Anda di halaman 1dari 6

F .

KONSTANTA PELURUHAN BETA

Hasil pengukuran umur paruh peluruhan beta bervariasi antara 1016 tahun. Sebagai mana
dalam peluruhan gamma, kita dapat mengklasifikasi jenis-jenis peluruhan beta berdasarkan pada
momentum sudut yang di bawa oleh elektron dan neutron, dan perubahan paritas yang terjadi. Kita
dapat membedakan peluruhan dengan mengamati bahwa spin instristik elektro dan neutrio sejajar
(peluruhan Gamow-Teller) atau berlawanan (peluruhan fermi). Klasifikasi yang paling umum dalam
peluruhan beta, transisi yang diijinkan bila mana momentum sudut yang di bawa zarah nol.
Konstanta peluruhan meningkat secara kasar 5 kali dari energi pelurruhan. Efek ini dapat di
terangkan dengan teori peluruhan beta yang dikembangkan oleh farmi (1934).

Proses peluruhan beta tidak mungkin dapat di jelaskan dengan peluruhan klasik, sebab
berurusan dengan persoalan pembentukan dua buah zarah yang sebelumnya tidak berada di dalam
inti. Teori klasik hanya membahas proses prluruhan emisiradiasi elektromagnetik yang di pancarkan
oleh zarah bermuatan yang mengalami percepatan. Laju radiasi di tentukan oleh sifat-sifat spesifik
medsan listrik dan medan magnet, oleh karena itu tidak dapat diadopsi secara langsung oleh medan
elektron-neutron.

Transisi membawa sistem dari keadaan awal (intib tereksitasi + radiasi nol) ke dalam kahir
(inti akhir + radiasi). Kita asumsikan bahwa sebuah gangguan yang sangat kecil di perlukan untuk
mempengaruhi transisi, sehingga tidak ada kebutuhan energi yang di tambahkan dalam sistem.
Justifikasi untuk hal ini adalah kenyataan bahwa peluruahan radiokatif, seperti waktu adalah sangat
panjang di banding dengan periode inti. Secara efesien dapat diungkapkan bahwa, transisi
merupakan proses yang sangat lambat dalam ukuran waktu inti.

Sebuah sistem ditempatkan dalam sebuah kotak besar yang tertutup. Di dalam kotak
medan bentuk reaksinya adalah gelombang- gelombang berdiri, yang masing-masing memiliki
energi tertentu seperti ditunjukan pada gambar 9.7a keadaan awal terdiri dari inti tereksitasi dan
radiasi nol yang melengkupi tingkat energi tertrntu saja. Tingkat-tingkat energi kosong kita dapat
menunjukan dengan persamaan schodinger bahwa jika sistem dijaga pada potensial gayut waktu di
tunjukan pada gambar 9.7.b., maka sistem dapat melakukan transisi ke tingkat-tingkat energi di
dekat tingkat energi awal .
Gambar 9.7. Probalitas Transisi (a) dari keadaan awal ke grup keadaan akhir. Yang di arsir tipis
kosong, sedangkan yang tebal ditempati (b) potensial ganguan (perturbasi) menghasilkan transisi.

Konstanta peluruhan (peluang transisi persatuan waktu) di perol)eh secara propesional


dN/dE, yang menanyakan jumlah akhir per satuan energi. Persamaan lengkap yang menanyakan
konstanta pelu ruhan adalah sebagai berikut :
2𝜋 𝑑𝑁
𝜆= ћ
│⎰ 𝛹𝕗∗ (sisteem) 𝛥𝑽𝜳𝒊 (sistem)dxdydz│2 𝑑𝐸

Integral ini dikerjakan dalam seluruh volume kotaak yang berisi sistem. Perlu diingat bahwa
fungsi gelombang mengacu pada seluruh sistem, pada kasus eluruhan gamma :

𝛹𝑖 = 𝛹 (inti teraksitraksitasi)

