Anda di halaman 1dari 7

MENGENAL PENYELENGGARAAN OPERASI SAR DI INDONESIA

Tulisan singkat mengenai sistim SAR di Indonesia - S-00166.

Pengertian SAR (Search And Rescue)


Adalah Usaha atau kegiatan Pencarian, Pertolongan darurat, dan Penyelamatan terhadap orang maupun material berharga yang mengalami suatu keadaan darurat/musibah, atau diperkirakan hilang dalam suatu keadaan darurat/musibah.

Sekilas perkembangan Badan SAR Nasional


Secara resmi pada tanggal 28 Februari 1972 ditetapkan keputusan Presiden No.11 tahun 1972 tentang Badan SAR Indonesia (BASARI) yang berkedudukan langsung di bawah Presiden, dan hingga kini merupakan satu-satunya instansi resmi yang mendapat tugas dari Pemerintah untuk menangani pelaksanaan operasi SAR di Indonesia. Selanjutnya untuk efectifitas penyelenggaraan operasi SAR, dibentuklah Badan SAR Nasional (BASARNAS) sebagai pelaksana harian dan sekaligus bertanggung jawab mengelola penyelenggaraan operasi SAR di Indonesia, sedangkan sebagai pelaksana operasional di daerah, BASARNAS dilengkapi dengan 19 (sembilanbelas) Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berupa 4 (empat) Kantor Koordinasi Rescue (KKR) yang pembagian wilayah kerjanya berdasarkan Flight Information Region sesuai dengan ketentuan dari International Civil Aviation Organization (ICAO). Masing-masing KKR tersebut dibantu oleh 15 (limabelas) Sub Koordinasi Rescue (SKR), yang tempatnya di sesuaikan dengan tingkat kerawanan musibah. Seiring dengan berkembangnya jalur-jalur pelayaran, penerbangan, dan juga berbagai kegiatan, atau perjalanan yang bersinggungan dengan alam bebas yang beresiko tinggi terhadap keadaan kecelakaan/musibah, dan cakupan wilayah kepulauan Indonesia yang begitu luas, maka dengan di dukung teknologi satelit (sistim satelit SAR), dan dalam rangka meningkatkan kinerjanya, berdasarkan keputusan Menteri Perhubungan No. 81 tahun 1998 yang antara lain menetapkan penambahan Unit Pelaksana Teknis BASARNAS dari 19 UPT menjadi 23 UPT yang terdiri dari 6 Kantor SAR Tipe A dan 17 Kantor SAR tipe B.

Hakekat SAR
Search And Rescue adalah suatu kegiatan kemanusiaan yang di jiwai oleh falsafah Pancasila dan merupakan kewajiban bagi setiap Warga Negara Indonesia. Kegiatan tersebut meliputi segala upaya dan usaha Pencarian, Pertolongan dan Penyelamatan jiwa manusia dan harta benda yang bernilai dari berbagai musibah baik dalam penerbangan, pelayaran, bencana alam maupun bencana lainnya.

halaman 1

PENYELENGGARAAN OPERASI SAR DI INDONESIA


Operasi SAR diaktifkan segera setelah diketahui adanya musibah atau diketahui telah terjadi adanya suatu keadaan darurat Operasi SAR dihentikan apabila korban musibah telah berhasil diselamatkan atau telah diyakinkan keadaan darurat tidak terjadi. Untuk efectifitas penyelenggaraan operasi SAR di Indonesia (musibah penerbangan dan Pelayaran), BASARNAS menggunakan sistem yang terdiri dari 5 tahap kegiatan SAR (SAR Stages) dan ditunjang oleh 5 komponen SAR (SAR Components) dengan memperhatikan tingkat keadaan darurat suatu musibah.

Keadaan darurat Penerbangan dan Pelayaran dibagi dalam 3 tingkat.


