Tinggalkan komentar
Organisasi SAR Yang Dikenal Di Indonesia
Adalah kekhawatiran bahwa suatu keadaan darurat diduga akan muncul (saat disadarinya
terjadi keadaan darurat/ musibah)
Adalah tahap seleksi informasi yang diterima, untuk segera dianalisa dan ditetapkan
bahwa berdasarkan informasi tersebut, maka keadaan darurat saat itu diklasifikasikan
sebagai :
adalah suatu keadaan emergency yang ditunjukkan dengan adanya keraguan mengenai
keselamatan jiwa seseorang karena diketahui kemungkinan mereka dalam menghadapi
kesulitan.
adalah suatu keadaan emergency yang ditunjukkan bila bantuan yang cepat sudah
dibutuhkan oleh seseorang yang tertimpa musibah karena telah terjadi ancaman serius
atau keadaan darurat bahaya. Berarti, dalam suatu operasi SAR informasi musibah yang
diterima bisa ditunjukkan tingkat keadaan emergency dan dapat langsung pada tingkat
Ditresfa yang banyak terjadi.
Yaitu saat dilakukan suatu tindakan sebagai tanggapan (respons) terhadap keadaan
sebelumnya, antara lain :
Detection Mode/ Tracking Mode And Evacuation Mode, yaitu seperti dilakukan operasi
pencarian dan pertolongan serta penyelamatan korban secara fisik. Tahap operasi
meliputi :
Menolong/ menyelamatkan dan mengevakuasi korban (Evacuation Mode), dalam hal ini
memberi perawatan gawat darurat pada korban yang membutuhkannya dan membawa
* korban yang cedera kepada perawatan yang memuaskan (evakuasi).
Merupakan tahap akhir operasi SAR, meliputi penarikan kembali SRU dari lapangan ke
posko, penyiagaan kembali tim SAR untuk menghadapi musibah selanjutnya yang
sewaktu-waktu dapat terjadi, evaluasi hasil kegiatan, mengadakan pemberitaan (Press
Release) dan menyerahkan jenasah korban, survivor kepada yang berhak serta
mengembalikan SRU pada instansi induk masing-masing dan pada kelompok
masyarakat.
Pola-pola Pencarian
Ada 8 kelompok utama pola pencarian, sebagai berikut :
– track line
– parallel
– creeping line
– square
– sector
– contour
– flare
– homing
Pola-pola pencarian yang sering dilakukan pada misi SAR darat (khususnya di
Indonesia) adalah track line, parallel, dan contour. Untuk menamakan sesuatu pada
pencarian SAR. Biasanya digunakan dengan huruf-huruf awal yang terdiri dari 3
huruf.
Huruf 1 : Pola pencarian yang digunakan, misalnya T (track line), P (parallel)
Huruf 2 : Unit yang terlibat, misalnya : S (single unit), M (multi unit).
Huruf 3 : Keterangan pelengkap, misalnya :
C = coordinated (dengan koordinasi) atau circle (melingkari)
R = radar (digunakan untuk pengendalian) atau return to starting point
N = Non return (tidak perlu kembali ke titik awal)
L = Loran line (sesuai garis loran)
Pencarian dengan pola garis lintasan (track line) digunakan :
Bila seseorang dinyatakan hilang pada jalur perjalanan yang direncanakan dan tidak
diketahui data-data lain, berarti jalur perjalanan/garis lintasan merupakan satu-
satunya data.
Untuk usaha pencarian secara fisik yang pertama kali dapat dilakukan misalnya
meminta bantuan pada pesawat komersil yang kebetulan melintas jalur tersebut.
Pola track line dikenal 4 jenis :
TSR (track line, single unit, return)
TMR (track line, multi unit, return)
TSN (track line, single unit, non return)
TMN (track line, multi unit, non return)
SAR merupakan singkatan dari Search And Rescue yang mempunyai arti usaha untuk melakukan
percarian, pertolongan dan penyelamatan terhadap keadaan darurat yang dialami baik manusia
maupun harta benda yang berharga lainnya.
