Mekanika Kuantum (Gelombang) yang dikemukakan oleh Erwin Schrodinger pada tahun1927,
mengajukan konsep orbital untuk menyatakan kedudukan elektron dalam atom. Orbital menyatakan
suatu daerah dimana elektron paling mungkin (peluang terbesar) untuk ditemukan.
Persamaan gelombang (ψ=psi) dari Erwin Schrodinger menghasilkan tiga bilangan gelombang
(bilangan kuantum) untuk menyatakan kedudukan (tingkat energi, bentuk, serta orientasi) suatu orbital.
Bilangan kuantum adalah suatu value (nilai bilangan) yang menunjukkan keadaan/kedudukan elektron
dalam suatu atom.
Adapun 3 (tiga) bilangan kuantum yang diusulkan oleh Erwin Schrodinger adalah, yaitu Bilangan
Kuantum Utama (n), Bilangan Kuantum Azimut (l), dan Bilangan Kuantum Magnetik (m)
M 3 3s, 3p, 3d
Dst. … …
l = 1, lambang p (principal)
l = 2, lambang d (diffuse)
l = 3, lambang f (fundamental)
(Lambang s, p, d, dan f diambil dari nama spektrum yang dihasilkan oleh logam alkali dari Li sampai dengan
Cs).
c. Bilangan Kuantum magnetik (m)
Menyatakan orbital khusus mana yang ditempati elektron pada suatu subkulit. Selain itu juga dapat
menyatakan orientasi khusus dari orbital itu dalam ruang relatif terhadap inti. Nilai bilangan kuantum
magnetik bergantung pada bilangan kuantum azimuth, yaitu bilangan bulat dari –l sampai +l.
Contoh:
l = 0, maka nilai m = 0 berarti hanya terdapat 1 orbital
E= mc2
artinya suatu materi yang bermasa 1 gram mempunyai energi sebasar 8.9874 x 10 10 kj.
Menurut Einstein radiasi gelombang elktromagnetik mempunyai sifat partikel dan radiasi ituDikenal dengan
energi foton.
Menurut planck radiasi gelombang elektromagnetik bersifat diskrit artinya suatu benda hanya dapat
memancarkan atau menyerap radiasi elektromagnetik dalam ukuran paket-paket kecil yang disebut dengan
kuanta/kuantum.
Besarnya energi itu tergantung kepada frekuensi dan panjang gelombang radiasinya.
E = hv
E= hc/λ
E = Energi foton
Menurut de Broglie suatu benda bermasa m yang bergerak dengan kecepatan v membentuk gelombang sebesar
λ = h/mv
Sehingga de Broglie menyimpulkan bahwa materei dapat btersifat sebagai partikel dan dapat bersifat sebagai
gelombang . electron sebagai partikel juga mempunyai sifat gelombang. Hal inilah yang mendasari lahirnya teori
atom mekanika kuantum atau teori mekanika gelombang. Teori ini membantah teori Borh yang menyatakan
bahwa gerakan partikel berbentuk lintasan tetapi gerakan partikel berbentuk gelombang.
Menurut Werner Heisenberg posisi dan momentum suatu partikel tidak dapat ditentukan secara bersamaan.
Semakin dapat ditentukan posisi suatu partikel maka semakintidak dapat ditentukan momentum suatu partikel
dan sebaliknya, keadaan itu ditulisnya dalam suatu persamaan sebagai berikut:
(Δx)(Δp) ≥ h/2π
Δp = kesalahan momentum
Δx = kesalahan posisi
Semakin kecil Δp maka semakin besar Δx, semakin besarΔp maka semakin kecil Δx
5. Persamaan schrodinger
Posisi dan momentum suatu partikel tidak dapat ditentukan secara pasti, yang dapat ditentukan adalah daerah
kebolehjadian menemukan electron yang disebut dengan orbital. Orbital secara teori digambarkan oleh
Erwinschrodinger sebagai suatu persamaan fungsi gelombang yang dikenal dengan nama persamaan
schrodinger, dimana suatu partikel bermasa m, energi kinetic (E) dan energi potensial (v), dengan fungsi
gelombang (ψ) yang bergerak dalam ruang tiga dimensi dalam sumbu x, y, z .
