Anda di halaman 1dari 61

DIKTAT

THERMODINAMIKA
D
i
S
U
S
U
N
OLEH : Tri Isti Hartini , S.Pd , M.Pd
Universitas Muhammadiyah Prof.DR.Hamka
2008
Tri Isti Hartini
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkah dan ridhoNya, Diktat
ini dapat dilaksanakan dan diselesaikan sebagaimana diharapkan.
Penyusunan diktat THERMODINAMIKA ini di latar belakangi oleh
banyaknya kesulitan mahasiswa dalam memahami konsep thermodinamika.
Diktat ini mencoba memberi pemaparan tentang konsep thermodinamika
dari lanjutan mata kuliah fisika dasar 1, sehingga dalam perkuliahan
mahasiswa tidak selalu pasif. Dalam diktat ini dijabarkan Konsep
thermodinamika,soal dan solusinya yang sangat diperlukan dalam
memahami dan menerapkan konsep thermodinamika.
Kami menyadari bahwa dalam melakukan ini penyusun masih
dirasakan terdapat kekurang sempurnaan disana sini, untuk itu peneliti
mengharapkan saran dari pembaca.
Akhir kata semoga Diktat ini dapat bermafaat bagi semua pihak.
Terima kasih.

Jakarta, Agustus 2009
Penyusun,
Tri Isti Hartini
BAB I
KONSEP DASAR THERMODINAMIKA
PENDAHULUAN
Thermofisika adalah ilmu pengetahuan yang mencakup semua cabang ilmu yang
mempelajari dan menjelaskan sifat zat dibawah penarah kalor atau pengaruh perubahan
perubahan yang menyertainya.
Thermodinamika adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara energi
panas atau kalor dengan kerja mekanis, usaha dan panas serta energi dan kalor yang
mengangkut dan berkaitan dengan sifat sifat benda merupakan besaran yang kita kenal
dengan besaran makroskopis (besaran-besaran yang bisa diukur atau diamati.
Teori Kinetik zat adalah cabang dinamika membahas hubungan antara gaya dan gerak.
Thermodinamika adalah salah satu cabang fisika yang mempelajari :
Sifat sifat zat:
Yang dipengaruhi kalor sehingga terjadi perubahan temperatur.
Sifat sifat zat :
1. Makroskopis adalah ditinjau dari pengenalan besaran fisik dan terukur dengan
alat (temperatur, volume, tekanan).
2. Mikroskopis,jika ditinjau dari teori tidak dapat diukur denganalat(momentum,
tekanan).
Untuk memudahkann dalam mempelajari thermofisika atau thermodinamika dari 2
tinjauan diatas saling memberikan dukungan dalam pembahasan berikutnya, yaitu
Sistem adalah ruang lingkup yang ditinjau dan menjadi pusat perhatian dalam
menganalisa gejala alam.
Lingkungan adalah segala sesuatu di luar sistem yang dapat melaksanakan
pertukaran energi dan mempunyai pengaruh langsung dengan system.
Sistem + lingkungan: jagat raya / alam raya.
Untuk itu perhatikan ilustrasi berikut ini :
Udara /gas dalam tabung sistem
Air disekitar lingkungan
Tri Isti Hartini
Sistem dengan lingkungan kadang-
kadang/kemungkinan dibatasi oleh dinding : real /
nyata dan imajiner (khayal)
Es Sirup : sistem
Udara : lingkungan
Permukaan : nyata
Lingkungan : udara sekitar
Permukaan sebentuk gejala es, dinding yang bersifat khayal
jadi, permukaanya khayal
Contoh soal :
Es 5
0
c dicampur dengan sirup + 15
0
c di dalam gelas,
sehingga dicapai suatu kesetimbangan
Berikan penjelasan :
- Yang manakah system ?
- Apakah system dalam thermodinamika hanya terdapat
diudara dan air saja ?
- Berikan 3 contoh yang berkaitan dengan gejala alam
sehingga dapat diperoleh pemahaman mengenai
sisitem, lingkungan dan sifat dinding pembatas.
Ruang Lingkup dan system koordinat thermodinamika, ada 8 koordinat :
Nama Lambang Satuan
Tekanan
Suhu
Volume
Entropi
Energi dalam
Enthalpi
Energi bebas
helmholtz
P
T
V
2
U
H
F
G
Pa (N/m
2
)
K
M
3
j.k
-1
joule
joule
joule
joule
Tri Isti Hartini
Permukaan : nyata
Besaran fisis yang dapat diukur (bersifat makroskopis) adalah :
- Tekanan - Tempertur makroskopis
- Volume - Komposisi gas
Besaran lain yang tak terukur (mikroskopis) adalah :
- momentum molekul gas / partikel gas
- tingkat energi / tenaga molekul gas
- kecepatan tumbukan antar molekul / partikel gas
selanjutnya akan dibahas bahwa tujuan mikroskopis dapat menghubungkan sifat
makroskopis zat secara keseluruhan dengan sifat mikroskopis penyusun zat.
Sebagai gambaran adanya keterikatan antara besaran makroskopis dan mikroskopis
Tekanan yang terukur sebagai besaran
makroskopis
Gaya tumbukan dengan dinding sebagai
besaran mikroskopis
Tekanan gas yang telah diukur orang, lama
sebelum gagasan teori kinetik dikemukakan
secara mikroskopis adalah merupakan nilai-
nilai rata-rata
Gaya tumbukan gas dengan dinding tempat gas itu berada.
Pada pembahasan berikutnya akan ditinjau sudut pandang mikroskopis dengan
penekanan bahwa zat terdiri atas banyak partikel. Ditelaah dalam teori kinetik zat.
Teori Kinetik zat adalah cabang dinamika membahas hubungan
antara gaya dan gerak
F : 1 . 2 = 1 . 2 = 0
r
2
o
tumbukan bersifat lenting sempurna
Semua yang dialami partikel bersifat lenting sempurna dan terjadi dalam waktu
yang relatif singkat.
Hukum Newton tentang gerak berlaku
Misalkan : - sebuah kotak dengan dua buah sisi masing masing seluas A
- Jarak kedua sisi adalah
- Berisi N buah partikel gas ideal
Tri Isti Hartini
P
e
n
y
e
b
a
r
a
n

t
e
k
a
n
a
n

g
a
s

d
a
l
a
m

r
u
a
n
g

t
e
r
t
u
t
u
p
2 1
r :
X
1 2
- Selanjutnya kita ingin mencari tafsiran tentang tekanan dari
sudut mikroskopis
Gerak partikel dalam kotak
- Tinjaulah sebuah partikel yang bergerak dengan
kecepatan

