Anda di halaman 1dari 15

TUGAS 7 FISIKA ZAT PADAT

“ KAPASITAS PANAS MOLAR DAN KONDUKTIFITAS TERMAL”

Oleh :

NAMA : RAHMA TILLA DWI LESTARI

NIM : 16033077

PRODI : PENDIDIKAN FISIKA A

DOSEN : Drs, HUFRI, M. Si

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
1. KAPASITAS PANAS MOLAR
A. Energi Kisi Model Klasik
Andaikan atom bermasa m melakukan gerak harmonik dengan frekuensi ω. Bila
konstanta gaya pemulih adalah µ, perpindahan atom dari titik kesetimbangannya adalah
π, dan kecepatannya adalah v, maka energi totalnya adalah :
E = energi kinetik + energi potensial

Energi rata-rata sesuai dengan didistribusi Boltzmann, harga ekspektasi klasik :

T = suhu ; k0 = konstanta Boltzmann


Dengan mensubstitusikan persamaan (4.1) ke dalam persamaan (4.2) dan mengingat
bahwa :

Maka Persamaan (4.2) dapat dievaluasi, hasilnya adalah :

Untuk N atom yang mana masing-masing memiliki tiga derajat kebebasan,sehingga


energi total kisi adalah :

Dari sini, panas jenisnya adalah :

Pada volume konstan, panas per mole adalah :

Ini dikenal sebagai hukum Dulong dan Petit. Tampak bahwa panas jenis adalah
konstan, tidak tergantung pada suhu. Secara eksperimen panas jenis sesungguhnya
adalah tergantung pada suhu, seperti diperlihatkan pada Gambar 4.1. Oleh karenanya
perlu pejelasan lebih lanjut untuk menjelaskan ketergantungan panas jenis pada suhu
B. MODEL EINSTEN
Berdasarkan kesuksesan dari M. Planck dalam menggambarkan radiasi benda
hitam dengan aturan terkuantisasinya, Einstein kemudian mengambil aturan tersebut
untuk menjelaskan bagaimana ketergantungan panas jenis terhadap suhu. Dalam hal ini
gelombang elastis yang digambarkan sebagai fonon adalah analog dengan foton. Secara
kuantum energi suatu keadaan (osilator) adalah diungkapkan sebagai :

Dan probalitas keadaan ke n adalah :

Energi rata-rata sesuai dengan osilator dalam kesetimbangan termalnya, adalah :

Dengan mengingat bentuk penjumlahan untuk x < 1 berlaku hubungan

maka Persamaan (4-6) dapat dievaluasi, dan hasilnya adalah


Untuk penyederhanaan, Einstein menganggap bahwa N atom memiliki 3 N ragam
vibrasi dan seluruhnya memiliki frekuensi sudut yang sama, yaitu ωE. Dengan demikian
setiap ragam vibrasi memiliki energi yang sama, yaitu <E>. Energi vibrasi kisi secara
total adalah

Dengan menggunakan Persamaan .(4.8) ini, panas jenis pada volume konstan
adalah

dengan fungsi Einstein FE (ωE,t)adalah

Fungsi Einstein adalah mendekati satu pada suhu tinggi, sehingga panas jenisnya
adalah sama dengan panas jenis klasik. Dengan mendefinisikan suhu karakteristik

Einstein,

maka Persamaan.(4.10) menjadi

Perbandingan kurva panas jenis model klasik dan model yang dibuat oleh Einstein
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 4. 2
Sesuai dengan prinsip mekanika kuantum “modern” yang mana dibangun 20 tahun
setelah masanya Einstein, energi kuantum persamaan (4.4) dimodifikasi menjadi :

Ada tambahan energi ½hω, adalah energi titik nol karena ada pada seluruh suhu
termasuk T = 0.

C. MODEL DEBYE
Kelemahan dari model Einstein adalah terletak pada anggapan bahwa semua modus
vibrasi mempunyai frekwensi sama ωE. Sebelum membahas model Debye terlebih
dahulu dibahas rapat keadaan dan jumlah ragam vibrasi dalam daerah frekwensi ω, ω +
dω. Persamaan gelombang untuk suatu polarisasi (longitusinal atau transversal) didalam
ruang isotropik 3 dimensi.

