian rabaan, caranya adalah:
a. Filamen kaku
b. Perubahan ukuran
c. Kontaminasi
Pengetesan beban pada tali tidak direkomendasikan untuk
praktek keselamatan.
7) Pengafkiran Penggunaan Tali
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memutuskan pengafkiran
tali adalah sebagai berikut:
a. Terkikis
b. Beban lebih
c. Kontaminasi
d. Perbedaan ukuran
e. Susunan mantel

VERTIKAL RESCUE

Page 5

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


f. Sarung tertembus
g. Packing
Beberapa teknik yang cocok untuk packing tali rescue adalah sebagai
berikut:
a. Coiling. Tali yang panjangnya tidak lebih dari 50 m dapat dengan
cepat digulung dan diakhiri dengan kuncian balik Sebagai catatan,
coiling tali akan kusut bila tidak hati-hati melepaskannya.
b. Hanking. Packing tali dengan cara Hanking adalah sebagai berikut.
Genggam tali sekitar 2 m dari ujung yang satu dan ukuran lengan
penuh berisi tekukan tali yang ditempatkan di tangan. Selanjutnya
sampai 4 meter dari ujung, pegang 2 meter berikutnya tumpangkan,
bendel tali di tangan dan julurkan tangan ke depan. Dengan
menyisakan 2 meter tali, tekan ikat langsung melingkar masukkan ke
lobang tangan (di antara pegangan dan ikatan tali ganda),
membalikkan gulungan seperti kepala dan mengencangkan ikatannya
c. Chaining/Ikatan Rantai. Teknik ini digunakan pada tali yang panjang
untuk mengurangi waktu packing tali. Teknik ini dapat digunakan
ketika mencuci tali di dalam mesin pencuci atau untuk penyimpanan.
Tali dapat dirantai dengan satu tali, dua tali atau empat ganda.
d. Memasukkan tali ke dalam karung. Ini adalah metode yang istimewa
dan memuat tali yang panjang dan mencantumkan nama. Tali
dimasukkan ke dalam pack dan memadatkan dengan hati-hati
8) Cord atau prusik
Cord atau prusik adalah tali kernmantel yang memiliki diameter kurang
dari 9 mm, pada umumnya memiliki kontruksi statik untuk aplikasi yang
cukup luas. Cord digunakan dalam vertical rescue dalam berbagai fungsi,

VERTIKAL RESCUE

Page 6

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


seperti untuk prusik loop, tali tambatan plate, pengikat edge roller atau
pengikat matras tali utama.
9) Proteksi
Tujuan proteksi adalah untuk melindungi tali dari benturan, sudut yang
tajam, tidak ada perawatan dan friksi. Proteksi dapat dilakukan dalam
banyak cara yaitu:

2. TALI PITA/WEBBING

1) Definisi
Pita atau webbing adalah salah satu peralatan yang serbaguna
untuk rescuer. Digunakan untuk pengikatan atau menyambung sling, dan
sesuai aplikasi oleh imajinasi rescuer.
2) Fungsi
Fungsi pita adalah sebagai berikut:
a. Sling
b. Improve harness
c. PengamanLashing
d. Foot lop climb
e. Foot step
3) Konstruksi
Konstruksi pita terbagi dua, yaitu:

VERTIKAL RESCUE

Page 7

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


a. Plat
b. Tobular
4) Karakteristik
Karakteristik pita dapat dipengaruhi oleh konstruksi kekuatan,
kemuluran, kemampuan menahan abrasi, dan kemampuan menahan
ultra violet. Semua faktor ini dipengaruhi fier yang digunakan dan
kekuatan tenunan yang bagus. Pita yang memiliki tenunan yang keras
akan memiliki kekuatan yang lebih baik. Secara umum, pita rescue
yang bagus fleksibel untuk semua faktor.
5) Ukuran
Lebar pita polymide diukur pada bagian flat. Pita yang biasa
digunakan memiliki lebar 25 mm dan 50 mm. Ukuran pita yang kecil
mungkin digunakan untuk berbagai teknik yang khusus, tetapi tidak
cocok atau aman untuk kerja recue secara umum.
6) Pengikisan
Pada umumnya, penggunaan pita lebih cepat daripada tali karena
pita tidak dilengkapi sarung sebagai proteksi. Sebagai catatan, pita tidak
boleh digunakan dalam kegiatan rescue jika kualitas atau kondisinya
diragukan.
7) Kekuatan
Dalam kegiatan rescue, pita yang digunakan hanya pita yang
memiliki kekuatan 1500 kg.
8) Aplikasi Pertolongan khusus
Pita umumnya digunakan dalam bentuk jahitan atau ikatan sling
untuk semua anchore, improvisasi harness, sling korban, dan

VERTIKAL RESCUE

Page 8

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


pengikatan lain. Selama operasi pertolongan, mungkin akan dijumpai
pita yang sangat panjang yang dibutuhkan untuk anchore atau
pengikatan.
9) Keamanan
Poin-poin pengamanan yang berkaitan dengan peralatan pita adalah
sebagai berikut:
a. Jangan mengalungkan pita di leher.
b. Saat sling dibawa bekerja, lebih baik dikaitkan pada seat harness
atau melintang di sisi leher dan ketiak.
c. Simpul harus secara berkala dicek apakah ada tanda-tanda terlepas
atau terbuka dan mengikatkan kembali dengan benar atau potong
dan ikat kembali jika dibutuhkan. Sisakan tali minimal 100 mm
dari ujung pita sebagai pengaman dengan mengunci atau
pengikatan akhir untuk menambah keamanan.
d. Semua webbing harus diperiksa secara berkala dan cermat. Pita
tubular lebih baik digunakan untuk kegiatan rescue.
e. Gunakan pita tubular.
10) Perawatan
Perawatan pita sama dengan perawatan tali.
3. Simpul
1) Definisi
a. Simpul adalah istilah pengikatan.
b. Bight adalah tekukan tali yang tidak menyilang.

