Anda di halaman 1dari 50

HIGH ANGLE RESCUE MAKALAH Diajukan ke Hippocrates Emergency Team Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Anggota Khusus Oleh : RHUDY MARSENO HET 08-XIX-286 HIPPOCRATES EMERGENCY TEAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengevakuasian korban pada suatu bencana oleh tim penolong, atau yang lebih dikenal dengan tim rescuer, sering menemui hambatan terutama dalam mencapai lokasi bencana atau lokasi korban. Daerah geografis Indonesia yang berbukit-bukit dan berbatu-batu sering dianggap sebagai penyebabnya. Akibatnya, dibutuhkan lebih banyak waktu untuk memberikan pertolongan kepada korban. Tidak mengherankan jika peluang terjadinya akibat fatal pada korban semakin tinggi. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu kemampuan dan keterampilan khusus dalam teknik evakuasi korban terutama pada medan-medan yang memiliki perbedaan ketinggian bagi anggota tim rescuer, termasuk anggota Hippocrates Emergency Team yang sering terlibat dalam Tim Bantuan Medis penanggulangan korban bencana. Teknik evakuasi pada medan seperti ini contohnya pada tebing dan lembah, yang sering disebut dengan teknik High Angle Rescue atau Vertical Rescue. Di dalam makalah ini, penulis akan membahas teknik-teknik High angle Rescue, yang meliputi teknik Ascending, Descending, Lowering, Lifting dan Highlines atau Tyrolean. Selain pembahasan teknik evakuasi, penulis juga akan membahas beberapa aspek-aspek penting yang ikut terlibat dalam suatu tindakan evakuasi, yaitu simpul-simpul dasar, anchoring, belay dan prosedur keselamatan (safety procedures). Di dalam makalah ini, penulis juga menyertakan beberapa ilustrasi yang dapat memudahkan pemahaman materi.

1.2. Rumusan Masalah 1.3. Tujuan Penulisan 1.3.1. Tujuan Umum 1.3.2. Tujuan Khusus 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Mengetahui dan memahami definisi High angle Rescue 2. Mengetahui dan memahami tujuan High angle Rescue Mengetahui alat dan bahan yang digunakan pada High Angle Rescue 4. Mengetahui dan memahami teknik Ascending Mengetahui dan memahami teknik Descending Mengetahui dan memahami teknik Lowring Mengetahui dan memahami teknik Lifting Mengetahui dan memahami teknik Highlines Mengetahui dan memahami simpul-simpul yang digunakan pada High angle Rescue

10. Mengetahui dan memahami cara pembuatan Anchor 11. Mampu mengaplikasikan High angle Rescue 12. Sebagai salah satu syarat kenaikan tingkat untuk menjadi anggota khusus HET 1.4. Manfaat Penulisan 1. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai High Angle Rescue 2. Menambah bahan bacaan mengenai High Angle Rescue bagi anggota HET BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi High Angle Rescue, disebut juga dengan vertical rescue, adalah upaya pertolongan di lingkungan yang berbentuk vertical atau high angle, dimana terdapat resiko bahaya yang sangat besar. 1 2.2. Tujuan Tujuan High Angle Rescue adalah sebagai teknik evakuasi pada tempat yang memiliki perbedaan ketinggian. 2.3. Peralatan dan Bahan 2.3.1. Peralatan 2.3.1.1 Peralatan Umum

Jenis-jenis peralatan High Angle Rescue adalah sebagai berikut: 2 1. Harness 1. Fungsi Fungsinya sebagai pendukung keselamatan saat bekerja di ketinggian (climbing caving vertical rescue). 1. Syarat Persyaratannya penggunaan harness adalah 1) 2) Nyaman saat dipakai sehingga rescuer dapat bekerja dengan leluasa Sabuk pinggang dapat diamankan

Gambar 2.1. Cara Pemakaian Sabuk Pinggang Sumber: BASARNAS, 2009 3) 4) Dilengkapi tempat carabiner Di sisi sabuk pinggang dilengkapi loop untuk cantolan peralatan 1. Tipe-tipe harness Tipe-tipe harness adalah 1) Seat Harness, terbagi atas

a) Free Style, yaitu seat harness yang besar kecilnya dapat diatur sesuai keinginan penggunanya. b) Fixe Style, yaitu seat harness yang besarnya sudah ditentukan dari pabrik, sesuai dengan ukurannya masing-masing. Gambar 2.2. Fixe Style Sit Harness Sumber: 2) Full Body Harness Gambar 2.3 Full Body Harness Sumber: 3) Chest Harness Gambar 2.4. Chest Harness

Sumber: 1. Improvisasi Harness Bentuk-bentuk improvisasi Harness antara lain 1) a) Improvisasi Chest Harness Ikatan tetap

Cara pembuatannya adalah pertama-tama buat loop pita, kemudian masukkan loop tersebut di antara pundak dan ketiak sedangkan sisanya ditarik melalui bawah ketiak dan lengan yang lain. Langkah berikutnya, ujung pita yang di bawah ketiak dimasukkan ke dalam loop dari pundak, kemudian bentuk simpul anyam. Gambar 2.5. Improvisasi Chest Harness Tipe Ikatan Tetap Sumber: BASARNAS, 2009 b) Jepitan Carabiner

Cara pembuatannya adalah pertama-tama buat loop pita, kemudian buat 2 loop yang membentuk angka delapan. Masukkan kedua pundak ke dalam loop dengan persilangan berada di belakang. Hubungkan kedua loop di dada dengan carabiner. Gambar 2.6. Improvisasi Chest Harness Tipe Jepitan Carabiner Sumber: BASARNAS, 2009 2) Improvisasi Seat Harness

Salah satu bentuk improvisasi seat harness adalah hasty seat harness. Cara pembuatannya adalah a) b) c) Buat loop pita Caver bagian belakang badan dengan loop Bagian bawah pita ditarik melalui selangkangan

d) Pita yang ditarik melalui selangkangan terbagi dua, yaitu yang dipegang oleh tangan kiri dan tangan kanan. Tarik loop pita dari selangkangan dan masukkan ke dalam loop pita yang cover bagian belakang badan. e) f) Tarik ke sisi kiri dan kanan Gabungkan pita yang ditarik ke kiri dan ke kanan dengan carabiner.

Gambar 2.7. Improvisasi Sit Harness

Sumber: BASARNAS, 2009 1. Carabiner 1. Definisi Carabiner adalah metal pengunci yang berfungsi sebagai penghubung antar alat. Carabiner disebut juga Krabs, Biners, Snaplinks. Bentuknya Oval, Delta atau modified delta, mempunyai per pembuka yang terpasang pada bagian memanjang. Gambar 2.8. Bagian-bagian Carabiner Sumber: BASARNAS, 2009 1. Spesifikasi Spesifikasi carabiner adalah 1) Gates Gate digunakan untuk memasukkan tali atau sling, dibuat dari steel atau alloy dan dilengkapi dengan pembuka gate, crew/pengunci dan non screw. Yang direkomendasikan untuk High Angle Rescue adalah carabiner screw gate. Gambar 2.9. Carabiner Screw Gate Sumber: 2) Kekuatan

Setiap pembuatan carabiner diberi nilai dan ditempatkan pada sisi memanjang carabiner. Kekuatan minimum carabiner adalah 2500 kg. 3) Perawatan

Setiap peralatan dibuat dari stell atau alloy. Cara perawatannya adalah tidak boleh menjatuhkan atau memukulkan carabiner pada permukaan yang keras. 1. 3. Maillons Maillons disebut juga quicklinks atau screwlinks, digunakan dengan beberapa macam ukuran dan bentuk. Kekuatan rata-rata mencapai 6000 kg. Maillons diproduksi dari steel atau alloy khusus, cocok untuk berbagai macam teknik evakuasi. Gambar 2.16. Maillons Sumber: 1. Belay plate

Belay plate adalah alat yang didesain khusus untuk belay berbentuk plate dengan lobang di tengahnya yang digunakan untuk mengulur tali. Belay plate dikaitkan dengan carabiner screw gate, seperti gambar di bawah ini. Gambar 2.17. Belay Plate Sumber: BASARNAS, 2009 1. Descender 1. Definisi Descender adalah alat yang berfungsi sebagai alat bantu untuk turun dimana tali berfungsi sebagai jalur. 1. Jenis-jenis Descender Jenis-jenis descender adalah 1) Descender figure of eight

Gambar 2.18. Descender Figure of eight Sumber: 2) Descender rappel rack Gambar Gambar 2.19. Descender Rappel Rack Sumber: BASARNAS, 2009 3) Descender autostop Gambar 2.20. Descender Autostop Sumber: http://www.libo.com.ar/galeria_camp.asp 1. Ascender 1. Definisi Ascender adalah alat bantu yang digunakan untuk memanjat dengan menggunakan tali sebagai jalur utama. 1. Spesifikasi Spesifikasi ascender adalah 1) Sistem Kerja Ascender

Gerigi snap gate pada ascender mencengkeram tali, gerigi ini menahan saat terbebani dan bergerak saat didorong ke atas tanpa beban. Kekuatan ascender hanya bergantung pada gerigi yang menahan cengkeraman saat kontak dengan tali. 2) Kriteria

Kriteria memilih ascender yang cocok untuk ascent system adalah ascender yang mudah digunakan, memiliki pembebanan yang sederhana terhadap tali, CAM mudah dibuka dan mampu menahan beban berat tanpa merusak tali. 3) Jenis ascender

Ascender terbagi dua macam, yaitu a) Ascender Handle, contohnya Jumar, CRT, CMI, Explorer b) Ascender non Handle, contohnya Croll,Basic, CRT, CML,CAM (GIB)

Gambar 2.21. Jenis-jenis Ascender Sumber: BASARNAS, 2009 4) Kelemahan

Kelemahan ascender terletak pada per pada snap gate gerigi ascender yang berfungsi sebagai penahan cengkeraman, saat per sudah kehilangan fleksibilitasnya maka ascender tersebut tidak layak lagi untuk digunakan. 5) Perawatan

Cara perawatan pada ascender adalah sebagai berikut a) b) c) 6) Jangan membenturkan ascender pada benda yang keras Membersihkan ascender setelah digunakan Menggunakan ascender sesuai dengan kekuatan yang direkomendasi dari pabrik Kekuatan

Kekuatan rata-rata ascender adalah sekitar 650-800 kg. 1. Pulley 1. Definisi Pulley adalah katrol 1. Fungsi

Fungsinya untuk mengurangi friksi tali. Digunakan untuk kegiatan Mechanical advantage System, pengganti arah kerja tali dan untuk pergerakan tali secara horizontal atau diagonal. 1. Karakteristik Karakteristik pulley adalah sebagai berikut 1) Sheave mempunyai diameter minimal 4 kali diameter tali.

2) Check plate dapat memutar pulley, dapat dipasang di atas tali pada beberapa titik tanpa ada yang merusak tali. Check plate berfungsi memperpanjang melewati sudut shave untuk melindungi tali dari abrasi. 3) 4) 5) Axle akan berputar, tidak akan merobek tali, alat lain atau menggoncang. Bearing dikonstruksi untuk memudahkan sheave berputar bebas saat terbebani Kekuatan rata-rata melebihi 1500 kg.

Gambar 2.22. Komponen Pulley Sumber: BASARNAS, 2009 6) Pulley khusus. Lebar hg pulley dirancang untuk memudahkan simpul double fisherman melewatinya. Gambar 2.23. Pulley Sumber: BASARNAS, 2009 1. Perawatan Sebelum digunakan, pulley harus diperiksa terlebih dahulu untuk meyakinkan bahwa kondisi pulley baik dan tidak merusak tali. 1. 8. Edge Rollers 1. Fungsi Fungsinya adalah untuk memberikan perlindungan pada tali dengan mengurangi friksi selama pengangkatan saat tali melewati sudut yang sangat besar atau dari gesekan benda tajam. 1. Jenis-jenis Beberapa jenis edge rollers diproduksi untuk penggunaan lingkungan yang berbeda, yaitu 1) Single unit rollers 2) Roof rollers. Umumnya memiliki dua shave.