1. Tingkat Meragukan [Uncertainity phase - INCERFA] Pesawat terbang terlambat melapor/tiba ditempat tujuan dalam waktu: 15 menit - untuk jenis jet 30 menit - untuk bukan jet 60 menit - untuk pesawat yang tidak membuat rencana penerbangan Kapal laut terlambat melapor/tiba ditempat tujuan dalam waktu: 2 - 24 jam - untuk kapal motor & mempunyai alat komunikasi 2 - 4 hari - untuk kapal layar tanpa alat komunikasi 2. Tingkat Mengkhawatirkan [Alert phase - ALERFA] Merupakan kelanjutan dari tingkat INCERFA, atau diketahui penumpang pesawat/kapal dalam keadaan mengkhawatirkan karena adanya ancaman terhadap keselamatannya. 3. Tingkat Memerlukan Bantuan [Distress phase - DETRESFA] Merupakan kelanjutan dari tingkat ALERFA, atau diketahui penumpang pesawat/kapal dalam keadaan bahaya, seperti: Pesawat yang melakukan pendaratan darurat, mendarat di laut (Ditching), tidak dapat mempertahankan ketinggian, menabrak gunung, jatuh. Kapal yang kehilangan baling-baling, atau terbakar dan tidak berhasil dipadamkan oleh awaknya, kapal tenggelam, awak kapal yang harus meninggalkan kapal, awak/penumpang kapal yang memerlukan pelayanan darurat medis dalam pelayarannya.

halaman 2

5 pentahapan kegiatan SAR (SAR Stages)


Tahap Menyadari [Awareness Stage]
Saat diketahui/disadari terjadinya keadaan darurat/musibah. Dilakukan pencatatan data kejadian Musibah dengan menggunakan format yang sudah ditentukan secara sistimatis. Adapun Pencatatan Data Kejadian Musibah pesawat/kapal adalah sebagai berikut: a. Nama pesawat/kapal; nama panggilan; tanda-tanda lain. b. Posisi kejadian (koordinat, atau jarak dari lokasi yang dikenal, atau posisi akhir yang diketahui/ posisi yang akan dituju berikutnya) c. Jenis musibah (terbakar, trabrakan, mati mesin, tenggelam, dan lain-lain) d. Tanggal dan waktu kejadian. Keempat data tersebut di atas adalah data utama yang harus segera diperoleh untuk dapat memulai usaha pencarian dan pertolongan/penyelamatan.

Tahap Tindakan Awal [Initial Action Stage]


Tindakan yang dilakukan untuk merespon keadaan darurat/musibah tersebut. Tindakan yang dilakukan pada tahap ini adalah: a. Evaluasi kejadian/musibah berupa penggolongan keadaan daruratnya b. Penyiagaan fasilitas SAR c. Pencarian awal dengan komunikasi (Preliminary Communication-PRECOM) d. Pencarian secara menyeluruh berdasarkan perkembangan situasi (Extended CommunicationEXCOM) e. Pemilihan, penunjukan seorang SMC (SAR Mission Coordinator) oleh Kantor SAR (tipe A/B) untuk dimintakan persetujuan/pengesahan dari BASARNAS.

Tahap Perencanaan [Planning Stage]


Tahap perencanaan dilakukan setelah kegiatan Precom & Excom serta telah dilakukan penyiagaan fasilitas SAR. Pembuatan rencana operasi dapat berupa rencana operasi pencarian dan pertolongan, atau pertolongan saja. Beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini adalah: a. Penentuan titik duga musibah yang paling mungkin. b. Menghitung luas area pencarian [bila harus dilakukan operasi pencarian]. c. Menentukan pola pencarian yang tepat. d. Menentukan area liputan yang diinginkan. e. Membuat rencana operasi pencarian berdasarkan kesiapan dan kemampuan unit SAR (SRU yang tersedia). f. Membuat rencana operasi pertolongan, dan jalur evakuasi dari lokasi musibah ke penampungan yang layak untuk perawatan medis lebih lanjut. g. Mengkoordinasikan berbagai unsur yang akan dilibatkan pada operasi SAR.

halaman 3

Tahap Operasi [Operation Stage]