Dari persamaan fungsi gelombang dapat diketahui kebolehjadian menemukan orbital electron dengan
menggunakan suatu bilangan kuantum.
* Bilangan Kuantum
Erwin schrodinger menggunakan empat jenis bilangan kuantum yang mempunyai fungsi tertentu untuk
menentukan bentuk dan ukuran orbital.
l = 1 orbital p (principal)
l = 2 orbital d (diffuse)
l = 3 orbital f (fundamental)
Nilai l dimulai dari 0 sampai (n-1). Hubungan antara kulit, tingkat energi dan bentuk orbital dapat digambarkan
sebagai berikut.
Kulit K n = 1, l = 0 , orbital s
Kulit L n = 2, l = 0 , 1 , orbitas s ,p
Kulit M n = 3, l = 0, 1, 2 orbital s, p, d
Kulit N n = 4, l = 0, 1, 2, 3 orbital s, p, d, f
Dan seterusnya.
Bilangan kuantum magnetic menunjukan arah orbital dalam sumbu x, y, z atau orientasi orbital dalam ruang.
Arah perputaran yang searah dengan jarum jam nilainya +1/2 dan arah perputaran yang berlawanan arah jarum
jam nilainya -1/2. Tingkat energinya sama, tanda hanya untuk membedakan yang satu dengan yang lain.
1.Orbital s
Bentuk orbital s memiliki satu orbital dengan bentuk seperti bola, sehingga tidak tergantung pada sudut
manapun. Orbital s hanya terdapat 1 nilai m , sehingga hanya terdapat 1 orientasi, yaitu sama ke segala arah.
2. Orbital p
Orbital p berbentuk cuping-dumbbell (bagai balon terpilin).Sub kulit p memiliki tiga orbital. Pada sub kulit ini
terdapat 3 nilai m(–1, 0, +1) sehingga terdapat 3 orientasi yang satu dan lainnya membentuk sudut 9o.
3.Orbital d
Orbital d memiliki 5 orbital dengan bentuk yang komplek sdan orientasi yang berbeda. Empat orbital pertama
memiliki bentuk yang sama, sedangkan satu orbital memiliki bentuk yang berbeda.Kelima orbital itu adalah
dxy ,dxz ,dyz,dx2y2,dan dz2.
4.Orbital f
Orbital f(mempunyai 7 orbital) dan dikelompokan menjadi tigakelompok, yaitu
Aturan ini dikemukakan oleh Wolfgang Pauli pada tahun 1926. Yang menyatakan “Tidak boleh terdapat dua
elektron dalam satu atom dengan empat bilangan kuantum yang sama”. Orbital yang sama akan mempunyai
bilangan kuantum n, l, m, yang sama tetapi yang membedakan hanya bilangan kuantum spin (s). Dengan
demikian, setiap orbital hanya dapat berisi 2 elektron dengan spin (arah putar) yang berlawanan. Jadi, satu
orbital dapat ditempati maksimum oleh dua elektron, karena jika elektron ketiga dimasukkan maka akan
memiliki spin yang sama dengan salah satu elektron sebelumnya.
Contoh :
(Hal ini membuktikan bahwa walaupun kedua elektron mempunyai n,l dan m yang sama tetapi mempunyai spin
yang berbeda)
3. Aturan Hund
Aturan ini dikemukakan oleh Friedrick Hund Tahun 1930. yang menyatakan “elektron-elektron dalam orbital-
orbital suatu subkulit cenderung untuk tidak berpasangan”.
Elektron-elektron baru berpasangan apabila pada subkulit itu sudah tidak ada lagi orbital kosong.
Untuk menyatakan distribusi elektron-elektron pada orbital-orbital dalam suatu subkulit, konfigurasi elektron
dituliskan dalam bentuk diagram orbital.
