=|656 44| nm
. Hasil praktikum tersebut
berada pada rentang 612 nm 700 nm, di mana panjang gelombang laser He-
Ne secara teori adalah sebesar 632,8 nm. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil praktikum sesuai dengan teori. Hal
ini dibuktikan dengan nilai kesalahan relatif hanya sebesar 6,7% dan nilai %diffnya 3,60%.
KATA KUNCI : Interferometer Michelson, interferensi, frinji, panjang gelombang laser He-Ne, beam splitte
PENDAHULUAN
Albert Abraham Michelson (1852-1931)
lahir di Strelno Prussia, (sekarang Polandia)
pada tanggal 19 Desember 1852. Di
laboratorium Helmholtz yang terletak di Berlin,
Michelson merancang dan membuat sebuah
eksperimen
yang
fundamental.
Dalam
pikirannya telah terbayang sebuah konstruksi
baru interferometer, yang cukup peka untuk
mengukur efek orde kedua yang diakibatkan
oleh kecepatan gerak bumi terhadap eter (sebuah
zat ganjil), semacam fluida yang dihipotesiskan
oleh fisikawan pada masa itu sebagai medium
untuk membawa getaran cahaya. Namun, dari
eksperimen yang dilakukannya diperoleh hasil
nihil. 4
Pada
tahun
1882,
Michelson
berkolaborasi dengan Edward Morley dalam
beberapa penelitian termasuk penelitian yang
telah dilakukannya di Berlin dalam mencoba
mengukur kecepatan eter. Morley, seorang
eksperimenter
yang
terampil,
banyak
2 dm
N
Pers. (1)
Dengan :
= panjang gelombang (nm)
dm= beda lintasan optik (m)
N = Jumlah frinji
Michelson melihat bahwa interferometer
dapat digunakan untuk menuntukan panjang
meter standar untuk panjang gelombang tertentu.
Pada tahun 1960, standar itu dipilih sebagai
garis jingga tertentu pada spektrumkripton-86
(atom krypton dengan masa atom 86).
Pengukuran yang teliti dari meter Standar yang
lama ( jarak antara dua tanda platinum-iridium
yang disimpan diparis) dilakukan untuk
menentukan 1 meter sebesar 1.650.763,73
panjang gelombang cahaya
ini,
yang
didefinisikan sebagai meter. Pada tahun 1963,
meter didefinisikan kembali dalam laju cahaya.
1
METODE EKSPERIMEN
Pada percobaan unit ke-9 yang berjudul
Interferometer Michelson bertujuan untuk
memahami prinsip kerja/konsep interferometer
Michelson dan mengukur panjang gelombang
sumber cahaya (Laser He-Ne) yang digunakan
dalam percobaan.
Prinsip yang paling mendasar pada
percobaan ini ialah interferensi cahaya.
Interferensi
ialah
penggabungan
secara
superposisi dua gelombang atau lebih yang
bertemu dalam satu titik di ruang. Interferensi
gelombang dari dua sumber tidak teramati
kecuali sumbernya koheren, atau perbedaan fase
di antara gelombang konstan terhadap waktu.
