Anda di halaman 1dari 6

Nama : Evi Lestari Sihombing

Nim : 2016011054022

Prodi : Pendidikan Kimia

Tugas : Kimia Anorganik 1

Dosen pengampuh : Prof, Drs Tiurlina Siregar M.Si

Bilangan Kuantum

Bilangan kuantum adalah bilangan yang memiliki makna khusus dalam menjelaskan
keadaan sistem kuantum. Bilangan-bilangan kuantum dapat memberikan deskripsi keadaan
elektron dalam atom.
Setelah dikemukakannya teori dualisme partikel−gelombang, pada tahun 1926 Erwin
Schrödinger mengajukan teori mekanika kuantum yang menjelaskan struktur atom. Model atom
mekanika kuantum Schrödinger dinyatakan dalam persamaan matematis yang disebut persamaan
gelombang. Penyelesaian persamaan gelombang Schrödinger untuk atom hidrogen menghasilkan
fungsi gelombang (ψ) atau orbital atom yang menggambarkan keberadaan elektron dalam atom.
Kuadrat dari fungsi gelombang, ψ2, memiliki arti khusus yaitu besar probabilitas menemukan
elektron dalam ruang dengan volum tertentu di sekitar inti atom. Sebagaimana asas ketidakpastian
Heisenberg, posisi elektron dalam atom tidak dapat dipastikan, namun hanya dapat diketahui
tempat di mana elektron paling mungkin ditemukan.

Orbital dan Bilangan Kuantum

Setiap orbital atom memiliki satu set tiga bilangan kuantum yang unik, antara lain bilangan
kuantum utama (n), azimuth (atau momentum angular) (l), dan magnetik (ml). Ketiga bilangan
kuantum tersebut dapat mendeskripsikan tingkat energi orbital dan juga ukuran, bentuk, dan
orientasi dari distribusi probabilitas radial orbital atom. Lalu, terdapat bilangan yang keempat,
yakni bilangan kuantum spin (ms), yang memberikan informasi spin suatu elektron dalam sebuah
orbital. Setiap elektron dalam sebuah atom memiliki satu set empat bilangan kuantum yang unik,
yakni n, l, ml, dan ms.
 Bilangan kuantum utama (n) mendeskripsikan ukuran dan tingkat energi orbital. Semakin
besar nilai n, maka semakin besar ukuran orbital dan semakin tinggi tingkat energinya. Nilai
n yang diperbolehkan adalah bilangan bulat positif (1, 2, 3, dan seterusnya).
 Bilangan kuantum azimuth (l) mendeskripsikan bentuk orbital. Nilai l yang diperbolehkan
adalah bilangan bulat dari 0 hingga n − 1.
 Bilangan kuantum magnetik (ml) mendeskripsikan orientasi orbital. Nilai ml yang
diperbolehkan adalah bilangan bulat dari −l hingga +l.
 Bilangan kuantum spin (ms) mendeskripsikan arah spin elektron dalam orbital. Nilai ms yang
diperbolehkan adalah +½ atau −½.
Kombinasi bilangan kuantum n, l, dan ml yang mungkin pada 4 kulit elektron pertama dapat dilihat
pada tabel berikut:

Bentuk orbital ditentukan oleh subkulit dari elektron atau ditentukan bilangan kuantum azimutnya.
Jadi, apabila suatu elektron memiliki bilangan kuantum azimut sama, maka bentuk orbitalnya juga
sama, sehingga yang membedakan hanyalah tingkat energinya. Bentuk orbital merupakan
fungsi Ψ2 dari fungsi gelombang Schrödinger. Sedangkan orientasi orbital terkait dengan bilangan
kuantum magnetik (m). [1]
Gambar 1. Macam-macam bentuk orbital. [2]
Dengan memahami uraian berikut, kalian akan mengetahui bentuk orbital s, p, d, dan f.

a. Orbital s
Orbital yang paling sederhana adalah orbital s. Setiap subkulit s terdiri atas 1 buah orbital yang
berisi 2 elektron. Orbital s berbentuk bola simetri yang menunjukkan bahwa elektron memiliki
kerapatan yang sama, jika jarak dari inti atom juga sama. Semakin jauh letak elektron dari inti
atom, kerapatannya semakin rendah. Nilai bilangan kuantum utama suatu orbital memengaruhi
ukuran orbital. Semakin besar nilai bilangan kuantum utama, ukuran orbitalnya juga semakin
besar.
Gambar 2. Bentuk orbital s.
b. Orbital p
Bentuk orbital p seperti balon terpilin (cuping-dumbbell). Kepadatan elektron tidak tersebar
merata, melainkan terkonsentrasi dalam dua daerah yang terbagi sama besar dan terletak pada dua
sisi berhadapan dari inti yang terletak di tengah.
Subkulit p terdiri atas 3 orbital, tiap orbital mempunyai bentuk yang sama. Perbedaan
ketiga orbital terletak pada arah, di mana terkonsentrasinya kepadatan elektron. Biasanya orbital p
digambarkan menggunakan satu kumpulan sumbu x, y, dan z, sehingga diberi tanda px, py dan
pz.

Gambar 3. Bentuk orbital px py pz.


Pada subkulit p ini terdapat 3 nilai m (–1, 0, +1) sehingga terdapat 3 orientasi yang satu dan lainnya
membentuk sudut 90 o. [1]
Gambar 4. Orbital p digambar menggunakan satu kumpulan sumbu xyz.
c. Orbital d
Orbital d memiliki 5 orbital dengan bentuk yang kompleks dan orientasi yang berbeda.
Empat orbital pertama memiliki bentuk yang sama, sedangkan satu orbital memiliki bentuk yang
berbeda. Kelima orbital itu adalah dxy, dxz, dyz, dx2y2, dan dz2.
Untuk lebih jelas, perhatikan gambaran orbital subkulit d di bawah ini.

Gambar 5. bentuk orbital dxy, dxz, dyz, dx2y2, dan dz2


Setiap orbital mempunyai 4 “lobe” kepadatan elektron. Adapun perbedaannya terletak pada arah
berkumpulnya kepadatan elektron. Sementara itu, satu orbital lagi mempunyai bentuk berbeda,
tetapi memiliki energi yang sama dengan keempat orbital d lainnya.

d. Orbital f
Orbital f mempunyai bentuk orbital yang lebih rumit dan lebih kompleks daripada orbital d. Setiap
subkulit f mempunyai 7 orbital dengan energi yang setara.

Gambar 6. Bentuk orbital f. [3]


Orbital f (mempunyai 7 orbital) dan dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu : [1]

1) kelompok pertama : fxyz


2) kelompok kedua : fx(z2 - y2), fy(z2 - x2), fz(x2 - y2)
3) kelompok ketiga : fx3, fy3, fz3
Orbital ini hanya digunakan untuk unsur-unsur transisi yang letaknya lebih dalam.

Anda mungkin juga menyukai