= i Vx + Vy + Vz
Jika partikel gas menumbuk dinding kanan seluas A, maka kecepatan menjadi :
= Vx - Vy + Vz
Andaikan partikel gas tidak bertumbukkan dengan partikel lain

Jadi dalam setiap satuan partikel gas itu menumbuk dinding kanan sebanyak
1 kali atau
t
Setiap kali menumbuk dinding partikel mengalami perubahan momentum sebesar:
P = -mVy - (+mVy)
= - 2 mVy
Jadi setiap satuan waktu, partikel mendapat perubahan momentum sebesar.
-2mVy . Vy = -mVy
2
(tumbukan dari dinding kanan)
2
Sebagai reaksi dinding kanan, dalam tiap satuan waktu dinding kanan mendapat
perubahan momentum sebesar
Tri Isti Hartini
V
V

Partikel gas akan bergerak bolak-balik menumbuk dinding


Selang sewaktu antara dua kali menumbuk dinding kanan
secara beruntun adalah
t = 2l
Vy
1 = Vy (kali)
2l/Vy

2
l
mVy
2

2mVy . Vy = 2mVy
2
= mVy
2

2 2
Misalkan :
Untuk N partikel yang merupakan kecepatan kearah sumbu y, maka tiap satuan waktu
dinding kanan memperoleh momentum sebesar :
N
mVy2 = NmV
2
y
i=1
Ingat Kembali
Impuls yang dialami dinding kanan karena desakan / tumbukan partikel gas
adalah I = F . t
Jika luas dinding adalah A,maka tekanan yang dialami dinding kanan karena tumbukan
partikel gas
Py adalah tekanan zat
2mVy . Vy = 2mV
2
y = mV
2
y
2
I = F . t mV
2
y = Fy
....... (1,2)
Untuk N partikel Py = NmV
2
y
vol
Px = NmV
2
x Pz = NmV
2
Vol Vol
Kecepatan yang ditinjau adalah :
. = x + Vy + Vz
. = ( Vx + Vy + Vz ) ( Vx + Vy + Vz)

2
=
2
+
2
x
+
2
y +
2
z

2
= 3
2
y

2
y = 1/3
2
.. (1.5)
Jadi (1.3)
Tri Isti Hartini
(1,1)
Py = Fy
A
Py = mV
2
y
.A
Py = mVy
2
Vo
V V i
j

V V i
j

V
V V V V
V V
V V
Py = Nm 1/3 . V
2
= 1 N m
2

3 vol
V
Perhatikan kembali :
(1,4) . P = besaran fisis (makroskopis)
1/3 Nm
2
= besaran fisis makroskopis
Vol
Ilustrasi : tekanan gas dalam tabung tertutup minimum 81 % dari harga semula
- adakah pengaruh perubahan ini terhadap kelajuan partikel gas ?
Analisa : harga tekanan gas dengan kelajuan partikel gas, yang dinyatakan dengan
persamaan :
P = 1 N m
2

3 vol
P
2
karena itu jika tekanan mengalami penurunan 81 % maka
2

mengalami penurunan 81 % sehingga kelajuan partikel gas akan mengalami penurunan,
sebesar : P =
2

=
Atau = % 81 =
% 81 , 0
= 0,9 = 90 %
Jadi dari hasil analisa, ketika nilai tekanan (besaran makro) mengalami penurunan
81 % maka nilai kelajuan ( ) mengalami penurunan sebesar 90 % ungkapan tentang
tekanan gas ideal : P = 1 N m
2
.(1.4)
3 vol
Dapat dinyatakan : (1,5)
Rumus ini mengingatkan kita pada persamaan gas ideal
Dengan n = jumlah mol per satuan volume
Jumlah molekul gas yang ditinjau dapat dinyatakan ;
.
N
n
N A

NA = bilangan Avogadro
Selanjutnya akan diperoleh
. . . PV n RT

Atau . (1,6)
Tri Isti Hartini
P = 1 N m
2

3 vol
V
V
Pers ini menyatakan bahwa kuadrat
kelajuan partikel / molekul gas
sebanding dengan tekanan partikel /
molekul gas
P = tekanan, Pa (N/m
2
)
N = jumlah / banyaknyapartikel
m = massa partikel / molekul gas
V = kecepatan (m/s)
V = volume (m
3
)
V
V V
V
V
P
V
V
V
PV = 1 N mV
2
3
PV = n R T
PV = N K T
Dengan K = tetapkan Boltzman
K = R = 8,31 . j/k
NA 6,02 . 10
23
K 1,38 . 10
23
joule/K
Dengan melalui perumusan (1.3) dan (1.4) akan kita tinjau / analisa realistik
tidaknya anggapan-anggapan dasar yang dikemukakan berkaitan degan model gas ideal
dalam pembahasan teori kinetik gas yaitu mengenai anggapan bahwa gas ideal terdiri atas
parikel (atom/molekul) yang amat besar jumlahnya.
Untuk itu, perhatikan jika diamati 1 liter gas pada tekanan 1 cm, temperatur 300 K
(temperatur ruang)
Maka : dapat ditentukan jumlah / banyaknya partikel gas yaitu :
PV = NKT . Lihat pers 1.6
N = PV = (10
5
N/m
2
) (10
-3
m
3
)
KT (1,38 . 10
-23
jk) 300 K
N = 242 . 10
22
buah partikel gas
Tinjauan / analisa
Gas pada tekanan : 10
-3
mmHg
Temp : 300 K berapa buah partikelnya ? (N)
Vol : 1mm
3

N = PV/KT = (10
-6
m) (1,36 .10
4
kg/m
3
) (10 m/s) 10
-9
m
3
= .. 10
10
buah partikel
(1,38 . 10
-23
j/k ) 300 K
Soal
Tekanan : 10
-10
mm Hg = 10
-13
mHg
Temp : 27
0
c = 300 K
Vol : 1,01 cm
3
= 1,01 . 10
-6
m
3

