Anda di halaman 1dari 28

STRUKTUR ATOM, SISTEM PERIODIK,

DAN IKATAN KIMIA

Para Siswa sekalian pada bab pertama ini akan dipelajari hal-hal tentang perkembangan
teori atom, bilangan kuantum dan bentuk orbital, konfigurasi elektron dalam atom, sistem
periodik dan hubungannya dengan konfigurasi elektron, bentuk molekul, dan gaya antar molekul.
Adapun Tujuan Pembelajaran yang ingin dicapai pada BAB ini adalah sebagai berikut:
Setelah mencari informasi dari literatur diharapkan siswa mampu:
1. Menjelaskan teori mekanika kuantum.
2. Menentukan empat macam bilangan kuantum.
3. Menuliskan konfigurasi elektron dan diagram orbital.
4. Menjelaskan pengertian periode dan golongan.
5. Mencari letak suatu unsur dalam periode dan golongan.
6. Mencari hubungan konfigurasi elektron dengan periode dan golongan.
7. Menggambarkan bentuk molekul suatu senyawa.
Pada awal pelajaran kimia di kelas X dulu Anda sudah mempelajari tentang apa itu atom,
apa saja partikel penyusun atom, dan bagaimana bentuk atom menurut para ahli, serta bagaimana
atom-atom tersebut bergabung membentuk senyawa yang lebih kompleks. Di kelas XI ini Anda
akan mempelajari lebih lanjut tentang perkembangan teori dan model-model atom termodern
serta teori dan model bentuk molekul senyawa.

2.1 Struktur Atom

Model atom Ernest Rutherford (1871-1937) tahun 1911 yang menyatakan bahwa
atom terdiri dari inti kecil yang bermuatan positif (tempat konsentrasi seluruh massa atom)
dan dikelilingi oleh elektron pada permukaannya. Namun teori ini tidak dapat menerangkan
kestabilan atom. Sewaktu mengelilingi proton, elektron mengalami percepatan sentripetal
akibat pengaruh gaya sentripetal (Gaya Coulomb). Menurut teori mekanika klasik dari
Maxwell, yang menyatakan bahwa partikel bermuatan bergerak maka akan memancarkan
energi. Maka menurut Maxwell bila elektron bergerak mengelilingi inti juga akan
memancarkan energi. Pemancaran energi ini menyebabkan elektron kehilangan energinya,
sehingga lintasannya berbentuk spiral dengan jari-jari yang mengecil, laju elektron semakin
lambat dan akhirnya dapat tertarik ke inti atom. Jika hal ini terjadi maka atom akan musnah,
akan tetapi pada kenyataannya atom stabil.
Maka pada tahun 1913, Niels Bohr menggunakan teori kuantum untuk njelaskan
spektrum unsur. Berdasarkan pengamatan, unsur-unsur dapat mancarkan spektrum garis dan
tiap unsur mempunyai spektrum yang khas.
Menurut Bohr, Spektrum garis menunjukkan elektron dalam atom hanya dapat
beredar pada lintasan-lintasan dengan tingkat energi tertentu. Pada lintasannya elektron dapat
beredar tanpa pemancaran atau penyerapan energi.
Oleh karena itu, energi elektron tidak berubah sehingga lintasannya tetap. Elektron
dapat berpindah dari satu lintasan ke lintasan lain disertai pemancaran atau penyerapan
sejumlah energi yang harganya sama dengan selisih kedua tingkat energi tersebut.
Namun teori Bohr ini memiliki kelemahan, yaitu:
1. Bohr hanya dapat menjelaskan spektrum gas hidrogen, tidak dapat menjelaskan spektrum
dari unsur yang jumlah elektronnya lebih dari satu.
2. Tidak dapat menjelaskan adanya garis-garis halus pada spektrum gas hidrogen.
Kelemahan dari model atom Bohr dapat dijelaskan oleh Louis Victor de Broglie pada
tahun 1924 dengan teori dualisme partikel gelombang. Menurut de Broglie, pada kondisi
tertentu, materi yang bergerak memiliki ciri-ciri gelombang. Hipotesis tersebut terbukti
benar dengan ditemukannya sifat gelombang dari elektron. Elektron mempunyai sifat
difraksi, maka lintasan elektron yang dikemukakan Bohr tidak dibenarkan. Gelombang tidak
bergerak melalui suatu garis, melainkan menyebar pada daerah tertentu.
Pada tahun 1927, Werner Heisenberg mengemukakan bahwa posisi atau lokasi suatu
elektron dalam atom tidak dapat ditentukan dengan pasti. Yang dapat ditentukan adalah
hanya kemungkinan (kebolehjadian) menemukan elektron pada suatu titik pada jarak tertentu
dari intinya.

2.1.1 Mekanika Kuantum

Erwin Schrödinger (1926) mengemukakan pemikiran tentang partikel sub-atom,


yang dikenal sebagai teori mekanika gelombang atau mekanika kuantum. Hasil
persamaan Schrödinger dinamakan fungsi gelombang, dengan simbol y (psi), yang tidak
memiliki makna fisik, tapi nilai y2 menjelaskan distribusi probabilitas elektron.
Heissenberg, dengan asas ketakpastian Heissenberg, yang menyatakan posisi dan
kecepatan sebuah elektron tidak dapat diketahui secara tepat pada waktu yang
bersamaan. Sehingga persamaan Schrödinger tidak memberitahukan tepatnya
keberadaan elektron itu, melainkan menjelaskan kemungkinan bahwa elektron akan
berada pada daerah tertentu pada atom yang disebut dengan orbital.