VERTIKAL RESCUE

Page 9

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


c. Loop adalah tekukan tali hingga menyilang dan menyerupai bulatan.
d. Running End adalah ujung tali yang digerakkan untuk membuat
simpul.
e. Turn adalah satu kali lilitan pada benda lain.
f. Round Turn adalah dua kali lilitan pada benda lain.
g. Standing adalah bagian tali yang siap digunakan.
2) Syarat Kualitas Simpul yang Baik
Syarat kualitas simpul yang baik adalah sebagai berikut:
a. Mudah dibuat.
b. Mudah diingat.
c. Menghasilkan ikatan yang kuat.
d. Mudah dibuka.
3) Jenis-jenis Simpul
Jenis-Jenis Simpul dasar yang diperlukan dalam teknik High Angle Rescue
adalah sebagai berikut:

NO

SIMPUL

GAMBAR

FUNGSI
Sebagai simpul dasar

dan pengaman

Thunb / over
hand

VERTIKAL RESCUE

simpul

Page 10

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Sebagai simpul di ujung


2

figure of eight

tali / stopper dan

knot

menyambung tali ke
carabiner

Untuk membuat ikatan


3

figure 8 on

yang baitnya dapat

bight knot

langsung dicantolkan

Untuk pengikatan
4

8 follow

langsung dengan

through

menjalankan running
endnya

untuk tambatan pada


5

dua anchor point

8 double bight

Untuk membuat simpul


di tengah tali untuk
6

8 On Line

digunakan tiga
pembebanan dengan
dua arah
Untuk membuat simpul

batterfly

di tengah tali,

(kupu-kupu)

menyimpan bagian tali


yang rusak

VERTIKAL RESCUE

Page 11

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Digunakan untuk
mengikat tali pada

pangkal (clove

tiang/kayu, ditarik

hitch)

simpul akan semakin


menjerat
menyambung tali yang
besarnya sama

Double

fisherman

Digunakan pada ujung


10

Kambing

tali. Penggunaannya

(Bowline)

untuk mengikat tali


pada harness

Untuk membuat tandu


11

darurat dan

Jangkar

menyambung tali

Digunakan untuk
12

menyambungkan

Pita

webbing atau pita

3. Anchoring
1) Definisi
a. Anchoring adalah sistem pengaman pokok tali dan elemen lain dalam
kegiatan vertical rescue.
b. Anchor point adalah titik tambatan yang dihubungkan tali anchor.
VERTIKAL RESCUE

Page 12

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


c. Anchor buatan adalah peralatan yang didesign khusus untuk anchor
point yang dimanfaatkan sesuai dengan kondisi alam, pemanfaatannya
memanfaatkan celah batu, seperti choks, hexcentrik dan piton.
2) Bagian-bagian Anchor
Bagian-bagian anchor adalah sebagai berikut:
a. Anchor point
b. Kaki Anchor
c. Arah lintasan
3) Peralatan yang Dibutuhkan
Peralatan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan tali pokok
b. Menggunakan potongan tali lain
Caranya adalah
1. Membuat ikatan pada anchor point
2. Simpul figure 8 on bight ditempatkan pada arah lintasan
3. Cantolkan carabiner pada figure 8 knot
c. Menggunakan webbing
1) Webbing

adalah

peralatan

yang

tepat

untuk

anchor.

Keuntungannya adalah lebih murah daripada tali dan mudah


dibawa. Kerugiannya adalah tidak dapat digunakan untuk
membuat bermacam-macam simpul.
2) Webbing sangat tepat untuk membuat loop yang runners, selalu
digunakan cepat dan cocok untuk setting anchor. Jika tidak
tersedia runner, runner dapat dibuat dari sepotong webbing yang
diikatkan membentuk loop dengan simpul pita.
3) Pemasangan webbing pada anchor point
d. Membuat loop kemudian mengaitkan ke anchor point
e. Ikatan langsung, webbing dibelitkan terlebih dulu kemudian disimpul
pita.
4) Kekuatan Anchor

VERTIKAL RESCUE

Page 13

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


Anchor harus dapat menahan beban yang berat, pada setiap sistem
pertolongan vertical, perhitungan akhirnya adalah safety factor.
Anchor dapat kuat jika dihubungkan dengan beberapa tumpuan atau jika ada
anchor point apakah pohon dengan akar yang kuat atau tonjolan batuan yang
sangat kuat.
Memilih anchor point yang mampu menahan beban seperti:
a. Anchor dari alam, contoh: pohon yang hidup lebih kuat dari pohon
yang sudah mati
b. Anchor point dari struktur bangunan, contoh: struktur tiang bangunan
umumnya lebih kuat dari pada susunan tangga.
c. Bagian pengikatan, contoh: bila anchor point-nya pohon. Pengikatan
dekat dengan tanah akan lebih kuat dari pada bagian atas.
5) Arah Penarikan
Pemasangan beberapa tali anchor biasanya kuat hanya ditarik satu
arah, jika arahnya dirubah akan menjadi lemah atau rusak.
6) Posisi Anchor
Posisi anchor mempunyai pengaruh pada kegiatan di ketinggian, kondisi
yang ideal, anchor dekat dan langsung di atas subyek. Posisi anchor harus
ditempatkan di sisi korban, yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Kondisi batuan atau bahaya benda lain yang akan menjatuhi korban
atau penolong.
b. Kondisi antara anchor point dan obyek pertolongan membahayakan
rescuer atau merusak peralatan seperti tali.
7) Penempatan Pengarah Lintasan

VERTIKAL RESCUE

Page 14

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


Ketika membuat anchor dan arahnya, harus selalu berfikir aman dan
pengaruh lintasan selalu tepat untuk siapa saja yang menggunakannya
seperti gambar di atas. Contoh, mungkin terdapat beberapa improvisasi
dengan merubah lokasi anchor dan arahnya.
Jika anchor point merupakan sebuah pohon, tempatnya cukup jauh ke
belakang dari bibir tebing, jika digunakan maka hasilnya adalah:
a.

Kecil kemungkinan jatuh bagi orang yang bertugas membuat


pengikatan sistem anchor.

b.

Pengikatan dan pengontrolan akan lebih mudah.

c.

Dengan tali melewati sudut, tidak semua berat akan langsung pada
anchor, sebagian akan ditanggung oleh sudut. (kekurangannya akan
membuat abrasi pada tali).

8)

Back up Anchor

Alasan pembuatan back up anchor adalah sebagai berikut:


a.

Kondisi anchor point


Kalau berpotensi rusak atau peralatan disangkutkan, kemudian
anda membutuhkan anchor point lain. Penyebab anchor mengalami
rusak antara lain:
a)

Kekuatan anchor point diragukan. Jarang mengetahui pasti


macam ketegangan anchor yang ada.

b)

Kesalahan orang. Simpul mungkin diikatkan tidak benar, snap


carabiner mungkin belum terkunci

c)

Peralatan yang rusak. Tali dan webbing yang terkikis dan


peralatan lain tegang.

