Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam fisika modern radiasi benda hitam, efek fotolistrik dan hamburan Compton
merupakan salah satu pokok bahasan yang mempunyai kedudukan istimewa karena
interpretasi mekanisme terjadinya peristiwa ini telah mengantarkan fisika pada tahapan
baru yang melahirkan fisika kuantum. Efek fotolistrik adalah pengeluaran elektron dari
suatu permukaan (biasanya logam) ketika dikenai, dan menyerap, radiasi elektromagnetik
(seperti cahaya tampak dan radiasi ultra ungu) yang berada di atas frekuensi ambang
tergantung pada jenis permukaan.
Efek fotolistrik membutuhkan foton dengan energi dari beberapa electronvolts
sampailebih dari 1 MeV unsur yang nomor atomnya tinggi. Studi efek fotolistrik
menyebabkan langkah-langkah penting dalam memahami sifat kuantum cahaya, elektron
dan mempengaruhi pembentukan konsep Dualitas gelombang-partikel. Hamburan
Compton adalah suatu efek yang merupakan bagian interaksi sebuah penyinaran terhadap
suatu materi. Efek Compton adalah salah satu dari tiga proses yang melemahkan energi
suatu sinar ionisasi.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :
1. Apa itu radiasi Benda Hitam?
2. Apa itu efek fotolistrik?
3. Apa itu efek compton?
4. Apa itu sinae X ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, pembahasan materi dari makalah ini bertujuan
untuk :
1. Mengetahui radiasi Benda Hitam.
2. Mengetahui efek fotolistrik.
3. Mengetahui efek compton.
4. Mengetahui sinae X.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. RADIASI BENDA HITAM


Telah kita ketahui kalor merambat dengan 3 cara yaitu : konduksi, konveksi dan
radiasi. Energi matahari sampai di bumi dengan cara radiasi gelombang elektromagnetik.
Demikian juga jika kita dekat dengan api (1 benda yang lebih panas ) maka maka tubuh
kita terasa hangat,ataupun disekitar pembakar alkohol suhu udara disekitarnya akan lebih
tinggi. Radiasi ini dinamakan radiasi termal Berdasarkan eksperimen laju kalor radiasi
termal suatu benda dipengaruhi oleh :
1. Suhu benda : semakin tinggi suhu suatu benda semakin besar laju radiasi kalor
2. Sifat permukaan benda : semakin kasar suatu benda semakin banyak
memancarkan radiasi dibandingkan permukaan halus
3. Luas permukaan benda : Permukaaan yang luas akan lebih banyak memancarkan
radiasi.
4. Jenis material : untuk jenis benda yang berbeda logam misalnya mempunyai laju
radiasi kalor yang berbeda. Dari faktor-faktor hasil eksperimen diatas Stefan-
Boltzman melakukan pengukuran besarnya daya total yang dipancarkan oleh
benda.

Radiasi thermal adalah radiasi yang dipancarkan oleh suatu benda sebagai akibat dari
suhunya. Benda baru bisa terlihat sebagai akibat dari radiasi thermal jika memiliki suhu
1000 K, dimana pada suhu ini benda mulai berpijar merah (contoh: kumparan pemanas
kompor listrik) ; pada suhu lebih dari 2000 K benda akan berpijar kuning atau keputih-
putihan (contoh: lamen lampu pijar). Demikian seterusnya, jika suhu ditingkatkan lebih
lanjut maka akan menimbulkan pijar warna yang berbeda pula.Pada akhir 1800an para
ahli fisika melakukan pengukuran berbagai frekuensi intensitas cahaya yang dihasilkan
oleh radiasi benda hitam pada kondisi temperatur tetap (5000 K). Dan dari percobaan
tersebut diperoleh data yang jauh berbeda dari benda hitam yang seharusnya (ideal). Pada
kurva ideal ditunjukkan bahwa, ketika temperatur dinaikkan rapatan energi semakin
bertambah pada daerah VIS (cahaya tampak) dan puncak semakin bergeser ke arah
panjang gelombang yang lebih kecil, hal ini berarti bahwa radiasi benda hitam bersifat
kontinyu. Sedangkan pada hasil percobaan terlihat, kurva radiasi yang ada tidak
menunjukkan adanya pergeseran panjang gelombang ke arah daerah VIS.

Benda hitam merupakan benda yang sangat ideal. Emisivitas (daya pancar) yang
dimiliki benda hitam sebesar (e) = 1,0. Untuk tingkatan laboratorium (percobaan), benda
hitam digambarkan 2 sebagai suatu rongga (lubang ) kecil hitam. Dimana prinsip
kerjannya yaitu ketika suatu berkas cahaya memsuki rongga tersebut, berkas cahaya akan
dipantulkun berkali-kali tanpa pernah keluar dari rongga tersebut. Untuk setiap
pemantulan yang terjadi, berkas cahaya tersebut akan diserap oleh dinding-dinding
berwarna hitam jika suhunya lebih lebih rendah dari sekitarnya, sebaliknya berkas cahaya
akan dipancarkan jika suhunya lebih tinggi dibandingkan sekitarnya. Emisivitas yang

2
dimiliki 0,99 karena jika emisivitasnya lebih rendah dari nilai tersebut, tidak lagi dapat
disebut sebagai benda hitam, melainkan benda abu-abu.

