Anda di halaman 1dari 284

i

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBASIS


MULTI REPRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN
KONSEP IKATAN KIMIA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Kependidikan pada Jurusan Pendidikan Kimia

UMMI KALSUM
A1L115047

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

i
ii

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBASIS


MULTI REPRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN
KONSEP IKATAN KIMIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Jurusan
Pendidikan Kimia

Disusun dan Diajukan Oleh

UMMI KALSUM

Kepada

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

ii
iii

iii
iv
v

v
vi
vii

MOTTO

”Al

lah will raise those who have believed among you and those who were given

knowledge, by degrees”

“Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-

orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”

(QS. Almujadillah : 11)

La haula wala quwwata illa billah

“ Tiada daya upaya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolngan Alaah

(HR. Ibnu Hibban dan Ahmad)

“Terkadang kita harus salah agar tau apa yang benar. Kita harus jatuh agar

tau cara untuk bangkit. Kita harus menangis agar tau cara untuk tegar.

Bahkan kita harus menyesal agar tau cara menjadi lebih baik. Tidak mungkin

semua awal yang buruk akan menjadi akhir yang buruk juga, melainkan akan

menjadi akhir yang paling membahagiakan, jika kita mampu memperbaiki diri

sebaik-baiknya”

Man Jadda Wajada. Man Shabara Zafira

(Ummi Kalsum)

vii
viii
ix

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji dan syukur Alhamdulillah atas Kehadirat

ALLAH SWT segala rahmat dan hidayah serta karunia-Nya,

kupersembahkan hasil karyaku yaitu Sebuah SKRIPSI yang sederhana ini

kepada :

Bapak dan Ibu tercinta yang tiada henti berdoa, yang telah memberikan

kasih sayang yang tulus, bimbingan dan selalu mengingatkanku jika aku

dalam keadaan salah dan Khilaf, hingga aku berada pada keadaan yang

baik sampai saat ini.

Dan tidak lupa pula Kubingkiskan karyaku untuk :

Sanak Keluarga dan Kakak Senior yang telah memotivasi saya

dalam menyelesaikan karya serta Sahabat – sahabat yang selalu

membantu, memberikan semangat dan selalu mendoakan serta

menghiburku ketika aku dalam kesulitan

Serta,

Almamater tercinta Universitas Halu Oleo sebagai wahana untuk

menuntut Ilmu,Membuka jalan untuk mendapatkan apa yang jadi

impianku, menjadikan aku manusia yang berkarakter, serta seorang

manusia yang mandiri

ix
x

PRAKATA

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji dan syukur senantiasa saya

panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat keselamatan,

kekuatan dan kesempatan yang begitu indah, sehingga atas izin-Nya penyusunan

skripsi dengan judul “Penerapan Model Discovery Learning berbasis Multi

Representasi untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan

Konsep Ikatan Kimia pada Siswa Kelas X-Mia MAN 1 Muna” ini dapat

terselesaikan. Sholawat serta salam tak lupa pula penyusun kirimkan kepada Nabi

Muhammad SAW. Yang telah membimbing kita dari alam kegelapan hingga alam

terang – benderang seperti sekarang sehingga kita dapat merasakan nikmat atas

perjuangan Rasulullah SAW. beserta sahabat – sahabatnya hingga saat ini.

Sembah sujudku kepersembahkanuntuk Sang Maha Pencipta Allah SWT.

Yang selalu meridhoi kehidupanku. Teruntuk Kedua orang tuaku yang tercinta

dan sangat kurindukan Ayahanda Alm. Muhammad Amin dan Ibunda Ny. Wa

Sesu. Terimakasih buat segala-galanya atas cinta, doa dan nasehat yang selalu

membimbing disetiap langkah hingga membawa saya pada keadaan yang sangat

baik dan sehat wal afiat sehingga saya dapat menjaga kepercayaannya dengan

menyelesaikan studi sesuai harapan besarnya yang diberikan kepada saya. Serta

tak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar – besarnya

kepada keluarga besar saya kakakku Kopda Muh. Alip, Amna, A.Md.,

x
xi

Sitti Aisyah, SIp. Muhammad Nur Alam dan Usman Bin Amin, S.Pd. serta adik-

adikku Muh. Ibrahim Amin, Sitti Aziza Bilqis dan Nur Rahmadani, terimakasih

atas do’a, perhatian, kasih sayang dan dorongan yang tak henti-hentinya sebagai

penyemangat dalam hidupku. Karena atas bantuan mereka jugalah sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana. Semoga karya kecil ini dapat menjadi salah satu wujud baktiku pada

harapan besar kalian dan selalu menjunjung tinggi atas kepercayaan yang telah

diberikan.

Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Bapak Dr. Saefuddin, M.Si. selaku pembimbing I dan bapak

Muh. Alim Marhadi, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing II, yang ditengah-tengah

kesibukannya telah meluangkan waktunya untuk memberi motivasi, petunjuk,

arahan dan bimbingan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, sehingga Skripsi

ini dapat terselesaikan dengan baik, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya kepada Bapak beserta keluarga tercinta.

Melalui kesempatan ini dengan rahmat ALLAH SWT. Penulis ingin

menyampaikan terima kasih serta ucapan hormat kepada pihak-pihak yang secara

langsung maupun tidak langsung turut membantu dalam penyelesaian skripsi

yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad


Zamrun F., S.Si., M. Si., M.Sc selaku Rektor

Universitas Halu Oleo

2. Bapak Dr. H. Jamiludin, M.Hum selaku Dekan FKIP Universitas Halu Oleo.

xi
xii

3. Dosen serta staf administrasi dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas HaluOleo.

4. Ibu Maysara, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pandidikan Kimia.

5. Bapak La Rudi, S.Pd., M.Si. selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Kimia.

6. Bapak Dr. Saefuddin, M.Si. selaku Penasehat Akademik.

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Kimia

8. Ketua penguji Bapak Dr. Dahlan, S.Pd., M.Si. dan Ibu Maysara, S.Pd., M.Pd.

selaku sekretaris Penguji, serta Anggota Bapak Drs. Aceng Haetami, M.Si.

dan Ibu Yuniati Tewa, S.Pd., M.Pd. terima kasih atas segala arahan dan

bimbingannya.

9. Bapak Drs. Hasanuddin, M.Pd., selaku Kepala Sekolah MAN 1 Muna, yang

telah memberikan izin untuk melakukan penelitian pada sekolah yang beliau

pimpin.

10. Ibu Marlini, S.Pd., selaku Guru Kimia MAN 1 Muna, yang telah

membimbing dan membantu dalam pelaksanaan penelitian di Sekolah yang

bersangkutan, terkhusus kelas X-Mia1 dan X-Mia3

11. Dewan Guru dan Staf Tata Usaha MAN 1 Muna, yang telah membantu

penulis selama proses penelitian.

12. Teruntuk Hasrun, terimakasih telah memberikan semangat dan motivasi

kepada penulis.

13. Kakak senior Sitti Lilis Permatasari, S.Pd yang sangat saya sayangi, Suci

Rahmadani, S.Pd. dan Wa Ode Inang Alistawati, S.Pd. yang tidak henti-

hentinya memberikan bimbingan.

xii
xiii

14. Teman-teman seperjuanganku Pendidikan Kimia 2015 (Vit. Sea), Masni

Isabela, Novianti Usu, Asni, Yunita Apriliani, Muhammad Syarwan,

Muhammad Idil, La Ode Muh. Ikbal, Sitti Murlia, Rasyid Musaani Oihu,

Sahlan Fajrin, Wa Ode Aida Fitayala dan yang lainnya yang tidak sempat

penulis sebutkan satu-persatu.

15. Sahabatku Uyun Rezki Amaliyun, Nur Fatimah, A.Md. Keb., Adilah Fathin

Abdullah dan Eni yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan

motivasi.

16. Teman-teman KKN UHO 2018 Desa Wawowonua, Kec. Palangga Selatan.

Dengan segala kerendahan hati penulis persembahkan karya ini kepada

almamater. Terkhusus tulisan ini kupersembahkansebagai tanda bukti

kesyukuranku kepada Allah Azza wajalla dalam menuntut ilmu.Untuk

kesempurnaan tugas akhir ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya sangat konstruktif. Mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang pendidikan Kimia. Amin.

Wallahul muwaffiq illa aqwamith thariq


Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Kendari, Maret 2019

Penulis

xiii
xiv

ABSTRAK

Ummi Kalsum (A1L115047). “Penerapan Model Discovery Learning Berbasis


Multi Representasi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan
Penguasaan Konsep Ikatan Kimia (dibimbing oleh Dr. Saefuddin, M.Si dan Muh.
Alim Marhadi, S.Pd., M.Pd)’’.

Telah dilakukan penelitian Penerapan Model Discovery Learning Berbasis


Multi Representasi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan
Penguasaan Konsep Ikatan Kimia. Peneltian ini bertujuan untuk Mengetahui : (1)
Profil keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model discovery
learning berbasis multi representasi. (2) Profil penguasaan konsep siswa yang
diajar dengan model discovery learning berbasis multi representasi. (3)
Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model
discovery learning berbasis multi representasi. (4) Adanya perbedaan efektivitas
peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa antara model discovery learning
berbasis multi representasi dengan pembelajaran langsung. (5) Tanggapan siswa
terhadap model discovery learning berbasis multi representasi. Sampel Penelitian
ini adalah siswa kelas X-MIA1 sebanyak 23 siswa dan X-MIA3 sebanyak 20 siswa
di MAN 1 Muna. Tehnik pengumpuan data dilakukan dengan pemberian
instrumen penelitian berupa soal tes pilihan ganda beralasan sebanyak 10 butir
soal, lembar observasi dan angket. Tehnik analisis data menggunakan statistik
deskriptif dan statistik inferensial. Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan uji beda (t).
Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan: (1) Profil tingkat berpikir
kritis siswa hasil pretest kelas eksperimen dan kontrol sebesar 86,95% dan 90%,
dan 13,04% dan 10% pada katgori sangat rendah dan rendah, sementara hasil
posttest sebesar 13,043% dan 15%, 43,45% dan 70%, dan 43,48% dan 15% pada
kategori sedang, timggi dan sangat tinggi. (2) Profil penguasaan konsep anatara
kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki rerat tertinggi yaitu 0,96<0,8 pada
KLK 6 dan skor terendah yaitu 0,3>0,02 pada KLK 8. (3) Peningkatan
keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan
dengan kelas kontrol yaitu 0,73>0,64. (4) Penggunaan model discovery learning
berbasis multi representasi lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan
berpikir kritis dibandingkn dengan pembelajaran langsung yaitu thitung=
1,890>1,15. (5) Tanggapan siswa terhadap model model discovery learning
berbasis multi representasi termasuk dalam kategori bai sekali.

Kata Kunci : Model Discovery Learning, Pembelajaran langsung, Multi


Representasi, Keterampilan Berpikir Kritis, Penguasaan Konsep, Ikatan Kimia.

xiv
xv

ABSTRACT

Ummi Kalsum (A1L115047). “Aplication Discovery Learning Model of Multi


Representation-Based to Crictical Thinking Skills and Improve Control Concepts
Chemical Bonding (led by Dr. Saefuddin, M.Si and Muh. Alim Marhadi, S.Pd.,
M.Pd)’’.

The research of Implemented Discovery Learning Model of Multi


Representation-Based to Crictical Thinking Skills and Improve Control Concepts
Chemical Bonding. This research intent for to know: (1) Profil cricital thinking
skills among learned student resultthat taught use Model of Multi Representation-
Based. (2) The mastery profile of students' concepts is taught by discovery-based
multi-representation models. (3) Improvement of students' critical thinking skills
taught by discovery-based multi-representation models. (4) There are differences
in the effectiveness of improving students' critical thinking skills between
discovery-based multi-representation models with direct learning. (5) Student
responses to the discovery-based multi-representation learning model. The sample
of this study was 23 students of X-MIA1 class and 20 students from X-MIA3 in 1
Muna MAN. The technique of collecting data is done by giving research
instruments in the form of reasoned multiple choice test questions as many as 10
items, observation sheets and questionnaires. Data analysis techniques use
descriptive statistics and inferential statistics. Hypothesis testing in this study uses
a different test (t).
From the results of data analysis, conclusions were obtained: (1) Profile of
students' critical thinking level as a result of experimental and control pretest
classes was 86.95% and 90%, and 13.04% and 10% in categories very low and
low, while posttest results were 13,043 % and 15%, 43.45% and 70%, and
43.48% and 15% in the medium, high and very high categories. (2) The mastery
profile between the experimental class and the control class has the highest mean
of 0.96 <0.8 in KLK 6 and the lowest score is 0.3> 0.02 at KLK 8. (3) Improved
critical thinking skills of class students the experiment was better than the control
class ie 0.73> 0.64. (4) The use of multi-representation based discovery learning
models is more effective in improving critical thinking skills compared to direct
learning, namely tcount = 1.890> 1.15. (5) Students' responses to the multi-
representation-based discovery learning model are included in the one-time
category.

Keywords : Discovery Learning Model, Direct Learning, Multi Representation,


Critical Thinking Skills, Mastery of Concepts, Chemical Bonds.

xv
xvi

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i
HALAMAN JUDUL............................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN....................................................... v
MOTTO................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN................................................................................................ vii
PRAKATA...........................................................................................................
............................................................................................................................viii
ABSTRAK............................................................................................................ xii
ABSTRACT.........................................................................................................
............................................................................................................................xiii
DAFTAR ISI........................................................................................................
.............................................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL................................................................................................
.............................................................................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................
...........................................................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................
.............................................................................................................................xix

BAB I. PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 9


2.1 Pembelajaran Kimia................................................................................... 9
2.2 Model Discovery Learning........................................................................ 11
2.3 Model Pembelajaran Langsung................................................................. 20
2.4 Multi Representasi..................................................................................... 24
2.5 Penguasaan Konsep................................................................................... 26
2.6 Keterampilan Berpikir Kritis..................................................................... 27
2.7 Hubungan Discovery Learning dengan Keterampilan Berpikir Kritis...... 31
2.8 Materi Ikatan Kimia................................................................................... 32
2.9 Hasil Penelitian yang Relefan ................................................................... 47
2.10 Kerangka Berpikir .................................................................................. 48
2.11 Defenisi Operasional .............................................................................. 49
2.12 Hipotesis Penelitian................................................................................. 50

BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................... 52


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian................................................................... 52
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 52

xvi
xvii

3.3 Variabel dan Desain Penelitian................................................................. 53


3.4 Perangkat Pembelajaran ........................................................................... 54
3.5 Prosedur Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 55
3.6 Instrumen Penelitian.................................................................................. 56
3.7 Tehnik Pengumpulan Data........................................................................ 57
3.8 Teknik Analisis Data ................................................................................ 59
xviii

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 67


4.1 Profil Keterampilan Berpikir Kritis.......................................................... 68
4.2 Profil Penguasaan Konsep......................................................................... 70
4.3 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi
IkatanKimia............................................................................................... 72
4.4 Keefektifan Model Discovery Learning berbasis Multi
Representasidan Pembelajaran Langsung Terhadap Keterampilan
Berpikir KritisSiswa Kelas X-MIA MAN 1 Muna................................... 77
4.5 Aktivitas Siswa terhadap Pembelajaran Discovery Learning
berbasisMulti Representasi..................................................................... 86

BAB V. PENUTUP.............................................................................................. 92
5.1 Kesimpulan................................................................................................ 92
5.2 Saran.......................................................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 94
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................. 96

xviii
xix

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Tahapan Model Discovery Learning .................................................... 15

Tabel 2.2 Tahapan Pendekatan Multi Representasi ............................................. 24

Tabel 2.3 Konfigurasi Elektron Unsur-unsur Gas Mulia ..................................... 35

Tabel 2.4 Struktur Lewis, Pasangan Elektron dan Elektron Ikatan ...................... 36

Tabel 3.1 Kriteria Keterampilan Berpikir Kritis ................................................. 59

Tabel 3.2 Pengelompokan Kemampuan Siswa ................................................... 65

Tabel 3.3Kriteria Hasil Presentase Respon Siswa ................................................ 66

Tabel 4.1 Data Skor Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol .............................. 67

Tabel 4.2 Presentase Tingkat Berpikir Kritis Siswa berdasarkan Skor Pretest
Kelas Eksperimen ................................................................................................. 68

Tabel 4.3 Presentase Tingkat Berpikir Kritis Siswa berdasarkan Skor Pretest
Kelas Kontrol ........................................................................................................ 68

Tabel 4.4 Data Skor Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ............................. 69

Tabel 4.5 Presentase Tingkat berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Skor


Posttest Kelas Eksperimen ................................................................... 69

Tabel 4.6 Presentase Tingkat berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Skor


Posttest Kelas Kontrol ......................................................................... 70

Tabel 4.7 Rekapitulasi N-gain pada Kelas Eksperimen dan Kontrol................... 73

Tabel 4.8 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Setiap Indikator
KBK Kelas Eksperimen ....................................................................................... 75

Tabel 4.9 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Setiap Indikato
KBK Kelas Eksperimen ....................................................................................... 75

Tabel 4.10Hasil Uji Perbedaan Penguasaan Konsep Siswa berdasarkan Skor


Postest antara Kelas Eksperimen dan Kontrol....................................................... 78

xix
xx

Tabel 4.11Hasil Uji Perbedaan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis


berdasarkan indeks N-gain antara Kelas Eksperimen dan Kontrol .... 80

Tabel 4.12 Pengelompokan Kemampuan Siswa .................................................. 82

Tabel 4.13 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis


berdasarkan Skor Pretest-Posttest Pada Siswa Berkemampuan
Tinggi pada Kelas Eksperimen ............................................................................. 82

Tabel 4.14 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis


berdasarkan Skor Pretest-Posttest Pada Siswa Berkemampuan
Sedang pada Kelas Eksperimen .......................................................... 83

Tabel 4.15 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis


berdasarkan Skor Pretest-Posttest Pada Siswa Berkemampuan
Rendah pada Kelas Eksperimen ......................................................... 84

Tabel 4.16 Perbandingan Antar Kelompok Kemampuan Siswa Kelas


Eksperimen ......................................................................................... 85

Tabel 4.17 Hasil Uji Beda Antar Kelompok Kemampuan Siswa Kelas
Eksperimen ......................................................................................... 85

Tabel 4.18 Rekapitulasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran dengan Model


Discovery Learning berasis Multi Representasi ................................................... 87

Tabel 4.19 Rekapitulasi Tanggapan Siswa dalam Pembelajaran dengan Model


Discovery Learning berasis Multi Representasi ................................................... 89

xx
xxi

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Bentuk Ikatan Logam ....................................................................... 46

Gambar 3.1 Desain Pre test-Post test control group design................................. 53

Gambar 3.2 Bagan Proses Penelitian..................................................................... 55


Gambar 4.1 Peningkatan Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 71

xxi
xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian.......................................................... 98

Lampiran 2. Materi Pokok Ikatan Kimia............................................................... 99

Lampiran 3. Format Analisis Konsep dan Peta Konsep Ikatan Kimia..................

............................................................................................................................112

Lampiran 4. Tabel Analisis Konsep Ikatan Kimia................................................


............................................................................................................116

Lampiran 5. Silabus Materi Ikatan Kimia.............................................................


............................................................................................................127

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.................................................


............................................................................................................132

Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa (LKS)..............................................................

............................................................................................................161

Lampiran 8. Kisi-Kisi Soal LKS...........................................................................

............................................................................................................180

Lampiran 9. Soal Instrumen Tes...........................................................................


............................................................................................................187

Lampiran 10. Kunci Jawaban Instrumen Tes........................................................


............................................................................................................192

Lampiran 11. Kisi-Kisi Instrumen Tes..................................................................


............................................................................................................193

Lampiran 12. Skor Pre-test....................................................................................


............................................................................................................203

Lampiran 13. Skor Posttest....................................................................................


............................................................................................................205

xxii
xxiii

Lampiran 14. Analisis Profil Penguasaan Konsep................................................

............................................................................................................207

Lampiran 15. Analisis N-gain...............................................................................


............................................................................................................209

Lampiran 16. Hasil Uji Normalitas ......................................................................


............................................................................................................214

Lampiran 17. Hasil Uji Homogenitas ...................................................................


............................................................................................................217

Lampiran 18. Hasil Uji Beda Antara Kelas Eksperimen dan KontrolBerdasarkan
Skor Postest.....................................................................................
............................................................................................................219

Lampiran 19. Hasil Uji Beda Antara Kelas Eksperimen dan Kontrol .................
............................................................................................................221

Lampiran 20. Pengelompokan Kemampuan Siswa ..............................................


............................................................................................................223

Lampiran 21. Hasil Uji Beda Tiap Kelompok Kemampuan Siswa.......................


............................................................................................................227
xxiv

Lampiran 22. Hasil Uji Beda Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Antar
Kelompok Kemampuan Siswa........................................................
............................................................................................................230

Lampiran 23. Lembar Observasi ..........................................................................

............................................................................................................237

Lampiran 24. Lemabar Angket .............................................................................


............................................................................................................240

Lampiran 25. Kisis-Kisi Angket............................................................................


............................................................................................................243

Lampiran 26. Analisis Data Angket......................................................................


............................................................................................................244

Lampiran 27. Dokumentasi ..................................................................................

............................................................................................................248

Lampiran 28. Surat Izin Peelitian .........................................................................

............................................................................................................252

Lampiran 29. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ........................


............................................................................................................253

xxiv
xxv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya peningkatan kualitas pendidikantidak terlepas darikualitas

kegiatanbelajar mengajaryangadadi kelas. Kegiatan pembelajaran dikelas

merupakansalah satubagian dari proses pendidikanyangbertujuanuntuk mem-

bawa suatu keadaan belajar yang lebih baik lagi.Undang-Undang RI Nomor 20

Tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa ”Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, kritis, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan

bertanggung jawab” (Kemendikbud, 2013).

Salah satu acuan adanya peningkatan kualitas pembelajaran adalah

pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran yang dapat digunakan sebagai indikator

bahwa kompetensi dasar siswa selama proses pembelajaran berbeda-beda antara

satu siswa dengan siswa lainnya. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi

timbal balik antara guru dengan siswa dan antar siswa dengan siswa. Berhasil

tidaknya proses pembelajaran sangat ditentukan oleh guru dan siswa terutama

metode atau pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran.

Keberhasilan belajar siswa di kelas tergantung pada kemampuan guru

dalam menyampaikan bahan pengajaran kepada siswanya. Dalam hal ini guru

1
2

mempunyai peranan yang sangat besar demi tercapainya proses pembelajaran

yang baik. Salah satu tugas utama guru dalam kegiatan pembelajaran kimia di

sekolah adalah menciptakan suasana pembelajaran yang dapat mengasah akivitas

kreatif, memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat,

sebab dengan suasana pembelajaran seperti ini akan berdampak positif dalam

meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu, sebaiknya guru mempunyai

kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakaan metode mengajar yang tepat

yang dapat meningkatkan kemampaun berpikir dan hasil belajar kimia siswa

(Syahruddin dkk, 2014).

Namun pada kenyataannya, berdasarkan hasil wawancara kepada salah

seorang guru mata pelajaran kimia di MAN 1 Muna terhadap proses belajar

mengajar di kelas, diperoleh informasi bahwa pembelajaran kimia masih banyak

menggunakan pola pembelajaran yang berupa hafalan dan didominasi oleh guru

sehingga siswa kurang mampu mengembangkan pemikirannya terhadap materi

yang disajikan yang artinya pembelajaran masih berpusat pada guru, meskipun

pada dasarnya telah diterapkan kurikulum 2013. Menurut guru, hal ini

dikarenakan kurangnya fasilitas sekolah yang menunjang keterlaksanaan

kurikulum 2013, seperti buku paket siswa dan guru, alat peraga, LCD dan guru

juga sudah terbiasa dengan pembelajaran menggunakan metode ceramah. Yang

menandakan bahwa pembelajaran tidak sesuai dengan hakikat kurikulum 2013.

Sehingga hal ini berdampak pada kurangnya menggunakan keterampilan berpikir

dan hasil belajar siswa rendah. Faktanya nilai hasil belajar siswa di MAN 1 Muna

setahun terakhir khususnya pada materi Ikatan Kimia masih banyak siswa yang
3

belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini ditunjukan

dengan nilai rata-rata hasil ulangan semester setahun terakhir yakni 65, 56 dan

67,70 yang dalam hal ini belum mencapai nilai KKM yaitu 75 dengan presentase

siswa 65%.

Berbagai faktor ketidak tercapaian KKM yakni permasalahan yang berasal

dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain, adanya anggapan

pada diri siswa bahwa pelajaran kimia sukar dipahami dan dimengerti. Faktor

eksternal antara lain dalam proses pembelajaran guru hanya menggunakan model

pembelajaran yang sama pada setiap materi yang diajarkan. Hal tersebut

kemungkinan terjadi karena guru bersifat pasif yang menyebabkan adanya

kecenderungan siswa merasa bosan dan kurang bergairah dalam mengikuti

pelajaran.

Selain permasalahan yang berasal dari proses pembelajaran kimia,

permasalahan kemungkinan juga berasal dari karakteristik ilmu kimia yaitu

sebagian besar materi kimia bersifat abstrak, berurutan dan berkembang dengan

cepat serta sangat banyak. Salah satunya adalah materi Ikatan Kimia. Ikatan

kimia adalah salah satu materi yang menarik bila siswa dapat memahaminya

dengan baik. Banyak senyawa-senyawa dalam kehidupan sehari-hari yang

terbentuk karena adanya ikatan kimia. Apabila siswa bisa memahami materi

Ikatan Kimia dengan baik, maka siswa akan sadar bahwa banyak manfaat dari

belajar kimia. Namun, pembelajaran Ikatan Kimia selama ini lebih banyak

difokuskan pada pengenalan konsep dasar. Dalam mempelajari materi Ikatan


4

Kimia didasari dengan pemahaman konsep yang baik serta adanya keterkaitan

antara konsep satu dengan yang lain.

Pendekatan yang tepat digunakan untuk mempelajari materi yang bersifat

abstrak adalah pendekatan multi representasi. Multi representasi merupakan

representasiyangmemadukan antara teks, gambar nyata, atau grafik. Multi

representasi adalah suatu cara penyajian konsep atau teori melalui berbagai cara

yaitu dengan representasi gambar, representasi verbal, represntasi matematis,

representasi video dan representasi grafik (Herawati, 2012).

Pendekatanmultirepresetasiadalahpendekatanyang

menggunakanberbagairepresentasiuntuk

menyampaikankonsepdalamprosespembelajarannya. Namun dalam penyampain

konsep ikatan Kimia yang menjadi fokus utama yaitu penyajian dengan

representasi gambar, representasi verbal dan representasi video.

Sehingga dengan menerapkan pendekatan ini, nantinya siswa akan

menggunakan kemampuan berpikirnya dalam menerima pembelajaran. Dimana

dengan menggunakan kemampuan berpikir, pembelajaran akan lebih hidup dan

tidak mudah dilupakan. Siswa akan melakukan hal yang menurut mereka penting,

bermanafat, dan disukai dalam pelaksanaan pembelajaran, serta mereka tidak

takut dalam mengemukakan pendapat, ide dan gagasan yang berbeda dengan

siswa lain bahkan dengan gurunya sendiri.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka dalam proses pembelajaran

diperlukan cara yang dapat mendorong siswa untuk memahami masalah. Siswa

yang terstimulus dengan masalah akan dapat meningkatkan kemapuan berpikir


5

kritis siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Selain itu, siswa dapat

terlibat aktif dalam menemukan sendiri penyelesaian masalah, serta mendorong

pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator.

Dengan demikian, dari sekian banyak model pembelajaran yang telah ada, model

discovery lerning merupakan salah satu model pembelajaran yang tepat untuk

meningkatkan cara berpikir kritis siswa, selain itu multi representasi erat

kaitannya dengan Discovery learningyang dapat dilihat dari sintaks

pembelajarannya.

Discovery learning merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan

peserta didik dalam pemecahan masalah untuk pengembangan pengetahuan dan

keterampilan. Siswa didorong untuk aktif belajar dengan konsep-konsep dan

prinsip-prinsip dan guru mendorong mereka untuk memiliki pengalaman-

pengalaman dan menghubungkan pengalaman tersebut untuk menemukan prinsip-

prinsip bagi diri mereka sendiri. Dengan demikian model pembelajaran ini dapat

mendukung terciptanya pembelajaran kimia yang dapat mengantarkan siswa

memahami konsep kimia sehingga hasil belajar dapat meningkat.

Modelpembelajarandiscovery learningmampumeningkatkan kemampuan

berpikirkritiskarenadarilangkah-langkahmodelpembelajarandiscovery

learningberpotensimengembangkankemampuanberpikirkritisdalammemecahkan

masalah,

denganmultirepresentasisiswaakanlebihmudahmemahamikonseppembelajaran.

Berbagai penelitian mengenai discovery learning telah dilakukan, seperti

penelitian yang dilakukan oleh Dini Andriani (2017) menyatakan bahwa


6

kemampuan metakognisi dan penguasaan konsep siswa meningkat dengan

menerapkan model discovery learning. Eka prani (2016) dalam penelitiannya

menyyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep IPA

meningkat dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning dan

interactif demonstration.

Berdasarkan latar belakang masalah maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Penerapan Model Discovery Learning Berbasis

Multi Representasi untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan

Penguasaan Konsep Ikatan Kimia pada Siswa Kelas X-MIA MAN 1 Muna”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana profil keterampilan berpikir kritis pada siswa kelas X-MIA MAN

1 Muna yang diajar dengan model discovery learning berbasis multi

representasi?

2. Bagaimana profil peningkatan penguasaan konsep pada siswa kelas X-MIA

MAN 1 Muna yang diajar dengan model discovery learning berbasis multi

representasi?

3. Bagaimanapeningkatan keterampilan berpikir kritis pada siswa kelas X-MIA

MAN 1 Muna dengan menerapkan model discovery learning berbasis multi

representasi pada materi ikatan kimia?


7

4. Bagaimana perbedaan efektivitas peningkatan keterampilan berpikir kritis

siswa antara modeldiscovery learning berbasis multi representasi dengan

pembelajaran langsung?

5. Bagaimana tanggapan siswaterhadap model pembelajaran Discovery

Learningberbasis multi representasi yang dikembangkan?

1.3 Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Profil keterampilan berpikir kritis pada siswa kelas X-MIA MAN 1 Muna

yang diajar dengan model discovery learning berbasis multi representasi.

2. Profil penguasaan konsep pada siswa kelas X-MIA MAN 1 Muna yang diajar

dengan model discovery learning berbasis multi representasi.

3. Peningkatan keterampilan berpikir kritis pada siswa kelas X-MIA MAN 1

Muna dengan menerapkan model discovery learning berbasis multi

representasi pada materi ikatan kimia.

4. Perbedaan efektivitas peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa antara

modeldiscovery learning berbasis multi representasi dengan pembelajaran

langsung.

5. Tanggapansiswaterhadap model Discovery learning berbasis multi

representasi yang dikembangkan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai suatu alternatif yang

berarti bagi guru, siswa, sekolah dan peneliti lainnya:


8

1. Bagi guru, dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan kimia di

kelas, sehingga pembelajaran kimia yang dianggap sulit bagi siswa dapat

dipahami dengan baik.

2. Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, khususnya pada

pada materi Ikatan Kimia.

3. Bagi sekolah, sebagai masukan dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran

kimia pada khususnya.

4. Bagi peneliti bidang sejenis, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu dasar

dan masukan dalam pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Kimia

Pada hakikatnya belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang

tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, dengan belajar manusia dapat

mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya.Menurut Djamarah (2002),

mengartikan belajar merupakan proses perubahan perilaku berkat pengalaman

dengan latihan, artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku. Sejalan

dengan itu, Kimbel dalam Simanjutak (2000), belajar adalah perubahan yang

relatif menetap dalam potensi tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan,

penguatan dan tidak termasuk perubahan karena kematangan, kelelahan atau

kerusakan yang terjadi pada susunan saraf atau dengan kata lain bahwa

mengetahui dan memahami sesuatu sehingga terjadi perubahan dalam diri

seseorang yang belajar. Sedangkan menurut Slameto (2003), mengemukakan

bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan

sebagai hasil pengalaman sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya.

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa sedangkan

mengajar yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa

(Ibrahim dan Syaodih, 2003). Menurut Surya (2004) pembelajaran adalah suatu

proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran sebagai sebuah sistem


10

memiliki beberapa komponen yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,

strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran

(Danasasmita, 2006).

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu

proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia yang dilakukan secara

sadar, bersifat permanen sebagai hasil pengalaman sendiri melalui interaksi

dengan lingkungannya.

Ilmu kimia dapat didefinisikan sebagai salah satu cabang ilmu

pengetahuan alam yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat-sifat zat atau

materi, dan perubahannya serta energi yang menyertai perubahan

tersebut.Menurut Kean dan Middlecamp (1985), karakteristik ilmu kimia yaitu

sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak sehingga diperlukan suatu media

pembelajaran yang dapat lebih mengkonkretkan konsep-konsep yang abstrak

tersebut, ilmu kimia yang dipelajari merupakan penyederhanaan dari ilmu yang

sebenarnya, ilmu kimia berkembang dengan cepat, ilmu kimia tidak hanya

sekedar memecahkan soal-soal, dan beban materi yang harus dipelajari dalam

pembelajaran kimia sangat banyak. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia

yang tidak bisa dipisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang

berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) dan kimia sebagai proses yaitu

kerja ilmiah (Mulyasa, 2006).

Berdasarkan beberapa definisi tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran

kimia adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dan dilaksanakan dengan
11

menarik sehingga siswa memperoleh berbagai pengalaman dibidang kimia dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran kimia.

2.2 Model Discovery Learning

1. Pengertian Model Discovery Learning

Menurut Joolingen (1998), discovery learning merupakan suatu model

pembelajaran dimana siswa membangun pengetahuan mereka sendiri melalui

suatu percobaan dan menemukan suatu prinsip dari percobaan tersebut.

Selanjutnya menurut Alfieri, dkk (2011) discovery learning didefinisikan sebagai

pembelajaran teori konstruktivis yang berbasis pada penyelidikan di mana

individu memiliki gambaran dari pengalamannya di masa lalu dan memiliki

pengetahuan sebelumnya untuk mengeksplorasi dan memahami konsep-konsep

baru. Hal ini sejalan dengan Utami, (2015) mengemukakan bahwa model

discovery learning melibatkan siswa dalam kegiatan bertukar pendapat, diskusi,

membaca sendiri, mencoba sendiri, agar siswa dapat belajar sendiri.

Selanjutnya menurut Susanti, (2016) model discovery merupakan model

pembelajaran yang mengarahkan siswa pada kegiatan yang dapat

mengembangkan keterampilan sains di mana siswa dibimbing untuk menemukan

dan menyelidiki sendiri tentang suatu konsep sains sehingga pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta

melainkan hasil temuan mereka sendiri. Hal ini diperkuat dengan pendapat

Tumurun, (2016) yang mengatakan bahwa discovery adalah proses pembelajaran

yang menitikberatkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan

berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau


12

generalisasi yang dapat diterapkan di lapanganBagi siswa pembelajaran akan

bermakna dan hasilnya akan bertahan lama ketika siswa ikut terjun langsung

dalam mendapatkan pengetahuan dan pengalamannya sendiri. Dalam hal ini siswa

akan jauh lebih semangat dalam belajar dan akan memberikan pengalaman yang

lebih bermakna. Sebagaimana menurut Rohim, dkk (2012) model discovery

inijugamampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih aktif dalam proses

pembelajaran, selain itu penerapan pembelajaran discovery dapat meningkatkan

keterampilan berpikir kreatif siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa discovery

learning adalah model pembelajaran yang menyajikan suatu pembelajaran tidak

dalam bentuk akhirnya, tetapi siswa diarahkan untuk dapat berperan aktif

memperoleh pengetahuannya sendiri dengan pengamatan atau diskusi dalam

rangka mendapatkan pembelajaran yang lebih bermakna.

2. Langkah-langkah Model Discovery Learning

Menurut Priyatni (2014) model discovery learning terdiri dari enam tahap

yaitu stimulasi, identifikasi masalah dan merumuskan hipotesis, pengumpulan

data, pengolahan data, pembuktian, dan generalisasi. Setiap tahap dalam model

pembelajaran discovery learning ini akan mendorong siswa berpikir kritis dan

analistis serta memahami, menerapkan dan mengembangkan pola pikir yang

rasional dan objektif dalam menerima materi pelajaran. Hal ini sejalan dengan

Mudiono, (2016) bahwasannya pemahaman guru tentang pengembangan model

pembelajaran discovery dapat dilihat dari beberapa tahap yaitu: (1) Pemberian

stimulus, artinya membantu siswa untuk melakukan eksplorasi; (2) identifikasi


13

masalah, artinya siswa mengidentifikasi terhadap masalah yang diberikan; (3)

pengumpulan data, artinya adalah siswa yang mengumpulkan banyak informasi;

(4) pengolahan data; (5) verifikasi; (6) generalisasi. Model pembelajaran berbasis

ilmu pengetahuan melalui model disovery learning sangat baik digunakan dalam

pengembangan pemahaman siswa, sehingga dapat membantu siswa menguasai

keterampian dalam proses kognitif, mendapatkan pengetahuan secara individu,

dan membangkitkan motivasi siswa.