𝛹𝕗 = 𝛹 (inti akhir) 𝑦 (foton)

Fungsi gelobanng foton diasumsikan sebagai funhsi gelombang berdiri di dala otak tertutup.
Selanjutnya momentumfoton p dapat ditentukaan sebagai berikut :
1 1 1
ћ𝜋 ћ𝜋
P= (𝑝𝑥2 + 𝑝𝑦2 + 𝑝𝑧2 )2 = ћ (𝑘𝑥2 + 𝑘𝑦2 + 𝑘𝑧2 )2 = (𝑛𝑥2 + 𝑛𝑦2 + 𝑛𝑧2 )2 = n
𝐿 𝐿

Jumlah keadaan dN berkaitan dengan momentum yang terletak diantara p dan p+dp, samaa
dengan jumlah himpunan bilangan bulat nx , ny , dan nz yang terletak di antara n dan n+dn.
𝐿
dn = dp
𝑛ћ

karena volume yang di himpunan dalam ruang n dengan masing-masing himpunan bilangan bulat
nx, ny, dan nz adalah volume satuan kubus, setiap volume dalam ruang n secara numersia sama
dengan jumlah himpunan dengan jumlah himpunan bilangan bulat yang terdapat di dalamnya,
sehingga :

1 𝑝2 𝑑𝑝𝐿2
dN = 8 4π𝑛2 dn = 2𝜋2 ћ2

dan

2 𝑑𝑝 3
𝑑𝑁 𝑝 (𝑑𝐸 ) 𝐿
=
𝑑𝐸 2𝜋 2 ћ3

Untuk foton 𝐸𝑦 = 𝑝𝑦 𝑐, 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 ∶

𝑑𝑁 𝐸𝑦2
= 2 3 3
𝑑𝐸𝑦 𝜋 𝑐 ћ

Dalam hal ini faktor 2 harus dimasukan untuk memperhitungkan 2 kemungkinan arah polarisasi
transversal radiasi elektromagnetik, yang mempresentasikan keadaan-keadaan independen foton.
Untuk peluruhan beta bentuk persamaan gelombang keadaan awal dan keadaan akhir
adalah :

𝛹𝑖 (ssistem) =𝛹 (inti induk)

𝛹𝕗 (sistem) = 𝛹 (inti anak)𝛹(foton)𝛹(elektron)𝛹(antrineutrino)

Untuk menentukan densitas keadaan, sistem ditempatkan kembali dalam kotak besar
sepertidisajikan pada gambar 9.9 jumlah akhir persatuan energi adalah d𝑁𝑡𝑜𝑡 dari keadaan elektron-
antineutrino dalam jangkauan energi d𝑄𝛽 , karena untuk setiap keadaan elektron terdapat sebuah
himpunan independen dN dari keadaan antineutrino yang ada.

d𝑁𝑡𝑜𝑡 = dNe- dNu-

bertolak persamaan (9.20), kebolehjadian transisi beta persatuan waktu sma dengan :
2𝜋 𝑑𝑁
ћ
│µ│2 𝑑𝑄𝑡𝑜𝑡
𝑝

Dengan menggunakan persamaan (9.28) dan (9.29) dapat din peroleh :

µ = ⎰𝛹𝑡 𝛹𝑒 𝛹𝜋 𝛥𝑽𝛹𝑖 dxdydz

dengan indeks i dan t secara berturut turut menyatakan induk dan turunan (anak).
G. Transisi yang Diijinkan

Kebolehjadian pemancaran zarah beta bergantung pada nilai M, yakni :

M = 〈f│i〉 = ⎰𝛹 𝑓∗𝛹 id𝓣

Dengan 𝛹 i dan 𝛹 t masing-masing menyatakan fungsi gelombang sistem awal dan akhir. Funhsi-
fungsi gelombang tersebut merupakan fungsu eigen dari operator spin inti I. Jadi :

M = 0, kecuali Ii dan If tidak berubah atau 𝛥 I = 0

Keadaan tersebut dinamakan transisi yang diijinkan dengan demikian kaidah seleksi fermi
adalah :

𝛥 I=0; tidak

Dalam hal ini “tidak” berarti tidak ada perubahan paritas.