Suatu orbital digambarkan dalam bentuk kotak, sedangkan elektron yang menghuni orbital digambarkan dengan
dua anak panah yang berlawanan arah. Jika orn=bital hanya mengandung satu elektron, maka anak panah yang
ditulis mengarah ke atas.
Dalam menerapkan aturan hund, maka kita harus menuliskan arah panah ke atas terlebih dahulu pada semua
kotak, baru kemudian diikuti dengan arah panah ke bawah jika masihterdapat elektron sisanya.
Konfigurasi elektron menyatakan sebaran elektron dalam atom. Nomor atom menunjukkan jumlah elektron. Hal
ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara sifat-sifat unsur dengan konfigurasi elektron, katena tabel
Sistem Periodik Unsur (SPU) disusun berdasarkan kenaikan nomor atom unsur. Pada SPU dikenal istilah
Golongan (kolom vertikal) dan Periode (baris horizontal)
1. Golongan
SPU dibagi atas 8 golongan. Setiap golongan dibagi atas Golongan Utama (A) dan Golongan Transisi (B).
Penomoran golongan dilakukan berdasarkan elektron valensi yang dimiliki oleh suatu unsur. Setiap Unsur yang
memiliki elektron valensi sama akan menempati golongan yang sama pula
Berdasarkan letak elektron terakhir pada orbitalnya, dalam konfigurasi elektron, unsur-unsur dalam SPU dibagi
menjadi 4 blok, yaitu blok s, blok p, blok d, dan blok f.
Jika konfigurasi elektron berakhir di blok s atau p maka pasti menempati golongan A
Jika konfigurasi elektron berakhir di blok d maka pasti menempati golongan B
Jika konfigurasi elektron berakhir di blok f maka pasti menempati golongan B (Lantanida, n=6 dan Aktinida, n=7
(gol.radioatif))
Selain itu untuk menentukan nomor golongan, ditentukan dengan mengetahui jumlah elektron valensi pada
konfigurasi terakhir.
Contoh :
11Na = 1s2 2s2 2p6 3s1
Dapat diketahui bahwa elektron terakhir pada n=3 mempunyai elektron valensi 1, berarti golongan I serta
berakhir di subkulit s, berarti Golongan A, jadi kalau digabungkan menjadi Golongan IA
2. Periode
SPU terdiri atas 7 periode. Periode disusun berdasarkan kenaikan nomor atom. Unsur-unsur yang mempunyai
jumlah kulit sama akan menempati baris yang sama. Dengan demikian jumlah kulit sama dengan periode,
sehingga periode 1 memiliki n-1, periode 2 memiliki n=2, dst.
Contoh :
11Na = 1s2 2s2 2p6 3s1
Dapat diketahui bahwa elektron terakhir berada pada n=3 yang berarti unsur tersebut masuk dalam Periode 3
Unsur segolongan bukannya mempunyai sifat yang sama, melainkan mempunyai kemiripan sifat. Setiap unsur
memiliki sifat khas yang membedakannya dari unsur lainnya. Unsur-unsur dalam sistem periodik dibagi menjadi
dua bagian besar, yaitu unsur-unsur yang menempati golongan A yang disebut unsur golongan utama, dan
unsur-unsur yang menempati golongan B yang disebut unsur transisi (James E. Brady, 1990).
Sistem periodik unsur modern yang disebut juga sistem periodik bentuk panjang, terdiri atas 7 periode dan 8
golongan. Periode 1, 2, dan 3 disebut periode pendek karena berisi sedikit unsur, sedangkan periode lainnya
disebut periode panjang. Golongan terbagi atas golongan A dan golongan B. Unsur-unsur golongan A disebut
golongan utama, sedangkan golongan B disebut golongan transisi. Golongan-golongan B terletak antara golongan
IIA dan IIIA. Golongan B mulai terdapat pada periode 4.