P
N = PV = (10
-13
m) (1,36 . 10
4
kg/m
3
) (10 m/s) 1,01 . 10
-6
m
3

KT (1,38 . 10
-23
j/k) 300 K
N = 10
7
partikel
Tri Isti Hartini
Tugas : Menuliskan argumentasi untuk mengantisipasi anggapan dasar yang
dikemukakan berkaitan dengan model gas ideal yaitu anggapan bahwa gas ideal terdapat
partikel yang jumlahnya amat banyak. Cantumkan referensi yang digunakan.
BAB II
TEMPERATUR
Temperatur gas adalah : besaran-besaran yang secara mikroskopis berkaitan
dengan energi total gas.
Kaitan antara temperatur sebagai besaran fisis yang bersifat makroskopis dengan besaran
fisis yang bersifat mikroskopis.
P = 1 N m
2

3 vol
Atau
PV = 1 N m
2

3
PV = NKT

z 2
y
y
x
Pembuktian bahwa temperatur sebagai besaran makroskopis yang berkaitan dengan
besaran fisis yang bersifat mikroskopis energi kinetik gas.
Jadi penurunan temperatur gas /temperatur total gas juga mengalami penurunan.
Temperatur gas mengungkapkan energi kinetik (transiasi) rata-rata partikel gas.
Terjadinya penurunan temperatur gas jika gas tersebut melakukan ekspansi tanpa
perubahan kalor dari luar (dQ = 0 )
dQ = dw + dv
o = dw = - dv
Pada peristiwa ekspansi itu pemuaian gas akan menyebabkan berkurangnya
tenaga kinetik akibat tumbukan antar partikel. Tenaga makroskopis ditunjukan
oleh persamaan temperatur.
ENERGI DALAM ( U)
Salah satu anggapan dasar yang diungkapkan berkaitan dengan model gas ideal
dalam pembahasan teori kinetik gas adalah bahwa partikel gas menyebar merata dan
Tri Isti Hartini
V
V
T = 1 m
2
3K
T = 2 1 m
2

3K 2
V
V
bergerak secara acak kesemua arah, dari anggapan dasar ini tersirat bahwa potensial
ditempat gas itu berada adalah sama, sehingga dengan demikian maka energi partikel gas
itu sebenarnya adalah juga energi total dan kita ketahui energi total gas secara
keseluruhan adalah
N ( 1 m
2
) = 3 NKT
2 2
Tetapi jika seandainya gas itu tidak bergerak maka energi total adalah merupakan
energi dalam gas yaitu :
.. (2,0) ada hubungan antara makro dan mikro
Dengan U = besaran mikroskopis
T = besaran makroskopis
Besaran U tidak dapat diukur langsung dalam ekspansi yang dapat diukur adalah :
Cv =
du
dt

v
masih sulit diukur
Yang bisa ditentukan adalah
p
v
C
C


diukur dengan kalori meter aliran konstan
Dalam thermodinamika didapat hubungan :
Cp Cv = nR
Hasil teori : Cv = du U = 3 nRT
dt 2
Cv = d 3 nRT = 3 nR
dt 2 2
Cp = Cv + nR = 3 nR + nR = 5 nR
2 2
Sehingga = Cp/Cv = 5/2 nR = 5/3 = 1,37
3/2 nR
Informasi ekspansi tentang energi dalam gas (energi internal gas) dari ekspansi joule
DISTRIBUSI MAXWELL
Berhubungan mengkomunikasikan informasi komponen kecepatan partikel
Vx
Tri Isti Hartini
V
U = 3 NKT
2
Vy
Vz
Informasi awal untuk menjawab pertanyaan
Mengapa persesuaian teori dengan eksperimen tentang kapasitas thermal hanya
terjadi pada gas mulia ?
Nilai ujian fis dari sebuah institut yaitu :
5 orang mendapat nilai antara 0 10
3 orang mendapat nilai antara 10 20
4 orang mendapat nilai antara 20 30 dan seterusnya
Total mahasiswa 100 orang
Informasi diatas dapat dinyatakan
P (0 10) = 5
100
P (10 20) = 3 dapat dinyatakan dengan histrogam sebagai
berikut :
100
P (20 30) = 4
100
Jika kemudian kita kumpulkan 10 buah kelas yang pararel, dengan pembagian
sebarang nilai yang lebih halus, sehingga informasi yang dapat diperoleh :
Tri Isti Hartini
Pertanyaan yang muncul berdasarkan
grafik :
Dari N mahasiswa itu , berapa orang
mahasiswa yang mendapat nilai antara
X
1
dan X
1
+ aX ?
dN = N P (X
1
) dx
Dengan Penggabungan banyak institute yang sejenis dan setara, maka diperoleh suatu
kecenderungan yang dapat didistribusikan :
Contoh :
Pertanyaan yang munul berdasarkan grafik:
Dari N mhs itu berapa orang mhs yang mendapat nilai
antara x
1
dan x
1
+ax ?
Jwb :
Masing-masing gambar (1), (2), (3) merupakan ditribusi nilai Fisis. Analog dengan
informasi tentang distribusi akan ditinjau Distribusi Maxwell yang berkaitan dengan
gerak partikel gas. Kecenderungan gerak partikel kearah kiri sama dengan gerak partikel
kearah kanan.
Ilustrasi Distribusi kecepatan partikel gas ideal Gambar
Distribusi Simetris
Karena gerak partikel gas ideal acak dam merata.
(salah satu anggapan T.K. 6 )
- Kebolehjadian (peluang) atau probabilitas, sebuah partikel merupakan kecepatan pada
komponen x antara 1 x dan V x + d V x adalah menghasilkan fungsi f (V x) d V x maka
f (V x) ini adalah merupakan fungsi genap. Artinya
= V = Vx
2
+ V
y
2
+ V
2
2
Selanjutnya diperoleh :
Dengan A adalah faktor normalisasi yang nilainya ditentukan oleh syarat :

1 ) ( dVx Vx f
Mengingat :
Tri Isti Hartini
F (vx) = f (-Vx)
f (Vx) = A e



-1
mVx2
/
KT
2
dN = N P (x
1
) dx
f (Vx) dVx adalah merupakan keboleh jadian (peluang) bahwa sebuah partikel
mempunyai kecepatan dengan komponen x bernilai antara Vx dan Vx + dVx, maka
keboleh jadiannya adalah satu yaitu pasti,artinya :
bahwa sebarang partikel mempunyai kecepatan dengan komponen bernilai antara (-
dan + ) , sehingga akan diperoleh :