Lintasan dan bilangan kuantumnya


Pada model atom Bohr, energi elektron yang sama, tetapi dengan garis edar
tertentu. Pemecahan persamaan Schrödinger atom hidrogen menghasilkan beberapa
fungsi gelombang atau kebolehjadian menemukan elektron dan tingkatan energi yang
terkait. Fungsi gelombang ini disebut orbital dan mempunyai karakteristik energi dan
bentuk orbital elektron. Model atom Bohr menggunakan satu bilangan kuantum (n)
untuk menerangkan garis edar atau orbit, sedangkan model Schrödinger menggunakan
tiga bilangan kuantum: n, l dan m untuk menerangkan orbital.

a. Bilangan Kuantum Utama ‘n’


 Mempunyai nilai 1, 2, 3 dan seterusnya
 Semakin naik nilai n maka kerapatan elektron semakin jauh dari inti
 Semakin besar nilai n, maka semakin tinggi energi elektron dan ikatan kepada
inti semakin longgar
b. Bilangan kuantum Azimut ‘l’
 Memiliki nilai dari 0 sampai dengan (n-1) untuk tiap nilai n, dimana n adalah
bilangan kuantum utama
 Dilambangkan dengan huruf (s=0, p=1, d=2, f=3), lambang s, sharp; p, principal,
diffuse, dan f, fundamental.
 Menunjukkan bentuk dari tiap orbital
c. Bilangan kuantum magnetik (ketiga) ‘m’
 Memiliki nilai bulat antara -l dan +l , termasuk 0
 Menunjukkan arah orbital dalam ruangnya
Contohnya, orbital elektron dengan bilangan kuantum utama 3 (misalnya n = 3) akan
memiliki nilai ‘l’ dan ‘m’ sebagai berikut:
n l Penandaan m Jumlah
(bilangan (azimuth sub kulit (magnetik) orbital
kuantum ) pada sub
utama) kulit
3 0 3s 0 1
1 3p -1, 0, 1 3
2 3d -2, -1, 0, 1, 2 5

Gabungan orbital yang memiliki nilai ‘n’ yang sama disebut kulit elektron.
Orbital yang memiliki nilai ‘n’ dan ‘l’ yang sama terdapat pada sub-kulit yang sama.
Maka:
 Kulit elektron yang ketiga (‘n’ = 3) terdiri dari sub-kulit 3s, 3p dan 3d
 Sub-kulit 3s terdiri dari 1 orbital, sub-kulit 3p terdiri dari 3 orbital dan sub-kulit 3d
terdiri 5 orbital
 Jadi, kulit elektron yang ketiga terdiri dari 9 orbital yang berbeda, meski tiap orbital
memiliki energi yang sama.
Pembatasan pada nilai yang mungkin untuk tiap bilangan kuantum yang berbeda (n,
l, m) menghasilkan pola-pola untuk mengukur tiap kulit yang berbeda:
 Tiap kulit dibagi menjadi beberapa sub-kulit yang jumlahnya sama dengan bilangan
kuantum utama (misalnya kulit keempat dibagi menjadi 4 sub-kulit: s, p, d, dan f)
 Tiap sub-kulit dibagi menjadi beberapa orbital (meningkat dengan bilangan ganjil),
sub kulit s jumlah orbitalnya 1, sub kulit p jumlah orbitalnya 3, sub kulit d jumlah
orbitalnya 5, dan sub kulit f jumlah orbitalnya 7.

d. Bilangan kuantum spin (ms atau s)


Bilangan kuantum spin terlepas dari pengaruh momentum sudut. Hal ini berarti
bilangan kuantum spin tidak berhubungan secara langsung dengan tiga bilangan kuantum
yang lain. Bilangan kuantum spin bukan merupakan penyelesaian dari persamaan
gelombang, tetapi didasarkan pada pengamatan Otto Stern dan Walter Gerlach terhadap
spektrum yang dilewatkan pada medan magnet, ternyata terdapat dua spektrum yang
terpisah dengan kerapatan yang sama. Terjadinya pemisahan garis spektrum oleh medan
magnet dimungkinkan karena elektron-elektron tersebut selama mengelilingi inti berputar
pada sumbunya dengan arah yang berbeda.
Berdasarkan hal ini diusulkan adanya bilangan kuantum spin untuk menandai arah
putaran (spin) elektron pada sumbunya. Hanya ada dua kemungkinan arah rotasi
elektron, yaitu searah jarum jam dan berlawanan jarum jam, maka probabilitas elektron
berputar searah jarum jam adalah - ½ dan berlawanan jarum adalah +1/2.
1.1 Bentuk dan orientasi orbital
Setiap orbital mempunyai ukuran, bentuk, dan arah orientasi ruang yang
ditentukan oleh bilangan kuantum n, l, m. . Orbital-orbital bergabung membentuk suatu
subkulit, kemudian subkulit bergabung membentuk kulit dan tingkat energi.

a. Orbital s
Orbital yang paling sederhana. Subkulit s tersusun dari sebuah orbital dengan
bilangan kuantum l = 0 dan mempunyai ukuran yang berbeda tergantung harga bilangan
kuantum n. Probabilitas (kebolehjadian) untuk menemukan elektron pada orbital s adalah
sama untuk ke segala arah, maka bentuk ruang orbital s seperti bola.

b. Orbital p
Rapatan muatan elektron orbital 2p adalah nol pada inti (gambar 1.7), meningkat
hingga mencapai maksimum di kedua sisi, kemudian menurun mendekati nol seiring
dengan bertambahnya jarak dari inti. Setiap subkulit p ( = 1) terdiri dari tiga orbital yang
setara sesuai dengan tiga harga m untuk = 1, yaitu -1, 0, dan +1. Masing-masing diberi
nama px, py, dan pz.sesuai dengan orientasinya dalam ruang. Kontur yang
disederhanakan dari ketiga orbital 2p diberikan pada gambar 1.7.(c). Distribusi rapatan
muatan elektron pada orbital 3p ditunjukkan pada gambar 1.7.(b). Sedangkan kontur
orbital 3p dapat juga digambarkan seperti gambar 1.7.(a) (seperti balon terpilin), tetapi
ukurannya relatif lebih besar.

c. Orbital d dan f
Orbital dengan bilangan azimuth l = 2, yaitu orbital d, mulai terdapat pada kulit
ketiga (n = 3). Setiap subkulit d terdiri atas lima orbital sesuai dengan lima harga m untuk
l = 2, yaitu m = –2, –1, 0, +1, dan +2. Kelima orbital d itu diberi nama sesuai dengan
orientasinya, sebagai 22 x–x , d dxy , dxz , dyz , dan z d 2 . Kontur dari kelima orbital
3d diberikan pada gambar 1.8 dan 1.9. Walaupun orbital z d 2 mempunyai bentuk yang
berbeda dari empat orbital d lainnya, tetapi energi dari kelima orbital itu setara.
Konfigurasi Elektron

Konfigurasi elektron menggambarkan penataan/susunan elektron dalam atom.