Sejalan dengan hal itu menurut Murdiandari (2015), agar pelaksanaan

model discovery learning di kelas berjalan lancar, tahapan atau prosedur yang

harus dilaksanakan dalamkegiatan belajar mengajar secara umum adalah sebagai

berikut :

a. Pemberian stimulus

Pada tahap pemberian stimulus, siswa berkesempatan terlibat aktif dengan

kegiatan pengamatan data tentang fakta atau fenomena yang dapat

dijelaskan dengan penalaran tertentu menggunakan panca indera.

b. Identifikasi masalah dan merumuskan hipotesis

Pada tahap identifikasi masalah dan merumuskan hipotesis, siswa

berkesempatan mengajukan pertanyaan tentang apa yang diamati pada

kegiatan penalaran dan merumuskan jawaban sementara. Guru memberi

kesempatan kepada siswa mengajukan gagasan-gagasan meskipun gagasan

tersebut belum tepat. Bahasa yang diperlukan untuk merumuskan hipotesis

dapat diperoleh secara independen, dari guru, atau hasil dari interaksi

sosial.
14

c. Pengumpulan data

Pada tahap ini, berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan

benar atau tidaknya hipotesis, dengan demikian siswa diberi kesempatan

untuk mengumpulkan (collection) berbagai macam informasi yang

relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan

narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari

tahap ini adalah siswa belajar aktif untuk menemukan sesuatu yang

berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara

tidak sengaja peserta didik menghubungkan masalah dengan pengetahuan

yang telah dimiliki.

d. Pengolahan data

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang

telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan

sebagainya..

e. Pembuktian

pada tahap pembuktian, siswa melakukan pemeriksaan untuk

membuktikan benar tidaknya hipotesis dan menghubungkan dengan hasil

pengolahan data.

f. Generalisasi

Tahap akhir dari model discovery learning ini adalah generalisasi. Siswa

diminta untuk membuat kesimpulan dari pengetahuan yang diperolehnya

sehingga siswa dapat mempertanggungjawabkan.


15

Tahapan model discovery learning menurut In’am dan Hajar (2016)

diuraikan pada Tabel 2.1

Tabel 2.1.Tahapan model discovery learning

No Tahapan Kegiatan

1. Pemberian stimulus Dalam kegiatan ini, guru memberi stimulus


yang mungkin dalam bentuk bacaan, atau
gambar atau situasi sesuai dengan materi
pembelajaran yang akan dibahas, sehingga
siswa mendapatkan pengalaman belajar dari
mengamati pengetahuan konseptual melalui
kegiatan membaca, mengamati situasi atau
melihat gambar.

2. Mengidentifikasi masalah Para siswa diwajibkan untuk menemukan


masalah yang mereka hadapi. Sehingga
dalam kegiatan ini, para siswa diberi
pengalaman bertanya, mencari informasi
dan merumuskan masalah

3. Mengumpulkan data Pada tahap ini, para siswa diberi beberapa


pengalaman mencari dan mengumpulkan
data/informasi yang bisa digunakan untuk
memecahkan masalah.

4. Mengolah data Aktivitas pengolahan data akan melatih


siswa untuk mencoba dan berusaha untuk
menghubungkan masalah dengan konsep
yang diterapkan dalam kehidupan nyata.

5. Membuktikan Tahap ini mengarahkan siswa untuk


membuktikan kebenaran pengolahan data
melalui berbagai kegiatan antara lain
mengajukan pertanyaan teman sekelas,
berdiskusi, atau mencari sumber yang
relevan baik dari buku atau media lain, dan
mengaitkannya

6. Membuat kesimpulan Dalam kegiatan ini, para siswa diarahkan


untuk membuat kesimpulan berdasarkan
hasil pembuktian
16

Berdasarkan tahapan pada Tabel 2.1, dapat diuraikan kegiatan siswa

selama pelaksanaan pembelajaran yaitu:

a. Pemberian stimulus

Kegiatan dalam pemberian stimulus ini dapat mendorong siswa untuk

mengamati, mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban atas

masalah yang diberikan. Sehingga siswa dapat membangun pengetahuan

konseptualnya. Stimulus diberikan oleh guru selama kegiatan belajar dan

diketahui bahwa rangsangan yang diberikan berupa masalah yang sesuai

dengan materi pembelajaran.

b. Mengidentifikasi masalah

Identifikasi masalah yang dilakukan oleh siswa adalah menulis apa yang

diketahui, bertanya bila ada yang tidak dimengerti dan bagaimana

mengatasinya. Contoh proses mengidentifikasi masalah dapat dilihat dari

fakta bahwa siswa tersebut mengerjakan tugas lembar kerja siswa (LKS).

c. Mengumpulkan data

Proses pengumpulan data dilakukan oleh para siswa setelah

mengidentifikasi permasalahannya. Siswa diminta untuk membuat

kelompok dan memecahkan masalah secara bersama-sama. Siswa

mengumpulkan data/informasi dari berbagai sumber yang relevan seperti

buku atau dari sumber lain.

d. Mengolah data

Dalam kelompok, siswa dilatih untuk mencoba dan berusaha mengolah

data/informasi yang ditemukan dari beberapa sumber relevan.


17

e. Membuktikan

Kegiatan ini dilakukan oleh siswa setelah mereka menyelesaikan masalah.

Verifikasi berarti memeriksa kembali apa yang telah dilakukan dengan

menggunakan teori yang ada. Maksudnya siswa dituntut untuk memeriksa

kembali dan memastikan jawabannya. Verifikasi juga dibuat sebelum

kegiatan presentasi kelompok. Kelompok yang tidak sempat untuk

presentasi di depan kelas maka harus memperhatikan dan memeriksa

kebenaran dari jawaban kelompoknya.

f. Membuat Kesimpulan

Membuat kesimpulan dapat dilihat dari dua kegiatan: kegiatan kelompok

dan individu. Hal ini dimaksudkan untuk melihat aktivitas siswa dalam

kelompok maupun dalam kegiatan individu. Kegiatan kelompok dilakukan

saat para siswa mengadakan diskusi sebelum presentasi di depan

kelompok lain. Sedangkan kegiatan individu pada saat presentase selesai

dan ada jawaban dari siswa yang berbeda dengan semua kelompok. Dalam

hal ini, guru membantu siswa untuk mencari solusi dan membuat

kesimpulan. Oleh karena itu, penekanan kegiatan ini terdapat pada

individu. Pemahaman dan kesimpulan dibuat secara terpisah meski

dilakukan bersama.

Berdasarkan penjelasan dari para ahli di atas, maka dapat

disimpulkanbahwa model discovery learningadalah suatu model pembelajaran

yang membimbing siswa untuk menemukan informasi secara mandiri tentang

suatu pertanyaan dan hanya dengan bantuan dari sumber-sumber yang relevan.
18

Untuk menemukan informasi tersebut maka diperlukan prosedur

kegiatanpembelajaran, prosedurnya antara lain yaitu (1) pemberian stimulus; (2)

mengidentifikasi masalah; (3) mengumpulkan data; (4) mengolah data; (5)

membuktikan dan (6) memberikan kesimpulan.

3. Ciri-Ciri Model Discovery Learning

Menurut Istiana, dkk (2015) tiga ciri utama dari discovery learning yaitu:

(1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,

menggeneralisasikan pengetahuan, (2) berpusat pada siswa, (3) kegiatan untuk

menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada. Hal ini

sejalan dengan Holmes dan Hoffman (2000) yang menyebutkan bahwa ciri-ciri

dari pembelajaran discovery yaitu: (1) siswa menyusun, mengintegrasikan dan

menyimpulkan suatu materi melalui kegiatan ekplorasi dan penyelesaian masalah,

(2) Pembelajaran dilaksanakan dengan dasar ketertarikan, (3) Siswa diupayakan

menemukan pengetahuan baru yang diintegrasikan dengan pengetahuan yang

telah mereka miliki.

4. Kelebihan dan Kelemahan Model Discovery Learning

Menurut Mubarok dan Sulistyo (2014) model discovery learning memiliki

beberapa kelebihan sebagai berikut:

a. Hasilnya lebih efektif dibandingkan model pembelajaran yang lain.

b. Bahan yang diajarkan lebih mudah dipahami dan ditangkap cepat oleh

siswa.

c. Dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang studi lain atau dalam

kehidupan sehari-hari.
19

d. Dapat meningkatkan kemampuan menalar siswa dengan baik.

Kelebihan dari model discovery learning tersebut merupakan salah satu

alasan peneliti menggunakan metode tersebut dalam upaya meningkatkan

keterampilan berpikir kreatif siswa dalam proses pembelajaran.

Selain mempunyai kelebihan model discovery learning ini juga memiliki

beberapa kelemahan, seperti yang dikemukakan oleh Mawardi dan Mariati (2016)

adalah sebagai berikut:

a. Pada beberapa bidang ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur

gagasan yang dikemukakan oleh para siswa.

b. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena

membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan

teori atau pemecahan masalah lainnya.

c. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar

berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara

belajar yang lama.

d. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,

sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara

keseluruhan kurang mendapat perhatian.

e. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan

ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
20

2.3 Model Pembelajaran Langsung

1. Pengertain Model Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung (direct intruction) adalah penggunaan

pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan

dasar dan memperoleh pengetahuan langkah demi langkah. Arends (2001)

mengungkapkan bahwa model pembelajaran langsung bertujuan untuk

membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan yang dapat

diajarkan langkah-demi-langkah. Model pengajaran langsung (direct instruction)

dilandasi oleh teori belajar perilaku yang berpandangan bahwa belajar bergantung

pada pengalaman termasuk pemberian umpan balik. Satu penerapan teori perilaku

dalam belajar adalah pemberian penguatan. Umpan balik kepada siswa dalam

pembelajaran merupakan penguatan yang merupakan penerapan teori perilaku

tersebut.

Model pengajaran langsung memberikan kesempatan siswa belajar dengan

mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan apa yang dimodelkan

gurunya. Oleh karena itu hal penting yang harus diperhatikan dalam menerapkan

model pengajaran langsung adalah menghindari menyampaikan pengetahuan yang

terlalu kompleks. Disamping itu, model pengajaran langsung mengutamakan

pendekatan deklaratif dengan titik berat pada proses belajar konsep dan

keterampilan motorik, sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih

terstruktur.

Guru yang menggunakan model pengajaran langsung tersebut bertanggung

jawab dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran,   struktur materi, dan


21

keterampilan dasar yang akan diajarkan. Kemudian menyampaikan pengetahuan

kepada siswa, memberikan pemodelan/demonstrasi, memberikan kesempatan

pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep/keterampilan yang telah dipelajari,

dan memberikan umpan balik.

2. Sintaks Model Pembelajaran Langsung

Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan

Weil (1996), sebagai berikut:

Fase 1 : Fase Orientasi

Pada fase ini guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap

materi pelajaran yang meliputi:

a. Kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan

pengetahuan yang telah dimiliki siswa

b. Mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pembelajaran

c. Memberi penjelasan atau arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan

d. Menginformasikan materi atau konsep yang akan digunakan dan kegiatan

yang akan dilakukan selama pembelajaran

e. Menginformasikan kerangka pelajaran

f. Memotivasi siswa

Fase 2 : Fase Presentasi/Demonstrasi

Pada fase ini guru menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep atau

keterampilan yang meliputi:

a. Penyajian materi

b. Pemberian contoh konsep


22

c. Pemodelan/peragaan keterampilan

d. Menjelaskan ulang hal yang dianggap sulit atau kurang dimengerti oleh

siswa

Fase 3 : Fase Latihan Terstruktur

Dalam fase ini, guru merencanakan dan memberikan bimbingan kepada

siswa untuk melakukan latihan-latihan awal. Guru memberikan penguatan

terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi yang salah.

Fase 4 : Fase Latihan Terbimbing

Pada fase ini, siswa diberi kesempatan untuk berlatih konsep dan

keterampilan serta menerapkan pengetahuan atau keterampilan tersebut ke situasi

kehidupan nyata. Latihan terbimbing ini dapat digunakan guru untuk mengakses

kemampuan siswa dalam melakukan tugas, mengecek apakah siswa telah berhasil

melakukan tugas dengan baik atau tidak, serta memberikan umpan balik. Guru

memonitor dan memberikan bimbingan jika perlu.

Fase 5 : Fase Latihan Mandiri

Siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, dan guru memberikan

umpan balik bagi keberhasilan siswa.

Selain itu, Slavin (2003) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks

pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut.

a. Meginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa.

Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan

kinerja siswa yang diharapkan.


23

b. Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru

mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan

yang telah dikuasai siswa.

c. Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan materi,

menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, mendemontrasikan

konsep dan sebagainya.

d. Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan

mengoreksi kesalahan konsep.

e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini, guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau

menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok.

f. Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan

reviuw terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan

balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika

diperlukan.

g. Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-

tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap

materi yang telah mereka pelajari.


24

2.4 Multi Representasi

Kamusbesarbahasaindonesiamengartikanmultisebagaibanyak, lebihdari

satu, lebihdarudua danrepresentasi sebagaiperbuatanmewakili,

keadaandiwakili,apayangdiwakili, perwakilan.

MenurutPraindanWaldrip(PutridalamWidianingtyasSiswoyo danBakri,

2015)multirepresentasiberartimerepresentasiulangkonsepyangsama

denganformatyangberbedatermasukverbal, gambar, grafik dan numerik.

MenurutTytler(dalamWidianingtyas,SiswoyodanBakri,2015).Dalam

pembelajaransains,multirepresentasimengacupadapembelajaransainsyang

menggambarkansuatukonsepdanprosesyangsamadalamformatyang

berbeda,termasukformatverbal, grafikdanformatnumerik.Tahapan pembelajaran

dengan multi representasi diuraikan pada Tabel 2.2

Tabel 2.2.Tahapanpendekatan multi representasi


No Tahapan
1 Melakukan aperspsi melalui video atau gambar
Menyajikan peristiwa, kejadian, fenomena fisis yang sering dilihat dan
2 dialami siswa dengan video atau simulasi
Membantu siswa dalam mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas
3 belajar dengan LKS
4 Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai
5 melaksanaakan demonstrasi
6 Menyajikan peta konsep sebagai kesimpulan

Representasidapatdikategorikankedalamduakelompok,yaiturepresentasi

internaldaneksternal.Representasiinternaldidefisinikansebagaikonfigurasi

kognitifindividuyangdidugaberasaldariperilakumanusiayang

menggambarkanbeberapaaspekdariprosesfisikdanpemecahanmasalah.Disisi
25

lain,representasieksternaldapatdigambarkansebagaisituasifisikyang

terstrukturyangdapatdilihatdenganmewujudkanide-idefisik(dalamSunyono,2012).

Representasikonsep-konsepdalamsainsyangmemangmerupakankonsep

ilmiah,secarainherenmelibatkanmulti modal,yaitumelibatkankombinasilebih

darisatumodusrepresentasi.Dengandemikian,keberhasilanpembelajaransains

meliputikonstruksiasosiasimentaldiataraangkettingkatmakroskopik,

submikroskopikdansimbolikdarirepresentasifenomenasainsdengan

menggunakanmodusrepresentasiyangberbeda(ChangdanGilbertdalam

Sunyono,2012).

Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa multi

representasi adalah yang pendekatan mempresentasikonsep

yangsamadalambeberapaformatyangberbeda-beda.Representasiadalah

sesuatuyangdapatdisimbolkanatausimbolpadasuatuobyekataupunproses.

Adatigafungsiutamadarimultirepresentasi,yaitusebagaipelengkapdalam

proseskognitif,membantumembatasikemungkinankesalahaninterpretasilain,

danmembangunpemahamankonsepdenganlebihmendalam.Selaintigafungsi

utamadiatas,multirepresentasijugaberfungsiuntukmenggaliperbedaan-

perbedaandalamsuatuinformasiyangdinyatakanolehmasing-masing

interpretasi.Multirepresentasicenderungdigunakanuntuksalingmelengkapi

dimanarepresentasitunggaltidakmemandaiuntukmemuatsemuainformasi

yangdisampaikan(AinsworthdalamIrwandani,2015).
26

2.5 Penguasaan Konsep

Menurut Elmasari (2016) konsep merupakan pokok utama yang mendasari

keseluruhan sebagai hasil berpikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa,

fakta yang menerangkan banyak pengalaman. Pemahaman dan penguasaan

konsep akan memberikan suatu aplikasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan

suatu stimulus yang spesifik sehingga dapat digunakan dalam segala situasi dan

stimulus yang mengandung konsep tersebut. Belajar tanpa konsep, akan

mengakibatkan hasil belajar mengajar tidak akan berhasil. Hanya dengan bantuan

konsep, proses belajar mengajar dapat ditingkatkan lebih maksimal sehingga hasil

belajar mengajar akan berhasil. Hal ini sejalan dengan Zubaidah (2010)

bahwasannya konsep adalah pengetahuan dasar atau faktor yang mempengaruhi

proses pembelajaran.

Selanjutnya menurut Sutiyo, dkk (2014) dengan menemukan konsep

sendiri maka pemahaman yang didapat oleh siswa akan bertahan lama dalam

ingatannya. Juga siswa akan lebih mudah dalam memahami konsep yang ada.

Selain itu juga lebih mudah dalam mengembangkan potensi dalam dirinya karena

pemahaman yangdi dapat dari usahanya sendiri. Dengan demikian tujuan

pembelajaran akan tercapai. Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat

dikatakan bahwa penguasaan konsep merupakan proses penyerapan ilmu

pengetahuan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dengan

memiliki penguasaan konsep, peserta didik akan mampu mengartikan dan

menganalisis ilmu pengetahuan yang diperoleh dari fakta dan pengalaman.


27

2.6 Keterampilan Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah memeberdayakan keterampilan atau strategi kognitif

dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilakukan setelah menentukan tujuan,

mempertimbangkan dan mengacu langsung pada sasaran, merupakan bentuk

berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah,

merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan dan membuat

keputusan ketika menggunakan semua kemampuan tersebut secara effektif dalam

konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan

mengevaluasi dan mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala

menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan.

Berpikir kritis menggunakan dasar proses berfikir untuk mnganalisis

argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap makna dan interpretasi, untuk

mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, mamahami asumsi yang

mendasari tiap posisi (Liliasari, 2005). Selain itu berpikir kritis merupakan cara

berpikir reflektifyang asuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk

menentukan apa yang harus diyakini dan apa yang harus dilakukan.

Indikatorketerampilan berpikir kritis terdi atas lima yaitu; memberikan penjelasan

sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat,

menjelaskan lebih lanjut, serta mengatur strategi dan taktik.

Hasil penelitian Mohd (2010), menyatakan bahwa berpikir kritis

memainkan peran penting dalam pendidikan, dan merupakan objek pembelajaran,

penelitian harus fokus pada penemuan metode pembelajaran yang paling effektif

untuk pengembangannya. Menurut Thomas (2011) dalam penelitiannya


28

menyatakan bahwa berpikir kritis dapat ditingkatkan dengan pembelajaran yang

melibatkan diskusi dan tugas yang saling dikaitkan. Selain itu dia menyatakan

“provides ideas of the skills the students need to develop and how we can

integrate the students’ understanding of those skills with their learning in the

clasroom and through their first-year assignments and activities” memberikan

gagasan bagi keterampilan siswa agar dikembangkan dan digabungkan

pemahaman siswa dan pengetahuan mereka di dalam kelas dan aktivitasnya.

Taksonomi keterampilan berpikir kritis ini dapat diklasifikasikan pada

taksonomi Bloom. Menurut Widodo (2006), taksonomi Bloom versi baru terdiri

atas remember (mengingat), understand (memahami), apply (mengaplikasikan),

analyz (menganalisis), evaluate ( mengevaluasi) dan create ( bereaksi/membuat).

Tujuan berpikir kritis adalah menciptakan suatu semangat berpikir kritis yang

mendorong siswa memertanyakan apa yang mereka dengar dan mengkaji pikiran

mereka sendiri untuk memastikan tidak terjadi logika yang tidak konsisten atau

keliru (Nurhadi, 2009).

Menurut Ennis (1996), terdapat enam elemen dasar dalam berpikir kritis

yaitu: focus (fokus), reason (alasan), inference (membuat pernyataan), situation

(situasi), clarity (kejelasan) dan overview (tinjau ulang). Penjelasan mengenai

keenam dasar tersebut sebagai berikut:

1. Focus (fokus), yaitu hal pertama yang dilakukan untuk mengetahui

informasi. Untuk fokus terhadap permasalahan, diperlukan pengetahuan.

Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki akan semakin mudah menenali

informasi.
29

2. Reason (alasan), yatu mencari kebenaran dari pernyataan yang akan

dikemukakan. Dalam mengemukakan pernyataan harus disertai alasan-alasan

yang mendukung pernyataan tersebut.

3. Inference (membuat pernyataan), yaitu mengemukakan pendapatdengan

alasan yang tepat.

4. Situation (situasi), yaitu kebenaran dari pernyataan tergantung dari situasi

yang terjadi. Oleh karena itu, perlu mengetahui sitasi/keadaan permasalahan.

5. Clarity ( kejelasan), yaitu memastikan kebenaran sebuah pernyataan dari

situasi yang terjadi.

6. Overview (tinjauan ulang), yaitu melihat kembali sebuah proses dalam

memastikan sebuah kebenaran pernyataan dalam situasi yang ada sehingga

bisa menentukan keterkaitan dengan situasi lainnya.

Keenam segmen dasar tersebut dijabarkan dalam aspek kemampuan

berpikir kritis, indikator kemampuan berpikir kritis dibagi atas lima kelompok,

yaitu 1) memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification); 2)

membangun keterampilan dasar (basic support); 3) membuat kesimpulan

(inferring); 4) membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification);

5) mengatur strategi dan taktik (strategies and tactics). Kelima aspek

tersebutdiuraikan lebih lanjut:

1. memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification)

a. memfokuskan pertanyaan yang muncul

b. menganalisis argument

c. bertanya dan menjawab pertanyaan


30

2. membangun keterampilan dasar (basic support)

a. mempertimbangkan kredibilitas (kriteria suatu sumber)

b. mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi

c. membuat kesimpulan (inferring)

a. melakukan dan mempertimbagkan dedukasi

b. melakukan dan mempertimbangkan induksi

c. melakukan dan mempertimbangkan keputusan

d. membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification)

a. mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan nilai keputusan

b. mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan defenisi

d. mengatur strategi dan taktik (strategies and tactics)

a. memutuskan suatu tindakan

b. berinteraksi dengan orang lain

Sementara itu, Garrison (2000), membagi empat fase berpikir kritis yaitu:

1) Trigger event (cepat tanggap terhadap peristiwa), yaitu mengidentifikasi atau

mengenali suatu isu, masalah, dilema dari pengalaman seseorang, yang

diucapkan instruktur, atau pelajar lain, 2) eksploration (eksplorasi), memikirkan

ide personal dan sosial dalam rangka membuat persipan keputusan, 3) integration

(integrasi), yaitu mengkonstruksi maksud/arti dari gagasan dan mengintegrasikan

informasi relevan yang telah ditetapkan pada tahap sebelumnya, dan 4) resolution

(mengulangi penyelesaian), yaitu mengusulkan solusi secara langsung kepada

isu, dilema atau masalah serta menguji gagasan dan hipotesis.


31

Model Discovery learning erat kaitannya dengan karateristik kemampuan

berpikir kritis. Lebih menekankan pada usaha penyelesaian masalah melalui

kegiatan penyelidikan. Kegiatan penyelidikan peserta didik ini tentunya

membutuhkan informasi dari segala sumber.

2.7 Hubungan Model Discovery dengan keterampilan berpikir kritis

Terdapat keterkaitan antara model discovery dengan multi representasi

yaitu dapat dilihat dai beberapa defenisi model discovery misalnya Roestiyah

(2008) mengemukakan bahwa model pembelajaran discovery merupakan

prosesmental dimana peserta didik mampu mengasimilasi suatu konsep atau

prinsip sehingga dengan proses mental tersebut dapat melatih dan meningkatkan

keterampilan proses sains. Pendapat ini sesuai dengan Susanti, et.al (2016) yang

mengungkapkan bahwa metode discovery sebaiknya digunakan oleh guru untuk

mengembangkan keterampilan proses sains. Sedangkan Widiadnyana, et. al

(2014) melaporkan bahwapenerapan model pembelajaran discovery berpengaruh

terhadap pemahaman konsep karena siswa terlibat aktif dalam meningkatkan

pengetahuannya sendiri sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat bertahan

lebih lama dan dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk

berpikir. . Tampak bahwa definisi di atas memandang berpikir kritis sebagai

kemampuan pemecahan masalah. Bahkan secara lebih tegas Nakin (2003)

memandang berpikir kritis sebagai proses pemecahan masalah.

Keterkaitan lebih jelas antara berpikir kritis dan pemecahan masalah

dikemukakan Treffinger dalam Alexander (2007), yang menyatakan bahwa


32

kemampuan berpikir kritis diperlukan untuk memecahkan masalah, khususnya

masalah kompleks.

Pentingnya kemampuan berpikir kreatif dalam aktivitas pemecahan

masalah ditunjukkan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Hwang et al

(2004). Berdasarkan penelitiannya yang berjudul Multiple Representation Skills

andCreativity Effects on Mathematical Problem Solving Using a

MultimediaWhiteboard, mereka menyimpulkan bahwa kemampuan elaborasi,

yang merupakan salah satu komponen berpikir kreatif, merupakan faktor kunci

yang menstimulasi siswa untuk mengkreasi pengetahuan mereka dalam aktivitas

pemecahan masalah. Kemampuan berpikir kreatif mendukung kinerja individu

dalam aktivitas pemecahan masalah.

2.8 Materi Ikatan Kimia

Standar Isi yang merupakan kriteria mengenai ruang lingkup materi dan

tingkat kompetensi peserta didik untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang

dan jenis pendidikan tertentu. Menurut Permendikbud nomor 64 tahun 2013

tentang Standar Isi, terutama pada prinsip pembelajaran ilmu kimia dalam ruang

lingkup materi ikatan kimia, pada kurikulum 2013 memiliki dasar kompetensi

yaitu: (1) Menumbuhkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui

pengamatan terhadap fenomena dan prinsip kimia; (2) Mengembangkan sikap

ilmiah, rasa ingin tahu, berpikir logis dan analitis, tekun ulet, jujur, disiplin,

tanggung jawab, santun dan peduli melalui ilmu kimia; (3) Memahami struktur

atom dan molekul, ikatan kimia, sifat fisik dan kimia unsur, keperiodikan sifat

unsur dan dapat mengaitkan struktur atom, jenis ikatan, struktur molekul dan
33

interaksi antar molekul dengan sifat fisik dan kimianya yang teramati;

(4) Menerapkan hukum-hukum dasar kimia, energetika, kinetika dan

kesetimbangan untuk menje;laskan fenomena yang terkait seperti kespontanan

reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi jalannnya suatu reaksi;

(5) Merancang dan melakukan percobaan kimia yang mencakup perumusan

masalah, mengajukan hipotesis, menentukan variabel, memilih instrumen,

mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data, menarik kesimpulan, dan

mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis; (6) Menganalisis

dan menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan sifat-sifat molekul,

reaksi kimia, kesetimbangan kimia, kinetika kimia, dan energetika, serta

menerapkan pengetahuan ini pada berbagai bidang ilmu dan teknologi.

Serta jika ditinjau dari isi Standar Isi pada materi ikatan kimia, terbagi atas

empat dimana siswa harus dapat: (1) Menyadari adanya keteraturan struktiur

partikel materi sebagai wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang

struktur partikel materi sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang

kebenarannya bersifat tentatif; (2) Menunjukan perilaku ilmiah (memiliki rasa

ingin tahu, disiplin, jujur, objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini,

ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratif, komunikatif)

dalam merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan

dalam sikap sehari-hari; (3) Membandingkan proses pembentukan ikatan ion,

ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi, dan ikatan logam seta interaksi antra

partikel (atom, ion, molekul) materi dan hubungannya denga sifat fisik materi;

(4) Mengolah dan menganalisis perbandingan proses pembentikan ikatan ion,


34

ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi, dan ikatan logam serta interaksi antar

partikel (atom, ion, molekul) materi dan hubungannya dengan sifat fisik materi.

Bertdasarkan standar isi diatas, maka telah ditetapkan Standar Kompetensi

lulusan (SKL) pada materi Ikatan Kimia itu sendiri; Mendeskripsikan struktur

atom, sistem periodik unsur dan ikatan kimia untuk menentukan sifat-sifat unsur

dan senyawa. Dengan uraian (1) Menentukan unsur dan kaitannya dengan struktur

atom konfigurasi elektron dan letaknya dalam tabel periodik; (2) Menganalisis

jenis ikatan kimia (ikataan ion, ikatan kovalen dan ikatan logam beserta gaya antar

molekul (Kemendikbud, 2013).

1. Pengertian Ikatan Kimia

Ikatan kimia adalah interaksi yang menjelaskan hubungan antar atom

sehingga menjadi molekul, ion, kristal dan spesi yang lebih stabil lainnya. Ketika

atom mendekati satu sama lain, maka elektron yang berada pada kulit terluar dari

atom tersebut akan melakukan interaksi dan cnderung terdistribusi dengan bentuk

yang sedemikian rupa.

2. Kestabilan Unsur dan Konfigurasi Elektron

Selain gas mulia, hampir semua unsur yang ada dialam terdapat sebagai

senyawa (gabungan dua unsur atau lebih yang terikat secara Ikatan Kimia). Semua

ini menunjukan bahwa dialam unsur-unsur tidak stabil dalam keadaan unsur

bebas. Ketidak stabilan unsur-unsur ini ada hubungannya dengan konfigurasi

elektron yang dimilikinya.

Tahun 1916, G.N. Lewis dan Langmuir menyatakan bahwa unsur-unsur

gas mulia sukar berikatan dengan unsur lain maupun dengan unsur sejenis sebab
35

elektron valensinya sudah penuh. Konfigurasi elektron gas mulia sebanyak 8

elektron (oktet), kecuali helium 2 elektron (duplet), seperti ditunjukan pada Tabel

2.3.

Tabel 2.3. Konfigurasi Elektron Unsur-unsur Gas Mulia


Unsur Nomor atom Konfigurasi elektron

He 2 2
Ne 10 2 8
Ar 18 2 8 8
Kr 36 2 8 18
Xe 54 2 8 18 18 8
Rn 86 2 8 18 32 18 8

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, suatu atom yang memiliki

konfigurasi elektron serupa dengan gas mulia akan stabil. Dengan kata lain,

unsur-unsur yang memiliki konfigurasi elektron tidak mirip dengan konfigurasi

elektron gas mulia tidak stabil. Struktur lewis, pasangan elektron dan elektron

ikatan untuk bberapa atom dapat dilihat pada tabel 2.3.


36

Tabel 2.4. Struktur Lewis, Pasangan Elektron, dan Elektron Ikatan Beberapa
Atom

Golongan Unsur Konfigurasi Elektron Struktur Pasangan Elektron


elektron valensi lewis elektron ikatan

IV C 2.4 4 C 0 4
V N 2.5 5 N 1 3
VI O 2.6 6 O 2 2
VII F 2.7 7 F 3 1
VIII Ne 2.8 8 Ne 4 0

Berdasarkan hal itu, Lewis menyatakan bahwa unsur-unsur selain gas

mulai dapat mencapai keadaan stabil dengan cara membentuk molekul, dimana

konfigurasi elektron dari masing-masing atom dalam molekul yang dibentuknya

menyerupai konfigurasi elektron gas mulia. Gagasan tersebut kemudian

dikembangkan menjadi suatu teori sebagai berikut.

a. Elektron pada kulit terluar mempunyai peran besar dalam

pembentukan Ikatan Kimia.

b. Ikatan yang terbentuk dapat disebabkan perpindahan satu atau lebih

elektron dari satu atom ke atom lain.

c. Ikatan yang terbentuk dapat juga disebabkan pemakaian bersama

pasangan elektron diantara atom-atom berikatan.

d. Perpindahan atau pemakaian bersama elektron berlangsung sedemikian

rupa sehingga setiap atom yang terlibat mempunyai konfigurasi

elektron serupa atom gas mulia (Sunarya, 2010).


37

3. Ikatan Ion

Salah satu langkah untuk mencapai keadaan stabil, atom-atom melakukan

ikatan satu sama lain dengan cara serah-terima elektron valensi membentuk ikatan

ion. Teori ikatan ion yang dapat dipakai sampai sekarang adalah teori dari Kossel.

Menurut Kossel, ion-oin akan stabil jika memiliki konfigurasi elektron yang

serupa dengan konfigurasi elektron ggas mulia (Sunarya, 2010).

Adanya serah-terima elektron menghasilkan atom-atom bermuatan listrik

yang berlawanan sehingga terjadi gaya tarik-menarik elektrostatik. Gaya tarik-

menarik inilah yang disebut ikatan ion. Atom-atom yang menyerahkan elektron

valensinya kepada atom pasangannya yang bermuatan positif disebut kation.

Adapun atom-atom yang menerima elektron yang bermuatan negatif disebut

anion.

Lewis menggambarkan elektron valensi atom dengan titik yang

mengelilingi lambang atomnya. Jumlah titik menyatakan jumlah elektron valensi.

Penulisan seperti itu dikenal dengan rumus titik elektron (Setiabudi, 2009).

Perhatikan proses pembentukan senyawa natrium klorida (NaCl) yang

terbentuk dari atom natrium (Na) dan atom klorin (Cl) berikut.

Na 2 8 1 Na+ 2 8

Cl 2 8 7 Cl- 2 8 8

Atom Na memiliki konfigurasi elektron 2 8 1 sehingga elektron

valensinya 1. Adapun konfigurasi atom Cl adalah 2 8 7 sehingga elektron

valensinya adalah 7. Dalam keadaan netral, atom Na dan Cl memiliki jumlah


38

elektron dan proton yang sama banyak. Atom Na memiliki 11 proton dan 11

elektron, sedangkan atom Cl memiliki 17 proton dan 17 elektron.

Keadaan ini, atom Na dan Cl tidak stabil. Berdasarkan kaidah oktet, untuk

mencapai kestabilannya, atom Na harus melepaskan 1 elektron, sedangkan atom

Cl membutuhkan 1 elektron.

Atom Na akan bermuatan positif karena jumlah proton lebih banyak

daripada jumlah elektron. Adapun atom Cl akan bermuatan negatif karena jumlah

proton lebih sedikit daripada jumlah elektron. Dengan demikian, atom Na dan Cl

dapat mencapai kestabilannya dengan cara serah terima elektron. Atom Na

menyerahkan 1 elektron kepada atom Cl sehingga atom Cl menerima 1 elektron

dari Na.

Karena berbeda muatan, ion Na+ dan ion Cl- akan saling tarik menarik.

Interaksi yang dinamakan interaksi elektrostatik ini berlangsung secara terus

menerus. Ikatan kimia yang terbentuk dengan cara serah terima elektron, seperti

pembentukan NaCl, dinamakan ikatan ion. Senyawa yang terbentuk melalui

ikatan ion disebut senyawa ion. Adapun penggambaran struktur Lewis senyawa

NaCl adalah sebagai berikut:

(Rahayu, 2002).
39

4. Ikatan kovalen

Menurut lewis, atom-atom non-logam membentuk iktan dengan atom-

atom non-logam dengan cara masing-masing atom memberikan sumbangan

elektron valensi untuk digunakan bersama membentuk ikatan kovalen. Ikatan

kovalen terjadi akibat kecenderungan atom-atom non-logam untuk mencapai

konfigurasi elektron gas mulia. Senyawa yang terbentuk dinamakan senyawa

kovalen (Sunarya, 2010).

Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi akibat pemakaian pasangan

elektron secara bersama-sama oleh dua atom. Ikatan kovalen terbentuk diantara

dua atom yang sama-sama ingin menagkap elektron. Cara atom-atom saling

mengikat dalam suatu molekul dinyatakan oleh rumus bangun atau rumus

struktur. Rumus struktur diperoleh dari rumus Lewis dengan mengganti setiap

pasangan elektron ikatan dengan sepotong garis. Misalnya, rumus bangun H 2

adalah H-H. Didalam ikatan kovalen terdapat beberapa jenis didalamnya yaitu:

a. Ikatan Kovalen Tunggal

Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan yang terbentuk dari penggunaan

bersama sepasang elektron (setiap atom memberikan saham satu elektron untuk

digunakan bersama). Adapun salah satu contohnya pada senyawa HCl.

Konfigurasi elektron H dan Cl adalah:

H : 1 (memerlukan 1 elektron)

Cl : 2 8 7 (memerlukan 1 elektron)
40

Masing-masing atom H dan Cl memerlukan 1 elektron. Jadi, 1 atom H akan

berpasangan dengan 1 atom Cl. Adapun lambang lewis ikatan H dan Cl dalam

HCl adalah sebagai berikut:

(Utami,2009).

b. Ikatan Kovalen Rangkap Dua

Ikatan kovalen rangkap dua terbentuk dari dua elektron valensi yang

disahamkan oleh setiap atom, misalnya pada molekul O2. Oksigen mempunyai

enam elektron valensi, sehingga untuk mencapai konfigurasi oktet harus

memasangkan dua elektron. Pembentukan ikatannya dapat digambarkan sebagai

berikut.

(Utami, 2009).

c. Ikatan Kovalen Rangkap Tiga

Ikatan kovalen rangkap tiga terbentuk dari tiga elektron valensi yang

disahamkan oleh setiap atom, misalnya dalam molekul N2. Nitrogen mempunyai

lima elektron valensi, jadi harus memasangkan tiga elektron untuk mencapai

keadaan konfigurasi oktet. Pembentukannya dapat digambarkan sebagai berikut.


41

(Utami, 2009).
Ikatan kovalen rangkap tiga terdapat dalam molekul N 2. Dengan

konfigurasi atom 7N : 1s2 2s2 2p3. Untuk mencapai konfigurasi oktet diperlukan

elektron tambahan. Ketiga elektron ini diperoleh dengan cara gabungan tiga

elektron valensi dari masing-masing atom N membentuk tiga pasangan elektron

ikatan, sehingga terbentuk ikatan kovalen rangkap tiga (Sunarya, 2010).

d. Ikatan Kovalen Koordinasi

Dalam ikatan kovalen terjadi penggunaan bersama pasangan elektron

valensi untuk mencapai konfigurasi elektron serupa gas mulia (oktet atau duplet).