Gambar 2 24. Edge Rollers

Sumber: BASARNAS, 2009 1. Tandu Fungsinya adalah sebagai alat bantu mengamankan korban saat dipindahkan. Yang digunakan pada pertolongan di vertical adalah tandu Basket (Basket strechers) Gambar 2.25. Tandu Sumber: http://img.en.china.cn 10. Penerangan Penerangan yang digunakan adalah penerangan portable. Ditambahkan lampu pada helmet penolong yang digunakan pada operasi malam hari. 2.3.1.2. Peralatan Perorangan Kebutuhan peralatan yang perlu dipertimbangkan sebagai kebutuhan keselamatan minimum untuk vertical rescue adalah sebagai berikut: 2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. Helmet Sarung tangan (gloves) 3. Boots Pakaian Harness Peluit Sel rescue equipment (ascending dan descending) Kotak pertolongan pertama

2.3.1.3. Kekuatan Peralatan Yang perlu diperhatikan tentang kekuatan peralatan yang digunakan adalah: 2 1. Nilai kekuatan yang memenuhi standar yang ditentukan dapat dilihat pada alat itu sendiri atau pada petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik. 2. Beban keseluruhan harus dibawah nilai kekuatan peralatan yang digunakan. 2.3.2. Bahan Bahan yang digunakan dalam High Angle Rescue adalah tali.2 1. Definisi Tali adalah serat yang dirajut sedemikian rupa sehingga mempunyai kekuatan tertentu sesuai dengan diameternya.2 1. Fungsi Sebagai pendukung utama saat mengevakuasi korban dari lingkungan vertical.2

1. Type Tali rescue yang banyak digunakan adalah syntetis fyber kermantel dan pita/webbing.2 1. Kernmantel 1) Definisi

Istilah kernmantel berasal dari campuran bahasa jerman, yaitu Kern/core yang berarti inti, dan mantel yang berarti sarung/selimut. 2 2) Konstruksi Kernmantel

Konstruksi kernmantel terdiri dari kern atau core (inti) yang dirancang mampu menahan beban. Core (inti) dilindungi oleh tenunan atau anyaman yang membantu menahan sebagian kecil beban. Konstruksi yang menguntungkan adalah tali yang kuat dan tahan dari kerusakan, ringan dan mudah dipegang. Core dan mantel dirancang tahan terhadap putaran.2 3) Type dasar Kernmantel

Type dasar tali kermantel adalah 2 a) Tali Kernmantel Dinamik

Kelenturan dan kemoloran dibuat dengan elastisitas atau keregangan yang sangat tinggi yang dapat menahan beban kejut yang tinggi. Kemolorannya mencapai 60 % beban berhenti. Fungsi mantel adalah untuk melindungi tali terhadap kerenggangan tali dan penambahan sedikit kekuatan. Keuntungannya adalah tali mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menahan kejut terhadap orang yang jatuh. Kerugiannya adalah kerenggangan yang sangat tinggi cenderung bermasalah ketika digunakan untuk descending, ascending atau rappelling. Tali dinamik tidak digunakan dalam sistem High angle Rescue. b) Tali Kernmantel Statik

Tali dirancang dengan kemoloran yang rendah. Kemoloran normal sekitar 3 % dengan berat kurang lebih 60 kg dan tidak lebih 20% breaking load. Kerenggangan tali statik sangat rendah dan tidak menahan kejut. Tali statik cenderung bersarung tebal untuk melindungi inti (core). Pembungkus yang tebal menambah kontribusi terhadap total kekuatan tali, tetapi menghasilkan tali kaku dan agak menyulitkan untuk pembuatan simpul. Keuntungannya adalah kerenggangan rendah, tahan terhadap abrasi dan gangguan lumpur atau pasir yang dapat merusak inti dan memiliki kekuatan menegang yang tinggi. Kerugiannya adalah tali tidak menahan kejut dan kaku sehingga agak sulit untuk pembuatan simpul. Gambar 2.26. Tali Kernmantel Statik

Sumber: BASARNAS, 2009 4) Perawatan dan Pemeliharaan

Perawatan dan pemeliharaan kernmantel adalah sebagai berikut: 2 a) b) c) d) e) f) g) Hindari pemotongan tali kecuali kalau memang mengharuskan Jangan meninggalkan ikatan pada saat penyimpanan tali Hindari gumpalan di ujung tali Gunakan ukuran yang tepat di pulley Hindari hentakan tiba-tiba atau ketegangan yang terlalu kuat pada tali Hindari terkena lompatan batu atau terinjak Hindari melewatkan tali pada tikungan yang tajam atau permukaan kasar

h) Tali yang ditarik di lumpur pasir atau kerikil harus dicuci setelah dipergunakan dengan air yang mengalir i) j) k) l) Jangan mengeringkan tali dengan api atau sumber panas lain Simpanlah tali dalam kantong Tali yang cacat atau rusak harus diberi label Jangan menempatkan tali terkena sinar matahari langsung dalam waktu lama

m) Tidak tersentuh dengan bahan yang mencemarkan seperti lemak, gemuk, oli, minyak, bensin, minyak hydraulic, zat asam, dan bahan kimia. 5) Pencucian

Cara pencucian kernmantel adalah sebagai berikut: 2 a) Tali harus dicuci ketika kotor untuk mengurangi dampak abrasi dari pasir saat digunakan dengan peralatan abseiling atau ascending. Tali dapat digulung rantai sebelum kusut. b) Tali polymide dapat dicuci dengan mesin cuci, tetapi mesin harus di stel dingin atau hangat (tidak pernah dalam kondisi panas) c) Setelah dicuci tali dapat ditarik dengan agak kuat, kemudian gunakan descender untuk mengeluarkan air dan keringkan di udara, di area yang sejuk dengan ventilasi yang baik. 6) Pemeriksaan

Seluruh tali rescue harus diperiksa sebelum, selama dan setelah digunakan. Pemeriksaan meliputi penilaian secara visual dan merasakan dengan teliti. 2 a)

Penilaian visual, caranya adalah: 2 Warna filamen yang memudar Lembek Filament putih, dimana sarung telah rusak Ukuran tidak seragam Terkikis Penilaian rabaan, caranya adalah: 2

b)

Filamen kaku Perubahan ukuran Kontaminasi

Pengetesan beban pada tali tidak direkomendasikan untuk praktek keselamatan. 2 7) Pengafkiran Penggunaan Tali

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memutuskan pengafkiran tali adalah sebagai berikut: 2 a) b) c) d) e) f) Terkikis Beban lebih Kontaminasi Perbedaan ukuran Susunan mantel Sarung tertembus Packing Beberapa teknik yang cocok untuk packing tali rescue adalah sebagai berikut: 2 a) Coiling. Tali yang panjangnya tidak lebih dari 50 m dapat dengan cepat digulung dan diakhiri dengan kuncian balik seperti digambarkan di bawah ini. Sebagai catatan, coiling tali akan kusut bila tidak hati-hati melepaskannya. Gambar 2.27. Packing Tali Teknik Coiling Sumber: BASARNAS, 2009 b) Hanking. Packing tali dengan cara Hanking adalah sebagai berikut. Genggam tali sekitar 2 m dari ujung yang satu dan ukuran lengan penuh berisi tekukan tali yang

ditempatkan di tangan. Selanjutnya sampai 4 meter dari ujung, pegang 2 meter berikutnya tumpangkan, bendel tali di tangan dan julurkan tangan ke depan. Dengan menyisakan 2 meter tali, tekan ikat langsung melingkar masukkan ke lobang tangan (di antara pegangan dan ikatan tali ganda), membalikkan gulungan seperti kepala dan mengencangkan ikatannya. Gambar 2.28. Packing Tali Teknik Hanking Sumber: BASARNAS, 2009 c) Chaining/Ikatan Rantai. Teknik ini digunakan pada tali yang panjang untuk mengurangi waktu packing tali. Teknik ini dapat digunakan ketika mencuci tali di dalam mesin pencuci atau untuk penyimpanan. Tali dapat dirantai dengan satu tali, dua tali atau empat ganda seperti gambar di bawah ini. Gambar 2.29. Packing Tali Teknik Chaining Sumber: BASARNAS, 2009 d) Memasukkan tali ke dalam karung. Ini adalah metode yang istimewa dan memuat tali yang panjang dan mencantumkan nama. Tali dimasukkan ke dalam pack dan memadatkan dengan hati-hati. 9) Cord atau prusik

Cord atau prusik adalah tali kernmantel yang memiliki diameter kurang dari 9 mm, pada umumnya memiliki kontruksi statik untuk aplikasi yang cukup luas. Cord digunakan dalam vertical rescue dalam berbagai fungsi, seperti untuk prusik loop, tali tambatan plate, pengikat edge roller atau pengikat matras tali utama. 2 10) Proteksi Tujuan proteksi adalah untuk melindungi tali dari benturan, sudut yang tajam, tidak ada perawatan dan friksi. Proteksi dapat dilakukan dalam banyak cara, salah satunya dengan membawa perlengkapan seperti matras, canvas fire hose dan edge rollers.2 a) Matras

Gambar 2.30. Matras Sumber: BASARNAS, 2009 b) Canvas Fire Hose Gambar 2.31. Canvas Fire Hose Sumber: BASARNAS, 2009 c) Edge Rollers Gambar 2.32. Edge Rollers

Sumber: BASARNAS, 2009 1. Pita 1) Definisi

Pita atau webbing adalah salah satu peralatan yang serbaguna untuk rescuer. Digunakan untuk pengikatan atau menyambung sling, dan sesuai aplikasi oleh imajinasi rescuer. 2 2) Fungsi

Fungsi pita adalah sebagai berikut: 2 a) b) c) d) e) f) 3) Sling Improve harness Pengaman Lashing Foot lop climb Foot step Kontruksi

Konstruksi pita terbagi dua, yaitu: 2 a) Plat b) Tobular 4) Karakteristik

Karakteristik pita dapat dipengaruhi oleh konstruksi kekuatan, kemuluran, kemampuan menahan abrasi, dan kemampuan menahan ultra violet. Semua faktor ini dipengaruhi fier yang digunakan dan kekuatan tenunan yang bagus. Pita yang memiliki tenunan yang keras akan memiliki kekuatan yang lebih baik. Secara umum, pita rescue yang bagus fleksibel untuk semua faktor. 2 5) Ukuran

Lebar pita polymide diukur pada bagian flat. Pita yang biasa digunakan memiliki lebar 25 mm dan 50 mm. Ukuran pita yang kecil mungkin digunakan untuk berbagai teknik yang khusus, tetapi tidak cocok atau aman untuk kerja recue secara umum. 2 6) Pengkikisan

Pada umumnya, penggunaan pita lebih cepat daripada tali karena pita tidak dilengkapi sarung sebagai proteksi. Sebagai catatan, pita tidak boleh digunakan dalam kegiatan rescue jika kualitas atau kondisinya diragukan. 2 7) Kekuatan

Dalam kegiatan rescue, pita yang digunakan hanya pita yang memiliki kekuatan 1500 kg. 2 8) Aplikasi Pertolongan khusus

Pita umumnya digunakan dalam bentuk jahitan atau ikatan sling untuk semua anchore, improvisasi harness, sling korban, dan pengikatan lain. Selama operasi pertolongan, mungkin akan dijumpai pita yang sangat panjang yang dibutuhkan untuk anchore atau pengikatan. 2 9) Keamanan

Poin-poin pengamanan yang berkaitan dengan peralatan pita adalah sebagai berikut: 2 a) Jangan mengalungkan pita di leher

b) Saat sling dibawa bekerja, lebih baik dikaitkan pada seat harness atau melintang di sisi leher dan ketiak c) Simpul harus secara berkala dicek apakah ada tanda-tanda terlepas atau terbuka dan mengikatkan kembali dengan benar atau potong dan ikat kembali jika dibutuhkan. Sisakan tali minimal 100 mm dari ujung pita sebagai pengaman dengan mengunci atau pengikatan akhir untuk menambah keamanan. d) Semua webbing harus diperiksa secara berkala dan cermat. Pita tubular lebih baik digunakan untuk kegiatan rescue.. e) Gunakan pita tubular

10) Perawatan Perawatan pita sama dengan perawatan tali. 2 2.4. Teknik High Angle Rescue 2.4.1. Teknik Ascending 2.4.1.1.Definisi Ascending adalah teknik/kegiatan untuk pemanjatan suatu tempat dengan menggunakan tali sebagai jalur naik. 2 2.4.1.2.Teknik Ascending Terdapat 3 teknik ascending, yaitu: 2

1. 1. Ascend Friction Knot 1. Definisi Ascend Friction Knot adalah teknik pemanjatan melalui tali dengan mengandalkan friksi yang tercipta oleh tali itu sendiri. 1. Peralatan Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut 1) 2) 3) Tali utama minimal berdiameter 11 mm Tali prusik berdiameter 6-7 mm Seat Harness 1. Prosedur Pemasangan Prosedur pemasangan Ascend Friction Knot adalah sebagai berikut 1) Prusik disimpulkan pada tali utama