Konfigurasi elektron didasarkan pada Asas Aufbau, Prinsip Eksklusi Pauli dan Kaidah Hund.
1. Asas Aufbau
Asas Aufbau menyatakan: “Elektron-elektron dalam suatu atom selalu berusaha
menempati subkulit yang tingkat energinya rendah. Jika subkulit yang tingkat
energinya rendah sudah penuh, baru elektron berikutnya akan mengisi subkulit yang
tingkat energinya lebih tinggi.”
Ketika membentuk konfigurasielektron, penempatan elektron dalam orbital dimulai
dengan tingkat energi terendah. Untuk hidrogen elektron tunggalnya mengisi pada orbital 1s,
yaitu keadaan dengan energi terendah untuk atom hidrogen.
Untuk atom berelektron banyak pengisian mengikuti aturan aufbau, yaitu dimulai
dari tingkat energi yang lebih rendah kemudian mengisi tingkat energi berikutnya yaitu 2s,
kemudian 2p, dan seterusnya. Penulisan konfigurasi elektron berdasarkan kenaikan tingkat
energi dapat dituliskan sebagai berikut: 1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d 4p 5s 4d 5p 6s 4f 5d 6p 7s 5f
6d 7p
Contoh: Konfigurasi elektron dari atom-atom 2He, 3Li, 7N, 11Na, 18Ar, 22Ti, dan 26Fe adalah
sebagai berikut:
2He 1s2
3Li 1s2 2s1
7N 1s2 2s2 2p3
11 Na 1s2 2s2 2p6 3s1
18 Ar 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
22 Ti 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d2

2. Prinsip Eksklusi atau Prinsip Larangan Pauli


Prinsip Eksklusi didasarkan atas pengamatan ahli fisika Austria Wolfgang yang
menyatakan “Tidak ada dua elektron di dalam atom memiliki empat bilangan kuantum
yang sama.” Mislnya Helium memiliki dua elektron yang terletak pada orbital yang sama.
Kedua elektron memiliki harga bilangan kuantum n, l, dan m yang sama, tetapi bilangan
kuantum s berbeda yaitu + ½ dan – ½. Harga bilangan kuantum masing-masing elektron
pada He adalah: n = 1, l = 0, m = 0, s = + ½ dan n = 1, l = 0, m = 0, s = – ½.

3. Aturan Hund
Aturan Hund menyatakan: “Pada subkulit yang orbitalnya lebih dari satu, elektron-
elektron akan mengisi dulu semua orbital, sisanya baru berpasangan.”
Elektron-elektron di dalam orbital-orbital suatu subkulit cenderung untuk tidak
berpasangan. Elektron-elektron pada subkulit akan berpasangan setelah semua orbital terisi
satu elektron. Misalnya konfigurasi elektron pada diagram orbital dari unsur O dengan
nomor atom 8 adalah:

Ada konfigurasi elektron yang tidak sesuai dengan aturan, misalnya pada Cr dan
Cu. Hal ini menggambarkan sifat unsur-unsur tersebut dan berkaitan dengan kestabilan
elektron pada konfigurasinya. Berdasarkan hal tersebut, konfigurasi elektron ada yang
mempunyai orbital penuh dan orbital setengah penuh, kedua konfigurasi ini relatif lebih
stabil.
Cr konfigurasinya sebagai berikut:
24

1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d5 bukan 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d4

Cu konfigurasinya sebagai berikut:


29

1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d10 bukan 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d9.
Alasan untuk ketidakteraturan ini adalah disamping interaksi antar inti atom yang
positif dan elektron dan adanya tolak menolak antar elektron yang bermuatan negatif,
juga sebagai akibat dari adanya pengisian tingkat energi yang lebih menguntungkan dari
segi energi, sesuai aturan pengisian elektron penuh dan setengah penuh yang
menunjukkan senyawa dalam keadaan yang lebih stabil. Keadaan yang lebih stabil
merupakan keadaan yang akan lebih dipilih oleh suatu unsur di alam.

Penyingkatan Konfigurasi Elektron


Penulisan konfigurasi elektron suatu atom dapat disingkat dengan menuliskan
lambang atom golongan VIIIA pada periode sebelumnya diikuti konfigurasi sisanya.
Contoh:
7N 1s2 2s2 2p3 dapat disingkat menjadi [He] 2p3
11 Na 1s2 2s2 2p6 3s1 dapat disingkat menjadi [Ne] 3s1
22 Ti 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d2 dapat disingkat menjadi [Ar] 4s2 3d2

Terbentuknya ion pada suatu atom akibat penambahan dan pengurangan


elektronnya. Konfigurasi elektron pada ion dapat ditulis seperti contoh berikut.
Contoh:
1. Tuliskan Konfigurasi elektron dari ion F– (nomor atom F = 9).
Konfigurasi elektron 9F = 1s2 2s2 2p4 , konfigurasi F- adalah 1s2 2s2 2p5
2. Tuliskan Konfigurasi elektron dari ion Fe3+ (nomor atom Fe = 26)
Konfigurasi elektron 26Fe = (Ar) 4s2 3p6 , sehingga konfigurasi elektron Fe3+ = (Ar) 4s0
3d5

SISTEM PERIODIK UNSUR

Sistem periodik modern disusun berdasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan
sifat. Ada keterkaitan antara konfigurasi elektron dengan letak unsur dalam sistem periodic.
Letak periode unsur dapat diramalkan dari jumlah kulit elektron dari unsur tersebut.
Sedangkan letak golongan unsur dalam sistem periodik dapat diramalkan dari subkulit
terakhir yang terisi elektron.
Periode dan golongan unsur utama (Golongan A)