Pada pelaksanaan operasi SAR dapat berupa: a. Operasi pencarian tanpa pertolongan (karena korban tidak diketemukan) b. Operasi pertolongan tanpa operasi pencarian (karena lokasi musibah sudah diketemukan/ dilaporkan dengan tepat) c. Operasi pencarian yang dilanjutkan dengan operasi pertolongan. Dalam pelaksanaan operasi SAR terdapat tahap kegiatan yang harus dilakukan. Untuk Operasi Pencarian dikenal 8 tahap yaitu: 1. Briefing pencarian 2. Pemberangkatan SRU 3. Perjalanan SRU menjuju area pencarian 4. Pelaksanaan pencarian 5. Bila menemukan sasaran 6. Bila perlu penggantian SRU 7. Penarikan SRU ke pangkalan/posko 8. Debriefing SRU. Untuk Operasi Pertolongan & Penyelamatan dikenal tahap: 1. Briefing bagi rescue team 2. Pemberangkatan /pengiriman rescue unit 3. Selama perjalanan mencapai lokasi 4. Rescue unit di lokasi musibah 5. Dukungan yang diperlukan oleh rescue unit 6. Rescue unit kembali ke pangkalan/posko 7. Debriefing dari rescue team.

Tahap Akhir Penugasan [Mission Conclussion Stage]


Pada kegiatan akhir penugasan akan dilakukan pengembalian unsur dan penyiagaan kembali, debriefing pada survivor dan tim SAR serta evaluasi operasi.

5 tahap kegiatan SAR diatas dapat di gambarkan secara sederhana seperti diagram dibawah ini:
TAHAP MENYADARI TAHAP TINDAKAN AWAL TAHAP PERENCANAAN TAHAP OPERASI TAHAP AKHIR TUGAS

Waktu?

Waktu?

Waktu?

Waktu?

Waktu?

Berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap tahap sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Terutama sekali adalah: Keakuratan berita (data yang lengkap termasuk posisi kejadian). Kondisi medan dan cuaca area pencarian dan lokasi kejadian. Waktu yang telah berjalan sejak kejadian hingga penanganan (kemungkinan Subyek bergerak dari posisi terakhir terlihat). Ada tidaknya 5 (lima) komponen SAR yang memadai.

halaman 4

5 Komponen SAR (SAR Components)


Telah disebutkan di sebelumnya bahwa kecepatan penanganan, dan keberhasilan suatu misi operasi SAR ditentukan juga oleh komponen penunjang, yang dalam Penyelenggaraan Operasi SAR di Indonesia dikenal dengan sebutan 5 komponen SAR sebagai berikut:

Organisasi
Merupakan struktur organisasi operasi SAR, meliputi aspek pengerahan unsur koordinasi, komando dan pengendalian, kewenangan, lingkup penugasan dan tanggung jawab untuk penanganan suatu musibah. Struktur organisasi operasi SAR adalah sebagai berikut:

Organisasi operasi sederhana [minimal] Wilayah operasi sempit

Organisasi operasi yang memerlukan pengendali lapangan [OSC].

Organisasi operasi dengan cakupan area operasi yang luas dan melibatkan banyak personil Search And Rescue Unit.

halaman 5

SC (SAR Coordinator)
Adalah pejabat yang mampu memberikan dukungan kepada Kantor SAR untuk menggerakkan unsur dan fasilitas SAR karena kewenangan atau jabatannya.

SMC (SAR Mission Coordinator)


Adalah pejabat yang ditunjuk oleh BASARNAS/Kantor SAR karena memiliki kemampuan/kualifikasi untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan operasi SAR dari sejak penunjukan hingga operasi SAR dinyatakan selesai. Adapun tugas dan tanggung jawab seorang SMC antara lain sebagai berikut: Menerima dan mengevaluasi berita musibah Meminta data keadaan cuaca Membuat perencanaan operasi SAR Memberikan briefing dan debriefing kepada OSC, dan SRU, juga rescue unit. Mengevaluasi setiap perkembangan berita/informasi dari lapangan Mengkoordinasikan berbagai unsur SAR dan Mengendalikan operasi SAR Menghentikan operasi SAR berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu (korban tidak diketemukan, situasi di lapangan membahayakan unsur). Dalam melaksanakan tugasnya SMC dibantu oleh beberapa staf yang disesuaikan dengan kebutuhan operasi SAR tersebut.