Apabila kita telusuri lebih lanjut, panas matahari sampai ke bumi merupakan
penjalaran gelombang elektromagnetik. Seperti penjelasan sebelumnya perpindahan kalor
seperti ini disebut radiasi, yang dapat berlangsung dalam ruang hampa. Radiasi yang
dipancarkan oleh sebuah benda sebagai akibat suhunya disebut radiasi panas (thermal
radiation). Setiap benda secara kontinu memancarkan radiasi panas dalam bentuk
gelombang elektromagnetik. Nilai emisivitasnya: e = 1. Penyerap radiasi yang baik juga
merupakan pemancar radiasi yang baik pula. Radiasi yang dihasilkan oleh benda hitam
sempurna disebut radiasi benda hitam.

Benda hitam adalah benda dimana radiasi yang jatuh akan diserap
seluruhnya,pengertian benda hitam sempurna dapat dianalogikan dengan suatu lubang
kecil pada sebuah dinding berongga : Seberkas sinar masuk pada lubang sebuah dinding
berongga sinar ini dipantulkan berkali-kali oleh dinding rongga dan setiap kali
dipantulkan intensitasnya berkurang karena sebagian sinar diserap oleh dinding sampai
suatu saat energinya menjadi kecil hampir mendekati nol. Jadi dapat dikatakan sinar yang
mengenai lubang tidak keluar lagi itulah sebabnya lubang itu dinamakan benda
hitam.Sebaliknya pada waktu benda berongga tersebut dipanaskan misalnya pada suhu T
maka melalui lubang akan dipancarkan radiasi .

Setiap benda memancarkan radiasi panas, tetapi umumnya benda terlihat karena
benda itu memantulkan cahaya yang datang padanya, dan bukan karena ia memancarkan
radiasi panas. Benda baru terlihat karena meradiasikan panas jika suhunya melebihi 1000
K. Pada suhu ini benda mulai berpijar merah seperti kumparan pemanas sebuah kompor
listrik. Pada suhu diatas 2000 K benda berpijar kuning atau keputih-putihan, seperti besi
berpijar putih atau pijar putih dari filament lampu pijar. Begita suhu benda terus
ditingkatkan, intensitas relatif dari spektrum cahaya yang dipancarkanya berubah.

Hukum-Hukum yang Bersangkutan dengan Radiasi Benda Hitam yaitu sebagai


berikut :

1. Hukum Stefan-Boltzmann
Istilah benda hitam diperkenalkan oleh Gustav Robert Kirchoff pada tahun 1862
ketika mengamati adanya cahaya yang terpancar dari benda yang berwarna hitam.
Menurut fisika klasik, walaupun secara teori benda hitam menyerap semua
radiasi, namun juga harus memancarkan seluruh panjang gelombang energi yang
mungkin karena hanya dari sinilah energi benda tersebut dapat diukur. Dari hukum II
Termodinamika. Kirchoff menunjukkan besar radiasi benda hitam sebagai radiasi
termal dari benda yang tidak bersuhu nol kelvin akan memancarkan energi dalam
bentuk elektromagnet, ia mengatakan bahwa emisivitas pada suatu benda sama
dengan absorbsivitasnya. Absorbsivitas permukaan adalah perbandingan antara
cahaya diserap dan cahaya yang datang dari permukaan itu. Radiasi termal adalah

3
radiasi elektromagnet yang dipancarkan sebuah benda sebagai akibat suhu benda itu
sendiri.
Walaupun suhu benda sama, benda akan tetap memancarkan gelombang
elektromagnetik dengan berbagai macam gelombang. Total radiasi meningkat secara
tajam dari pada peningkatan suhu benda. Secara matematis besar radiasi yang
memancar dari sebuah benda sebanding dengan pangkat empat dari suhunya.
Pernyataan ini dapat kita jelaskan dengan Hukum Stefan-Boltzman yang berguna
untuk menghitung total radiasi benda secara umum.
Secara matematis Hukum Stefan-Boltzmann ditulis dengan persamaan
I = e σ T4
Dengan I menyatakan intensitas radiasi pada permukaan benda hitam pada
semua frekuensi, T adalah suhu mutlak benda, dan σ adalah tetapan Stefan-Boltzman
yang bernilai 5,67 x 10-8 W/m2K4. Untuk kasus benda panas yang bukan benda hitam,
akan memenuhi hukum yang sama, hanya ditambahkan koefisien emisivitas yang
lebih kecil dari pada 1, sehingga :
I total = e.σ.T 4
Intensitas merupakan daya per satuan luas, maka persamaan diatas dapat ditulis
sebagai:

dengan:

P = daya radiasi (W)


Q = energi kalor (J)
A = luas permukaan benda (m2)
e = koefisien emisivitas
T = suhu mutlak (K)

2. Hukum Pergeseran Wien


Jika benda padat dipanaskan sampai suhu yang sangat tinggi, benda akan tampak
memijar dan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan berada pada spektrum
cahaya tampak. Jika benda terus dipanaskan, intensitas relatif dari spektrum cahaya
yang dipancarkan berubah-ubah. Gejala pergeseran nilai panjang gelombang
maksimum dengan berkurangnya suhu disebut Pergeseran Wien.
Bila suhu benda terus ditingkatkan, intensitas relatif dari spektrum cahaya yang
dipancarkan berubah. Ini menyebabkan pergeseran dalam warna-warna spectrum

4
yang diamati, yang dapat digunakan untuk menaksir suhu suatu benda yang
digambarkan pada grafik berikut.