Ψ = perpindahan posisi, v = cepat rambat. Pada batas kristal perpindahan Ψ  0,


dan solusi Persamaan (4.12) adalah dalam bentuk gelombang berdiri,

Komponen-komponen k dalam Lx, Ly, Lz adalah

m = bilangan bulat. Terdapat satu harga k per volume (2π/L)² dalam ruang k, atau
harga k yang diijinkan per satu satuan volume di dalam ruang k. Jumlah total ragam
dengan vektor gelombang kurang dari k adalah (L/2π)3 kali volume bola yang berjari-
jari k, yaitu :

Rapat keadaan adalah didefinisikan sebagai

Dalam pendekatan Debye digunakan relasi dispersi ω = vk di mana v = kecepatan

yang konstan. Dengan demikian, rapat keadaan pers.(4-17) menjadi :

Selanjutnya kita bahas panas jenis sesuai dengan model Debye. Model ini

didasarkan pada asumsi Berarti sistem mempunyai ragam utama dengan 3 N derajat

kebebasan. Oleh karenanya,

Sebagai pendekatan, Debye mendefinisikan bahwa

Untuk seluruh ragam vibrasi, kemudian Persamaan 4.19 dapat ditulis sebagai :

Atau

ωD disebut dengan frekuensi ambang.


Selanjutnya, energi vibrasi kisi per satu satuan volume adalah

Dengan menggunakan ungkapan Persamaan .(4.20), maka Persamaan (4.23) menjadi :

Kemudian didefinisikan variabel tak berdimensi,

Sehingga persamaan (4.24) dapat diungkapkan dalam variabel x,

Panas jenis dicari dengan mendiferensialkan pers.(4.25) terhadap T, yaitu

Dan dalam variable x

Kurva panas jenis suatu zat padat (per-mole) sebagai fungsi suhu sesuai dengan

model Debye diberikan pada Gambar 4.3. Sifat-sifat termal U dan Cv melibatkan

integral yang cukup rumit untuk diselesaikan secara langsung. Akan tetapi dengan mudah

dapat diselesaikan secara analitik dengan pendekatan pada suhu yang sangat tinggidan

sangat rendah. Untuk suhu yang sangat tinggi dimana T >> ϴD.
Sehingga persamaan 4.25 dapat diungkapkan kembali dalam bentuk suhu T,

dan panas jenis pers. 4.26 mejadi

Hasilnya ternyata sesuai dengan pendekatan klasik. Untuk T << D, dengan

mengambil batas atas sampai tak terhingga dapat diperoleh

Dengan demikian, persamaan energi total pers. 4.25 dapat dinyatakan dalam suhu

T, yaitu

Kemudian panas jenis CV dapat dihitung, yaitu


Hasilnya memperlihatkan bahwa panas jenis berbanding lurus dengan T3.

Persamaan(4.29) ini disebut dengan hukum Debye T3 Untuk suatu gradien suhu yang

kecil arus thermal yang diamati sebanding dengan T:

Energi thermal per elektron adalah (T{x-l}. l = vx adalah panjang lintasan bebas

rata-rata bila v = kecepatan rata-rata dan  = waktu rata-rata

Dengan perubahan suhu pada lintasan bebas rata-rata adalah sangat kecil, persamaan

di atas dapat diekspansikan sehingga diperoleh

Kecepatan elektronik rata-rata dalam berbagai arah karena :

adalah panas jenis, maka pers.(4.31) dapat ditulis sebagai

Dengan membandingkan persamaan.(4.30) dan persamaan (4.32) maka koefisien

konduktivitas panas dapat diungkapkan sebagai

Dari pembicaraan konduktivitas listrik DC pada logam rapat arus

E= medan listrik, m = masa elektron, e = muatan elektron maka Dari pendekatan

klasik, Cv = 3/2 nko dan ½ mv2= 3/2 koT, pers.(4-34) menjadi


Ini dikenal sebagai hukum Wiedemann-Franz, dan sering disebut seabgai bilangan

Lorentz. Harga ini adalah sekitar setengah dari harga hasil eksperimen.

2. KONDUKTIVITAS TERMAL

Konduktivitas atau keterhantaran termal, k, adalah suatu besaran intensif bahan yang
menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas. Konduksi termal adalah
suatu fenomena transport di manaperbedaan temperatur menyebabakan transfer energi
termal dari satudaerah benda panas ke daerah yang sama pada temperatur yang lebih
rendah. Panas yang di transfer dari satu titik ke titik lain melalui salahsatu dari tiga
metoda yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
konduktivitas termal = laju aliran panas × jarak / ( luas × perbedaan suhu )

Besaran ini didefinisikan sebagai panas, Q, yang dihantarkan selama waktu t melaui
ketebalan L, dengan arah normal ke permukaan dengan luas A yang disebabkan oleh
perbedaan suhu ΔT dalam kondisi tunak dan jika perpindahan panas hanya tergantung
dengan perbedaan suhu tersebut.