2) Tali prusik pertama disimpulkan di seat harness dan tali prusik kedua digunakan sebagai pijakan (kaki) 3) Rescuer bergerak bergantian antara badan dan kaki, saat prusik menahan beban badan maka prusik untuk kaki dinaikan bersama dengan kaki, saat tumpuan di kaki maka prusik yang terbebani badan didorong naik ke atas, demikian seterusnya 4) Saat beban berada di badan berarti posisi duduk, maka saat inilah digunakan untuk istirahat 1. Simpul Yang Digunakan 1) Prusik Knot

Gambar 2.33. Teknik Ascent Friction Knot Tipe Prusik Knot Sumber: BASARNAS, 2009 2) Kelmhest Knot 3) a) b) c) Bachman Knot, cara pembuatannya adalah sebagai berikut Carabiner dimasukkan ke dalam loop Carabiner dihimpitkan ke tali utama Tali dililitkan pada tali dan carabiner yang terhimpit tadi mulai dari atas ke bawah

d) Sisa loop dipasang carabiner, kemudian kaitkan dengan seat harness 1. 2. Ascent Mechanical System 1. Definisi Ascent Mechanical System adalah kegiatan pemanjatan melalui tali dengan memanfaatkan peralatan sebagai alat bantu naik 1. Peralatan Peralatan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut 1) 2) 3) 4) Tali sebagai jalur Seat harness dan chest harness 3 buah carabiner Ascent sling

5) Croll 6) Ascender handle 1. Prosedur 1) a) b) Persiapan Gunakan seat harness dan chest harness Pasang crool pada chest harness dan hubungkan ke seat harness

c) Buat ascend sling dan kaitkan pada ascender handle, dan loop untuk safety dikaitkan ke seat harness 2) Pengoperasian

Pengoperasian Ascent Mechanical System adalah sebagai berikut a) b) c) Pasang crool pada tali utama Pasang ascender handle yang sudah terkait dengan ascend sling ke tali utama Tarik tali utama dari bawah sampai rescuer tergantung pada tali

d) Saat tubuh tergantung pada crool, geser ascender handle ke atas secukupnya, kemudian berdiri, saat berdiri crool akan terbawa ke atas. Duduk kembali, dorong ascender handle ke atas, berdiri dan duduk kembali, dorong ascender ke atas, dan seterusnya. Gambar 2.34. Teknik Ascent Mechanical Sistem

Sumber: BASARNAS, 2009 3) Pergantian dari Ascend ke Descend 1. Pemanjatan 2.4.2. Teknik Descending 2.4.2.1. Definisi Descending adalah kegiatan turun dengan menggunakan tali sebagai jalur lintasan, laju pergerakan turun memanfaatkan friksi dari descender. Descending disebut juga dengan abseiling atau rappelling. 2 2.4.2.2. Perlengkapan Perlengkapan yang dibutuhkan pada descending adalah sebagai berikut: 2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tali kernmantel minimal diameter 11 mm (utama) Tali kedua untuk safety minimal diameter 11 mm Seat harness Carabiner Descender (figure of 8, autostop, carabiner) Sarung tangan 7. Helm

2.4.2.3. Prosedur Descending Dalam melakukan abseiling/rappelling, usahakan posisi badan tegak lurus dengan tebing/dinding dan jangan terlalu cepat bergerak bila tidak dibutuhkan. Prosedur descending adalah sebagai berikut: 2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Cek anchor dan tali yang akan digunakan Cek harness, pastikan semua sudah terkunci Sebelum memasang tali utama, pastikan keamanan anchor point terlebih dahulu Pasang tali pada descender Kaitkan descender ke seat harness Yakinkan bahwa tali tidak menyimpul Yakinkan bahwa semua sudah aman Cek pengereman (menggunakan tangan kanan atau kiri) Pastikan bahwa tali sampai ke bawah/dasar

10. Lihat pijakan berikutnya 11. Mulailah turun dengan gaya beban pada badan dan gaya tolak pada kaki 12. Jangan sekali-kali melepaskan tangan yang berfungsi sebagai pengereman Gambar 2.35. Pengereman Teknik Descending

Sumber: BASARNAS, 2009 2.4.2.4.Prosedur Keselamatan Prosedur keselamatan pada kegiatan descending ini adalah: 2 1. Setiap personil harus melakukan pengecekan sebelum turun rappelling 2. Saat penurunan, orang pertama adalah menjadi tumpuan bagi yang lain, oleh sebab itu harus yakin tali menjadi dasar tanpa ada halangan, tidak ada bagian tali yang cacat dan perlu diingat bahwa tidak ada belayer di bawah. 3. Sebelum melakukan perubahan dari naik ke turun atau sebaliknya, yakinkan bahwa semua sudah aman 4. Tali yang melewati tempat yang tajam harus diberi alas untuk menghindari kerusakan pada tali. 2.4.2.5.Komunikasi Prosedur Pemanggilan pada teknik descending adalah sebagai berikut: 2 Aba-aba Tali Siap Siap Turun Stop Clear Pull Pemanggil Rescuer Belayer Rescuer Setiap orang Rescuer Rescuer Arti Rescuer menanyakan kesiapan tali ke belayer Jawaban belayer ke rescuer Rescuer mulai bergerak Melihat adanya masalah/bahaya Pemberitahuan bahwa tali sudah tidak digunakan Rescuer ke belayer minta untuk menarik tali, rescuer ada masalah

Tabel 2.1. Prosedur Pemanggilan pada Teknik Descender Sumber: 2.4.2.6.Perubahan Descend menjadi Ascend Prosedur perubahan descend menjadi ascend adalah sebagai berikut: 2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Stop dan kunci descender yang digunakan Hubungkan ascender atau prusik loop dari seat harness ke tali utama Cek ascender apakah sudah aman atau belum Yakinkan rescuer sudah bergantung pada ascender Lepaskan descender Pasang Crool/prusik kedua Yakinkan bahwa semua sudah aman Rescuer dapat memulai pergerakan ke atas

2.4.3. Teknik Lowering 2.4.3.1.Definisi High angle Lowering, disebut juga dengan Vertical Lowering atau Technical Lowering, adalah penurunan yang dikontrol oleh rescuer dengan menggunakan tali. 1,2 2.4.3.2.Sistem Lowering Elemen-elemen sistem Lowering adalah sebagai berikut: 1 1. Beban/Load Beban meliputi korban yang terpasang di tandu. Alasan penggunaan tandu adalah karena pertimbangan medis dan memperhatikan korban agar tetap nyaman. Tandu umumnya diturunkan dengan posisi horizontal (kecuali pada confine space, tandu dalam posisi vertical dengan kepala di atas). Penurunan korban tanpa didampingi oleh Litter tender (sendiri) jika hasil evaluasi dinyatakan bahwa korban tidak cidera serius atau jika hanya cidera ringan, dalam kasus ini korban dapat dikaitkan langsung ke descender. 1. Litter Tender Litter tender adalah rescuer yang mengawal korban, terdiri dari satu orang atau dua orang, tergantung pada situasi. Masing-masing litter tender dikaitkan ke tandu dengan sedikitnya 2 kaitan tali utama dan safety. 1. 3. Spider/Bridle Spider atau bridle adalah gantungan tandu yang berfungsi sebagai penghubung tandu ke main rope. Beberapa poin tali dihubungkan pada tandu dan semua dihimpun dan dikaitkan pada main rope. Spider umumnya mempunyai empat kaki, atau 6 kaki tergantung pada kondisi. 1. Tali Utama Penurunan (Main rope) Tali untuk penurunan harus memperhitungkan faktor keselamatan saat beban diturunkan. Beberapa sistem lowering hanya mempunyai satu tali utama dengan satu belay atau dengan dua tali utama, tergantung kebutuhan. 1. Sistem Belay Sistem belay adalah tali yang dihubungkan ke beban dan berfungsi sebagai safety terhadap kemungkinan tali utama gagal atau putus. 1. Brake device Brake device adalah peralatan yang digunakan untuk mengatur laju turunnya beban dengan cara membuat friksi tali, alat ini sama prinsipnya dengan peralatan rappelling. 1. Brakeman

Brakeman adalah rescuer yang bertugas mengontrol kecepatan turunnya korban dan rescuer dengan menggunakan brake device. 1. Rope Handler Rope handler adalah rescuer yang membantu brakeman bertugas menjaga agar tali tetap lurus tidak berkelit. 1. Belayer Belayer adalah orang yang mengontrol belay rope, hal ini menjaga terhadap kemungkinan tali utama gagal. 10. Edge tender Edge tender adalah rescuer yang bertugas membantu litter tender saat melewati sudut agar tidak langsung terjatuh, mencegah tali terkikis pada bagian sudut, kalau perlu sebagai komunikator antara litter tender dan brakeman. Gambar 2.36. Elemen Dasar Sistem Lowering Sumber: BASARNAS, 2007 2.4.3.3.Sistem Braking untuk Penurunan Pada dasarnya peralatan untuk high angle lowering sama dengan peralatan rappelling seperti figure of eight, brake bar, auto stop, dan ID (inpanic descend). Perbedaan antara lowering dan rappelling adalah pada saat lowering, brake device tetap dan tali yang bergerak sedangkan pada rappelling, tali tetap dan brake device yang bergerak. 1,2 Gambar 2.37. Sistem Pengereman Teknik Descending Sumber: BASARNAS, 2007 2.4.3.4.Belaying untuk Sistem Lowering Dalam sistem lowering, belay berada pada anchor point yang terpisah dari sistem tali utama. Main line dan sistem belay harus terpisah, dua elemen ini jangan disatukan, tujuannya untuk menghindari tali saling menyilang, tetapi harus selalu diperhitungkan belayer akan cukup untuk mencegah bahaya saat terjadi fail (kondisi fatal) pada tali utama. 1 Beban belay pada operasi penurunan tidak terhentak beban seperti jatuhnya climber yang sedang berlatih. Tetapi operasi penurunan mempunyai berat yang lebih besar kemungkinan sampai 3 rescuer. Anchor untuk belay harus mampu menahan beban berat penolong, ditambah kekuatan hentakan berat beban. Belayer harus menggunakan peralatan belay dan memungkinkan belayer untuk menghentikan laju beban. 1 Pada sistem lowering, belayer tidak akan pernah menggunakan pinggang untuk belay atau mem-belay dengan menggunakan friction bagian tubuh lain dan menempatkan tubuhnya sebagai lintasan dalam sistem belay pada pertolongan penurunan. 1

2.4.3.5.Komunikasi pada Teknik Lowering 2.4.3.5.1. Komunikasi Radio Radio dibutuhkan untuk berkomunikasi jika jarak terlalu jauh. Komunikasi ini dibutuhkan untuk menyampaikan informasi tentang kondisi medis korban dan langkah-langkah yang akan dilakukan. 1 Menggunakan ikat pinggang dan radio dicantolkan dapat menimbulkan masalah saat melakukan operasi lowering karena: 1 1. Mengganggu penggunaan seat harness dan pemakaian alat saat dibutuhkan. 2. Membutuhkan tempat yang luas untuk pergerakan tangan 3. Radio dapat jatuh Solusi permasalah ini adalah dengan menggunakan belt dada yang dilengkapi kantong radio, keuntungannya adalah: 1 1. Berdekatan dengan wajah, tidak butuh area yang luas untuk pergerakan tangan 2. Area dada bebas dari harness 3. Sangat praktis saat akan digunakan 2.4.3.5.2. Komunikasi Suara Komunikasi langsung dapat lebih meyakinkan kedua belah pihak, dimana komunikasi pada dasarnya adalah perhatian untuk keselamatan korban dan penolong serta untuk suksesnya operasi. Hindari kebingungan yang membahayakan, oleh sebab itu dalam berkomunikasi perlu standar perintah, contoh: 1 PERINTAH On Belay Belay On Down Slown/Down Fast Stop PEMANGGIL Litter tender ke Belayer Belayer ke Litter tender Litter tender ke Brakeman Biasanya Litter tender ke Brakeman, tetapi mungkin diberikan oleh siapapun yang melihat adanya potensi bahaya Litter tender ke Belayer, tandu, korban dan Litter tender sudah sampai di dasar atau posisi aman dan tidak ada bahaya jatuh Belayer ke Litter tender, Belayer membebaskan tali Litter tender ke Brakeman atau Belayer permintaan agar tali dikendorkan Litter tender ke Brakeman atau Belayer, permohonan agar tali dikencangkan Litter tender ke Brakeman, permohonan supaya tali dimatikan