Unsur-unsur utama adalah unsur-unsur yang pengisian elektronnya berakhir pada


subkulit s atau subkulit p. Aturan penomoran golongan unsur utama adalah:
a. Nomor golongan sama dengan jumlah elektron di kulit terluar.
b. Nomor golongan dibubuhi huruf A (sistem Amerika).
Beberapa contoh unsur dan golongan utama :
Unsur Konfigurasi Elektron Golongan Periode
3Li 1s2 2s1 IA atau 1 2
4Be 1s2 2s2 IIA atau 2 2
5B 1s2 2s2 2p1 IIIA atau 13 3
6C 1s2 2s2 2p2 IVA atau 14 3
7N 1s2 2s2 2p3 VA atau 15 3
8O 1s2 2s2 2p4 VIA atau 16 3
9F 1s2 2s2 2p5 VIIA atau 17 3
10 Ne 1s2 2s2 2p6 VIIIA atau 18 3

Nama - nama golongan dan periode unsur utama


Golongan Golongan Elektron Terakhir
IA Alkali ns1
IIA Alkali Tanah ns2
IIIA Boron ns2 np1
IVA Karbon ns2 np2
VA Nitrogen ns2 np3
VIA Oksigen ns2 np4
VIIA Halogen ns2 np5
VIIIA Gas Mulia ns2 np6

Unsur-unsur Transisi (Peralihan)


Unsur-unsur transisi adalah unsur-unsur yang pengisian elektronnya berakhir
pada subkulit d. Berdasarkan prinsip Aufbau, unsur-unsur transisi baru dijumpai
mulai periode 4. Pada setiap periode kita menemukan 10 buah unsur transisi, sesuai
dengan jumlah elektron yang dapat ditampung pada subkulit d. Diberi nama transisi
karena terletak pada daerah peralihan antara bagian kiri dan kanan sistem periodik.
Aturan penomoran golongan unsur transisi adalah:
a. Nomor golongan sama dengan jumlah elektron pada subkulit s ditambah d.
b. Nomor golongan dibubuhi huruf B.
Beberapa contoh unsur, golongan, periode transisi:
Unsur Konfigurasi Elektron Golongan Periode
21Sc [Ar] 3d1 4s2 IIIB atau 3 4
22Ti [Ar] 3d2 4s2 IVB atau 4 4
23V [Ar] 3d3 4s2 VB atau 5 4
24Cr [Ar] 3d5 4s1 VIB atau 6 4
25Mn [Ar] 3d5 4s2 VIIB atau 7 4
26Fe [Ar] 3d6 4s2 VIIIB atau 8 4
27Co [Ar] 3d7 4s2 VIIIB atau 9 4
28Ni [Ar] 3d8 4s2 VIIIB atau 10 4
29Cu [Ar] 3d10 4s1 IB atau 11 4
30Zn [Ar] 3d10 4s2 IIB atau 12 4

Unsur-unsur Transisi-Dalam
Unsur-unsur transisi–dalam adalah unsur-unsur yang pengisian elektronnya
berakhir pada subkulit f. Unsur-unsur transisi-dalam hanya dijumpai pada periode
keenam dan ketujuh dalam sistem periodik, dan ditempatkan secara terpisah di bagian
bawah. Sampai saat ini, unsur-unsur transisi-dalam belum dibagi menjadi golongan-
golongan seperti unsur utama dan transisi. Unsur-unsur ini baru dibagi menjadi dua
golongan besar, yaitu unsur lantanida dan unsur aktinida. Unsur-unsur lantanida
(seperti lantanum), adalah unsur-unsur yang elektron terakhirnya mengisi subkulit 4f
dan unsur-unsur aktinida (seperti aktinum), adalah unsur-unsur yang elektron
terakhirnya mengisi subkulit 5f.

1. Blok s, p, d, dan f.
Berdasarkan jenis orbital yang ditempati oleh elektron terakhir, unsur-unsur
dalam sistem periodik dibagi atas blok s, blok p, blok d, dan blok f.
a. Blok s: golongan IA dan IIA
Blok s tergolong logam aktif, kecuali H dan He. H tergolong nonlogam,
sedangkan He tergolong gas mulia.
b. Blok p: golongan IIIA sampai dengan VIIIA
Blok p disebut juga unsur-unsur representatif karena di situ terdapat semua
jenis unsur logam, nonlogam, dan metaloid.
c. Blok d: golongan IIIB sampai dengan IIB
Blok d disebut juga unsur transisi, semuanya tergolong logam
d. Blok f: lantanida dan aktinida
Blok f disebut juga unsur transisi–dalam, semuanya tergolong logam. Semua
unsur transisi dalam periode 7, yaitu unsur-unsur aktinida, bersifat radioaktif.

Kegunaan Sistem Periodik Unsur

Sistem periodik dapat digunakan untuk memprediksi harga bilangan oksidasi,


yaitu:
1. Nomor golongan suatu unsur, baik unsur utama maupun unsur transisi, menyatakan
bilangan oksidasi tertinggi yang dapat dicapai oleh unsur tersebut. Hal ini berlaku
bagi unsur logam dan unsur nonlogam.
2. Bilangan oksidasi terendah yang dapat dicapai oleh suatu unsur bukan logam adalah
nomor golongan dikurangi delapan. Adapun bilangan oksidasi terendah bagi unsur
logam adalah nol. Hal ini disebabkan karena unsur logam tidak mungkin mempunyai
bilangan oksidasi negatif.
Kaitan antara sistem periodik dengan konfigurasi elektron (asas Aufbau) dapat dilihat
seperti pada gambar berikut:
LATIHAN SOAL
1. Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang:
a. Bilangan kuantum utama
b. Spin
c. Aturan aufbau
1
d. Teori domain elektron
2. 2Berapa banyak orbital yang terdapat
Blokpada
d kulit atom ke empat? Ada berapa banyak elektron

