Anda di halaman 1dari 29

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ........................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
AVOMETER
A. Pengertian AVOMeter............................................................ 3
B. Fungsi AVOMeter................................................................... 3
C. Jenis-Jenis AVOMeter ............................................................ 4
1. AVOMeter Analog ............................................................. 4
1.1 Bagian-Bagian AVOMeter Analog ................................ 4
1.2 Fungsi AVOMeter Analog ............................................ 5
1.3 Cara Menggunakan AVOMeter Analog ....................... 6
1.4 Kelebihan dan Kekurangan AVOMeter Analog ............ 7
2. AVOMeter Digital .............................................................. 7
1.1 Bagian-Bagian AVOMeter Digital................................. 8
1.2 Fungsi AVOMeter Digital ............................................. 8
1.3 Cara Menggunakan AVOMeter Digital ........................ 9
1.4 Kelebihan dan Kekurangan AVOMeter Digital ............. 11
Resistor
A. Pengertian Resistor ................................................................ 12
B. Karakteristik Resistor ............................................................. 12
C. Simbol Resistor ...................................................................... 13
D. Jenis-Jenis Resistor ................................................................ 14
E. Fungsi Resistor ....................................................................... 22
F. Menghitung Nilai Resistor ...................................................... 21
Daftar Pustaka................................................................................. 30

ii
AVOMETER

A. Pengertian AVOmeter

Avometer berasal dari kata ”AVO” dan ”Meter”. ‘A’ artinya Ampere, untuk mengukur arus
listrik. ‘V’ artinya Voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan. ‘O’ artinya Ohm, untuk
mengukur ohm atau hambatan. Terakhir, yaitu Meter atau satuan dari ukuran. AVOMeter
sering disebut dengan Multimeter atau Multitester. Secara umum, pengertian dari AVOMeter
adalah suatu alat untuk mengukur arus, tegangan, baik tegangan bolak-balik (AC) maupun
tegangan searah (DC) dan hambatan listrik.

AVOMeter sangat penting fungsinya dalam setiap pekerjaan elektronika karena dapat
membantu menyelesaikan pekerjaan dengan mudah dan cepat, Tetapi sebelum
mempergunakannya, para pemakai harus mengenal terlebih dahulu jenis-jenis AVOMeter
dan bagaimana cara menggunakannya agar tidak terjadi kesalahan dalam pemakaiannya dan
akan menyebabkan rusaknya AVOMeter tersebut. Tingkat ketelitian multimeter ialah 0,001
volt.

Berdasarkan prinsip kerjanya, ada dua jenis AVOMeter, yaitu AVOMeter Analog
(menggunakan jarum putar / moving coil) dan AVOMeter Digital (menggunakan display
digital). Kedua jenis ini tentu saja berbeda satu dengan lainnya, tetapi ada beberapa
kesamaan dalam hal operasionalnya. Misal sumber tenaga yang dibutuhkan berupa baterai
DC dan probe / kabel penyidik warna merah dan hitam.

Pada AVOMeter Digital, hasil pengukuran dapat terbaca langsung berupa angka-angka (digit),
sedangkan AVOMeter Analog tampilannya menggunakan pergerakan jarum untuk
menunjukkan skala. Sehingga untuk memperoleh hasil harus menggunakan rumus.

B. Fungsi AVOMeter
Fungsi Avometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur arus DC
(ampere), tegangan AC dan DC (volt) dan resistansi (Ohm) dalam satu alat.

3
C. Jenis-jenis AVOMeter
1. AVOMeter Analog
AVOMeter analog menggunakan jarum sebagai penunjuk skala. Untuk
memperoleh hasil pengukuran, maka harus dibaca berdasarkan range atau divisi.
Keakuratan hasil pengukuran dari AVOMeter analog ini dibatasi oleh lebar dari
skala pointer, getaran dari pointer, keakuratan pencetakan gandar, kalibrasi nol,
jumlah rentang skala. Dalam pengukuran menggunakan AVOMeter Analog,
kesalahan pengukuran dapat terjadi akibat kesalahan dalam pengamatan
(paralax).

1.1 Bagian-bagian AVOMeter Analog

 Sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk (Zero Adjust Screw), berfungsi untuk
mengatur kedudukan jarum penunjuk dengan cara memutar sekrupnya ke kanan
atau ke kiri dengan menggunakan obeng pipih kecil.
 Tombol pengatur jarum penunjuk pada kedudukan zero (Zero Ohm Adjust Knob),
berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk pada posisi nol. Caranya : saklar pemilih
diputar pada posisi (Ohm), test lead + (merah dihubungkan ke test lead – (hitam),
kemudian tombol pengatur kedudukan 0 diputar ke kiri atau ke kanan sehingga
menunjuk pada kedudukan 0 .

4
 Saklar pemilih (Range Selector Switch), berfungsi untuk memilih posisi pengukuran
dan batas ukurannya. Multimeter biasanya terdiri dari empat posisi pengukuran,
yaitu :
a. Posisi (Ohm) berarti multimeter berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri dari
tiga batas ukur : x 1; x 10; dan 1K 
b. Posisi ACV (Volt AC) berarti multimeter berfungsi sebagai voltmeter AC yang
terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan 1000.
c. Posisi DCV (Volt DC) berarti multimeter berfungsi sebagai voltmeter DC yang
terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan 1000.
d. Posisi DCmA (miliampere DC) berarti multimeter berfungsi sebagai mili
amperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur : 0,25; 25; dan 500.
Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe multimeter yang satu dengan yang lain
batas ukurannya belum tentu sama.

