Anda di halaman 1dari 4

A.

PENDAHULUAN
Fisika kuantum merupakan paradigma sains revolusioner yang tidak terlepas
dari teori-teori atom periode sebelumnya. Fisika kuantum merupakan cabang dari
fisika dasar yang mempelajari perilaku materi dan energi pada skala atomik dan
partikel-partikel subatomik atau gelombang sebagai bentuk revolusi dari fisika
klasik. Dasar teori mekanika kuantum adalah energi yang tidak kontinyu. Hal ini
bertentangan dengan fisika klasik yang berasumsi bahwa energi itu
berkesinambungan. Pengembangan mekanika kuantum dimulai abad 20, dimana
perumusan-perumusan mekanika klasik tidak mampu menjelaskan gejala-gejala
fisika yang bersifat mikroskopis dan bergerak dengan kecepatan yang mendekati
kecepatan cahaya. Oleh karena itu, diperlukan cara pandang yang berbeda
dengan sebelumnya dalam menjelaskan gejala fisika tersebut. Fisika kuantum
diawali oleh hipotesa Planck yang menyatakan bahwa besaran energi suatu benda
yang beosilasi (osilator) tidak lagi bersifat kontinu, namun bersifat diskrit
(kuanta), sehingga muncullah istilah mekanika kuantum dan ditemukannya
konsep dualisme partikel-gelombang yang dipostulatkan oleh Louis De Broglie
sebagai bentuk perbaikan dari kelemahan teori atom Niels Henrik David Bohr,
kemudian dilanjutkan dengan persamaan Heissenbergh dan asas ketidakpastian
Heissenbergh, serta persamaan Schrodinger. Perkembangan teori atom
menunjukkan adanya perubahan konsep susunan atom dan difraksi elektron.

B. ANALISIS IPK BERDASARKAN KD


1. KD
3.8 Menganalisis secara kualitatif gejala kuantum yang mencakup sifat
radiasi benda hitam, efek fotolistrik, efek Compton, dan sinar X dalam
kehidupan sehari-hari
4.8 Menyajikan laporan tertulis dari berbagai sumber tentang penerapan efek
fotolistrik, efek Compton, dan sinar X dalam kehidupan sehari-hari
2. IPK

C. ANALISIS MATERI BERDASARKAN IPK


IPK 3.8.1 dan 3.8.2
Radiasi Benda Hitam
Energi yang dipancarkan oleh suatu benda tidak tergantung pada jenis
bendanya. Akan tetapi tergantung pada suhu benda itu dan sifat permukaan
benda. Benda yang mudah menyerap panas sekaligus merupakan benda yang
memancarkan panas dengan baik. Makin tinggi suhu benda semakin besar energi
yang dipancarkan.
Ekperimen tentang radiasi kalor benda pertama kali dilakukan oleh Joseph
Stefan dan Ludwig Boltzmann, diperoleh kesimpulan yang dinyatakan dalam
rumus :

dengan:
W = intensitas radiasi kalor yang dipancarkan benda tiap detiknya (watt)
e = emisivitas benda
σ = kontante Stefans – Boltzmann (5,670 x 10-8 Wm-2K-4)
A = luas permukaan benda (m2)
T = suhu benda (K)
Persamaan diatas disebut dengan Hukum Stefan –Boltzmann. Emisivitas
adalah konstanta yang besarnya tergantung pada sifat permukaan benda yang
mempunyai nilai antara 0 hingga 1. Untuk benda yang mempunyai emisivitas 1
dinamakan benda hitam, yaitu suatu benda yang mempunyai sifat menyerap
semua kalor.

IPK 3.8.3
Hukum Pergeseran Wien
Sebuah benda hitam dipanaskan, maka benda itu suhunya akan naik dan
warnanya akan berubah dari merah tua bergeser ke arah sinar putih. Pergeseran
warna benda tersebut menunjukkan bahwa pancaran energi radiasi semakin
tinggi suhunya semakin besar frekuensi gelombang elektromagnetik yang
dipancarkan benda tersebut dan semakin lengkap gelombang elektromagnetik
yang dipancarkan. Spektrum radiasi benda hitam (lihat Gambar) merupakan
gambaran dari gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh benda hitam.
Seorang fisikawan dari bangsa Jerman, berhasil menemukan suatu hubungan
empiris sederhana bahwa radiasi benda hitam selalu terdapat panjang gelombang
yang membawa energi paling besar (intensitas maksimum), dan panjang
gelombang yang membawa intensitas paling besar(maksimum) selalu bergeser
terus ke arah panjang gelombang lebih kecil ketika suhu benda tersebut
bertambah. Pernyataan ini dikenal dengan hokum pergeseran Wien yang
dirumuskan:

Dengan
λmax = panjang gelombang yang membawa energi maksimum
T = suhu benda (K)
C = konstanta Wien = 2,898×10-3mK

Anda mungkin juga menyukai