Jika pasangan elektron yang dipakai berikatan kovalen berasal hanya dari salah

satu atom. Ikatan seperti ini dinamakan ikatan kovaelen koordinasi (Sunarya,

2010).

Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen dimana pasangan elektron

yang dipakai bersama hanya disumbangkan oleh satu atom, sedangkan atom yang

satu lagi tidak menyumbangkan elektron. Ikatan kovalen koordinasi hanya akan

dapat terjadi jika salah satu atom mempunyai pasangan elektron bebas. Salah satu

contohnya yaitu, ion amonium (NH4+). Ion ini dibentuk dari amonia (NH3) dan

ion hidrogen melalui ikatan kovalen koordinasi, seperti yang ditunjukan berikut

ini.
42

Ion amonium, sepasang elektron yang digunakan bersama antara atom

nitrogen dan ion H+ berasal dari atom nitrogen. Jadi, dalam ion amonium terdapat

ikatan kovalen koordinasi (Utami, 2009).

e. Polarisasi Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen melibatkan penggunaan bersama sepasang elektron valensi.

Jika atom-atom yang berikatan homointi, misalnya dalam molekul H2, Cl2, O2,

kedua inti yang menarik pasangan elektron valensi sama besar, sehingga sebaran

muatan elektron diantara kedua inti atom yang berikatan homogen. Jika atom-

atom yang berikatan heterointi, misalnya dalam molekul HCl, BeO, NO, maka

sebaran muatan elektron disekitar dua inti yang berikatan tidak homogen, sebab

kemampuan menarik pasangan elektron ikatan tidak sama (Sunarya, 2010).

Senyawa kovalen dikatakan polar jika senyawa tersebut memiliki

perbedaan keelektronegatifan. Hal ini dikarenakan kedudukan pasangan elektron

ikatan tidak selalu simetris terhadap dua atom yang tidak berikatan. Karena setiap

unsur mempunyai daya tarik elektron (keelektronegatifan) yang berbeda-beda.

Salah satu akibat dari eelektronegatifan adalah terjadi polarisasi pada ikatan

kovalen. Perhatikan kedua contoh berikut:


43

(Rahayu, 2009).

Pada contoh (a), kedudukan pasangan elektron ikatan sudah pasti simetris

terhadap kedua atom H2. Dalam molekul H2 tersebut muatan negatif (elektron)

tersebar homogen. Hal ini dikenal dengan ikatan kovalen non polar. Sedangkan

pada contoh (b), pasangan elektron ikatan tertarik lebih dekat ke atom Cl. Hal ini

dikarenakan atom Cl mempunyai tingkat keelektronegatifan lebih besar dari pada

atom H. Hal ini menyebabkan adanya polarisasi pada HCl, dimana atom Cl lebih

elektronegatif daripada atom H. Ikatan seperti ini dikenal dengan ikatan kovalen

polar (Utami, 2009).

5. Pengecualian aturan Oktet

Walaupun aturan oktet banyak membantu meramalkan rumus kimia

senyawa biner sederhana, akan tetapi terdapat beberapa senyawa-senyawa yang

melanggar aturan tersebut. Pengecualian aturan oktet dapat dibagi menjadi tiga

kelompok sebagai berikut.

a. Senyawa yang tidak mencapai aturan oktet

Senyawa yang atom pusatnya mempunyai elektron valensi kurang dari

4 termasuk dalam kelompok ini. Hal ini menyebabkan setelah semua

elektron valensinya dipasangkan tetap belum mencapai oktet. Beberapa

contoh senyawanya adalah BeCl2, BCl3 dan AlBr3.


44

b. Senyawa dengan jumlah elektron valensi ganjil

Salah satu contoh senyawa bervalensi ganjil adalah NO 2, yang

mempunyai elektron valensi ganjil (5 + 6 + 6) = 17. Adapun kemungkinan

rumus lewis untuk senyawa NO2 sebagai berikut

c. Senyawa yang melampaui aturan oktet

Senyawa-senyawa yang melampaui aturan oktet biasanya terjadi pada

unsur-unsur periode tiga atau lebih yang dapat menampung lebih dari 8

elektron pada kulit terluarnya. Perlu diingat bahwa, kulit M dapat

menampung hingga 18 elektron. Adapun beberapa contoh senyawa yang

melampaui aturan oktet yaitu PCl5, SF6, CIF3, IF7 dan SbCl5. Berikut

penggambaran rumus lewis pada beberapa senyawa berikut penggambaran

rumus lewis pada beberapa senyawa berikut (Utami, 2009).


45

Aturan oktet muncul dari fakta bahwa unsur-unsur golongan utama

dalam ampir semua senyawa hanya menggunakan orbital kulit terluar ns

dan np dalam membentuk ikatan, dimana kedua jumlah orbital ini

memiliki delapan elektron. Unsur-unsur priode kedua dibatasi oleh orbital-

orbital ini, sehingga maksimum delapan elektron. Namun demikian, pada

periode ketiga, unsur-unsur juga memiliki orbital nd yang belum terisi dan

dapat digunakan untuk berikatan. Misalnya pada molekul PCl3 tetapi

ikatan tambahan dapat dibentuk jika orbital 3d yang masih kosong

digunakan berikatan. Jika kelima elektron valensi dari atom fosfor

dipasangkan dengan dari atom klorin maka akan dibentuk PCl 5, dan orbital

yang digunakan harus melibatkan orbital 3d yang belum terisi. Jadi fosfor

dapat membentuk PCl3 dan PCl5 (Sunarya, 2010).

6. Ikatan Logam

Ikatan logam merupakan ikatan kimia antara atom-atom logam, bukan

merupakan ikatan ion maupun ikatan kovalen. Dalam sauatu logam terdapat atom-

atom sesamanya yang berikatan satu sama lain sehungga suatu logam akan

bersifat kuat, keras, dan dapat ditempa.

Elektron-elektron valensi dari atom-atom logam bergerak dengan cepat

(membentuk lautan elektron) mengelilingi inti atom (neutron dan proton). Ikatan
46

yang terbentuk sangat kuat sehingga menyebabkan ikatan antar atom logam sukar

dilepaskan.

Unsur-unsur logam pada umumnya merupakan zat padat pada suhu kamar

dan kebanyakan logam adalah penghantar listrik yang baik. Anda dapat menguji

sifat logam suatu benda dengan cara mengalirkan arus listrik kepada benda

tersebut. Hal ini dikarenakan elektron-elektron ini mudah dari atom ke atom lain

(Utami, 2009).

Terdapat beberapa teori yang menerangkan ikatan pada logam, diantaranya

adalah teori lautan elektron. Teori ikatan logam pertama kali dikembangkan oleh

Drude (1902), kemudian diuraikan oleh Lorentz (1916) sehingga dikenal dengan

teori elektron bebas atau teori lautan elektron dari Drude-Lorentz. Menurut teori

ini, kristal logam tersusun atas kation-kation logam yang terpateri di tempat (tidak

bergerak) dikelilingi oleh lautan elektron valensi yang bergerak bebas dalam kisi

kristal (perhatikan gambar 2.1). Ikatan logam terbentuk antara kation-kation

logam dan elektron valensi.

Gambar 2.1. Bentuk Ikatan Logam

Elektron-elektron valensi logam bergerak bebas dan mengisi ruang-ruang

diantara kisi-kisi kation logam yang bermuatan positif. Oleh karena bergerak
47

bebas, elektron-elektron valensi dapat berpindah jika dipengaruhi oleh medan

listrik atau panas (Sunarya, 2010).

2.9 Hasil Penelitian Yang Relefan

Beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian dari Sundaygara (2014) yang berjudul pengaruh multi

representasi pada pembelajaran berbasis masalah terhadap penguasaan

konsep fisika siswa menunjukan bahwa terdapat

perbedaanpenguasaankonsep fisikasiswa yangbelajar denganmodel

PBMdengan multi representasidansiswayang belajar dengan model PBM.

2. Hasil penelitian dari Herawati (2013) yang berjudul

pembelajarankimiaberbasis multi representasiditinjaudarikemampuan

awal terhadapprestasibelajarlajureaksi siswaSMANKarangnyar menunjukan

bahwa prestasibelajar siswabaikdari aspek kognitif, afektif, maupun

psikomotor padamateri LajuReaksi dengan pembelajaranmultiple

representasilebih tinggidari pada pembelajarankonvensional.Hal ini

disebabkan pembelajaranmultiple representasi memberikankesempatan

yang lebih banyak kepada siswa dalammerumuskandan menemukan

konsepmateri lajureaksi melalui berbagai representasi sehingga tingkat

pemahamansiswa terhadap materi ajar akanlebihbaik.

Pembelajaranmultiple representasi jugadapatmeningkatkanafeksi dan

psikomotor siswa.
48

3. Hasil penelitian dari Nirawati (2000) denagn judul penerapan model

pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan

represebtatif dan pemahaman matematis siswa dalam materi pecahan

dikelas VII SMP Negeri 1 Sungai Kulit menunjukan bahwa secara

signifikan terjadi peningkatan kemampuan representasi maupun proses

pemahaman konsep matematis siswa yang belajar dengan model

pembelajaran berbasis masalah dai siswa yang belajar secara

konvensional.

2.10 Kerangka Berpikir

Permasalahan yang paling menonjol dalam proses belajar mengajar yaitu

penggunaan model pembelajaran langsung, dimana siswa hanya menerima

penjelasan dari guru tanpa berusaha menemukan sendiri suatu konsep yang

sedang dipelajarinya dan membuat siswa tidak dapat terlibat langsung dalam

proses pembelajaranPermasalahan yang sering muncul dalam proses pembelajaran

kimia berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain: adanya

anggapan pada diri siswa bahwa pelajaran kimia sulit dipahami dan dimengerti.

Faktor eksternal antara lain: dalam proses pembelajaran guru hanya menggunakan

model pembelajaran yang sama pada setiap materi yang diajarkan. Hal tersebut

kemungkinan terjadi karena guru bersifat pasif yang menyebabkan adanya

kecenderungan siswa merasa bosan dan kurang bergairah dalam mengikuti

pelajaran.Kondisi-kondisi tersebut di atas mengakibatkan kualitas pembelajaran

menjadi rendah (Syah, 2006). Selain itu kesulitan siswa juga disebabkan karena
49

kurang mengembangkan dan melibatkan kemampuan berpikir yang dimiliki.

Siswa dalam mempelajari kimia terfokus pada penjelasan guru kemudian

mencatatnya dan hanya mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru tanpa

memberikan respo balik. Kesulitan juga disebabkan karena siswa tidak memahami

konsep-konsep yang ada sehingga mengakibatkan tidak tercapainya KKM pada

siswa.

Salah satu model pembelajaran yang diharapkan mampu melatih siswa

berpikir adalah pembelajaran penemuan (discovery) yang merupakan proses

mental dimana peserta didik mampu mengasimilasi suatu konsep atau prinsip

sehingga dengan proses mental tersebut dapat melatih dan meningkatkan

keterampilan berfikirnya. Pendapat ini sesuai dengan Susanti, et.al (2016) yang

mengungkapkan bahwa metode discovery sebaiknya digunakan oleh guru untuk

mengembangkan keterampilan proses sains. Sedangkan Widiadnyana, et. al (2014)

melaporkan bahwa penerapan model pembelajaran discovery berpengaruh

terhadap pemahaman konsep karena siswa terlibat aktif dalam meningkatkan

pengetahuannya sendiri sehinggapengetahuan yang diperoleh dapat bertahan lebih

lama dan dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir.

2.11 Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran istilah, maka perlu

diberikan penegasan istilah sebagai berikut:

1. Model discovery adalah pembelajaran yang materi ikatan kimia tidak

disajikan secara langsung, tetapi diharapkan siswa mengorganisir

pengetahuaannya.
50

2. Multi representasi adalah praktik mempresentasikan konsep ikatan kimia

pada siswa kelas X-MIA MAN 1 Muna yang sama melalui berbagai bentuk

yang mencakup mode verbal, matematis dan gambar.

3. Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan siswa kelas X-MIA MAN 1

Muna untuk membadingkan dua atau lebih pengetahuannya.

4. Penguasaan konsep adalah proses penyerapan materi ikatan kimia oleh siswa

X-MIA MAN 1 Muna selama proses pembelajaran berlangsung

menggunakan model discovery learning dengan multi representatif pada

materi pokok ikatan kimia.

2.12 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis verbal

a. H0 : Tidak ada perbedaan gambaran keterampilan berpikir kritis dan

penguasaan konsep siswa dengan Model Discovery learning berbasis

multi representsi pada materi pokok Ikatan Kimia di MAN 1 Muna.

H1 : Terdapat perbedaan gambaran keterampilan berpikir kritis dan

penguasaan konsep siswa dengan Model Discovery learning berbasis

multi representsi pada materi pokok Ikatan Kimia di MAN 1 Muna.

b. H0 : Tidak ada perbedaan gambaran keterampilan berpikir kritis dan

penguasaan konsep siswa dengan Model Pembelajaran Langsung

pada materi pokok Ikatan Kimia di MAN 1 Muna.


51

H1 : Terdapat perbedaan gambaran keterampilan berpikir kritis dan

penguasaan konsep siswa dengan Model Pembelajaran Langsung

pada materi pokok Ikatan Kimia di MAN 1 Muna.

c. H0 : Tidak ada perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis

dan penguasaan konsep siswa dengan menerapkan Model Discovery

learning berbasis multi representsi pada materi pokok Ikatan Kimia

di MAN 1 Muna.

H1 : Terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis dan

penguasaan konsep siswa dengan menerapkan Model Discovery

learning berbasis multi representsi pada materi pokok Ikatan Kimia

di MAN 1 Muna.

d. H0 : Tidak ada perbedaan efektivitas peningkatan keterampilan

berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa dengan menerapkan

Model Discovery learning berbasis multi representsi pada materi

pokok Ikatan Kimia di MAN 1 Muna.

H1 : Terdapat perbedaan efektivitas peningkatan keterampilan

berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa dengan menerapkan

Model Discovery learning berbasis multi representsi pada materi

pokok Ikatan Kimia di MAN 1 Muna.

2. Hipotesis Statistik

H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1 ≠ µ2
52

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober sampai 29 Oktober

2018, pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019, di kelas X-MIA MA Negeri 1

Muna.

3.2 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X-MIA MAN 1

Muna yang terdaftar pada tahun ajaran 2018/2019 yang tersebar pada tiga kelas

yaitu kelas X-MIA1 sampai X-MIA3.

2. Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel penelitian dengan

beberapa pertimbangan tertentu, agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih

representatif. Dalam penelitian ini dibutuhkan sampel sebanyak 2 kelas paralel

yang salah satunya diajarkan menggunakan model Discovery learning berbasis

multi representasi. Berdasarkan pertimbangan bahwa populasi dalam penelitian ini

memiliki kemampuan yang homogen, maka sampel dalam penelitian ini ialah

kelas X-MIA1 sebagai kelas eksperimen dan X-MIA3 sebagai kelas kontrol, yang

menggunakan model pembelajaran langsung, dalam mengukur perbedaan tingkat

kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa MAN 1 Muna.


53

3.3 Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

a.Variabel bebas yaitu ModelDiscovery learning berbasis multi

representasi.

b.Variabel terikat yaitu keterampilan berpikir kritis dan penguasaan

konsep.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan pre-test- post-tes control group design.

Adapun desain dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

E : O1 X1 O2
------------------ -------
K : O1 X2 O2
Gambar 3.1 Desain Pre test-Post test control group design

Keterangan :

E = Kelas Eksperimen
K = Kelas Kontrol
O1 = Pre-test yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
O2 = Post-tes yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
X1 =Penerapan model pembelajaran discovery lerning berbasis multi
representasi
X2 = Penerapan model pembelajaran langsung

3.4 Perangkat Pembelajaran


54

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri hanya satu RPP saja. RPP ini menggunakan penerapan Model

Pembelajaran Discovery Learning berbasis multi representasi. Rencana

pelaksanaan pembelajaran tersebut yaitu menjelaskan mengenai konsep Ikatan

Kimia.

2. Lembar kerja siswa

Lembar Kerja Siswa merupakan panduan yang digunakan guru dan siswa

selama proses pembelajaran. LKS ini sejalan dengan RPP yang digunakan oleh

guru. LKS juga berisi langkah-langkah yang harus digunakan dalam kegiatan

pembelajaran. Langkah-langkah dalam LKS dikembangkan dengan penerapaan

model pembelajaran Discovery learning berbasis multi representasi.

3.5 Prosedur Pelaksanaan Penelitian


55

Tahap prosedur penelitian dalam mewujudkan desainpenelitian tersebut

ditunjukkan dalam alur penelitian pada Gambar 3.2.


Observasi awal

Penentuan Sampel Penelitian

Merancang perangkat pembelajaran


(RPP, Tes, Lembar observasi, Angket
AAAngket

RPP pembelajaran discovery learningberbasis multi


representasi

Validasi instrumen oleh alih dan perbaikan

O
Kelas Kontrol B Kelas Eksperimen
S
E Tes Awal (pretest)
Tes Awal (pretest) R
V
A
Pembelajaran Langsung S Pembelajaran discovery learning berbasis multi represe
I

Tes Akhir (Posttest)

Analisis Data

Kesimpulan
Gambar 3. 2Bagan Proses Penelitian
56

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data dalam suatu penelitian

yang dirancang sehingga menghasilkan data yang empiris. Instrumen utama yang

digunakan dalam penelitian ini berupa format analisis konsep dan peta konsep,

tes, lembar observasi daan angket.

1. Format Analisis Konsep Dan Peta Konsep

Format analisis konsep dan peta konsep digunakan untuk mengukur

karakteristik konsep yang terdapat pada materi Ikatan Kimia, serta bertujuan

untuk menentukan hubungan dari beberapa sub materi yang terdapat pada materi

Ikatan Kimia.

2. Tes Keterampilan Berpikir Kritis

Tes keterampilan berpikir kritis yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah tes pilihan ganda beralasan yang telah divalidasi sebanyak 10 butir soal

yang akan diuji cobakan pada siswa kelas X-MIA1 dan X-MIA3 MAN 1 Muna

pada semester ganjil 2018/2019.

3. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai pedoman atau acuan untuk

melakukan observasi terhadap aktivitas siswa dan aktivitas mengajar guru selama

proses pembelajaran. Observasi guru dan siswa bertujuan untuk melihat

keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran discovery

learning.
57

4. Angket

Angket dimaksudkan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap

pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Discovery Learning berbasis

multi reprresentasi termasuk kesulitan-kesulitan yang dialami siswa. Setiap siswa

diminta untuk menjawab pertanyaan dengan jawaban; SS, S, TS dan STS.

Pemberian skor dikaitkan denga nilai; SS = 4, S = 3, TS = 2, dan STS = 1.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian,

karena dengan penggunaan atau pemilihan tehnik pengumpulan data yang tepat

akan diperoleh data yang relevan, akurat dan reliabel.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian

instrumen berupa:

1. Format Analisis Konsep Dan Peta Konsep

Teknik pengumpulan data pada format analisis konsep dan peta konsep

pada materi ikatan kimia adalah dengan cara mengumpulkan data yang

berhubungan dengan konsep-konsep materi Ikatan Kimia dari berbagai sumber

referensi, yakni salah satunya konsep-konsep yang terdapat pada buku Kimia

SMA dan Buku Kimia Dasar tingkat Universitas. Serta menetukan hubungan dan

kedudukan dari konsep-konsep yang telah didapatkan tersebut.

2. Tes

Untuk pemberian tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum kelas

diberi perlakuan (pretest) dan setelah kelas tersebut diberikan perlakuan (postest).

Sebelum kegiatan pembelajaran dngan menggunakan penerapan model


58

pembelajaran Discovery Learning berbasis multi representasi dilaksanakan

dikelas, maka terlebih dahulu diberikan (pretest) pada materi konsep Ikatan Kimia

untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan penerapan model pembelajaran Discovery Learning berbasis multi

representasi dilakukan, maka diberikan (postest) untuk mengetahui pengaruh

penerapan model pembelajaran Discovery Learning berbasis multi representasi

terhadap penguasaan konsep siswa, selanjutnya hasil pekerjaan siswa

dikumpulkan oleh peneliti untuk diperiksa dan diberi skor. Skor hasil pekerjaan

siswa sebelum (pretest) dan setelah (postest) pembelajaran Discovery Learning

berbasis multi representasi inilah yang dijadikan data dalam penelitian.

3. Lembar observasi

Observasi dilakukan pada setiap pertemuan yaitu sebanyak empat kali

pertemuan. Pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan penerapan

penerapan model pembelajaran Discovery Learning berbasis multi representasi

berlangsung di kelas, maka dilakukan observasi. Hasilnya dipergunakan untuk

memperoleh data tentang aktivitas guru dan aktivitas siswa.

4. Angket

Angket ini digunakan untuk mengungkap tanggapan (respon) siswa

terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Discovery Learning berbasis multi representasi.


59

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis datadimaksudkan untuk membuat penafsiran data yang diperoleh

dari hasil penelitian. Analisis data tersebut digunakan untuk menjawab pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Karakteristik Konsep Pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia

Analisis karakteristik konsep pada pokok bahasan kolid, maka dilakukan

analisis deskriptif melalui perhitungan persentase jenis konsep yang terdapat pada

pokok bahasan tersebut seperti Formula sebagai berikut:

JK
PJK = X 100 %
TLK

Keterangan :

PJK = presentase jenis konsep, JK = jenis konsep

TLK = Total label konsep


(Rafiuddin,2011)

Interval perolehan skor keterampilan berpikir kreatif dapat menggunakan Formula

interval sebagai berikut:

skor maks
Interval skor =
jumlah kategori

Oleh karena skor maksimum dari perolehan tes sama dengan 100 dari 5 kategori,

maka diperoleh interval skor 20. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1Kriteria keterampilan berpikir kritis


Batasan Kategori
80 <x ≤ 100 Sangat tinggi
60 <x ≤ 80 Tinggi
40 <x ≤ 60 Sedang
20 <x ≤ 40 Rendah
x ≤ 20 Sangat rendah
60

2. Data Tes Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis

Data yang sudah dikumpulkan dianalisis dalam dua macam analisis

statistik, yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial.

a. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan skor yang diperoleh

masing-masin kelas dalam bentuk skor rata-rata, skor maksimum, skor minimum

dan standar deviasi dengan laangkah sebagai berikut :

1. Menentukan Skor Rata-Rata Kelas:


n

∑ Xᵢ
i =1
X=
n

(Sudjana, 2002)

2. Menghitung Standar Deviasi Dengan Menggunakan Rumus:


n

∑ ❑ ( X ᵢ−X )2
i =1
SD=
n−1

(Sudjana, 2002)

dimana:
X = rata-rata skor penguasaan konsep siswa
Xi = skor setiap harga X
SD = standar deviasi
n = Jumalah sampel

3. Uji Normalitas Data

Uji normalitas inferensial dimaksudkan untuk mengetahui apakah data

yang diteliti terdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji data ini disusun dalam
61

daftar frekuensi yang terdiri dari banyaknya kelas. Selanjutnya diuji dengan

menggunakan analisis chi-kuadrat dengan rumus:

k
X =∑ ¿ ¿ ¿
2

i−1

(Sudjana, 2002)

Keterangan:

X2 = chi-kuadrat hitung

Oi = frekuensi pengamatan ke-i

Ei = frekuensi harapan ke-i

K = banyaknya kelas

Kriteria pengujian normalitas pada taraf α = 0,05 sebagai berikut:

Asymp.Sig ≥ (α = 0,05) maka data terdistribusi normal.

Asymp.Sig < (α = 0,05) maka data tidak terdistribusi normal.

4. Uji Homogenitas Varians Data

Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah varians data

kedua kelompok yang diteliti memounyai varians yang homogen aatau tidak

homogen dengan menggunakan uji-f dengan rumus sebagai berikut:

varians terbesar
x=
varians terkecil

(Sudjana,2002)

Kriteria pengujian adalah jika f hitung <f tabel, maka Ho diterima untuk harga-

harga lainnya tolak Ho, dimana Ho : varians kedua homogen.

b. Analisis Statistik Inferensial


62

Analisis statistik inferensial dimaksudkan untuk menguji hipotesis

penelitian. Sebelum pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan

pengujian dasar-dasar analisis sebagai pedoman untuk melakukan uji mana yang

akan dipakai.

1. Menentukan Skor gain atau Peningkatan Penguasaan Konsep


Keterampilan Berpikir Kritis.

Untuk melihat peningkatan keterampilan berpikir kritis sebelum dan

sesudah pembelajaran dengan menggunakan model DiscoveryLearning berbasis

multi representasi pada kelas eksperimen dihitung dengan menggunakan rumus

N-gain (gain score normalized) dengan rumus:

s post −s pre
N-gain ¿
s maks −s pre

Keterangan :

Spost : skor tes akhir

Spre : skor tes awal

Smaks : bobot maksimum ideal

Kriteria interpretasi skor N-gain adalah:

N-gain tinggi jika N-gain> 0,7

N-gain sedang jika0,3 <N-gain ≤ 0,7

N-gain rendah jika N-gain ≤ 0,3 (Meltzer, 2002).

1. Uji Beda Rerata.

Bertujuan untuk menguji adanya perbedaan peningkatan kemampuan

berpikir kritis (indeks N-gain) yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol, kemampuan berpikir kritis siswa yang telah diajarkan dengan model
63

Discovery learning berbasis multi representasi tersebut. Apabila data

terdistribusi normal dan homogen maka dilakukan uji t akan tetapi tidak

terpenuhi persyaratan tersebut, maka dapat dilakukan uji non parametrik.

Adapun pengujian ini dapat dilakkukan dengan rumus:

X́ 1 − X́ 2
t ❑=

√ S 21 S22
+
n 1 n2

Keterangan

X 1 = rata-rata indeks N-gain kelas kontrol

X 2 = rata-rata indeks N-gain kelas eksperimen

S21❑= simpangan baku indeks N-gain kelas kontrol

2
S2= simpangan baku indeks N-gain kelas eksperimen

n1 = jumlah sampel kelas kontrol

n2 = jumlah sampel kelas eksperimen

Dalam pelaksanaanya menggunakan SPSS 16.0 untuk melihat thitung

setiap kelompok kemampuan siswa.

2. Uji Beda Rerata Peningkatan Antar Kelompok Kemampuan Siswa


Pada Kelas Eksperimen.
Bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir

kritis siswa pada kelompok kemampuan tinggi, sedang dan rendah pada indeks

N-gain pada kelas eksperimen untuk membandingkan antar kelompok

kemampuan siswa, maka dilakukan uji hipotesis dengan formula sebagai

berikut:
64

' X́ x − X́ y
t=


2 2
Sx S y
+
nx ny

dengan kriteria pengujian yaitu tolak H0 jika

W x t x +W y t y
t'≥
W x+ W y

Keterangan:

X́ x = rata- rata N-Gain kelompok n y = jumlah siswa kelompok

pertama kedua
2
X y= rata- rata N-Gain kelompok kedua Sx
Wx =
nx
S2x = varians N-Gain kelompok pertama
S 2y
2
S = varians N-Gain kelompok kedua Wy =
y ny
n x = jumlah siswa kelompok pertama
tx = t( α). (n1 - 1)

ty = t( α). (n2 - 1)

(Sudjana, 2001)

Dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho : tidak ada perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis yang signifikan

antara pretest dan hasil posttest

H1 : terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis yang signifikan

antara pretest dan hasil posttest

Apabila data tidak memenuhi syarat maka dilakukan dengan uji non

parametrik. Uji non paramterik dilakukan dengan uji Mann-Whitney. Adapun


65

rumus uji non parametik (uji Mann-Whitney U test) dapat dilihat pada formula

sebagai berikut:

n ₂ ( n ₁ +1 )
❑ n₂
− ∑ R
1 2
U =n n +
2 2
i=n +1

(Sugiyatno, 2008)

Keterangan:
U = nilai uji Mann-Whitney
n1 = sampel kelas eksperimen
n2 = sampel kelas kontrol

R = ranking ukuran sampel

berdasarkan distribusi U, kriteria keputusan pengujiannya adalah:

H1 diterima apabila Uhitung< U(0,05;db)

H1 ditolak apabila Uhitung> U(0,05;db)

Uji beda dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan

signifikan antara kelompok kemampuan siswa. Pengelompokan kemampuan

siswa didasarkan skor rata-rata semester 1 siswa, pada mata pelajaran MIPA

(matematika, kimia, fisika dan Biologi) siswa MAN 1 Muna pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol semester ganjil tahun ajaran 2018/2019.

Pengelompokan berdasarkan kurva normal dengan batas bawah X – SD. Adapun

pengelompokan kemampuan siswa dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2Pengelompokkan Kemampuan Siswa


No. Pengelompokkan Urutan
1. Kelompok kemampuan tinggi Jika skor rata-rata > batas atas
2. Kelompok kemampuan sedang Jika batas bawah ≤ skor rata-rata ≤
batas atas
3. Kelompok kemampuan rendah Jika skor rata-rata < batas bawah
66

(Rafiuddin, 2012)

3. Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran.

Untuk menganalisis tanggapan siswa akan dilakukan analisis deskriptif

terhadap data angket. Pengolahan data angket dilakukan dengan menggunakan

skala Likert. Penentuan bobot dilakukan dengan cara untuk pernyataan positif

ialah 5 untuk sangat setuju, 4 untuk setuju, 3 ragu- ragu, 2 untuk tidak setuju dan

1 untuk sangat tidak setuju. Data angket tanggapan siswa dan guru terhadap

pembelajaran kemudian dianalisis dengan rumus:

F
P= X 100 %
N

(Arkunto, 2005)

Keterangan:

P = presentase jawaban responden

F = Jumlah jawaban responden

N = jumlah responden

Kriteria hasil presentase respon siswa dan guru dapat dilihat pada Tabel 3.3

Tabel 3.3kriteria hasil presentase respon siswa


Batasan Kategori
81 ≤ P ≤ 100 Baik sekali
61 ≤ P ≤ 80 Baik
41 ≤ P ≤ 60 Cukup
21 ≤ P ≤ 40 Kurang
0 ≤ P ≤ 20 Kurang sekali
67

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Keterampilan Berpikir Kritis

Pengukuran terhadapketerampilan berpikir kritis siswa menggunakan alat

ukur berupa soal tes pilihan ganda beralasan sebanyak 10 nomor yang telah

diklasifikasikan berdasarkan indikator-indikator keterampilan berpikir kritisyang

didapatkan dari hasil analisis pretest maupun posttest yang diberikan kepada

siswa.

1. HasilPretestAntara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Sebelum dilakukanpenelitian terhadap kelas X MIAMAN 1 Muna, terlebih

dahulu peneliti mengadakan pretest terhadap subjek penelitian. Hal ini dilakukan

dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Adapun data hasil

pretes dari siswa dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1Data SkorPretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol


Parameter Statistik Skor Kelas Eksperimen Skor Kelas Kontrol
Rata-Rata 15,7 11,5
Nilai Maksimun 33 24
Nilai Minimun 10 6
Standar Deviasi 5,312 4,525
68

Modus 14 12
Median 15 11

Berdasarkan hasil perhitungan data,pretest siswa kelas eksperimen

memperoleh skor rata-rata dan standar deviasi tertinggi dibandingkan skor rata-

rata dan standar deviasi pada kelas kontrol.

Berdasarkan hasil pretest, dilakukan juga klasifikasi siswa berdasarkan

kategori tingkat berpikir kritis. Adapun data kategori tingkat berpikir dapat dilihat

pada Tabel 4.2 dan 4.3.

Tabel 4.2Persentase Tingkat Berpikir KritisSiswa Berdasarkan Skor Pretest Kelas


Eksperimen
Penggolongan Tingkat
Jumlah Siswa Persentase (%)
Berpikir Kritis
Sangat Rendah 20 86,95
Rendah 3 13,04
Sedang 0 0
Tinggi 0 0
Sangat Tinggi 0 0

Tabel 4.3Persentase Tingkat Berpikir KritisSiswa Berdasarkan Skor Pretest Kelas


Kontrol
Penggolongan Tingkat
Jumlah Siswa Persentase (%)
Berpikir Kreatif
Sangat Rendah 18 90
Rendah 2 10
Sedang 0 0
Tinggi 0 0
Sangat Tinggi 0 0

Berdasarkan Tabel 4.2dan 4.3dapat dilihat presentase tingkat berpikir kritis

siswa pada hasil pretestkelas eksperimen dan kontrol termasuk dalam kategori

sangat rendah dan rendah, sedangkan untuk kategori sedang, tinggi dan sangat

tinggi tidak ada. Hal ini disebabkan dari cara menjawab yang tidak sistematis
69

yang menandakan siswa belum menggunakan kemampuan berpikirnya dengan

baik karena belum diajarkan materi ikatan kimia.

2. HasilPostestAntara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Setelah dilakukan penerapan model pembelajaran pada masing-masing

siswa kelas X MIA MAN 1 Muna, selanjutnya dilakukan posttest. Hal ini

dilakukan dengan tujuan untukmengetahui kemampuansiswa setelah

diterapkannya model pembelajarandiscovery learning berbasis multi

representasipada kelas eksperimen dan pembelajaran Langsung pada kelas

kontrol, dari kedua kelas tersebut. Adapun data skorposttest dari siswa dapat

dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4DataSkor Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol


Parameter Statistik Skor Kelas Eksperimen Skor Kelas Kontrol
Rata-Rata 76,17 68,4
Nilai Maksimun 95 85
Nilai Minimun 45 46
Standar Deviasi 11,904 10,52
Modus 70 63
Median 79 68,5

Berdasarkan hasil perhitungan data posstest siswa kelas eksperimen

memperoleh skor rata-rata dan standar deviasi tertinggi dibandingkan skor rata-

rata dan standar deviasi pada kelas kontrol.

Berdasarkan hasil posttest siswa, dilakukan juga klasifikasi siswa

berdasarkan kategori tingkat berpikir kreatif siswa. Adapun data kategori tingkat

berpikir dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan 4.6.

Tabel 4.5 Persentase Tingkat Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Skor Posttest
Kelas Eksperimen
Penggolongan Tingkat
Jumlah Siswa Persentase (%)
Berpikir Kritis
70

Sangat Rendah 0 0
Rendah 0 0
Sedang 3 13,043
Tinggi 10 43,48
Sangat Tinggi 10 43,48

Tabel 4.6 Persentase Tingkat Berpikir KritisSiswa Berdasarkan Skor Posttest


Kelas Kontrol
Penggolongan Tingkat
Jumlah Siswa Persentase (%)
Berpikir Kritis
Sangat Rendah 0 0
Rendah 0 0
Sedang 3 15
Tinggi 14 70
Sangat Tinggi 3 15

Berdasarkan Tabel 4.5dan 4.6 persentase tingkat berpikir kritispada hasil

postest kelas eksperimen dan control termasuk dalam kategori sedang, tinggi dan

sangat tinggi, sedangkan untuk kategori sangat rendah dan rendahtidak ada. Hal

ini disebabkan dari cara menjawab yang sistematis yang menandakan siswa

menggunakan kemampuan berpikirnya dengan baik karena telah diajarkan materi

ikatan kimia.

4.2 Profil Penguasaan Konsep

Berdasarkan hasil pretest dan posttest maka dapat ditentukan indeks N-

gain. Indeks N-gain dapat menentukan sejauh mana peningkatan penguasaan

konsep siswa terhadap model pembelajaran yang dilakukan didalam kelas yang

dapat dilihat peningkatan terhadap masing-masing kelompok label konsep (KLK)

setiap soal pada kelas eksperimen dan kontrol, maka dapat digambarkan profil
71

peningkatan penguasaan konsepnya. Adapun gambaranpeningkatan penguasaan

konsep antar kelasdapat dilihat pada Gambar 4.1.

Peningkatan Penguasaan Konsep Antara Kelas Eksperimen dan Kelas


Kontrol
1.2
0.9600000000
1 00001 0.8400000000
0.8300000000
0.8 0.7600000000 00001 00001
0.7300000000
0.8 00013
0.67000000000.6700000000 0.5800000000
0.6500000000
0.6400000000 00001 0.6800000000
00014 00014 0.5900000000
0000100013 00013 00001
0.56 00001
0.6 0.52
0.41 0.45
0.4 0.3
0.26
0.2
0.02
0
KLK1 KLK2 KLK3 KLK4 KLK5 KLK6 KLK7 KLK8 KLK9 KLK10

n-gain kon n gain eks

Gambar 4.1 Peningkatan Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan


Kontrol
Keterangan:
KLK1 (Struktur Lewis); KLK2 (Ikatan Tunggal, Ikatan Rangkap Dua,
IkatanRangkap Tiga); KLK3 (Iktan Ion); KLK4 (Senyawa kovalen); KLK5
(Ikatan Kimia); KLK6 (Senyawa Ion); KLK7 (Ikatan Kovalen Koordinasi); KLK8
(Kovalen Polar dan Non Polar); KLK9 (Ikatan Kovalen); KLK10 (Ikatan logam).

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat profil perbandingan peningkatan

penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontroluntuk masing-

masing label konsep pada setiap soal. Berdasarkan skoryang didapatkan dari

masing-masing soal maka dapat disimpulkan bahwa skor rata-ratatertinggi pada


72

kelas eksperiemen yaitu sebesar 0,96 pada KLK6 (Senyawa Ion) dan kelas kontrol

sebesar 0,8 pada KLK1 (Struktur Lewis), sedangkan skor rata-rataterendah pada

kelas eksperimen yaitu sebesar 0,3 pada KLK8 (Kovalen Polar dan Non Polar)

dan kelas kontrol sebesar 0,02 pada KLK10 (Ikatan Logam).