3yang mengisi tiap orbital


IIIB IVBtersebut?
VB VIB VIIB ---VIIIB--- IB IIB
3. Tuliskan perangkat-perangkat bilangan kuantum untuk satu elektron dalam atom Nitrogen dan
4
Belerang!
5
4. Tentukanlah nama unsur yang elektron terakhirnya berakhir pada:
6a. 3p5 c. 5s1
7b. 3d5 d. 4f 3

Lantanida
Blok f
Aktinida
5. Gambarkan diagram orbital dari atom:
a. Fosfor c. Tembaga
b. Klor d. Besi

6. Tentukan periode dan golongan masing-masing unsur berikut dalam sistem periodik.
a. Br (Z = 35)
b. Sn (Z = 50)
c. Nd (Z = 60)
7. Di antara masing-masing pasangan unsur berikut, tentukan unsur yang mempunyai
kereaktifan lebih besar.
a. Natrium dan kalium
b. Oksigen dan belerang
8. Tentukan bilangan oksidasi paling tinggi dan paling rendah dari masing-masing unsur
berikut.
a. N (Z = 7)
b. S (Z = 16)
c. Cl (Z = 17)
9. Bagaimanakah kaitan konfigurasi elektron unsur dengan letak unsur dalam system periodik?
10. Tentukan elektron valensi dari:
a. unsur P pada periode 5, golongan IA
b. unsur Q pada periode 4, golongan VIIIB
11. Jelaskan dengan singkat tentang prinsip Aufbau dan aturan Hund.
12. Tuliskan konfigurasi elektron yang stabil untuk unsur 24Cr dan 29Cu.
13. Gambarkan diagram orbital untuk unsur 14Si, 28Ni, dan 35Br.
14. Tuliskan konfigurasi elektron ion Fe2+, Cl–, K+, Mn2+, S2–.
15. Tentukan harga semua bilangan kuantum elektron terakhir dari unsur-unsur dengan nomor
atom 5, 13, 19, 22, 27, dan 32.
16. Tuliskan harga keempat bilangan kuantum elektron terakhir pada unsur dengan nomor atom
35.
17. Berapa jumlah elektron maksimum yang dapat menempati tingkat energi ketiga?
18. Suatu konfigurasi elektron dari A3+ = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d5.
a. Tentukan nomor atom unsur A!
b. Tergolong unsur apa?
c. Di mana letak unsur A tersebut dalam SPU?
19. Tentukan periode, golongan dan blok unsur berikut dalam sistem periodik!
a. 20Ca d. 47Ag
b. 35Br e. 52Te
c. 38Sn
20. Suatu konfigurasi elektron dari A3+ = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d3.
a. Tentukan nomor atom unsur A!
b. Tergolong unsur apa?
c. Di mana letak unsur A tersebut dalam SPU?

IKATAN KIMIA

Ikatan kimia adalah gaya tarik-menarik antaraatom sehingga atom-atom tersebut tetap
berada dalam keadaan bersama-sama dan terkombinasi. Ikatan yang terjadi antara atom
menyangkut konfigurasi electron terluar dari atom-atom yang bersangkutan. Konfigurasi
elektron atom-atom cenderung mengikuti/menyamai konfigurasi elektron atom-atom gas
mulia. Hal ini disebabkan atom-atom gas mulia sangat stabil, karenanya sulit untuk bereaksi
dengan atom-atom unsur lain. Kestabilan atom-atom gas mulia disebabkan kulit terluarnya
terisi penuh (orbital-orbital pada bilangan kuantum utama terbesar terisi penuh), yaitu 8
elektron. Atom-atom unsur lain dapat mencapai kestabilan seperti atom-atom gas mulia
dengan melepas, mengikat, atau memakai ersama-sama pasangan elektron-elektron Dengan
demikian sifat unsur-unsur dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Unsur logam/unsur-unsur elektropositif, yaitu unsur-unsur yang dapat memberikan satu
atau lebih electron kulit terluarnya. Sehingga konfigurasi elektronnya sama dengan gas
mulia.
2. Unsur nonlogam/unsur-unsur elektronegatif, yaitu unsurunsur yang dapat menerima satu
atau lebih elektron pada kulit terluarnya. Sehingga konfigurasi elektronnya sama dengan
gas mulia.
3. Unsur semilogam yaitu unsur-unsur yang cenderung tidak melepaskan atau menerima
electron pada kulit terluarnya.
Elektron-elektron yang berperan dalam membentuk suatu ikatan kimia adalah
elektron-elektron yang terletak pada kulit terluar. Untuk menggambarkan susunan elektron
terluar dari sebuah atom, maka elektron-elektron itu dilambangkan dengan titik (􀁸) atau
silang (x) di sekitar lambang atom unsur yang dimaksud.
Misalnya untuk contoh di atas:
- 11Na dengan 1 elektron terluar: Na.

.
- 15P dengan 5 elektron terluar: .P.
..

Penulisan demikian disebut struktur Lewis, yaitu nama seorang kimiawan Amerika
G.N. Lewis (1875–1946) yang memperkenalkan sistem tersebut.

Bentuk Geometri Molekul

Bentuk molekul berkaitan dengan susunan ruang atom-atom dalam molekul. Berikut ini
bentuk geometri dari beberapa molekul sederhana.