Off Belay

Belay Off Slack Tension Off Rope

Tabel 2.2. Prosedur Pemanggilan pada Teknik Lowering

Sumber: BASARNAS, 2007 2.4.3.6.Penurunan Satu Orang dengan Menggunakan Figure of eight 2.4.3.6.1. Penguncian Ketika rescuer berteriak stop, brakeman menahan tali dengan kuat, tidak ada pergerakan turun. Belayer mempertahankan status on belay. 1,2 Jika rescuer menghendaki berhenti agak lama, maka brakeman harus menguncinya dan figure 8 descend yang digunakan sebagai Brake device. Pertama tetap pegang dan tahan dengan kuat, kemudian putar melalui bagian depan antara brakeman dan rescuer. Bagian tali luar yang telah dipegang kuat dimasukkan atau dijepitkan di antara main rope dan bagian besar figure 8 descender, dengan adanya bagian tali yang terjepit beban sudah tidak bisa turun. 1,2 Untuk lebih meyakinkan, bagian tali yang sudah terjepit lingkarkan di bagian leher figure 8 descender dimana talinya membentuk bight, tarik bight agak panjang kemudian ikatkan pada bagian tali yang tegang di depan figure 8 descender, dengan simpul Overhand knot. 1 . Gambar 2.38. Pengereman Teknik Lowering Sumber: BASARNAS, 2007 2.4.3.6.3. Pelepasan Penguncian Untuk melepaskan kuncian harus dilakukan dengan hati-hati dan hindari terjadinya kejutan, buka Overhand knot dengan perlahan, putar bight dari bagian leher figure 8 descender, pegang dan tarik kuat ke arah depan figure 8 descender untuk melepaskan jepitan dan posisi tetap bertahan. 1 Setelah kuncian terlepas, rescuer akan meminta untuk menurunkan dengan mengatakan down slow atau down fast. Breakman akan menurunkan sesuai dengan kecepatan yang dikehendaki oleh rescuer. 1 2.4.3.7.Praktek Lowering pada Permukaan Vertical 2.4.3.7.1. Penggunaan Anchor Overhead Evakuasi sistem lowering yang paling menguntungkan adalah apabila memperoleh anchor overhead karena akan mempermudah rescuer melakukan pergerakan turun dan dapat mudah menghindari bagian yang tajam dari permukaan yang akan dilalui. 1 Sesuatu yang perlu diingat bahwa setiap personil yang bekerja di ketinggian harus mengamankan dirinya sebelum bekerja dengan mencantolkan seat harnessnya ke anchor point. 1 Proses teknik lowering dengan menggunakan anchor overhead adalah sebagai berikut: 1,2

1. Buat anchor sling di bagian atas dan cantolkan Pulley di anchor sling dengan menggunakan carabiner lock, pulley di sini berfungsi sebagai alat bantu penyalur tali yang akan dibebani. Masukkan tali utama dan ujungnya diberi simpul 8 on bight untuk dihubungkan ke rescuer dan korban 2. Buat anchor sling yang terpisah dari anchor utama untuk digunakan belayer. Figure 8 descender dihubungkan dengan carabiner lock sebagai belay device, tali belay atau safety line dibuat bight dimasukkan ke ring besar figure 8 descender, seperti teknik pemasangan rappelling. 3. Buat anchor di bagian dalam, dimana posisi aman untuk kerja brakeman. Anchor sling yang cukup kuat dihubungkan dengan figure 8 descender dengan carabiner, kemudian masukkan main rope ke ring besarnya untuk mengatur laju pergerakan rescuer dan korban. 4. Ketika rescuer persis di bagian sudut yang tajam maka pemasangan edge roller diperlukan untuk melindungi tali agar tidak abrasi. 5. Ketika rescuer akan mencantolkan setiap ujung tali yang sudah disimpul ke seat harnessnya, rescuer akan mengatakan on belay, belayer dan brakeman segera memberi respon dengan bersiaga di masing-masing tali yang akan digunakan. 6. Setelah semua siap. Rescuer teriak down slow, brakeman mengendorkan dengan perlahan dan rescuer bergerak turun jalan ke belakang. Sedangkan belayer mengikuti dengan kondisi tali yang kendor. 7. Saat melalui bagian yang tajam, rescuer mengatakan stop, brakeman segera mengunci talinya dan rescuer segera memasang alat atau alas untuk melindungi tali. 8. Ketika mencapai tanah atau posisi lain yang aman, rescuer meneriakkan stop dan brakeman akan menghentikan pergerakan tali di figure 8 descender. Jika tali penurunan terlalu kencang, rescuer akan melepaskan dan meneriakkan slack sehingga brakeman akan mengendorkan tali. Belayer tetap mempertahankan posisinya sampai semua dinyatakan beres. Setelah selesai, rescuer akan meneriakkan off belay dan belayer menjawab dengan belay off. 9. Jika tugas telah selesai dan tali akan digunakan lagi, rescuer melepaskan tali dan member isyarat off rope kepada Brakeman dan brakeman menarik tali ke atas dan melepaskannya dari anchor. 2.4.3.7.2. Penggunaan Anchor In Side Proses teknik lowering dengan menggunakan anchor in side adalah sebagai berikut: 1,2 1. Membuat anchor point untuk main rope yang dilengkapi dengan figure 8 descender yang dicantolkan dengan carabiner ke anchor point. Tali utama dibuat bight dan dimasukkan ke ring besar figure 8 descender seperti saat akan rappelling, ujung tali dibuat simpul delapan on bight. 2. Membuat anchor yang terpisah dari anchor tali utama dan lakukan seperti pemasangan pada tali utama, tetapi fungsinya sebagai belayer. 3. Perlu hati-hati saat akan keluar dari sudut top. Lakukan seperti rappelling dimana posisi kaki tegak lurus di permukaan, jangan menyudut ke bawah karena akan terpeleset. Pasang edge roller untuk melindungi tali yang akan digunakan yang fungsinya untuk menghindari friksi atau abrasi tali. 4. Jika rescuer akan menurunkan tandu di sudut top, maka diperlukan bantuan edge tender untuk membantu mangangkat saat di atas sudut top. Edge tender dilepaskan setelah beban tertanggung di tali.

5. Ketika rescuer akan mencantolkan setiap ujung tali yang sudah disimpul ke seat harnessnya, rescuer akan mengatakan on belay, belayer dan brakeman segera member respon dengan bersiaga di masing-masing tali yang akan digunakan. 6. Setelah semua siap. Rescuer teriak down slow, brakeman mengendorkan dengan perlahan dan rescuer bergerak turun jalan ke belakang. Sedangkan belayer mengikuti dengan kondisi tali yang kendor. 7. Saat melalui bagian yang tajam, rescuer mengatakan stop, brakeman segera mengunci talinya dan rescuer segera memasang alat atau alas untuk melindungi tali. 8. Ketika mencapai tanah atau posisi lain yang aman, rescuer meneriakkan stop dan brakeman akan menghentikan pergerakan tali di figure 8 descender. Jika tali penurunan terlalu kencang, rescuer akan melepaskan dan meneriakkan slack sehingga brakeman akan mengendorkan tali. Belayer tetap mempertahankan posisinya sampai semua dinyatakan beres. Setelah selesai, rescuer akan meneriakkan off belay dan belayer menjawab dengan belay off. 9. Jika tugas telah selesai dan tali akan digunakan lagi, rescuer melepaskan tali dan member isyarat off rope kepada Brakeman dan brakeman menarik tali ke atas dan melepaskannya dari anchor. 2.4.3.8.Spider 2.4.3.8.1. Definisi Spider adalah ikatan tali atau pita pada tandu. Spider dari tali atau webbing yang langsung diikatkan di rail tandu kurang menguntungkan karena dapat terkikis oleh batuan. Melengkapi tali atau webbing dengan carabiner besar sangat menguntungkan karena mempermudah pemasangan dan lebih aman saat bergesekan dengan bebatuan. Pemasangan carabiner diusahakan agar gate-nya selalu mengarah ke dalam untuk mempermudah saat penguncian. 1 2.4.3.8.2. Cara Pembuatan Spider 2.4.3.8.2.1. Pembuatan Spider dari Kernmantel Perlengkapan yang dibutuhkan adalah kernmantel dengan panjang sekitar 2 meter dan carabiner. Prosesnya adalah sebagai berikut: 1 1. Buat simpul pada ujung-ujung dengan simpul 8 on bight 2. Cantolkan masing-masing simpul dengan carabiner 3. Bawa keempat simpul figure 8 on bight ujung kaki spider bersama, cantolkan carabiner dan kunci gatenya 4. Cantolkan carabiner ke dua yang sama dengan carabiner pertama dengan arah berlawanan. Tujuannya sebagai pencegahan keselamatan karena ini merupakan teknik penguncian, apalagi jika tidak menggunakan carabiner screw. 2.4.3.8.2.2. Pembuatan Spider dari Webbing Perlengkapan yang dibutuhkan adalah satu buah figure 8 descender dan dua buah webbing 4 meter. Cara pembuatannya adalah sebagai berikut: 1 1. Siapkan figure 8 descender

2. Ambil bagian tengah tubular webbing, buat bight dan masukkan ke dalam ring besar descender figure 8, kumpulkan ujung-ujungnya dan masukkan ke bight yang keluar dari ring figure 8 descender, tarik dan membentuk simpul jangkar. 3. Kumpulkan ujung webbing dan tentukan berapa panjang yang dibutuhkan untuk membuat kaki spider, umumnya antara 80-120 cm. 4. Buat simpul pita pada bagian yang telah diberi tanda 5. Masukkan bagian pita setelah simpul menuju ujung ke dalam rail tandu, dan buat simpul pita dengan mengikuti simpul pita yang sudah ada. Gambar 2.39. Spider dari Webbing Sumber: BASARNAS, 2009 2.4.3.8.3. Spider yang Dapat Diatur 2.4.3.8.3.1. Tujuan Spider yang dapat diatur dibutuhkan dalam situasi dimana tandu perlu dimiringkan. Salah satu contoh seperti di jurang tidak semuanya vertical, tetapi sedikitnya terdapat terjal. Untuk mengganti sudut ini, dengan mempertahankan tandu dan rescue subyek horizontal, maka litter spider harus dilakukan penyesuaian.1 2.4.3.8.3.2. Peralatan yang Dibutuhkan Perlengkapan yang dibutuhkan adalah: 1 1. 2 utas tali kernmantel masing-masing 4 meter. 2. 4 utas prusik masing-masing 1 meter 3. 4 buah carabiner srew yang gate besar dapat masuk ke rail tandu 2.4.3.8.3.3. Cara Pembuatan Cara pembuatannya adalah sebagai berikut: 1 1. Buat simpul 8 on bight pada bagian tengah kernmantel sebanyak 2 buah. 2. Akan ada 2 simpul 8 on bight dengan 4 tali bergantung dengan panjang yang sama. 3. Ikatkan prusik pada tiap-tiap ujung tali kernmantel dan di tengah antara ujung tali dengan simpul 8 on bight. Pengaturannya dengan menggeser simpul prusik. 4. Cantolkan kedua simpul 8 on bight ke dalam main rope dengan dua carabiner screw dan atur gatenya berlawanan. Gambar 2.40. Spider yang Dapat Diatur Sumber: BASARNAS, 2007 2.4.3.9.Pengikatan Tandu untuk Lowering Tahap-tahap Pengikatan tandu untuk lowering adalah sebagai berikut: 1