Hakekat SAR
SAR merupakan kegiatan kemanusiaan yang dilakukan secara suka rela dan tanpa pamrih dan
merupakan kewajiban moril bagi setiap individu yang terlatih untuk melakukan pertolongan terhadap
korban musibah secara cepat, tepat dan efisien dengan memanfaatkan sumber daya/potensi yang ada,
baik sarana dan prasarana maupun manusia yang ada.
Semenjak terbentuknya pada Tgl. 28 februari 1972 dan dalam perkembangannya, organisasi SAR
telah mengalami beberapa kali perubahan yang di lakukan oleh pemerintah untuk lebih
mengoptimalkan organisasi SAR. Adapun perubahan – perubahan yang pernah dilakukan adalah;
Keppres No. 11 Thn. 1972. di sebutkan bahwa BASARI ( Badan SAR Indonesia) mempunyai susunan
organisasi yang terdiri dari Pimpinan, Pusat Kordinasi SAR Nasional (PUSARNAS), Pusat Kordinasi
Rescue, Sub–Sub Pusat Kordinasi Rescue serta Unsur – Unsur SAR.
Keppres No. 44 Thn. 1974. Di jelaskan antara lain bahwa PUSARNAS (Pusat SAR Nasional) berada di
bawah Departemen Perhubungan.
Keppres No. 28 Thn. 1979 . di jelaskan bahwa BASARI termasuk anggota BAKORNAS PBA (Badan
Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam).
Keppres No. 47 Thn 1979. PUSARNAS diganti menjadi BASARNAS (Badan SAR Nasional).
Perubahan PUSARNAS menjadi BASARNAS di sertai pula dengan perubahan eselon dari eselon II
menjadi eselon I atau setingkat Direktorat Jenderal. Dan untuk kelancaran tugas – tugas di lapangan,
Menteri perhubungan telah mengeluarkan instruksi bahwa Kepala BASARNAS ditunjuk sebagai
kuasa ketua BASARI untuk tugas – tugas di lapangan.
BASARNAS
BASARNAS mempunyai tugas pokok untuk membina dan mengkoordinasikan semua usaha dan
kegiatan pencarian, pemberian pertolongan dan penyelamatan sesuai dengan peraturan SAR nasional
dan Internasional terhadap manusia ataupun benda berharga lainnya.
Mempunyai tugas pokok untuk menyelenggarakan suatu koordinasi Rescue guna mengkoordinir
semua unsur dan fasilitas SAR untuk kegiatan di wilayah tanggung jawabnya.
1. Inserfa
2. Destresfa
3. Alertfa
KOMPONEN SAR
Sebelum di aktifkannya suatu kegiatan operasi SAR, tentunya harus di dahului dengan adanya berita
suatu musibah atau sesuatu yang menghawatirkan atau di khawatirkan akan terjadi musibah.
Penyelenggaraan operasi SAR akan berlangsung dengan baik bila di dukung oleh komponen –
komponen SAR yang meliputi ; organisasi, fasilitas, komunikasi, medik dan dokumentasi.
1. organisasi
Organisasi dalam misi SAR akan dibentuk dalam jangka waktu tertentu demi kelancaran koordinasi
dan pengendalian unsur-unsur SAR yang ada hingga kegiatan menjadi efektif dengan hasil yang
optimal. Organisasi ini akan bubar dengan sendirinya apabila operasi SAR telah dinyatakan selesai.
Untuk itu perlu diketahui tugas dan tanggung jawab serta hubungan dari setiap unsur SAR.
1.
a. SC (SAR Cordinator)
Adalah pejabat yang mampu memberikan dukungan kepada KKR dalam menggerakkan unsur-unsur
operasi SAR karena jabatan dan kewenangan yang di milikinya. Kemudian unsur-unsur ini
diserahkan kepada SMC untuk di gunakan dalam operasi SAR.
1.
Adalah pejabat yang di tunjuk oleh kepala BASARNAS/KKR karena memiliki kualifikasi yang di
tentukan atau telah mengikuti pendidikan sebagai seorang SMC yang di akui.
SMC akan mengkoordinasikan dan mengendalikan operasi SAR dari awal sampai akhir.
3. Menentukan/membagi areal pencarian dan cara serta fasilitas yang akan di gunakan.
8. Mengadakan koordinasi dengan KKR tetangga bila areal pencarian tidak terbatas pada satu wilayah
SAR saja.