 Lubang kutub + (V A Terminal), berfungsi sebagai tempat masuknya test lead


kutub + yang berwarna merah.
 Lubang kutub – (Common Terminal), berfungsi sebagai tempat masuknya test lead
kutub – yang berwarna hitam.
 Saklar pemilih polaritas (Polarity Selector Switch), berfungsi untuk memilih polaritas
DC atau AC.
 Kotak meter (Meter Cover), berfungsi sebagai tempat komponen-komponen
multimeter.
 Jarum penunjuk meter (Knife –edge Pointer), berfungsi sebagai penunjuk besaran
yang diukur.
 Skala (Scale), berfungsi sebagai skala pembacaan meter.

1.2 Fungsi AVOMeter Analog


Berfungsi untuk mengukur tegangan listrik, arus listrik, dan tahanan (resistansi).
Avometer analog juga dapat digunakan untuk fungsi lainnya seperti mengukur
temperatur, induktansi, frekuensi, dan sebagainya.

5
1.3 Cara Menggunakan AVOMeter Analog
Mengukur tegangan listrik
 Putar selector pada posisi ACV (untuk tegangan AC) putar selector pada
posisi DCV (untuk tegangan DC)
 Pilih skala pengukuran besar tegangan yang sesuai dengan besar
tegangan listrik yang akan diukur (jika belum tahu besar tegangan listrik
yang akan diukur atur skala pengukuran tegangan terbesar).
 Arahkan kedua Test Probe pada sumber tegangan listrik yang akan diukur
(Untuk mengukur tegangan DC, harus menyesuaikan probe merah untuk
kabel positif dan probe hitam untuk kabel negative).
 Lihat angka yang ditunjukkan jarum pengukuran.
 Hasil pengukuran tegangan listrik adalah angka yang ditunjukkan jarum
dikali dengan hasil bagi skala pengukuran dengan skala penunjukan
maksimal di layar.

Angka yang ditunjukkan jarum ukur x (Skala pengukuran :


skala penunjukan pada layar

Mengukur resistansi

 Putar selector pada skala pengukuran ohm Ω.


 Atur jarum agar tepat pada angka nol pada skala pengukuran resistansi
sebelum melakukan pengukuran.
 Pilih skala pengukuran besar resistansi (dimulai dengan mencoba skala
terkecil).
 Lihat angka yang ditunjukkan oleh jarum.
 Hasil pengukuran resistansi adalah hasil dari angka yang ditunjuk oleh
jarum dikali dengan skala pengukuran.

Angka yang ditunjukkan jarum ukur x Skala pengukuran


6
Mengukur arus

 Putar selector pada skala pengukuran arus.


 Piilih skala pengukuran arus.
 Rangkaian harus diputus terlebih dahulu dan dihubungkan menggunakan
kedua probe (sesuaikan probe merah untuk kabel positif dan probe hitam
untuk kabel negative).
 Lihat angka yang ditunjukkan jarum pengukuran.
 Hasil pengukuran tegangan listrik adalah angka yang ditunjukkan jarum
dikali dengan hasil bagi skala pengukuran dengan skala penunjukan
maksimal di layar.

Angka yang ditunjukkan jarum ukur x (Skala pengukuran :


skala penunjukan pada layar

1.4 Kelebihan dan Kelemahan Avometer Analog


Kelebihan Avometer Analog
 Untuk pengecekan kerusakan rangkaian, atau komponen lebih mudah.
 Harga relative lebih murah.
Kekurangan Avometer Analog
 Menggunakan rumus tertentu untuk menghitung nilai yang ditunjuk
jarum.
 Rawan rusak di bagian spul atau penunjuk jarum.

2. AVOMeter Digital
AVOMeter Digital, yaitu multimeter yang pembacaan hasil ukurnya berupa digit
angka.

7
2.1 Bagian-bagian AVOMeter Digital

 Skala ohm,tahanan yang digunakan untuk mengukur nilai hambatan suatu


jalur atau komponen resistansi.
 Skala DC voltase untuk mengukur tegangan dalam skala DC. Misalnya
tegangan ponsel, baterai ponsel, AKI, baterai, dan lain-lain.
 Skala Volt AC yang digunakan untuk mengukur besarnya tegangan listrik.
 Skala mili ampere, yakni area yang digunakan untuk mengukur besarnya nilai
sebuah arus.
 Skala capasitor, untuk mengukur besarnya nilai capasitansi sebuah jalur atau
sebuah komponen kapasitor tunggal maupun seri.
 Skala kontinuitas, sebuah skala yang digunakan untuk mengukur hidup atau
matinya sebuah jalur serta besarnya nilai sebuah kerja dipoda.
 Probe positif utk mengukur arus ampere listrik AC/PLN.
 Probe positif utk mengukur arus ampere dalam satuan mA listrik DC.
 Probe positif utk skala R,V dan Kontinuitas.
 Probe negatif/Ground.