Berdasarkan data di atas peningkatan penguasaan konsep siswa pada kelas

eksperimen lebih tinggi pada KLK2, KLK3, KLK4, KLK6, KLK7, KLK9 dan

KLK10 dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini didukung dari cara menjawab

siswa saat mengerjakan soal, dimana jawaban siswa pada kelas eksperimen lebih

sistematis dibandingkan jawaban siswa pada kelas kontrol. Hal ini juga terlihat

dari nilai rata-rata pretest dan posttest pada kelas eksperimen lebih tinggi

dibandingkan kelas kontrol yang dapat dilihat pada Lampiran 16.

Namun pada KLK1, KLK5, dan KLK8 penguasaan kelompok siswa pada

kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen. Hal ini

didukung dari cara menjawab siswa saat mengerjakan soal, dimana jawaban siswa

pada kelas kontrol lebih sistematis dibandingkan jawaban siswa pada kelas

eksperimen. Hal ini juga terlihat dari nilai rata-rata pretest dan posttest pada kelas

kontrol lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen yang dapat dilihat pada

Lampiran 15.

4.3 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Ikatan


Kimia

Pengukuran terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan

konsep siswa menggunakan alat ukur berupa soal pilihan ganda beralasan

sebanyak 10 nomor yang telah diklasifikasikan berdasarkan indikator-indikator


73

keterampilan berpikir kritis menurut (Ennis, 1996). Adapun indikator-indikator

keterampilan berpikir kritis tersebut adalah sebagai berikut: Aspek (Elementry

Clarification) memberikan penjelasan sederhana meliputi kemampuan

(1) memfokuskan pertanyaan yang muncul; (2) menganalisis argument;

(3) bertanya dan menjawab pertanyaan yang membutuhkan penjelasan. Aspek

(Basic Support) membangun keterampilan dasar meliputi (1) mempertimbangkan

kredibilitas (krtiteria suatu sumber); (2) mengobservasi dan mmpertimbangkan

hasil observasi. Aspek (inferring) membuat kesimpulan meliputi (1) melakukan

dan memperimbangkan deduksi; (2) melakukan dan memperimbangkan induksi;

(3) melakukan dan memperimbangkan nilai keputusan. Aspek (advanced

clarification) membuat penjelasan lebih lanjut meliputi kemampuan

(1) mendefenisikan istilah danmempertimbangkan nilai keputusan; (2)

mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan defenisi. Aspek (strategies and

tactics) mengatur strategi dan aktik meliputi kemampiuan (1) memutuskan suatu

tindakan; (2) brinteraksi dengan orang lain.

Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis dan

penguasaan konsep siswa terhadap perbedaan penggunaan model pembelajara

pada siswa kelas X-MIA MAN 1 Muna, digunakan analisis N-gain terhadaap

kedua kelas. Nilai N gain didapatkan dari hasil analisis pretest maupun posttest

yang diberikan pada siswa

Dari hasil pretest dan posttest maka didapatkan nilai N-gain yang akan

membuktikan apakah hasil dari pretest dan posttest mengalami peningkatan atau

tidak. Adapun analisis pretest, posttest dan N-gain keterampilan berpikir kritis
74

setiap kelas dapat dilihat pada Lampiran 16.Secara singkat rekapitulasi N-gain

dapat dilihat pada Tabel 4.7

Tabel 4.7 Rekapitulasi N-gain pada kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Pretest Posttest N-gain Kategori
Eksperimen 15,7 76,17 0,72 Tinggi
Kontrol 11,5 68,4 0,64 Sedang

Berdasarkan hasil perhitungan N-gain yang terdapat pada Tabel 4.10,

dapat dilihat bahwa skor rata-rata N-gain pada kelas eksperimen sebesar 0,72 dan

masuk pada kategori tinggi. Dimana berdasarkan perhitungan pada Lampiran 16,

dari jumlah total siswa pada kelas eksperimen sebanyak 23 siswa, terdapat 14

siswa atau 60,87% masuk dalam kategori tinggi. Sedangkan 9 siswa atau 39,13%

masuk dalam kategori sedang. Adapun rata-rata N-gain pada kelas kontrol sebesar

0,64 dan masuk pada kategori sedang, dimana dari jumlah total siswa pada kelas

kontrol sebanyak 20 siswa, terdapat 8 siswa atau 40% masuk dalam kategori

tinggi. Sedangkan 12 siswa atau 60% masuk dalam kategori sedang.

Hasil perhitungan menunjukan bahwa pada kelas eksperimen termasuk

pada kelompok siswa dengan karakteristik berpikir tinggi. Berpikir tingkat tinggi

adalah mereka yang selalu menggunakan kekuatan analisa dalam mengambil

keputusan, mereka yang cenderung brorientasi pada tugas dan objektifitas

(Ramalisa, 2013). Serta melewati tahapan memhami masalah dan memperoleh

informasi yang relefan tentang masalah, menyusun rencana permasalahan,

melaksanakan rencana permasalahan dan mengecek kembali hasil pemecahan

masalah (Kowiyah, 2010).


75

Dari hasil skor pretest, posttest dan indeks N-gain yang didapatkan maka

dapat ditentukan rata-rata N-gain peningkatan pada setiap indikator keterampilan

berpikir kritis siswa baik dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Adapun

rata-rata N-gain tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan 4.9.

Penerapan model discovery learning berbasis multi representasiini

umumnya merupakan model pembelajaran yang baru diterapkan bagi siswa di

MAN 1 Muna, namun banyak siswa yang merasa senang dengan model

pembelajaran ini ditandai dengan partisipasi dan hasil belajar yang lebih baik.

Peningkatan rata-rata hasil belajar dan keterampilan berpikir dapat dijelaskan

bahwa model pembelajaran yang digunakan merupakan alat yang dapat membantu

guru untuk memudahkan siswa memahami materi pembelajaran dan

menyelesaikan soal yang diberikan.

Tabel 4.8 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada setiap Indikator
KBK Kelas Eksperimen

No Indikator Soal Pre-test Post-test N-gain Kategori


Melakukan dan
1 mempertimbangka 1 dan 2 5,57 13,61 0,98 Tinggi
n induksi (aspek
Inferring)
Memfokuskan
pertanyaan yang
2 muncul dan 3 dan 6 2,83 16,74 0,81 Tinggi
menganalisis
argument (aspek
Basic Support)
Menganalisis
3 argument yang 4 dan 2,52 13,22 0,79 Tinggi
muncul (aspek 10
Elementrary
Clarification)
4 Memutuskan suatu 5 dan 9 16,69 0,76 Tinggi
tindakan (aspek 3,17
Strategies and
76

Tactics)
Mendefenisiskan
istilah dan
5 mempertimbangka 7 dan 8 4,26 18,30 0,62 Sedang
n nilai keputusan
(aspek Advanced
Clarification)

Tabel 4.9 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada setiap Indikator
KBK Kelas Kontrol

No Indikator Soal Pre-test Post-test N-gain Kategori


Melakukan dan
mempertimbangkan
1 induksi (aspek 1 dan 2 4,45 13,2 0,76 Tinggi
Inferring)

2 Memfokuskan
pertanyaan yang muncul
dan menganalisis 3 dan 6 2,7 14,05 0,66 Sedang
argument (aspek Basic
Support)

3 Menganalisis argument 4 dan 2,25 11,05 0,64 Sedang


yang muncul (aspek 10
Elementrary
Clarification)

4 Memutuskan suatu
tindakan (aspek 5 dan 9 2,2 15,95 0,73 Tinggi
Strategies and Tactics)
5 Mendefenisiskan istilah
dan mempertimbangkan 7 dan 8 2,65 15,25 0,52 Sedang
nilai keputusan (aspek
Advanced Clarification)

Model pembelajarandiscovery learning brbasis multi representasi ini juga

cocok digunakan pada pokok bahasan Ikatan Kimia karena pada materi ini siswa
77

memahami materi yang bersifat abstrak yang membuat siswa paham bukan hanya

secara teori saja tetapi langsung dilihat secara nyata melalui gambar/video untuk

memperoleh pengetahuan yang formal melalui proses diskusi sehingga dapat

menumbuhkan keterampilan berpikir kritis siswa.

4.4 Keefektifan modeldiscovery learning berbasis multi representasidan


Pembelajaran Langsungpada Pokok Bahasan Ikatan Kimia Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa di Kelas X-MIA MAN 1 Muna

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh

berasal dari subjek penelitian yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji

normalitas secara singkat dapat dilihat pada Lampiran 17.

Berdasarkan perhitungan pengujian normalitas pada data pretest, posttest

dan N-Gain didapatkan hasil bahwa semua data terdistribusi normal. Hal ini

berarti siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah tersebar secara

proporsional.

2. Uji Homogenitas

Setelah data pretest dan posttest dinyatakan berdistribusi normal, maka

dilakukan pengujian homogenitas. Tujuan dilakukan uji homogenitas ini adalah

untuk mengetahui apakah data penelitian yang diambil memiliki varians yang

homogen atau tidak. Uji homogenitas ini juga menentukan persyaratan uji beda

yang digunakan.

Cara melakukan uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan rumus yang ada pada uji Fisher. Pada uji Fisher diambil taraf
78

signifikansinya 0,05. Dalam uji Fisher memiliki kriteria pengujiannya,

diantaranya jika F hitung < F tabel maka data yang diambil (pre-test dan post-test)

mempunyai varians yang sama atau homogen, begitupun sebaliknya. Adapun

hasil pengujian homogenitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 18.

Berdasarkan data pada Lampiran 18, hasil pengujian homogenitas data

didapatkan bahwa sampel kelas eksperimen dan kontrol memiliki nilai pretest dan

3. Hasil Uji Parametik Perbedaan Penguasaan Konsep Siswa


Berdasarkan Skor Posstest Antara Kelas Eksperimen dan Kontrol

Setelah dilakukan uji prasyarat analisis data, diketahui bahwa data dari

sampel penelitian berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, pengujian

data dilakukan pada analisis berikutnya yaitu uji hipotesis. Pada penelitian ini uji

hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji “t” dengan kriteria pengujian yaitu:

p value < alfa 5% maka H0 diterima, H1 ditolak. Begitu sebaliknya.

Dalam penelitian ini diuji hipotesis penguasaan konsep siswa berdasarkan

skor posttest antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Berdasarkan data skor

posttest dari kedua kelas, maka dilakukan uji t. Hasil perhitungan uji t ini

dilakukan dengan menggunakan alat bantu aplikasi SPSS. 21 terhadap perbedaan

penguasaan konsep antara kelas kontrol dan kelas ekperimen dan dapat dilihat

pada Tabel 4.10

Tabel 4.10 Hasil Uji PerbedaanPenguasaan Konsep Siswa Berdasarkan Skor


Postest antara kelas Eksperimen dan Kontrol
Independent Samples Test
  Uji Levene’s Uji t untuk persamaan rata-rata
untuk
persamaan
varians
F Sig. thitung Df Sig. Mean Std. 95% Confidence
(2- Differenc Error Interval of the
79

tailed e Differe Difference


) nce Lower Upper
Asumsi 0,12 0,72 -2,765 41 0,008 -4,196 1,517 -7,26 -1,131
varian 9 1
yang sama
Asumsi     -2,765 40,9 0,008 -4,196 1,5 -7,225 -1,166
varian 88
Post yang
test berbeda
Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis dimana apabila thitung> ttabel atau

p value < alfa 5% maka H0 ditolak dan begitu sebaliknya, maka berdasarkan tabel

diatas, data dari sampel yang diambil dengan taraf signifikan 5% dapat dilihat

bahwa th = 2,797 > 1,26 atau p value = 0,008 < 0,05 sehingga dapat dikatakan

bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

penerapan model discovery learning berbasis multi representasi pada kelas

eksperimen, terdapat perbedaan penguasaan konsep yang signifikan dari kelas

kontrol yang diajar dengan model pembelajaran langsung.

4. Hasil Uji Parametrik Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis


Siswa Berdasarkan Indeks N-gain antara kelas Eksperimen dan
Kontrol

Dalam penelitian ini diuji hipotesis berdasarkan tingkat keampuan siswa

antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Berdasarkan ata N-gain dari kedua

kelas, maka dilakukan uji t. Hasil perhitungan uji t ini dilakukan dengan

menggunakan alat bantu aplikasi SPSS.21 erhadap perbedaan peningkatan

keterampilan berpikir kritis tiap kelompok kemampuan siswa antara kelas kontrol

dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.11


80

Tabel 4.11 Hasil Uji Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa


Berdasarkan Indeks N-gain antara kelas Eksperimen dan Kontrol

                     
Independent Samples Test
  Uji Uji t untuk persamaan rata-rata
Levene’s
untuk
persamaa
n varians
F Sig. thitung Df Sig. Mean Std. 95%
(2- Differe Error Confidence
tail nce Differe Interval of the
ed) nce Difference
Lower Upper
Asumsi 0, 0,49 -1,86 41 0,0 - 0,03735 - 0,005
varian 48 1 069 0,06971 0,145 72
yang 2 14
sama
Asumsi     -1,86 40,9 0,0 - 0,03688 - 0,004
varian 45 066 0,06971 0,144 77
Nilai_Ngai yang 19
n berbeda

Menggunakan signifikasi 5% didapat thitung = 1,86


Thitung = 1,890 > 1,15
P value = 0,0069 < 0,05
Tolak H0 terima H1

Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis dimana apabila thitung> ttabel atau p

value < alfa 5% maka H0 ditolak dan begitu sebaliknya, maka berdasarkan tabel

diatas, data dari sampel yang diambil dengan taraf signifikan 5% dapat dilihat

bahwa th = 1,890 > 1,15 atau p value = 0,0069 < 0,05 sehingga dapat dikatakan

bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

penerapan model discovery learning berbasis multi representasi pada kelas


81

eksperimen, terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis yang

signifikan dari kelas kontrol yang diajar dengan model pembelajaran langsung.

Perbandingan keefektifan peningkatan keterampilan berpikir kritis antara

kedua kelas berbeda, dikarenakan perbedaan karakteristik berpikir dari masing-

masing kelas. Berpikir kritis adalah mereka yang selalu menggunakan kekuatan

analisa dalam mengambil keputusan, mereka yang cenderung berorientasi pada

tugas dan objektifitas (Ramalisa, 2013). Sehingga tidak akan mengherankan jika

terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis tiap masing-masing

kelas. Hasil ini menunjukan bahwa siswa pada kelas eksperimen memiliki

karakteristik keterampilan berpikir kritis. Seseorang dikatakan dapat mampu

berpikir kritis apabila orang tersebut mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan

menyususn konsep, artinya kegiatan berpikir untuk memperoleh atau menangkap

pengertian dari materi yang diajarkan pada saat pembelajaran berbasis multi

representasi.

5. Hasil Uji Parametrik Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis


Berdasarkan Skor Pretest-Posttest Tiap Kelompok Kemampuan
Siswa

Dalam penelitian ini diuji hipotesis berdasarkan tingkat kemampuan siswa.

Tingkat kemampuan siswa dibagi menjadi 3 kategori yaitu siswa yang

berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Penempatan tipa siswa pada setiap

kategori tersebut didasarkan pada rerata skor hasil ulangan pada matari kimia

sebelumnya. Untuk menentukan kategori kelompok kemampuan siswa maka

dilakukan perhitungan kurva, probabilitas, rata-rata dan standar deviasi dari 23


82

siswa yang dapat dilihat pada Lampiran 21, maka dapat dilihat pembagian

kelompok kemampuan siswa kelas eksperimen pada Tabel 4.12

Tabel 4.12 Pengelompokan Kemampuan Siswa.

Proporsi
Pengelompokan Urutan Jumlah Siswa % Siswa
Kelompok
Kemampuan
tinggi skor rata-rata > 78,20 4 17,3913
Kelompok
Kemampuan 71,09 < skor rata-rata <
sedang 78,20 11 47,8261
Kelompok
Kemampuan
rendah skor rata-rata < 71,09 8 34,7826

Berdarkan Tabel 4.17 dapat dilihat tiga kategori kelompok kemampuan,

dimana jumlah masing-masing pada ketiga kategori yaitu kategori kelompok

kemampuan tinggi berjumlah 4 siswa, kelompok kemampuan sedang berjumlah

11 siswa, sedangkan kelompok kemampuan rendah berjumlah 8 siswa.

Berdasarkan data tersebut maka dilakukan uji t. Hasil perhitungan uji t ini

dilakukan dengan menggunakan alat batu aplikasi SPSS 21 terhadap perbedaan

peningkatan keterampilan berpikir kritis tiap kelompok kemampuan siswa dapat

dilihat pada Tabel 4.13, 4.14 dan 4.15

Tabel 4.13 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis


Berdasarkan Skor Pretest-Posttest pada Siswa Berkemampuan Tinggi Pada Kelas
Eksperimen
Paired Samples Test
  Perbedaan berpasangan thitung df Sig.
83

Rata- Std. Std. 95% Interval (2-


rata Deviasi Kesalahan tingkat kepercayaan data
rata-rata pembeda (p
Penurun Penurun value
an an )
Pretest – 59,5 9,678 4,839 -74,9 -44,1 -12,296 3 0,001
  Posttest
                   

Sesuai dengan dengan kriteria pengujian hipotesis dimana apabila thitung>

ttabel atau p value < alfa 5% maka Ho ditolak dan begitu sebaliknya maka

berdasarkan tabel diatas, data dari sampel yang diambil dengan taraf signifikan

5% dapat dilihat bahwa th = 12,296>3,18 atau p value = 0,001< 0,05 sehingga

dapat dikatakan Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian pada sekelompok

siswa yang berkemampuan tinggi dapat disimpulkan bahwa setelah penerapan

model pembelajarandiscovery learning berbasismulti representasiterdapat

perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis yang signifikan antara Pre-test

dan Post-test.

Tabel 4.14 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis


Berdasarkan Skor Pretest-Posttest pada Siswa Berkemampuan Sedang Pada Kelas
Eksperimen
                   
Paired Samples Test
  Perbedaan berpasangan thitung df Sig.
rata-rata Std. Std. 95% intrval tingkat (2-daa
Devi Kesal kepercayaan (p
asi ahan pembeda value)
rata- Penurun Penurun
rata an an
Pretest -55,909 15,2 4,611 -66,183 -45,635 -12,125 10 0,000
  Posttest 93
                   

Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis dimana apabila thitung> ttabel atau p

value < alfa 5% maka Ho ditolak dan begitu sebaliknya maka berdasarkan tabel
84

diatas, data dari sampel yang diambil dengan taraf signifikan 5% dapat dilihat

bahwa th = 12,125> 2,101 atau p value = 0,000< 0,05 sehingga dapat dikatakan

Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian pada sekelompok siswa yang

berkemampuan sedang dapat disimpulkan bahwa setelah penerapan model

pembelajaran Discovery learning berbasismulti representasiterdapat perbedaan

peningkatan keterampilan berpikir kritis yang signifikan antara Pre-test dan Post-

test.

Tabel 4.15 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis


Berdasarkan Skor Pretest-Posttest pada Siswa Berkemampuan Rendah Pada Kelas
Eksperimen
Paired Samples Test
  Perbedaan berpasangan thitung Df Sig. (2-
Rata- Std. Std. 95% interval data ( p
rata Devias Kesala tingkat kepercayaan value)
i han pembeda
rata- Penurun Penurun
rata an an
Pretest – -68,5 7,502 2,652 -74,772 -62,228 -25,825 7 0,000
  Posttest
                 
Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis dimana apabila thitung> ttabel atau

p value < alfa 5% maka Ho ditolak dan begitu sebaliknya maka berdasarkan tabel

diatas, data dari sampel yang diambil dengan taraf signifikan 5% dapat dilihat

bahwa th = 25,82> 2,77 atau p value = 0,00< 0,05 sehingga dapat dikatakan Ho

ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian pada sekelompok siswa yang

berkemampuan rendah dapat disimpulkan bahwa setelah penerapan model

pembelajaran Discovery learningterdapat perbedaan peningkatan keterampilan

berpikir kritis yang signifikan antara Pre-testdan Post-test.

Berdasarkan Tabel 4.10, 4.11, 4.12 dapat dinyatakan bahwa siswa yang

berkemampuan tinggi, sedang dan rendah setelah dilakukan penerapan model


85

pembelajaran Discovery learning berbasismulti representasiterdapat perbedaan

peningkatan keterampilan berpikir kritis yang signifikan antara Pre-testdan Post-

test.

6. Hasil Uji Parametrik Perbedaan Peningkatan Keterampilan Berpikir


KritisBerdasarkan Indeks N-gainAntar Kelompok Kemampuan
Siswa Kelas Eksperimen

Dalam penelitian ini dilakukan pula perbandingan peningkatan

keterampilan berpikir kritis antar kelompok kemampuan siswa. Adapun hasil

perhitungan secara rinci tentang perbandingan peningkatan keterampilan berpikir

kritis dapat dilihat pada Lampiran 20. Secara singkat dapat dilihat pada Tabel 4.16

Tabel 4.16Perbandingan parametrik statistik Antar Kelompok Kemampuan Siswa

Klpk siswa Klpk siswa Klpk siswa


Statistik
kemampuan tinggi kemampuan sedang kemampuan rendah

N 4 11 8

X´❑ 0,77 0,65 0,79

S2 0,135 0,115 0,126

Parameter statistik pada Tabel 4.16 digunakan untuk menghitung t’ hitung

dan akan dibandingkan dengan perolehan t’tabel untuk mengambil

keputusansebagaimana terlampir pada lampiran 23. Hasil uji beda antar kelompok

kemampuan siswa dapat dilihat pada Tabel 4.17

Tabel 4.17Hasil Uji Beda antar Kelompok Kemampuan Siswa


Parameter uji Klpk Tinggi dan Klpk Tinggi dan Klpk Sedang dan
beda Sedang Rendah Rendah
86

t’hitung 1,185 0,735 0,579

t’tabel 1,194 1,766 1,694

Keputusan H0 diterima H0 diterima H0 diterima

Dalam menguji hipotesis antar kelompok kemampuan siswa dilakukan

dengan uji “t” yang berbeda dengan kriteria pengujiannya yaitut’ hitung>t’tabel maka

H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan hasil perhitungan sebagaimana

digambarkan secara singkat pada Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa perbandingan

antar kelompok kemampuan siswa berdasarkan kaidah keputusan tidak terdapat

perbedaaan peningkatan keterampilan berpikir kritis yang signifikan antara

kelompok kemampuan tinggi dan sedang, tinggi dan rendah maupun kelompok

kemampuan sedang dan rendah. Hal ini terjadi karena peningkatan keterampilan

berpikir kritis kelompok siswa berkemampuan tinggi, sedang maupun rendah

mengalami kesignifikan yang hampir sama dimana setiap siswa mendapakan

peningkatan yang signifikan antara hasil pretest dan posttest. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran discovery learning

berbasis multi representasiefektif meningkatkaan keterampilan berpikir kritis

siswa kelompok kemampuan tinggi, kemampuan sedang, dan kemampuan rendah

pada pokok bahasan Ikatan Kimia.

4.5 Aktivitas Siswa terhadap Pembelajaran Disscovery Learning Berbasis


Multi Representasi

Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan model

pembelajalaranDisscovery Learningberbasis multi representasi pada pokok

bahasan ikatan kimia dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas


87

siswa dan lembar angket yang berisi butir-butir pernyataan tentang pembelajaran

yang dilaksanakan. Data lengkap tentang aktivitas siswa setiap pertemuan yang

diperoleh dari lembar observasi dapat dilihat pada Lampiran 24. secara singkat

aktivitas siswa setiap pertemuan dapat dilihat pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18Rekapitulasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran dengan Model


Pembelajaran Discovery Learning Berbasis Multi Representasi

No. Pertemuan Rata- rata Persentase(%) Kriteria

1. Pertemuan pertama 1,58 78,57 Baik

2. Pertemuan kedua 1,75 85,71 Baik

3. Pertemuan ketiga 1,79 90,48 Baik

4. Pertemuan keempat 1,91 95,24 Baik

Kriteria: 0% - 24,5%: Sangat kurang; 25% - 49,5% : Kurang; 50% - 74,5% :


Sedang ; 75% - 100% : Baik.

Berdasarkan Tabel 4.18 dapat dilihat bahwa penilaian aktivitas tertinggi

siswa antara empat pertemuan terdapat pada pertemuan keempat yang memiliki

rata-rata 1,89 dengan persentase sebesar 94,44%. Hal ini disebabkan karena siswa

turut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan mengikuti dengan senang hati.

Sedangkan pada pertemuan sebelumnya, yakni pertemuan satu siswa masih belum

menyesuaikan diri dengan model pembelajaran baru yang didapatkan yakni model

pembelajaran discovery learningberbasis multi representasikarena selama

diadakan proses belajar mengajar, guru hanya menggunakan model pembelajaran

langsung. Namun bila dilihat hasil rata- rata dari aktivitas siswa, pada pertemuan

pertama memiliki rata- rata 1,58. Dan masuk pada kategori baik. Hal ini
88

disebabkan karena siswa belum menyesuaikan dengan model pembelajaran yang

diterapkan.

Selain itu, dalam kegiatan diskusi pada pembelajaran berisi aktivitas siswa

menganalisis pertanyaan dari suatu kelompok tertentu. Pertanyaan suatu

kelompok akan diberikan kepada kelompok yang tampil untuk dijawab. Diskusi

berjalan dengan tidak menjenuhkan karena siswa diajak untuk mengkritisi

pertanyaan tersebut. Jika pertanyaan tersebut mempunyai tingkat pertanyaan yang

sulit, maka pertanyaan itu dilemparkan kepada kelompok lain untuk

menjawabnya.

Sedangkan bila ditinjau berdasarkan rata-rata aktivitas siswa pada semua

pertemuan maka diperoleh rata-rata aktivitas pada semua pertemuan adalah 1,76

dengan persentase sebesar 87,5% dan masuk pada kategori baik. Hal ini berarti

bahwa siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap penerapan model

pembelajaran discovery learning berbasis multi representasi.

Untuk data lengkap tanggapan siswa tentang model pembelajaran

discovery learning berbasismulti representasi yang diperoleh melalui angket dapat

dilihat pada Lampiran 28. Secara singkat hasil analisis angket tanggapan siswa

terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery

learning berbasismulti representasidapat dilihat pada Tabel 4.19.


89

Tabel 4.19Rekapitulasi tanggapan siswa terhadap model pembelajaran Discovery


Learning berbasis multi representasi

Rata-
No. Aspek Indikator Presentase Kriteria
rata
1. Sikap siswa Menunjukkan 3,58 89,40 Baik
terhadap minat terhadap sekali
pelajaran pelajaran kimia
kimia
2. Sikap siswa a) Menunjukkan 3,50 87,60 Baik
terhadap ketertarikan sekali
pembelajaran terhadap model
pembelajaran pembelajaran
dengan model Discovery Learning
pembelajaran berbasis multi
Discovery representasi
Learning b) Menunjukkan 3,65 87,39 Baik
berbasis multi persetujuan sekali
representasi terhadap aktivitas
siswa dalam
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
Discovery Learning
berbasis multi
representasi
c) Menunjukkan 3,5 87,04 Baik
90

karakter siswa Sekali


dalam mengikuti
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
Discovery Learning
berbasis multi
representasi
3. Pendapat siswa Menunjukkan 3,46 86,66 Baik
mengenai persetujuan adanya Sekali
pembelajaran perbedaan antara
dengan model
menggunakan pembelajaran
model Discovery Learning
pembelajaran berbasis multi
Problem representasi dengan
Solving model
pembelajaran yan
biasa dilakukan
Kriteria : 0 % - 20 % : Kurang sekali; 21% - 40 % : Kurang; 41% – 60 % : Cukup;
61 % - 80 % : Baik; 81 % - 100 % : Baik Sekali

Berdasarkan tanggapan siswa yang diperoleh melalui angket dapat

disimpulkan bahwa siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan

model pembelajaran Discovery Learning berbasis multi representasiseperti

terlihat pada Tabel 4.19, diketahui bahwa persentase tanggapan siswa terhadap

penerapan model pembelajaran Discovery Learning berbasis multi


91

representasipada materi pokok ikatan kimia dapat dikatakan masuk pada kategori

baik sekali.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah diberikan terlihat bahwa siswa

memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model pembelajaran Discovery

Learning berbasis multi representasi dalam pembelajaran kimia khususnya pada

materi ikatan kimia dilihat dari skor rata-rata tanggapan guru yang diperoleh

melalui angket yang terkategori baik sekali, skor rata-rata aktivitas siswa tiap

pertemuan dan skor rata-rata tanggapan siswa yang diperoleh melalui angket yang

terkategori baik sekali.


92

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Profiltingkat berpikir kritis siswa pada hasil pretestkelas eksperimen dan

kontrol termasuk dalam tingkat berpikir dengan presentase kategori sangat

rendah sebesar 86,95% dan 90%, dan rendah sebesar 13,04% dan 10%,

sedangkan untuk kategori sedang, tinggi dan sangat tinggi tidak ada.

Sementara itu, pada hasil posttest tingkat berpikir siswa kelas eksperimen dan

kontrol termasuk dalam tingkat berpikir dengan presentase kategori sedang

sebesar 13,043% dan 15%, tinggi sebesar 43,45% dan 70% dan sangat tinggi

43,48% dan 15%, sedangkan untuk kategori sangat rendah dan rendahtidak

ada.

2. Profil peningkatan penguasaan konsep dari penerapan model discovery learning

berbasis multi representasidibandingkan dengan model pembelajaran langsung pada

Siswa Kelas X-MIA MAN 1 Muna pada materi pokok ikatan kimia memiliki

perbandingan rerata skortertinggi,yaitu 0,96<0,8 pada label konsepSenyawa Ion dan

Struktur Lewis dan perbandingan skorterendah yaitu 0,3>0,02 pada label konsep

Kovalen Polar Non Polar dan Ikatan Logam.


93

3. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen (X MIA1)MAN 1

Muna meningkat setelah diberi pembelajaran dengan modeldiscovery learning

berbasis multi representasi rata- rata N-Gain sebesar 0,73masuk pada kategori tinggi

sedangkan kelas kontrol (X MIA3) setelah diberi pembelajaran dengan model

pemelajaran langsung rata-ata N-Gain sebesar 0,64 masuk pada kategori sedang.

4. Penggunaan model pembelajaran model Discovery Learning berbasis multi

representasi lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis

dibandingkan kelas kontrol yaitu Thitung = 1,890 > 1,15. Serta efektif

meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa kelompok kemampuan

tinggi dengan th = 12,296 >3,18, kemampuan sedang th = 12,125 > 2,101dan

kemampuan rendah th = 25,82 > 2,77pada pokok bahasan ikatan kimia.

5. Penerapan model Discovery Learning berbasis multi representasi di MAN 1

Muna mendapat tanggapan sangat positif dari siswa.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang dapat diberikan yaitu Guru

dalam mengajar diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran Discovery

Learning berbasis multi representasidapat meningkatkan keterampilan berpikir

kritis siswa dari segala aspek pembelajaran.


94

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W dan Krathwohl, D.R 2010. Kerangka Landasan Untuk


Pembelajaran, Pengajaran dan Asesment. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Ariyanto. 2015. Pengaruh Metode Praktikum Berbasis PBL Terhadap


Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan
Lingkungannya. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Semarang.

Cahya, E, P. dan Ida, K. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based


Learning dengan Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan
Proses Sains dan Penguasaan Konsep Elastisitas pada Siswa SMA.
Jurnal Pengajaran Mipa. Vol. 16, NO.1..

Eka Prani, Wartono, dan Sulur. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan
Penguasaan Konsep Fisika Menggunakan Model Pembelajaran
Discovery Learning dan Interactive Demonstration. Jurnal Riset
Pendidikan Fisika. Vol. 1, No. 1.

In’am, A dan Hajar, S. (2017). Learning Geometry Through Discovery Learning


Using A ScientificApproach. International Journal Of Instruction. 10(1).
55-70
Joyce, B. and Marsha W. (1996). Model of Teaching. Uneted States of
America:Allyn anda Bacon.

Karyono., Apriana. Dan Subhananto. 2014. Keefektifan Problem Based


LearningUntuk Meningkatkan Kemampuan Kritis Matematik Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Tunas Bangsa, 40-41.
95

Meltzer. (2002). The Relathionship Betwen Mathematics Preparation and


Conceptual Learning Gain In Physics: A Possible Hidden Variable In
Diagnostic Pretest Scores. American Journal Physics. Vol. 70, No. 2.

Mubarok, C dan Sulistyo, E. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Discovery


Learning TerhadapHasil Belajar Siswa Kelas X Pada Standar
KompetensiMelakukan Instalasi Sound System di SMK Negeri 2
Surabaya. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. 3(1). 215-217.

Mulayani, S dan Johar P. 2001.Strategi Belajar Mengajar. Bandung.CV.


Maulana.

Rafiuddin. Efektivitas Penggunaan Compact Disk (CD) Animasi Perkuliahan


Biokimia Untuk Meningkatkan Penguasaan Kecakapan Generik
Biokimia Tilikan Ruang. Jurnal Pengajaran MIPA. FPMIPA UPI. 2012.
Vol. 17, No. 2 ISSN: 1412-0917.

Simanjutak, A. (2000). Pelaksanaan Model Problem Based Learning (PBL) Pada


Materi Redoks Kelas X SMA Negeri 5 Surakarta. Jurnal Pendidikan
Kimia (JPK). Vol. 3 No. 3 Tahun 2000. Surabaya.

Singgih, S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Efek


Media Komputindo.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta. PT


Rineka Cipta.

Sugiyanto. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung.


Alfabet.
Sulami, Emi. 2010. Buku Panduan Pendidik Kimia Untuk SMA/ MA. Kolaka:
Intan Pariwara.

Sunyono. 2012. Buku Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi.


Anugrah Utama Raharja(AURA). BandarLampung.

Surya. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani.

Susanti, E., Jamhari, M., dan Sulaeman, S. M. 2016. Pengaruh Model


Pembelajaran Discovery Learning terhadap Keterampilan Proses Sains
dan Hasil Belajar IPA Siswa SMP Advent Palu. Jurnal Sains dan
Teknologi, Vol. 5, No. 3.

Suyono dan Harianto. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar.
Surabaya.
96

Suyono dan Harianto. 2012. Teori dan Konsep Dasar Pembelajaran. Surabaya.

Widiadnyana. I. W., Sadia. I. W., Suastra. I. W., (2014). Pengaruh Model


Discovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep IPA dan Sikap Ilmiah
Siswa SMP. E-jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesa Program Studi IPA. Vol. 4, No 2.

Widianingtiyas., Siswoyo dan Bakri. 2015. Pengaruh Pendekatan Multi


Representasidalam Pembelajaran Fisika Terhadap Kemampuan Kognitif
Siswa SMA. Jurnal Penelitian dan PengembanganPendidikan Fisika-
JPPPF.1-3. Jakarta.
97

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian


JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN PADA SISWA
KELAS XI MIA1 (EKSPERIMEN) DAN KELAS MIA3 (KONTROL) MAN 1
MUNA
98

No Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan


.
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Observasi awal Sabtu, 21Juni 2018

b. Seminar proposal Selasa,4September 2018


2. Tes Awal (Pre-Test)
a. Kelas kontrol 5 Oktober2018
b. Kelas eksperimen 5 Oktober 2018
3. Pelaksanaan Penelitian
a. Pertemuan Pertama Sabtu6 Oktober 2018
 Kelas eksperimen Sabtu 6 oktober 2018
 Kelas kontrol
b. Pertemuan Kedua Sabtu, 13 Oktober 2018
 Kelas eksperimen Sabtu, 13 Oktober 2018
 Kelas kontrol
c. Ketiga Sabtu, 20 Oktober 2018
 Kelas eksperimen Sabtu, 20 Oktober 2018
 Kelas kontrol
d. Pertemuan Keempat Sabtu, 27 Oktober 2018
 Kelas eksperimen Sabtu, 27 Oktober 2018
 Kelas kontrol

4. Tes Akhir (Post-test)


a. Kelas eksperimen Senin, 29 Oktober 2018
b. Kelas kontrol Senin, 29 Oktober 2018

Lampiran 2. Materi Pokok Ikatan Kimia Yang Terdapat Pada Buku Teks
Kimia SMA
99

(Sumber: Utami, B., Nugroho, A. CS., Muhardiani, L. Yamtinah, S. & Mulyanis,


A. (2009). Kimia untuk SMA/MA Kelas X Program Ilmu Alam. Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta).

3. Pengertian Ikatan Kimia

Ikatan kimia adalah interaksi yang menjelaskan hubungan antar atom

sehingga menjadi molekul, ion, kristal dan spesi yang lebih stabil lainnya. Ketika

atom mendekati satu sama lain, maka elektron yang berada pada kulit terluar dari

atom tersebut akan melakukan interaksi dan cnderung terdistribusi dengan bentuk

yang sedemikian rupa.

4. Kestabilan Unsur dan Konfigurasi Elektron

Selain gas mulia, hampir semua unsur yang ada dialam terdapat sebagai

senyawa (gabungan dua unsur atau lebih yang terikat secara Ikatan Kimia). Semua

ini menunjukan bahwa dialam unsur-unsur tidak stabil dalam keadaan unsur

bebas. Ketidak stabilan unsur-unsur ini ada hubungannya dengan konfigurasi

elektron yang dimilikinya.

Tahun 1916, G.N. Lewis dan Langmuir menyatakan bahwa unsur-unsur

gas mulia sukar berikatan dengan unsur lain maupun dengan unsur sejenis sebab

elektron valensinya sudah penuh. Konfigurasi elektron gas mulia sebanyak 8

elektron (oktet), kecuali helium 2 elektron (duplet), seperti ditunjukan pada tabel

2.1.