1. Ujung anchor tali utama dipasang carabiner srew. Brake bar dicantolkan di carabiner ini, mata rack mengarah ke depan, dengan lekukan rack dan bagian atas bar, di depan sudut turun. 2. Ujung sling anchor belay dipasang carabiner srew dan belay device, lintasan tali belay langsung kea lat ini dan ujung belay di ikatkan ke tandu. 3. Main rope langsung disusun ke brake device dengan ujung tali dihubungkan ke spider 4. Pengikatan untuk satu orang pengendali, cantolkan/ikatkan ke empat ujung spider ke tandu serta disiapkan pig tail dengan sling safety untuk litter tender. 5. Ujung tali utama, simpul 8 on bight, pastikan beberapa inch dari tail mempunyai ikatan tunggal dan mengarah ke bawah. Cantolkan semua kaki spider ke simpul 8 on bight dengan dua carabiner srew. Kaitkan pig tail litter tender dengan simpul 8 on bight ke dua carabiner di ujung tali utama. Kunci dua carabiner dan saling membalik. Kaitkan safety sling untuk litter tendr ke bagian atas tandu. 6. Hubungkan tali belay ke tandu seperti digambarkan di atas,termasuk pengikatan kedua bagian pada bagian atas spider dan head rail. 7. Bebani tandu dengan dummy atau beratnya sama atau lebih dari beban satu orang. Ikat dummy atau korban jangan sampai dummy/korban terlepas dari dalam tandu. Gambar 2.41. Pengikatan Tandu Teknik Lowering Sumber: BASARNAS, 2009 1. Kaitan untuk litter tender ke pig tali adalah ascender untuk harness dan ascender untuk pijakan. Litter tender mengaitkan ujung pig tail yang disimpul 8 on bight ke point bagian depan seat harnessnya dengan carabiner screw. 2. Litter tender juga akan mengaitkannya dengan safety sling ke tandu dekat bagian kepala. 10. Litter tender mengawali dengan mengatakan ON BELAY dan belay menjawab BELAY ON. 11. Sebelum litter tender bergerak di atas sudut, litter tender melakukan pengecekan seluruh system ikatannya. 12. Setelah pengecekan serta meyakinkan semua anggota tim lowering siap dan konsenterasi penuh, litter tender mengatakan kepada brakeman down slow. Brakeman memulai mengulur tali, tali bergerak melalui brake devise, rope handler mulai membantu melepas tali yang melilit. Belayer mengontrol tali belay, tali harus tampak kendor. Tali belay jangan sama tegangnya dengan tali utama, tetapi ketegangan yang pas sehingga jika tali utama fail, tali belay menahan beban dengan hentakan yang kecil. 13. Berada di atas sudut exit turun adalah saat yang paling sulit dalam lowering,hal ini sama seperti ketika akan melakukan rapelling pertama kali. Cara yang paling baik adalah perlahan, tidak tergesa-gesa. Ketika litter tender merasakan tidak seimbang, ia akan berteriak stop, dan memulainya kembali setelah posisinya seimbang. Brakeman dan belayer harus penuh perhatian terhadap apa yang dibutuhkan. Sebelum melewati sudut, semua system masih terasa ringan. Setelah mempelajari bagian belakang dan bergerak melewati sudut, beban pada brakeman terasa berat, sehingga mengakibatkan friksi dan stress tali semakin tinggi.

14. Langkah litter tender, kaitkan ke tandu, mundur perlahan ketika di atas sudut exit, tarik tandu ke arahnya, bersandar ke belakang pada system conection tandu, dan memutar. Untuk membuat operasi semulus mungkin, hindari tandu ada hentakan beban. 15. Brakeman mengulur dengan perlahan seperti saat litter tender bergerak ke belakang di atas sudut exit. Ia bergerak ke belakang, litter tender akan mencoba menahan menarik keluar tali utama, kaki spider, dan ikatannya. Bersandar ke belakang membebani sambungan yang membatunya. Kalau dari atas ke bawah flat, penolong akan terangkat ke atas jeruji tandu terdekat dengannya, dengan tandung miring, kemudian kaki spider tegang. Saat terlihat akan mulai kendor dalam system perlu cepat menanggulangi, peluang mengatakan stop kemudian ia mengatur yang kendor. Sekali tandu ada di atas sudut dan tandu serta penolong tergantung di kaitannya, kemudian semua kendor akan keluar dari system. Gambar 2.42. Posisi Litter tender pada Lowering Sumber: BASARNAS, 2007 2.4.3.10. Penempatan korban ke dalam Tandu Prosedur penempatan korban ke dalam tandu akan bergantung pada kondisi medis korban dan lokasi saat akan mem-packing korban. 1,2 1. Di atas Sebenarnya pengisian korban ke dalam tandu lebih mudah kalau mengambil tempat di bagian atas, di sini memungkinkan tenaga lebih untuk membantu dan semua anggota tim rescueer berdiri dengan kokoh. Ketika pengisian korban ke tandu menjadi lebih sulit bagi litter tender saat berada di atas sudut. Pada situasi ini, peran edge tender sangat dibutuhkan untuk membantu. 1. Di tengah Dinding Proses memasukkan korban ke dalam tandu saat korban cidera di bagian tengah permukaan dinding merupakan situasi yang cukup sulit dilakukan, hal ini disebabkan karena 1. Selalu tidak cukup banyak orang (mungkin hanya litter tender) 2. Dengan rescuer tergantung di harness-nya,mereka mempunyai kesulitan mengungkit, kalau sepenuhnya tergantung bebas (jauh dari dinding) ini menjadi sangat sulit. Beberapa pendekatan dapat membantu pengisian di tengah permukaan dinding, di antaranya adalah sebagai berikut: 1 1. Menurunkan tandu dan berhenti sebelum terlalu rendah, ini awal yang baik untuk mencoba dengan tandu agak tinggi, sebab Brakeman dapat selalu mengulur perlahanlahan. Tetapi kalau mengawali dengan tandu terlalu ke bawah, rescuer mungkin tidak memiliki pilihan lain, dan kernmantel static akan menjadi tegang. Hal ini disebabkan karena mengangkat korban ke atas lebih sulit untuk mengusahakan batas maksimum tandu sama dengan tinggi korban. 2. Posisi tandu untuk korban (bagian kepala dan kaki dari tandu harus persis dengan posisi korban). Kalau mungkin, membetulkan posisi tandu sebelum mulai bergerak di

atas sudut turun, sebaliknya kalau tandu berputar saat penurunan, belay dan tali utama akan menjadi kusut. 3. Korban harus dicantoli safety line yang dihubungkan ke seat harness-nya sebelum dipindahkan ke dalam tandu. Saat berada di dalam tandu, korban harus aman dengan safety sling dari seat harness-nya yang dikaitkan ke bagian atas spider. 4. Peran rescuer pembantu (auxiliary tender) sangat dibutuhkan dalam menempatkan korban dalam tandu di tengah dinding penurunan. Menambah rescuer pembantu (kadangkala sampai tiga orang) mungkin dibutuhkan dengan syarat dapat bekerjasama mengatur tandu dan mempacking korban. Rescuer pembantu turun rappelling di sisi tandu dan membantu beberapa kegiatan, di antaranya adalah: 1 1. Merespon awal sebelum menurunkan tandu untuk memperoleh gambaran kondisi medic korban dan melakukan perawatan awal. 2. Membantu litter tender mengangkat tandu di atas sudut turun 3. Membantu memasukkan korban ke dalam tandu di tengah dinding 4. Membantu maneuver tandu terhadap hambatan Gambar 2.43. Rescuer Pembantu Sumber: BASARNAS, 2007 Walaupun rescuer turun dengan tali yang terpisah dari tali yang digunakan dalam sistem, tali tambatan antara rescuer dan tandu dibutuhkan agar dapat mudah memberikan bantuan. 1 2.4.3.11. Pengamanan Korban Ketika memberikan pertolongan, usahakan korban menggunakan harness, kemudian hubungkan harness korban dengan carabiner di bagian atas spider. Pengaman ini dimaksudkan agar korban tetap tergantung jika spider fail. Tali pengaman ke korban harus selalu kendor. 1 Gambar 2.44. Spider Tandu Teknik Lowering Sumber: BASARNAS, 2007 2.4.3.12. Praktek Lowering dengan Tali Utama Ganda 2.4.3.12.1. Definisi Lowering dengan tali utama ganda adalah praktek lowering yang menggunakan dua tali utama (double strand) dengan dua litter tender yang dikaitkan di tandu. 1 Masing-masing litter tender mempunyai ikatan tersendiri yang dicantolkan pada tali yang terpisah satu sama lain dan masing-masing litter tender lowering dengan satu tali juga dikaitkan dengan safety line yang dihubungkan ke rail tandu. 1 2.4.3.12.2. Tujuan

Tujuan penggunaan Lowering dengan tali utama ganda adalah untuk mengganti teknik lowering dengan tali utama tunggal yang tidak bisa mengatasi permasalahan evakuasi seperti:
1

1. Penampang yang tidak rata, celah, permukaan vertical banyak hambatan seperti overhang dan jurang. Pada area ini, seorang litter tender sulit mengatur tandu. 2. Pertimbangan medis atau perhatian lain yang berhubungan dengan pertolongan pada korban yang terlalu besar sehingga sulit jika hanya terdapat litter tender tunggal. 3. Ketika dibutuhkan untuk mengubah posisi tandu dari posisi horizontal ke vertical dan membalikkan lagi untuk menghindari rintangan di permukaan yang vertical dan tempat yang sempit. Gambar 2.46. Spider Tandu Teknik Lowering Tali Utama Ganda Sumber: BASARNAS, 2007 2.4.3.12.3. Spider Gambar 2.46 memberikan ilustrasi sistem pengikatan dua tali penurunan. Kasus ini terlihat 6 kaki pada spider, tiga di ujung bagian kepala tandu dihubungkan ke satu tali penurunan dan tiga di ujung bagian kaki tandu dihubungkan ke tali penurunan satu lagi. 1 2.4.3.12.4. Komando Pada lowering system dengan tali ganda, walaupun terdapat dua orang litter tender, namun hanya satu litter tender yang memberikan komando ke brakeman, komando ini dilaksanakan oleh litter tender kepala. 1 2.4.3.12.5. Sistem Brake Kedua tali yang diturunkan dihubungkan ke brake device dan dikontrol oleh brakeman, ini akan selalu seimbang jika dikontrol oleh satu orang brakeman. Pengontrolan dengan dua orang brakeman dibutuhkan kerjasama yang baik di antaranya keduanya saat mengulur tali. Ketidaksaimbangan ini juga dapat diakibatkan oleh diameter tali yang tidak sama, keruwetan tali saat digunakan dan beban yang tidak sama antara bagian kepala korban dan bagian kaki. Untuk mengatasi hal ini maka litter tender yang memiliki berat badan yang ringan ditempatkan di bagian kepala, sedangkan litter tender yang memiliki berat badan yang berat ditempatkan di bagian kaki. 1 2.4.3.13. Prosedur Keselamatan Prosedur keselamatan pada teknik lowering tali utama ganda adalah sebagai berikut: 1 1. Tidak pernah mengikatkan belay line langsung ke korban di dalam tandu. Kalau belay line langsung di kaitkan ke korban, seat harness-nya akan tertarik ke atas selama bergantung, sedangkan beban tetap pada posisinya (tandu dan pengawal). 2. Ujung tali belay harus selalu berada di bagian kepala tandu, untuk meyakinkan saat tandu bergerak posisi vertical, kepala korban tetap berada di bagian atas. 3. Safety sling litter tender harus dikaitkan di rail ujung bagian kepala tandu. Sebaliknya jika safety sling dikaitkan di bagian ujung kaki dan tandu bergerak vertical

menyebabkan fail pada spider, yang akan terjadi adalah kaitan pig tail penolong akan lepas. Ketika tandu bergerak vertical, pengaman penolong terkait pada ujung bagian kaki tandu, penolong akan tidak berdaya berada di bawah bagian kaki tandu. 2.4.4. Teknik Lifting 2.4.4.1.Definisi Lifting atau hauling system adalah upaya pertolongan terhadap korban yang berada di jurang atau kedalaman, esensi kegiatan ini adalah bagaimana seorang rescuer dapat mengangkat korban ke permukaan. 1 Mechanical advantage (MA) adalah perbandingan banyak beban yang dapat dipindahkan terhadap kekuatan yang dibutuhkan. 1 Theoretical Mechanical advantage (TMA) adalah Mechanical advantage (MA) dengan faktor pertimbangan friksi dan gesekan terhadap tali. 1 Countre Balance adalah pengangkatan yang dilakukan oleh penolong seorang diri, hal ini dilakukan bila kondisi terpaksa yang dikarenakan tidak ada personil yang lain. Sistem ini memanfaatkan gaya keseimbangan dari beban penolong. 1 2.4.4.2.Prinsip Prinsip pembuatan Lifting/hauling system ini adalah membuat pekerjaan pengangkatan beban menjadi mudah, aman, dan ringan dengan membagi pekerjaan di sepanjang tali. Prinsipnya sama dengan menggunakan pengungkit yang panjang untuk memindahkan batu yang berat. 1 2.4.4.3.Peralatan Peralatan minimal yang dibutuhkan pada system Lifting/hauling ini adalah: 1 No 1 Sistem Lifting/Hauling yang Digunakan MA 1:1 Jumlah Peralatan Minimal 1 (satu) tali utama 2 (dua) sling 2 (dua) carabiner screw 1 (satu) Cam safety 1 (satu) tali utama 1 (satu) tali penarik 1 (satu) pulley 2 (dua) cam (safety dan Haul)