2.2 Fungsi AVOMeter Digital

8
 Menguji dioda dengan tujuan untuk mendeteksi tingkat kerusakan akibat
suatu hal yang tidak kita ketahui.
 Menguji kondensator.
 Menguji transformator.
 Mengukur tegangan DC.
 Mengukur arus DC.
 Mengukur tegangan AC.
 Pengecekan hubungan singkat.
 Menguji transistor PNP.
 Menguji kapasitor elektrolit.
 Pengukur resistansi pada multimeter.
 Penguji transistor NPN.

2.3 Cara Menggunakan AVOMeter Digital


 Putar sakelar pemilih pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat ukur
siap dipakai.
 Hubungkan probenya ke komponen yang akan kita ukur setelah
disambungkan dengan alat ukur.
 Catat angka yang tertera pada multimeter digital.
 Penyambungan probe tidak lagi menjadi prinsip sekalipun probenya
terpasang terbalik karena display dapat memberitahu.

Mengukur tegangan DC
 Atur Selektor pada posisi DCV.
 Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika
tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
 Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada
posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak.
 Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek,
probe warna merah pada posisi (+) dan probe warna hitam pada titik (-) tidak boleh
terbalik.

9
 Baca hasil ukur pada multimeter.
Mengukur tegangan AC
 Atur Selektor pada posisi ACV.
 Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika
tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
 Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya
 Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek.
Pemasangan probe multimeter boleh terbalik.
 Baca hasil ukur pada multimeter.
Mengukur Kuat Arus DC
 Atur Selektor pada posisi DCA.
 Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar arus yang akan di cek, misal : arus
yang di cek sekitar 100mA maka atur posisi skala di batas ukur 250mA atau 500mA.
 Perhatikan dengan benar batas maksimal kuat arus yang mampu diukur oleh
multimeter karena jika melebihi batas maka fuse (sekring) pada multimeter akan
putus dan multimeter sementara tidak bisa dipakai dan fuse (sekring) harus diganti
dulu.
 Pemasangan probe multimeter tidak sama dengan saat pengukuran tegangan DC
dan AC, karena mengukur arus berarti kita memutus salah satu hubungan catu daya
ke beban yang akan dicek arusnya, lalu menjadikan multimeter sebagai penghubung.
 Hubungkan probe multimeter merah pada output tegangan (+) catu daya dan probe
(-) pada input tegangan (+) dari beban/rangkaian yang akan dicek pemakaian
arusnya.
 Baca hasil ukur pada multimeter.
Mengukur nilai hambatan sebuah resistor tetap
 Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
 Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai resistor yang akan diukur.
 Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan
jarum nantinya dikalikan dengan angka pengali sesuai batas ukur.
 Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.

10
 Baca hasil ukur pada multimeter, pastikan nilai penunjukan multimeter sama dengan
nilai yang ditunjukkan oleh gelang warna resistor.

2.4 Kelebihan dan Kelemahan AVOMeter Digital


Kelebihan AVOMeter Digital
 Penggunaannya lebih mudah (tidak perlu menghitung nilai yang diukur
karena pada AVOMeter digital nilai hasil pengukuran langsung ditampilkan)

Kelebihan AVOMeter Digital


 Harga relatif lebih mahal
 Lebih sulit untuk menentukan kerusakan komponen
 Di beberapa kasus nilai yang ditunjukkan kurang akurat

11
RESISTOR

A. Pengertian Resistor
Resisitor merupakan salah satu komponen elektronika yang bersifat pasif dimana
komponen ini tidak membutuhan arus listrik untuk berkerja. Resisitor memiliki sifat
menghambat arus listrik dan resistor sendiri memiliki nilai besaran hambatan yaitu
ohm dan dituliskan dengan simbol Ω.
Sesuai dengan nama dan kegunaanya untuk membatasi atau menghambat arus listrik
yang melewatinya dalam suatu rangkaian maka resistor mempunyai sifat resistif
(menghambat) yang umunya terbuat dari bahan karbon. Hal ini bisa terjadi karena
resistor yang memiliki dua kutub akan memproduksi tegangan listrik di antara kedua
kutubnya. Dengan mengatur besarnya arus yang mengalir, kita dapat mengatur alat
elektronik untuk melakukan berbagai hal.
Dari hukum Ohm di jelaskan bahwa resistansi akan berbanding terbalik dengan jumlah
arus yang melaluinya. Maka untuk menyatakan besarnya resistansi dari sebuah
resistor dinyatakan dalam satuan Ohm yang dilambangkan dengan simbol Ω (Omega).
Untuk menggambarkanya dalam suatu rangkaian dilambangkan dengan huruf R,
karena huruf ini merupakan standart internasional yang sudah disepakati bersama
untuk melambangkan sebuah komponen resistor dalam sebuah rangkaian.
B. KARATERISTIK RESISTOR

Karakteristik berbagai macam resistor dipengaruhi oleh bahan yang digunakan.