A e dVx = 1
A =

e
-1/2
mVx 2/KT dVx = m
2 KT
A = merupakan fakor normalisasi
Jadi dapat ditulis kembali :
f (Vx) dVx = = m
2 KT . e

f s distribusi komponen kecepatan Maxwell
Dengan menggunakan teori keboleh jadian (peluang) dan menganggap bahwa peluang
sebuah partikel mempunyai suatu nilai kecepatan Vy yang tidak bergerak pada nilai Vx d
an Vz, maka peluang sebarang partikel mempunyai kecepatan :
Komponen x bernilai dari Vx dan Vx + dVx
Komponen y bernilai dari Vy dan Vy + dVy
Komponen z bernilai dari Vz dan Vz + dVz
Yang dapat ditulis :
f (Vx, Vy, Vz) dVx, dVy, dVz = f (Vx) dVx . f (Vy) dVy . f (Vz) dVz

m. e m m.e m.e
2KT 2KT 2KT
= m
3/2

2KT . e dVx . dVy . dVz
V
2
= Vx
2
+ Vy
2
+ Vz
2

Tri Isti Hartini
-1 mVx
2
/ KT
2
-1
-1/2 mVx
2
/ KT dVx
-1/2 mVx
2
/ KT -1/2 mVy
2
/ KT
-1/2 mVz
2
/ KT
- m (Vx + Vy + Vz)
2
2 KT
f (V) dV = m
3/2
- m V
2
2KT . e 2KT dV
= Vx . + Vy . + Vz .
Dalam
Koordinator
Cartesius
Dari elemen volume
dVx . dVy . dVz
dapat juga digunakan dalam koodinator polar dengan
jari-jari V
2
= Vx
2
+ Vy
2
+ Vz
2

Kemudian perhatikan peluang kecepatan seperti terlihat


pada gambar berikut ini

Selanjutnya dapat diperoleh Distribusi Laju (tanpa menghiraukan arah gerak partikel )
dapat dilakukan dengan integrasi terhadap dan
f (V) dV = m
3/2
-1/2 mV
2
/KT
2KT . e . V
2
dV

sin d

2
d
= m
3/2
-1/2 mV
2
/KT
2KT . e . V
2
dV - cos
= m
3/2
-1/2 mV
2
/KT
2KT . e . V
2
dV - cos cos o 2
Tri Isti Hartini
Koordinat
Cartesius
V i

Elemen volume : V sin d d


Sehingga diperoleh :
f (V, , ) dV. d d :
m
3/2

-1/2 mV/KT
2KT . e .V
2
sin dV d d
Ungkapan bagi peluang sebarang partikel mempunyai
kecepatan yang besarnya antara V dan V + dV yang
membuat sudut dan + d terhadap Vz dan dengan
arah sudut dan + d terhadap Vx

2
f (v) dV = 4 m
3/2
-1/2 mV
2
/KT
2KT . e . V
2
dV
Fungsi distribusi laju menurut Maxwell
Ungkapan ini menyatakan bahwa jika ada N buah partikel gas Maka dari N buah partikel
gas tadi : mempunyai laju antara V dan V + dV ada banyak :
dN = N f(V) dV
Berbagai ekspansi dilakukan untuk menguji kebenaran fs Distribusi Maxwell. Salah
satunya adalah ekspansi zartmaun dan Ka sebagai berikut :
Kaca untuk (menampung partikel yang tiba / melekat serta
membuat titik hitam)
Silinder (dapat diputar dengan poros A)
Celah (untuk membatasi berkas partikel gas yang lewat)
O = tangan (untuk memanaskan gas pada tempat tertentu)
C diam maka semua partikel yang berhasil melalui S
3
akan di tangkap G pada titik
yang sama.
C diputar maka semua partikel yang berhasil melalui S
3
akan tiba ditempat yang
berbeda didaerah G
Tri Isti Hartini
dN = N . 4 m - mV
2
2KT . e 2KT . V
2
dV
Dengan menggunakan fs Distribusi Maxwell dapat ditentukan
X
2
=

2
= dikomentari
=
1. Fungsi Ditribusi komponen Kecepatan Maxwell
f(V) = m
3/2
-1/2 mV
2
/KT
2KT . e
2. Fungsi Distribusi Laju Maxwell
f ( V ) = 4 m
3/2
-1/2 mV
2
/KT
2KT . e . V
2

Dari (1) dan (2) dapat ditentukan :
a) (laju rata-rata)
b) laju perata kuadrat
2

c) x
2
x
Jawab :
a. laju rata-rata ( )
= N ( V ) V dV = N f ( V ) . V dV
N N
Laju rata-rata dapat ditentukan dengan cara mengalikan banyaknya partikel didalam
setiap interval laju denga sebuah laju V yang merupakan cirri interval tersebut, kita
menjumlahkan hasil-hasil perkalian pada seluruh interval laju dan kita amembaginya
dengan jumlah seluruh partikel yaitu N
= 4N m
3/2
-1/2 mV
2
/KT
2KT . V
2 .
e V . dV
N
m
misal : 2KT =
= 4N
3/2
- V
2
. V
3

.
e dV
N
= 4N
3/2
- V
2
Tri Isti Hartini
V
V
V
V
V
V
V
V
V

. ~

. ~
V

. ~
V

. ~

. ~
V
V
3

.
e dV = 1
N 2
2

- V
2
Dari tabel : V
3

.
e dV = 1
2
2
= 4N
3/2
4
3/2
1 2
-1/2
.
-1/2
. 1 =
3/2
. 2
2
=
N 2
2

= 2

karena : : m
2KT
Maka :
= 2 = 2 2KT = 8 . KT
m m m
2KT
= 8 KT = 1,59 KT
m m
Akan ditentukan laju perata kuadrat
2
dengan cara terdahulu kita hitung :
2

b.
2
= N ( V ) V
2
dV
N

2
= 4N m
3/2


-1/2 mV
2
/KT
2KT . V
2 .
e V
2
. dV
N

2
= 4N m
3/2


-1/2 mV
2
/KT
2KT . V
4 .
e dV

Misal : m =
2 KT

2
= 4
3/2


- V
2
. V
4 .
e dV


2
= 4
3/2


- V
2
. V
4 .
e dV
Tri Isti Hartini

. ~
V
V
V
V
V V
V

. ~
V

. ~
V
V

. ~

. ~
V

. ~
Rms :
2
= 1,7 KT
m
Rms disebut juga Vef sebuah molekul
sehingga harga rata-rata kecepatan rms
Vef =
- V
2
tabel : V
4 .
e dV = 3
8
5