Tabel 2.1 Konfigurasi Elektron Unsur-unsur Gas Mulia


100

Unsur Nomor atom Konfigurasi elektron

He 2 2
Ne 10 2 8
Ar 18 2 8 8
Kr 36 2 8 18
Xe 54 2 8 18 18 8
Rn 86 2 8 18 32 18 8

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, suatu atom yang memiliki

konfigurasi elektron serupa dengan gas mulia akan stabil. Dengan kata lain,

unsur-unsur yang memiliki konfigurasi elektron tidak mirip dengan konfigurasi

elektron gas mulia tidak stabil. Struktur lewis, pasangan elektron dan elektron

ikatan untuk bberapa atom dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.2 Struktur Lewis, Pasangan Elektron, dan Elektron Ikatan


Beberapa Atom

Golongan Unsur Konfigurasi Elektron Struktur Pasangan Elektron


elektron valensi lewis elektron ikatan

IV C 2.4 4 C 0 4
V N 2.5 5 N 1 3
VI O 2.6 6 O 2 2
VII F 2.7 7 F 3 1
VIII Ne 2.8 8 Ne 4 0

Berdasarkan hal itu, Lewis menyatakan bahwa unsur-unsur selain gas

mulai dapat mencapai keadaan stabil dengan cara membentuk molekul, dimana
101

konfigurasi elektron dari masing-masing atom dalam molekul yang dibentuknya

menyerupai konfigurasi elektron gas mulia. Gagasan tersebut kemudian

dikembangkan menjadi suatu teori sebagai berikut.

e. Elektron pada kulit terluar mempunyai peran besar dalam

pembentukan Ikatan Kimia.

f. Ikatan yang terbentuk dapat disebabkan perpindahan satu atau lebih

elektron dari satu atom ke atom lain.

g. Ikatan yang terbentuk dapat juga disebabkan pemakaian bersama

pasangan elektron diantara atom-atom berikatan.

h. Perpindahan atau pemakaian bersama elektron berlangsung sedemikian

rupa sehingga setiap atom yang terlibat mempunyai konfigurasi

elektron serupa atom gas mulia (Sunarya, 2010).

5. Ikatan Ion

Salah satu langkah untuk mencapai keadaan stabil, atom-atom melakukan

ikatan satu sama lain dengan cara serah-terima elektron valensi membentuk ikatan

ion. Teori ikatan ion yang dapat dipakai sampai sekarang adalah teori dari Kossel.

Menurut Kossel, ion-oin akan stabil jika memiliki konfigurasi elektron yang

serupa dengan konfigurasi elektron ggas mulia (Sunarya, 2010).

Adanya serah-terima elektron menghasilkan atom-atom bermuatan listrik

yang berlawanan sehingga terjadi gaya tarik-menarik elektrostatik. Gaya tarik-

menarik inilah yang disebut ikatan ion. Atom-atom yang menyerahkan elektron

valensinya kepada atom pasangannya yang bermuatan positif disebut kation.


102

Adapun atom-atom yang menerima elektron yang bermuatan negatif disebut

anion.

Lewis menggambarkan elektron valensi atom dengan titik yang

mengelilingi lambang atomnya. Jumlah titik menyatakan jumlah elektron valensi.

Penulisan seperti itu dikenal dengan rumus titik elektron (Setiabudi, 2009).

Perhatikan proses pembentukan senyawa natrium klorida (NaCl) yang

terbentuk dari atom natrium (Na) dan atom klorin (Cl) berikut.

Na 2 8 1 Na+ 2 8

Cl 2 8 7 Cl- 2 8 8

Atom Na memiliki konfigurasi elektron 2 8 1 sehingga elektron

valensinya 1. Adapun konfigurasi atom Cl adalah 2 8 7 sehingga elektron

valensinya adalah 7. Dalam keadaan netral, atom Na dan Cl memiliki jumlah

elektron dan proton yang sama banyak. Atom Na memiliki 11 proton dan 11

elektron, sedangkan atom Cl memiliki 17 proton dan 17 elektron.

Keadaan ini, atom Na dan Cl tidak stabil. Berdasarkan kaidah oktet, untuk

mencapai kestabilannya, atom Na harus melepaskan 1 elektron, sedangkan atom

Cl membutuhkan 1 elektron.

Atom Na akan bermuatan positif karena jumlah proton lebih banyak

daripada jumlah elektron. Adapun atom Cl akan bermuatan negatif karena jumlah

proton lebih sedikit daripada jumlah elektron. Dengan demikian, atom Na dan Cl

dapat mencapai kestabilannya dengan cara serah terima elektron. Atom Na


103

menyerahkan 1 elektron kepada atom Cl sehingga atom Cl menerima 1 elektron

dari Na.

Karena berbeda muatan, ion Na+ dan ion Cl- akan saling tarik menarik.

Interaksi yang dinamakan interaksi elektrostatik ini berlangsung secara terus

menerus. Ikatan kimia yang terbentuk dengan cara serah terima elektron, seperti

pembentukan NaCl, dinamakan ikatan ion. Senyawa yang terbentuk melalui

ikatan ion disebut senyawa ion. Adapun penggambaran struktur Lewis senyawa

NaCl adalah sebagai berikut:

(Rahayu, 2002).

6. Ikatan kovalen

Menurut lewis, atom-atom non-logam membentuk iktan dengan atom-

atom non-logam dengan cara masing-masing atom memberikan sumbangan

elektron valensi untuk digunakan bersama membentuk ikatan kovalen. Ikatan

kovalen terjadi akibat kecenderungan atom-atom non-logam untuk mencapai

konfigurasi elektron gas mulia. Senyawa yang terbentuk dinamakan senyawa

kovalen (Sunarya, 2010).

Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi akibat pemakaian pasangan

elektron secara bersama-sama oleh dua atom. Ikatan kovalen terbentuk diantara

dua atom yang sama-sama ingin menagkap elektron. Cara atom-atom saling
104

mengikat dalam suatu molekul dinyatakan oleh rumus bangun atau rumus

struktur. Rumus struktur diperoleh dari rumus Lewis dengan mengganti setiap

pasangan elektron ikatan dengan sepotong garis. Misalnya, rumus bangun H 2

adalah H H. Didalam ikatan kovalen terdapat beberapa jenis didalamnya yaitu:

f. Ikatan Kovalen Tunggal

Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan yang terbentuk dari penggunaan

bersama sepasang elektron (setiap atom memberikan saham satu elektron untuk

digunakan bersama). Adapun salah satu contohnya pada senyawa HCl.

Konfigurasi elektron H dan Cl adalah:

H : 1 (memerlukan 1 elektron)

Cl : 2 8 7 (memerlukan 1 elektron)

Masing-masing atom H dan Cl memerlukan 1 elektron. Jadi, 1 atom H akan

berpasangan dengan 1 atom Cl. Adapun lambang lewis ikatan H dan Cl dalam

HCl adalah sebagai berikut:

(Utami,2009).
g. Ikatan Kovalen Rangkap Dua

Ikatan kovalen rangkap dua terbentuk dari dua elektron valensi yang

disahamkan oleh setiap atom, misalnya pada molekul O2. Oksigen mempunyai

enam elektron valensi, sehingga untuk mencapai konfigurasi oktet harus


105

memasangkan dua elektron. Pembentukan ikatannya dapat digambarkan sebagai

berikut.

(Utami, 2009).
h. Ikatan Kovalen Rangkap Tiga

Ikatan kovalen rangkap tiga terbentuk dari tiga elektron valensi yang

disahamkan oleh setiap atom, misalnya dalam molekul N2. Nitrogen mempunyai

lima elektron valensi, jadi harus memasangkan tiga elektron untuk mencapai

keadaan konfigurasi oktet. Pembentukannya dapat digambarkan sebagai berikut.

(Utami, 2009).

Ikatan kovalen rangkap tiga terdapat dalam molekul N 2. Dengan

konfigurasi atom 7N : 1s2 2s2 2p3. Untuk mencapai konfigurasi oktet diperlukan

elektron tambahan. Ketiga elektron ini diperoleh dengan cara gabungan tiga

elektron valensi dari masing-masing atom N membentuk tiga pasangan elektron

ikatan, sehingga terbentuk ikatan kovalen rangkap tiga (Sunarya, 2010).

i. Ikatan Kovalen Koordinasi

Dalam ikatan kovalen terjadi penggunaan bersama pasangan elektron

valensi untuk mencapai konfigurasi elektron serupa gas mulia (oktet atau duplet).

Jika pasangan elektron yang dipakai berikatan kovalen berasal hanya dari salah
106

satu atom. Ikatan seperti ini dinamakan ikatan kovaelen koordinasi (Sunarya,

2010).

Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen dimana pasangan elektron

yang dipakai bersama hanya disumbangkan oleh satu atom, sedangkan atom yang

satu lagi tidak menyumbangkan elektron. Ikatan kovalen koordinasi hanya akan

dapat terjadi jika salah satu atom mempunyai pasangan elektron bebas. Salah satu

contohnya yaitu, ion amonium (NH4+). Ion ini dibentuk dari amonia (NH3) dan

ion hidrogen melalui ikatan kovalen koordinasi, seperti yang ditunjukan berikut

ini.

Ion amonium, sepasang elektron yang digunakan bersama antara atom

nitrogen dan ion H+ berasal dari atom nitrogen. Jadi, dalam ion amonium terdapat

ikatan kovalen koordinasi (Utami, 2009).

j. Polarisasi Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen melibatkan penggunaan bersama sepasang elektron valensi.

Jika atom-atom yang berikatan homointi, misalnya dalam molekul H2, Cl2, O2,

kedua inti yang menarik pasangan elektron valensi sama besar, sehingga sebaran

muatan elektron diantara kedua inti atom yang berikatan homogen. Jika atom-

atom yang berikatan heterointi, misalnya dalam molekul HCl, BeO, NO, maka
107

sebaran muatan elektron disekitar dua inti yang berikatan tidak homogen, sebab

kemampuan menarik pasangan elektron ikatan tidak sama (Sunarya, 2010).

Senyawa kovalen dikatakan polar jika senyawa tersebut memiliki

perbedaan keelektronegatifan. Hal ini dikarenakan kedudukan pasangan elektron

ikatan tidak selalu simetris terhadap dua atom yang tidak berikatan. Karena setiap

unsur mempunyai daya tarik elektron (keelektronegatifan) yang berbeda-beda.

Salah satu akibat dari eelektronegatifan adalah terjadi polarisasi pada ikatan

kovalen. Perhatikan kedua contoh berikut:

(Rahayu, 2009).

Pada contoh (a), kedudukan pasangan elektron ikatan sudah pasti simetris

terhadap kedua atom H2. Dalam molekul H2 tersebut muatan negatif (elektron)

tersebar homogen. Hal ini dikenal dengan ikatan kovalen non polar. Sedangkan

pada contoh (b), pasangan elektron ikatan tertarik lebih dekat ke atom Cl. Hal ini

dikarenakan atom Cl mempunyai tingkat keelektronegatifan lebih besar dari pada

atom H. Hal ini menyebabkan adanya polarisasi pada HCl, dimana atom Cl lebih

elektronegatif daripada atom H. Ikatan seperti ini dikenal dengan ikatan kovalen

polar (Utami, 2009).

7. Pengecualian aturan Oktet

Walaupun aturan oktet banyak membantu meramalkan rumus kimia

senyawa biner sederhana, akan tetapi terdapat beberapa senyawa-senyawa yang


108

melanggar aturan tersebut. Pengecualian aturan oktet dapat dibagi menjadi tiga

kelompok sebagai berikut.

d. Senyawa yang tidak mencapai aturan oktet

Senyawa yang atom pusatnya mempunyai elektron valensi kurang dari

4 termasuk dalam kelompok ini. Hal ini menyebabkan setelah semua

elektron valensinya dipasangkan tetap belum mencapai oktet. Beberapa

contoh senyawanya adalah BeCl2, BCl3 dan AlBr3.

e. Senyawa dengan jumlah elektron valensi ganjil

Salah satu contoh senyawa bervalensi ganjil adalah NO 2, yang

mempunyai elektron valensi ganjil (5 + 6 + 6) = 17. Adapun kemungkinan

rumus lewis untuk senyawa NO2 sebagai berikut

f. Senyawa yang melampaui aturan oktet

Senyawa-senyawa yang melampaui aturan oktet biasanya terjadi pada

unsur-unsur periode tiga atau lebih yang dapat menampung lebih dari 8

elektron pada kulit terluarnya. Perlu diingat bahwa, kulit M dapat

menampung hingga 18 elektron. Adapun beberapa contoh senyawa yang

melampaui aturan oktet yaitu PCl5, SF6, CIF3, IF7 dan SbCl5. Berikut
109

penggambaran rumus lewis pada beberapa senyawa berikut penggambaran

rumus lewis pada beberapa senyawa berikut (Utami, 2009).

Aturan oktet muncul dari fakta bahwa unsur-unsur golongan utama

dalam ampir semua senyawa hanya menggunakan orbital kulit terluar ns

dan np dalam membentuk ikatan, dimana kedua jumlah orbital ini

memiliki delapan elektron. Unsur-unsur priode kedua dibatasi oleh orbital-

orbital ini, sehingga maksimum delapan elektron. Namun demikian, pada

periode ketiga, unsur-unsur juga memiliki orbital nd yang belum terisi dan

dapat digunakan untuk berikatan. Misalnya pada molekul PCl3 tetapi

ikatan tambahan dapat dibentuk jika orbital 3d yang masih kosong

digunakan berikatan. Jika kelima elektron valensi dari atom fosfor

dipasangkan dengan dari atom klorin maka akan dibentuk PCl 5, dan orbital

yang digunakan harus melibatkan orbital 3d yang belum terisi. Jadi fosfor

dapat membentuk PCl3 dan PCl5 (Sunarya, 2010).

8. Ikatan Logam

Ikatan logam merupakan ikatan kimia antara atom-atom logam, bukan

merupakan ikatan ion maupun ikatan kovalen. Dalam sauatu logam terdapat atom-
110

atom sesamanya yang berikatan satu sama lain sehungga suatu logam akan

bersifat kuat, keras, dan dapat ditempa.

Elektron-elektron valensi dari atom-atom logam bergerak dengan cepat

(membentuk lautan elektron) mengelilingi inti atom (neutron dan proton). Ikatan

yang terbentuk sangat kuat sehingga menyebabkan ikatan antar atom logam sukar

dilepaskan.

Unsur-unsur logam pada umumnya merupakan zat padat pada suhu kamar

dan kebanyakan logam adalah penghantar listrik yang baik. Anda dapat menguji

sifat logam suatu benda dengan cara mengalirkan arus listrik kepada benda

tersebut. Hal ini dikarenakan elektron-elektron ini mudah dari atom ke atom lain

(Utami, 2009).

Terdapat beberapa teori yang menerangkan ikatan pada logam, diantaranya

adalah teori lautan elektron. Teori ikatan logam pertama kali dikembangkan oleh

Drude (1902), kemudian diuraikan oleh Lorentz (1916) sehingga dikenal dengan

teori elektron bebas atau teori lautan elektron dari Drude-Lorentz. Menurut teori

ini, kristal logam tersusun atas kation-kation logam yang terpateri di tempat (tidak

bergerak) dikelilingi oleh lautan elektron valensi yang bergerak bebas dalam kisi

kristal (perhatikan gambar 2.4). Ikatan logam terbentuk antara kation-kation

logam dan elektron valensi.


111

Gambar 2.3. Bentuk Ikatan Logam

Elektron-elektron valensi logam bergerak bebas dan mengisi ruang-ruang

diantara kisi-kisi kation logam yang bermuatan positif. Oleh karena bergerak

bebas, elektron-elektron valensi dapat berpindah jika dipengaruhi oleh medan

listrik atau panas (Sunarya, 2010).


Lampiran 3. Format Analisis Konsep dan Format Peta Konsep
3.a Format Analisis Konsep
TABEL ANALISIS KONSEP IKATAN KIMIA
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/Semester : X-MIA/1
Kompetensi Inti :
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan .
Atribut Konsep Kedudukan Konsep
Label Definisi Jenis Non
No. Atribut Atribut Super Contoh
Konsep Konsep Konsep Sub ordinat Kordinat contoh
kritis variabel Koordinat
.............. ...................... ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. .............
1.
............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. .............
2.
............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. .............
3.
............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. .............
4.
............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. .............
5.
113

............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. .............
6.
............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. .............
7.
............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. .............
8.
............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. .............
9.
............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. .............
10.
............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. .............
11.
............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. .............
12.
............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. .............
13.
............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. .............
14.
............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. .............
15.
............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. .............
16.
............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. .............
17.
............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. .............
18.
............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. .............
19.
............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. ............. .............
20.
114

3.b Format Peta Konsep


PETA KONSEP
IKATAN KIMIA

STRUKTUR LEWIS
115
116
Lampiran 4.a

Tabel Analisis Konsep Ikatan Kimia

Satuan Pendidikan : MAN 1 Muna


Kelas : X-MIA
Kompetensi Inti

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.


KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan proaktif, dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah

keilmuan
117

No. Label Definisi Jenis Atribut Konsep Kedudukan Konsep Contoh Non contoh
Konsep Konsep Konsep Kritis variabel Sub Kordi Super
ordinat nat Koordina
t
Ikatan Gaya tarik Abstrak  Gaya  Jumlah  Struktur  KBr K
1. Kimia menarik antar tarik atom lewis  O2  Br
dua atom atau menarik  Jumlah  Ikatan
lebih atom  Kestabila molekul Ion
yang sama atau n  Ikatan
berbeda untuk  Jenis Kovale
bergabung molekul n
menjadi  Ikatan
molekul yang Logam
lebih stabil
Struktur Diagram yang Prinsip  Jenis  Jumlah Ikatan F2
2. Lewis menunjukan molekul atom Kimia
ikatan-ikatan  Jumlah
antaratom dalam molekul
suatu molekul  Jumlah
elektron
valensi

Ikatan Ion ikatan kimia Abstrak  Serah  Jumlah Senyaw  Ikata Ikatan Na-Cl O=O
3. yang terjadi terima unsur a Ion n Kimia Ca-O
akibat adanya elektron logam kova
serah erima  Jenis  Jumlah len
elektron molekul unsur  Ikata
sehingga non n
membentuk logam Loga
118

ion positif dan  Jumlah m


ion ion
negatifdengan positi
konfigurasi  Jumlah
elektron sama ion
dengan gas negatif
mulia
Senyawa Senyawa yang Prinsip  Ikatan ion  Jumlah Ikatan Ion NaCl H2O
4. ion terbentuk  Jenis ion CaO O2
melalui ikatan unsur positif
ion antara ion pembentu  Jumlah
positif dan ion k ion
negatif senyawa negatif
ion

Ikatan Ikatan yang Abstrak  Pengguna  Jumlah  Ikatan  Ikata


5. Kovalen terjadi akibat an unsur kovalen n Ion
pemakaian bersama non tunggal  Ikata
pasangan pasangan logam  Ikatan n
elektron elektron  Jumlah kovalen Loga Ikatan O2
bersama-sama  Jenis elektron rangkap m Kimia H2O Na-Cl
antara dua atom molekul  Jumlah dua
yang sama-sama molekul  Ikatan
ingin mengkap kovalen
elektron (ssama rangkap
atom bukan tiga
logam)  Ikatan
kovale
n
koordin
119

asi
 Ikatan
Kovale
n polar
 Ikatan
kovalen
non
polar
Ikatan Ikatan kovalen Abstrak  Pengguna  Jumlah  Ikata
6. Kovalen yang terbentuk an unsur n
Tunggal karena bersama yang Senyawa kova
penggunaan satu kekuran kovalen len
bersama satu pasang gan satu rang
pasang elektron elektron buah kap
elektron dua F-F Na-Cl
 Ikata Cl-Cl O=O
n Ikatan Br-Br N2
kova Kovalen
len
rang
kap
tiga
 Ikata
n
koval
en
koor
dina
Si

Ikatan Ikatan kovalen Abstrak  Pengguna  Jumlah  Ikata


120

Kovalen yang terbentuk an unsur Senyawa n


7. Rangkap karena bersama yang Kovalen kova
Dua penggunaan dua kekuran len
bersama dua pasang gan dua tung
pasang elektron elektron buah gal
elektron  Ikata
n
kova Ikatan O2 Cl2
len Kovalen CO2 N2
rang
kap
tiga
 Ikata
n
kova
len
koor
dina
si
Ikatan Ikatan Kovalen Abstrak  Pengguna  Jumlah Senyawa  Ikatan Ikatan N2 Cl2
8. Kovalen yang terbentuk an unsur kovalen koval Kovalen O2
Rangkap karena bersama yang en
Tiga penggunaan tiga kekuran tungg
bersama tiga al
pasang gan tiga
pasang elektron elektron buah  Ikatan
 elektron koval
en
rang
kap

dua
121

Ikata
n
kova
len
koor
dina
si

Ikatan Ikatan yang Abstrak  Pengguna  Jumlah Senyawa  Ikata Ikatan


9. Kovalen terbentuk an atom Kovalen n Kovalen
Koordinas dimana bersama  Jumlah kova
i pasaangan pasangan elektron len
elektron yang elektron  Jumlah tung
dipakai bersama yang molekul gal
berasal dari satu berasal  Ikata Cl2
atom saja dari salah n NH4+ O2
satu atom kova N2
len
rang
kap
dua
 Ikata
n
kova
len
rang
kap
tiga
122

Ikatan Ikatan kovalen Sifat  Keelektro  Jumlah Senyawa Ikatan Ikatan H-Cl H-H
10. Kovalen yang negatifan pasaang Kovalen Koval Kovalen
Polar keelektronegatif an en
an berbeda jauh elektron Non
antar unsur- bebas Polar
unsurnya dan  Jumlah
memiliki bentuk pasanga
molekul yang n
tidak simetris elektron
ikatan
Ikatan Ikatan kovalen Sifat  Keelektro  Jumlah Senyawa Ikatan Ikatan H-H H-Cl
11. Kovalen yang negatifan pasanga Kovalen Koval Kovalen
Non Polar keelektronegatif n en
an tidak berbeda elektron Polar
jauh antara bebas
unsur-unsurnya  Jumlah
dan memiliki pasanga
bentuk molekul n
simetris elektron
ikatan

Senyawa Senyawa yang Prinsip  Ikatan  Jumlah  Ikatan H2O NaCl


12. Kovalen terbentuk kovalen atom kovalen O2 CaO
melalui ikatan  Jenis  Jumlah tunggal
kovlen unsur molekul  Ikatan
pembentu kovalen
k rangkap
senyawa dua
kovalen  Ikatan
kovalen
123

rangkap
tiga
 Ikatan
kovalen
koordin
asi
 Ikatan
kovalen
polar
 Ikatan
kovalen
non
polar

Ikatan Gaya tarik Abstrak  Pengikata  Jumlah Senyawa  Ikata Ikatan Ikatan Na-Cl
13. Logam menarik antar n kation- unsur Logam n Ion Kimia pada
ion-ion positif kation logam  Ikata logam
dengan dalam  Jumlah n Na
elektron- atom elektron Loga
elektron pada logam  Jumlah m
kulit valensi dari molekul
suatu atom
unsur logam
124
125

4.b Data Peta Konsep


PETA KONSEP
IKATAN KIMIA
IKATAN KIMIA
Digambarkan dengan

terdiri atas

STRUKTUR LEWIS

IKATAN ION IKATAN KOVALEN IKATAN LOGAM

Membentuk berdasarkan sifatnya

IKATAN KOVALEN NON POLAR


SENYAWA ION IKATAN KOVALEN POLAR
POLAR

Terdiri dari

IKATAN KOVALEN IKATAN KOVALEN RANGKAP STRUKTUR


IKATAN LEWISRANGKAP
KOVALEN IKATAN KOVALEN
TUNGGAL DUA TIGA KOORDINASI

Membentuk

Senyawa Kovalen
126
127

SILABUS MATA PELAJARAN KIMIA

Satuan Pendidikan : MA
Kelas : X (Sepuluh)
Alokasi waktu : 3 jam pelajaran/minggu
Kompetensi Inti :
KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab,
responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat
dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan internasional”.
KI-3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran


3.1 Menjelaskan metode Metode ilmiah, hakikat ilmu Kimia,  Mengamati produk-produk dalam kehidupan sehari-hari, misalnya:
ilmiah, hakikat ilmu keselamatan dan keamanan kimia sabun, detergen, pasta gigi, shampo, kosmetik, obat, susu, keju,
mentega, minyak goreng, garam dapur, asam cuka, dan lain lain
Kimia, keselamatan di laboratorium, serta peran Kimia
yang mengandung bahan kimia.
dan keamanan di dalam kehidupan.
128

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran


laboratorium, serta  Metode ilmiah  Mengunjungi laboratorium untuk mengenal alat-alat laboratorium
peran kimia dalam  Hakikat ilmu Kimia kimia dan fungsinyaserta mengenal beberapa bahan kimia dan
sifatnya (mudah meledak, mudah terbakar, beracun, penyebab
kehidupan  Keselamatan dan keamanan iritasi, korosif, dan lain-lain).
4.1 Menyajikan hasil kimia di laboratorium  Membahas cara kerja ilmuwan kimia dalam melakukan penelitian
rancangan dan  Peran Kimia dalam kehidupan dengan menggunakan metode ilmiah (membuat hipotesis,
melakukan percobaan, dan menyimpulkan)
hasilpercobaan ilmiah
 Merancang dan melakukan percobaan ilmiah, misalnya
menentukan variabel yang mempengaruhi kelarutan gula dalam air
dan mempresentasikan hasil percobaan.
 Membahas dan menyajikan hakikat ilmu Kimia
 Mengamati dan membahas gambar atau videoorang yang sedang
bekerja di laboratorium untuk memahami prosedur standar tentang
keselamatan dan keamanan kimia di laboratorium.
 Membahas dan menyajikan peran Kimia dalam penguasaan ilmu
lainnya baik ilmu dasar, seperti biologi, astronomi, geologi, maupun
ilmu terapan seperti pertambangan, kesehatan, pertanian,
perikanan dan teknologi.
3.2 Menganalisis Struktur Atom dan Tabel Periodik  Menyimak penjelasan bahwa atom tersusun daripartikel dasar, yaitu
perkembangan model  Partikel penyusun atom. elektron, proton, dan neutron serta proses penemuannya.
atom dari model atom  Nomor atom dan nomor massa.
Dalton, Thomson,
129

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran


Rutherford, Bohr, dan  Isotop.  Menganalisis dan menyimpulkan bahwa nomor atom, nomor
Mekanika Gelombang massa,dan isotop berkaitan dengan jumlah partikel dasar penyusun
 Perkembangan model atom.
atom.
4.2 Menjelaskan fenomena  Konfigurasi elektron dan diagram  Menyimak penjelasan dan menggambarkan model-model atom
alam atau hasil orbital. menurut Dalton, Thomson, Rutherford, Bohr, dan mekanika
percobaan menggunakan
kuantum.
model atom  Bilangan kuantum dan bentuk
 Membahas penyebab benda memiliki warna yang berbeda-beda
3.3 Menjelaskan konfigurasi orbital. berdasarkan model atom Bohr.
elektron dan pola
 Hubungan Konfigurasi elektron  Membahas prinsip dan aturan penulisan konfigurasi elektron dan
konfigurasi elektron
terluar untuk setiap dengan letak unsur dalam tabel menuliskan konfigurasi elektron dalam bentuk diagram orbital serta
golongan dalam tabel menentukan bilangan kuantum dari setiap elektron.
periodic.
periodik  Mengamati Tabel Periodik Unsur untuk menunjukkan bahwa unsur-
4.3 Menentukan letak suatu
 Tabel periodik dan sifat unsur dapat disusun dalam suatu tabel berdasarkan kesamaan sifat
unsur dalam tabel keperiodikan unsur. unsur.
periodik berdasarkan  Membahas perkembangan sistem periodik unsur dikaitkan dengan
konfigurasi elektron letak unsur dalam Tabel Periodik Unsur berdasarkan konfigurasi
3.4 Menganalisis kemiripan elektron.
sifat unsur dalam  Menganalisis dan mempresentasikan hubungan antara nomor atom
golongan dan dengan sifat keperiodikan unsur (jari-jari atom, energi ionisasi, afinitas
keperiodikannya elekton, dan keelektronegatifan) berdasarkan data sifat keperiodikan
4.4 Menyajikan hasil analisis unsur.
data-data unsur dalam  Menyimpulkan letak unsur dalam tabel periodik berdasarkan konfigurasi
kaitannya dengan
130

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran


kemiripan dan sifat elektron dan memperkirakan sifat fisik dan sifat kimia unsur tersebut.
keperiodikan unsur  Membuat dan menyajikan karya yang berkaitan dengan model
atom, Tabel Periodik Unsur, atau grafik keperiodikansifat unsur.
3.5 Membandingkan ikatan Ikatan Kimia, Bentuk Molekul, dan  Mengamati sifat beberapa bahan, seperti: plastik, keramik, dan
ion, ikatan kovalen, Interaksi Antarmolekul urea.
ikatan kovalen  Mengamati proses perubahan garam dan gula akibat pemanasan
koordinasi, dan ikatan  Susunan elektron stabil
serta membandingkan hasil.
logam serta kaitannya  Teori Lewis tentang ikatan kimia  Menyimak teori Lewis tentang ikatan dan menuliskan struktur Lewis
dengan sifat zat  Menyimak penjelasan tentang perbedaan sifat senyawa ion dan
 Ikatan ion dan ikatan kovalen
4.5 Merancang dan senyawa kovalen.
melakukan percobaan  Senyawa kovalen polar dan
 Membandingkan proses pembentukan ikatan ion dan ikatan
untuk menunjukkan nonpolar. kovalen.
karakteristik senyawa  Bentuk molekul  Membahas dan membandingkan proses pembentukan ikatan
ion atau senyawa kovalen tunggal dan ikatan kovalen rangkap.
kovalen berdasarkan  Ikatan logam
 Membahas adanya molekul yang tidak memenuhi aturan oktet.
beberapa sifat fisika  Interaksi antarpartikel  Membahas proses pembentukan ikatan kovalen koordinasi.
3.6 Menerapkan Teori  Membahas ikatan kovalen polar dan ikatan kovalen nonpolar
Pasangan Elektron sertasenyawa polar dan senyawa nonpolar.
Kulit Valensi (VSEPR)  Merancang dan melakukan percobaan kepolaran beberapa
dan Teori Domain senyawa dikaitkan dengan perbedaan keelektronegatifanunsur-
elektron dalam
131

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran


menentukan bentuk unsur yang membentuk ikatan.
molekul  Membahas dan memperkirakan bentuk molekul berdasarkan teori
4.6 Membuat model bentuk jumlah pasangan elektron di sekitar inti atom dan hubungannya
molekul dengan
dengan kepolaran senyawa.
menggunakan bahan-
bahan yang ada di  Membuat dan memaparkan model bentuk molekul dari bahan-
lingkungan sekitar atau bahan bekas, misalnya gabus dan karton, atau perangkat lunak
perangkat lunak kimia.
komputer  Mengamati kekuatan relatif paku dan tembaga dengan diameter
3.7 Menghubungkan yang sama dengan cara membenturkan kedua logam tersebut.
interaksi antar ion,  Mengamati dan menganalisis sifat-sifat logam dikaitkan dengan
atom dan molekul proses pembentukan ikatan logam.
dengan sifat fisika zat.  Menyimpulkan bahwa jenis ikatan kimia berpengaruh kepada sifat
fisik materi.
4.7 Menerapkan prinsip
interaksi antar ion,  Mengamati dan menjelaskan perbedaan bentuk tetesan air di atas
atom dan molekul kaca dan di atas kaca yang dilapisi lilin.
dalam menjelaskan  Membahas penyebab air di atas daun talas berbentuk butiran.
sifat-sifat fisik zat di  Membahas interaksi antar molekul dan konsekuensinya terhadap
sekitarnya. sifat fisik senyawa.
 Membahas jenis-jenis interaksi antar molekul(gaya London,
interaksi dipol-dipol, dan ikatan hidrogen) serta kaitannya dengan
sifat fisik senyawa.
132
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : MAN 1 Muna


Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X/Ganjil
Materi Pokok : Ikatan Kimia
Alokasi Waktu : 4 Minggu x 3 Jam Pelajaran @ 45 Menit

A. Kompetensi Inti
KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif,
dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan
internasional”.
KI-3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator

3.5 Membandingkan ikatan ion,  Memahami teori Lewis tentang ikatan


ikatan kovalen, ikatan dan menuliskan struktur Lewis
133

kovalen koordinasi, dan  Memahami perbedaan sifat senyawa


ikatan logam serta kaitannya ion dan senyawa kovalen.
dengan sifat zat.  Membandingkan proses pembentukan
ikatan ion dan ikatan kovalen.
 Membandingkan proses pembentukan
ikatan kovalen tunggal dan ikatan
kovalen rangkap.
 Memahami adanya molekul yang tidak
memenuhi aturan oktet.
 Membahas proses pembentukan ikatan
kovalen koordinasi.
 Membahas ikatan kovalen polar dan
ikatan kovalen nonpolar sertasenyawa
polar dan senyawa nonpolar.

4.5 Merancang dan melakukan  Merancang percobaan untuk


percobaan untuk menunjukkan karakteristik senyawa
menunjukkan karakteristik ion atau senyawa kovalen berdasarkan
senyawa ion atau senyawa beberapa sifat fisika.
kovalen berdasarkan  Melakukan percobaan untuk
beberapa sifat fisika. menunjukkan karakteristik senyawa
ion atau senyawa kovalen berdasarkan
beberapa sifat fisika.

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
Pertemuan 1
 Menjelaskan bagaimana suatu unsur mencapai kestabilan.
Pertemuan 2
 Memahami teori Lewis tentang ikatan dan menuliskan struktur Lewis
134

Pertemuan 3
 Memahami perbedaan sifat senyawa ion dan senyawa kovalen.
 Membandingkan proses pembentukan ikatan ion dan ikatan kovalen.
 Membandingkan proses pembentukan ikatan kovalen tunggal dan ikatan
kovalen rangkap.
 Memahami adanya molekul yang tidak memenuhi aturan oktet.
 Membahas proses pembentukan ikatan kovalen koordinasi.
Pertemuan 4
 Membahas ikatan kovalen polar dan ikatan kovalen nonpolar sertasenyawa
polar dan senyawa nonpolar.
 Menjelaskan karakteristik senyawa ion atau senyawa kovalen berdasarkan
beberapa sifat fisika.
 Menjelaskan karakteristik senyawa ion atau senyawa kovalen berdasarkan
beberapa sifat fisika.
 Membahas tentang ikatan ikatan logam.

D. Materi Pembelajaran
Ikatan Kimia
 Susunan elektron stabil
 Teori Lewis tentang ikatan kimia
 Ikatan ion dan ikatan kovalen
 Senyawa kovalen polar dan nonpolar.
 Ikatan logam

E. Metode Pembelajaran
 Pendekatan Multi representasi
 Model Dicovery learning
 Metode Pembelajaran :
1. Ceramah interaktif
2. Diskusi kelompok
135

F. Media Pembelajaran
Media :
 Gambar, animasi dan video
 Worksheet atau lembar kerja (siswa)
 Lembar penilaian
Alat/Bahan :
 Spidol, papan tulis

G. Sumber Belajar
 Buku Kimia Siswa Kelas X
 Buku refensi yang relevan

H. Langkah-Langkah Pembelajaran
1 . Pertemuan Pertama (3 x 45 Menit)
Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
Orientasi
 Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur
kepada Tuhan YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran.
 Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.
Aperpepsi
 Mengaitkan materi kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik.
 Mengajukan pertanyaan dengan menamilkan gambar daan video yang
ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan.
Motivasi
 Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
136

1 . Pertemuan Pertama (3 x 45 Menit)


 Mengajukan pertanyaan
Pemberian Acuan
 Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan
saat itu.
 Pembagian kelompok belajar
 Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran.
Kegiatan Inti ( 105 Menit )
Sintak Model
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran
Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk
memusatkan perhatian pada topik materi Susunan elektron
stabil dengan cara :
 Mengamati
 Lembar kerja materi Susunan elektron stabil.
 Pemberian contoh-contoh materi Susunan elektron
stabil untuk dapat dikembangkan peserta didik, dari
Stimulation media interaktif, dan sebagainya.
(stimullasi/  Membaca.
pemberian Kegiatan literasi ini dilakukan di rumah dan di sekolah
rangsangan) dengan membaca materi dari buku paket atau buku-buku
penunjang lain, dari internet/materi yang berhubungan
dengan Susunan elektron stabil.
 Menulis
Menulis resume dari hasil pengamatan dan bacaan terkait
Susunan elektron stabil.
 Mendengar
Pemberian materi Susunan elektron stabiloleh guru.
Problem Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang
137

1 . Pertemuan Pertama (3 x 45 Menit)


berkaitan dengan gambar yang disajikan dan akan dijawab
melalui kegiatan belajar, contohnya :
 Mengajukan pertanyaan tentang materi :
 Susunan elektron stabil
statemen
yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
(pertanyaan/
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
identifikasi
diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
masalah)
pertanyaan yang bersifat hipotetik) untuk mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk
hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Data Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk
collection menjawab pertanyan yang telah diidentifikasi melalui
(pengumpulan kegiatan:
data)  Mengamati
Mengamati dengan seksama materi Susunan elektron
stabil yang sedang dipelajari dan mencoba
menginterprestasikannya.
 Membaca sumber lain selain buku teks
Secara disiplin melakukan kegiatan literasi dengan
mencari dan membaca berbagai referensi dari berbagai
sumber guna menambah pengetahuan dan pemahaman
tentang materi Susunan elektron stabil yang sedang
dipelajari.

