Tahun 1927 Erwin Schrodinger ahli matematika dari Rusia mengajukan teori atom yg
disebut teori atom mekanika kuantum. Menurut teori ini, kedudukan elektron dalam atom
tidak dapat ditentukan dengan pasti; yang dapat ditentukan adalah probabilitas menemukan
elektron sebagai fungsi jarak dari inti atom. Daerah dengan probabilitas terbesar menemukan
elektron disebut orbital.
Orbital digambarkan berupa awan yang tebal tipisnya menyatakan besar kecilnya
kebolehjadian menemukan elektron didaerah tersebut.Bentuk awan dan tingkat energi orbital
diperoleh dari persamaan gelombang dari elektron.
Menurut Bohr, elektron beredar mengitari inti menurut suatu orbit berbentuk
lingkaran dengan dengan jarijari tertentu. Hal ini tidak sesuai dengan fakta bahwa gerakan
elektron menyerupai gelombang elektromagnet. Gelombang tidak bergerak menurut suatu
garis melainkan menyebar pada suatu daerah tertentu.
Masa proton mp, jauh lebih besar dari pada masa elektron me,mp =1836 mp
Mengingat sistem atom hidrogen memiliki simetri bola, analisis menjadi lebih
sederhana bila oprator ∇2 diungkapkandalam
energi ini hanya bergantung pada bilangan kuantum n, tidak pada l dan m.
Harga n untuk berbagai kulit elektron yaitu sebagai berikut:
Elektron pada kulit ke1, memiliki harga n = 1.
Elektron pada kulit ke2, memiliki harga n = 2.
Elektron pada kulit ke3, memiliki harga n = 3.
Elektron pada kulit ke4, memiliki harga n = 4
Bilangan kuantum azimut (l)
Bilangan kuantum azimut menyatakan tingkat energi elektron pada subkulit.
Subkulit elektron mempunyai lambang s, p, d, f. Huruf-huruf tersebut berasal dari
kata sharp (s), principal (p), diffuse (d), dan fundamental (f) yang diambil dari nama-
nama seri spektrum unsur.
Harga luntuk berbagai subkulit yaitu sebagai berikut:
Elektron pada subkulit s memiliki harga l = 0
Elektron pada subkulit p memiliki harga l= 1
Elektron pada subkulit d memiliki harga l= 2
Elektron pada subkulit f memiliki harga l = 3
Nilai – nilai bilangan kuantum l dibatasi oleh nilai n. bilangan kuantum momentum
sudut l bernilai bulat dari 0 hinggan–1 .
Contoh:
Jika n = 1 maka l= 0.
Jika n = 2 maka l= 0, 1.
Jika n = 3 maka l= 0, 1, 2.
Jika n = 4, maka l= 0, 1, 2, 3
MODEL VEKTOR
Momentum sudut
Dalam persamaan Schrödinger, momentum sudut terkait
dengan bagian fungsi gelombang yang tidak tergantung r yang berarti tidak tergantung dari
potensial V(r) .
Besar dan arah momentum sudut terkait dengan fungsi
gelombang yang merupakan fungsi sudut φ, θ.
Dalam mekanika klasik, vektor momentum sudut elektron
yang beredar mengelilingi inti atom dan tegak lurus bidang orbit elektron dapat kita tuliskan
sebagai:
Dimana ml adalah bilangan kuantum magnet, yang bernilai 0, +1, +2, ......, +l.
Tiap orentasi yang berbeda dari vektor L berkaitan dengan suatu nilai ml yang
berbeda. Sudut polar θ yang dibuat vektor L terhadap sumbu z adalah:karena lz= [L]
cos θ, maka:
Berbagai orientasi sebuah vektor momentum sudut dengan l = 2 dalam ruang dan
komponen z- nya. Terdapat 5 kemungkinan orientasi yang berbeda.
Perilaku ini menyatakan suatu aspek menarik fisika kuantum yang disebut kuantisasi ruang,
yang hanya memperkenankan orientasi tertentu momentum sudut.
FUNGSI GELOMBANG ATOM HIDROGEN