MA 2:1 Sistem Hauling tanpa Diminishing V

3 (tiga) carabiner 2 (dua) sling MA 3:1 Sistem Hauling Z Rig 1 (satu) tali utama 3 (tiga) carabiner 2 (dua) pulley 2 (dua) Cam 2 (dua) sling 1 (satu) tali utama 1 (satu) tali penarik, panjang 50 sampai 100 kaki 4 (empat) carabiner screw 2 (dua) pulley 2 (dua) cam 2 (dua) sling Tabel 2.3. Peralatan Lifting/Hauling System Sumber: 2.4.4.4. Sistem Kerja Beberapa rasio mechanical advantage (MA) pada sistim Lifting/hauling adalah sebagai berikut: 1,2 1. MA dengan rasio 1:1 Evakuasi dengan rasio 1:1 sama dengan proses penggangkatan biasa yang hanya menggunakan satu buah tali tanpa pulley atau dengan menggunaka sebuah pulley seperti gambar 2.47. Gambar 2.47. Mechanical Advantage Rasio 1:1 Sumber: BASARNAS, 2009 1. MA dengan rasio 2:1 Pada evakuasi dengan rasio 2:1, rescuer menggunakan sangkutan sebuah pulley dan beban, pulley bergerak bersama beban. Tali ditambatkan di atas pada sebuah anchor, kemudian tali dimasukkan ke dalam sebuah pulley dengan pulley dalam posisi terbalik, ujung tali

MA 4:1 Sistem Hauling (system Piggyback)

dikendalikan oleh rescuer. Panjang tali dibutuhkan dua kali lipat, dua tumpuan tali bergerak. Hal ini menghasilkan beban setengah pada anchor dan setengahnya pada penarik, seperti gambar 2.48. Gambar 2.48. Mechanical Advantage Rasio 2:1 Sumber: BASARNAS, 2009 Penambahan satu pulley bertujuan untuk mempermudah penarikan, tetapi tidak mengubah rasio perbandingan pada MA. Penolong menggunakan 2 pulley, satu pada beban dan satunya ditempatkan di atas kemudian rescuer dapat menarik mendatar sebagai ganti tegak lurus. Pulley kedua diam terikat pada sling, tertambat pada tambatan kayu atau batu yang kuat atau pada tambatan yang lain. Kondisi ini diperlukan jika tidak ada tempat yang luas untuk berdiri bersama kelompok rescuer di tepi jurang yang curam yang menyulitkan penarikan ke atas, terlebih lagi harus berlawanan dengan gravitasi. 1. MA dengan rasio 3:1 Sistem MA dengan rasio 3:1 seing disebut Z Rig karena berbentuk Z. Sistem ini menggunakan satu buah anchor poin sebagai anchor pokok yang berada di atas, sekaligus sebagai cantolan pulley, pulley ini tidak bergerak. Kemudian ditambahkan sebuah pulley lagi yang bergerak pada tali pokok untuk ditarik pada poin. Pulley ini bergerak sesuai perjalanan tali. Pulley yang bergerak ini dihubungkan pada cam ascender dengan carabiner. Cam dipasang pada tali utama, tetapi pulley dan cam akan bergerak ditarik ke atas sampai tali habis. Cam akan mencengkeram tali saat pergerakan beban dan penarikan beban ke atas. Sistem ini menggunakan tiga tumpuan untuk memindahkan beban. Untuk setiap langkah pergerakan, beban ditopang dengan tiga penggerak tali, masing-masing tali kira-kira memikul 1/3 berat beban. Gambar 2.49. Mechanical Advantage Rasio 3:1 Sumber: 1. Penggandaan Rasio Rasio MA dapat ditambah dengan melipatgandakan rasio yang ada, ini disebut juga sistem gabungan. Sebagai contoh, penggabungan MA berrasio 2:1 akan menghasilkan MA berrasio 4:1 dan penggabungan MA berrasio 3:1 akan menghasilkan MA berrasio 6:1. Pembuatan MA berrasio 4:1 yang berasal dari MA berrasio 2:1 disebut juga dengan Peggiback. Sistem ini mempunyai dua bagian, yaitu Hauling rope untuk penarikan dan main rope sebagai tali yang ditarik dan yang dihubungkan dengan beban atau korban. MA berrasio 4:1 bisa dimodifikasi dengan penambahan satu pulley dan dua anchor point. Anchor point yang dekat dengan anchor pertama digunakan untuk mencantolkan pulley fix, sedangkan anchor tambahan kedua ditempatkan agak jauh ke belakang untuk anchor poin tali penarik. Rescuer diuntungkan dengan tempat penarikan yang luas.

Gambar 2.50. Mechanical Advantage Penggandaan Rasio Sumber: Gambar 2.51. Mechanical Advantage Penggandaan Rasio Sumber: BASARNAS, 2009 2.4.4.5. Tahap Kegiatan Tahap kegiatan dalam melakukan pertolongan dan evakuasi terhadap korban yang mengharuskan untuk melakukan pengangkatan antara lain: 1 1. Merencanakan dengan pertimbangan prediksi kondisi korban yang akan ditolong 2. Pasang anchor di atas sebagai tumpuan Pulley 3. Rappelling untuk mengamati kondisi lingkungan apakah masih berbahaya atau tidak dan memberikan pertolongan pertama, dan melaporkan kondisi korban kepada ketua tim. 4. Meminta bantuan tenaga bantuan bila dibutuhkan 5. Memasang tali temali sesuai Rising System yang akan digunakan 6. Masukkan tali pada pulley 7. Pasang jumar pada sisi tali yang terbebani korban sebagai stopper 8. Memberi alas untuk menghindari friksi 9. Mengikatkan korban pada tali yang dilengkapi dengan stopper 10. Memberi komando siap bila kondisi korban sudah direhabilitasi dan siap diangkat 11. Pimpinan tim harus selalu mengawasi pergerakan evakuasi 12. Korban harus bersamaan tim penolong, hal ini untuk menjaga kemungkinan adanya hambatan dalam perjalanan. Rescuer sebagai penyeimbang melakukan ascending. 13. Bila korban tidak naik, bantu naik dengan cara menarik menggunakan webbing atau mendorong dari bawah 14. Bila masih ada penolong yang berada dibawah harus berupaya naik dengan cara ditarik dari atas atau naik dengan cara Ascend mechanical/prusiking 15. Lakukan pengecekan akhir terhadap simpul yang digunakan, anchor, carabiner apakah sudah terkunci atau belum, dan peralatan sebelum pengangkatan dimulai. 2.4.4.6. Sikap Penolong Orang pertama yang berhubungan dengan korban dan yang akan memberikan pertolongan harus meyakinkan korban dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan bahwa kehadirannya untuk menolong dan yakinkan bahwa dirinya akan selamat. 1 2.5. Highlines/Tyrolean 2.8.1. Definisi

Highlines disebut juga dengan Tyrolean atau Telphers, adalah lintasan tali yang dibentangkan dari satu titik ke titik lain yang berguna untuk mentransfer korban, rescuer dan perlengkapan lain. 1 Highlines mencakup bentangan tali mendatar menghubungkan dari dua titik yang mempunyai ketinggian yang sama, seperti gambar (1), atau bentangan yang menghubungkan diantara dua titik yang berbeda ketinggian, seperti gambar (2). 1 Gambar 2.52. Bentangan Tali Highliness Sumber: BASARNAS, 2007 2.8.2. Kegunaan Beberapa kegunaan Highlines adalah sebagai berikut: 1 1. Untuk melewati rintangan. Highline dapat digunakan untuk menyeberangi jurang. 2. Untuk menghindari medan yang berbahaya. Contohnya highline digunakan sebagai jembatan gantung di atas sungai. 3. Untuk melewati medan yang sulit. Highline digantung di atas medan yang berbatuan besar atau berlumpur yang sangat menyulitkan dan menghemat waktu pemindahan tandu yang berisi korban. 4. Untuk evakuasi darurat. Highline dapat digunakan untuk evakuasi orang dari daerah bahaya dimana terdapat ancaman cidera atau meninggal, dan dimana tidak ada cara lain atau upaya evakuasi yang cepat. 2.8.3. Kelemahan Beberapa kelemahan highline adalah sebagai berikut: 1 1. Berpotensi tegang dan merusak peralatan. Mungkin melebihi tali lain untuk teknik rescue, highline mempunyai tali overstress terhadap peralatan dan sistem anchor yang menyebabkan kerusakan. 2. Butuh waktu. Highline sangat membutuhkan kerjasama tim dan adanya komunikasi ketika pengikatan, percobaan pemasangan pertama membutuhkan waktu sangat lama. Pada umumnya rescuer yang berpengalaman dengan highline selalu dapat melaksanakan dengan teknik yang lebih baik walaupun waktu mendesak. 3. Menentukan orang pertama dan menyeberangkan tali. 2.8.4. Elemen Beberapa elemen yang diperlukan dalam Highline adalah sebagai berikut: 1 1. Tali utama Tali akan menopang sebagian besar dari beban dalam Highline. Penggunaan satu tali untuk bentangan menanggung beban yang berat, untuk lebih aman diperlukan untuk menggunakan dua tali. Tali yang digunakan adalah tali yang keregangannya rendah seperti Kernmantel Static. Sebaliknya tidak dapat dikendalikan ketegangan pada sistem. Harus ada perhitungan

yang tepat kelenturan pada tali utama untuk mencegah overstressing peralatan lain dan anchor. 1. Anchor Dekat Anchor ini untuk tambatan awal tali utama. Anchor harus sangat kuat karena highline menghasilkan stressing. Highline pada ketinggian yang sama, kedua anchor memperoleh tekanan yang sama. Highline pada ketinggian yang berbeda, anchor atas akan memperoleh tekanan yang lebih besar, terutama untuk sistem lowering. 1. Anchor Jauh Anchor ini tumpuan kedua setelah anchor pertama. Tali utama diseberangkan dari poin anchor pertama. Anchor ini harus kuat seperti anchor pertama. 1. Beban Beban pada Highline meliputi korban, rescuer dan peralatan. 1. Pulleys Beban dihubungkan dengan sebuah atau beberapa pulley dan bergerak di sepanjang tali. Pulley tandem sangat baik digunakan daripada pulley single jika menggunakan beban yang besar karena pulley tandem menciptakan sedikit tekukan pada tali dan membagi beban di sepanjang tali. Jika tidak tersedia pulley, carabiner screw bias dijadikan sebagai alternative pengganti, tetapi ini akan menghasilkan friksi yang besar dan merusak carabiner. Gambar 2.53. Elemen Highliness Sumber: BASARNAS, 2007 1. Lowering/Belay Line Pergerakan tali belay pada highline memiliki dua kemungkinan, yaitu 1. Sebagai pengontrol beban. Pergerakan turun dikontrol oleh tali belay yang dimasukkan ke dalam figure of eight atau break bar Rack pada anchor pertama. 2. Sebagai pengatur kecepatan konstan. Hali ini terjadi pada highline dengan ketinggian yang berbeda dari atas ke bawah. Jika highline dari bawah ke atas, maka diperlukan hauling system. 1. Tag Line Tag line pada highline memiliki dua kemungkinan: 1. Sebagai pem-belay beban, pergerakan tali langsung ke belay device yang dikaitkan pada anchor kedua. Belayer akan menarik tali untuk memindahkan beban dari satu sisi ke sisi berikutnya. Untuk melakukan hal ini digunakan belay device untuk mempermudah penarikan. 2. Sebagai penarik beban. Setelah beban mencapai tengah tali, personil yang siaga di poin dua akan menarik beban dengan tag line.