COLLABORATION (KERJASAMA)
Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk:
 Mendiskusikan
Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas
contoh dalam buku paket mengenai materi Susunan
138

1 . Pertemuan Pertama (3 x 45 Menit)


elektron stabil.
 Mengumpulkan informasi
Mencatat semua informasi tentang materi Susunan
elektron stabil yang telah diperoleh pada buku catatan
dengan tulisan yang rapi dan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
 Mempresentasikan ulang
Melalui peta konsep peserta didik mengkomunikasikan
secara lisan atau mempresentasikan materi dengan rasa
percaya diriSusunan elektron stabil sesuai dengan
pemahamannya.
 Saling tukar informasi tentang materi :
 Susunan elektron stabil
dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok
lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru
yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok
kemudian, dengan menggunakan metode ilmiah yang
terdapat pada buku pegangan peserta didik atau pada
lembar kerja yang disediakan dengan cermat untuk
mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai
pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi
melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan
kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
Data Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data
processing hasil pengamatan dengan cara :
(pengolahan  Berdiskusi tentang data dari Materi :
Data)  Susunan elektron stabil
 Mengolah informasi dari materi Susunan elektron stabil
yang sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan/pertemuan
139

1 . Pertemuan Pertama (3 x 45 Menit)


sebelumnya mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi yang sedang
berlangsung dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pada
lembar kerja.
 Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai
materi Susunan elektron stabil.
Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan
memverifikasi hasil pengamatannya dengan data-data atau
teori pada buku sumber melalui kegiatan :
 Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda
sampai kepada yang bertentangan untuk mengembangkan
Verification
sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
(pembuktian)
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan
berpikir induktif serta deduktif dalam membuktikan
tentang materi :
 Susunan elektron stabil
antara lain dengan : Peserta didik dan guru secara
bersama-sama membahas jawaban soal-soal yang telah
dikerjakan oleh peserta didik.
Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
 Menyampaikan hasil diskusi tentang materi Susunan
elektron stabil berupa kesimpulan berdasarkan hasil
Generalization analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya untuk
(menarik mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,
kesimpulan) kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan
pendapat dengan sopan.
 Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal
tentang materi :
140

1 . Pertemuan Pertama (3 x 45 Menit)


 Susunan elektron stabil
 Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan
tentanag materi Susunan elektron stabildan ditanggapi
oleh kelompok yang mempresentasikan.
 Bertanya atas presentasi tentang materi Susunan elektron
stabil yang dilakukan dan peserta didik lain diberi
kesempatan untuk menjawabnya.

CREATIVITY (KREATIVITAS)
 Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa
:
Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang materi :
 Susunan elektron stabil
 Menjawab pertanyaan tentang materi Susunan elektron
stabil yang terdapat pada buku lembar kerja yang telah
disediakan.
 Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru
melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa
berkaitan dengan materi Susunan elektron stabil yang
akan selesai dipelajari
 Menyelesaikan uji kompetensi untuk materi Susunan
elektron stabil yang terdapat pada buku lembar kerja
yang telah disediakan secara individu untuk mengecek
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
Catatan : Selama pembelajaran Susunan elektron stabil berlangsung, guru
mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang meliputi sikap:
nasionalisme, disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh
menghadapi masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan.
Kegiatan Penutup (15 Menit)
141

1 . Pertemuan Pertama (3 x 45 Menit)


 Resume: Guru membimbing siswa menyimpulkan tentang Susunan elektron
stabil.
 Refleksi: Memberikan pertanyaan berkaitan dengan Susunan elektron stabil.
 Rencana pembelajaran selanjutnya:Teori Lewis tentang ikatan kimia.

2. Pertemuan Kedua (3 x 45 Menit)


Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
Orientasi
 Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur
kepada Tuhan YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran.
 Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.
Aperpepsi
 Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
dengan pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan
sebelumnya.
 Mengajukan pertanyaan dengan menampikan gambar daan video yang
ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan.
Motivasi
 Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
 Mengajukan pertanyaan
Pemberian Acuan
 Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan
saat itu.
 Pembagian kelompok belajar
 Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran.
Kegiatan Inti ( 105 Menit )
142

2. Pertemuan Kedua (3 x 45 Menit)


Sintak Model
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran
Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk
memusatkan perhatian pada topik materi Teori Lewis tentang
ikatan kimia dengan cara :
 Mengamati
 Lembar kerja materi Teori Lewis tentang ikatan kimia.
 Pemberian contoh-contoh materi Teori Lewis tentang
ikatan kimia untuk dapat dikembangkan peserta didik,
dari media interaktif, dan sebagainya.
Stimulation
(stimullasi/  Membaca.
pemberian Kegiatan literasi ini dilakukan di rumah dan di sekolah
rangsangan) dengan membaca materi dari buku paket atau buku-buku
penunjang lain, dari internet/materi yang berhubungan
dengan Teori Lewis tentang ikatan kimia.
 Menulis
Menulis resume dari hasil pengamatan dan bacaan terkait
Teori Lewis tentang ikatan kimia.
 Mendengar
Pemberian materi Teori Lewis tentang ikatan kimia oleh
guru.
Problem Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
statemen mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang
(pertanyaan/ berkaitan dengan gambar yang disajikan dan akan dijawab
identifikasi melalui kegiatan belajar, contohnya :
masalah)  Mengajukan pertanyaan tentang materi :
 Teori Lewis tentang ikatan kimia
yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
143

2. Pertemuan Kedua (3 x 45 Menit)


diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik) untuk mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk
hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Data Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk
collection menjawab pertanyan yang telah diidentifikasi melalui
(pengumpulan kegiatan:
data)  Mengamati
Mengamati dengan seksama materi Teori Lewis tentang
ikatan kimia yang sedang dipelajari dalam bentuk
gambar/video/slide presentasi yang disajikan dan
mencoba menginterprestasikannya.
 Membaca sumber lain selain buku teks
Secara disiplin melakukan kegiatan literasi dengan
mencari dan membaca berbagai referensi dari berbagai
sumber guna menambah pengetahuan dan pemahaman
tentang materi Teori Lewis tentang ikatan kimia yang
sedang dipelajari.
COLLABORATION (KERJASAMA)
Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk:
 Mendiskusikan
Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas
contoh dalam buku paket mengenai materi Teori Lewis
tentang ikatan kimia.
 Mengumpulkan informasi
Mencatat semua informasi tentang materi Teori Lewis
tentang ikatan kimia yang telah diperoleh pada buku
catatan dengan tulisan yang rapi dan menggunakan
144

2. Pertemuan Kedua (3 x 45 Menit)


bahasa Indonesia yang baik dan benar.
 Mempresentasikan ulang
Melalui peta konsep Peserta didik mengkomunikasikan
secara lisan atau mempresentasikan materi dengan rasa
percaya diriTeori Lewis tentang ikatan kimia sesuai
dengan pemahamannya.
 Saling tukar informasi tentang materi :
 Teori Lewis tentang ikatan kimia
dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok
lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang
dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok kemudian,
dengan menggunakan metode ilmiah yang terdapat pada buku
pegangan peserta didik atau pada lembar kerja yang
disediakan dengan cermat untuk mengembangkan sikap teliti,
jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan
berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan
informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang
hayat.
Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data
hasil pengamatan dengan cara :
 Mengolahinformasi dari materi Teori Lewis tentang
Data ikatan kimia yang sudah dikumpulkan dari hasil
processing kegiatan/pertemuan sebelumnya mau pun hasil dari
(pengolahan kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan
Data) informasi yang sedang berlangsung dengan bantuan
pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja.
 Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai
materi Teori Lewis tentang ikatan kimia.
Verification Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan
145

2. Pertemuan Kedua (3 x 45 Menit)


memverifikasi hasil pengamatannya dengan data-data atau
teori pada buku sumber melalui kegiatan :
 Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda
sampai kepada yang bertentangan untuk mengembangkan
sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
(pembuktian)
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan
berpikir induktif serta deduktif dalam membuktikan
tentang materi :
 Teori Lewis tentang ikatan kimia
antara lain dengan : Peserta didik dan guru secara
bersama-sama membahas jawaban soal-soal yang telah
dikerjakan oleh peserta didik.
Generalization Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
(menarik  Menyampaikan hasil diskusi tentang materi Teori Lewis
kesimpulan) tentang ikatan kimiaberupa kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya untuk
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,
kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan
pendapat dengan sopan.
 Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal
tentang materi :
 Teori Lewis tentang ikatan kimia
 Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan
tentanag materi Teori Lewis tentang ikatan kimia dan
ditanggapi oleh kelompok yang mempresentasikan.
 Bertanya atas presentasi tentang materi Teori Lewis
tentang ikatan kimia yang dilakukan dan peserta didik
146

2. Pertemuan Kedua (3 x 45 Menit)


lain diberi kesempatan untuk menjawabnya.

CREATIVITY (KREATIVITAS)
 Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa
:
Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang materi :
 Teori Lewis tentang ikatan kimia
 Menjawab pertanyaan tentang materi Teori Lewis tentang
ikatan kimia yang terdapat pada lembar kerja yang telah
disediakan.
 Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru
melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa
berkaitan dengan materi Teori Lewis tentang ikatan kimia
yang akan selesai dipelajari
 Menyelesaikan uji kompetensi untuk materi Teori Lewis
tentang ikatan kimia yang terdapat pada lembar lerja
yang telah disediakan secara individu untuk mengecek
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
Catatan : Selama pembelajaran Teori Lewis tentang ikatan kimia
berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang meliputi
sikap: nasionalisme, disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh
menghadapi masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan.
Kegiatan Penutup (15 Menit)
 Resume: Guru membimbing siswa menyimpulkan tentang Teori Lewis tentang
ikatan kimia.
 Refleksi: Memberikan pertanyaan berkaitan dengan Teori Lewis tentang
ikatan kimia.
 Rencana pembelajaran selanjutnya:Ikatan ion dan ikatan kovalen
147

3. Pertemuan Ketiga (3 x 45 Menit)


Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
Orientasi
 Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur
kepada Tuhan YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran
 Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
Aperpepsi
 Mengaitkan materi kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik.
 Mengajukan pertanyaan dengan menamilkan gambar atau video yang ada
keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan.
Motivasi
 Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
 Mengajukan pertanyaan
Pemberian Acuan
 Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan
saat itu.
 Pembagian kelompok belajar
 Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran.

Kegiatan Inti ( 105 Menit )


Sintak Model
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran
Stimulation Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk
(stimullasi/ memusatkan perhatian pada topik materi Ikatan ion dan
pemberian ikatan kovalen dengan cara :
148

3. Pertemuan Ketiga (3 x 45 Menit)


 Mengamati
 Lembar kerja materi Ikatan ion dan ikatan kovalen.
 Pemberian contoh-contoh materi Ikatan ion dan
ikatan kovalen untuk dapat dikembangkan peserta
didik, dari media interaktif, dan sebagainya.
 Membaca.
Kegiatan literasi ini dilakukan di rumah dan di sekolah
dengan membaca materi dari buku paket atau buku-buku
rangsangan)
penunjang lain, dari internet/materi yang berhubungan
dengan Ikatan ion dan ikatan kovalen.
 Menulis
Menulis resume dari hasil pengamatan dan bacaan terkait
Ikatan ion dan ikatan kovalen.
 Mendengar
Pemberian materi Ikatan ion dan ikatan kovalen oleh
guru.
Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang
berkaitan dengan gambar yang disajikan dan akan dijawab
melalui kegiatan belajar, contohnya :
Problem  Mengajukan pertanyaan tentang materi :
statemen  Ikatan ion dan ikatan kovalen
(pertanyaan/ yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
identifikasi untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
masalah) diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik) untuk mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk
hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Data Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk
149

3. Pertemuan Ketiga (3 x 45 Menit)


menjawab pertanyan yang telah diidentifikasi melalui
kegiatan:
 Mengamati
Mengamati dengan seksama materi Ikatan ion dan ikatan
kovalen yang sedang dipelajari dan mencoba
menginterprestasikannya.
 Membaca sumber lain selain buku teks
Secara disiplin melakukan kegiatan literasi dengan
mencari dan membaca berbagai referensi dari berbagai
sumber guna menambah pengetahuan dan pemahaman
tentang materi Ikatan ion dan ikatan kovalenyang sedang
dipelajari.

COLLABORATION (KERJASAMA)
collection
Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk:
(pengumpulan
 Mendiskusikan
data)
Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas
contoh dalam buku paket mengenai materi Ikatan ion dan
ikatan kovalen.
 Mengumpulkan informasi
Mencatat semua informasi tentang materi Ikatan ion dan
ikatan kovalen yang telah diperoleh pada buku catatan
dengan tulisan yang rapi dan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
 Mempresentasikan ulang
Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau
mempresentasikan materi dengan rasa percaya diriIkatan
ion dan ikatan kovalen sesuai dengan pemahamannya.
 Saling tukar informasi tentang materi :
 Ikatan ion dan ikatan kovalen
150

3. Pertemuan Ketiga (3 x 45 Menit)


dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok
lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru
yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok
kemudian, dengan menggunakan metode ilmiah yang
terdapat pada buku pegangan peserta didik atau pada
lembar kerja yang disediakan dengan cermat untuk
mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai
pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi
melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan
kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data
hasil pengamatan dengan cara :
 Berdiskusi tentang data dari Materi :
 Ikatan ion dan ikatan kovalen
Data  Mengolah informasi dari materi Ikatan ion dan ikatan
processing kovalen yang sudah dikumpulkan dari hasil
(pengolahan kegiatan/pertemuan sebelumnya mau pun hasil dari
Data) kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan
informasi yang sedang berlangsung dengan bantuan
pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja.
 Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai
materi Ikatan ion dan ikatan kovalen.
Verification Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan
(pembuktian) memverifikasi hasil pengamatannya dengan data-data atau
teori pada buku sumber melalui kegiatan :
 Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda
sampai kepada yang bertentangan untuk mengembangkan
151

3. Pertemuan Ketiga (3 x 45 Menit)


sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan
berpikir induktif serta deduktif dalam membuktikan
tentang materi :
 Ikatan ion dan ikatan kovalen
antara lain dengan : Peserta didik dan guru secara
bersama-sama membahas jawaban soal-soal yang telah
dikerjakan oleh peserta didik.
Generalization Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
(menarik  Menyampaikan hasil diskusi tentang materi Ikatan ion
kesimpulan) dan ikatan kovalen berupa kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya untuk
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,
kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan
pendapat dengan sopan.
 Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal
tentang materi :
 Ikatan ion dan ikatan kovalen
 Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan
tentanag materi Ikatan ion dan ikatan kovalen dan
ditanggapi oleh kelompok yang mempresentasikan.
 Bertanya atas presentasi tentang materi Ikatan ion dan
ikatan kovalen yang dilakukan dan peserta didik lain
diberi kesempatan untuk menjawabnya.

CREATIVITY (KREATIVITAS)
 Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa
:
Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang materi :
152

3. Pertemuan Ketiga (3 x 45 Menit)


 Ikatan ion dan ikatan kovalen
 Menjawab pertanyaan tentang materi Ikatan ion dan
ikatan kovalen yang terdapat pada buku pegangan peserta
didik atau lembar kerja yang telah disediakan.
 Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru
melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa
berkaitan dengan materi Ikatan ion dan ikatan kovalen
yang akan selesai dipelajari
 Menyelesaikan uji kompetensi untuk materi Ikatan ion
dan ikatan kovalen yang terdapat pada buku pegangan
peserta didik atau pada lembar lerja yang telah disediakan
secara individu untuk mengecek penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran.
Catatan : Selama pembelajaran Ikatan ion dan ikatan kovalen berlangsung,
guru mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang meliputi sikap:
nasionalisme, disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh
menghadapi masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan.
Kegiatan Penutup (15 Menit)
 Resume: Guru membimbing siswa menyimpulkan tentang Ikatan ion dan
ikatan kovalen.
 Refleksi: Memberikan pertanyaan berkaitan dengan Ikatan ion dan ikatan
kovalen.
 Rencana pembelajaran selanjutnya:Senyawa kovalen polar dan nonpolar

4. Pertemuan Keempat (3 x 45 Menit)


Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
Orientasi
 Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur
153

4. Pertemuan Keempat (3 x 45 Menit)


kepada Tuhan YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran
 Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
Aperpepsi
 Mengaitkan materi kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik.
 Mengajukan pertanyaan dengan menampilkan gambar dan video yang ada
keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan.

Motivasi
 Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
 Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
 Mengajukan pertanyaan
Pemberian Acuan
 Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat
itu.
 Pembagian kelompok belajar
 Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran.
Kegiatan Inti ( 105 Menit )
Sintak Model
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran
Stimulation Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk
(stimullasi/ memusatkan perhatian pada topik materi Senyawa kovalen
pemberian polar dan nonpolar dengan cara :
rangsangan)  Mengamati
 Lembar kerja materi Senyawa kovalen polar dan
nonpolar.
 Pemberian contoh-contoh materi Senyawa kovalen
polar dan nonpolar untuk dapat dikembangkan
154

4. Pertemuan Keempat (3 x 45 Menit)


peserta didik, dari media interaktif, dan sebagainya.
 Membaca.
Kegiatan literasi ini dilakukan di rumah dan di sekolah
dengan membaca materi dari buku paket atau buku-buku
penunjang lain, dari internet/materi yang berhubungan
dengan Senyawa kovalen polar dan nonpolar.
 Menulis
Menulis resume dari hasil pengamatan dan bacaan terkait
Senyawa kovalen polar dan nonpolar.
 Mendengar
Pemberian materi Senyawa kovalen polar dan nonpolar
oleh guru.
Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang
berkaitan dengan gambar yang disajikan dan akan dijawab
melalui kegiatan belajar, contohnya :
Problem  Mengajukan pertanyaan tentang materi :
statemen  Senyawa kovalen polar dan nonpolar
(pertanyaan/ yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
identifikasi untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
masalah) diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik) untuk mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk
hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Data Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk
collection menjawab pertanyan yang telah diidentifikasi melalui
(pengumpulan kegiatan:
data)  Mengamati
Mengamati dengan seksama materi Senyawa kovalen
155

4. Pertemuan Keempat (3 x 45 Menit)


polar dan nonpolar yang sedang dipelajari dan mencoba
menginterprestasikannya.
 Membaca sumber lain selain buku teks
Secara disiplin melakukan kegiatan literasi dengan
mencari dan membaca berbagai referensi dari berbagai
sumber guna menambah pengetahuan dan pemahaman
tentang materi Senyawa kovalen polar dan nonpolar yang
sedang dipelajari.

COLLABORATION (KERJASAMA)
Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk:
 Mendiskusikan
Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas
contoh dalam buku paket mengenai materi Senyawa
kovalen polar dan nonpolar.
 Mengumpulkan informasi
Mencatat semua informasi tentang materi Senyawa
kovalen polar dan nonpolar yang telah diperoleh pada
buku catatan dengan tulisan yang rapi dan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
 Mempresentasikan ulang
Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau
mempresentasikan materi dengan rasa percaya
diriSenyawa kovalen polar dan nonpolar sesuai dengan
pemahamannya.
 Saling tukar informasi tentang materi :
 Senyawa kovalen polar dan nonpolar
 Ikatan logam
dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok
lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru
156

4. Pertemuan Keempat (3 x 45 Menit)


yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok
kemudian, dengan menggunakan metode ilmiah yang
terdapat pada buku pegangan peserta didik atau pada
lembar kerja yang disediakan dengan cermat untuk
mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai
pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi
melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan
kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data
hasil pengamatan dengan cara :
 Berdiskusi tentang data dari Materi :
 Senyawa kovalen polar dan nonpolar
 Ikatan logam
Data
 Mengolahinformasi dari materi Senyawa kovalen polar
processing
dan nonpolar dan ikatan logam yang sudah dikumpulkan
(pengolahan
dari hasil kegiatan/pertemuan sebelumnya mau pun hasil
Data)
dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan
informasi yang sedang berlangsung dengan bantuan
pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja.
 Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai materi
Senyawa kovalen polar dan nonpolar dan ikatan logam.
Verification Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan
(pembuktian) memverifikasi hasil pengamatannya dengan data-data atau
teori pada buku sumber melalui kegiatan :
 Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda
sampai kepada yang bertentangan untuk mengembangkan
sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
157

4. Pertemuan Keempat (3 x 45 Menit)


kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan
berpikir induktif serta deduktif dalam membuktikan
tentang materi :
 Senyawa kovalen polar dan nonpolar
 Ikatan logam
antara lain dengan : Peserta didik dan guru secara
bersama-sama membahas jawaban soal-soal yang telah
dikerjakan oleh peserta didik.
Generalization Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
(menarik  Menyampaikan hasil diskusi tentang materi Senyawa
kesimpulan) kovalen polar dan nonpolar,dan ikatan logam berupa
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan,
tertulis, atau media lainnya untuk mengembangkan sikap
jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan sopan.
 Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal
tentang materi :
 Senyawa kovalen polar dan nonpolar
 Ikatan logam
 Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan
tentanag materi Senyawa kovalen polar dan nonpolar dan
ditanggapi oleh kelompok yang mempresentasikan.
 Bertanya atas presentasi tentang materi Senyawa kovalen
polar dan nonpolar yang dilakukan dan peserta didik lain
diberi kesempatan untuk menjawabnya.
CREATIVITY (KREATIVITAS)
 Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa
:
158

4. Pertemuan Keempat (3 x 45 Menit)


Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang materi :
 Senyawa kovalen polar dan nonpolar
 Menjawab pertanyaan tentang materi Senyawa kovalen
polar dan nonpolar, ikatan logam yang terdapat pada
buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah
disediakan.
 Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru
melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa
berkaitan dengan materi Senyawa kovalen polar dan
nonpolar, dan iktana ogam yang akan selesai dipelajari
 Menyelesaikan uji kompetensi untuk materi Senyawa
kovalen polar dan nonpolar, dan iktan logamyang
terdapat pada buku pegangan peserta didik atau pada
lembar lerja yang telah disediakan secara individu untuk
mengecek penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
Catatan : Selama pembelajaran Senyawa kovalen polar dan nonpolar, dan
iktatan logamberlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam pembelajaran
yang meliputi sikap: nasionalisme, disiplin, rasa percaya diri, berperilaku
jujur, tangguh menghadapi masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli
lingkungan.
Kegiatan Penutup (15 Menit)
 Resume: Guru membimbing siswa menyimpulkan tentang Senyawa kovalen
polar dan nonpolar serta iktan logam.
 Refleksi: Memberikan pertanyaan berkaitan dengan Senyawa kovalen polar
dan nonpolar serta ikatan logam.
 Rencana pembelajaran selanjutnya:Bentuk molekul
159
160
161

LAMPIRAN 7

LEMBAR KERJA SISWA


(LKS 01)

Kelompok :
Hari/Tanggal :
Pertemuan Ke : 1 dan 2
Anggota Kelompok :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Petunjuk Belajar (Petunjuk Siswa)

1. Baca dengan cermat ringkasan materi pelajaran, sebelum anda


mengerjakan tugas !
2. Baca literatur lain untuk memperkuat pemahaman anda !
3. Kemudian jawab dan diskusikan bersama kelompok anda pertanyaan yang
terdapat pada LKS-01 dengan tepat !
4. Konsultasikan dengan guru dalam mengerjakan tugas bila mengalami
kesulitan !

Ringkasan Materi
1. Pengertian Ikatan Kimia
Ikatan kimia adalah interaksi yang menjelaskan hubungan antar atom
sehingga menjadi molekul, ion, kristal dan spesi yang lebih stabil lainnya. Ketika
atom mendekati satu sama lain, maka elektron yang berada pada kulit terluar dari
atom tersebut akan melakukan interaksi dan cnderung terdistribusi dengan bentuk
yang sedemikian rupa.
162

2. Kestabilan Unsur dan Konfigurasi Elektron

Selain gas mulia, hampir semua unsur yang ada dialam terdapat sebagai

senyawa (gabungan dua unsur atau lebih yang terikat secara Ikatan Kimia). Semua

ini menunjukan bahwa dialam unsur-unsur tidak stabil dalam keadaan unsur

bebas. Ketidak stabilan unsur-unsur ini ada hubungannya dengan konfigurasi

elektron yang dimilikinya.

Tahun 1916, G.N. Lewis dan Langmuir menyatakan bahwa unsur-unsur

gas mulia sukar berikatan dengan unsur lain maupun dengan unsur sejenis sebab

elektron valensinya sudah penuh. Konfigurasi elektron gas mulia sebanyak 8

elektron (oktet), kecuali helium 2 elektron (duplet), seperti ditunjukan pada Tabel

2.3.

Tabel 2.3. Konfigurasi Elektron Unsur-unsur Gas Mulia

Unsur Nomor atom Konfigurasi elektron

He 2 2
Ne 10 2 8
Ar 18 2 8 8
Kr 36 2 8 18
Xe 54 2 8 18 18 8
Rn 86 2 8 18 32 18 8

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, suatu atom yang memiliki

konfigurasi elektron serupa dengan gas mulia akan stabil. Dengan kata lain,

unsur-unsur yang memiliki konfigurasi elektron tidak mirip dengan konfigurasi

elektron gas mulia tidak stabil. Struktur lewis, pasangan elektron dan elektron

ikatan untuk berapa atom dapat dilihat pada tabel 2.3.


163

Tabel 2.4. Struktur Lewis, Pasangan Elektron, dan Elektron Ikatan Beberapa
Atom

Golongan Unsur Konfigurasi Elektron Struktur Pasangan Elektron


elektron valensi lewis elektron ikatan

IV C 2.4 4 C 0 4
V N 2.5 5 N 1 3
VI O 2.6 6 O 2 2
VII F 2.7 7 F 3 1
VIII Ne 2.8 8 Ne 4 0

Berdasarkan hal itu, Lewis menyatakan bahwa unsur-unsur selain gas

mulai dapat mencapai keadaan stabil dengan cara membentuk molekul, dimana

konfigurasi elektron dari masing-masing atom dalam molekul yang dibentuknya

menyerupai konfigurasi elektron gas mulia. Gagasan tersebut kemudian

dikembangkan menjadi suatu teori sebagai berikut.

i. Elektron pada kulit terluar mempunyai peran besar dalam

pembentukan Ikatan Kimia.

j. Ikatan yang terbentuk dapat disebabkan perpindahan satu atau lebih

elektron dari satu atom ke atom lain.

k. Ikatan yang terbentuk dapat juga disebabkan pemakaian bersama

pasangan elektron diantara atom-atom berikatan.

l. Perpindahan atau pemakaian bersama elektron berlangsung sedemikian

rupa sehingga setiap atom yang terlibat mempunyai konfigurasi

elektron serupa atom gas mulia (Sunarya, 2010).


164

Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat !

Kegiatan 1
Tuliskan konfigurasi elektron, tentukan elektron valensi serta gambarkan lambang lewis
untuk elektron valensi tersebut dari atom-atom berikut:

a. 17Cl Konfigurasi : 2 ... ...  elektron valensi 7 lambang lewis

b. 8O Konfigurasi :... ...  elektron valensi .... lambang lewis

*
c. 7N Konfigurasi :... ....  elektron valensi .... lambang lewis ¿ ¿
¿ N¿

Lengkapilah tabel berikut!

Konfigurasi Elektron Struktur Pasangan


Unsur Elektron ikatan
elektron valensi Lewis elektron

3 Li

10 Ne

4Be

9 F

5 B

7 N
165

6 C

8O

Kegiatan 2
Apabila susunan elektron yang di miliki unsur-unsur gas mulia adalah stabil,
simpulkan bagaimana ciri-ciri susunan elektron stabil.

Sehingga. dari semua kegiatan dapat disimpulkan bahwa :


............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................

LEMBAR KERJA SISWA


(LKS 02)

Kelompok :
166

Hari/Tanggal :
Pertemuan Ke :3
Anggota Kelompok :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Petunjuk Belajar (Petunjuk Siswa)
1. Baca dengan cermat ringkasan materi pelajaran, sebelum anda
mengerjakan tugas !
2. Baca literatur lain untuk memperkuat pemahaman anda !
3. Kemudian jawab dan diskusikan bersama kelompok anda pertanyaan yang
terdapat pada LKS-02 dengan tepat !
4. Konsultasikan dengan guru dalam mengerjakan tugas bila mengalami
kesulitan !

Ringkasan Materi

1. Ikatan Ion

Salah satu langkah untuk mencapai keadaan stabil, atom-atom melakukan

ikatan satu sama lain dengan cara serah-terima elektron valensi membentuk ikatan

ion. Teori ikatan ion yang dapat dipakai sampai sekarang adalah teori dari Kossel.

Menurut Kossel, ion-oin akan stabil jika memiliki konfigurasi elektron yang

serupa dengan konfigurasi elektron ggas mulia (Sunarya, 2010).

Adanya serah-terima elektron menghasilkan atom-atom bermuatan listrik

yang berlawanan sehingga terjadi gaya tarik-menarik elektrostatik. Gaya tarik-


167

menarik inilah yang disebut ikatan ion. Atom-atom yang menyerahkan elektron

valensinya kepada atom pasangannya yang bermuatan positif disebut kation.

Adapun atom-atom yang menerima elektron yang bermuatan negatif disebut

anion.

Lewis menggambarkan elektron valensi atom dengan titik yang

mengelilingi lambang atomnya. Jumlah titik menyatakan jumlah elektron valensi.

Penulisan seperti itu dikenal dengan rumus titik elektron (Setiabudi, 2009).

Perhatikan proses pembentukan senyawa natrium klorida (NaCl) yang

terbentuk dari atom natrium (Na) dan atom klorin (Cl) berikut.

Na 2 8 1 Na+ 2 8

Cl 2 8 7 Cl- 2 8 8

Atom Na memiliki konfigurasi elektron 2 8 1 sehingga elektron

valensinya 1. Adapun konfigurasi atom Cl adalah 2 8 7 sehingga elektron

valensinya adalah 7. Dalam keadaan netral, atom Na dan Cl memiliki jumlah

elektron dan proton yang sama banyak. Atom Na memiliki 11 proton dan 11

elektron, sedangkan atom Cl memiliki 17 proton dan 17 elektron.

Keadaan ini, atom Na dan Cl tidak stabil. Berdasarkan kaidah oktet, untuk

mencapai kestabilannya, atom Na harus melepaskan 1 elektron, sedangkan atom

Cl membutuhkan 1 elektron.

Atom Na akan bermuatan positif karena jumlah proton lebih banyak

daripada jumlah elektron. Adapun atom Cl akan bermuatan negatif karena jumlah

proton lebih sedikit daripada jumlah elektron. Dengan demikian, atom Na dan Cl
168

dapat mencapai kestabilannya dengan cara serah terima elektron. Atom Na

menyerahkan 1 elektron kepada atom Cl sehingga atom Cl menerima 1 elektron

dari Na.

Karena berbeda muatan, ion Na+ dan ion Cl- akan saling tarik menarik.

Interaksi yang dinamakan interaksi elektrostatik ini berlangsung secara terus

menerus. Ikatan kimia yang terbentuk dengan cara serah terima elektron, seperti

pembentukan NaCl, dinamakan ikatan ion. Senyawa yang terbentuk melalui

ikatan ion disebut senyawa ion. Adapun penggambaran struktur Lewis senyawa

NaCl adalah sebagai berikut:

(Rahayu, 2002).
2. Ikatan kovalen

Menurut lewis, atom-atom non-logam membentuk iktan dengan atom-

atom non-logam dengan cara masing-masing atom memberikan sumbangan

elektron valensi untuk digunakan bersama membentuk ikatan kovalen. Ikatan

kovalen terjadi akibat kecenderungan atom-atom non-logam untuk mencapai

konfigurasi elektron gas mulia. Senyawa yang terbentuk dinamakan senyawa

kovalen (Sunarya, 2010).

Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi akibat pemakaian pasangan

elektron secara bersama-sama oleh dua atom. Ikatan kovalen terbentuk diantara

dua atom yang sama-sama ingin menagkap elektron. Cara atom-atom saling
169

mengikat dalam suatu molekul dinyatakan oleh rumus bangun atau rumus

struktur. Rumus struktur diperoleh dari rumus Lewis dengan mengganti setiap

pasangan elektron ikatan dengan sepotong garis. Misalnya, rumus bangun H 2

adalah H-H. Didalam ikatan kovalen terdapat beberapa jenis didalamnya yaitu:

k. Ikatan Kovalen Tunggal

Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan yang terbentuk dari penggunaan

bersama sepasang elektron (setiap atom memberikan saham satu elektron untuk

digunakan bersama). Adapun salah satu contohnya pada senyawa HCl.

Konfigurasi elektron H dan Cl adalah:

H : 1 (memerlukan 1 elektron)

Cl : 2 8 7 (memerlukan 1 elektron)

Masing-masing atom H dan Cl memerlukan 1 elektron. Jadi, 1 atom H akan

berpasangan dengan 1 atom Cl. Adapun lambang lewis ikatan H dan Cl dalam

HCl adalah sebagai berikut:

(Utami,2009).

b. Ikatan Kovalen Rangkap Dua

Ikatan kovalen rangkap dua terbentuk dari dua elektron valensi yang

disahamkan oleh setiap atom, misalnya pada molekul O2. Oksigen mempunyai
170

enam elektron valensi, sehingga untuk mencapai konfigurasi oktet harus

memasangkan dua elektron. Pembentukan ikatannya dapat digambarkan sebagai

berikut.

(Utami, 2009).

c. Ikatan Kovalen Rangkap Tiga

Ikatan kovalen rangkap tiga terbentuk dari tiga elektron valensi yang

disahamkan oleh setiap atom, misalnya dalam molekul N2. Nitrogen mempunyai

lima elektron valensi, jadi harus memasangkan tiga elektron untuk mencapai

keadaan konfigurasi oktet. Pembentukannya dapat digambarkan sebagai berikut.

(Utami, 2009).
Ikatan kovalen rangkap tiga terdapat dalam molekul N 2. Dengan

konfigurasi atom 7N : 1s2 2s2 2p3. Untuk mencapai konfigurasi oktet diperlukan

elektron tambahan. Ketiga elektron ini diperoleh dengan cara gabungan tiga

elektron valensi dari masing-masing atom N membentuk tiga pasangan elektron

ikatan, sehingga terbentuk ikatan kovalen rangkap tiga (Sunarya, 2010).

d. Ikatan Kovalen Koordinasi


171

Dalam ikatan kovalen terjadi penggunaan bersama pasangan elektron

valensi untuk mencapai konfigurasi elektron serupa gas mulia (oktet atau duplet).

Jika pasangan elektron yang dipakai berikatan kovalen berasal hanya dari salah

satu atom. Ikatan seperti ini dinamakan ikatan kovaelen koordinasi (Sunarya,

2010).

Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen dimana pasangan elektron

yang dipakai bersama hanya disumbangkan oleh satu atom, sedangkan atom yang

satu lagi tidak menyumbangkan elektron. Ikatan kovalen koordinasi hanya akan

dapat terjadi jika salah satu atom mempunyai pasangan elektron bebas. Salah satu

contohnya yaitu, ion amonium (NH4+). Ion ini dibentuk dari amonia (NH3) dan

ion hidrogen melalui ikatan kovalen koordinasi, seperti yang ditunjukan berikut

ini.

Ion amonium, sepasang elektron yang digunakan bersama antara atom

nitrogen dan ion H+ berasal dari atom nitrogen. Jadi, dalam ion amonium terdapat

ikatan kovalen koordinasi (Utami, 2009).

Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat !


172

1. Berikut ini terdapat beberapa contoh-contoh ikatan kimia. Tentukanlah molekul-


molekul yang termasuk ikatan ion dan ikatan kovalen!

Pasangan Pernyataan
No Unsur Molekul Alasan
Unsur Benar/Salah

1 11Na
17 Cl NaCl

2 19 K
8O K2O

3 1 H
1H H2

4 6 C
1H CH4

2. Jelaskan terjadinya ikatan ion menggunakan struktur lewis dan gambarkan yang
terjadi pada:

1. Mg (Z=12) dengan O(Z=8)


Gambarkan struktur lewis dan jelaskan langkah-langkahnya

LEMBAR KERJA SISWA


173

(LKS 03)

Kelompok :
Hari/Tanggal :
Pertemuan Ke :4
Anggota Kelompok :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Petunjuk Belajar (Petunjuk Siswa)
1. Baca dengan cermat ringkasan materi pelajaran, sebelum anda
mengerjakan tugas !
2. Baca literatur lain untuk memperkuat pemahaman anda !
3. Kemudian jawab dan diskusikan bersama kelompok anda pertanyaan yang
terdapat pada LKS-03 dengan tepat !
4. Konsultasikan dengan guru dalam mengerjakan tugas bila mengalami
kesulitan !

Ringkasan Materi

1. Polarisasi Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen melibatkan penggunaan bersama sepasang elektron valensi.

Jika atom-atom yang berikatan homointi, misalnya dalam molekul H2, Cl2, O2,

kedua inti yang menarik pasangan elektron valensi sama besar, sehingga sebaran

muatan elektron diantara kedua inti atom yang berikatan homogen. Jika atom-

atom yang berikatan heterointi, misalnya dalam molekul HCl, BeO, NO, maka
174

sebaran muatan elektron disekitar dua inti yang berikatan tidak homogen, sebab

kemampuan menarik pasangan elektron ikatan tidak sama (Sunarya, 2010).

Senyawa kovalen dikatakan polar jika senyawa tersebut memiliki

perbedaan keelektronegatifan. Hal ini dikarenakan kedudukan pasangan elektron

ikatan tidak selalu simetris terhadap dua atom yang tidak berikatan. Karena setiap

unsur mempunyai daya tarik elektron (keelektronegatifan) yang berbeda-beda.

Salah satu akibat dari eelektronegatifan adalah terjadi polarisasi pada ikatan

kovalen. Perhatikan kedua contoh berikut:

(Rahayu, 2009).

Pada contoh (a), kedudukan pasangan elektron ikatan sudah pasti simetris

terhadap kedua atom H2. Dalam molekul H2 tersebut muatan negatif (elektron)

tersebar homogen. Hal ini dikenal dengan ikatan kovalen non polar. Sedangkan

pada contoh (b), pasangan elektron ikatan tertarik lebih dekat ke atom Cl. Hal ini

dikarenakan atom Cl mempunyai tingkat keelektronegatifan lebih besar dari pada

atom H. Hal ini menyebabkan adanya polarisasi pada HCl, dimana atom Cl lebih

elektronegatif daripada atom H. Ikatan seperti ini dikenal dengan ikatan kovalen

polar (Utami, 2009).