Pada gambar diatas menunjukkan hubungan antara benda dan panjang


gelombang yang dipancarkannya, pada spektrum cahaya tampak warna merah
mempunyai frekuensi terendah, sedangkan cahaya ungu mempunyai frekuensi
tertinggi.
Perubahan warna pada benda menunjukkan perubahan intensitas radiasi benda.
Jika suhu benda berubah, maka intensitas benda akan berubah atau terjadi pergeseran.
Pergeseran ini digunakan untuk memperkirakan suhu suatu benda. Untuk lebih jelas
melihat pergeseran intensitas benda kita menyebutnya Pergeseran Wien terhadap
panjang gelombang benda.
Dari hasil penelitiannya, Wien mendapatkan kesimpulan bahwa Jika suhu suatu
benda yang memancarkan cahaya semakin tinggi maka panjang gelombang untuk
intensitas maksimum semakin kecil.
Pergeseran Wien dirumuskan sebagai berikut :

λm = panjang gelombang dengan intensitas maksimum (m)


T = suhu mutlak benda hitam (K)
C = tetapan pergeseran Wien = 2,90 x 10-3 m K

Melalui persamaan yang dikembangkan Wien mampu menjelaskan distribusi


intensitas untuk panjang gelombang pendek, namun gagal untuk menjelaskan
panjang gelombang panjang. Hal itu menunjukkan bahwa radiasi elektromagnetik
tidak dapat dianggap sederhana seperti proses termodinamika.

3. Teori Planck
Pada tahun 1900 Max Planck mengumumkan bahwa dengan membuat suatu
modifikasi khusus dalam perhitungan klasik, dia dapat menjabarkan fungsi I(λT)
yang sesuai dengan hasil eksperimen.
Planck mencari teori itu seperti itu dalam sebuah model proses atom suara
terperinci yang terjadi pada dinding – dinding rongga. Dia menganggap bahwa atom-
atom yang membentuk dinding-dinding tersebut berperilaku seperti osilator-osilator
elektromagnetik yang kecil dan masing – masing mempunyai suatu frekuensi
karateristik osilasi tertentu. Osilator – osilator tersebut memancarkan energi

5
elektromagnetik ke dalam rongga dan menyerap energi elektromagnetik dari rongga
tersebut. Proses ini berlangsung hingga radiasi rongga tersebut berada dalam
kesetimbangan.
Planck sampai pada dua kesimpulan untuk membuat dua anggapan radikal (pada
waktu itu) mengenai osilator – osilator atom.

1. Sebuah osilator tidak dapat mempunyai energi, tetapi hanya energi-energi


yang diberikan oleh :

E = n.h.v

Dengan v adalah frekuensi osilator (hertz), h adalah konstanta (sekarang


dinamakan konstanta Planck) yang nilainya 6,626 x 1034 joule.sekon, dan n
adalah sebuah bilangan (sekarang dinamakan bilangan kuantum = quantum
number). Energi tersebut hanya mengambil nilai – nilai bulat. Persamaan
tersebut menyatakan bahwa energi osilator adalah terkuantisasi.

2. Osilator – osilator tidak meradiasikan energi secara kontinu, tetapi hanya


dalam “loncatan-loncatan” atau kuanta (quanta). Kuanta energi dipancarkan
bila sebuah osilator berubah dari suatu keadaan energi terkuantisasi ke suatu
keadaan energi terkuantisasi yang lain. Jadi, jika n berubah sebanyak satu
satuan (unit), maka persamaan sebelumnya memperlihatkan bahwa suatu
jumlah energi yang diberikan :

∆𝐸 = ∆𝑛ℎ𝑣 = ℎ𝑣

Diradiasikan oleh osilator tersebut. Selama sebuah osilator tetap berada dalam
salah satu keadaan terkuantisasi (lazim dinamakan keadaan stasioner), maka
osilator tersebut tidak memancarkan dan juga menyerap energi.

4. Hukum Rayleigh – Jeans


Teori ini dikemukakan oleh Lord Rayleigh dan Sir James Jeans, menurut teori ini
muatan – muatan di sekitar dinding benda berongga dihubungkan oleh semacam
pegas. Ketika suhu benda dinaikkan, pada muatan timbul energi kinetik sehingga
muatan bergetar. Akibat getaran tersebut, kecepatan muatan berubah – ubah, atau
dengan kata lain setiap saat muatan selalu mendapatkan percepatan. Muatan yang
dipercepat inilah yang yang menimbulkan radiasi.
Melalui penelitian yang dibuatnya, Rayleigh dan Jeans berhasil menurunkan
rumus distribusi intensitas, yang digambarkan grafiknya maka model yang diusulkan
oleh Rayleigh dan Jeans berhasil menerangkan spektrum radiasi benda hitam pada
panjang gelombang yang besar, namun gagal untuk panjang gelombang yang kecil.

B. EFEK FOTOLISTRIK DAN PENERAPANNYA

Untuk mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik sering dikenal dengan
sel surya. Sel surya sebenarnya memanfaatkan konsep efek fotolistrik. Efek ini akan
muncul ketika cahaya tampak atau radiasi UV jatuh ke permukaan benda tersebut.