2
= 4
3/2
. 3

8
5


2
= 4
3/2
. 3
1/2
= 3
-1
= 3

8
5/2
2 2
Karena : = m
2KT
Maka =

2
= 3 = 3KT
2. m m
2KT
c. x
2
= f ( Vx ) Vx
2
dVx


= m

-1/2 mV
2
/KT
2KT .

e Vx
2
dVx
Dari =
2
= Vx
2
+ Vy
2
+ Vz
2


2
= Vy
2
. Vz
2


2
= 3Vx
2
Vx = 1 . V
3
dVx = 1 . dV
3
m -1/2 m1/3V
2
/KT
x
2
= 6 KT . e . 1 V
2
d ( 1 V )
3 3

m -1/6 mV
2
/KT
x
2
= 6 KT . e . 1 V
2
dV
3 3

Tri Isti Hartini

. ~
V
V
V
V V
V
V
V

. ~
~

. ~
~
V
V
V
V

. ~
~
V

. ~
~

m -1/6 mV
2
/KT
x
2
= 6 KT . 1 V
2
. e dV
3 3
2 m -1/6 mV
2
/KT
x
2
= 3 6 KT V
2
. e .dV
dari tabel =

3

misal : = m
6KT
Maka :
x
2
= 2 1
3 . 4
3


x
2
= 2
1/2
1
1/2
1 1
3 .
1/2
. 4 .
3/2
= 6 = 6 . m
6KT
Soal-soal
1. Hitunglah kecepatan efektif molekul molekul gas. (Massa jenis 10 kg/m
3
) yang
berada dalam wadah bertekanan 12.10
5
N/m
2

2. Tentukan akar laju kuadrat rata-rata sebuah molekul uap hydrogen pada
temperatur 300 k ?
Tri Isti Hartini
V

. ~
~

. ~
~
V
V
3. tentukan akar laju kuadrat rata-rata sebuah molekul uap raksa pada temperatur
300 k?
4. hitung kecepatan efektif molekul oksigen ( m = 32 kg/k .nol) berada dalam wadah
bersuhu 27
0
c.
5. tentukan kecepatan rata-rata molekul gas oksigen pada O
0
c. massa sebuah atom
oksigen = 1,66 . 10
-27
kg.
6. tentukan kecepatan molekul-molekul gas oksigen yang berada dalam botol
dengan tempertur O
0
c dan tekanan 1 atom . diketahui berat atom oksigen = 16
7. berapakah kecepatan rata-rata molekul gas hydrogen yang berat atom 1,008 pada
O
0
c.
8. berapakah kecepatan molekul-molekul gas nitrogen pada O
0
c dan tekanan 16 cm
Hg jiks massa jenis 1,251 gr/lt.
catatan : Ek sebuah molekul raksa = Ek sebuah molekul hydrogen pada suhu yang sama.
Maka dalam hal ini massa uap raksa = massa hydrogen
mo = massa sebuah molekul
m1 = massa molekul
Bm = m = berat molekul
NA = bilangan Avogadro
N = jumlah molekul
Maxwell : hanya memperhatikan energi kinetik partikel.
Dalam distribusi Maxwell terdapat factor e
mV2 /2KT ,
hanya terkandung energi kinetik
sebagai akibat transaksi.
Boltzman : geraknya tidak hanya dipengaruhi gerak transaksi tetapi juga gerak rotasi
Gerak rotasi
vibrasi
Tri Isti Hartini
secara umum faktor e
E/KT
faktor Boltzman
f ( V ) = 4 m
3/2
. V
2
. e
E/KT
2 KT

2
= y
2
= z
2
= KT
m
Argumentasi : x
2
= KT sedang
2
= 3 KT
m m
maka :

2
= 3 x
2
V
x
2
=
V
y
2
=
V
2
2
=
m
KT
Argumentasi :
V
x
2 =
m
KT

sedang

V
2
=
m
KT 3
maka :
2 = 3
V x
2
Nf(v) Grafik Komponen laju Maxwel
Vm dapat ditentukan jika
Nf (v) max
Bila
dV
v dNf ) (
=0
Latihan :
1. Gas Ideal pada temperature T. Tentukan laju akibat gerakan dari jumlah partikel
terbanyak.
2. Gas Neon bermassa 20,18 gr tiap mol. Gas ini berada pada tekanan 1 atm,
temperatur 400 K, bersifat sebagai gas ideal.
Tri Isti Hartini
V x
2 =
m
KT
x
2
= KT
m
V
V V V
V V
V
V
KT 2
mVy

2 / 3
KT
mv
2

2
Hitunglah V
2 ,
V dan Vm kemudian bandingkan dengan cepat rambat bunyi
di dalamnya.
3. Tentukan kecepatan root mean square (rms) molekul oksigen (M = 32 kg/kg.mol)
yang berada dalam wadah bersuhu 27
0
C
Distribusi laju Maxwell dari 10
6
molekul oksigen pada temperature yang berbeda.
Telaah Buku SMA.
Vrms Energi kinetic total gas adalah :
E kT = N[1/2m Vef
2
] Sedangkan Energi Kinetik Total untuk satu molekul gas :
Ek = 1[1/2 Mo Vef
2
]
Mo = massa 1 molekul gas
Selanjutnya dapat ditrunkan beberapa hubungan rumus sebagai berikut :PV = N K T
P =
V
NKT
*
Kembali ke persamaan P = 1/3
V
Nm
V
2
P = 2/3 Ek
V
N
.**
Persamaan * dan **
V
N
KT =
3
2
Ek
V
N
KT = 2/3 E
Ek = 3/2 KT
Telah Dipelajari :
Distribusi komponen kecepatan Maxwell
2
f(Vy) dVy =
KT 2
m
. P . dVy
Distribusi yang me Maxwell
Tri Isti Hartini
o
KT

3
2
2 / 3
F(v) = 4
KT
m
2
. P . V
2
Distribusi Maxell tepat digunakan untuk :
a. Menentukan laju rata-rata V
b. Laju akar purata kuadrat V
2
=Veff
c. Menentukan V
2
dapat dicari komponen kecepatan arah x,y,zyaitu dapat
menentukan 1/x, 1/y, 1/z.
d. V paling mungkin pada saat d F[V] = 0
Vrms Veff = V
2
Veff = dapat pula diturunkan hubungan antara kecepatan Eff[Vrms]
molekul gas dg tekanan P sbb :
P = 2/3 Ek [N/M]
Ek = 3/2 KT
P = 2/3 . 3/2 KT [N/V] KT =
M
PV
P = K T
V
N
Kembali ke Veff =
M Mo
PV
.
3
=
M
PV 3
Veff =
V M
P
/
3
=