2.5.4. Pembebanan Highline 2.5.4.1. Pembebanan tanpa Tandu Pembebanan highline tanpa tandu terdiri dari: 1 1. Beban satu orang Pulley menopang di atas sling. Carabiner dicantolkan pada poin di depan seat harness rescuer. Ujung bagian atas dipasang carabiner dan figure of eight yang selanjutnya dicantolkan ke dalam pulley dengan carabiner. Figure of eight dijadikan sentral point pengikatan karena dapat ditarik dari beberapa sisi tanpa berputar. Belay line dan tag line juga dicantolkan ke figure of eight dengan menggunakan carabiner. Rescuer yang menggantung harus menggunakan sarung tangan untuk mengantisipasi memegang tali yang panas dan pulley yang bergerak selama pergerakan. Jika yang dipindahkan adalah korban, buat ikatan di pinggang korban yang cukup jauh dengan tali agar korban tidak dapat menjangkau bentangan tali yang bisa menyebabkan cidera tangan. Gambar 2.54. Beban Satu Orang Teknik Highliness Sumber: BASARNAS, 2007 1. Beban dua orang Variasi pengangkatan rescuer dan korban tanpa tandu adalah sebagai berikut 1. Memasukkan sling penggantung ke dalam pulley. Korban dihubungkan dengan sling pendek ke harness korban, kemudian dicantolkan langsung ke sling penggantung. 2. Menghubungkan korban ke pulley dengan sling pendek. Dibutuhkan tambahan sling pendek antara seat harness penolong dan seat harness korban. Pada langkah ini penolong mempunyai korban, posisi rescuer berada di atas korban. 3. Menghubungkan korban dengan slingnya ke dalam pulley yang terpisah di atas bentangan tali utama. Hubungkan sling seat harness penolong dengan korban 2.5.4.2. Pembebanan dengan Tandu Elemen pembebanan pada tandu adalah sebagai berikut: 1 1. Spider Sistem untuk highline menggunakan dua spider, masing-masing sedikitnya memiliki dua kaki. Pertama penyusunannya adalah menghubungkannya ke rail kepala tandu, yang lain menjepitkan ke bagian kaki. Masing-masing bagian atas kaki spider dipasang carabiner screw dan dicantolkan ke pulley di atas highline. Gambar 2.55. Spider Tandu Teknik Highliness Sumber: BASARNAS, 2007

1. Kaitan Litter tender Elemen pengikatan litter tender adalah adalah sebagai berikut 1. Pig tail Pig tail pada highline terbagi dua macam, yaitu 1) Pig tail terpisah tender. Pig tail ini terbuat dari tali yang panjangnya kurang lebih 4 meter. Bagian atas pig tail dibuat figure 8 on bight dan dihubungkan ke pulley atas bagian kepala tandu. Untuk mengantisipasi kaitan ascender terselip di ujung pig tail, bagian bawah pig tail dihubungkan ke seat harness rescuer. 2) Pig tail On Belay

Cara pembuatannya adalah : a) Ukur ujung tali belay kurang lebih 5 meter, buat simpul 8 on bight dan cantolkan ke carabiner pulley atas bagian kepala. Pada ujung tali pig tail dibuat simpul 8 on bight dan hubungkan ke rescuer untuk pengaman. b) c) Pasang prusik atau ascender untuk penompang litter tender Hubungkan dengan sling antara tandu dengan litter tender 1. Ascender Pengait Litter tender bisa mengatur ketinggian sesuai dengan posisi tandu dengan menggunakan dua penompang ascender yang dijeptkan ke pig tail. Satu ascender dipasang sling untk menghubungkan ascender dengan seat harnessnya dan ascender yang lain sebagai pijakan. Gambar 2.56. Ascender Pengait dan Tangga Tali Sumber: BASARNAS, 2007 1. Tangga Tali Alternatif lain dari penggunaan ascender pengait adalah tangga tali. Bagian ujung tangga tali dikaitkan ke carabiner bagian atas spider dan litter tender mengaitkan ke bagian yang paling tepat dari lubang tangga. Keuntungan penggunaan tangga tali ini adalah sangat mudah digunakan dan dapat digunakan oleh personil yang tidak berpengalaman menggunakan ascender. Seedangkan kekurangannya adalah sekali litter tender tergantung di tangga tali/webbing dan litter tender berada di sisi atasnya, maka penolong kesulitan memindahkan posisinya. Kerugian yang lain adalah gerakan litter tender terbatas untuk bergerak ke bawah untuk membebaskan rintangan. 1. 3. Etrier

Etrier adalah tangga pendek yang terbuat dari webbing, tempat penggunaanya di ascender atau menambahnya. Standar etrier normalnya sangat pendek, ini diperlukan penolong ketika mengangkat kakinya sangat tinggi untuk mendapat step bawah. 1. Pengikatan Safety Sling untuk safety dari seat harness litter tender dikaitkan ke rail tandu terdekat bagian kepala 1. Posisi Litter tender Posisi litter tender adalah seperti penggunaan litter lowering, yaitu duduk nyaman di seat harness dengan tandu di atas pangkuannya. Rescuer memegang rail tandu yang ada di dekatnya yang siap untuk menerima order ketika tandu tidak stabil. 1. Posisi Korban Pada highline horizontal, kepala korban diposisikan ke arah tengah tali. Pada highline menyudut, kepala ditempatkan di posisi yang paling atas. 1. Spider Spider dibuat pada dua pulley di atas tali dengan jarak yang tepat. Spider diciptakan dari webbing atau tali yang pendek melintas di antara dua carabiner pulley. 1. Kaitan Lowering/Belay dan Tag Line Lowering /belay dan tagline dikaitkan ke tandu bagian kaki dan kepala, digunakan sebagai slop evacuation. 2.8.6. Tahapan Pemasangan Highline Tahapan kegiatan evakuasi highline adalah sebagai berikut: 1 1. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan, yaitu 1. Satu buah tali lintasan utama. Panjang keseluruhan mencakup 1) 2) 3) Sepanjang pemisah untuk jembatan yang akan digunakan Sepanjang sudut masing-masing anchor Sepanjang yang dibutuhkan untuk pengikatan pada anchor di kedua sisi 1. Satu buah lowering/tali belay. Panjangnya mencakup 1) Sepanjang dari belay device pada anchor dekat sampai poin seberang dimana beban terikat 2) Sejumlah tali yang dibutuhkan untuk pengikatan dan beban

3)

20 kaki untuk spare 1. Satu buah tag line. Panjangnya mencakup

1) 2) 3)

Jarak dari tempat beban diikat pada anchor dekat ke belay device anchor sisi jauh Sepanjang yang dibutuhkan untuk pengikatan dan beban 20 kaki untuk spare 1. 13 belas buah carabiner screw. Rincian penggunaannya adalah

1) 2) 3) 4) 5)

Untuk sistem anchoring tunggal (minimal 4 buah) Untuk mencantolkan tandu/beban ke highline ( 2 buah ) Untuk cantolan pig tail dari lowering belay dan tag line ke pulley (2 buah) Untuk mencantolkan litter spider ke tandu (4 buah) Untuk mencantolkan penolong ke tandu (1 buah) 1. Peralatan anchor, meliputi

1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)

Pengikatan tandu sets litter spider 1 spider 1 tandu pulley untuk tali utama 1 pig tail litter tender 2 ascender dan sling untuk penolong 1 safety sling untuk rescuer memproteksi sudut untuk kedua sisi 1. Memilih lapangan yang tepat, pertimbangannya meliputi 1. Memungkinkan untuk membentangkan tali 2. Ruangan untuk kedua sisi pengikatan beban dan personil untuk keluar dan masuk 3. Terdapat anchor 4. Harus kuat dan aman 5. Cukup tinggi agar beban dapat melewati sudut tanpa memaksa 1. Ada tim kedua untuk sisi jauh

Semua personil harus dibriefing dengan seksama sebelum melakukan tahapan yang dikerjakan dan berkomunikasi. Radio sangat dibutuhkan sebagai alat komunikasi. 1. Menempatkan ujung tali sisi seberang Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah: 1. Menggunakan line gun, menggunakan tali kecil untuk ditembakkan ujung tali diikatkan ke tali utama dan kemudian ditarik 2. Personil menyeberang ke sisi sebelah, mungkin dengan cara berjalan kaki atau apapun yang dilakukan dengan membawa tali 3. Jika bangunan gedung atau line gun tidak berfungsi, beberapa cara yang dapat dilakukan: 1) 2) Menurunkan ujung tali utama ke dasar Ada orang yang menarik ujung tali ke struktur bangunan sebagai sisi jauh

3) Menurunkan tim di sisi jauh, kemudian menarik tali di dasar. Kedua ujung diikatkan bersama dan tim menarik tali utama. 1. Prosedur pada sisi pertama 1. Membuat anchor untuk lowering/belay rope 2. Mencantolkan lowering system (figure 8 descender atau brake bar) ke anchor 3. Mengikat tali belay ke beban 4. Memasang tali belay ke lowering system dan menguncinya 5. Sistem pengikatan ke tandu atau ke orang tunggal yang hakikatnya adalah beban 6. Set beban ke main rope (tali membentang). Pastikan penurunan dikontrol belayer dengan belay line. 7. Kaitkan tagline pada sistem tandu/beban 8. Litter tender mengaitkan dirinya ke sistem tandu 1. Prosedur pada sisi kedua 1. Tersedia personil yang berada pada anchor dengan ujung tali utama 2. Menarik tali utama hingga mencapai perhitungan kelenturannya layak, kemudian berada di sisi tali utama. 3. Memasang tag line (dikerjakan bersamaan dengan pemasangan tali utama) dimulai dari sisi dekat, mengamankan ujung tag line dan jangan sampai tergelincir ke bawah 4. Membuat anchor di sisi untuk tagline belay device dan mencantolkan belay device ke anchor system serta langsung memasang tag line ke belay device. 1. Memulai penggerakan beban 1. Sebelum memulai memindahkan beban, lakukan pengecekan terhadap sistem pengikatan, termasuk anchor di dua sisi 2. Pastikan semua orang siap, meliputi: 1) Litter tender atau orang yang dikaitkan ke beban

2) 3) 4)

Brakeman pada belay line Belayer pada tag line Edge tender 1. Ketika semua personil siap, litter tender atau orang yang dikaitkan I beban mengatakan ON BELAY, kemudian Brakeman dan belayer tag line mengatakan BELAY ON. Jika litter tender mengatakan DOWN SLOW, brakeman mengendorkan talinya dengan perlahan dan kemudian belayer mengendorkan tali belay-nya. 1. Saat beban mencapai di sisi seberang dan posisi aman, litter tender atau orang yang tergantung mengatakan STOP, brakeman akan menyetop talinya. 1. Ketika litter tender/ orang yang tergantung aman diseberang, dan yang bersangkutan mengatakan OFF BELAY, belayer dan brakeman menjawab dengan OFF BELAY, maka pekerjaan sudah selesai dilaksanakan.

2.6. Simpul 2.9.1. Definisi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Simpul adalah istilah pengikatan. 2 Bight adalah tekukan tali yang tidak menyilang. 2,3,4 Loop adalah tekukan tali hingga menyilang dan menyerupai bulatan. 2,3 Running End adalah ujung tali yang digerakkan untuk membuat simpul. 2 Turn adalah satu kali lilitan pada benda lain. 2 Round Turn adalah dua kali lilitan pada benda lain. 2 Standing adalah bagian tali yang siap digunakan. 2

2.9.2. Syarat Kualitas Simpul yang Baik Syarat kualitas simpul yang baik adalah sebagai berikut: 2 1. 2. 3. 4. Mudah dibuat Mudah diingat Menghasilkan ikatan yang kuat Mudah dibuka

2.9.3. Jenis-jenis Simpul Jenis-Jenis Simpul dasar yang diperlukan dalam teknik High Angle Rescue adalah sebagai berikut: 2,4 1. Simpul Thunb / over hand, fungsinya sebagai simpul dasar dan pengaman simpul. Gambar 2.57. Simpul Thunb/Overhand Sumber:

1. Simpul figure of eight, fungsinya sebagai simpul di ujung tali / stopper (mencegah orang terselip) dan menyambung tali (eight bend) Gambar 2.58. Simpul Figure of eight Sumber: 1. Simpul 8 in bight, fungsinya untuk membuat ikatan yang baitnya dapat langsung dicantolkan. Gambar 2.59. Simpul 8 in Bight Sumber: 1. Simpul 8 follow through, fungsinya untuk pengikatan langsung dengan menjalankan running endnya Gambar 2.60. Simpul 8 Follow Through Sumber: 1. Simpul 8 double bight, fungsinya untuk tambatan pada dua anchor point Gambar 2.61. Simpul 8 Double Bight Sumber: 1. Simpul 8 On Line, fungsinya untuk membuat simpul di tengah tali untuk digunakan tiga pembebanan dengan dua arah. Gambar 2.62. Simpul 8 On Line Sumber: 1. Simpul batterfly (kupu-kupu), fungsinya untuk membuat simpul di tengah tali, menyimpan bagian tali yang rusak, penarikan pada tiga pembebanan dengan tiga arah. Gambar 2.63. Simpul Butterfly Sumber: 1. Simpul pangkal (clove hitch), fungsinya untuk menyimpul jika satu bagian ditarik simpul akan semakin menjerat Gambar 2.64. Simpul Pangkal Sumber: 1. Double fisherman, fungsinya menyambung tali yang besarnya sama