6
Cahaya tersebut medorong electron keluar dari benda tersebut yang jumlahnya dapat
diukur dengan meteran listrik. Konsep sederhana ini tidak ditemukan kemudian
dimanfaatkan begitu saja, namun terdapat serangkaian proses yang diwarnai dengan
perdebatan para ilmuan hingga ditemukanlah definisi cahaya yang mewakili pemikiran
para ilmuan tersebut, yakni cahaya dapat berperilaku sebagai gelombang dapat pula
sebagai partikel. Kedua sifat dari cahaya ini disebut dualisme gelombang cahaya.

Meskipun sifat gelombang cahaya telah berhasil diaplikasikan sekitar akhir abad ke -
19, ada beberapa percobaan dengan cahaya dan listrik yang sulit diterangkan dengan sifat
gelombang cahaya. Pada tahun 1888 Hallwachs mengamati bahwa suatu keping itu mula
– mula positif, maka tidak terjadi kehilangan muatan. Diamatinya, pula bahwa suatu
keeping yang netral akan memperoleh muatan positif apabila disinari. Maka cahaya
matahari mendesak keluar muatan listrik negatif dari permukaan keping logam yang
netral. Gejala ini disebut sebagai efek fotolisis.

1. Pengertian Efek Fotolistrik


Efek fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya elektron – elektron dari permukaan
logam (disebut elektron foto) ketika logam tersebut disinari dengan cahaya. Istilah
lain untuk efek fotolistrik adalah efek Hertz. Hertz mengamati dan kemudian
menunjukkan bahwa elektrode diterangi dengan sinar ultraviolet lebih mudah
menciptakan bungaapi listrik. Dalam eksperimennya Herts menemukan bahwa laju
pada celah transmiter terjadi bila cahaya ultraviolet diarahkan pada salah satu bola
logamnya. Mereka menemukan bahwa penyebab terjadinya laju adalah terpancarnya
elektron pada frekuensi yang cukup tinggi. Studi efek fotolistrik menyebabkan
langkah langkah penting dalam memahami sifat kuantum cahaya, sifat elektron dan
mempengaruhi pembentukan konsep dualitas gelombang partikel. Fenomena dimana
cahaya mempengaruhi gerakan muatan listrik termasuk efek fotokonduktif
(fotokonduktivitas atau photoresistivity), efek fotovoltaik, dan efek fotoelektrokimia.

2. Sejarah Efek Fotolistrik


Efek fotolistrik pertama kali ditemukan oleh Heinrich Hertz pada tahun 1887. Namun
Hertz gagal menjelaskan sifat – sifat penting yang terjadi pada efek fotolistrik
menggunakan teori cahaya sebagai gelombang atau fisika klasik. Akhirnya pada tahun
1905, Albert Einstein menjelaskan secara teoritis mengenai efek fotolistrik
menggunakan teori Kuantum Planck tentang paket energi. Albert Einstein muda
membuat karya besarnya. Dia melahirkan tiga buah makalah ilmiah yang menjadikan
dirinya ilmuwan paling berpengaruh di abad ke-20. Tahun itu dianggap amnus
mirabilis atau tahun keajaiban Einstein. Beliau dianugerahi hadiah Nobel Fisika pada
tahun1921 dengan salah satu makalahnya adalah tentang efek fotolistrik. Einstein
terkenal dengan teori relativitasnya. Hampir semua orang kenal dengan formula
E=mc², namun hanya sedikit yang mengetahui apa itu efek fotolistrik. Formula ini
mengantarkan Einstein sebagai ilmuwan penerima hadiah Nobel. Pada tahun 1921
panitia hadiah Nobel menuliskan bahwa Einstein dianugerahi penghargaan tertinggi di

7
bidang sains tersebut atas jasanya di bidang fisika teori terutama untuk penemuan
hukum efek fotolistrik.

Sebuah pertanyaan menarik muncul yang mempertanyakan hubungan Max Planck


dengan Albert Einstein. Max Karl Ernst Ludwig Planck (1858-1947) merupakan
tokoh besar di dalamfisika kuantum. Pada tahun 1990 ilmuwan dari Universitas
Berlin, Jerman tersebut mengemukakan hipotesisnya bahwa cahaya dipancarkan oleh
materi dalam bentuk paket – paket energi yang beliau sebut quanta. Beliau
memformulasikan sebagai E=hv. Penemuan Planck itu mengantarkannya untuk
memperoleh hadiah Nobel bidang Fisika pada 1918.

Gagasan ini diperluas oleh Einstein lima tahun setelah itu. Dalam makalah ilmiah
tentang efek fotolistrik, menurut Einstein, cahaya terdiri dari partikel – partikel yang
kemudian disebut sebagai foton. Ketika cahaya ditembakkan ke suatu permukaan
logam, foton – fotonnya akan menumbuk elektron- elektron pada permukaan logam
tersebut sehingga electron itu dapat lepas. Peristiwa lepasnya elektron dari permukaan
logam itu dalam fisika disebut sebagai efek fotolistrik. Maka disimpulkan bahwa
cahaya merupakan salah satu wujud gelombang elektromagnetik.