P 3
Distribusi Maxwell Boltzman.
Perhatikan kembali pada fs. D. L. Maxwell ada factor e
-1/2 MV /KT
(terkandung energi
kinetik) sebagai akibat gerak translasi.
Boltzman akan memberikan hasil yang bersifat lebih umum gerak rotasi
gerak vibrasi
Faktor dalam rumusan Maxwell e
E/KT
diperlukan translasi
rotasi
vibrasi
Distribusi Max Boltzman
Tri Isti Hartini
Faktor boltzman
F(v) = 4
KT
m
2
. e
E/KT
. V
2
Azas Equipartisi energi (equapartisi tenaga)
Persoalan :
Mengapa hasil eksperimen tidak sesuai dengan teori menurut kapasitas thermal gas
(monodial H
2,
O
2
,N
2,
dsb)
Sedangkan untuk kapasitas thermal He, Ne .. ada persesuaian antara eksperimen dan
teori.
Gas Monoatomik berlaku :
mV x
2
= KT
mV x2 = 3/2 KT
Sehingga :
Ek : 3/2 KT = energi kinetic total dari tiap
partikel gas monoatomik.
Karena pada gas monoatomik partikel pada tiap komponen [x,y,z] mengalami gerak
translasi. Maka pada masing-masing sumbu mempunyai Ek rata-rata sebesar
2
2 / 3 KT
= KT [dikenal denganprinsip equapartisi energi].
Prinsip Equapartisi Energi :
Telah dipelajari molekul-molekul gas dapat dianggap sebagai titik reaksi dan mempunyai
energi kinetik translasi.
Apabila molekul-molekul dipandang sebagai bola yang tidak tegar, maka: gerak rotasi
dan gerak molekul (vibrasi) akan memberi sumbangan pada energi molekul untuk
partikel gas beratom tunggal [gas monoatomik]
Maka berlaku :
Tinjauan untuk gas diatomik dapat dibuat model seperti pada gambar:
Gas diatomik mengalami gerak :
translasi
rotasi
vibrasi
Rotasi pada sumbu z dan x dari 1 2 =
translasi
Dalam sikap seperti model tersebut, maka =
Molekul gas dapat memberikan kontribusi
energi berupa Ek
Tri Isti Hartini
V
2
= 3V
2
Akibat gerak rotasi :
I = mr
2
<<<
E. rot = I x
2
+ I z
2
Pada sumbu x I
2
x = mx
2
2
2
2
Vx
=

mVx
2
Pada sb.z
2
z = m V2
2
Pada gambar diatomic diatas:
Molekul gas diatomik dapat memberikan kontribusi energi kinetik :
1. Akibat gerak rotasi pada sb. x (1/2 Ix
2
)
2. Arah sb y, karena momen inersia di sb y I <<< maka I y
2
juga <<<
(diabaikan)
3. Akibat gerak rotasi pada sb z (1/2 Iz
2
)
Catatan :

2
E = mV
2
=
r
v
I = mr
2
Momen sepanjang arah sb y gas diatomik mengalami gerak vibrasi dengan energi
vibrasi tda :
Energi potensial : kx
2
Energi kinetik : M (x
1
)
2
Jadi : E vib = kx
2
+ M (x
1
)
Simpangan akibat Vibrasi Masa tereduksi
2 1
2 . 1
m m
m m
m
+