Gambar 2.65. Simpul 8 Double Fishermans Sumber: 2.7. Anchoring 2.10.1. Definisi 1. Anchoring adalah sistem pengaman pokok tali dan elemen lain dalam kegiatan vertical rescue. 2 2. Anchor point adalah titik tambatan yang dihubungkan tali anchor. 2 3. Anchor buatan adalah peralatan yang didesign khusus untuk anchor point yang dimanfaatkan sesuai dengan kondisi alam, pemanfaatannya memanfaatkan celah batu, seperti choks, hexcentrik dan piton. 2 2.10.2. Bagian-bagian Anchor Bagian-bagian anchor adalah sebagai berikut: 2 1. 1. Anchor point 2. Kaki Anchor 3. Arah lintasan 2.10.3. Peralatan yang Dibutuhkan Peralatan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: 2 1. Menggunakan tali pokok 2. Menggunakan potongan tali lain Caranya adalah 1. Membuat ikatan pada anchor point 2. Simpul figure 8 on bight ditempatkan pada arah lintasan 3. Cantolkan carabiner pada figure 8 knot 1. Menggunakan webbing 1. Webbing adalah peralatan yang tepat untuk anchor. Keuntungannya adalah lebih murah daripada tali dan mudah dibawa. Kerugiannya adalah tidak dapat digunakan untuk membuat bermacam-macam simpul. 2. Webbing sangat tepat untuk membuat loop yang runners, selalu digunakan cepat dan cocok untuk setting anchor. Jika tidak tersedia runner, runner dapat dibuat dari sepotong webbing yang diikatkan membentuk loop dengan simpul pita. 3. Pemasangan webbing pada anchor point 1) 2) Membuat loop kemudian mengaitkan ke anchor point Ikatan langsung, webbing dibelitkan terlebih dulu kemudian disimpul pita.

2.10.4. Kekuatan Anchor Anchor harus dapat menahan beban yang berat, pada setiap sistem pertolongan vertical, perhitungan akhirnya adalah safety factor. Anchor dapat kuat jika dihubungkan dengan beberapa tumpuan atau jika ada anchor point apakah pohon dengan akar yang kuat atau tonjolan batuan yang sangat kuat. Anchor seperti ini disebut BOMB Proof. 2 Memilih anchor point yang mampu menahan beban seperti: 2 1. Anchor dari alam, contoh: pohon yang hidup lebih kuat dari pohon yang sudah mati 2. Anchor point dari struktur bangunan, contoh: struktur tiang bangunan umumnya lebih kuat dari pada susunan tangga. 3. Bagian pengikatan, contoh: bila anchor point-nya pohon. Pengikatan dekat dengan tanah akan lebih kuat dari pada bagian atas. 2.7.4. Arah Penarikan Pemasangan beberapa tali anchor biasanya kuat hanya ditarik satu arah, jika arahnya dirubah akan menjadi lemah atau rusak. 2 2.10.6. Posisi Anchor Posisi anchor mempunyai pengaruh pada kegiatan di ketinggian, kondisi yang ideal, anchor dekat dan langsung di atas subyek. Posisi anchor harus ditempatkan di sisi korban, yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: 2 1. Kondisi batuan atau bahaya benda lain yang akan menjatuhi korban atau penolong 2. Kondisi antara anchor point dan obyek pertolongan membahayakan rescuer atau merusak peralatan seperti tali 2.10.7. Penempatan Pengarah Lintasan Ketika membuat anchor dan arahnya, harus selalu berfikir aman dan pengaruh lintasan selalu tepat untuk siapa saja yang menggunakannya seperti gambar di atas. Contoh, mungkin terdapat beberapa improvisasi dengan merubah lokasi anchor dan arahnya. Jika anchor point merupakan sebuah pohon, tempatnya cukup jauh ke belakang dari bibir tebing, jika digunakan maka hasilnya adalah: 2 1. Kecil kemungkinan jatuh bagi orang yang bertugas membuat pengikatan sistem anchor 2. Pengikatan dan pengontrolan akan lebih mudah 3. Dengan tali melewati sudut, tidak semua berat akan langsung pada anchor, sebagian akan ditanggung oleh sudut. (kekurangannya akan membuat abrasi pada tali) 2.10.8. Back up Anchor 2.10.8.1. Alasan Pembuatan Back up Anchor Alasan pembuatan back up anchor adalah sebagai berikut: 2

1. Kondisi anchor point Kalau berpotensi rusak atau peralatan disangkutkan, kemudian anda membutuhkan anchor point lain. Penyebab anchor mengalami rusak antara lain: 1) Kekuatan anchor point diragukan. Jarang mengetahui pasti macam ketegangan anchor yang ada 2) Kesalahan orang. Simpul mungkin diikatkan tidak benar, snap carabiner mungkin belum terkunci 3) Peralatan yang rusak. Tali dan webbing yang terkikis dan peralatan lain tegang. 1. Operasi pertolongan di alam terbuka Untuk tali utama dan tali belay, membutuhkan dua anchor yang terpisah. Karena jika keduanya langsung dari satu anchor point, tali kusut atau rusak karena terjadi penyilangan. Substansi belay adalah sebagai pengaman orang yang jatuh dan untuk anchor ke dua. 1. Beban dan tegangan Bervariasi intensitasnya tergantung tujuan penggunakan anchor, di antaranya adalah 1) 2) 3) 4) Hanya untuk menggantung peralatan Hanya untuk beban orang Operasi penurunan korban Sistem pengangkatan

5) Higlines 2.10.8.2. Pembuatan Back up Pembuatan back up adalah: 2 1. Back up pada anchor point yang sama 2. Back up pada anchor point terpisah 2.10.9. Anchor Ganda Tujuannya untuk memberikan keyakinan, terdiri dua atau lebih anchor point. Hal ini dikarenakan satu anchor point tidak cukup untuk menahan antisipasi kekuatan, atau jika satu anchor point posisinya menyangsikan. 2 Pembagian beban anchor merupakan pilihan, agar beban yang terbagi masing-masing point dengan berat yang sama. Sudut anchor disarankan selalu 45-90 derajat.2 Gambar 2.66. Sudut Anchor

Sumber: BASARNAS, 2009 2.8. Belay 2.11.1. Definisi 1. 2. 3. 4. Belay adalah tindakan mengamankan semua aktifitas di tali. 2 Belayer adalah orang yang membelay. 2 Active Rope adalah bentangan tali antara belayer dan rescuer. 2 Inactive rope adalah sisa tali yang siap ditarik. 2

2.11.2. Sistem Kerja Sistem kerja dalam belay adalah memanfaatkan friksi antara tali dan belay device.2 2.11.3. Prinsip Dasar Pemasangan Belay Prinsip Dasar Pemasangan Belay adalah sebagai berikut: 2 1. 2. 3. 4. Anchor dibuat terpisah dari anchor utama Belayer membuat anchor tersendiri Anchor untuk belayer dibuat berdekatan dengan system anchor utama Hindari tali menyilang

2.11.4. Pengaturan Tali Belay harus dilakukan dengan mengendorkan tali sedikit demi sedikit selama mendapat beban. Belayer harus selalu waspada terhadap keseluruhan operasional.2 2.11.5. Pengaturan Beban Hentakan Belayer harus mempertahankan bentuk pengendalian dengan inactive rope setiap saat jika diminta untuk mengontrol hentakan beban. Jika suatu saat terjadi hentakan tiba-tiba, belayer menggunakan inactive rope dan menarik anchore point ke belakang.2 2.11.6. Teknik Belay Beberapa macam teknik belay adalah sebagai berikut: 2 1. Menggunakan Belay plate 1. Pengoperasian Belay plate Belayer memegang salah satu tali yang keluar dari lobang belay plate, mengontrol pergerakan dengan mengulur secara perlahan 1. Mengunci plate Gambar 2.67. Penguncian Belay Plate Sumber: BASARNAS, 2009

1. Menggunakan Carabiner Simpul itali adalah bentuk ikatan dengan tali belay pada anchor carabiner seperti gambar di bawah ini. Ikatan dikontrol menyamai belay plate, dengan mengulur sacara perlahan. Gambar 2.68. Belay Menggunakan Carabiner Sumber: BASARNAS, 2009 1. Menggunakan Figure of eight Ada dua cara membelay dengan menggunakan figure of eight 1. Memanfaatkan lubang kecil figure of eight yaitu dengan membuat bight dan memasukkan ke dalam lubang kemudian dikaitkan carabiner screw gate , penggontrolan tali sama dengan belay plate. Gambar 2.69. Belay Menggunakan Figure of eight Sumber: BASARNAS, 2009 1. Memasang figure of eight seperti akan melakukan rappelling yaitu dengan membuat bight dimasukkan ke dalam lubang yang besar kemudian lop bight dikaitkan ke bagian kecil figure of eight. Gambar 2.70. Belay Menggunakan Figure of eight Sumber: BASARNAS, 2009 Mengunci dengan cara menarik inactive rope ke belakang dan membuat bight kemudian dimasukkan ke dalam anchor carabiner diteruskan mengikatkan two half hit mengelilingi active rope. Gambar 2.71. Belay Menggunakan Figure of eight Sumber: BASARNAS, 2009 1. Menggunakan Auto Stop Descender autostop cukup baik digunakan untuk membelay dan dapat langsung mengunci, cara pemasangannya sesuai gambar yang dicantumkan pada alat dan bagian yang terbebani adalah bagian yang atas. Gambar 2.72. Descender Autostop Sumber: http://www.libo.com.ar/galeria_camp.asp 2.11.7. Prosedur Pemanggilan

Panggilan untuk belay sangat bervariasi di antara berbagai organisasi, yang disarankan untuk kegiatan di lingkungan vertical atau high angle sebagai berikut: 2 Panggilan ON ROPE READY TENSION SLACK MOVE WHEN READY MOVING RESCUER STOP RESCUER CLEAR BELAYER OFF BELAY Belay sudah membebaskan tali Permintaan untuk membebaskan dan mengulur Permintaan untuk mengunci/berhenti Pemanggil RESCUER BELAYER RESCUER RESCUER BELAYER RESCUER Arti Pertanyaan apakah tali siap Pernyataan tali siap Narik tali yang kendor dalam system Supaya dikendorkan Belayer telah siap, silahkan untuk bergerak Rescuer mulai bergerak

Tabel 2.4. Prosedur Pemanggilan Belay Sumber: 2.11.8. Aturan Dasar Keselamatan Aturan dasar keselamatan dalam Belay adalah: 2 1. Anchor belay harus dipilih dengan hati-hati dan dibuat terbebas dari daerah yang membahayakan 2. Belayer harus menggunakan sarung tangan 3. Menggunakan standart pemanggilan 4. Hindarkan tali saling menyilang berpotongan dan menyentuh tali sling lain 5. Belayer harus penuh perhatian terhadap tugas yang dihadapinya dan tangan selalu di tali setiap saat 6. 6. Belayer harus dapat mengunci saat keadaan emergency 7. Belay harus selalu memperhatikan rescuer dan menghadap ke tebing untuk memonitor kemungkinan batu yang terlepas atau peralatan lain yang jatuh 8. Semua ikatan belay harus dikaitkan dengan carabiner yang menggunakan screw 9. 9. Belay harus dicheck oleh safety officer 2.9. Prosedur Keselamatan Prosedur keselamatan yang harus dipatuhi dalam High Angle Rescue adalah: 2 1. Area aman 2. Penggunaan APD (Alat Perlindungan Diri)

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Penentuan pimpinan lapangan Pemasangan safety line Mencari dan menentukan anchor Membuat dan mengontrol simpul-simpul Menyimpan alat yang belum terpakai dalam kantong Memproteksi Tidak menginjak tali

10. Menghindari pergesekan antar tali 11. Tidak melempar barang sembarangan 12. Tidak menarik tali pada permukaan kasar 13. Member isyarat jika kondisi memaksa untuk melempar BAB 3 PENUTUP 3.1. Kesimpulan 3.2. Saran DAFTAR PUSTAKA 1. BASARNAS. Pendidikan dan Latihan dasar SAR-1/2009. Jakarta: BASARNAS, 2009. Hal: 1-61 2. BASARNAS. Pendidikan dan Latihan dasar SAR. Jakarta: BASARNAS, 2007. Hal: 1-115 3. Dr. D. F. Merchant.2004. Life on a Line. http://www.draftlight.net/lifeonaline.

Anda mungkin juga menyukai