Resistansi resistor komposisi tidak stabil disebabkan pengaruh suhu, jika suhu naik maka
resistansi turun. Kurang sesuai apabila digunakan dalam rangkaian elektronika tegangan
tinggi dan arus besar. Resistansi sebuah resistor komposisi berbeda antara kenyataan dari
resistansi nominalnya. Jika perbedaan nilai sampai 10 % tentu kurang baik pada rangkaian
yang memerlukan ketepatan tinggi. Resistor variabel resistansinya berubah-ubah sesuai
dengan perubahan dari pengaturannya. Resistor variabel dengan pengatur mekanik,
pengaturan oleh cahaya, pengaturan oleh temperature suhu atau pengaturan lainnya. Jika
perubahan nilai, resistansi potensiometer sebanding dengan kedudukan kontak gesernya
maka potensiometer semacam ini disebut potensiometer linier. Tetapi jika perubahan nilai
resistansinya tidak sebanding dengan kedudukan kontak gesernya disebut potensio
logaritmis.
12
Secara teori sebuah resistor dinyatakan memiliki resistansi murni akan tetapi pada prakteknya
sebuah resistor mempunyai sifat tambahan yaitu sifat induktif dan kapasitif. Pada dasarnya
bernilai rendah resistor cenderung mempunyai sifat induktif dan resistor bernilai tinggi
resistor tersebut mempunyai sifat tambahan kapasitif. Suhu memiliki pengaruh yang cukup
berarti terhadap suatu hambatan. Didalam penghantar ada electron bebas yang jumlahnya
sangat besar sekali, dan sembarang energi panas yang dikenakan padanya akan memiliki
dampak yang sedikit pada jumlah total pembawa bebas. Kenyataannya energi panas hanya
akan meningkatkan intensitas gerakan acak dari partikel yang berada dalam bahan yang
membuatnya semakin sulit bagi aliran electron secara umum pada sembarang satu arah yang
ditentukan. Hasilnya adalah untuk penghantar yang bagus, peningkatan suhu akan
menghasilkan peningkatan harga tahanan. Akibatnya, penghantar memiliki koefisien suhu
positif.

C. Simbol Resistor
Berikut adalah simbol resistor dalam bentukgambar ynag sering digunakan dalam
suatu desain rangkaian elektronika.

Resistor dalam suatu teori dan penulisan formula yang berhubungan dengan resistor
disimbolkan dengan huruf “R”. Kemudian pada desain skema elektronika resistor
tetap disimbolkan dengan huruf “R”, resistor variabel disimbolkan dengan huruf “VR”
dan untuk resistorjenis potensiometer ada yang disimbolkan dengan huruf “VR” dan
“POT”.

13
D. Jenis-Jenis Resistor
Berdasarkan jenis dan bahan yang digunakan untuk membuat resistor dibedakan menjadi
resistor kawat, resistor arang dan resistor oksida logam atau resistor metal film.

1. Resistor Kawat (Wirewound Resistor)

Resistor kawat atau wirewound resistor merupakan resistor yang dibuat dengan bahat kawat
yang dililitkan. Sehingga nilai resistansiresistor ditentukan dari panjangnya kawat yang
dililitkan. Resistor jenis ini pada umumnya dibuat dengan kapasitas daya yang besar.

2. Resistor Arang (Carbon Resistor)

Resistor arang atau resistor karbon merupakan resistor yang dibuat dengan bahan utama
batang arang atau karbon. Resistor karbon ini merupakan resistor yang banyak digunakan dan
banyak diperjual belikan. Dipasaran resistor jenis ini dapat kita jumpai dengan kapasitas daya
1/16 Watt, 1/8 Watt, 1/4 Watt, 1/2 Watt, 1 Watt, 2 Watt dan 3 Watt.

3. Resistor Oksida Logam (Metal Film Resistor)

14
Resistor oksida logam atau lebih dikenal dengan nama resistor metal film merupakan resistor
yang dibuah dengan bahan utama oksida logam yang memiliki karakteristik lebih baik.
Resistor metal film ini dapat ditemui dengan nilai tolerasni 1% dan 2%. Bentuk fisik resistor
metal film ini mirip denganresistor kabon hanya beda warna dan jumlah cicin warna yang
digunakan dalam penilaian resistor tersebut. Sama seperti resistorkarbon, resistor metal film
ini juga diproduksi dalam beberapa kapasitas daya yaitu 1/8 Watt, 1/4 Watt, 1/2 Watt.
Resistor metal film ini banyak digunakan untuk keperluan pengukuran, perangkat industri dan
perangkat militer.

Kemudian berdasarkan nilai resistansinya resistor dibedakan menjadi 2 jenis yaitu resistor
tetap (Fixed Resistor) dan resistor tidak tetap (Variable Resistor)

1. Resistor Tetap(Fixed Resistor)


Merupakan resistor yang mempunyai nilai tetap. Ciri fisik dari
resistor ini adalah bahan pembuat resisttor terdapat ditengah–
tengah dan pada pinggirnya terdapat 2 Conducting Metal,
bisanya kemasan seperti ini disebut dengan Axial. Ukuran fisik
fixed resistor bermacam – macam, tergantung pada daya resistor
yang dimilikinya. Misalnya fixed resistor dengan daya 5 watt pasti
mempunyai bentuk fisik yang jauh lebih besar dibandingkan dengan fixed resistor yang
mempunyai daya ¼ watt. Pada gambar 1 disamping ditunjukkan beberapa contoh bentuk