Akibat gerak translasi pada sb. x = MVx


2
y = MVv
2
z = 1/2b MVz
2
dengan k = konstanta pegas pengikat kedua atom
x = simpangan vibrasi
x
1
= laju
M= masa tereduksi
M=
2 1
2 . 1
m m
m m
+
Sehingga :
Tri Isti Hartini
mr
2
=
2
2
r
v
= I
2
Energi total molekul : E. trans + E. rot + E.vib
Etot = m (Vx
2
+ Vy
2
+ Vz
2
) + I wx
2
+ I wz
2
+ kx
2
+ M(x
1
)
2
Dalam hal ini :
mVx
2
= mV y
2
= mVz
2
= KT
I wx
2
= I wy
2
= KT
kx
2
= KT ; M (x
1
)
2
= KT
Energi rata rata translasi =
2
3
KT karena ada 3 derajat bebas translasi (Vx
2
+Vy
2
,
Vz
2
)
Energi rata-rata rotasi = 2. KT karena ada 2 derajat bebas translasi (Wx
2
,Wz
2
)
Energi rata-rata vibrasi = 2. KT karena ada 2 derajat bebas translasi (Ep = Kx
2
=
KT)
Ek = M(x
1
)
2
= KT
Kesimpulan :
Bahwa tiap derajat bebas yang energinya berbanding dengan kuadrat variable bebasnya,
akan menghasilkan energi rata-rata sebesar KT.
Azas ini kemudian dikenal dengan azas Equi Partisi energi (azas bagi rata energi)
Dari hasil di atas kita memperoleh
U =
2
7
NKT =
2
7
nRT hanya dipengaruhi oleh temperatur.
Cv =
dt
du
v =
2
7
nRT
Cp = Cv + nR =
2
9
nR
Dari Cv dan Cp di dapat : =
Cv
Cp
=
7
9
= 1,29
Bandingkan hasil ini dengan nilai yang tercantum dalam daftar/tabel (hasil eksperimen)
Gas
nR
Cp
nR
Cv
nR
Cv Cp
Gas
monoatomik
He
Ne
A
Xe
1,66
1,64
1,67
2,51
2,50
2,51
1,51
1,50
1,51
0,99
0,98
Gas
diatomik
H
2
Ne
O
2
1,41
1,40
3,4
3,50
2,44
2,46
0,99
1,01
Tri Isti Hartini
Et =
2
3
KT +
2
2
KT +
2
2
KT =
2
7
KT
Gas diatomik
= 1,29 (hasil penghitungan)
= 1,41 (hasil eksperimen untuk H
2
yang dipakai)
Re Chek:
Hasil analisa : V =
2
3
nRT
Cv =
dt
dv
v =
2
3
nR
Cp =
2
5
nR
Gas diatomik ada selisih untuk hasil analisa hasil eksperimen = 0,12 untuk itu
perhatikan petunjuk yang berkaitan dengan kapasitas thermal.
Pada temperature (T = 50 K)
nR
Cv
=
2
3
gerak translasi
Antara T 50 K dan T 250 K
nR
Cv
=
2
5
(ada kecenderungan jika T )
T 250 K & T 100K
nR
Cv
=
2
5
, kemudian naik lagi
Ideal PV = RT
P =
V
RT
Persamaan keadaan gas
Real (= nyata)
Persamaan keadaan gas ideal :
1. Gas ideal adalah gas yang ikatan antar molekulnya dapat diabaikan
Tri Isti Hartini
=
3
5
= 1,66 selesai
2. Molekul gas ideal mempunyai titik massa yang tidak mempunyai dimensi
(ukuran)
3. Molekul molekul gas ideal tidsk mempunysi gsys interskdi antar molekul satu
dengan molekul yang lain (jarak antar molekul relatif jauh )
F =
2
2 1
.
R
P P
=
2 1
.P P
4. Setiap gas yang tenaga ikat molekul-molekulnya dapat diabaikan tergantung
akan jenis gas ideal
Pada no 1 dan 2
Volume dan ukuran molekul dapat diabaikan karena dipengaruhi oleh gaya Van
Der Walls PV = RT
Sehingga muncul pada point (3)
Gas real :
2
v
a
P + (v-b) = RT
( V- b ) = P K koefisien koreal
= P K Halten Otto
5. Jika tenaga ikat molekul-molekul gas tidak dapat di abaikan gas tersebut bersifat
sebagai gas ideal ( gas ternyata )
Untuk setiap zat murni terdapat sifat-sifat dan keadaan suatu zat :
1. Variel keadaan tekanan P
2. Variel keadaan temperatur T saling ketergantungan antar variable dapat
3. Variel keadaan Volume V dinyatakan :
4. Massa / massa jenis m f (P,T,V,M) =0 (2,1)
Harga limit
T
PV
yang menjadi titik potong grafik
T
PV
terhadap tekanan P dari
semua temperatur dan semua gas disebut : konstanta gas universal (R) penentuan R
melalui eksperimen yang bertitik tolak pada pengetahuan bahwa gas memiliki
kelakuan termodinamik terbaik terbaik.
Eksperimen lain :
- gas memiliki kelakuan termodinamik terbaik
- nisbah tekanan gas terhadap tekanan gas pada titik tripelnya tidak tergantung pada
jenis gas apabila tekanan tersebut menuju nol ( P = 0 )
Dari hasil percobaan didapat :
- Pada suhu T = T volume V sejumlah nol gas diubah-ubah dan tekanan P dicatat.
( nil ini dilakukan dengan berbagai jenis gas )
- Seluruh percobaan diulang pada suhu yang berbeda-beda yaitu T1, T2, T3,
Tri Isti Hartini
Hasil eksperimen dilakukan sebagai berikut :
T = T1
R = nol H ( V1, V2 )
V = V/ V1 V2 V3 ..Vi
P P1 P2 P3 Pi
PV P1V1 P2V2 P3V3 PiVi
T = T3, T4,
Selanjutnya apabila PiVi dijabarkan terhadap Pi akan diperoleh lingkungan sebagai
berikut
Persamaan keadaan yang paling sederhana antara lain :
persamaan keadaan gas ideal
Persamaan keadaan gas ideal
Persamaan keadaan gas
Persamaan keadaan gas real
Persamaan keadaan gas idela merupakan keadaan yang paling sederhana karena :
1. diperoleh melalui beberapa eksperimen yang diawali dengan analisa grafik hasil
eksperimen untuk menetukan nilai R sebagai konstanta universal.

percobaan yang dilakukan untuk beberapa harga temperatur
dari hasil percobaan ada 2 hal yang harus diperhatikan :
Tri Isti Hartini
1. pada semua temperatur grafiknya memotong sumbu ordinat
T
PV
pada satu titik yang sama
2. grafik dan semua gas memotong sumbu ordinat
T
PV
pada satu titik
yang sama
2. analisa melalui grafik hasil eksperimen
Nisabah tekanan gas terhadap tekanan gas pada titik tripelnya tidak bergantung pada jenis
apabila lim P 0
Yang kita peroleh adalah lingkungan yang sedikit menyimpang dari garis lurus mendatar.
PV = f ( P ) = Ao + A
1p
+ A
2p
2
+ A
3p
3
+
+ . ( 2.2 )
Persamaan keadaan gas nyata (real)
Persamaan (2.2)
Persamaan keadaan gas ideal merupakan deret pangkat dalam P ekspansi Varial
Keterangan grafik :
1. lengkungan (kurva lengkung ) tidak banyak menyimpang dari garis mendatar
maka koefisien vivial A
1
, A
2
, A
3
dan seterusnya adalah sangat kecil termasuk
didalamnya untuk nilai A
o

2. Titik A
o

Titik ini diperoleh apabila dilakukan terhadap ekstrapolasi ke nilai P O
sehingga dengan demikian untuk titik itu diberlaku :
Apabial A
o
dipengaruhi temperatur ?
Apbila A
o
dipengaruhi jenis gas ?
Nilai ini dapat ditentukan dengan melalui pemahaman yang berkaitan dengan :
T = 272,16 lim kalikan ruas kanan dengan = 1
P O
Tri Isti Hartini
A
o
= lim PV
P O
3
P
P
3
V
V
Temperatur gas volume tetap dengan acuan tripel
sehingga di dapat :
T = 273,16 lim
P O
Atau Lim PV = T pengukuran volume pada kondisi triple
P O
A
o
. T
Kondisi Triple P
3
P
3
tekanan gas pada termometer yang temperatur T
3
V
3
V
3
Volume gas pada thermometer yangtemperaturT
3
Perkalian P
3
V
3
= 76 x 13,6 x 480
2
cm
dyne
. 22,4 lt
= 1012928 .
2
cm
dyne
. 22,4 . 10
3
cm
3