Koefisien K konductivitas termal padat didefinisikan dengan hubungan aliran keadaan l :

dT
J v  k
dX

Dimana jv adalah flux energy thermal. Implikasi dari persamaan ini adalah proses transfer
energy thermal secara acak. Dari teori kinetic gas kita mendapatkan sebuah pendekatan
bentuk dari konduktivitas thermal:

1
k Cvl
3

Dimana C adalah kapasitas panas per satuan volume, v adalah rata-rata kecepatan
partikel, dan l adalah “mean free path” tabrakan diantara partikel
Jika c adalah kapasitas panas sebuah partikel, kemudian bergerak dari temperature T + ΔT
ke temperature T, sebuah partikel tersebut akan melepaskan energy c ΔT, dengan

dT dT
T  lx  vxt
dx dx

Dimana t adalah waktu rata – rata diantara tumbukan.

Energi net fluks :

  2
J v  n v x ct
dT
dx
1
 
  n v 2 ct
3
dT
dx

untuk phonon dengan v konstan :

1 dT
J v   cv l
3 dx

dengan l = vt dan C = nc. Maka :

1
K CVl
3

A. RESISTIVITAS TERMAL

Phonon secara prinsip, ditentukan dengan 2 proses, yaitu penghamburan geometri


dan penghamburan oleh phonon lain. Jika gaya – gaya antar atom harmonic, maka tidak
ada tumbukan mekanik diantara phonon – phonon dan akan dibatasi oleh tumbukan
sebuah ponon dengan ikatan Kristal.
Dengan interaksi anharmonik Lattice, pasangan antara 2 phonon yang berbeda yang
memiliki harga mean free path yang terbatas. Keadaan exact system anharmonik tidak
terlalu lama seperti phonon.
Teori pasangan efek anharmonik thermal resistivity memprediksi bahwa l
proposional dengan 1/T pada temperature tinggi. Untuk mendefinisikan sebuah
konduktivitas thermal, harus ada mekanisme dalam Kristal dimana distribusi phonon
memungkinkan mencapai titik kesetimbangan thermal. Tanpa mekanika kita mungkin
tidak dapat berbicara ponon di “one end of crystal” di titik keseimbangan termal di sebuah
temperature T2 dan berakhir di temperature T1
Tabrakan phonon dengan ikatan Kristal tidak akan membuat kesetimbangan thermal,
karena tumbukan tidak merubah energy phonon secara individual. Ini dapat ditandai ulang
dengan proses tabrakan 3 phonon.

K1  K 2  K 3

Tidak akan menuju kesetimbangan,tapi untuk reaksi halus total momentum gas
phonon tidak akan berubah oleh tumbukan. Sebuah kesetimbangan distribusi phonon pada
temperature T bias menggerakkan Kristal dengan kecepatan yang tidak terdistribusi oleh
persamaan di atas. Untuk setiap tabrakan phonon

J   nkK
K

Dikoservasikan. Karena tumbukan J berubah dengan K1 – K2 – K3 = 0. Nk adalah


banyaknya ponon yang memiliki gelombang vektor K.

B. PROSES UMKLAPP

Tiga phonon penting diproses menyebabkan resitivitas panas tidak dalam bentuk K1
+ K2 = K3 dengan K yang konsevatif , tetapi dalam bentuk :