10. Membebaskan unsur SAR atau menghentikan kegiatan bila bantuan mereka tidak di butuhkan.
11. Membuat laporan akhir perihal hasil operasi SAR yang telah dilaksanakan.
Pada umumnya pengendalian SAR di lakukan di KKR namun bila tidak memungkinkan, SMC dapat
berpindah sementara ke daerah yang lebih dekat dengan lokasi operasi dan mengendalikan dari
daerah tersebut.
OSC adalah pejabat yang di tunjuk oleh SMC untuk melaksanakan sebagian tugas SMC di lapangan.
Persyaratan pejabat OSC sama dengan persyaratan seorang pejabat SMC. OSC melaksanakan tugas
sebatas yang di delegasikan kepadanya. Hal ini biasanya di lakukan bila lokasi pencarian sulit untuk
di kendalikan secara langsung oleh SMC atau SMC merasa perlu adanya OSC untuk membantu
kelancaran tugas-tugasnya.
SRU adalah unsur SAR yang di operesikan dalam kegiatan SAR dan mengikuti pentahapan
penyelenggfaraan operasi. SRU dapat berasal dari berbagai organisasi/instansi yang ingin
berpartisipasi dalam kegiatan operasi SAR.
SC >>> SMC >>> SRU atau SC >>> SMC >>> OSC >>> SRU
2. Fasilitas
Yang termasuk dalam fasilitas SAR adalah semua pendukung penyelenggaraan dalam kegiatan
operasi SAR, dapat berupa fasilitas milik pemerintah, swasta, perusahaan, kelompok/organisasi
masyarakat maupun perorangan. Jenisnya dapat berupa personil terlatih, kendaraan, alat komunikasi
dll.
3. Komunikasi
Komukasi akan berperan dalam penyampaian informasi dari satu unit ke unit lainnya secara cepat
dan akan lebih memudahkan dalam pengendalian operasi terlebih dalam keadaan emergency.
Dalam pelaksanaan operasi SAR sangat diperlukan adanya pelayanan darurat medik untuk
memberikan pertolongan pertama bila ada korban yang membutuhkan sebelum di tangani oleh pihak
yang lebih berkompeten. Pelayanan ini juga di butuhkan pada saat melakukan evakuasi dan
mobilisasi korban.
5. Dokumentasi
Dokumentasi berguna untuk memberikan data dan keterangan serta analisa dari informasi misi SAR
yang diterima termasuk mulai dari tahap kekhawatiran sampoai tahap konklusi misi, khususnya
catatan baik secara tulisan atau visual. Ini merupakan bahan untuk evaluasi dan pedoman untuk
kegiatan selanjutnya
SAR pada hakekatnya adalah kegiatan kemanusiaan yang dijiwai falsafah Pancasila dan merupakan
kewajiban bagi setiap Warga Negara Indonesia. Kegiatan tersebut meliputi segala upaya dan usaha
pencarian, pemberian pertolongan, dan penyelamatan jiwa manusia dan harta benda yang bernilai
dari segala musibah baik dalam penerbangan, pelayaran, bencana maupun musibah lainnya.
Dari batasan pengertian dan hakekat SAR diatas, jelas bahwa kegiatan SAR yang utama adalah
pelaksanaan operasi. Namun dalam kegiatannya, pelaksanaan operasi hanya akan bisa berjalan
dengan efektif dan efisien apabila didukung oleh pembinaan SAR yang mantap. Pembinaan SAR yang
dimaksud adalah kegiatan atau tindakan yang berhubungan dengan perencanaan, penyusunan,
pembangunan/pengembangan, koordinasi, pengerahan, penggunaan, dan pengendalian terhadap
unsur/sarana SAR agar tercapai tingkat kemampuan dan kesiapan operasional yang dipersyaratkan.
Pada dasarnya kegiatan SAR ini dilaksanakan oleh Negara-negara diseluruh dunia, oleh sebab itu
pengaturan mengenai SAR telah disepakati juga dalam konvensi Internasional yang tentunya akan
mengikat bagi Negara-negara yang telah meratifikasinya. Konvensi Internasional dimaksud adalah :
1. Adanya ketentuan dari ICAO (Internasional Civil Aviation Organization) yaitu Organisasi
Penerbangan Sipil Internasional dalam Konvensi Chicago, 1944 pada Pasal VI tentang Internasional
Standard and Recommended Practices Annex 12 “Search and Rescue”, antara lain berisi mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan SAR yang meliputi organisasi, tugas, dan kerja sama
dengan Negara-negara tetangga.