15
fisik dari fixed resistor. Dari yang paling atas dapat dilihat bentuk fisik dari resistor
dengan daya 1/8, ¼, 1, 2, dan 5 watt.
Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, diciptakanlah
sebuah teknologi baru yang disebut dengan SMT (Surface
Mount Technology). Dengan menggunakan teknologi ini
bentuk dari fixed resistor menjadi lebih kecil lagi, sehingga kita
dapat membuat suatu sistem yang mempunyai ukuran sekecil mungkin. Contoh bentuk
fixed resistor dengan teknologi SMT dapat dilihat pada gambar 2. Ada beberapa macam
kemasan standard yang sudah ditentukan oleh Industri elektronik antara lain:
- 1206 ukuran = 3.0 mm x 1.5 mm, 2 terminal
- 0805 ukuran = 2.0 mm x 1.3 mm, 2 terminal
- 0603 ukuran = 1.5 mm x 0.8 mm, 2 terminal
Selain kemasan axial terdapat pula kemasan lain yang disebut SIP (Single-In-Line).
Didalam kemasan ini terdapat lebih dari 1 resistor yang biasanya disusun pararel dan
mempunyai 1 pusat yang dinamakan common. Untuk contoh dapat dilihat pada gambar
3.

Tipe atau jenis resistor saat ini sangat beragam, tergantung dari pemakain untuk suatu
sistem elektronika yang akan kita rancang. Berikut ini akan dijelaskan sedikit tentang
penggunaan resistor berdasarkan tipe atau jenisnya.
 Precision Wirewound resistor

Merupakan tipe resistor yang mempunyai tingkat keakuratan sangat tinggi sampai
0.005% dan TCR (Temperature coeffisient of resistance) sangat rendah. Sehingga sangat
cocok digunakan untuk aplikasi DC yang membutuhkan keakuratan yang sangat tinggi.
Tetapi jangan menggunakan jenis ini untuk aplikasi rf (radio frequency) sebab
mempunyai Q resonant frequency yang rendah. Contoh aplikasi penggunaan resistor ini

16
adalah DC Measuring equipment, dan reference resistor untuk voltage regulator dan
decoding Network.
 NIST Standard resistor
NIST (National Institute of Standard and Technology) merupakan tipe resistor dengan
tingkat keakuratan paling tinggi yaitu 0.001% , TCR yang
rendah dan sangat stabil dibandingkan dengan Precision
Wirewound Resistor. Komponen ini biasanya digunakan
sebagai standard di dalam verifikasi keakuratan dari suatu alat ukur resistive.
 Power Wirewound resistor
Biasanya resistor ini digunakan untuk aplikasi
yang membutuhkan daya yang yang sangat
besar. Komponen ini dapat mengatasi daya yang
besar dibandingkan dengan resistor yang lain.
Karena panas yang ditimbulkan cukup besar
biasanya resistor ini dilapisi oleh bahan seperti ceramic Tube, Ceramic rods, anodized
aluminum, fiberglass mandels, dll . Gambar disamping merupakan contoh dari Power
Wirewound resistor.
 Fuse Resistor
Komponen ini selain berfungsi sebagai resistor, juga berfungsi sebagai
sekering. Resistor ini didesain sedemikian rupa sehingga bila ada arus
yang sangat besar melalui maka hambatannya menjadi takterhingga.
Pada kondisi normal suhu dari resistor ini akan panas ketika ada arus yang melaluinya.
 Carbon Composition
Ini merupakan salah satu tipe resistor yang banyak
sekali dijual dipasaran. Biasanya untuk nilai
hambatan yang besar, misalnya 1K2, 2K2, 4K7, dll
mudah mencarinya. Tetapi untuk nilai hambatan yang kecil, misalnya 2Ω, 3Ω, dll susah
dicari. Resistor ini memiliki koefisien temperature dengan batas 1000 ppm/°C terhadap
nilai hambatannya, dimana nilai hambatannya akan turun ketika suhunya naik. Selain itu
resistor juga memiliki koefisien tegangan, dimana nilai hambatan akan berubah ketika
diberi tegangan. Semakin besar tegangan maka semakin besar perubahannya. Voltage
Rating dari resistor Carbon Composition ditentukan berdasarkan ukuran fisik, nilai, dan