VERTIKAL RESCUE

Page 15

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


9) Anchor Ganda
Tujuannya untuk memberikan keyakinan, terdiri dua atau lebih
anchor point. Hal ini dikarenakan satu anchor point tidak cukup untuk
menahan antisipasi kekuatan, atau jika satu anchor point posisinya
menyangsikan.
Pembagian beban anchor merupakan pilihan, agar beban yang
terbagi masing-masing point dengan berat yang sama. Sudut anchor
disarankan selalu 45-90 derajat.
A. ASCENDING DAN DESCENDING
1. Teknik Ascending
1) Definisi
Ascending adalah teknik/kegiatan untuk pemanjatan suatu tempat
dengan menggunakan tali sebagai jalur naik.
2) Teknik Ascending
Terdapat 2 teknik ascending, yaitu:
a. Ascend Friction Knot
1. Definisi
Ascend Friction Knot adalah teknik pemanjatan melalui tali dengan
mengandalkan friksi yang tercipta oleh tali itu sendiri.
a) Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut

NO

VERTIKAL RESCUE

NAMA

GAMBAR

Page 16

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Tali Karmantel
1
Statik

Tali Prusik
2

(Diameter 6-7
mm)

VERTIKAL RESCUE

Seat Harness

Full Body
Harness

Helmet

Page 17

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Sarung Tangan

Kacamata Safety

Sepatu Safety

Carabiner

b) Prosedur Pemasangan
Prosedur pemasangan Ascend Friction Knot adalah sebagai
berikut

VERTIKAL RESCUE

Prusik disimpulkan pada tali utama

Page 18

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Tali prusik pertama disimpulkan di seat harness dan tali


prusik kedua digunakan sebagai pijakan (kaki)

Rescuer bergerak bergantian antara badan dan kaki,


saat prusik menahan beban badan maka prusik untuk
kaki dinaikan bersama dengan kaki, saat tumpuan di
kaki maka prusik yang terbebani badan didorong naik
ke atas, demikian seterusnya

Saat beban berada di badan berarti posisi duduk, maka


saat inilah digunakan untuk istirahat

c) Simpul Yang Digunakan

N
O

NAMA

GAMBAR

Prusi Knot

Kelmhest Knot

Bachman Knot

b. Ascent Mechanical System

VERTIKAL RESCUE

Page 19

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


1. Definisi
Ascent Mechanical System adalah kegiatan pemanjatan
melalui tali dengan memanfaatkan peralatan sebagai alat bantu
naik
2. Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

NO NAMA

GAMBAR

Tali Karmantel Statik

Seat Harness

Helmet

VERTIKAL RESCUE

Page 20

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Webbing

Croll

Ascender Handle
(Jummer)

Sarung Tangan

Kacamata Sefaty

Sepatu Safety

VERTIKAL RESCUE

Page 21

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

10

Carabiner

3. Prosedur
Persiapan

Gunakan seat harness

Cantolkan carabiner ke seat harness

Pasang tali Webbing ke Crool

Pasang crool ke carabiner

Lalu ikatkan webbing ke badan lalu silangkan di bagian


belakang lalu lilitkan di bagian perut.

Buat simpul jangkar di ascender handle (Jummer)

dan loop untuk safety dikaitkan ke seat harness

Dan loop untuk ke bagian kaki

Pengoperasian
Pengoperasian Ascent Mechanical System adalah sebagai
berikut:

VERTIKAL RESCUE

Pasang crool pada tali utama

Page 22

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Pasang ascender handle (Jummer) yang sudah terkait


dengan webbing ke tali utama

Tarik tali utama dari bawah sampai rescuer tergantung


pada tali

Saat tubuh tergantung pada crool, geser ascender


handle (Jummer) ke atas secukupnya, kemudian berdiri,
saat berdiri crool akan terbawa ke atas. Duduk kembali,
dorong ascender handle(jummer) ke atas, berdiri dan
duduk kembali, dorong ascender(jummer) ke atas, dan
seterusnya.

2. Teknik Descending
1) Definisi
Descending adalah kegiatan turun dengan menggunakan tali
sebagai jalur lintasan, laju pergerakan turun memanfaatkan friksi dari
descender. Descending disebut juga dengan abseiling atau rappelling.
2) Perlengkapan
Perlengkapan yang dibutuhkan pada descending adalah sebagai
berikut:
N

NAMA

VERTIKAL RESCUE

GAMBAR
Page 23

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Tali Karmantel Statik

Seat Harness

Helmet

Full Body Harness

Figure of eight

VERTIKAL RESCUE

Page 24

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Rappel rack

Autostop

Grigri

Sepatu Safety

10

Carabiner

3) Prosedur Descending
Dalam melakukan abseiling/rappelling, usahakan posisi badan tegak
lurus dengan tebing/dinding dan jangan terlalu cepat bergerak bila
tidak dibutuhkan.

VERTIKAL RESCUE

Page 25

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


Prosedur descending adalah sebagai berikut:

Cek anchor dan tali yang akan digunakan

Cek harness, pastikan semua sudah terkunci

Sebelum memasang tali utama, pastikan keamanan anchor point


terlebih dahulu

Pasang tali pada descender

Kaitkan descender ke seat harness

Yakinkan bahwa tali tidak menyimpul

Yakinkan bahwa semua sudah aman

Cek pengereman (menggunakan tangan kanan atau kiri)

Pastikan bahwa tali sampai ke bawah/dasar

Lihat pijakan berikutnya

Mulailah turun dengan gaya beban pada badan dan gaya tolak
pada kaki

Jangan sekali-kali melepaskan tangan yang berfungsi sebagai


pengereman

4) Prosedur Keselamatan
Prosedur keselamatan pada kegiatan descending ini adalah:

VERTIKAL RESCUE

Page 26

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Setiap personil harus melakukan pengecekan sebelum turun


rappelling

Saat penurunan, orang pertama adalah menjadi tumpuan bagi


yang lain, oleh sebab itu harus yakin tali menjadi dasar tanpa
ada halangan, tidak ada bagian tali yang cacat dan perlu diingat
bahwa tidak ada belayer di bawah.

Sebelum melakukan perubahan dari naik ke turun atau


sebaliknya, yakinkan bahwa semua sudah aman

Tali yang melewati tempat yang tajam harus diberi alas untuk
menghindari kerusakan pada tali.