175

2. Pengecualian aturan Oktet

Walaupun aturan oktet banyak membantu meramalkan rumus kimia

senyawa biner sederhana, akan tetapi terdapat beberapa senyawa-senyawa yang

melanggar aturan tersebut. Pengecualian aturan oktet dapat dibagi menjadi tiga

kelompok sebagai berikut.

a. Senyawa yang tidak mencapai aturan oktet

Senyawa yang atom pusatnya mempunyai elektron valensi kurang dari

4 termasuk dalam kelompok ini. Hal ini menyebabkan setelah semua

elektron valensinya dipasangkan tetap belum mencapai oktet. Beberapa

contoh senyawanya adalah BeCl2, BCl3 dan AlBr3.

b. Senyawa dengan jumlah elektron valensi ganjil

Salah satu contoh senyawa bervalensi ganjil adalah NO 2, yang

mempunyai elektron valensi ganjil (5 + 6 + 6) = 17. Adapun kemungkinan

rumus lewis untuk senyawa NO2 sebagai berikut


176

c. Senyawa yang melampaui aturan oktet

Senyawa-senyawa yang melampaui aturan oktet biasanya terjadi pada

unsur-unsur periode tiga atau lebih yang dapat menampung lebih dari 8

elektron pada kulit terluarnya. Perlu diingat bahwa, kulit M dapat

menampung hingga 18 elektron. Adapun beberapa contoh senyawa yang

melampaui aturan oktet yaitu PCl5, SF6, CIF3, IF7 dan SbCl5. Berikut

penggambaran rumus lewis pada beberapa senyawa berikut penggambaran

rumus lewis pada beberapa senyawa berikut (Utami, 2009).

Aturan oktet muncul dari fakta bahwa unsur-unsur golongan utama

dalam ampir semua senyawa hanya menggunakan orbital kulit terluar ns

dan np dalam membentuk ikatan, dimana kedua jumlah orbital ini

memiliki delapan elektron. Unsur-unsur priode kedua dibatasi oleh orbital-

orbital ini, sehingga maksimum delapan elektron. Namun demikian, pada

periode ketiga, unsur-unsur juga memiliki orbital nd yang belum terisi dan

dapat digunakan untuk berikatan. Misalnya pada molekul PCl3 tetapi

ikatan tambahan dapat dibentuk jika orbital 3d yang masih kosong

digunakan berikatan. Jika kelima elektron valensi dari atom fosfor

dipasangkan dengan dari atom klorin maka akan dibentuk PCl 5, dan orbital
177

yang digunakan harus melibatkan orbital 3d yang belum terisi. Jadi fosfor

dapat membentuk PCl3 dan PCl5 (Sunarya, 2010).

3. Ikatan Logam

Ikatan logam merupakan ikatan kimia antara atom-atom logam, bukan

merupakan ikatan ion maupun ikatan kovalen. Dalam sauatu logam terdapat atom-

atom sesamanya yang berikatan satu sama lain sehungga suatu logam akan

bersifat kuat, keras, dan dapat ditempa.

Elektron-elektron valensi dari atom-atom logam bergerak dengan cepat

(membentuk lautan elektron) mengelilingi inti atom (neutron dan proton). Ikatan

yang terbentuk sangat kuat sehingga menyebabkan ikatan antar atom logam sukar

dilepaskan.

Unsur-unsur logam pada umumnya merupakan zat padat pada suhu kamar

dan kebanyakan logam adalah penghantar listrik yang baik. Anda dapat menguji

sifat logam suatu benda dengan cara mengalirkan arus listrik kepada benda

tersebut. Hal ini dikarenakan elektron-elektron ini mudah dari atom ke atom lain

(Utami, 2009).

Terdapat beberapa teori yang menerangkan ikatan pada logam, diantaranya

adalah teori lautan elektron. Teori ikatan logam pertama kali dikembangkan oleh

Drude (1902), kemudian diuraikan oleh Lorentz (1916) sehingga dikenal dengan

teori elektron bebas atau teori lautan elektron dari Drude-Lorentz. Menurut teori

ini, kristal logam tersusun atas kation-kation logam yang terpateri di tempat (tidak

bergerak) dikelilingi oleh lautan elektron valensi yang bergerak bebas dalam kisi
178

kristal (perhatikan gambar 2.1). Ikatan logam terbentuk antara kation-kation

logam dan elektron valensi.

Gambar 2.1. Bentuk Ikatan Logam

Elektron-elektron valensi logam bergerak bebas dan mengisi ruang-ruang

diantara kisi-kisi kation logam yang bermuatan positif. Oleh karena bergerak

bebas, elektron-elektron valensi dapat berpindah jika dipengaruhi oleh medan

listrik atau panas (Sunarya, 2010).


179

Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat !


1. Perhatikan tabel beriut ini. Tentukanlah senyawa-senyawa yang termasuk dalam
ikatan kovalen polar dan non polar.
Moleku Pernyataan
Alasan
l polar/non polar

H2

H2O

2. Identifikasi sifat-sifat yang terdapat pada logam.

Lampiran 8. Kisi-kisi Soal LKS

KUNCI JAWABAN LKS


180

Pertemuan 1 dan 2

a. 17 ClKonfigurasi : 2. 8. 7  elektron valensi 7 lambang lewis

b. 8O Konfigurasi : 2. 6  elektron valensi 6 lambang lewis

*
c. 7N Konfigurasi :2. 5  elektron valensi 5 lambang lewis
¿ ¿
¿ N¿
Lengkapilah tabel berikut!

Konfigurasi Elektron Struktur Pasangan Elektron


Unsur
elektron valensi Lewis elektron ikatan

3 Li 2. 1 1 Li 0 1

2. 8.
10 Ne 8 Ne 4 0

2. 2
4Be
2 Be 2 0

2. 7 7
9 F F 3
1

B 1
5 B
2. 3 3 1

7 N
N 1
2. 5 5 3

2. 4
6 C 4 C 0 4
181

8 O 2.6 6 O 2 2

2. ciri-ciri susunan elektron stabil.

1. Ketika berikatan dapat memenuhi kaidah oktet yakni memiliki elektron valensi
berjumlah 8.
2. Ketika berikatan dapat memenuhi kaidah duplet yakni memiliki elektron valensi
berjumlah 2.

Pertemuan 3

Pasangan Pernyataan
No Unsur Molekul Alasan
Unsur Benar/Salah
1 Na
11 Karena dalam
molekul NaCl
NaCl Benar terdapat unsur Na
Cl
17
dengan
182

konfigurasi
elektron 2 8 1
Dan Cl yaitu 2 8 7.
Dimana unsur Na
menyumbangkan
1 elektronnya ke
atom Cl untuk
mencapai
kestabilan

Karena dalam
molekul K2O
8O K2O Benar terdapat unsur K2
dengan
konfigurasi
elektron 2 8 8 1
Dan O yaitu 2 6.
Dimana unsur K2
2 19 K
menyumbangkan
masing-masing 1
elektronnya ke
atom O untuk
mencapai
kestabilan

3 Karena masing-
1H
masing unsur H
1H H2 Salah kekurangan 1
elektron untuk
183

mencapai
kestabilan maka
tidak ada atom
yang dapat
menyumbangkan
elekton. Sehingga
ikatan ini bkn
ikatan ion,
melainkan ikatan
kovalen
Salah Karena masing-
masing unsur C
1H CH4 dan H sama-sama
membutuhkan
elektron dimana
C membutuhkan 4
elektron dan H
membutuhkan 1
4 6C elektron untuk
mencapai
kestabilan.
Sehingga ikatan
ini bkn ikatan
ion,melainkan
ikatan kovalen

Mg (Z=12) dengan O(Z=8)


Gambarkan struktur lewis dan jelaskan langkah-langkahnya
184

Mg : 2 8 2
O :26

Mg O

Dimana Mg, melepaskan 2 elektron yang disumbangkan ke unsur O. Sehingga O


memiliki elektron valensi 8 begitupun dengan Mg. Sehingga kedua unsur mencapai
keadaan stabil.

Pertemuan 4

Moleku Pernyataan
Alasan
l polar/non polar

H2 Nilai keelektronegatifan H adalah 2,1. Karena sama-


sama atom H berarti nilai keelektronegatifannya (2,1
– 2,1 = 0), sehingga molekul H2 yang terbentuk
Non polar bersifat kovalen non polar
185

Molekul H2O bersifat polar karena bentuk


molekulnya bengkok, yakni tidak saling
Polar
H2O meniadakan. Dimana kedua unsur H tertarik ke atom
O yang memiliki nilai keelektronegatifan lebih
besar.

sifat-sifat yang terdapat pada logam.


1. Mengkilap
Bila cahaya tampak jauh dari permukaan logam sebagian elektron valensi
mudah bergerak lama kelamaan akan tereksitasi. Ketika elektron yang
berinteraksi tersebut kembali kepada keadaan dasarnya maka energi
cahaya dan panjang gelombang tertentu akan dipancarkan kembali.
Peristiwa ini menimbulkan sifat kilap yang khas pada logam.
2. Konduktor listrik
Ketika suatu potensial listrik dikenakan pada suatu logam delokaalisasi
elektron akan membawa arus listrik melalui logam tersebut.
3. Konduktor panas
Ketika panas dikenakan salah satu ujung logam energi ternal ini akan
meningkatkan energi kinetik elektron-elektron pada bagian tersebut.
Elektron-elektron yang bergerak dengan cepat tersebut menyerahkan
sebagian energi kinetiknya kepada elektron lain sehingga seluruh bagian
logam menjadi panas.
4. Lunak dan elastis
186

Dalam logam delokalisasi elektron bertindak sebagai suatu perekat yang


fleksibel yang mengikat erat ion-ion positif. Ketika dikenakan suatu gaya
lapisan ion-ion positif dapat bergesersatu dengan yang lainnya tetapi
tolakan antara ion positif ini dapat dicegah oleh perekat fleksibel dari
delokalisasi elektron.

Lampiran 9. SoalInstrumenTes

Sekolah : MAN 1 Muna

Mata Pelajaran : Kimia

Pokok Bahasan : Ikatan Kimia

Kelas/Semester : X-MIA/Ganjil

Waktu : 90 Menit

A. Petunjuk Pengerjaan Soal

1. Pilihlah salah satu jawaban yang benar!


187

2. Jelaskanlah alasan mengapa anda memilih jawaban tersebut

B. Soal-Soal :

1. Penulisan struktur lewis yang benar adalah ….......

a. H  C  H


b. ClCl 

c.  N N 



d. H  N  H


H

e. 
C H

Alasan:…..

2. Diantara unsur-unsur di bawah ini yang memenuhi kaidah duplet

adalah............

a. Cl2

b. H2

c. CCl4

d. SO2

e. CO2

Alasan:.........

3. Diketahui unsur-unsur dengan nomor atom sebagai berikut. 8X, 9Y, 17Q, 16R

dan 19 Z. Pasangan unsur yang dapat membentuk ikatan ion adalah.....

a. X dan Q
188

b. Q dan R

c. Y dan X

d. R dan X

e. Z dan Q

Alasan:.............

4. Senyawa yang terbentuk akibat ikatan ion adalah.....

a. H2O dan NaCl

b. MgCl2 dan KF

c. CaF2 dan HCl

d. KCl dan CH4

e. NaBr dan SO2

Alasan:................

5. Unsur X dengan konfigurasi: 2, 8, 8, 1 akan berikatan dengan unsur Y dengan

konfigurasi: 2, 8, 18, 7. Rumus kimia dan jenis ikatan yang terjadi adalah.......

a. XY, ion

b. XY2, ion

c. X2Y, ion

d. XY, kovalen

e. XY2, kovalen

6. Diketahui data suatu senyawa adalah :

i) Berikatan ion

ii) Rumus ikatan XY2

iii) Jika dilarutkan dalam air menghantarkan arus listrik


189

Dari data tersebut unsur X termasuk golongan

a. IA

b. IIA

c. IIIA

d. IVA

e. VA

Alasan:……..

7. Pada struktur molekul berikut yang menunjukan ikatan kovalen koordinasi

adalah nomor....

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

e. 5

Alasan:........

8. Senyawa berikut yang mempunyai ikatan kovalen polar adalah …

a. CCl4

b. H2

c. NH3

d. CO2
190

e. CH4

Alasan:……..

9. Perhatikan tabel beberapa struktur senyawa berikut.

1. CO2

2. BCl3

3. CH4

4. H2O

5. O2

Dari data di atas, yang termasuk senyawa dengan pengeculian aturan oktet

dan duplet yaitu …….

a. 5

b. 4

c. 3

d. 2

e. 1

Alasan:……..

10. Menurut teori lautan elektron, ikatan pada logam terjadi akibat....

a. Tidak ada tarik menarik inti atom dengan elektron

b. Inti atom dikelilingi oleh elektron-elektron seperti lautan

c. Inti atom dapat berpindah secara bebas

d. Elektron-elektron bergerak tetap disekitar inti atom

e. Inti atom dan elektron berada dilokaasi yang tetap


191

Alasan:......

Lampiran 10. Kunci Jawaban Instrumen Tes

1. D
2. B
3. E
4. B
5. A
6. B
7. D
8. C
9. D
10. B
192
Lampiran 11. Kisi- Kisi Instrumen Tes

Kisi- Kisi Soal Keterampilan Berpikir Kritis


Pada Materi Ikatan Kimia
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X-MIA/1
Bentuk soal : Pilihan Ganda Beralasan
Standar Kompotensi : Memahami Konsep Ikatan Kimia

Indikator Indikator Label Jenis Soal Alternatif Jawaban Tahapan Bobot


Pengetahu keterampila Konsep Konsep Pembobotan
an n Berpikir
Kritis
Menggamb Melakukan  Strukt Prinsip 11. Penulisan struktur lewis D (Skor 1) 1 8
arkan dan ur yang benar adalah …....... Alasan: (ketika
struktur mempertimb lewis c. H  C  H Karena apabila dikonfigurasikan menjawab
lewis yang angkan pilihan jawaban A, B, C dan E dengan tepat)
baik dan induksi  salah. Jawaban yang tepat 2
benar dari (Inferring) d.  Cl  Cl  adalah struktur dari NH3. Jika (ketika
suatu atom dikonfigurasikan : mengkonfigurasi
maupun 7N = 1S 2S 2P
2 2 3
kan atom
senyawa 1H = 1S
1
dengan tepat )
e.  N  N  (Skor 2)
N memiliki elektron valensi = 5 2
elektron, dan H memiliki (ketika
elektron valensi = 1 (Skor 2) menentukan
e.  Dari gambar yang ada tampak elektron valensi
 C  H pada jawaban dengan
194

pilihan D yang benar benar)


yaitu:
3
(ketika
memberikan
alasan jawaban
dengan tepat)

(Skor 2)
195

Mengidenti Melakukan  Ikatan Abstrak 2. Diantara unsur-unsur di B (Skor 1) 1 8


fikasi dan kovalen bawah ini yang memenuhi Alasan: (ketikamenjawa
kecenderun mempertimb  Ikatan Aturan duplet berkaitan bdengan tepat)
gan unsur angkan rangkap kaidah duplet dengan kestabilan suatu unsur.
mencapai induksi  Ikatan adalah............ Dimana untuk mencapai 2
kestabilan (Inferring) tunggal f. Cl2 kestabilan maka suatu atom (ketika
berdasarka g. H2 harus memiliki konfigurasi mengkonfigurasi
n h. CCl4 elektron sebanyak 8 elektron kan atom
konfigurasi i. SO3 (oktet) dan 2 elektron (duplet). dengan tepat )
gas mulia j. CO2 Yang memenuhi aturan duplet
dengan yaitu H2(Skor 2) 2
baik ketika dikonfigurasikan maka: (ketika
Atom 1H = 1S1(Skor 2) menentukan
Sehingga ketika berikatan atom elektron valensi
H tersebut memenuhi kaidah dengan benar)
duplet (Skor 2)
3
(ketika
memberikan
alasan jawaban
dengan tepat)

Mengident Memfokusk  Ikatan Abstrak 3. Diketahui unsur-unsur E (Skor 1) 1 12


ifikasikan an kimia dengan nomor atom (ketika
jenis pertanyaan  Ikatan Alasan: menjawab
sebagai berikut. 8X, dengan tepat)
ikatan yang ion Q=281
9
Y, 11Q, 16R dan 19 Z. 11
berdasarka muncul dan 9Y = 2 7 (Skor 2)
Pasangan unsur yang 2
n menganalisi Jumlah elektron valensi atom
(ketika
konfiguras s argument Q = 1 elektron
mengkonfigur
i (Bassic Jumlah elektron valensi
196

support)

elektron asikan atom


dapat membentuk atom Y = 7 elektron dengan tepat )
ikatan ion adalah..... Maka untuk mncapai kestabilan
f. X dan Q atom Q harus melepaskan 1 2
g. Q dan Z elektron. Sedangkan atom Y (ketika
h. Y dan X untuk mencapai keadaan stabil menentukan
i. R dan X membutuhkan 1 elektron. elektron valensi
j. Y dan Q Sehingga atom Q dan Y dengan benar)
berikatan, yang disebut sebagai
ikatan ion. 7
(ketika
memberikan
alasan jawaban
dengan tepat)

Mengident Menganalisi  Ikatan Abstrak 4. Senyawa yang terbentuk B (Skor 1) 1 8


ifikasi s argument kimia akibat ikatan ion adalah..... (ketika
jenis yang  Ikatan a. H2O dan NaCl Alasan: menjawab
ikatan ion muncul ion Karena apabila senyawa MgCl2 dengan tepat)
b. MgCl2 dan KF
dan sifat- (Elementry  Senya dan KF dikonfigurasikan
c. CaF2 dan HCl keduanya membentuk ikatan ion 7
sifatnya Clarificatio wa ion d. KCl dan CH4 sebagai berikut. (ketika
n) e. NaBr dan SO2 MgCl2 : menjelaskan
Mg : 2 8 2 dan Cl : 2 8 7 jawaban yang
Dimana atom Mg memiliki 2 dipilih dengan
elektron valensi. Untuk tepat)
mencapai keadaan stabil, maka
harus melepaskan 2 elektronnya
untuk disumbangkan ke atom
197

Cl.
Atom Cl memiliki elektron
valensi 7. Untuk mencapai
keadaan stabil Cl2 harus

menerima 2 elektron dari Mg.

KF :
K : 2 8 8 1 dan F: 2 7
Dimana atom K memiliki 1
elektron valensi. Untuk
mencapai keadaan stabil, maka
harus melepaskan 1 elektronnya
untuk disumbangkan ke atom F.
Atom F memiliki elektron
valensi 7. Untuk mencapai
keadaan stabil F harus menerima
1 elektron dari K
(Skor 7).

Mengidenti Memutuskan  Ikata Prinsip 5. Unsur X dengan A (Skor 1) 1 13


fikasi jenis suatu n kimia konfigurasi: 2, 8, 8, 1 akan (ketika
ikatan tindakan  Ikata berikatan dengan unsur Y Alasan: menjawab
berdasarka (Strategies n ion dengan konfigurasi: 2, 8, 19X = 2 8 8 1 (melepas 1 dengan tepat)
n and tactics)  Ikata 18, 7. Rumus kimia dan elektron) membentuk X+ (Skor
konfigurasi n jenis ikatan yang terjadi 2) 2
elektron kovale adalah....... 35Y = 2 8 18 7 (menerima 1 (ketika
n a. XY, ion elektron) membentuk Y- (Skor mengkonfigurasi
b. XY2, ion 2) kan atom
C. X2Y, ion X+ + Y- XY (Skor 3) dengan tepat )
D. XY, kovalen Adapun jenis ikatan yang
198

terbentuk adalah ikatan ion, 2


dimana unsur X menyumbang (ketika
elektron dan unsur Y menerima menentukan
elektron (Skor 5) elektron valensi
dengan benar)

3
E. XY2, kovalen
(ketika
menuliskan
reaksi dengan
tepat)

5
(ketika
menyimpulkan
alasan jawaban)

Mengidenti Mempertimb  Seny Abstrak 6. Diketahui data suatu B (Skor 1) 1 8


awa (ketika
fikasi sifat- angkan senyawa adalah :
ion menjawab
sifat ikatan kredibilitas  Ikata I) Berikatan ion Alasan: dengan tepat)
ion atau kriteria n ion
II) Rumus ikatan XY2 Karena unsur golongan II ini
7
suatu sumber memiliki elektron valensi (ketika
II) Jika dilarutkan dalam menjelaskan
(Bassic sebesar 2 elektron. Sehingga
air menghantarkan arus alasan jawaban
Support) unsur X menyumbang yang dipilih
listrik dengan tepat )
elektronnya (X+) dan Y
Dari data tersebut
menerima elektron (Y-)dari X
199

unsur X termasuk sebesar 2 elektron. Ikatan yang


golongan..... terjadi adalah ikatan ion dan

a. IA ketika dilarutkan dalam air


menghantarkan arus listrik.
b. IIA
c. IIIA
Dimana unsur golongan II ini
d. IVA
termasud dalam unsur logam
e. VA
alkali (dapat menghantarkan
arus listrik)
Mendefenisi  Ikata Prinsip 7. Pada struktur molekul 1 10
kan istilah n berikut yang D (Skor 1) (ketika
Menentuka dan kovale menunjukan ikatan menjawab
n ikatan mempertimb n kovalen koordinasi dengan tepat)
Alasan:
kovalen angkan nilai koordi adalah nomor....
koordinasi keputusan nasi 2
(Advanced  Ikata (ketika
Clarification n menunjukan
) kovale ikatan kovalen
n koordinasi )
 Seny
awa 7
kovale (ketika
n menjelaskan
alasan jawaban
yang dipilih
dengan tepat )

3
(ketika
200

a. 1 memberikan
alasan jawaban
b. 2
dengan tepat)
c. 3

d. 4
e. 5

K
arena ikatan kovalen koordinasi
merupakan ikatan kovalen
dimana pasangan elektron yang
dipakai bersama hanya
disumbangkan oleh suatu atom,
sedangkan atom yang satunya
lagi tidak menyumbangkan
elektron. Adapun angka yang
menunjukan ikatan kovalen
koordinasi adalah terletak pada
nomor 4
(Skor 7)
Menentuka Mengidentifi  Sifat 8. Senyawa berikut yang C (Skor 1) 1 17
n senyawa- kasi istilah Ikatan mempunyai ikatan kovalen (ketika
senyawa dengan kovale polar adalah … Alasan: menjawab
polar mempertimb n a. CCl4 Diketahui dengan tepat)
berdasarka agkan polar b. H2 Unsur H keelektro negatifan =
201

n tingkat defenisi dan  Ikata c. NH3 2,1 4


keelektrone nilai n d. CO2 Unsur Cl keelektro negatifan = (ketika
gatifan keputusan kovale e. CH4 3,0 menentukan
(Advanced n Unsur F keelektro negatifan = keelektronegatif
Clarification Non 4,0 an unsur )
) polar Unsur C keelektronegatifan =
2,5 12
Unsur O keelektronegatifan = (ketika
3,5 menentukan
Unsur N keelektronegatifan = nilai net dipol)
3,0
(Skor 4)
Senyawa NH3
Memiliki nilai net dipol:
ɲ = 3,0 – 2,1
= 0,9
Hal ini menjelaskan bahwa
senyawa NH3bersifat polar
karena memiliki ɲ ǂ 0
Ditambah lagi unsur N memiliki
nilai keelektronegatifan yang

tinggi sehingga atom H lebih


tertarik ke atom N
(Skor 12)

Mengidenti Memutuskan  Ikata Prinsip 9. Perhatikan tabel beberapa D (Skor 1) 1 8


202

fikasi suatu n struktur senyawa berikut. (ketika


beberapa tindakan kovale Alasan: menjawab
1. NH4+
pengecualia (Strategies n Konfigurasi unsur BCl3 dengan tepat)
n dan and tactics) koordi 2. BCl3 5B : 1S , 2S , 2P
2 2 1

kegagalan nasi 17Cl : 1S , 2S , 2P 2S , 2P ,


2 2 6 2 5
2
3. CH4
aturan oktet  Seny Elektron valensi atom B = 3 (ketika
awa 4. H 2O elektron. mengkonfigurasi
kovale 5. O2 Elektron valensi atom Cl = 7 kan atom
n elektron. (Skor 4) dengan tepat )
Dari data diatas, yang
termasuk senyawa dengan 2
pengeculian aturan oktet (ketika
menentukan
dan duplet yaitu ……. elektron valensi
Tampak bahwa BCl3 tidak dengan benar)
a. 5 memenuhi aturan oktet dan
b. 4 duplet. (Skor 2)
3
c. 3 (ketika
memberikan
alasan jawaban

d. 2
dengan tepat)
e. 1

Mempertimb  Ikata Abstrak 10. Menurut teori lautan B (Skor 1) 1 8


Mengidenti angkan n electron, ikatan pada logam (ketika
fikasi kredibilitas logam terjadi akibat… Alasan: menjawab
proses atau kriteria a. Tidak ada Tarik Karena berdasarkan teori lautan dengan tepat)
203

terjadinya suatu sumber menarik inti atom electron bahwa Kristal logam
ikatan (Elementry dengan electron tersusun atas kation-kation 7
logam Clarification b. Inti atom dikelilingi logam yang terpatatari ditempa (ketika
) oleh electron- tidak bergerak yang dikelilingi menjelaskan
elektron seperti oleh lautan electron valensi alasan jawaban
lautan yang bergerak bebas dalam kisi yang dipilih
c. Inti atom dapat Kristal. Sehingga jawaban dengan dengan
berpindah secara A,C,D dan E kurang tepat(Skor tepat)
bebas 7)
d. Electron-elektron
bergerak tetap
disekitar inti atom
e. Inti atom dan
electron berada
diloksi yang tetap

Lampiran 12. Skor Pre-test


PEROLEHAN SKOR PRE-TEST SISWA KELAS KONTROL
SKOR
TOTAL
NO NAMA SISIWA SKOR TIAP SOAL PRETEST
204

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Alda Taslin 4 2 0 0 4 1 0 0 0 1 12
2 Asrawati 2 3 2 1 0 0 0 1 0 0 9
3 Fatih Terim 4 2 0 2 0 0 4 0 0 0 12
4 Fitri Rahmadani 4 2 1 0 1 1 5 0 0 1 15
5 Harjuna Sugrywa Abima Putra 1 3 1 0 0 0 0 1 0 1 7
6 Ida Febriani 0 1 1 0 0 0 2 6 0 1 11
7 La Ode Muh. Azhar 1 0 2 2 1 0 0 0 0 1 7
8 La Ode Nokri Zabul Ramadhan 0 0 3 1 1 1 0 1 0 1 8
9 Marni Nutu Demarta 1 1 0 2 0 0 1 2 0 0 7
10 Milda Yanti 2 4 0 0 0 0 2 0 0 2 10
11 Muh. Irvan Rudi 4 2 0 0 2 0 0 0 2 2 12
12 Muh. Zainuddin 2 6 6 1 4 2 0 0 0 0 21
13 Nurul Hasanah 1 2 1 0 1 3 1 1 0 2 12
14 Putri Natasya 2 2 0 0 5 1 0 3 0 1 14
15 Ratih Dewi Puspita Sari 1 2 3 0 3 2 1 1 0 0 13
16 Safridayanti 1 1 3 0 3 1 0 0 0 0 9
17 Sinar Dahlia 1 0 0 0 2 1 1 0 0 1 6
18 Syapril Arulasyah 2 4 0 1 0 0 2 0 0 1 10
19 Wandi PratamSaria Dian 8 5 4 2 0 1 2 0 1 1 24
20 Ahmad Bafadal 1 2 2 2 0 1 1 0 1 1 11
PEROLEHAN SKOR PRE-TEST SISWA KELAS EKSPERIMEN
SKOR TOTAL
NO NAMA SISIWA SKOR TIAP SOAL   PRETEST
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Ali Ahmad Mansyur Rahim 2 0 4 0 0 2 2 0 0 0 10
205

2 Andani Rahmadani 6 2 0 0 0 4 0 2 0 2 16
3 Aslan 2 2 4 0 5 0 0 0 0 0 13
4 Ilham Adhy Purnomo 8 4 6 2 2 2 2 5 0 2 33
5 Misdah Nurfaiza 4 2 0 0 0 2 0 6 2 0 16
6 Muslim Adhi Janarto 4 6 2 0 2 0 4 2 0 2 22
7 Nikmat Awaliyah 2 0 2 2 0 2 0 5 0 2 15
8 Osmar Widin 0 2 0 0 5 0 4 0 2 0 13
9 Santina 4 0 2 2 2 0 4 2 2 8 26
10 Sarwan 2 0 2 2 2 0 0 4 0 2 14
11 Shalni Damayanti S 0 2 2 0 0 2 2 2 0 2 12
12 Sri Meilani 0 0 2 2 2 2 0 5 2 0 15
13 Sri Widyastuti 6 4 0 2 1 0 4 0 0 0 17
14 Suci Febrina 6 0 0 2 0 4 0 2 2 0 16
15 Sulastri 6 2 0 0 2 0 0 5 2 0 17
16 Suriaddin 5 0 0 0 2 2 0 0 2 0 11
17 Syarifah Azahra Zubair 2 6 0 0 0 0 2 0 4 0 14
18 Wa Ode Anggi 2 6 0 0 0 0 0 5 2 4 19
19 Wa Ode Arsy 6 0 0 0 0 0 0 2 0 2 10
20 Wa Ode Asna 4 0 2 0 0 0 0 5 0 0 11
21 Wa Ode Fati 4 0 2 0 6 2 0 0 0 0 14
22 Yunisyah Hasan Saali 2 0 2 0 6 0 2 0 2 0 12
23 Azani Iskandar 6 0 0 2 0 0 0 5 0 2 15
Lampiran 13. Skor Post-test
PEROLEHAN SKOR POST-TEST SISWA KELAS KONTROL
SKOR TOTAL
NO NAMA SISIWA SKOR TIAP SOAL   POSTTEST

  1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
206

1 Alda Taslin 6 6 9 8 13 2 6 5 8 0 63
2 Asrawati 7 8 12 8 13 8 10 2 8 0 76
3 Fatih Terim 7 7 9 8 10 5 2 12 8 2 70
4 Fitri Rahmadani 6 7 9 8 12 2 8 5 7 2 66
5 Harjuna Sugrywa Abima Putra 7 7 8 6 13 8 10 0 7 2 68
6 Ida Febriani 7 8 8 7 13 2 0 17 6 2 70
7 La Ode Muh. Azhar 6 8 4 2 8 7 2 13 6 4 60
8 La Ode Nokri Zabul Ramadhan 6 6 4 0 5 0 0 13 8 8 50
9 Marni Nutu Demarta 6 0 6 2 2 8 0 13 2 7 79
10 Milda Yanti 6 8 6 7 13 7 2 10 0 6 65
11 Muh. Irvan Rudi 7 8 12 8 13 8 2 13 2 8 81
12 Muh. Zainuddin 8 6 0 8 13 8 2 17 8 8 78
13 Nurul Hasanah 6 8 6 8 2 0 10 13 8 8 69
14 Putri Natasya 8 6 12 8 8 8 0 17 8 8 83
15 Ratih Dewi Puspita Sari 6 6 8 0 8 4 2 11 8 2 55
16 Safridayanti 6 8 4 2 13 8 4 17 4 2 68
17 Sinar Dahlia 8 2 6 0 2 8 0 12 0 8 46
18 Syapril Arulasyah 7 8 12 8 8 6 10 0 8 6 73
19 Wandi PratamSaria Dian 8 8 12 8 8 7 10 8 8 8 85
20 Ahmad Bafadal 8 0 12 2 6 7 8 4 8 8 63

PEROLEHAN SKOR POST-TEST SISWA KELAS EKSPERIMEN


SKOR TOTAL
NO NAMA SISIWA SKOR TIAP SOAL   POSTTEST
    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Ali Ahmad Mansyur Rahim 6 6 8 0 13 8 10 9 8 2 70
2 Andani Rahmadani 6 6 8 8 11 8 0 2 8 8 65
207

3 Aslan 8 8 12 8 13 8 10 9 8 8 92
4 Ilham Adhy Purnomo 8 8 12 8 13 8 10 12 8 8 95
5 Misdah Nurfaiza 8 6 10 8 13 8 8 12 8 4 85
6 Muslim Adhi Janarto 8 8 12 8 8 8 10 5 8 8 83
7 Nikmat Awaliyah 0 8 6 4 13 8 6 9 8 8 70
8 Osmar Widin 7 8 12 8 8 8 6 12 8 4 81
9 Santina 7 8 12 6 8 8 6 12 8 8 83
10 Sarwan 8 8 6 8 8 8 10 5 8 8 77
11 Shalni Damayanti S 8 6 2 8 13 8 10 12 0 8 75
12 Sri Meilani 8 8 12 8 2 8 10 17 8 8 89
13 Sri Widyastuti 8 6 0 8 13 8 10 13 8 0 74
14 Suci Febrina 6 6 8 8 8 8 0 2 8 8 62
15 Sulastri 8 8 12 8 13 8 8 12 8 0 85
16 Suriaddin 6 2 6 8 0 0 10 5 8 0 45
17 Syarifah Azahra Zubair 6 6 8 0 13 8 10 13 4 2 70
18 Wa Ode Anggi 2 8 12 8 8 8 0 17 8 8 79
19 Wa Ode Arsy 6 2 12 8 0 8 0 17 0 2 55
20 Wa Ode Asna 8 8 12 8 13 8 6 9 8 8 88
21 Wa Ode Fati 8 8 2 8 2 8 10 17 8 8 79
22 Yunisyah Hasan Saali 8 6 8 8 13 4 10 5 0 8 70
23 Azani Iskandar 8 6 12 8 8 8 10 10 8 2 80

Lampiran 14. Analisis Profil Penguasaan Konsep

Data Hasil Penguasaan Konsep Kelas Kontrol


No Label Soal Skor Rata-rata % Kategori
1 Struktur Lewis Pretest 2,15 26,88 Tinggi
208

Posttest 6,85 85,62


Ikatan Tunggal, Ikatan Rangkap Dua dan Pretest 2,3 38,33
2 Ikatan Rangkap Tiga Posttest 6,35 79,38 Sedang

Pretest 1,6 26,67


Sedang
3 IkatanIon Posttest 8,1 67,5
Pretest 0,9 45
4 Senyawa Kovalen Posttest 5,6 70 Sedang
Pretest 1,55 31 Sedang
5 Ikatan Kimia Posttest 9,4 72,31
Pretest 1,1 27,5
6 Senyawa Ion Posttest 5,95 74,36 Sedang

Pretest 1,45 29
Rendah
7 Ikatan Kovalen Koordinasi Posttest 4,75 47,5
Pretest 1,2 20
8 Ikatan Kovalen Polar dan Non Polar Posttest 10,5 61,76 Sedang
Pretest 0,65 32,5 Tinggi
9 Ikatan Kovalen Posttest 6,55 81,88
Pretest 1,35 67,5
10 Ikatan Logam Posttest 5,45 68,13 Rendah

Data Hasil Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen


209

No Label Soal Skor Rata-rata % Kategori


Pretest 3,65 45,65 Sedang
1 Struktur Lewis Posttest 6,83 85,33
Ikatan Tunggal, Ikatan Rangkap Dua dan Pretest 1,74 28,99
2 Ikatan Rangkap Tiga Posttest 6,78 84,78 Tinggi

Pretest 1,52 25,36


Sedang
3 IkatanIon Posttest 9 75
Pretest 0,87 43,48
4 Senyawa Kovalen Posttest 7,22 90,22 Tinggi
Pretest 1,83 36,52 Sedang
5 Ikatan Kimia Posttest 9,52 73,24
Pretest 1,30 32,61
6 Senyawa Ion Posttest 7,74 96,74 Tinggi

Pretest 1,43 35,87


Sedang
7 Ikatan Kovalen Koordinasi Posttest 7,69 76,96
Pretest 2,83 47,1
8 Ikatan Kovalen Polar dan Non Polar Posttest 10,61 62,4 Rendah
Pretest 1,35 33,69 Tinggi
9 Ikatan Kovalen Posttest 7,17 89,67
Pretest 1,65 20,65
10 Ikatan Logam Posttest 6 75 Sedang

Lampiran 15. N-Gain


210

1. Analisis N-gain Penguasaan Konsep

Data Hasil Penguasaan Konsep Kelas Kontrol


No Label Soal Skor Rata-rata % N-gain Kategori
Pretest 2,15 26,88 Tinggi
1 Struktur Lewis Posttest 6,85 85,62 0,80
Ikatan Tunggal, Ikatan Rangkap Dua dan Ikatan Pretest 2,3 38,33
2 Rangkap Tiga Posttest 6,35 79,38 0,67 Sedang

Pretest 1,6 26,67


Sedang
3 Ikatan Ion Posttest 8,1 67,5 0,56
Pretest 0,9 45
4 Senyawa Kovalen Posttest 5,6 70 0,45 Sedang
Pretest 1,55 31 Sedang
5 Ikatan Kimia Posttest 9,4 72,31 0,59
Pretest 1,1 27,5
6 Senyawa Ion Posttest 5,95 74,36 0,65 Sedang

Pretest 1,45 29
Rendah
7 Ikatan Kovalen Koordinasi Posttest 4,75 47,5 0,26
Pretest 1,2 20
8 Ikatan Polar dan Non Polar Posttest 10,5 61,76 0,52 Sedang
Pretest 0,65 32,5 Tinggi
9 Ikatan Kovalen Posttest 6,55 81,88 0,73
Pretest 1,35 67,5
10 Ikatan Logam Posttest 5,45 68,13 0,02 Rendah
211

Data Hasil Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen


No Label Soal Skor Rata-rata % N-gain Kategori
Pretest 3,65 45,65 Sedang
1 Struktur Lewis Posttest 6,83 85,33 0,41
Ikatan Tunggal, Ikatan Rangkap Dua dan Pretest 1,74 28,99
2 Ikatan Rangkap Tiga Posttest 6,78 84,78 0,76 Tinggi