17
dayanya. Pada saat menggunakan resistor jenis ini diharapkan agar berhati – hati
didalam perancangan, karena dapat menghasilkan noise dimana noise ini tergantung
pada nilai dari resistor dan ukurannya.
 Carbon Film Resistor
Resistor jenis Carbon Film mempunyai karakteristik
yang sama dengan resistor carbon composition tetapi
noise, voltage coeficient, temperature coeficient
nilainya lebih rendah. Carbon Film Resistor dibuat
dengan memotong batangan keramik yang panjang dan kemudian dicampur dengan
material karbon. Frekuensi respon dari resistor ini jauh lebih bagus dibandingkan dengan
wirewound dan lebih bagus lagi dibandingkan dengan carbon composition. Dimana
wirewound akan menjadi suatu induktansi ketika frekuensinya rendah dan akan menjadi
kapasitansi apabila frekuensinya tinggi. Dan untuk carbon composition hanya menjadi
kapasitansi apabila dilalui oleh frekuensi tinggi dan frekuensi rendah.
 Metal Film Resistor
Metal Film resistor merupakan pilihan terbaik dari jenis resistor
Carbon composition dan carbon film . Karena resistor ini lebih
akurat, tidak mempunyai voltage coefisient, noise dan
temperature coefisient yang lebih rendah. Tetapi resistor ini tidak sebagus jenis resistor
Precision wirewound. Bahan dasar pembuat dari resistor ini adalah metal dan keramik,
bahan ini mirip seperti yang digunakan untuk membentuk carbon film resistor.
 Foil Resistor
Resistor ini mempunyai karakteristik yang sama dengan jenis
metal film. Kelebihan utama dibandingkan dengan metal film
adalah tingkat kestabilannya yang lebih tinggi, TCR paling kecil,
dan frek respon tinggi. Selain kelebihan terdapat pula kelemahan
yaitu nilai maksimum dari resistor ini lebih kecil dari nilai resistor metal film. Resistor ini
biasanya dipakai di dalam strain gauge, nilai strain dapat diukur berdasarkan perubahan
nilai resistansinya. Ketika digunakan sebagai strain gauge, foil-nya dipasangkan di suatu
substrate fleksibel sehingga dapat dipasang didaerah tempat pengukuran strain
dilakukan.
 Power Film Resistor

18
Material yang digunakan untuk membuat resistor ini
sama dengan jenis metal film dan carbon film. Tetapi
karakteristik dayanya lebih tinggi. Power film
resistor mempunyai nilai yang lebih tinggi dan
respon frekuensi yang lebih baik dibandingkan Power wirewound resistor. Resistor ini
banyak digunakan untuk aplikasi power karena membutuhkan frekuensi respon yang
baik, daya yang tinggi dan nilai yang lebih besar daripada power wirewound resistor.
Biasanya komponen ini memiliki toleransi yang cukup lebar.

2. Resistor Tidak Tetap (Variable Resistor)


Resistor tidak tetap adalah resistor yang mempunyai nilai resistansi yang dapat diubah2
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Perubahannya dapat dilkaukan dengan cara
memutar atau menggeser pengaturnya yang memang sudah disediakan, namun ada pula nilai
perubahan resistansinya akan dipengaruhi oleh keadaan disekitarnya misalnya suhu,
cahanya, suara, dll, sehingga dapat dijadikan sebagai sakelar otomatis.

 Potensiometer
Potensiometer merupakan komponen pembagi tegangan yang nilai
resistansinya dapat disetel sesuai dengan keinginan dengan cara
memutar tungkai pengaturnya. Nilai resistansinya sendiri tertera pada
bodi yang dituliskan dalam bentuk angka, sehingga akan memudahkan
untuk mengetahui berapa besar nilainya tersebut. Penggunaan
potensiometer biasanya adalah untuk pengaturan suara (tone
control) Bass, Treable, Volume, dan lain-lain. beberapa jenis potensiometer :
 Potensiometer liniar
Potensiometer linier mempunyap unsur resistif dengan
penampang konstan, menghasilkan peranti dengan
resistansi antara penyapu dengan salah satu terminal
proporsional dengan jarak antara keduanya..
Potensiometer linier digunakan jika relasi proporsional diinginkan antara putaran sumbu
dengan rasio pembagian dari potensiometer, misalnya pengendali yang digunakan untuk
menyetel titik pusat layar osiloskop.

19
 Potensiometer logaritmik
Potensiometer logaritmik mempunyai unsur resistif
yang semakin menyempit atau dibuat dari bahan yang
memiliki resistivitas bervariasi. Ini memberikan
peranti yang resistansinya merupakan fungsi
logaritmik terhadap sudut poros potensiometer.
Sebagian besar potensiometer log (terutama yang
murah) sebenarnya tidak benar-benar logaritmik, tetapi menggunakan dua jalur resistif
linier untuk meniru hukum logaritma. Potensiometer log juga dapat dibuat dengan
menggunakan potensiometer linier dan resistor eksternal. Potensiometer yang benar-
benar logaritmik relatif sangat mahal. Potensiometer logaritmik sering digunakan pada
peranti audio, terutama sebagai pengendali volume.
 Rheostat
Cara paling umum untuk mengubah-ubah resistansi dalam
sebuah sirkuit adalah dengan menggunakan resistor tidak tetap
atau rheostat. Sebuah rheostat adalah resistor tidak tetap dua
terminal dan seringkali didesain untuk menangani arus dan
tegangan yang tinggi. Biasanya rheostat dibuat dari kawat resistif yang dililitkan untuk
membentuk koil toroid dengan penyapu yang bergerak pada bagian atas toroid,
menyentuh koil dari satu lilitan ke lilitan selanjutnya. Potensiometer tiga terminal dapat
digunakan sebagai resistor tidak tetap dua terminal dengan tidak menggunakan terminal
ketiga. Seringkali terminal ketiga yang tidak digunakan disambungkan dengan terminal
penyapu untuk mengurangi fluktuasi resistansi yang disebabkan oleh kotoran.
 Potensiometer digital
Potensiometer digital adalah sebuah komponen
elektronik yang meniru fungsi dari potensiometer
analog untuk diterapkan pada isyarat digital.