5) Komunikasi
Berikut aba-aba yang digunakan dalam komunikasi Rescuer dengan
Belayer
NO ABA-ABA

PEMANGGI

ARTI

Rescuer menanyakan kesiapan tali ke

Tali Siap

Rescuer

Siap

Belayer

Jawaban belayer ke resquer

Turun

Rescuer

Rescuer mulai bergerak

Stop

Setiap Orang

Melihat adanya masalah/bahaya

Clear

Rescuer

Pull

Rescuer

VERTIKAL RESCUE

belayer

Pemberitahuan bahwa tali sudah


tidak digunakan
Rescuer ke belayer minta untuk
menarik tali, rescuer ada masalah

Page 27

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


6) Jenis-jenis Descender
Jenis descender dan alatnya :

NO

NAMA

Figure of eight

Rappel rack

Autostop

Grigri

Carabiner

ALAT

3. Belay
1) Definisi

VERTIKAL RESCUE

Page 28

PENGGUNAAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


a. Belay adalah tindakan mengamankan semua aktifitas di tali.
b. Belayer adalah orang yang membelay.
c. Active Rope adalah bentangan tali antara belayer dan rescuer.
d. Inactive rope adalah sisa tali yang siap ditarik.
2) Sistem Kerja
Sistem kerja dalam belay adalah memanfaatkan friksi antara tali dan
belay device.
3) Prinsip Dasar Pemasangan Belay
Prinsip Dasar Pemasangan Belay adalah sebagai berikut:
a. Anchor dibuat terpisah dari anchor utama
b. Belayer membuat anchor tersendiri
c. Anchor untuk belayer dibuat berdekatan dengan system anchor
utama
d. Hindari tali menyilang
4) Pengaturan Tali
Belay harus dilakukan dengan mengendorkan tali sedikit demi
sedikit selama mendapat beban. Belayer harus selalu waspada
terhadap keseluruhan operasional.
5) Pengaturan Beban Hentakan
Belayer harus mempertahankan bentuk pengendalian dengan
inactive rope setiap saat jika diminta untuk mengontrol hentakan

VERTIKAL RESCUE

Page 29

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


beban. Jika suatu saat terjadi hentakan tiba-tiba, belayer menggunakan
inactive rope dan menarik anchore point ke belakang.
6) Teknik Belay
Beberapa macam teknik belay adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan Belay plate
1. Pengoperasian Belay plate
Belayer memegang salah satu tali yang keluar dari lobang
belay plate, mengontrol pergerakan dengan mengulur secara
perlahan.

b. Menggunakan Carabiner
Simpul itali adalah bentuk ikatan dengan tali belay pada
anchor carabiner seperti gambar di bawah ini. Ikatan dikontrol
menyamai belay plate, dengan mengulur sacara perlahan.
c. Menggunakan Figure of eight
Ada dua cara membelay dengan menggunakan figure of eight
1) Memanfaatkan lubang kecil figure of eight yaitu dengan
membuat bight dan memasukkan ke dalam lubang
kemudian dikaitkan carabiner screw gate , penggontrolan
tali sama dengan belay plate
2) Memasang figure of eight seperti akan melakukan
rappelling yaitu dengan membuat bight dimasukkan ke
dalam lubang yang besar kemudian lop bight dikaitkan ke
bagian kecil figure of eight.

VERTIKAL RESCUE

Page 30

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


A. MANAJEMENT TANDU
1. TANDU
1) Definisi
Tandu ialah sebuah alat yang dibuat untuk mengevakuasi
korban dari tempat kejadian ketempat yang lebih aman atau
rujukan.
2) Jenis-jenis Tandu
Macam-macam tandu itu sangatlah banyak dan beraneka
ragam bentuknya, namun tujuan dari tandu itu sama yaitu
sebagai alat untuk mengevakuasi korban.
Adapun macam-macam tandu yang sering kita kenal yaitu:
a. Tandu Basket Tandu ini terbuat dari bahan fiber yang kuat menahan
benturan, baik sekali digunakan di untuk evakuasi di tebing atau di
hutan, bentukny acekung seperti kapal, sehingga dapat melindungi
korban dari benturan dan gesekan.

b. Tandu Skop
Tandu ini sangat cocok dipergunakan untuk mengevakuasi korban
terutama korban yang mengalami trauma tulang belakang, karena
sisinya bisa dibuka dengan hanya menekan lock di sisi atas dan
bawah tandu tersebut, setelah terbuka tinggal penolong melakukan
gerakan seperti orang mau menyekop.

VERTIKAL RESCUE

Page 31

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


c. Tandu Sepinal
Tandu yang digunakan untuk mengevakuasi korban patah
tulang belakang. Tandu ini memiliki bentuk seperti daun pintu
yang rata. Dikarnakan tulang yang patah tersebut adalah
bagian belakang maka tandu harus berbentuk rata, tujuannya
agar tulang balakang yang patah tetap pada posisi yang
benar, mencegah terjadinya kematian dan dapat memberi
rasa nyaman terhadap pasien.
b. Tandu Sorong
Adapun tandu ini sering kita jumpai di rumah sakit - rumah
sakit, puskesmas, maupun di dalam ambulance. tandu
sorong ini jarang kita jumpai

pada saat di lapangan

dikarnakan adanya roda yang memerlukan jalan atau lintasan


yang bagus maka tandu ini jarang kita jumpai pada saad di
lapangan. Tandu sorong ini adalah tandu yang sangat megah,
dikatakan megah karena tandu ini terbuat dari bahan busa
yang beralaskan kain yang membuat pasien merasa lebih
nyaman.
c. Tandu Lipat
Karena tandu ini memiliki

sifat yang

sangat praktis,

kepraktisannya ini terdapat pada kemudahan tandu untuk


dapat dilipat sehingga tandu tidak memebesar dan mudah
dibawa, tandu ini dibuat dengan memakai alat atau bahan
dari besi dan

kain. Tandu

ini sering digunakan untuk

mengevakuasi korban pada saat permainan bola. Dikarnakan


tandu ini memiliki sifat yang sangat praktis,maka tandu ini
dapat dugunakan dimana saja.
d. Tandu Darurat

VERTIKAL RESCUE

Page 32

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


Tandu yang sering sekali di gunakan ketika dalam keadaan
darurat atau mendesak yang diluar dari perkiraan atau
kemampuan manusia misalnya lupa atau lintasan yang tidak
memungkinkan untuk membawa tandu yang sudah ada.
Tandu darurat ini sering di gunakan ketika dalam keadaan
darurat misalnya ketika di hutan ataupun lembah yang mana
dalam keadaan itu tidak mungkin untuk membawa tandu yang
sudah ada atau sudah jadi, maka dalam keadaan itulah tandu
darurat ini dipakai.
Adapun pengertian tandu darurat itu sendiri adalah
sebagai alat

transportasi darurat yang

dibuat dengan

menggunakan alat atau bahan yang seadanya.