2. Adanya ketentuan dari IMO (International Maritime Organization) atau Organisasi Pelayaran
Inernasional, sesuai dengan Konvensi SOLA (Safety of Live at Sea) 1974 yang menentukan bahwa
Negara memiliki kewajiban untuk membentuk sistim pengawasan/penjagaan pantai dan melakukan
penyelamatan apabila terjadi kecelakaan di wilayah perairannya.
3. Dengan adanya ketentuan internasional yang bersifat mengikat tersebut, Negara wajib memiliki
organisasi SAR yang mampu untuk menangani musibah penerbangan dan pelayaran di wilayah
tanggung jawabnya sesuai dengan petunjuk teknis yang tertuang dalam IAMSAR Manual.
4. Apabila Negara tidak bisa memberikan pelayanan di bidang SAR, maka Negara yang
bersangkutan dikenai status “Black Area” yang berpengaruh negatif terhadap aspek perekonomian,
sosial politik, HANKAM, dan aspek-aspek lainnya, bahkan bisa dicabut dari keanggotaan ICAO &
IMO.
FILOSOFI SAR
1.Locate.
Artinya memberikan gambaran yang kongkrit posisi/lokasi subyek yang mengalami musibah itu
berada. Lokasi biasanya ditunjukkan dengan garis lintang dan bujur pada peta.
2.Acces.
Artinya sumber-sumber dari mana saja dan dengan cara apa bantuan pertolongan ini bisa sampai
menuju lokasi tempat terjadinya musibah.
3.Stabilize.
Artinya penanganan/perawatan korban dengan berbagai macam kasus di lokasi kejadian itu
dilakukan oleh unit-unit penolong (Rescue Unit) sebelum bantuan medis tiba untuk memberikan
perawatan lebih lanjut.
4.Transport/Evakuasi.
Artinya proses pemindahan korban dari lokasi ke tempat yang lebih aman untuk diberikan
pertolongan pertama (evakuasi) dan transportasi dari tempat mendapat pertolongan pertama ke
tempat fasilitas medis terdekat.
2.Netral.
5.Koordinatif.
6.Borderless.
Sesuai dengan arti kata SAR yang berarti Search (Pencarian) dan Rescue
(Pertolongan/Penyelamatan),maka dalam kegiatan operasional SAR dibutuhkan ilmu pengetahuan
dan keterampilan teknis SAR serta beberapa disiplin ilmu sebagai penunjang/pendukung. Ilmu
pengetahuan dan keterampilan serta disiplin ilmu pendukung yang dimaksud adalah :
1.Pengetahuan Dasar SAR yang meliputi organisasi SAR, organisasi Operasi SAR, filosofi SAR, dan
lain-lain.
a.Evakuasi.
4.Unsur Pendukung/Penunjang :
a.Navigasi.
b.Mountaineering.
c.Survival.
d.Komunikasi Lapangan.
f.Helly Rescue.
Dalam penyelenggaraan operasi SAR, akan dihadapkan dengan system SAR yakni adanya 3 (tiga)
Fase keadaan darurat (Emergency Phase), 5 (lima) Tahap Operasi SAR (SAR Stage) dan 5 (lima)
Komponen yang menunjang operasi SAR (SAR Component}.
•Tingkat meragukan (Uncertainty phase – INCERFA), bila pesawat atau kapal terlambat melapor tiba
di tempat tujuan melebihi batas waktunya.
•Tingkat mengkhawatirkan (Alert phase – ALERFA), merupakan kelanjutan dari phase INCERFA
atau diketahui pesawat atau kapal dalam keadaan mengkhawatirkan atau adanya ancaman terhadap
keselamatannya.
•Tingkat memerlukan bantuan (Distress phase – DISTRESFA) diketahui penumpang pesawat atau
kapal dalam keadaan bahaya dan memerlukan pertolongan.
•Tahap menyadari (Awareness Stage), yaitu saat diketahui/disadari terjadinya keadaan darurat.