 Trimpot

20
Trimpot adalah kependekan dari tripotensiometer, bentuk
fisiknya kecil dan memiliki nilai tahanan yang dapat di
rubah-rubah namun dengan menggunakan alat bantu
berupa obeng kecil, karena untuk merubah nilai
resistansinya tidak bisa menggunakan tangan. Sebagai
tahanan bahan resistansinya adalah menggunakan bahan
karbon atau arang.

 NTC dan PTC

NTC adalah singkatan dari Negative Temperature Coeficient. Sifat


komponen ini resistif dimana nilai resistansinya akan menurun apabila
temperatur disekelilingnya naik. Sedangkan PTC adalah singkatan
dari Positive Temperature Coeficient, yang nilai resistansinya akan
bertambah besar apabila termperatur disekelilingnya turun.. Komponen NTC dan PTC
biasanya digunakan sebagai sensor dalam peralatan pengukur panas atau disebut juga
termistor. Selain itu juga bisa digunakan sebagai sakelar otomatis yang cara kerjanya akan
ditentukan oleh suhu disekitarnya.

 LDR
LDR adalah singkatan dari Light Dependent Resistor,
yaitu sebuah resistor yang nilai resistansinya akan
berubah-ubah sesuai dengan cahaya yang diterimanya.
Biasanya LDR digunakan untuk rangkain-rangkaian
sakelar otomatis tertentu seperti lampu taman, lampu
jalan, dll, dimana LDR akan bekerja secra otomatis sesuai dengan tingkat cahaya yang ada
didepannya.
 VDR

21
VDR adalah singkatan dari Voltage Dependent Resistor, yaitu
sebuah resistor tidak tetap yang nilai resistansinya akan berubah
tergantung dari tegangan yang diterimanya. Sifat dari VDR adalah
semakin besar tegangan yang diterima, maka nilai tahanannya
akan semakin mengecil, sehingga arus yang melaluinya akan
semakin besar. Dengan adanya sifat tersebut maka VDR akan
sangat cocok digunakan sebagai stabilizer bagi komponen transistor.
E. Fungsi Resistor
 Berfungsi untuk menahan sebagian arus listrik agar sesuai dengan kebutuhan
suatu rangkaian elektronika.
 Berfungsi untuk menurunkan tegangan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
rangkaian elektronika.
 Berfungsi untuk membagi tegangan.
 Berfungsi untuk membangkitkan frekuensi tinggi dan frekuensi rendah dengan
bantuan transistor daan kondensator (kapasitor).

F. Menghitung Nilai Resistor

Nilai resistor dapat diketahui dengan kode warna dan kode huruf pada resistor. Resistor
dengan nilai resistansi ditentukan dengan kode warna dapat ditemukan pada resistor
tetap dengan kapasitas daya rendah, sedangkan nilai resistor yang ditentukan dengan
kode huruf dapat ditemui pada resistor tetap daaya besar dan resistor variable.

Kode Warna Resistor

Cincin warna yang terdapat pada resistor terdiri dari 4 ring 5 dan 6 ring warna. Dari cincin
warna yang terdapat dari suatu resistor tersebut memiliki arti dan nilai dimana nilai resistansi
resistor dengan kode warna yaitu :

22
1. Resistor dengan 4 cincin kode warna

Maka cincin ke 1 dan ke 2 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke 3 merupakan
faktor pengali kemudian cincin kode warnake 4 menunjukan nilai toleransi resistor.

2. Resistor dengan 5 cincin kode warna

Maka cincin ke 1, ke 2 dan ke 3 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke 4 merupakan
faktor pengali kemudian cincin kode warna ke 5 menunjukan nilai toleransi resistor.

3. Resistor dengan 6 cincin warna

Resistor dengan 6 cicin warna pada prinsipnya sama dengan resistor dengan 5 cincin warna
dalam menentukan nilai resistansinya. Cincin ke 6 menentukan koefisien temperatur yaitu
temperatur maksimum yang diijinkan untuk resistor tersebut.

23
GAMBAR RESISTOR KETERANGAN
Resistor 4 Warna
Warna (1) dan (2) = Angka Digit
Warna (3) = Multiplier
Warna (4) = Nilai Toleransi

Resistor 5 Warna
Warna (1) (2) (3) = Angka Digit
Warna (4) = Multiplier
Warna (5) = Nilai Toleransi
Resistor 6 Warna
Warna (1) (2) (3) = Angka Digit
Warna (4) = Multiplier
Warna (5) = Nilai Toleransi
Warna (6) = Koefisien Suhu

Kode Huruf Resistor

Resistor dengan kode huruf dapat kita baca nilai resistansinya dengan mudah karenanilia
resistansi dituliskan secara langsung. Pada umumnya resistor yang dituliskan dengan kode
huruf memiliki urutan penulisan kapasitas daya, nilai resistansi dan toleransi resistor. Kode
huruf digunakan untuk penulisan nilai resistansi dan toleransi resistor.