K1+K2 = K3 + G

Dimana G adalah vektor reciprocal lattice . proses ini ditemukan oleh pierls , yang
dikenal dengan umklapp proses. Kita bisa menyebutnya G untuk semua momentum
konservatif dalam kristal.
Contoh dari proses interaksi gelombang dalam kristal yang total vektor
gelombangnya berubah sampai mendekati nol.
(a) normal K1 + K2 = K3 dan (b) umklapp K1+K2=K3+G proses tumbukan fonon
pada kisi persegi dua dimesi . kisi persegi pada tiap gambar mengacu pada daerah blillouin
di ruang fonon K , daerah ini memuat semua kemungkinan nilai tidak tetap dari vektor
gelombang fonon. Vektor K dengan arah tepat di tengah daerah yang direpresentasikan
menyerap fonon pada proses tumbukan.
Seperti kita ketahui pada gambar (b) bahwa arah proses umklapp dari komponen – x
fluks fonon cadangan. Vektor kisi balik G dinyatakan dengan panjang 2π/a , dimana a
adalah konstanta kisi dari kisi kristal , dan sejajar dengan sumbu Kx. Untuk semua proses ,
N atau U , energi harus kembali , jadi ɷ1 + ɷ2 = ɷ3.
Proses serupa selalu mungkin dalam kisi priodik. Pendapat paling kuat untuk fonon :
hanya berarti fonon palsu K pada daerah brillouin pertama , jadi tidak ada K yang
dihasilkan pada tumbukan harus kembali ke daerah pertama dengan tambahan G . A
tumbukkan dari dua fonon dengan hasil yang negatif dari Kx dapat dilakukan dengan
proses umklapp (G tidak sama dengan 0) membuat ponon positif Kv . proses umklapp
juga disebut U proses.
Proses tumbukkan dengan G = 0 disebut normal proses atau N proses . pada
temperatur tinggi T > θ semua fonon sedang tereksitasi karena T > ħ , semua tumbukan
lenting sempurna akan mengalami proses U dengan bantuan momentum tinggi yang
terjadi dalam tumbukan.
Dalam keadaan ini kita dapat memperkirakan resistivitas termal tanpa perbedaan
secara tinjauan partikel antara proses N dan U , dengan anggapan awal tentang efect non
linear kita dapat memperkirakannya untuk mendapatkan hambatan termal kisi sebanding
dengan T pada temperatur tinggi.
Energi dari fonon K1 , K2 cocok untuk terjadinya umklapp jika saat ½kbθ karena
baik fonon 1 ataupun 2 harus mempunyai gelombang vektor kisaran 1/2G sehingga
tumbukkan bisa mungkin terjadi.
Jika kedua fonon mempunyai K rendah , sehingga energinyapun rendah , tidak
mungkin tumbukan antara mereka gelombang vektornya keluar dari daerah pertama.
Proses umklapp yang energinya konservatif , hanya cukup untuk proses normal.
Pada temperature rendah bilangan fonon yang memenuhi dari energi tinggi ½k bθ
memerlukan harga expetasi extrem sebagai exp(-θ/2T, menurut faktor boltzman. Bentuk
eksponensial cocok dengan hasil eksperimen.
Kesimpulannya , fonon bebas pada saat memasuki K=1/3 Cvl itu adalah saat bebas
untuk tumbukkan umklapp diantara fonon dan tidak untuk semua fonon.
C. IMPERFEKSI
Efek geometri sangat penting, dianggap bahwa bagian kecil dari kristal dibatasi oleh
massa isotopic terdapat dalam elemen kimia alami, kimia pemurnian, ketidaksempurnaan
pola-pola geometris dari molekul-molekul, dan struktur benda tak berbentuk.
Pada temperatur rendah, rata-rata dari free path l menjadi sebanding dengan lebar
spesimen uji, sehingga nilai dari l tersebut dibatasi oleh lebar spesimen uji, dan
konduktivitas termalnya menjadi fungsi dari dimensi spesimen. Efek ini ditemukan oleh
De Haaz dan Biermasz. Penurunan yang tajam pada konduktivitas termal dari kristal pada
temperatur rendah dikarenakan oleh efek ukuran
Di temperatur rendah, proses umklapp menjadi tidak efektif dalam membatasi
konduktifitas termal, dan efek ukurannya menjadi dominan. Dapat kita perkirakan free
path ponon akan menjadi konstan, dengan diameter D spesimen, dapat kita lihat : C
merupakan konduktivitas panas dimana T nya harus temperatur rendah. Efek ukuran akan
mempengaruhi jika rata-rata free path dari ponon menjadi sebanding dengan diameter dari
spesimen.
Pada kasus yang lain, misalnya kristal sempurna, distribusi dari isotop pada elemen
kimia sering menjadi mekanisme dalam proses bagian-bagian terkecil pada ponon.
Distribusi acak dari massa isotopik akan mengganggu kerapatan seperti yang terlihat pada
gelombang elastis. Bagian-bagian kecil pada substansi-substansi ponon saling terkait.
Hasil Germanium dapat dilihat dari gambar berikut.

Gambar. Hasil Germaiun

Tingginya konduktivitas termal juga pernah didapatkan untuk Silikon dan Intan

DAFTAR PUSTAKA
C. Kittel, Intruduction to Solid State Physics, 6-edition,john Willey &Sons, Inc,
California
J. S. Blakemore, Solid State Physics, 2-editionM. A. Omar, Elementary Solid State Phisics
: Principles & Application, Addison –
Wesley Publihing, Manila 1975V. Rajendran, A. Marikani, Materials Science, Tata
McGraw-Hill Publiching, New Delhi, 200

Anda mungkin juga menyukai