2. Spider
1) Definisi
Spider adalah ikatan tali atau pita pada tandu. Spider dari
tali atau webbing yang langsung diikatkan di rail tandu kurang
menguntungkan karena dapat terkikis oleh batuan. Melengkapi tali
atau webbing dengan carabiner besar sangat menguntungkan karena
mempermudah pemasangan dan lebih aman saat bergesekan dengan
bebatuan. Pemasangan carabiner diusahakan agar gate-nya selalu
mengarah ke dalam untuk mempermudah saat penguncian.
2) Gambar Pemsangan Spider Di Tandu

VERTIKAL RESCUE

Page 33

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

3) Pembuatan Spider
a. Pembuatan Spider dari Kernmantel
Perlengkapan yang dibutuhkan adalah kernmantel dengan panjang
sekitar 2 meter dan carabiner. Prosesnya adalah sebagai berikut:
a) Buat simpul pada ujung-ujung dengan simpul 8 on bight
b) Cantolkan masing-masing simpul dengan carabiner
c) Bawa keempat simpul figure 8 on bight ujung kaki spider
bersama, cantolkan carabiner dan kunci gatenya
d) Cantolkan carabiner ke dua yang sama dengan carabiner
pertama dengan arah berlawanan. Tujuannya sebagai
pencegahan keselamatan karena ini merupakan teknik
penguncian, apalagi jika tidak menggunakan carabiner
screw.
b. Pembuatan Spider dari Webbing
Perlengkapan yang dibutuhkan adalah satu buah figure 8
descender dan dua buah webbing 4 meter. Cara pembuatannya
adalah sebagai berikut:
1. Siapkan figure 8 descender
2. Ambil bagian tengah tubular webbing, buat bight dan
masukkan ke dalam ring besar descender figure 8,

VERTIKAL RESCUE

Page 34

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


kumpulkan ujung-ujungnya dan masukkan ke bight yang
keluar dari ring figure 8 descender, tarik dan membentuk
simpul jangkar.
3. Kumpulkan ujung webbing dan tentukan berapa panjang
yang dibutuhkan untuk membuat kaki spider, umumnya
antara 80-120 cm.
4. Buat simpul pita pada bagian yang telah diberi tanda
5. Masukkan bagian pita setelah simpul menuju ujung ke
dalam rail tandu, dan buat simpul pita dengan mengikuti
simpul pita yang sudah ada.

4) Spider yang Dapat Diatur


Spider yang dapat diatur dibutuhkan dalam situasi dimana
tandu perlu dimiringkan. Salah satu contoh seperti di jurang tidak
semuanya vertical, tetapi sedikitnya terdapat terjal. Untuk
mengganti sudut ini, dengan mempertahankan tandu dan rescue
subyek horizontal, maka litter spider harus dilakukan penyesuaian.
Peralatan yang Dibutuhkan

Perlengkapan yang dibutuhkan adalah:


a. 2 utas tali kermantel masing-masing 4 meter.
b. 4 utas prusik masing-masing 1 meter
c. 4 buah carabiner srew yang gate besar dapat masuk ke rail
tandu

Cara Pembuatan

VERTIKAL RESCUE

Page 35

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


Cara pembuatannya adalah sebagai berikut:
a. Buat simpul 8 on bight pada bagian tengah kernmantel
sebanyak 2 buah.
b. Akan ada 2 simpul 8 on bight dengan 4 tali bergantung
dengan panjang yang sama.
c. Ikatkan prusik pada tiap-tiap ujung tali kernmantel dan di
tengah antara ujung tali dengan simpul 8 on bight.
Pengaturannya dengan menggeser simpul prusik.
d. Cantolkan kedua simpul 8 on bight ke dalam main rope
dengan dua carabiner screw dan atur gatenya berlawanan.
5) Pengikatan Tandu untuk Lowering
Tahap-tahap Pengikatan tandu untuk lowering adalah sebagai
berikut:
a. Ujung anchor tali utama dipasang carabiner srew. Brake bar
dicantolkan di carabiner ini, mata rack mengarah ke depan,
dengan lekukan rack dan bagian atas bar, di depan sudut turun.
b. Ujung sling anchor belay dipasang carabiner srew dan belay
device, lintasan tali belay langsung ke alat ini dan ujung belay
di ikatkan ke tandu.
c. Main rope langsung disusun ke brake device dengan ujung tali
dihubungkan ke spider
d. Pengikatan untuk satu orang pengendali, cantolkan/ikatkan ke
empat ujung spider ke tandu serta disiapkan pig tail dengan
sling safety untuk litter tender.

VERTIKAL RESCUE

Page 36

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


e. Ujung tali utama, simpul 8 on bight, pastikan beberapa inch
dari tail mempunyai ikatan tunggal dan mengarah ke bawah.
Cantolkan semua kaki spider ke simpul 8 on bight dengan dua
carabiner srew. Kaitkan pig tail litter tender dengan simpul 8
on bight ke dua carabiner di ujung tali utama. Kunci dua
carabiner dan saling membalik. Kaitkan safety sling untuk
litter tendr ke bagian atas tandu.
f. Hubungkan tali belay ke tandu,termasuk pengikatan kedua
bagian pada bagian atas spider dan head rail.
g. Bebani tandu dengan dummy atau beratnya sama atau lebih
dari beban satu orang. Ikat dummy atau korban jangan sampai
dummy/korban terlepas dari dalam tandu.
h. Kaitan untuk litter tender ke pig tali adalah ascender untuk
harness dan ascender untuk pijakan. Litter tender mengaitkan
ujung pig tail yang disimpul 8 on bight ke point bagian depan
seat harnessnya dengan carabiner screw.
i. Litter tender juga akan mengaitkannya dengan safety sling ke
tandu dekat bagian kepala.
j. Litter tender mengawali dengan mengatakan ON BELAY
dan belay menjawab BELAY ON.
k. Sebelum litter tender bergerak di atas sudut, litter tender
melakukan pengecekan seluruh system ikatannya.
l. Setelah pengecekan serta meyakinkan semua anggota tim
lowering siap dan konsenterasi penuh, litter tender mengatakan
kepada brakeman down slow. Brakeman memulai mengulur
tali, tali bergerak melalui brake devise, rope handler mulai
membantu melepas tali yang melilit.