Linier Segitiga datar Bengkok Trigonal Piramida

Kita dapat menentukan bentuk molekul dari hasil percobaan maupun dengan cara
meramalkan bentuk molekul melalui pemahaman struktur electron dalam molekul. Pada
subbab ini, kita akan membahas cara meramalkan bentuk molekul berdasarkan teori
tolak-menolak elektron-elektron pada kulit luar atom pusatnya.
Teori VSEPR (Valence Shell Electron Pair Repulsion)
Teori VSEPR (Valence Shell Electron Pair Repulsion) menyatakan bahwa
pasangan elektron dalam ikatan kimia ataupun pasangan electron yang tidak dipakai
bersama (yaitu pasangan elektron “mandiri”) saling tolakmenolak, pasangan elektron
cenderung untuk berjauhan satu sama lain. Menurut asas Pauli, jika sepasang elektron
menempati suatu orbital, maka elektron lain bagaimanapun rotasinya tidak dapat
berdekatan dengan pasangan tersebut. Teori ini menggambarkan arah pasangan elektron
terhadap inti suatu atom. Gaya tolak-menolak antara dua pasang elektron akan semakin
kuat dengan semakin kecilnya jarak antara kedua pasang elektron tersebut.
Gaya tolakan akan menjadi semakin kuat jika sudut di antara kedua pasang
elektron tersebut besarnya 90º. Selain itu, tolakan yang melibatkan pasangan elektron
mandiri lebih kuat daripada yang melibatkan pasangan ikatan (Ralph H. Petrucci, 1985).
Urutan besarnya gaya tolakan antara dua pasang electron adalah, pasangan mandiri-
pasangan mandiri, pasangan mandiri-pasangan ikatan, pasangan ikatan-pasangan ikatan.

Teori Domain Elektron

Pada teori domain elektron terdapat dua jenis domain, yaitu domain elektron
bebas untuk pasangan elektron bebas dan domain elektron ikatan untuk electron dalam
ikatan. Satu pasang elektron bebas dianggap sebagai satu domain elektron. Satu ikatan
tunggal satu domain elektron ikatan, satu ikatan rangkap satu domain elektron ikatan,
sebuah ikatan rangkap tiga juga dianggap satu domain elektron.
Bentuk molekul dapat diperkirakan dengan menggunakan struktur Lewis.
Misalnya struktur Lewis amoniak, dengan tiga pasangan elektron yang berikatan dan
sepasang elektron bebas, maka menurut domain elektron, akan tersusun dalam bentuk
tetrahedral, tapi itu kurang tepat karena besarnya tolakan antar atom H, dengan tolakan
antara atom H dan pasangan elektron ternyata tidak sama besar, maka pasangan elektron
bebas diperhitungkan dengan cara terpisah, sehingga bentuk yang tepat adalah piramida
trigonal. Bentuk molekul NH3 ditunjukkan oleh gambar berikut:
Beberapa Bentuk molekul dan domain elektronnnya sebagai berikut:

Jumlah Domain Elektron = 2, domain


PEI 2, PEB 0. Jadi, Bentuknya Linier

Jumlah Domain Elektron = 3, domain


PEI 3, PEB 0. Jadi, Bentuknya Segitiga
datar

Jumlah Domain Elektron = 3, domain


PEI 2 PEB 1. Jadi, Bentuknya V/
Bengkok

Jumlah Domain Elektron = 4, domain


PEI 4 PEB 0. Jadi, Bentuknya
Tetrahedral.

Jumlah Domain Elektron = 4, domain


PEI 3 PEB 1. Jadi, Bentuknya Trigonal
Piramida.

Jumlah Domain Elektron = 4, domain


PEI 2, PEB 2. Jadi, Bentuknya
Bengkok.
Langkah yang diambil dalam menentukan model domain elektron adalah:
1. Tentukan jumlah elektron valensi dari masing-masing atom yang berikatan
2. Gambarkan struktur Lewisnya
3. Hitung berapa jumlah total pasangan elektron yang berada pada atom pusat.
4. Gambarkan geometri molekulnya, dengan mengambil bentuk paling dekat dari lima
bentuk dasar, linier, segitiga datar, tetrahedral, trigonal bipiramida atau oktahedral.
5. Ubah sudut ikatan akibat pengaruh pasangan elektron bebas.
Selain itu juga dengan menggunakan perumusan dimana Jumlah domain pasangan
elektron) dalam suatu molekul dapat dinyatakan sebagai berikut.
• Atom pusat dinyatakan dengan lambang A.
• Domain elektron ikatan dinyatakan dengan X.
• Domain elektron bebas dinyatakan dengan E.
Tipe molekul dapat dinyatakan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut.
1) Menentukan jumlah elektron valensi atom pusat (EV).
2) Menentukan jumlah domain elektron ikatan (X).
3) Menentukan jumlah domain elektron bebas (E).
( EV − X)
Perumusannya adalah: E = 2

Contoh: Menentukan Bentuk Molekul Air, H2O.


Valensi O = 6, valensi H = 1
(6−2)
Atom Pusat adalah O, E = 2 = 2, Domain elektron ikatan = 2
Langkah 1: Menentukan Tipe molekul yaitu AX2E2 (4 domain).
Langkah 2: Menentukan susunan ruang pasangan-pasangan elektron yang memberi
tolakan minimum adalah tetrahedron.
Langkah 3: Menentukan pasangan terikat dengan menuliskan lambing atom yang terikat
(atom H).
Langkah 4: Menentukan bentuk molekul yaitu bentuk V (bentuk Bengkok).
Hasil percobaan menunjukkan bahwa sudut ikatan H–O–H dalam air adalah
104,5°, sedikit lebih kecil daripada sudut tetrahedron (109,5°). Hal ini terjadi karena
desakan pasangan elektron bebas

Teori Hibridisasi

Teori jumlah pasangan elektron di sekitar atom pusat dapat menjelaskan berbagai
bentuk molekul sesuai dengan eksperimen. Ada lagi teori yang dapat menjelaskan bentuk
molekul yaitu berdasarkan bentuk orbital kulit terluarnya. Pada pembentukan molekul ini
terjadi penggabungan beberapa orbital suatu atom membentuk orbital baru yang tingkat
energinya sama atau orbital hibrid. Proses ini dikenal dengan istilah hibridisasi.
Bagaimana terjadinya orbital hibrid pada beberapa molekul, perhatikan uraian berikut!
Bentuk geometri molekul BeF2 dapat dijelaskan, contoh dengan mengabungkan
orbital 2s dari atom berilium dan dengan satu dari orbital 2p sehingga membentuk orbital
hibrid sp yang terletak pada posisi yang berlawanan, sebagai berikut:
Be memiliki nomor atom 4, sehingga konfigurasinya 1s2 2s2 2p0. Sedangkan F
memiliki nomor atom 9 dengan konfigurasi 1s2 2s2 2p5. Atom Pusat adalah Be sehingga
orbital hibrid terbentuk di Be sebagai berikut:

Orbital yang tidak berikatan yaitu 2 orbita hibrid sp kemudian berikatan dengan
elektron tak berpasangan pada orbital p dari atom F. Selanjutnya terjadi tumpang tindih
antara elektron pada orbital hibrid sp dari Be dengan alektron pada orbital p dari atom F,
Sehingga terbentuk hibridasasi sp dan molekul berbentuk linier seperti yang ditunjukkan
oleh gambar berikut:
Bentuk Orbital molekul dalam BeF2

Contoh soal :
Tentukan bentuk hibridisasi yang terjadi pada senyawa NH3!
Jawab :
1H : 1s1 , dengan diagram orbital :
7N : 1s2 2s2 2p3

Orbital yang tidak berikatan yaitu 4sp3 kemudian berikatan dengan elektron tak
berpasangan pada orbital s dari masing-masing atom H. Selanjutnya terjadi tumpang
tindih antara elektron pada orbital hibrid sp3 dari N dengan alektron pada orbital s dari
atom H, Sehingga terbentuk hibridasasi 3sp3 dan molekul berbentuk trigonal piramida
karena satu orbital sp3 telah terisi, bentuk molekul seperti yang ditunjukkan oleh gambar
berikut:

Bentuk Molekul dasar dengan hibridisasi masing-masing ditunjukkan oleh


gambar berikut ini:
Gaya Tarik Antarmolekul
Dalam kehidupan sehari-hari, kita menemukan berbagai jenis zat yang
partikelnya berupa molekul dan berbeda fasa. Dalam fasa gas, pada suhu tinggi dan
tekanan yang relatif rendah (jauh di atas titik didihnya), molekul-molekul benar-benar
berdiri sendiri, tidak ada gaya tarik antarmolekul. Akan tetapi, pada suhu yang relatif
rendah dan tekanan yang relatif tinggi, yaitu mendekati titik embunnya, terdapat suatu
gaya tarik-menarik antarmolekul. Gaya tarik menarik antar molekul itulah yang
memungkinkan suatu gas dapat mengembun (James E. Brady, 1990).
Molekul-molekul dalam zat cair atau dalam zat padat diikat oleh gaya
tarikmenarik ANntar molekul. Oleh karena itu, untuk mencairkan suatu zat padat atau
untuk menguapkan suatu zat cair diperlukan energi untuk mengatasi gaya tarik-
menarik antar molekul. Makin kuat gaya tarik antar molekul, makin banyak energi
yang diperlukan untuk mengatasinya, maka semakin tinggi titik cair atau titik didih.
Gaya Van der Waals
Gaya Van der Waals merupakan salah satu jenis gaya tarik-menarik di antara
molekul-molekul. Gaya ini timbul dari gaya London dan gaya antardipol-dipol. Jadi,
gaya Van der Waals dapat terjadi pada molekul nonpolar maupun molekul polar.
Gaya ini diusulkan pertama kalinya oleh Johannes Van der Waals (1837–1923).
Konsep gaya tarik antarmolekul ini digunakan untuk menurunkan
persamaanpersamaannya tentang zat-zat yang berada dalam fase gas. Kejadian ini
disebabkan adanya gaya tarik-menarik antara inti atom dengan elektron atom lain
yang disebut gaya tarik-menarik elektrostatis (gaya coulumb). Umumnya terdapat
pada senyawa polar.
Untuk molekul nonpolar, gaya Van der Waals timbul karena adanya dipol-
dipol sesaat atau gaya London. Gaya Van der Waals ini bekerja bila jarak
antarmolekul sudah sangat dekat, tetapi tidak melibatkan terjadinya pembentukan
ikatan antaratom. Misalnya, pada suhu –160 °C molekul Cl2 akan mengkristal dalam
lapisanlapisan tipis, dan gaya yang bekerja untuk menahan lapisan-lapisan tersebut
adalah gaya Van der Waals. Paling sedikit terdapat tiga gaya antarmolekul yang
berperan dalam terjadinya gaya Van der Waals, yaitu gaya orientasi, gaya imbas, dan
gaya dispersi.
a. Gaya Orientasi
Gaya orientasi terjadi pada molekul-molekul yang mempunyai dipol
permanen atau molekul polar. Antaraksi antara kutub positif dari satu molekul
dengan kutub negatif dari molekul yang lain akan menimbulkan gaya tarik-menarik
yang relatif lemah.
Gaya ini memberi sumbangan yang relatif kecil terhadap gaya Van der
Waals, secara keseluruhan. Kekuatan gaya orientasi ini akan semakin besar bila
molekul-molekul tersebut mengalami penataan dengan ujung positif suatu molekul
mengarah ke ujung negatif dari molekul yang lain. Misalnya, pada molekul-molekul
HCl.
b. Gaya imbas
Gaya imbas terjadi bila terdapat molekul dengan dipol permanen, berinteraksi
dengan molekul dengan dipol sesaat. Adanya molekul-molekul polar dengan dipol
permanen akan menyebabkan imbasan dari kutub molekul polar kepada molekul
nonpolar, sehingga elektron-elektron dari molekul nonpolar tersebut mengumpul
pada salah satu sisi molekul (terdorong atau tertarik), yang menimbulkan terjadinya
dipol sesaat pada molekul nonpolar tersebut.
Terjadinya dipol sesaat akan berakibat adanya gaya tarik-menarik antardipol
tersebut yang menghasilkan gaya imbas. Gaya imbas juga memberikan andil yang
kecil terhadap keseluruhan gaya Van der Waals.
Gaya dispersi (gaya London)
Pertama kali dikemukakan oleh Fritz London (1928). Pada molekul nonpolar
gaya London ini terjadi akibat adanya elektron-elektron mengelilingi inti secara acak.,
sehingga pada suatu saat elektron akan mengumpul pada salah satu sisi molekul.
Dipol yang terbentuk dengan cara itu disebut dipol sesaat, karena dipol itu dapat
berpindah milyaran kali dalam satu detik. Kemudahan suatu molekul untuk
membentuk dipol sesaat disebut polarisabilitas. Makin banyak jumlah elektron,
makin mudah mengalami polarisasi, maka makin besar Mr makin kuat gaya
Londonnya, karena jumlah elektron berkaitan dengan massa molekul relatif. Zat yang
molekulnya bertarikan hanya dengan gaya London mempunyai titik leleh dan titik
didih yang rendah dibandingkan zat lain yang mempunyai Mr hampir sama. Gaya
dispersi merupakan penyumbang terbesar pada gaya Van der Waals.