OSC (On Scene Commander)


Adalah seorang pejabat yang ditunjuk oleh SMC untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan unsur SAR dilapangan, yang artinya melaksanakan sebagian tugas tanggung jawab SMC yang dilimpahkan kepadanya. Seorang OSC minimal memiliki kualifikasi seperti seorang SMC Adapun tugas tanggung jawab seorang OSC antara lain sebagai berikut: Mengendalikan pergerakan SRU (dalam wilayah tanggung jawabnya) Mengembangkan rencana operasi berdasarkan situasi yang berubah setiap saat dilapangan karena perubahan cuaca, dan kondisi medan Menerima pelaporan secara berkala dari SRU, dan melaporkan kepada SMC secara berkala pula sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

SRU (Search And Rescue Unit)


Adalah unsur SAR yang digerakkan sebagai regu pencari, maupun regu penolong. Unsur SAR dapat berupa unsur SAR Udara, SAR Laut, dan SAR Darat yang diperbantukan/ditugaskan oleh kesatuan induknya atau merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang mampu dan ingin berpartisipasi dalam operasi SAR. Adapun tugas dan tanggung jawab SRU antara lain sebagai berikut: Melaksanakan rencana operasi sesuai briefing yang diberikan oleh SMC/OSC Melaporkan perkembanagan operasi kepada SMC/OSC Memberikan informasi kepada SMC/OSC tentang kemampuan operasi yang akan berpengaruh terhadap efectifitas operasi (kecepatan gerak; daya tahan SRU dilapangan, dan lainnya).

halaman 6

Fasilitas
Adalah komponen berupa unsur, peralatan/perlengkapan serta fasilitas pendukung lainnya yang dapat digunakan dalam operasi/misi SAR.

Komunikasi
Adalah komponen berupa penyelenggaraan komunikasi sebagai sarana untuk melakukan fungsi deteksi terjadinya musibah, fungsi komando & pengendalian operasi serta membina kerja sama/koordinasi selama operasi SAR berlangsung

Perawatan darurat
Adalah komponen berupa penyediaan fasilitas perawatan darurat yang bersifat sementara termasuk memberikan dukungan terhadap korban di tempat kejadian musibah sampai ke tempat penampungan/ fasilitas perawatan yang lebih memadai

Dokumentasi
Adalah komponen berupa pendataan laporan/kegiatan, analisa serta data-data kemampuan yang akan menunjang efisiensi pelaksanaan operasi SAR serta untuk perbaikan/pengembangan kegiatan-kegiatan misi SAR yang akan datang.

Efectif tidaknya (kecepatan dan ketepatan) penyelenggaraan operasi SAR pada kenyataannya sangat WAK T U
MENYADARI TINDAKAN AWAL PERENCANAAN OPERASI

dipengaruhi oleh personil SAR yang profesional serta tersedianya 5 komponen penunjang yang memadai.

AKHIR TUGAS

5 Komponen SAR (Organisasi, Fasilitas, Komunikasi, Emergency Care, Dokumentasi)

Penutup
Kecelakaan atau musibah mengakibatkan kerugian tidak hanya pada Subyek dan keluarganya, tetapi juga operasi SAR itu sendiri apabila tidak didukung sistim manajemen SAR yang profesional, dan fasilitas yang memadai untuk kecepatan sebuah penanganan situasi darurat/musibah. Tindakan profesional dari Tim SAR khususnya Rescue unit pada dasarnya adalah dapat memberikan pertolongan darurat terhadap Subyek sehingga tetap dapat bertahan hidup, dan diselamatkan. Konsekuensinya Rescue unit harus dapat dengan cepat dan dalam waktu yang singkat tiba di lokasi musibah setelah Subyek ditemukan oleh Tim Pencari. Pengenalan SAR ini dimaksudkan sekedar memberikan gambaran secara umum bagaimana penyelenggaraan sistim operasi SAR di Indonesia. Apabila memerlukan artikel SAR yang lebih lengkap dan detail, silahkan kunjungi website BASARNAS [http://www.basarnas.go.id]
SAR NASIONAL Edisi Khusus 10 tahun BASARI Februari 1982. Latihan Dasar SAR Bantu Darat BASARNAS/KKR II 1985. Operasai SAR di Indonesia BASARNAS 1986/1987

halaman 7

Anda mungkin juga menyukai