Karena berkas cahaya pada umumnya adalah
hasil dari jutaan atom yang memancar secara
bebas, dua sumber cahaya biasanya tidak
koheren. Koherensi dalam optika sering dicapai
dengan membagi cahaya dari sumber tunggal
menjadi dua berkas atau lebih, yang kemudian
dapat digabungkan untuk menghasilkan pola
interferensi. Pembagian ini dapat dicapai dengan
M1
M2
2 dm
N
1 m
1
(1 m)=0.5 m
2
20
|7,0 0,5|
40
|14,0 0,5|
60
|20,0 0,5|
80
|26,5 0,5|
100
|32,5 0,5|
120
|38,5 0,5|
140
|45,0 0,5|
160
|51,0 0,5|
180
|57,0 0,5|
10
200
|64,0 0,5|
Analisis Data
Menghitung panjang gelombang menggunakan
persamaan:
2 dm
N
Dimana:
dm
: Jumlah Frinji
=2 d m N
| |
dm
dm
(2 d m N1)
dm
dm
=|2 N1 d m|
1
2 N dm
=
2 d m N1
| |
dm
dm
KR=
100
DK =100 KR
PF=| |nm
Menghitung Beda Lintasan Optik (dm)
d m 1=7,0 10
2 26,5 10 m
80
5 =
2 32,5 10 m
100
= 650 nm
6 =
2 38,5 106 m
120
= 640 nm
7 =
2 45,0 106 m
140
= 640 nm
8 =
2 51,0 106 m
160
= 640 nm
9 =
2 57,0 106 m
180
= 630 nm
10 =
2 64,0 10 m
200
d m 2=d2 d 1=(14,07,0)106 m
7,0 106 m
6
d m 3=d3 d 2=(20,014,0)10
6
6,0 10
d m 4 =d 4 d 3=(26,520,0) 10
6
6,5 10
d m 5=d5 d 4 =(32,526,5)10
6
m
6
6,0 10
m
6
m
6
d m 6=d 6d 5=(38,532,5)10
6,0 106 m
6
d m 7=d 7d 6=(45,038,5)10
4 =
6,5 106 m
6
d m 8=d 8d 7=(51,045,0)10
= 660 nm
= 640 nm
6,0 106 m
d m 9=d 9d 8=(57,051,0)106 m
6
6,0 10
7,0 10
1 =
2 7,0 106 m
20
2 =
2 14,0 10 m
40
3 =
2 20,0 10 m
60
10
=656 nm
= 700 nm
= 700 nm
= 660 nm
44 nm
2=| |=|700 nm656 nm|
44 nm
6,7
|
|
4 nm
4=| |=|660 nm656 nm|
% diff =
4 nm
5=| |=|650 nm656 nm|
6 nm
TeoriPraktek
Teori+ Praktek
2
x100%
632,8 nm656 nm
632,8 nm +656 nm
2
23,2 nm
|644,4
nm |
% diff =
(3AB)
x100%
x100%
% diff = 3,60 %
PF=|656 44|nm
=|656 44| nm
.
sebesar
Hasil
26 nm
10 =| |=|640 nm656 nm|
16 nm
= max =44 nm
44 nm
KR= x 100 =
x 100
656 nm
Gelombang
( )
| |
|
|
1=
dm
dm1 1
1=
0,5 106 m
700 nm
6
7,0 10 m
1=50,00 nm
KR=
50,00 nm
100 =7,14
700 nm
(3AB)
DK =100 7,14
PF=|700 50|nm
4=50,77 nm
| |
|
|
dm
dm2 2
0,5 10 m
700 nm
7,0 106 m
50,00 nm
100 =7,14
700 nm
DK =92,86
PF=|700 50|nm
| |
|
|
5=
dm
dm5 5
5=
0,5 106 m
650 nm
6,0 106 m
5=54,17 nm
| |
|
|
dm
dm3 3
0,5 10 m
660 nm
6,0 106 m
55,00 nm
100 =8,33
660 nm
54,17 nm
100 =8,33
650 nm
(3AB)
DK =91,67
PF=|650 54|nm
3=55,00 nm
KR=
KR=
DK =100 8,33
3=
(3AB)
PF=|660 51|nm
DK =100 7,14
3=
50,77 nm
100 =7,69
660 nm
DK =92,31
2=50,00 nm
KR=
KR=
DK =100 7,69
2=
dm
dm 4 4
0,5 106 m
4=
660 nm
6,5 106 m
DK =92,86
2=
| |
|
|
4=
DK =100 8,33
DK =91,67
PF=|660 55|nm
Ketidakpastian Panjang Gelombang ( 4
| |
|
|
6=
dm
dm6 6
0,5 106 m
6=
640 nm
6,0 106 m
6=53,33 nm
KR=
53,33 nm
100 =8,33
640 nm
(3AB)
DK =100 8,33
9=
DK =91,67
| |
|
|
dm
dm7 7
7=
0,5 10 m
640 nm
6
6,5 10 m
52,50 nm
100 =8,33
630 nm
PF=|630 53|nm
Ketidakpastian Panjang Gelombang ( 10
(3AB)
DK =100 7,69
DK =92,31
| |
|
|
10=
dm
d m10 10
10=
0,5 106 m
640 nm
6
7,0 10 m
10=45,71 nm
PF=|640 49|nm
Ketidakpastian Panjang Gelombang ( 8
| |
|
|
KR=
45,71 nm
100 =7,41
640 nm
8=
dm
dm8 8
DK =100 7,41
8=
0,5 106 m
640 nm
6
6,0 10 m
PF=|640 46|nm
53,33 nm
100 =8,33
640 nm
(3AB)