3. Pengkajian Mendalam tentang Efek Fotolistrik


Pada efek fotolistrik, permukaan sebuah logam disinari dengan seberkas cahaya dan
sejumlah elektron terpancar dari permukaannya. Dalam studi eksperimental terhadap
efek fotolistrik, kita dapat mengukur laju dan energi kinetik elektron yang terpancar
bergantung pada intensitas dan panjang gelombang cahaya. Percobaan efek fotolistik
dilakukan dalam ruang hampa. Hal ini dimaksudkan agar elektron tidak kehilangan
energinya ketika bertumbukan dengan molekul – molekul udara.

Apabila cahaya datang pada permukaan logam katoda K yang bersih, electron akan
dipancarkan. Jika elektron menumbuk anoda A, terdapat arus dalam rangkaian
luarnya. Jumlah elektron yang dipancarkan yang dapat mencapai elektroda dapat
ditingkatkan atau diturunkan dengan membuat anoda postitif atau negatif terhadap
katodanya. Apabila V positif, elektron ditarik ke anoda. Apabila V negatif, elektron
ditolak dari anoda. Hanya elektron dengan energi kinetik ½mv² yang lebih besar dari
eV yang dapat mencapai anoda. Ketika tegangan terus diperbesar maka pembacaan

8
arus pada galvanometer akan menurun ke nol. Tegangan ini dinamakan sebagai
Potensial V0 disebut potensial penghenti. Hal ini disebabkan karena elektron yang
berenergi tinggi tidak dapat melewati potensial penghenti sehingga potensial ini
dihubungkan dengan energi kinetik maksimum, sehingga:

Ekmaks = e.V0

Jika percobaan dilanjutkan dengan frekuensi cahaya yang sama tetapi intensitas
cahayanya diperbesar, ternyata potensial henti (V0) tetap sama dan kuat arusnya
semakin besar. Dilanjutkan dengan percobaan lagi, dengan frekuensi cahaya berubah
tetapi intensitas cahaya tetap, ternyata potensila hentinya (V0) berubah dan kuat
arusnya tetap sama. Secara mikrokopis kedua percobaan tersebut menunjukkan hal –
hal berikut.
1) Jumlah elektron yang keluar bergantung pada intensitas cahaya dan tidak
bergantung pada frekuensi cahaya.
2) Energi kinetik fotoelektron bergantung pada frekuensi cahaya dan tidak
bergantung pada intensitas cahaya.
Kesimpulan yang berkaitan dengan efek fotolistrik ternyata tidak dapat dijelaskan
melalui teori gelombang cahaya (klasik), karena hal – hal berikut.

1) Teori gelombang memprediksi efek fotolistrik terjadi pada setiap frekuensi,


asalkan intensitas cahaya cukup tinggi. Padahal efek fotolistrik tidak dipengaruhi
oleh intensitas cahaya yang dipancarkan.
2) Menurut teori gelombang, semakin tinggi intensitas cahaya maka energi kinetik
semakin tinggi sehingga elektron dapat terlepas dari logam. Namun, energi kinetik
maksimum ternyata tidak bergantung pada intensitas cahaya yang dipancarkan.
3) Teori gelombang tidak mampu menjelaskan tentang meningkatknya energi kinetik
fotoelektron seiring dengan meningkatnya frekuensi cahaya.
4) Menurut teori gelombang, elektron membutuhkan waktu untuk mendapatkan
energi kinetik sehingga mampu terlepas dari logam. Namun, ternyata elektron
mampu lepas dari logam dalam waktu singkat, kurang dari 10-9 sekon, setelah
penyinaran.
Setelah teori gelombang cahaya gagal menjelaskan mengenai teori efek fotolistrik,
barulah muncul teori efek fotolistrik yang dikemukakan oleh Albert Einstein. Teori ini
didasarkan atas gagasana Planck tentang kuantum energi. Einstein menganggap
bahwa kuantum energi bukanlah sifat dari atom – atom dinding rongga radiator,
melainkan merupakan sifat radiasi itu sendiri. Energi radiasi elektromagnetik bukan
diserap dalam bentuk aliran kontinue gelombang, melainkan dalam bentuk kuanta
yang disebut foton. Sehingga sebuah foton adalah satu kuantum energi
elektromagnetik yang diserap atau dipancarkan. Setiap foton memiliki frekuensi f dan
memiliki energi E=hf.

Albert Einstein juga menjelaskan bahwa untuk mengeluarkan elektron dari


permukaan logam dibutuhkan energi ambang (W). Jika radiasi elektromagnetik yang
terdiri atas foton mempunyai energi yang lebih besar dibandingkan energi ambang,

9
maka elektron akan lepas dari permukaan logam. Akibatnya energi kinetik maksimum
dari elekton akan lepas dari permukaan logam. Akibatnya energi kinetik maksimum
dari elektron dapat ditentukan dengan persamaan:

Ekmaks = hf – W

dengan:

Ekmaks = energi kinetik maksimum (J)

hf = energi foton

W = energi ambang/fungsi kerja (J)

Ketika foton hanya mampu melepaskan elektron, berarti Ekmaks = 0. Maka ditemukan
bahwa energi ambang yaitu:

W = hf0

dengan:

W = energi ambang (J)

h = konstanta Planck (6,63 x 10-34 J/s)

f0 = frekuensi minimum (Hz)

c = kecepatan cahaya (3x108 m/s)

λ0 = panjang gelombang minimum (m)

Persamannya menjadi,

Ek = h(f – f0)

dengan:

Ekmaks = energi kinetik maksimum elektron (J)

h = konstanta Planck (6,63 x 10-34 Js)

f = frekuensi cahaya (Hz)

f0 = frekuensi ambang (Hz)

Maka dari persamaan ini, bisa terlihat hubungan antara frekuensi dengan energi
fotoelektron.