24
Kode Huruf Untuk Nilai Resistansi :

 R, berarti x1 (Ohm)
 K, berarti x1000 (KOhm)
 M, berarti x 1000000 (MOhm)

Kode Huruf Untuk Nilai Toleransi :

 F, untuk toleransi 1%
 G, untuk toleransi 2%
 J, untuk toleransi 5%
 K, untuk toleransi 10%
 M, untuk toleransi 20%

Dalam menentukan suatu resistor dalam suatu rangkaian elektronika yang harus diingat
selain menentukan nilai resistansinya adalah menentukankan kapasitas daya dan
toleransinya. Hal ini berkaitan dengan harga jual resistor dipasaran dan luas area yang
dibutuhkan dalam meletakan resistor pada rangkaian elektronika

Cara Menghitung Nilai Resistor Berdasarkan Kode Angka :

Perlu diketahui bahwa menghitung komponen Chip lebih mudah daripada Komponen Axial
karena tidak memakai kode warna. Untuk Komponen Chip kode yang digunakan adalah
angka jadi lebih mudah dipahami.

25
Contoh :
Kode Angka yang tertulis di badan Komponen Chip Resistor adalah 4 7 3;
Cara pembacaannya adalah :
Masukkan Angka ke-1 langsung = 4
Masukkan Angka ke-2 langsung = 7
Masukkan Jumlah nol dari Angka ke 3 = 000 (3 nol) atau kalikan dengan 10³
Maka nilainya adalah 47.000 Ohm atau 47 kilo Ohm (47 kOhm)
Contoh perhitungan lainnya :
222 → 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm
103 → 10 * 10³ = 10.000 Ohm atau 10 Kilo Ohm
334 → 33 * 104 = 330.000 Ohm atau 330 Kilo Ohm

Ada juga yang memakai kode angka seperti dibawah ini :


(Tulisan R menandakan letaknya koma decimal)
4R7 = 4,7 Ohm
0R22 = 0,22 Ohm

Keterangan :
Ohm = O
Kilo Ohm = KO
Mega Ohm = MO
1.000 Ohm = 1 kilo Ohm (1 KO )
1.000.000 Ohm = 1 Mega Ohm (1 MO)
1.000 kilo Ohm = 1 Mega Ohm (1 MO)

RANGKAIAN SERI DAN PARALEL PADA RESISTOR

RANGKAIAN SERI
Yang dimaksud dengan rangkaian seri adalah apabila beberapa resistor dihubungkan
secara berturut-turut, yaitu ujung akhir dari resistor pertama disambung dengan ujung
awal dari resistor kedua, dan seterusnya. Jika ujung awal dari resistor pertam dan ujung
akhir resistor terakhir diberika tegangan, maka arus akan mengalir berturut-turut melalui
semua resistor yang besarnya sama.
Gambar rangkaian:

26
ER1 ER2 ER3
I

Hubungan pada rangkaian seri :


 Besar tahanan totalnya adalah
RT = R1 + R2 + R3 + ……Rn

 Besar arus listriknya adalah


I = IR1 = IR2 = IR3 ….= In

I= RT

 Besar tegangan listriknya adalah


ER1 = I . R1

ER2 = I . R2

ER3 = I . R3

ERn = I . Rn

ET = ER1 + ER2 + ER3

RANGKAIAN PARALEL

Yang dimkasud rangkaian pararel jika beberapa resistor secara bersama dihubungkan
antara dua titik yang dihubungkan antara tegangan yang sama. Dalam praktek rangkaian
paralel, semua alat listrik yang ada dirumah dihubungkan secara paralel (lampu, setrika,
pompa air, dll).

27
RANGKAIAN SERI-PARALEL

Yang di maksud dengan rangkaian seri-paralel adalah gabungan dari rangkaian seri dan
rangkaian paralel. Oleh karena itu, rangkaian seri-paralel biasa disebut rangkaian
campuran.

Gambar rangkaian:

IR2

IR3

I ER1 ER 2,3 ER3

 Besar tahanan totalnya adalah


Pertama-tama kita cari dahulu tahanan paralel R2 dan R3

1 1
R 2,3 = 𝑅2 + 𝑅3

Setelah kita hitung tahanan seri R 2,3, gmbar rangkaian diatas menjadi seperti
dibawah ini.

28
Maka tahanan totalnya adalah

RT = R1 + R 2,3 + R4

 Besar arus listriknya adalah

𝐸
IT = 𝑅𝑇

Untuk arus pada cabang R2 Dan R3 adalah

𝐸 𝐸
IR2 = 𝑅2 IR3 = 𝑅3

 Besar tegangan listriknya adalah


ER1 = I . R1

ER 2 = ER3 = I . R Paralel 2,3

ER4 = I . R4

Dimana besar tegangan total adalah jumlah tegangan tiap-tiap tahanan.

E = ER1 + ER 2,3 + ER4

29
DAFTAR PUSTAKA

Fidianti, Novia. 2018. “Makalah Resistor”. (online).


https://www.academia.edu/6257997/MAKALAH_RESISTOR. (diakses pada tanggal 8
Februari 2019).
Ganesha, Dimas. 2018. “Avometer”. (online).
https://www.academia.edu/10896740/Avometer. (diakses pada tanggal 7 Februari 2018).
Giancoli, Douglas, C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Halliday, Resnick. 1991. Fisika Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Tiper, Paur A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga

30

Anda mungkin juga menyukai