DK =100 8,33
DK =91,67
PF=|640 53|nm
Ketidakpastian Panjang Gelombang ( 9
| |
9=
dm
dm9 9
(4AP)
DK =92,59
8=53,33 nm
KR=
(3AB)
DK =91,67
7=49,23 nm
49,23 nm
100 =7,69
640 nm
KR=
DK =100 8,33
KR=
9=52,50 nm
PF=|640 53|nm
7=
0,5 10 m
630 nm
6
6,0 10 m
KR
(x10-6)
(nm)
nm
(%)
nm
(m)
7,0
700
50,00
7,14
7,0
700
50,00
7,14
6,0
660
55,00
8,33
6,5
660
50,77
7,69
|700 50|
|700 50|
|660 55|
|660 51|
dm
(x10-6)
(m)
nm
nm
KR
(%)
6,0
650
54,17
8,33
6,0
640
53,33
8,33
6,5
640
49,23
7,69
6,0
640
53,33
8,33
6,0
630
52,50
8,33
7,0
640
45,71
7,41
(nm)
|650 54|
|640 53|
|640 49|
|640 53|
|630 53|
|640 46|
PEMBAHASAN
Percobaan unit ke-6 ini berjudul
Interferometer Michelson. Interferometer
Michelson merupakan seperangkat peralatan
yang memanfaatkan gejala interferensi. Prinsip
interferensi adalah kenyataan bahwa beda
lintasan optik (d) akan membentuk suatu frinji.
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu
memahami prinsip kerja/konsep interferometer
Michelson dan mengukur panjang gelombang
sumber cahaya yang digunakan dalam percobaan
(panjang gelombang laser He-Ne).
Prinsip
percobaan
interferometer
Michelson, yaitu cahaya laser He-Ne dipisahkan
pada titik beam splitter dan masing-masing
berkas dibuat melewati dua panjang lintasan
yang berbeda, yaitu berkas pertama menuju
cermin 1 dan berkas kedua menuju cermin kedua
dimana posisi cermin 1 dengan cermin 2 saling
tegak lurus. setelah itu berkas tersebut akan
dipantulkan kembali dan disatukan kemudian
akan terbentuk pola interferensi akibat
penggabungan dua gelombang (berkas) cahaya
tersebut.
Pola interferensi itu terjadi karena adanya
perbedaan panjang lintasan yang ditempuh dua
berkas gelombang cahaya yang telah disatukan
tersebut. Jika panjang lintasan diubah dengan
diperpanjang maka yang akan terjadi adalah
pola-pola frinji akan masuk ke pusat pola. Jarak
lintasan yang lebih panjang akan mempengaruhi
fase gelombang yang jatuh ke layar. Bila
pergeseran beda panjang lintasan gelombang
cahaya mencapai maka akan terjadi
=|656 44| nm
.
700 nm, di mana panjang gelombang laser HeNe secara teori adalah sebesar 632,8 nm.
Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil praktikum
sesuai dengan teori karena besarnya panjang
gelombang laser He-Ne berada dalam rentang
tersebut. Hal ini dibuktikan dengan nilai
kesalahan relatif yang diperoleh hanya sebesar
6,7% dan nilai %diffnya yaitu 3,60%. Adanya
perbedaan antara nilai panjang gelombang HeNe secara teori dengan hasil yang diperoleh dari
praktikum disebabkan kurang cermatnya
praktikan dalam mengukur nilai dm dan kurang
teliti dalam menentukan 1 frinji.
KESIMPULAN
1. Prinsip
percobaan
interferometer
Michelson, yaitu cahaya laser He-Ne
dipisahkan pada titik beam splitter dan
masing-masing berkas dibuat melewati
dua panjang lintasan yang berbeda,
yaitu berkas pertama menuju cermin 1
dan berkas kedua menuju cermin kedua
dimana posisi cermin 1 dengan cermin
2 saling tegak lurus. setelah itu berkas
tersebut akan dipantulkan kembali dan
=|656 44| nm
. Hasil praktikum
REFERENSI