H. KURIE PLOT

Untuk transisi yang diijinkan berlaku :

𝑁(𝑝) 1
[ 𝑝2
]2 = C(Emax - 𝐸𝛽 )

Dengan nilai C :

𝑔│𝑀│
C= 1
(2𝜋3 𝐶 3 ћ7 )2

Dalam hal ini N(p) menggambarkan kebolehjadian pemancaran zarah beta persatuan waktu dengan
momentum antara p dan p+dp, g menyatakan konstanta interaksi lemah =1,4.10 -49 erg.cm. apabila
𝑁(𝑝) 1
digambarkan dalam grafik hubungan antara [ ]2 dengan 𝐸𝛽 kan diperoleh gaariss lurus yang
𝑝2
berpottongan engan ssubbuu E, dan menghasilkan Emaax. Ggafik tersebut dinamakan (kurie plot)
atau kadang-kadang dinamakan (fermi-kurie PLOT). Pada gambar 9.10 berikut disajikan kurie plot
untuk peluruhan neutron.

.
I.PENGARUH INTERAKSI COLUMB PADA PELURUHAN BETA

Interaksi Columb mempengaaruhi pemancaran 𝛽. dan 𝛽 + untuk 𝛽- interaksi columb


menghalang proses emisi , sedangkan 𝛽 + justru mendorong keluar dari inti. Pengaruh ini dapat
dilihat dari spektrum inti. Pengaruh ini dapat dilihat dari spektrum 𝛽- dan 𝛽 + yang di sajikan pada
gambar 9.11 koreksi interaksi coulumb dinyatakan dengan faktor coulumbv F(Z,P):

2ћ𝜋𝛿
F (Z,P) = 1−𝑒 −2𝜋𝛿

Dengan :
+
𝑍𝑒 2 𝐸𝑚𝑎𝑥
δ= 2𝑝
_ ћ𝐶

tanda + untuk pemancaran elektron tanda – untuk pemancaran positron. Kebolehjadian


pemancaran zarah beta jika dipengaruhi interaksi coulumb menjadi:
+
𝑔2 │𝑀│
N (p)dp 3 3 7 F(Z,P) (Emax - 𝐸𝛽 )2 𝑝𝛽2 𝑑𝑝𝛽
_2𝜋 𝐶 ћ

Dan kurie plotnya dikoreksi menjadi :


1
𝑁 (𝑝)
[𝐹 (𝑍,𝑃)𝑝2 ]2 = C (Emax - 𝐸𝛽 )
J. TRANSISI TERLARANG

Kadang-kadang pemancaran beta tidak memberikan kurie plot yang lurus, seperti pada
transisi yang dijanjikan. Hal ini disebabkan karena elemen matrik tergantung pada energi (E).
Gambar 9.12 merupakan peluruhan 91Y dengan kurie plot tidak berupa garis lurus. Transisi ini
disebut transisi terlarang pertama. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut :

M = 〈f│𝑒 1(ḱ+𝑞).ṝ│𝒊〉

[ḱ+𝑞)
=〈f│𝒊〉 + 〈f│𝒊(ḱ + q) . ṝ│𝒊〉 - 〈f│ 2!
│𝒊〉 +.....

Misalkan 〈f│𝒊〉 = 0 karena kaidah seleksinya tidak dipenuhi (𝛥 I ≢ 0 ), maka suku nkeua dan
ketiga belum tentu sama dengan nol; dan hal ini memungkinkan adanya transisi, walaupun
menurut kaidah transisi itu dilarang. Jadi suku pertama sama dengan nol, sedang suku kedua
tidak, maka transisi tersebut dinamakan terlarang kedua dan seterusnya.

Anda mungkin juga menyukai