VERTIKAL RESCUE

Page 37

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


Belayer mengontrol tali belay, tali harus tampak kendor. Tali
belay jangan sama tegangnya dengan tali utama, tetapi
ketegangan yang pas sehingga jika tali utama fail, tali belay
menahan beban dengan hentakan yang kecil.
m. Berada di atas sudut exit turun adalah saat yang paling sulit
dalam lowering,hal ini sama seperti ketika akan melakukan
rapelling pertama kali. Cara yang paling baik adalah perlahan,
tidak tergesa-gesa. Ketika litter tender merasakan tidak
seimbang, ia akan berteriak stop, dan memulainya kembali
setelah posisinya seimbang. Brakeman dan belayer harus
penuh perhatian terhadap apa yang dibutuhkan. Sebelum
melewati sudut, semua system masih terasa ringan. Setelah
mempelajari bagian belakang dan bergerak melewati sudut,
beban pada brakeman terasa berat, sehingga mengakibatkan
friksi dan stress tali semakin tinggi.
n. Langkah litter tender, kaitkan ke tandu, mundur perlahan
ketika di atas sudut exit, tarik tandu ke arahnya, bersandar ke
belakang pada system conection tandu, dan memutar. Untuk
membuat operasi semulus mungkin, hindari tandu ada
hentakan beban.
o. Brakeman mengulur dengan perlahan seperti saat litter tender
bergerak ke belakang di atas sudut exit. Ia bergerak ke
belakang, litter tender akan mencoba menahan menarik keluar
tali utama, kaki spider, dan ikatannya. Bersandar ke belakang
membebani sambungan yang membatunya. Kalau dari atas ke
bawah flat, penolong akan terangkat ke atas jeruji tandu
terdekat dengannya, dengan tandung miring, kemudian kaki
spider tegang.
Saat terlihat akan mulai kendor dalam system perlu cepat
menanggulangi, peluang mengatakan stop kemudian ia
VERTIKAL RESCUE

Page 38

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


mengatur yang kendor. Sekali tandu ada di atas sudut dan
tandu serta penolong tergantung di kaitannya, kemudian semua
kendor akan keluar dari system.
6) Penempatan korban ke dalam Tandu
Prosedur penempatan korban ke dalam tandu akan bergantung pada
kondisi medis korban dan lokasi saat akan mem-packing korban.
a. Di atas
Sebenarnya pengisian korban ke dalam tandu lebih mudah
kalau mengambil tempat di bagian atas, di sini memungkinkan
tenaga lebih untuk membantu dan semua anggota tim rescueer
berdiri dengan kokoh. Ketika pengisian korban ke tandu
menjadi lebih sulit bagi litter tender saat berada di atas sudut.
Pada situasi ini, peran edge tender sangat dibutuhkan untuk
membantu.
b. Di tengah Dinding
Proses memasukkan korban ke dalam tandu saat korban cidera
di bagian tengah permukaan dinding merupakan situasi yang
cukup sulit dilakukan, hal ini disebabkan karena Selalu tidak
cukup banyak orang (mungkin hanya litter tender).

Dengan rescuer tergantung di harness-nya,mereka mempunyai


kesulitan mengungkit, kalau sepenuhnya tergantung bebas (jauh
dari dinding) ini menjadi sangat sulit.
Beberapa pendekatan dapat membantu pengisian di tengah
permukaan dinding, di antaranya adalah sebagai berikut:

VERTIKAL RESCUE

Page 39

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


a. Menurunkan tandu dan berhenti sebelum terlalu rendah, ini
awal yang baik untuk mencoba dengan tandu agak tinggi,
sebab Brakeman dapat selalu mengulur perlahan-lahan. Tetapi
kalau mengawali dengan tandu terlalu ke bawah, rescuer
mungkin tidak memiliki pilihan lain, dan kernmantel static
akan menjadi tegang. Hal ini disebabkan karena mengangkat
korban ke atas lebih sulit untuk mengusahakan batas
maksimum tandu sama dengan tinggi korban.
b. Posisi tandu untuk korban (bagian kepala dan kaki dari tandu
harus

persis

dengan

posisi

korban).

Kalau

mungkin,

membetulkan posisi tandu sebelum mulai bergerak di atas


sudut turun, sebaliknya kalau tandu berputar saat penurunan,
belay dan tali utama akan menjadi kusut.
c. Korban harus dicantoli safety line yang dihubungkan ke seat
harness-nya sebelum dipindahkan ke dalam tandu. Saat berada
di dalam tandu, korban harus aman dengan safety sling dari
seat harness-nya yang dikaitkan ke bagian atas spider.
d. Peran rescuer pembantu (auxiliary tender) sangat dibutuhkan
dalam menempatkan korban dalam tandu di tengah dinding
penurunan.
Menambah rescuer pembantu (kadangkala sampai tiga
orang) mungkin dibutuhkan dengan syarat dapat bekerjasama
mengatur tandu dan mempacking korban. Rescuer pembantu turun
rappelling di sisi tandu dan membantu beberapa kegiatan, di
antaranya adalah:
a. Merespon awal sebelum menurunkan tandu untuk memperoleh
gambaran kondisi medic korban dan melakukan perawatan
awal.
b. Membantu litter tender mengangkat tandu di atas sudut turun
c. Membantu memasukkan korban ke dalam tandu di tengah
dinding
d. Membantu maneuver tandu terhadap hambatan

VERTIKAL RESCUE

Page 40

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


Walaupun rescuer turun dengan tali yang terpisah dari tali
yang digunakan dalam sistem, tali tambatan antara rescuer dan
tandu dibutuhkan agar dapat mudah memberikan bantuan.
7) Pengamanan Korban
Ketika

memberikan

pertolongan,

usahakan

korban

menggunakan harness, kemudian hubungkan harness korban


dengan carabiner di bagian atas spider. Pengaman ini dimaksudkan
agar korban tetap tergantung jika spider fail. Tali pengaman ke
korban harus selalu kendor.
3. Teknik Lifting
1) Definisi
Lifting atau hauling system adalah upaya pertolongan
terhadap korban yang berada di jurang atau kedalaman, esensi
kegiatan ini adalah bagaimana seorang rescuer dapat mengangkat
korban ke permukaan.
Mechanical advantage (MA) adalah perbandingan banyak
beban

yang

dapat

dipindahkan

terhadap

kekuatan

yang

dibutuhkan.
Theoretical

Mechanical

advantage

(TMA)

adalah

Mechanical advantage (MA) dengan faktor pertimbangan friksi


dan gesekan terhadap tali.
Countre Balance adalah pengangkatan yang dilakukan oleh
penolong seorang diri, hal ini dilakukan bila kondisi terpaksa yang
dikarenakan

tidak

ada

personil

yang

lain.