Pretest 1,52 25,36


Sedang
3 Ikatan Ion Posttest 9 75 0,67
Pretest 0,87 43,48
4 Senyawa Kovalen Posttest 7,22 90,22 0,83 Tinggi
Pretest 1,83 36,52 Sedang
5 Ikatan Kimia Posttest 9,52 73,24 0,58
Pretest 1,30 32,61
6 Senyawa Ion Posttest 7,74 96,74 0,96 Tinggi

Pretest 1,43 35,87


Sedang
7 Ikatan Kovalen Koordinasi Posttest 7,69 76,96 0,64
Pretest 2,83 47,1
8 Ikatan Kovalen Polar dan Non Polar Posttest 10,61 62,4 0,3 rendah
Pretest 1,35 33,69 Tinggi
9 Ikatan Kovalen Posttest 7,17 89,67 0,84
10 Ikatan Logam Pretest 1,65 20,65 0,68 Sedang
212

Posttest 6 75

Profil Penguasaan Konsep Antar Kelas

1.2
0.96000000000
1 0001
0.83000000000 0.84000000000
0.76000000000 0001 0001
0.8 0.73000000000
0.8 0003
0.670000000000.67000000000 0001 0.68000000000
0.650000000000.64000000000
0003 0003 0.58 0003 0001
0003
0.56 0.59
0.6 0.52
0.45
0.41
0.4
0.3
0.26
0.2
0.02
0
KLK1 KLK2 KLK3 KLK4 KLK5 KLK6 KLK7 KLK8 KLK9 KLK10

n-gain kon n gain eks

2. Analisis N-gain Keterampilan Berpikir Kritis


Presentase kategori berdasarkan data N-gain keterampilan berpikir kritissiswa

Kelas Jumlah siswa keseluruhan Jumlah siswa kategori N-gain tinggi % Kategori N-gain sedang %
Eksperimen 23 14 60,87 9 39,13
213

Kontrol 20 8 40 12 60

Data N-Gain Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Kontrol

Nilai Nilai Bobot Kategori N-


No Nama Siswa Pretetst Postest Gain Total N-Gain Gain
1 Alda Taslin 12 63 51 100 0,715909091 Tinggi
2 Asrawati 9 76 67 100 0,736263736 Tinggi
3 Fatih Terim 12 70 58 100 0,659090909 Sedang
4 Fitri Rahmadani 15 66 51 100 0,6 Sedang
Harjuna Sugrywa Abima
5 Putra 7 68 61 100 0,655913978 Sedang
6 Ida Febriani 11 70 59 100 0,662921348 Sedang
7 La Ode Muh. Azhar 7 60 53 100 0,569892473 Sedang
La Ode Nokri Zabul
8 Ramadhan 8 50 42 100 0,456521739 Sedang
9 Marni Nutu Demarta 7 79 72 100 0,774193548 Tinggi
10 Milda Yanti 10 65 55 100 0,611111111 Sedang
11 Muh. Irvan Rudi 12 81 69 100 0,784090909 Tinggi
12 Muh. Zainuddin 21 78 57 100 0,721518987 Tinggi
13 Nurul Hasanah 12 69 57 100 0,647727273 Sedang
14 Putri Natasya 14 83 69 100 0,802325581 Tinggi
15 Ratih Dewi Puspita Sari 13 55 42 100 0,482758621 Sedang
16 Safridayanti 9 68 59 100 0,648351648 Sedang
17 Sinar Dahlia 6 46 40 100 0,425531915 Sedang
214

18 Syapril Arulasyah 10 73 63 100 0,7 Tinggi


19 Wandi PratamSaria Dian 24 85 61 100 0,802631579 Tinggi
20 Ahmad Bafadal 11 63 52 100 0,584269663 Sedang
RATA-RATA 11,5 68,4 0,652051206 Sedang
Data N-Gain Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen

No Nama Siswa Nilai Pretetst Nilai Postest Gain Bobot Total N-Gain Kategori N-Gain
1 Ali Ahmad Mansyur Rahim 10 70 60 100 0,666666667 Sedang
2 Andani Rahmadani 16 65 49 100 0,583333333 Sedang
3 Aslan 13 92 79 100 0,908045977 Tinggi
4 Ilham Adhy Purnomo 33 95 62 100 0,925373134 Tinggi
5 Misdah Nurfaiza 16 85 69 100 0,821428571 Tinggi
6 Muslim Adhi Janarto 22 83 61 100 0,782051282 Tinggi
7 Nikmat Awaliyah 15 70 55 100 0,647058824 Sedang
8 Osmar Widin 13 81 68 100 0,781609195 Tinggi
9 Santina 26 83 57 100 0,77027027 Tinggi
10 Sarwan 14 77 63 100 0,73255814 Tinggi
11 Shalni Damayanti S 12 75 63 100 0,715909091 Tinggi
12 Sri Meilani 15 89 74 100 0,870588235 Tinggi
13 Sri Widyastuti 17 74 57 100 0,686746988 Sedang
14 Suci Febrina 16 62 46 100 0,547619048 Sedang
15 Sulastri 17 85 68 100 0,819277108 Tinggi
16 Suriaddin 11 45 34 100 0,382022472 Sedang
17 Syarifah Azahra Zubair 14 70 56 100 0,651162791 Sedang
18 Wa Ode Anggi 19 79 60 100 0,740740741 Tinggi
19 Wa Ode Arsy 10 55 45 100 0,5 Sedang
20 Wa Ode Asna 11 88 77 100 0,865168539 Tinggi
21 Wa Ode Fati 14 79 65 100 0,755813953 Tinggi
22 Yunisyah Hasan Saali 12 70 58 100 0,682352941 Sedang
215

23 Azani Iskandar 15 80 65 100 0,764705882 Tinggi


RATA-RATA 15,69565217 76,17391304 0,721761008 Tinggi
Lampiran 16. Hasil Uji Normalitas

UJI NORMALITAS

1. Pengujian hipotesis pada uji normalitas data.


a. Hipotesis
Ho : Data terdistribusi Normal
H1 : Data tidak terdistribusi Normal
b. Kriteria pengujiannya yaitu terima Ho jika:
Nilai p value (Asymp. Sig. (2-tailed)) > 0,05

Uji Data Pre-Test Kelas Kontrol Dan Eksperimen


Uji SPSS 21.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

pre test kontrol pre test eksperimen

N 20 23
Mean 11,50 15,70
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 4,525 5,312
Absolute ,206 ,229
Most Extreme Differences Positive ,206 ,229
Negative -,112 -,142
Kolmogorov-Smirnov Z ,921 1,099
Asymp. Sig. (2-tailed) ,364 ,179

a. Test distribution is Normal.

Kesimpulan :
 P value (pretest kelas kontrol) = 0,364 > 0,05
 P value (pretest kelas eksperimen) = 0,179 > 0,05
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai
pretest pada kedua kelas tersebut terdistribusi NORMAL.
215

Uji Data Post-Test Kelas Kontrol Dan Eksperimen


Uji SPSS 21.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

post test kontrol post test


eksperimen

N 20 23
Mean 68,40 76,17
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 10,520 11,904
Absolute ,104 ,128
Most Extreme Differences Positive ,090 ,057
Negative -,104 -,128
Kolmogorov-Smirnov Z ,465 ,614
Asymp. Sig. (2-tailed) ,982 ,845

a. Test distribution is Normal.

Kesimpulan :
 P value (posttest kelas kontrol) = 0,982 > 0,05
 P value (pretest kelas eksperimen) = 0,845 > 0,05
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai
pretest pada kedua kelas tersebut terdistribusi NORMAL.
216

Uji Data N-Gain Kelas Kontrol Dan Eksperimen


Uji SPSS 21.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Gain_Kontrol Gain_Eksperimen

N 20 23
Mean ,6521 ,7218
Normal Parametersa,b
Std. Deviation ,11004 ,13175
Absolute ,134 ,111
Most Extreme Differences Positive ,088 ,063
Negative -,134 -,111
Kolmogorov-Smirnov Z ,601 ,534
Asymp. Sig. (2-tailed) ,863 ,938

a. Test distribution is Normal.

Kesimpulan :
 P value (N-gain kelas kontrol) = 0,863 > 0,05
 P value (N-gain kelas eksperimen) = 0,938 > 0,05
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai
N-gain pada kedua kelas tersebut terdistribusi NORMAL.
217

Lampiran 17. Hasil Uji Homogenitas

UJI HOMOGENITAS

Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau

Uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah:


2
S1 terbesar
F hitung ¿ 2
=
S 2
terkecil

Dimana:

n . ∑ f X i −( ∑ f . Xi)
2 2
2
S=
n(n−1)

1. Hipotesis

H0 : data memiliki varians homogen

H1 : data tidak memiliki varians homogen

2. Kriteria pengujian

a. Jika F hitung < F tabel maka H 0 diterima, yang berarti varian kedua

populasi homogen

b. Jika F hitung > F tabel maka H 1 diterima, yang berarti varian kedua

populasi tidak homogen

 UJI HOMOGENITAS KELAS EKSPERIMEN

F-Test Two-Sample for Variances

PRETES POSTTE
  T ST
Mean 15,70 76,17
44,702 111,453
Variance 4 7
218

Observations 32 32
Df 31 31
F 0,33
0,0013
P(F<=f) one-tail 06
F Critical one-tail 0,54  

F hitung = 0,33
F tabel = 0,54
Fhitung < F tabel
0,33 < 0,54, artinya data HOMOGEN

 UJI HOMOGENITAS KELAS KONTROL

F-Test Two-Sample for Variances

PRETES POSTTE
  T ST
Mean 11,50 68,50
44,702 111,453
Variance 4 7
Observations 25 25
Df 24 324
F 0,32
0,0013
P(F<=f) one-tail 06
F Critical one-tail 0,50  

 F hitung = 0,32
 F tabel = 0,50
 Fhitung < F tabel
 0,32 < 0,50, artinya data HOMOGEN
219

Lampiran 18. Hasil Uji Beda Antara Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen
Berdasarkan Skor Posttest

1. Hipotesis
H0 : data memiliki sama atau tidak berbeda secara signifikan
H1 : data memiliki perbedaan secara signifikan
2. Kriteria pengujian
a. Jika thitung< ttabel maka H0 diterima, yang berarti varian kedua populasi
homogen
b. Jika thitung> ttabel maka H1 diterima, yang berarti varian kedua populasi tidak
homogen

SKOR POSTTEST
No Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1 70 63
2 65 76
3 92 70
4 95 66
5 85 68
6 83 70
7 70 60
8 81 50
9 83 79
10 77 65
11 75 81
12 89 78
13 74 69
14 62 83
15 85 55
16 45 68
17 70 46
18 79 73
19 55 85
220

20 88 63
21 79
22 70
23 80

Uji beda menggunakan SPSS 21

Group Statistics

Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Kontrol 20 68,40 10,520 2,352


Posttest
eksperimen 23 76,17 11,904 2,482

Independent Samples Test

Levene's t-test for Equality of Means


Test for
Equality of
Variances

F Sig. T Df Sig. Mean Std. 95% Confidence


(2- Differe Error Interval of the
tailed) nce Differe Difference
nce Lower Upper

Equal ,129 ,721 -2,765 41 ,008 -4,196 1,517 -7,260 -1,131


variances
assumed
Postt
Equal -2,765 40,9 ,008 -4,196 1,500 -7,225 -1,166
est
variances 88
not
assumed

Menggunakan signifikasi 5% didapat th = 2,765


th = 2,797 > 1,26 atau
p value = 0,008 < 0,05
tolak H0 terima H1 (Terdaapat Perbedaan yang Signifikasi)
221

Lampiran 19. Hasil Uji Beda Antara Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen

3. Hipotesis
H0 : data memiliki sama atau tidak berbeda secara signifikan
H1 : data memiliki perbedaan secara signifikan
4. Kriteria pengujian
c. Jika thitung< ttabel maka H0 diterima, yang berarti varian kedua populasi
homogen
d. Jika thitung> ttabel maka H1 diterima, yang berarti varian kedua populasi tidak
homogen

Nilai N-Gain
No Kelas Eksperimen KelasKontrol
1 0,666666667 0,715909091
2 0,583333333 0,736263736
3 0,908045977 0,659090909
4 0,925373134 0,6
5 0,821428571 0,655913978
6 0,782051282 0,662921348
7 0,647058824 0,569892473
8 0,781609195 0,456521739
9 0,77027027 0,774193548
10 0,73255814 0,611111111
11 0,715909091 0,784090909
12 0,870588235 0,721518987
13 0,686746988 0,647727273
14 0,547619048 0,802325581
15 0,819277108 0,482758621
16 0,382022472 0,648351648
17 0,651162791 0,425531915
18 0,740740741 0,7
19 0,5 0,802631579
222

20 0,865168539 0,584269663
21 0,755813953
22 0,682352941
23 0,764705882

Uji beda menggunakan SPSS. 21

Group Statistics

Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

eksperimen 23 ,72 ,132 ,027


Nilai_Ngain
kontrol 20 ,65 ,110 ,025

Independent Samples Test

Uji Levene’s Uji t untuk persamaan rata-rata


untuk
persamaan
varians

F Sig. thitung df Sig. (2- Mean Std. 95% Confidence


tailed) Differ Error Interval of the
ence Differe Difference
nce Lower Upper

Asumsi ,482 ,491 -1,866 41 ,0069 -,069 ,03735 -,1451 ,00572


varian yang 71 4
Nilai_ sama
Ngain Asumsi -1,866 40,9 ,0066 -,069 ,03688 -,1441 ,00477
varian yang 45 71 9
berbeda

Menggunakan signifikasi 5% didapat thitung = 1,86


Thitung = 1,890 > 1,15
P value = 0,0069 < 0,05
Tolak H0 terima H1
223

Lampiraan 20. Data Pengelompokkan Kemampuan Siswa

Data Pengelompokkan Kemampuan Siswa Berdasarkan Urutan Siswa dan


Skor Rerata Ulangan Harian Pelajaran Kimia pada Semester Ganjil Tahun
AJARAN 2018/2019 Kelas X-MIA1 di MAN 1 Muna

No Nama Siswa Rata-Rata Kategori


1 Ilham Adhy Purnomo 92
Kelompok
2 Misdah Nurfaiza 80,5 Kemampuan Tinggi
3 Muslim Adhi Janarto 89
4 Suci Febrina 79
5 Nikmat Awaliyah 77
6 Osmar Widin 75
7 Santina 75
8 Sarwan 72
Kelompok
9 Andani Rahmadani 72 Kemampuan Sedang
10 Ali Ahmad Mansyur Rahim 75
11 Wa Ode Anggi 78
12 Wa Ode Arsy 78
13 Yunisyah Hasan Saali 72
14 Suriaddin 76
15 Syarifah Azahra Zubair 72
16 Wa Ode Asna 66,5
17 Wa Ode Fati 65
18 Azani Iskandar 60
Kelompok
19 Aslan 70 Kemampuan Rendah
20 Sulastri 68
21 Sri Meilani 69
22 Sri Widyastuti 69
23 Shalni Damayanti S 70
RATA-RATA (X) 73,91
224

STANDAR DEVIASI 7,171


BATAS BAWAH = X - SD 66,739
BATAS ATAS = X + SD 81,081

Tabel 4.19 Rata-rata skor dan Standar Deviasi

Skor F Persen(%)

60 1 4,3

65 1 4,3

67 1 4,3

68 1 4,3

69 2 8,7

70 2 8,7

72 4 17,4

75 3 13,0

76 1 4,3

77 1 4,3

78 2 8,7

79 1 4,3

81 1 4,3

89 1 4,3

92 1 4,3

Total 23 100

RATA-RATA (X) 73,91


STANDAR DEVIASI 7,171

Penentuan batas atas = X + SD


= 73,91 + 7,171
= 81,081
225

Penentuan batas atas = X - SD


= 73,91 - 7,171
= 66,739

Berdasarkan tabel 4.19 diatas dapat dibuat kurva skor hasil ulangan mata
pelajaran kimia pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019. Hal tersebut dapat
dilihat pada gambar 4.4 berikut

Histogram Skor Perolehan Ulangan Pelajaran Kimia

Keterangan: rata-rata = 73,91 dan Standardeviasi = 7,171

Berdasarkan gambar4.4 maka dapat dihitung luas kurva rata-rata


skor seluruh mata pelajaran dengan perhitungan batas bawah = rata-rata -
standar deviasi, batas atas = rata-rata + standar deviasi sebagai berikut
1. Menghitung luas kurva antaraP (66,739 < X < 81,081

X−X 66,739 – 73,91 −7,171


Z1 = = = =−1
S 7,171 7,171

X−X 81,081−73,91
Z2 = = =1 , Jadi: P(66,739<X< 81,081) = P (-1 < Z< 1);
S 7,171
226

P(-1< Z) = 0,270 dan P(Z < 1) = 0,892, Sehingga luas daerah

P(66,739<X< 81,081) = 0,892 - 0,270 = 0,622 = 62,2%

2. Menghitung probabilitas < 66,73


X−X 66,739−73,91 −7,171
Z1 = = = =−1 ,dengan nilai Z sebesar 0,270
S 7,171 7,171

3. Menghitung probabilitas > 81,081


X−X 81,081−73,91 7,171
Z2 = = = =1 ,dilihat ditabel kurva normal
S 7,171 7,171

terdapat nilai sebesar 0,892, sehingga probabilitas > 81,081 sebesar 1 – 0,892

= 0,108

Berdasarkan perhitungan probabilitas diatas maka dapat ditentukan banyak

siswa yang masuk pada kategori rendah, sedang dan tinggi.

1. Kategori kelompo rendah (P<66,739)

0,270 X 23 = 6,21 = 4 Orang

2. Kategori kelompo sedang (P(66,739<X<81,081))

0,622 X 37 = 23,02 = 11 Orang

3. Kategori kelompo tinggi (P>81,081)

0,108 X 37 = 3,99 = 8 Orang

Proporsi
Pengelompokan Urutan Jumlah Siswa % Siswa
Kelompok
Kemampuan
tinggi skor rata-rata > 78,20 4 17,3913
Kelompok
Kemampuan 71,09 < skor rata-rata <
sedang 78,20 11 47,8261
Kelompok
Kemampuan
rendah skor rata-rata < 71,09 8 34,7826
227

Lampiran 21. Uji Beda Tiap Kelompok Kemampuan Siswa

A. Hasil Uji Beda Kelompok Kemampuan Tinggi

No Nama Siswa Pretest Posttest


1 Ilham Adhy Purnomo 33 95
2 Misdah Nurfaiza 16 85
3 Muslim Adhi Janarto 22 83
4 Suci Febrina 16 62

Uji beda menggunakan SPSS 21

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pretest 21,75 4 8,016 4,008


Pair 1
Posttest 81,25 4 13,865 6,933

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pretest & Posttest 4 ,733 ,267

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-


228

Mean Std. Std. Error 95% Confidence tailed)


Deviati Mean Interval of the
on Difference

Lower Upper

Pair Pretest - -59,500 9,678 4,839 -74,900 -44,100 - 3 ,001


1 Posttest 12,296

B. Hasil Uji Beda Kelopok Kemampuan Sedang

No Nama Siswa Pretest Posttest


1 Nikmat Awaliyah 14 70
2 Osmar Widin 19 81
3 Santina 10 83
4 Sarwan 12 77
5 Andani Rahmadani 10 79
6 Ali Ahmad Mansyur Rahim 16 55
7 Wa Ode Anggi 11 70
8 Wa Ode Arsy 15 80
9 Yunisyah Hasan Saali 13 65
10 Suriaddin 26 45
11 Syarifah Azahra Zubair 14 70

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pretest 14,55 11 4,655 1,404


Pair 1
Posttest 70,45 11 11,801 3,558

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pretest & Posttest 11 -,664 ,026


229

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-

Mean Std. Std. Error 95% Confidence tailed)

Deviati Mean Interval of the


on Difference

Lower Upper

Pair Pretest - -55,909 15,293 4,611 -66,183 -45,635 - 10 ,000


1 Posttest 12,125

C. Hasil Uji BedaKelompok Kemampuan Rendah

No Nama Siswa Pretest Posttest


1 Wa Ode Asna 11 89
2 Wa Ode Fati 14 74
3 Azani Iskandar 15 88
4 Aslan 17 79
5 Sulastri 13 92
6 Sri Meilani 12 85
7 Sri Widyastuti 15 80
8 Shalni Damayanti S 17 75

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pretest 14,25 8 2,188 ,773


Pair 1
Posttest 82,75 8 6,714 2,374

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pretest & Posttest 8 -,627 ,096


230

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-

Mean Std. Std. 95% Confidence tailed)

Deviation Error Interval of the


Mean Difference

Lower Upper

Pair Pretest - 68,50 8,264 2,922 61,592 75,408 23,446 7 ,000


1 Posttest 0

Lampiran 22. Uji Beda Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa


Antara Kelompok Kemampuan Siswa

Rerata Varians
No Nama Kategori N-G
N-G (S2)
1. Ilham Adhy Purnomo 0,925373
2. Misdah Nurfaiza Kelompok 0,821429
kemampuan 0,77 0,135
3. Muslim Adhi Janarto tinggi 0,782051
4. Suci Febrina 0,547619
5. Nikmat Awaliyah 0,651163
6. Osmar Widin 0,765432
7. Santina 0,811111
8. Sarwan 0,738636
9. Andani Rahmadani Kelompok 0,766667
10. Ali Ahmad Mansyur Rahim kemampuan 0,464286 0,65 0,115
11. Wa Ode Anggi sedang 0,662921
12. Wa Ode Arsy 0,764706
13. Yunisyah Hasan Saali 0,597701
14. Suriaddin 0,256757
15. Syarifah Azahra Zubair 0,651163
16. Wa Ode Asna Kelompok 0,876404
17. Wa Ode Fati kemampuan 0,697674
18. Azani Iskandar rendah 0,858824 0,79 0,126
231

19. Aslan 0,746988


20. Sulastri 0,908046
21. Sri Meilani 0,829545
22. Sri Widyastuti 0,764706
23. Salni Damayanti S 0,698795

1. Pengujian hipotesis antara kelompok siswa berkemampuan tinggi dan

kelompok siswa berkemampuan sedang

Hipotesis

H0 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis yang

signifikan antara kelompok siswa berkemampuan tinggi dan kelompok

kemampuan sedang

H1 : Terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis yang

signifikan antara kelompok siswa berkemampuan tinggi dan kelompok

kemampuan sedang

Uji SPSS 21

Group Statistics

Kemampuan_siswa N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

kemampuan tinggi 4 ,7691 ,15956 ,07978


Nilai
kemampuan sedang 11 ,6482 ,16307 ,04917

Independent Samples Test

Levene's Test for t-test for Equality of Means


Equality of
Variances
232

F Sig. t df Sig. (2- Mean Std. 95% Confidence


tailed) Differen Error Interval of the
ce Differen Difference
ce Lower Upper

Equal ,002 ,962 1,27 13 ,224 ,12089 ,09474 -,08379 ,32556


variances 6
assumed
Nilai Equal 1,29 5,47 ,249 ,12089 ,09371 -,11387 ,35564
variances 0 4
not
assumed
Kriteria pengujiannya yaitu tolak H0 jika:

thitung> ttabel atau p value < 0,005

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, didapatkan thitungyaitu 1,185 ttabel yaitu

1,194. Sehingga sesuai dengan kriteria diatas, maka 1,185< 1,194atau p value

yaitu 0,249 > 0,05 yang artinya H0 diterima. Kesimpulannya, tidak terdapat

perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis yang signifikan antara

kelompok siswa berkemampuan tinggi dan kelompok kemampuan sedang.


233

2. Pengujian hipotesis antara kelompok siswa berkemampuan tinggi dan

kelompok siswa berkemampuan rendah

Hipotesis

H0 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis yang

signifikan antara kelompok siswa berkemampuan tinggi dan kelompok

kemampuan rendah

H1 : Terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis yang

signifikan antara kelompok siswa berkemampuan tinggi dan kelompok

kemampuan rendah

Uji SPSS 21

Group Statistics

Kemampuan_siswa N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

kemampuan tinggi 4 ,7691 ,15956 ,07978


Nilai
kemampuan rendah 9 ,7813 ,09058 ,03019

Independent Samples Test

Levene's Test t-test for Equality of Means


for Equality of
Variances
234

F Sig. t df Sig. (2- Mean Std. 95% Confidence


tailed) Differe Error Interval of the
nce Differe Difference
nce Lower Upper

Equal ,872 ,370 -,17 11 ,861 -,01223 ,06828 -,16251 ,13805


variances 9
assumed
Nilai Equal -,14 3,89 ,893 -,01223 ,08530 -,25171 ,22725
variances 3 1
not
assumed
Kriteria pengujiannya yaitu tolak H0 jika:

thitung> ttabel atau p value < 0,005

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, didapatkan thitungyaitu 0,735 ttabel yaitu 1,766.

Sehingga sesuai dengan kriteria diatas, maka 0,735< 1,766atau p value yaitu

0,893 > 0,05 yang artinya H0 diterima. Kesimpulannya, tidak terdapat

perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis yang signifikan antara

kelompok siswa berkemampuan tinggi dan kelompok kemampuan rendah


235

3. Pengujian hipotesis antara kelompok siswa berkemampuan sedang dan

kelompok siswa berkemampuan rendah

Hipotesis

H0 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis

yang signifikan antara kelompok siswa berkemampuan tinggi dan

kelompok kemampuan rendah

H1 : Terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis yang

signifikan antara kelompok siswa berkemampuan tinggi dan kelompok

kemampuan rendah

Uji SPSS 21

Group Statistics

Kemampuan_siswa N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

kemampuan sedang 11 ,6482 ,16307 ,04917


Nilai
kemampuan rendah 8 ,7976 ,08156 ,02884

Independent Samples Test

Levene's Test t-test for Equality of Means


for Equality of
Variances
236

F Sig. t df Sig. Mean Std. 95% Confidence


(2- Differe Error Interval of the
tailed) nce Differe Difference
nce Lower Upper

Equal 1,130 ,303 - 17 ,030 -,1493 ,06300 -,2823 -,01648


variances 2,37 9 0
Nil assumed 1
ai Equal - 15,4 ,019 -,1493 ,05700 -,2705 -,02821
variances not 2,62 51 9 7
assumed 1
Kriteria pengujiannya yaitu tolak H0 jika:

thitung> ttabel atau p value < 0,005

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, didapatkan thitung yaitu 0,579ttabelyaitu 1,694.

Sehingga sesuai dengan kriteria diatas, maka 0,579< 1,694atau p value yaitu

0,893 > 0,05 yang artinya H0 diterima. Kesimpulannya, tidak terdapat

perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis yang signifikan antara

kelompok siswa berkemampuan sedang dan kelompok kemampuan rendah


237

Lampiran 23. Lembar ObservasiKegiatan Belajar Siswa Dengan Model


Pembelajaran Discovery Learning Berbasis Multi Representasi

Nama Sekolah : MAN 1 MUNA Mata Pelajaran : Kimia

NamaPengamat : Marlini, S.Pd. Kelas : X-MIA1

Pertemuan : Materi : Ikatan Kimia

Tgl/Bulan/Tahun: MateriPokok : Larutan Elektrolit


PetunjukPengisian

a. Isilahdenganmenggunakantanda ceklis (√)padakolomSkor(jika guru


melakukan aktifitas sesuai deskriptor)
b. Isilahdenganmenggunakantanda garis dasar (-) padakolom Skor (jika
guru tidak melakukan aktifitas sama sekali)

PetunjukPenskoran

Untukmenentukanskoraktivitasmengajar guru
makaperludiperhatikankemunculan descriptor berikut.
 Skor 2 : Jikadeskriptor rmuncullengkap
 Skor 1 : Jikadeskriptor rmuncultidaklengkap
 Skor 0 : Jikatidakadadeskriptor yang muncul

Aspek yang Skor Ket


No Deskriptor
diamati 0 1 2
I. Pendahuluan a. Siswa menjawab salam
b. Siswa memperhatikan apresepsi
yang diberikan guru v
c. Siswa menyimak penjelasan topik
dan tujuan pembelajaran
238

d. Siswa menyimak motivasi


pembelajaranyang disampaikan
2. Kegiatan Inti a.Siswa duduk sesuai kelompoknya v
b. Siswa menerima LKS

3. Pemberian a. Siswa menanggapi stimulus yang v


Stimulus diberikan
b. Siswa melakukan eksperimen V
untuk mengetahui jawaban
4. Identifikasi a. Siswa menentukan langkah-
Masalah langkah percobaan yang
dilakukan V
b. Siswa mengidentifikasi
pertanyaan dalam lembar kerja
siswa

5. Pengumpulan a. Siswa mendengarkan penjelasan


Data b. Siswa mengumpulkan
informasi/data dari berbagai V
sumber

6. Pengolahan a.Siswa mengolah dan


Data menganalisis data dari setiap
pertanyaan pada LKS V

7. Pembuktian a. Siswa untuk memeriksa kembali


jawaban yang ada pada LKS
V

8. Menarik a. Setiap kelompok


Kesimpulan mempresentasikan hasil diskusi
b. Kelompok lain menanggapi hasil V
diskusi kelompok presentase
c. Siswa membuat kesimpulan yang
disajikan dalam bentuk peta
konsep

9. Penutup a. Siswa mengumpulkan hasil


diskusi kelompok
b. Siswa menyimpulkan materi
pembelajaran
c. Siswa menerima tugas yang
diberikan oleh guru V
239

d. Siswa mendengarkan
penyampaikan rencana materi
yang akan di sampaikan pada
pertemuan berikutnya
Siswa menjawab salam.
Total
240
241

Lampiran 24.Lembar Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kimia

Dengan Penerapan Model Discovery Learning Berbasis Multi Represenasi

Nama : Ilham Adhy Purnomo

Kelas : X-MIA1

Petunjuk :

1. Bacalah pernyataan-pernyataan berikut dengan teliti, jika ada pernyataan


yang kurang jelas tanyakan kepada guru
2. Berilah tanda checklist () pada salah satu kolom yang berisi pernyataan yang
paling sesuai dengan pendapat anda.
Keterangan:
SS = Sangat setuju (4) TS = Tidak Setuju (2)
S = Setuju (3) STS = Sangat Tidak Setuju (1)

No Jawaban
Pernyataan S
SS TS T
S
1. Model Discovery Learningyang digunakan 
pada materi Ikatan Kimia ini adalah model
pembelajaran yang baru
2. Selama kegiatan pembelajaran, dengan 
menerapkan model Discovery
Learningberbasis Multi Representasi
membuat saya lebih tertarik terhadap
materi
3. Metode mengajar yang dilakukan guru, 
baik, bila diawali dengan mengaitkan
pengetahuan yang saya miliki sebelumnya
4. Selama pembelajaran pada materi Larutan 
Penyangga dengan menerapkan model
Discovery Learningberbasis Multi
Representasi, saya termotivasi untuk tetap
242

belajar
5. Pembelajaran kimia yang diajarkan dengan 
model Discovery Learningberbasis Multi
Representasitidak ada bedanya dengan
pembelajaran kimia yang biasa dilakukan
guru lainnya
6. Bila guru bertanya, saya ingin untuk 
menjawabnya meskipun jawabannya salah

7. Belajar dalam kelompok, menggunakan 


model Discovery Learningberbasis Multi
Representasi pada materi Larutan Ikatan
Kimia dapat mengembangkan kemampuan
saya dalam proses pembelajaran
8. Saya sangat menyenangi penerapan model 
Discovery Learningberbasis Multi
Representasipada materi Ikatan Kimia
9. Pembelajaran kimia dengan model seperti 
ini sangat bermanfaat bagi saya

10. Saya senang mempelajari materi Ikatan 


Kima

11. Saya merasa tertekan dan tegang selama 


pembelajaran kimia berlangsung

12. Pembelajaran kimia yang disajikan tidak 


membosankan karena berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari
13. Dalam belajar kelompok, saya merasa sulit 
untuk memahami materi Ikatan Kimia

14. Saya cocok dan senang pembagian 


kelompok oleh guru, sangat membantu
saya memahami materi
15. Pembelajaran kimia sangat erat dengan 
kehidupan sehari-hari sehingga ilmunya
dapat diaplikasikan dalam kehidupan
16. Pembelajaran materi Ikatan Kimia sangat 
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari

17. Belajar dengan cara ini membuat saya lebih 


243

aktif dalam proses pembelajaran


244

Berikut ini terdapat pertanyaan terkait dengan penggunaan LKS selama


pembelajaranIkatan Kimia. Berilah tanda cek (√) pada salah satu kolom yang
berisi pernyataan yang paling sesuai dengan pendapatmu.. Untuk pertanyaan 3
dan 4, berikan penjelasan anda sesuai dengan pendapat anda pula!

No Jawaban
Pertanyaan
. Ya Tidak
1. Saya kesulitan memahami pernyataan pada :
a. LKS pertemuan 1
b. LKS pertemuan 2
c. LKS pertemuan 3
d. LKS pertemuan 4
2. Saya kesulitan memahami pertanyaan pada :
a. LKS pertemuan 1
b. LKS pertemuan 2
c. LKS pertemuan 3
d. LKS pertemuan 4
3. Jika anda menjawab “Ya” pada pertanyaan
nomor 1 di atas, tunjukan pada bagian mana
dalam LKS yang dirasa sulit!
4. Jika anda menjawab “Ya” pada pertanyaan
nomor 2 di atas, tunjukan pada bagian mana
dalam LKS yang dirasa sulit!
245

Lampiran 25

KISI-KISI ANGKET SISWA

Aspek yang
No. Indikator No. Pernyataan Jumlah
Diungkap
Sikap siswa terhadap Menunjukkan
1. pelajaran kimia minat terhadap 10, 12, 15, 16 4
pelajaran kimia
2. Sikap siswa terhadap d) Menunjukkan
pembelajaran ketertarikan
terhadap model terhadap model 2, 4, 7, 8 ,9
Discovery Learning Discovery
Learning
e) Menunjukkan
persetujuan
terhadap aktivitas
siswa dalam
pembelajaran
3, 17
dengan
11
menggunakan
model Discovery
Learning
f) Menunjukkan
karakter siswa
dalam mengikuti
pembelajaran
terhadap model 6, 11, 13, 14
Discovery
Learning

3. Pendapat siswa Menunjukkan


mengenai persetujuan adanya
pembelajaran dengan perbedaan antara
menggunakan model model Discovery
1, 5 2
Discovery Learning Learningdengan
model
pembelajaran yang
biasa dilakukan
Lampiran 25. Analisis DataAngket

ANALISIS DATA ANGKET SISWA

X 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 C
Y
1 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 58
2 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 63
3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 60
4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 2 4 2 4 4 3 4 57
5 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 2 3 3 4 4 4 58
6 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 2 3 3 4 4 3 58
7 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 62
8 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 58
9 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 59
10 4 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 58
11 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 60
12 4 2 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 59
13 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 63
14 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 65
15 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 63
16 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 59
17 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 61
18 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 59
19 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 63
20 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 58
245

21 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 61
22 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 63
23 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 58
Jumlah 81 80 85 82 78 82 81 82 82 84 80 78 78 80 86 81 83
3,56
Rata-rata 3,52 3,48 3,7 3,57 3,391 5 3,52 3,57 3,57 3,65 3,48 3,39 3,39 3,48 3,74 3,52 3,61
89,1
% 88 87 92,4 89,1 84,78 3 88 89,1 89,1 91,3 87 84,8 84,8 87 93,5 88 90,2

Keterangan :

C = jumlah skor yang didapat tiap siswa

X = Aspek- aspek/ indikator dalam angket siswa

Y = jumlah siswa
246

Analisis Tiap Indikator Angket

ASPEK 1 ASPEK 2 ASPEK 3


No

a b c

rata-rata % rata-rata % rata-rata % rata-rata % rata-rata %


1 3,5 87,5 3,6 90 3,5 78,5 3 75 3,5 88
2 3,75 93,75 3,6 90 3,5 78,5 4 100 3,5 88
3 3,5 87,5 3,4 85 3,5 78,5 3,3 81 3,5 88
4 3,5 87,5 3,4 85 4 100 3 75 3 75
5 3,5 87,5 3,4 85 4 100 3,3 81 3 75
6 3,25 81,25 3,8 95 3,5 78,5 3,3 81 3 75
7 4 100 3,6 90 3,5 78,5 3,8 94 3 75
8 3,5 87,5 3,4 85 4 100 3,3 81 3 75
9 3 75 3,6 90 4 100 3,5 88 3,5 88
10 4 100 3 75 3 75 3,5 88 3,5 88
11 3,25 81,25 4 100 3,5 78,5 3,3 81 3,5 88
12 3,75 93,75 3 75 3 75 3,8 94 4 100
13 3,5 87,5 3,6 90 4 100 4 100 3,5 88
14 3,5 87,5 4 100 4 100 4 100 3,5 88
15 3,75 93,75 3,8 95 3,5 78,5 3,5 88 4 100
16 3,75 93,75 3,2 80 4 100 3,3 81 3,5 88
247

17 3,75 93,75 3,4 85 4 100 3,3 81 4 100


18 3,25 81,25 3,4 85 3,5 78,5 3,5 88 4 100
19 3,75 93,75 3,4 85 3,5 78,5 4 100 3 75
20 3,25 81,25 3,2 80 4 100 3,5 88 3,5 88
21 3,75 93,75 3,8 95 3 75 3,5 88 3,5 88
22 3,75 93,75 3,6 90 4 100 3,5 88 4 100
23 3,75 93,75 3,4 85 3,5 78,5 3,3 81 3 75

Rata-rata 3,58 89,40 3,50 87,60 3,65 87,39 3,5 87,04 3,46 86,66

Kriteria BAIK SEKALI BAIK SEKALI BAIK SEKALI BAIK SEKALI BAIK SEKALI
248
LAMPIRAN 28. Dokumentasi Penelitian

1. Kelas Eksperimen
a. Pretest

b. Model Discovery learning baerbasis Multi Representasi


249
250

c. Posttest

2. Kelas Kontrol
251
252
253

Anda mungkin juga menyukai