10
Percobaan yang lebih teliti dilakukan oleh Milikan pada tahun 1923 dengan
menggunakan sel fotolistrik. Keping katoda dalam tabung ruang hampa dihubungkan
dengan sumber tegangan searah. Kemudian, pada katode dikenai cahaya berfrekuensi
tinggi. Maka akan tampak adanya arus listrik yang mengalir dari katoda menuju
anoda. Setelah katoda disinari berkas cahaya, galvanometer ternyata menyimpang.
Hal ini menunjukkan bahwa ada arus listrik yang mengalir dalam rangkaian.

4. Penerapan Efek Fotolistrik dalam Kehidupan Sehari – hari


Banyak sekali penerapan efek fotolistrik yang dapat kamu jumpai dalam kehidupan
sehari –hari.
1) Mesin Fotokopi
Chester Carlson merupakan sosok yang
pertamakali menemukan mesin fotokopi. Ketika
tombol on dinyalakan dan alas/meja ditutup, maka
akan terlihat pancaran cahaya (dari tabung lampu
eksposure) menuju kertas. Cahaya ini berguna
untuk menyinari dokumen yang diletakkan terbalik
pada permukaan meja atau kaca dan menghadap ke
bagian bawah kaca. Tulisan dan gambar yang
terdapat pada dokumen akan dipantulkan melalui
lensa, yang mengarah pada tabung silinder (drum)
yang berputar dan sensitif terhadap cahaya. Tabung ini diberi muatan listrik kawat
yang bermuatan listrik tinggi dan disebut sebagai corona wire.

Bagian tulisan dokumen yang terkena pantulan cahaya akan bermuatan positif
sedangkan bagian yang tidak mendapat pantulan cahaya akan tetap bermuatan
negative. Kemudian, toner atau serbuk hitam yang bermuatan negative
(developing), akan tertarik oleh ion poisitif. Lembaran kertas yang masuk melalui
roller, akan mendapat transfer berupa tulisan atau gambar, yang dibentuk dari
toner. Toner akan menyatu dengan lembaran kertas akibat suhu paans dan tekanan
tinggi pada roller.

2) Sel Surya

Sel surya pertama kali dibuat oleh


fisikawan Rusia Aleksander
Grigorievich Stoletov dan didasarkan
pada konsep efek fotolistrik. Sel
surya adalah divais yang mampu
mengkonversi langsung cahaya
matahari menjadi listrik. Sel surya
bisa disebut sebagai pemeran utama

11
untuk memaksimalkan potensi sangat besar energi cahaya matahari yang sampai
ke bumi. Walaupun selain dipergunakan untuk menghasilkan listrik, energi dari
matahari juga bisa dimaksimalkan eneergi panasnya melalui sistem solar thermal.

Sel surya merupakan diode semikonduktor (jenis p dan n) yang mampu


mengonversi energi dari sinar matahari energi menjadi listrik dan merupakan
komponen utama dalam sistem PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya). Bahan
yang umum digunakan untuk membuat sel surya adalah kristal silicon (c-Si) atau
disebut solar grade silicon.

Semikonduktor jenis n merupakan semikonduktor yang memiliki kelebihan


elektron, sehingga kelebihan muatan negative (n = negatif). Sedangkan
semikonduktor jenis p memiliki kelebihan hole, sehingga kelebihan muatan
positif. Dua jenis semikonduktor n dan p jika disatukan akan membentuk
sambungan p-n atau diode p-n (metallurgical junction)

Secara sederhana, ketika sinar matahari (yang mengandung foton – foton)


mengenai permukaan sel surya, maka foton akan mengeksitasi elektron akibat
bahan silicon yang digunakan, sehingga menghasilkan arus listrik. Proses ini
disebut sebagai fotoelektrik. Arus yang dihasilkan dari sel surya biasanya arus
searah (DC), tetapi dengan bantuan converter, arus DC dapat diubah menjadi arus
bolak – balik (AC).

Keunggulan menggunakan sel surya memanfaatkan energy matahari dan mataahri


merupakan sumber energi yang paling berlimpah di bumi. Sel surya termasuk
ramah lingkungan karena tidak memancarkan emisi gas rumah kaca yang
berbahaya, seperti karbon dioksida juga tidak memberi kontribusi terhadap
perubahan iklim. Masa pakainya mencapai sekitar 20 tahun jadi tidak kehilangan
efisiensi dalam masa pakainya dan dapat menghemat energi.

3) Sensor Cahaya

Sensor cahaya merupakan sebuah alat yang


berfungsi untuk mengubah cahaya menjadi
listrik. Jenis – jenis sensor cahaya misalnya
LDR (Light Dependent Resistor),
fototransistor, sel fotovoltaik (sel surya),
fotodioda, dan sebagainya.

Sensor cahaya mampu mendeteksi cahaya yang mengenai permukaan sensor.


Cahaya yang terdeteksi sensor cahaya akan diubah menjadi listrik. Hal ini
disebabkan karena foton brubah menjadi elektron. Sebuah foton umumnya dapat
membangkitkan satu elektron. Salah satu jenis sensor cahaya LDR yang memiliki
hambatan yang dapat berubah sesuai intensitas cahaya yang mengenainya.