Sistem

memanfaatkan gaya keseimbangan dari beban penolong.


2) Prinsip

VERTIKAL RESCUE

Page 41

ini

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


Prinsip pembuatan Lifting/hauling system ini adalah
membuat pekerjaan pengangkatan beban menjadi mudah, aman,
dan ringan dengan membagi pekerjaan di sepanjang tali.
Prinsipnya sama dengan menggunakan pengungkit yang panjang
untuk memindahkan batu yang berat.
3) Peralatan
Peralatan minimal yang dibutuhkan pada system Lifting/hauling
ini adalah:
No Sistem Lifting/Hauling Jumlah Peralatan Minimal
yang Digunakan
1 MA 1:1
Tali Karmantel Statik (tali utama)
2 Webbing
2 carabiner
2

MA 2:1 Sistem Hauling


tanpa Diminishing V Tali Karmantel Statik (tali utama)
2 pulley
3 carabiner
4 Webbing

MA 3:1 Sistem Hauling


Tali Karmantel Statik (tali utam)
Z Rig
3 carabiner
2 pulley
2 Webbing
1 Croll
1 Ascender Handle (Jummer)

VERTIKAL RESCUE

Page 42

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

4) Sistem Kerja
Beberapa rasio

mechanical advantage (MA) pada sistim

Lifting/hauling adalah sebagai berikut:


a. MA dengan rasio 1:1
Evakuasi

dengan

rasio

1:1

sama

dengan

proses

penggangkatan biasa yang hanya menggunakan satu buah tali


tanpa pulley atau dengan menggunaka sebuah pulley.
b. MA dengan rasio 2:1
Pada evakuasi dengan rasio 2:1, rescuer menggunakan
sangkutan sebuah pulley dan beban, pulley bergerak bersama
beban. Tali ditambatkan di atas pada sebuah anchor,
kemudian tali dimasukkan ke dalam sebuah pulley dengan
pulley dalam posisi terbalik, ujung tali dikendalikan oleh
rescuer.
Panjang tali dibutuhkan dua kali lipat, dua tumpuan tali
bergerak. Hal ini menghasilkan beban setengah pada anchor
dan setengahnya pada penarik.
Penambahan

satu

pulley

bertujuan

untuk

mempermudah penarikan, tetapi tidak mengubah rasio


perbandingan pada MA. Penolong menggunakan 2 pulley,
satu pada beban dan satunya ditempatkan di atas kemudian
rescuer dapat menarik mendatar sebagai ganti tegak lurus.
Pulley kedua diam terikat pada sling, tertambat pada
tambatan kayu atau batu yang kuat atau pada tambatan yang

VERTIKAL RESCUE

Page 43

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


lain. Kondisi ini diperlukan jika tidak ada tempat yang luas
untuk berdiri bersama kelompok rescuer di tepi jurang yang
curam yang menyulitkan penarikan ke atas, terlebih lagi
harus berlawanan dengan gravitasi.
c. MA dengan rasio 3:1
Sistem MA dengan rasio 3:1 seing disebut Z Rig karena
berbentuk Z. Sistem ini menggunakan satu buah anchor poin
sebagai anchor pokok yang berada di atas, sekaligus sebagai
cantolan pulley, pulley ini tidak bergerak. Kemudian
ditambahkan sebuah pulley lagi yang bergerak pada tali
pokok untuk ditarik pada poin. Pulley ini bergerak sesuai
perjalanan tali. Pulley yang bergerak ini dihubungkan pada
cam ascender dengan carabiner. Cam dipasang pada tali
utama, tetapi pulley dan cam akan bergerak ditarik ke atas
sampai tali habis. Cam akan mencengkeram tali saat
pergerakan beban dan penarikan beban ke atas.
Sistem ini menggunakan tiga tumpuan untuk memindahkan
beban. Untuk setiap langkah pergerakan, beban ditopang
dengan tiga penggerak tali, masing-masing tali kira-kira
memikul 1/3 berat beban.

5) Tahap Kegiatan
Tahap kegiatan dalam melakukan pertolongan dan evakuasi
terhadap

korban

yang

mengharuskan

pengangkatan antara lain:

VERTIKAL RESCUE

Page 44

untuk

melakukan

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


a. Merencanakan dengan pertimbangan prediksi kondisi korban
yang akan ditolong
b. Pasang anchor di atas sebagai tumpuan Pulley
c. Rappelling untuk mengamati kondisi lingkungan apakah
masih berbahaya atau tidak dan memberikan pertolongan
pertama, dan melaporkan kondisi korban kepada ketua tim.
d. Meminta bantuan tenaga bantuan bila dibutuhkan
e. Memasang tali temali sesuai Rising System yang akan
digunakan
f. Masukkan tali pada pulley
g. Pasang jumar pada sisi tali yang terbebani korban sebagai
stopper
h. Memberi alas untuk menghindari friksi
i. Mengikatkan korban pada tali yang dilengkapi dengan
stopper
j. Memberi

komando

siap

bila

kondisi

korban

sudah

direhabilitasi dan siap diangkat


k. Pimpinan tim harus selalu mengawasi pergerakan evakuasi
l. Korban harus bersamaan tim penolong, hal ini untuk menjaga
kemungkinan adanya hambatan dalam perjalanan. Rescuer
sebagai penyeimbang melakukan ascending.
m. Bila korban tidak naik, bantu naik dengan cara menarik
menggunakan webbing atau mendorong dari bawah

VERTIKAL RESCUE

Page 45

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


n. Bila masih ada penolong yang berada dibawah harus
berupaya naik dengan cara ditarik dari atas atau naik dengan
cara Ascend mechanical/prusiking
o. Lakukan pengecekan akhir terhadap simpul yang digunakan,
anchor, carabiner apakah sudah terkunci atau belum, dan
peralatan sebelum pengangkatan dimulai.
6) Sikap Penolong
Orang pertama yang berhubungan dengan korban dan yang
akan memberikan pertolongan harus meyakinkan korban dengan
memperkenalkan diri dan menjelaskan bahwa kehadirannya untuk
menolong dan yakinkan bahwa dirinya akan selamat.
4. Teknik Lowering
1) Definisi
High angle Lowering, disebut juga dengan Vertical Lowering atau
Technical Lowering, adalah penurunan yang dikontrol oleh rescuer
dengan menggunakan tali.
2) Sistem Lowering
Elemen-elemen sistem Lowering adalah sebagai berikut:
a. Beban/Load
Beban meliputi korban yang terpasang di tandu. Alasan
penggunaan tandu adalah karena pertimbangan medis dan
memperhatikan korban agar tetap nyaman. Tandu umumnya
diturunkan dengan posisi horizontal (kecuali pada confine space,
tandu dalam posisi vertical dengan kepala di atas). Penurunan
korban tanpa didampingi oleh Litter tender (sendiri) jika hasil
evaluasi dinyatakan bahwa korban tidak cidera serius atau jika
VERTIKAL RESCUE