Ikatan hidrogen

Ikatan hidrogen terjadi antara atom hidrogen dari suatu molekul dengan atom
elektronegatif (N, O, F) pada atom lain. Ikatan hidrogen ini lebih kuat daripada ikatan
Van der Waals, dan memiliki arah yang jelas. Energi untuk memutuskan ikatan hidrogen
adalah 15 – 40 kJ/mol, sedangkan untuk memutuskan gaya Van der Waals adalah sekitar
2 – 20 kJ/mol. Inilah sebabnya zat yang memiliki ikatan hidrogen memiliki titik cair dan
titik didih yang relatif tinggi. Ikatan hidrogen yang kuat hanya terjadi antara molekul
yang mempunyai ikatan F – H, O”H, atau N”H. Contoh fenomena ini dapat kita lihat
pada senyawa NH3, H2O, dan HF.
Contoh Ikatan hidrogen yang terjadi dalam molekul air. Di dalam molekul air,
atom O bersifat sangat elektronegatif sehingga pasangan elektron antara atom O dan H
lebih tertarik ke arah atom O. Dengan demikian terbentuk suatu dipol.
Gaya tarik-menarik antardipol ini yang melalui atom hidrogen disebut ikatan
hidrogen. Senyawa yang di dalamnya terdapat ikatan hidrogen umumnya memiliki titik
didih yang tinggi. Sebab untuk memutuskan ikatan hidrogen yang terbentuk diperlukan
energi lebih besar dibandingkan senyawa yang sejenis, tetapi tanpa adanya ikatan
hidrogen. H2O dengan struktur H–O–H dan senyawa yang mempunyai gugus O–H
seperti alkohol (R–OH) terutama yang jumlah atom C-nya kecil, senyawa tersebut akan
bersifat polar dan mempunyai ikatan hidrogen.
Begitu juga NH3 dengan struktur: , atau senyawa amina (R–NH2), mempunyai
ikatan hidrogen. Pada molekul H–F, ujung molekul H lebih bermuatan positif dan ujung
molekul F lebih bermuatan negatif. Dari ujung yang berbeda muatan tersebut (dipol)
mengadakan suatu ikatan dan dikenal dengan ikatan hidrogen. Pada molekul HF, ikatan
antara atom H dan F termasuk ikatan kovalen. Sedangkan ikatan antarmolekul HF
(molekul HF yang satu dengan molekul HF yang lainnya) termasuk ikatan hidrogen.

Ikatan Hidrogen Pada Air (H2O)


LATIHAN SOAL

1. Bagaimana bentuk hibridisasi yang terjadi dalam H2O, NH3 dan CH4? Bagaimana bentuk
molekulnya? Apakah sama atau berbeda, jika berbeda jelaskan letak perbedaannya?
2. Tentukan bentuk molekul yang mungkin dari:
a. BF3 b. NF3 c. CO2 d. SnCl4
3. Apa yang kamu ketahui tentang:
a. Gaya interaksi antar molekul
b. Gaya van der waals
c. Ikatan hidrogen
d. Titik didih
4. Kelompokkan campuran senyawa berikut sebagai yang mengalami interaksi ion-dipol atau
interaksi antar molekul:
a. Ba(OH)2 dalam larutan air
b. HCl dalam air
c. Larutan asam cuka
d. Alkohol 30%
5. Sebutkan jenis interaksi antar molekul yang terjadi dalam:
a. Penyubliman gas hidrogen
b. Pelarutan etanol dalam air
c. Larutan amoniak dalam air
d. Cairan kloroform
6. Jelaskan mengapa titik didih golongan 17 memiliki urutan HF > HI > HBr >HCl
7. Jelaskan mengapa antara HF, H2O dan NH3 dan CH4 memiliki urutan titik didih H2O > HF
>NH3> CH4
8. Jelaskan prinsip teori VSEPR!
9. Ramalkan bentuk molekul dari CCl4 dan SCl4, gambarkan struktur Lewisnya, klasifikasi
VSEPR, dan bentuk molekulnya!
10. Jelaskan kekuatan gaya tolak dari PEB-PEB, PEI-PEB, dan PEI-PEI yang mengelilingi atom
pusat pada struktur ruang elektron tetrahedral.
11. Jelaskan dengan gambar gaya dipol-dipol pada CHCl3!
12. Jelaskan bagaimana terjadinya ikatan hidrogen pada etanol, gambarkan ikatan hidrogen yang
terjadi!
13. Sebanyak 11,2 gram logam X (divalen) direaksikan dengan larutan asam sulfat encer,
ternyata pada suhu 0 °C dan tekanan 1 atm terbentuk gas hidrogen sebanyak 4.480 mL. Bila
unsur X tersebut memiliki jumlah neutron 30, tentukan letak unsur X tersebut dalam SPU!
14. Diketahui 5,2 gram logam L (trivalen) direaksikan dengan larutan asam klorida encer dan
terbentuk gas hidrogen sebanyak 3,36 liter (0 °C, 1 atm). Bila logam memiliki jumlah
neutron 5, tentukan:
a. konfigurasi elektron dari logam L tersebut;
b. bilangan kuantum dari empat bilangan kuantum dari elektron terakhir!
15. Sebutkan jenis ikatan yang terdapat dalam senyawa:
a. NaCl; b. Ca(OH)2; c. CO2; d. NH3BF3; e. HCl!

Anda mungkin juga menyukai