12
Artinya, resistansi dari LDR bergantung pada banyaksedikitnya cahaya yang
mengenai permukaan sensor.

4) Suara Dubbing

Aplikasi pertama efek fotolistrik berada dalam


dunia hiburan. Dengan bantuan peralatan
elektronika saat itu suara dubbing film direkam
dalam bentuk sinyal optik di sepanjang
pinggiram keping film. Pada saat film diputar,
sinyal ini dibaca kembali melalui proses
fotolistrik dan sinyal listriknya diperkuat
dengan menggunakan amplifier tabung sehingga menghsilkan film bersuara.

5) CCD (Charge Coupled Device)

Dewasa ini kita dibanjiri oleh produk – produk


elektronik yang dilengkapi dengan kamera
CCD. Sebut saja kamera pada ponsel, kamera
digital dengan resolusi hingga 12 Megapiksel,
atau pemindaian kode batang (barcode) yang
dipakai diseluruh supermarket, semuanya
memanfaatkan efek fotolistrik internal dalam
mengubah citra yang dikehendaki menjao data
– data elektronik yang selanjutnya dapat
diproses oleh komputer.

C. EFEK COMPTON

Efek compton ditemukan oleh Arthur Holy Compton pada


tahun 1923. Menurut teori kuantum cahaya, foton berlaku
sebagai partikel, hanya foton tidak memiliki massa diam. Jika
pendapat ini benar, maka berdasarkan peristiwa efek fotolistrik
yang dikemukakan oleh Einstein, Arthur Holy Compton pada
tahun 1923 telah mengamati gejala-gejala tumbukan antara
foton yang berasal dari sinar X dengan elektron. Compton
mengamati hamburan foton dari sinar X oleh elektron dapat
diterangkan dengan menganggap bahwa foton seperti partikel
dengan energi hf dan momentum hf/c cocok seperti yang
diusulkan oleh Einstein.

13
1. Penemuan Efek Compton
Percobaan Compton cukup sederhana yaitu sinar X monokromatik (sinar X yang
memiliki panjang gelombang tunggal) dikenakan pada keping tipis berilium sebagai
sasarannya. Kemudian untuk mengamati foton dari sinar X dan elektron yang
terhambur dipasang detektor. Sinar X yang telah menumbuk elektron akan kehilangan
sebagian energinya yang kemudian terhambur dengan sudut hamburan sebesar θ
terhadap arah semula. Berdasarkan hasil pengamatan ternyata sinar X yang terhambur
memiliki panjang gelombang yang lebih besar dari panjang gelombang sinar X
semula. Hal ini dikarenakan sebagian energinya terserap oleh elektron. Jika energi
foton sinar X mula-mula hf dan energi foton sinar X yang terhambur menjadi (hf –
hf’) dalam hal ini f > f’, sedangkan panjang gelombang yang terhambur menjadi
tambah besar yaitu λ > λ’.

Skema Percobaan Efek Compton

Dengan menggunakan hukum kekekalan momentum dan kekekalan energi Compton


berhasil menunjukkan bahwa perubahan panjang gelombang foton terhambur dengan
panjang gelombang semula, yang memenuhi persamaan :

Keterangan :

λ = panjang gelombang sinar X sebelum tumbukan (m)

λ’ = panjang gelombang sinar X setelah tumbukan (m)

h = konstanta Planck (6,625 × 10-34 Js)

mo = massa diam elektron (9,1 × 10-31 kg)

c = kecepatan cahaya (3 × 108 ms-1)

14
θ = sudut hamburan sinar X terhadap arah semula (derajat atau radian)

hasil pengamatan Compton tentang hamburan foton dari sinar X menunjukkan bahwa
foton dapat dipandang sebagai partikel, sehingga memperkuat teori kuantum yang
mengatakan bahwa cahaya mempunyai dua sifat, yaitu cahaya dapat sebagai
gelombang dan cahaya dapat bersifat sebagai partikel yang sering disebut sebagai
dualime gelombang cahaya.

2. Penerapan Efek Compton dalam Kehidupan Sehari-hari

a. Nuclear Compton Telescope (NCT)

NCT merupakan eksperimen ballon-borne untuk mendereksi sinar gammma


dari sumber astrofisika seperti supernova, pulsar, active galactic nucleus (AGN),
dll. Teleskop Compton menggunakan sebuah array-12-3D kadar tinggi
Germanium Detek torspektral resolusi untuk mendeteksi sinar gamma.

Pada bagian bawahnya, setengah detektor dikeilingi oleh Bismuth germanate


sintilator untuk melindungi dari sinar gamma atmosfer . Teleskop ini memiliki
medan padang (FOV) sebesar 25% dari langit.

b. Spektroskopi gamma

Sinar gamma merupakan sinar yang tidak dapat terlihat oleh kasat mata yang
dihasilkan oleh bahan radioaktif. Oleh karena itu perlu ada detektor untuk
mengetahui keberadaanya. Detektor untuk menangkap sinar gamma yaitu NaI
(TI). Efek yang terjadi ketika sinar gamma mengenai detektor ini adalah efek efek
fotolistrik, efek compton dan bentukan pasanganEfek fotolistrik terjadi pada sinar
gamma yang mengenai elektron di kulik K pada sebuah atom, sehingga terjadi
transisi elektron yang diisi dengan elektron dari kulit lain.