•Tahap tindak awal (Initial Action Stage), saat dilakukan tindakan awal sebagai respon adanya
musibah.
•Tahap perencanaan operasi (Planning stage), saat dilakukan rencana operasi yang efektif untuk
melaksanakan operasi SAR.
•Tahap operasi (Operation stage), saat dilakukannya operasi pencarian dan pertolongan.
•Tahap pengakhiran operasi (Mission conclusion stage), saat dinyatakan operasi SAR selesai dan
seluruh unsur dikembalikan ke satuan masing-masing.
Pelaksanaan kegiatan SAR sesuai dengan pentahapan tersebut akan berhasil apabila didukung oleh
adanya 5 komponen penunjang yang terdiri atas :
1.Organisasi.
Dalam lingkup operasi SAR dikenal organisasi operasi yang berlaku secara internasional. Organisasi
ini merupakan organisasi tugas operasi yang terdiri dari :
SC adalah pejabat yang mempunyai tanggung jawab untuk menjamin dapat berlangsungnya suatu
operasi SAR yang efisien dengan menggunakan seluruh potensi SAR yang ada. SC dapat dijabat oleh
Kepala Basarnas, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Bupati Kepala Daerah Tingkat II.
SMC adalah seseorang atau pejabat yang ditunjuk oleh SC untuk melaksanakan koordinasi dan
pengendalian operasi SAR. Seorang SMC harus memiliki kualifikasi / kemampuan komando dan
pengendalian serta memahami proses perencanaan operasi SAR, teknik Search and Rescue. SMC
biasanya menggunakan Sumber Daya Manusia di daerah kejadian.
SRU adalah unit-unit SAR yang bertugas melaksanakan kegiatan operasi SAR dilapangan. SRU dapat
berupa kapal laut dan crewnya, pesawat dengan crewnya atau tim darat. Pemilihan SRU harus
berdasarkan pada pertimbangan kemampuan unsure dan kualifikasi awaknya. Keberadaan potensi
SAR yang ada di masyarakat yang memiliki kualifikasi untuk menunjang operasi SAR biasanya
ditempatkan pada SRU ini.
2.Fasilitas.
Fasilitas SAR dapat merupakan fasilitas milik pemerintah, swasta maupun perorangan. Pemilihan
fasilitas berdasarkan atas kemampuan operasional dan latihan serta pengalaman awaknya. Hingga
saat ini Basarnas instansi yang menangani SAR di Indonesia masih banyak menggunakan fasilitas
yang dimiliki TNI AU, TNI AL untuk mendukung kegiatan operasi SAR.
3.Komunikasi.
Komunikasi merupakan tulang punggung dari seluruh sistim SAR. Fungsi komunikasi meliputi
pengindraan / diteksi dini, koordinasi, komando dan pengandalian administrasi / logistic. Dalam
pelaksanaan fungsi peringatan dini ini Basarnas, instansi yang menangani SAR di Indonesia
menggunakan satelit Cospas / Sarsat, khusus untuk menangani pesawat terbang yang membawa ELT
(Emergency Locater Terminal) dan kapal-kapal laut yang membawa EPIRB (Emergency Positioning
Indicator Radio Beacon). Lokasi stasiun Cospas / Sarsat disebut LUT (Lokal User Terminal) yang
berada di Jakarta dan Ambon, menggunakan saluran teristrial dan radio yang berhubungan dengan
ATC dan SROP. Untuk fungsi koordinasi terutama informasi data Basarnas menggunakan SAROIMS
(SAR Operation Information Managemet System) dengan memanfaatkan teknologi V-Sat, yang
dipasang di kantor-kantor SAR dan dihubungkan dengan kantor pusat. Fungsi kodal sebagian besar
menggunakan peralatan komunikasi yang ada di unsur-unsur TNI. Untuk fungsi Administrasi
Logistik digunakan saluran radio dan telepon dengan memanfaatkan faxsimili.
5.Dokumentasi.
Dokumentasi meliputi pencatatan informasi dan data dalam format tertentu sehingga memudahkan
pelaksanaan evaluasi dan pelaporan. Data-data yang tersusun dengan baik akan memudahkan
pengambilan keputusan.