Dalam sistem periodik unsur yang terbaru, golongan ditandai dengan golongan 1 sampai dengan golongan 18
secara berurutan dari kiri ke kanan. Dengan cara ini, maka unsur transisi terletak pada golongan 3 sampai
dengan golongan 12. Cara seperti itu dapat dilihat pada sistem periodik unsur pada gambar 1.14
a. Periode
Sistem periodik unsur modern mempunyai 7 periode. Unsur-unsur yang mempunyai jumlah kulit yang sama
pada konfigurasi elektronnya, terletak pada periode yang sama.
b. Golongan
Sistem periodik unsur modern mempunyai 8 golongan utama (A).
Unsur-unsur pada sistem periodik modern yang mempunyai elektron
valensi (elektron kulit terluar) sama pada konfigurasi elektronnya, maka
unsur-unsur tersebut terletak pada golongan yang sama (golongan
utama/A).
III.IKATAN KIMIA
*Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi akibat pemakaian pasangan elektron secara bersama-sama oleh dua
atom (James E. Brady, 1990). Ikatan kovalen terbentuk di antara dua atom yang sama-sama ingin menangkap
elektron (sesama atom bukan logam).
Cara atom-atom saling mengikat dalam suatu molekul dinyatakan oleh rumus
bangun atau rumus struktur. Rumus struktur diperoleh dari rumus Lewis dengan mengganti setiap pasangan
elektron ikatan dengan sepotong garis. Misalnya, rumus bangun H2 adalah H – H.
Contoh:
a. Ikatan antara atom H dan atom Cl dalam HCl
Konfigurasi elektron H dan Cl adalah:
H : 1 (memerlukan 1 elektron)
Cl : 2, 8, 7 (memerlukan 1 elektron)
Masing-masing atom H dan Cl memerlukan 1 elektron, jadi 1 atom H akan
berpasangan dengan 1 atom Cl.
Lambang Lewis ikatan H dengan Cl dalam HCl
Oksigen (Z = mempunyai 6 elektron valensi, sehingga untuk mencapai konfigurasi oktet harus
memasangkan 2 elektron. Pembentukan ikatannya dapat digambarkan sebagai berikut.
Lambang Lewis ikatan O2
* Ikatan Ion
Ditulis oleh Budi Utami pada 07-06-2011
Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi akibat perpindahan elektron dari satu atom ke atom lain (James E. Brady,
1990). Ikatan ion terbentuk antara atom yang melepaskan elektron (logam) dengan atom yang menangkap
elektron (bukan logam). Atom logam, setelah melepaskan elektron berubah menjadi ion positif. Sedangkan atom
bukan logam, setelah menerima elektron berubah menjadi ion negatif. Antara ion-ion yang berlawanan muatan
ini terjadi tarik-menarik (gaya elektrostastis) yang disebut ikatan ion (ikatan elektrovalen).
Ikatan ion merupakan ikatan yang relatif kuat. Pada suhu kamar, semua senyawa ion berupa zat padat kristal
dengan struktur tertentu. Dengan mengunakan lambang Lewis, pembentukan NaCl digambarkan sebagai
berikut.
– Cl (2, 8, 7) + e– ⎯⎯→ Cl– (2, 8, (konfigurasi elektron ion Cl– sama dengan argon)
Ion Mg dan ion Cl kemudian bergabung membentuk senyawa dengan rumus MgCl2.
2+ –
Dengan menggunakan lambang Lewis, pembentukan MgCl2 dapat digambarkan sebagai berikut.
1. Kenyataan bahwa gas-gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn) sukar membentuk senyawa merupakan bukti bahwa
gas-gas mulia memiliki susunan elektron yang stabil.
2. Setiap atom mempunyai kecenderungan untuk memiliki susunan elektron yang stabil seperti gas mulia. Caranya
dengan melepaskan elektron atau menangkap elektron.
3. Untuk memperoleh susunan elektron yang stabil hanya dapat dicapai dengan cara berikatan dengan atom lain, yaitu
dengan cara melepaskan elektron, menangkap elektron, maupun pemakaian elektron secara bersama-sama.