15
 Efek compton terjadi ketika sinar gamma mengenai elektron terluar yang daya
ikatnya kecil sehingga terjadi hamburan pada elektron bebasan
 Efek bentukan pasangan terjadi pada sinar gamma yang melaju di dekat inti
atom dengan bantuan sinar gamma yang cukuppassangan yang terbentuk
adalah positron dan elektron.

Dan dari ketiga efek tersebut menghasilkan sintilasi (pancaran cahaya). Pancaran
cahaya ini akan diteruskan ke fotokatoda dengan menguraikan nya menjadi
elektron-elektron. Namun elektron ini masih lemah. Daya pre-amplifier dan tinggi
pulsa dengan amplifier perlu diperkuat kembali. Elektron yang sudah diperkuat di
masukan ke PMT sehingga memiliki kluaran ganda dari tegangan bertingkat dan
banyak katoda. Spektroskopi gamma perlu diperhatikan resolusi tenaganya.
Semakin kecil semakin bagus data yang didapat, semakin besar malah semakin
tidak valid.

D. SINAR X

Sinar-X atau sinar Röntgen adalah salah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik dengan
panjang gelombang berkisar antara 10 nanometer ke 100 picometer (mirip dengan
frekuensi dalam jangka 30 PHz to 60 EHz). Sinar-X umumnya digunakan dalam
diagnosis gambar medikal dan Kristalografi sinar-X. Sinar-X adalah bentuk dari radiasi
ion dan dapat berbahaya.

Sinar-x ini banyak digunakan dalam bidang kedokteran untuk memotret kedudukan
tulang atau organ dalam tubuh manusia. Meskipun besar menfaatya, penggunaan sinar-x
harus memperhatikan prosedur keadaan pasien. Karana daya tembusnya cukup besar,
jaringan tubuh manusia dapat rusak terkena paparan sinar-x terlalu lama. Oleh karana itu,
pemancaran sinar-x pada pasien diusahakan sesingkat mungkin.

Sinar X merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang


radio, panas, cahaya sinar ultraviolet, tetapi mempunyai panjang gelombang yang sangat
pendek sehingga dapat menembus benda-benda. Sinar X ditemukan oleh sarjana fisika
berkebangsaan Jerman yaitu W. C. Rontgen tahun 1895.

Sifat-sifat sinar X antara lain sebagai berikut:

1. Sinar X mempunyai daya tembus sangat besar, sehingga dapat digunakan dalam
proses radiografi.

2. Mempunyai panjang gelombang pendek sekitar 0,1 nm.

3. Sinar X dapat menghitamkan emulsi film dalam menghasilkan sebuah foto.

Sinar X dapat mengubah jaringan pada tubuh makhluk hidup

16
Pemanfaatan Sinar X

a. Bidang Kesehatan
Sinar X bermanfaat untuk menggambarkan struktur tubuh manusia bagian dalam,
tanpa dilakukan oembedahan atau operasi.
b. Bidang Industri
Sinar X dapat digunakan untuk membantu melacak kerusakan logam dari mesin-
mesin industri dan memperbaiki kerusakan pada mesin-mesin industri.
c. Bidang Keamana
Sinar X digunakan untuk membantu melihat ada tidaknya barang-barang bawaan
calon penumpang yang berbahaya.
d. Bidang Ilmu Pengetahuan
Sinar X digunakan untuk mempelajari struktur yang terdapat pada sebuah senyawa
atau benda .
e. Bidang Pertanian
Sinar X digunakan untuk menciptakan bibit unggul yang berkualitas dan juga
digunakan untuk pelapukan.

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Benda hitam didefinisikan sebagai benda yang akan menyerap seluruh radiasi yang
jatuh ke dirinya (tidak ada yang dipantulkan). Radiasi benda hitam berasal dari ketika
benda berongga dipanaskan dan kemudian menyerap dan memantulkan radiasi. Radiasi
ini berlangsung terus – menerus hingga mencapai keseimbangan termal, radiasi ini
disebut radiasi benda hitam.
Peristiwa pelepasan elektron dari logam oleh radiasi disebut efek fotolistrik, diamati
pertama kali oleh Heinrich Hertz (1887). Elektron yang terlepas dari logam disebut foto-
elektron.
Hamburan Compton adalah suatu efek yang merupakan bagian interaksi sebuah
penyinaran terhadapsuatu materi. Efek Compton adalah salah satu dari tiga proses yang
melemahkan energi suatu sinar ionisasi. Bila suatu sinar jatuh pada permukaan suatu
materi sebagian dari pada energinya akan diberikan kepada materi tersebut, sedangkan
sinar itu sendiri akan di sebarkan.
Foton adalah partikel elemen terdalam fenomena elektromagnetik. Sebagai
gelombang, satu foton tunggal tersebar di seluruh ruang dan menunjukkan fenomena
gelombang seperti pembiasan oleh lensa dan interferensi destruktif ketika gelombang
terpantulkan saling memusnahkan satu sama lain.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://fisikaasikdotcom.wordpress.com/2012/03/16/efek-fotolistrik
http://id.scribd.com/doc/124621696/hamburan-kompton
https://www.academia.edu/6282968/Fisika_Kuantum_kelompok_4

19

Anda mungkin juga menyukai