Page 46

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


hanya cidera ringan, dalam kasus ini korban dapat dikaitkan
langsung ke descender.
b. Litter Tender
Litter tender adalah rescuer yang mengawal korban, terdiri
dari satu orang atau dua orang, tergantung pada situasi. Masingmasing litter tender dikaitkan ke tandu dengan sedikitnya 2 kaitan
tali utama dan safety.
c. Spider/Bridle
Spider atau bridle adalah gantungan tandu yang berfungsi sebagai
penghubung tandu ke main rope. Beberapa poin tali dihubungkan
pada tandu dan semua dihimpun dan dikaitkan pada main rope.
Spider umumnya mempunyai empat kaki, atau 6 kaki tergantung
pada kondisi.
d. Tali Utama Penurunan (Main rope)
Tali untuk penurunan harus memperhitungkan faktor keselamatan
saat beban diturunkan. Beberapa sistem lowering hanya
mempunyai satu tali utama dengan satu belay atau dengan dua
tali utama, tergantung kebutuhan.
e. Sistem Belay
Sistem belay adalah tali yang dihubungkan ke beban dan
berfungsi sebagai safety terhadap kemungkinan tali utama gagal
atau putus.
f. Brake device
Brake device adalah peralatan yang digunakan untuk
mengatur laju turunnya beban dengan cara membuat friksi tali,
alat ini sama prinsipnya dengan peralatan rappelling.
VERTIKAL RESCUE

Page 47

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


g. Brakeman
Brakeman adalah rescuer yang bertugas mengontrol
kecepatan turunnya korban dan rescuer dengan menggunakan
brake device.
h. Rope Handler
Rope handler adalah rescuer yang membantu brakeman
bertugas menjaga agar tali tetap lurus tidak berkelit.
i. Belayer
Belayer adalah orang yang mengontrol belay rope, hal ini
menjaga terhadap kemungkinan tali utama gagal.
j. Edge tender
Edge tender adalah rescuer yang bertugas membantu litter
tender saat melewati sudut agar tidak langsung terjatuh,
mencegah tali terkikis pada bagian sudut, kalau perlu sebagai
komunikator antara litter tender dan brakeman.
3) Sistem Braking untuk Penurunan
Pada dasarnya peralatan untuk high angle lowering sama dengan
peralatan rappelling seperti figure of eight, brake bar, auto stop, dan
ID (inpanic descend). Perbedaan antara lowering dan rappelling
adalah pada saat lowering, brake device tetap dan tali yang bergerak
sedangkan pada rappelling, tali tetap dan brake device yang bergerak.
4) Belaying untuk Sistem Lowering
Dalam sistem lowering, belay berada pada anchor point yang
terpisah dari sistem tali utama. Main line dan sistem belay harus
terpisah, dua elemen ini jangan disatukan, tujuannya untuk

VERTIKAL RESCUE

Page 48

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


menghindari tali saling menyilang, tetapi harus selalu diperhitungkan
belayer akan cukup untuk mencegah bahaya saat terjadi fail (kondisi
fatal) pada tali utama.
Beban belay pada operasi penurunan tidak terhentak beban seperti
jatuhnya climber yang sedang berlatih. Tetapi operasi penurunan
mempunyai berat yang lebih besar kemungkinan sampai 3 rescuer.
Anchor untuk belay harus mampu menahan beban berat penolong,
ditambah kekuatan hentakan berat beban. Belayer harus menggunakan
peralatan belay dan memungkinkan belayer untuk menghentikan laju
beban.
Pada sistem lowering, belayer tidak akan pernah menggunakan
pinggang untuk belay atau mem-belay dengan menggunakan friction
bagian tubuh lain dan menempatkan tubuhnya sebagai lintasan dalam
sistem belay pada pertolongan penurunan.
5) Komunikasi pada Teknik Lowering
a. Komunikasi Radio
Radio dibutuhkan untuk berkomunikasi jika jarak terlalu jauh.
Komunikasi ini dibutuhkan untuk menyampaikan informasi
tentang kondisi medis korban dan langkah-langkah yang akan
dilakukan.
Menggunakan ikat pinggang dan radio dicantolkan dapat
menimbulkan masalah saat melakukan operasi lowering
karena:
a) Mengganggu penggunaan seat harness dan pemakaian
alat saat dibutuhkan.
b) Membutuhkan tempat yang luas untuk pergerakan tangan

VERTIKAL RESCUE

Page 49

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


c) Radio dapat jatuh
Solusi permasalah ini adalah dengan menggunakan belt dada
yang dilengkapi kantong radio, keuntungannya adalah:
a) Berdekatan dengan wajah, tidak butuh area yang luas
untuk pergerakan tangan
b) Area dada bebas dari harness
c) Sangat praktis saat akan digunakan
b. Komunikasi Suara
Komunikasi langsung dapat lebih meyakinkan kedua belah
pihak, dimana komunikasi pada dasarnya adalah perhatian untuk
keselamatan korban dan penolong serta untuk suksesnya operasi.
Hindari kebingungan yang membahayakan, oleh sebab itu dalam
berkomunikasi perlu standar perintah, contoh:
PERINTAH
PEMANGGIL
On Belay
Litter tender ke Belayer
Belay On
Belayer ke Litter tender
Down Slown/Down Litter tender ke Brakeman
Fast
Stop

Biasanya Litter tender ke Brakeman, tetapi


mungkin diberikan oleh siapapun yang

Off Belay

melihat adanya potensi bahaya


Litter tender ke Belayer, tandu, korban dan
Litter tender sudah sampai di dasar atau

Belay Off

posisi aman dan tidak ada bahaya jatuh


Belayer ke Litter tender, Belayer

Slack

membebaskan tali
Litter tender ke Brakeman atau Belayer

Tension

permintaan agar tali dikendorkan


Litter tender ke Brakeman atau Belayer,

VERTIKAL RESCUE

Page 50

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Off Rope

permohonan agar tali dikencangkan


Litter tender ke Brakeman, permohonan
supaya tali dimatikan

VERTIKAL RESCUE

Page 51

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Anda mungkin juga menyukai