= 1012928
2 4
5
10
10
m
N

. 22,4 . 10
-6
m
3

P
3
V
3
= 1012928 . 22,4 . 10
-4
Nm
Atau
P
3
V
3
= 2268,95872 . joule/mol
Sehingga :
T P
3
V
3
= A
o
A
o
= 2268,95872 T
273,16 273
273,16
V P
3 3
=
T
Ao
A
o
8, 30633592 T joule/mol . K
Konstanta universal : konstanta gas umum R : 8,306 joule/mol K
Untuk tekanan rendah ( P O ) maka pers (2.2) akan didapat
PV : A
o
PV : RT (2.3)
Ilustrasi :
Jika dimisalkan suatu gas - massa : N
- Volume : V
- mengandung n molekul
- berat molekul : M
Maka : n :
M
m
V : volume sistem
Dan m : n M v : volume spesifik molal
Tri Isti Hartini
3 3
V P
PV
16 , 273
3 3
V P
V :
n
V
Selanjutnya dapat ditentukan konstanta gas tertentu sebesar R
o
:
M
R
Konstanta universal ( R
2
)
Berat molekul
R = R
o
. M
Sehingga persamaan (2.4)
Atau
... (2.5)
Perlu diketahui bahwa nilai R dan R
o
bergantung pada system satuan yang digunakan.
Dalam system british satuan tek P dinyatakan dalam lb/ft
2

Satuan volume jenis molor ft
3
/atm . mol
Satuan temperatur mutlak T derajat renkine (Rn)
Satuan konstanta universal : R 1545,33 ft.lb
Atm . atm . Rn
Dalam system CGS : R = 8,306 . 10
7
eng/mol . K
SI : R = 8,314 . 10
3
joule/ mol . K
Persamaan keadaan gas ideal dapat juga ditentukan diperoleh dengan melalui Hk . Boyle
dan Hk . Charles
R = 8,314 joule
m
-3
Kmol . K
R = 8,314 . 10
3
joule
Kmol . K
Jika P = atm
Tri Isti Hartini
PV = n R T
PV = n M R
o
T
PV = m R
0
T
V
1
= Vo

.
V = liter R = 0,082051
K mol
lt atm
.
.
1 lt = 10
3
cm
3

= 10
-3
m
3

Dalam system satuan yang lain diperoleh nilai :
R = 1,99 kal/mol . K
R = 15.45,3 lb . ft
Atm . mol . Rn
Persamaan keadaan gas ideal dapat dinyatakan dengan besaran yang berkaitan dengan
nilai banyak molekul (partikel) N
Jika banyaknya molekul (partikel ) adalah mempunyai hasil kali, maka banyaknya mol /
jumlah mol ( n ) dengan bilangan Avogadro (= NA)
Maka diperoleh : N = n . NA
n = N / NA
sehingga : persamaan keadaan gas ideal dapat dituliskan :
PV = N/NA . RT
PV = N. R . T
NA
K = R / NA
Gas memuai pada tekanan tetap = ( P
o
) dari 1 ke 2 mengikuti hukum charles dimana V
1

= V
2
dimana V
1
= V
2
( 1 + t ) dalam hal ini :
t = kenaikan suhu dalam
0
c
= koefisien ekspansi volume gas = 1/273
V
1
= Vo ( 1 + 1/273 t )
V
1
= Vo
273
273 t +

273
T
gas ideal, mula-mula pada suhu To = 273 K
Dari keadaan-keadaan 3, gas mengalami proses / sothermis (pada temperatur tetap)
2 3 : diberlakukan Hukum Boyle
Po V
1
= PV atau
Tri Isti Hartini
PV = N KT
PV = Po Vo T
273
Ingat hipotesis Avogadro :
Setiap 1 mol gas pada tek 1 atm temperatur O
0
c

, volumenya 22,4 l sehingga untuk
n mol gas berlaku :
Substansi PV = Po . n x 22,4 lt . T atm . n . 22,4 lt T
273 K 273 K
PV = n RT
R =
mol.K
lt atm
.
273
4 , 22
R = 0,082051282 atm . lt /mol . K
Persamaan keadaan gas nyata (Van der Walls)
- Gas real (gas nyata = gas sejati) tidak dapat memenuhi
- Makin besar tekanan gas makin banyak gas itu menyimpang dari Hukum
gas PV = n R T
Catatan jika system satuan dinyatakan dalam SI, maka :
P = N/m
2
T = Kelvin
V = m
3
R = 8,314 joule /mol . K
n = Kmol
Beberapa proses yang sering dtemui dalam thermodinamika :
a. Proses isovolumic (Isokhorik = Isomitul)
P =
T
V
nR
.
maka P = C
1
T
Dengan P
1
= tetapan
b. Proses Isobaris
yaitu proses dengan tekanan tetap sehingga dengan demikian proses keadaan gas
ideal dapat ditulis PV = n R T
V =
P
nR
. T
V = P
2
. T P
2
=tetapan
Tri Isti Hartini
Vo = n . 22,4 lt
P = tekanan (atm, pascal)
V = volume ( lt, m
3
)
n = jumlah zat (mol)
R = konstanta gas umum
T = temperatur (K)
c. Proses Isothermis
yaitu proses dengan tekanan tetap sehingga dengan demikian proses keadaan gas
ideal dapat ditulis : PV = n R T
T
PV
= P
3
atau P =
V
P
3
e. Proses adiabatis
yaitu proses tanpa ada proses masuk atau keluar dari system pada proses adiabatis
berlaku :
PV

= C P
1
V
1

= P
2
V
2

TV
-1
= C T
1
V
1
-1

= T
2
V
2

-1

Adalah proses poisson
Diagram PV gas ideal adalah proses adiabatis
T

P
1-
= C
T
1

P
1
1-
= T
2
P
2
1-

Adapun sebab-sebab penyimpangan tersebut diterangkan oleh Van der Walls dengan
teori molekulnya sebagai berikut :
1. molekul gas riil saling tarik menarik dan saling mempengaruhi gaya sesamanya,
yang semuanya ini diabaikan pada gas ideal.
2. adanya gaya intermolukuler, mengakibatkan tekanan yang diamati kurang dari
tekanan ideal, tekanan yang diamati adalah P
2
V
a

3. molekul-molekul itu sendiri mempunyai volume yang menyebabkan volume yang
diamati lebih besar dari volume yang efektif adalah ( V 6 ).
Dapat dituliskan perumusan persamaan Va der Walls untuk 1 mol gas yaitu :
1
]
1

+
2
V
a
P

[ ] b V
= RT . (2.6)
Rumusan molekul :
Tri Isti Hartini
Gaya interaksi antar molekul yang tidak dapat di abaikan
Pada PdanT tertentu dapat dinyatakan menjadi persamaan dalam variabel V pangkat 3
Sehingga ada kemungkinan untuk memperoleh 3 harga /nilai V yang nyata.

Selanjutnya persamaan keadaan gas Van der Walls dapat ditulis :
(2.7)
Proses Siklus
Rangkaian proses proses sehingga akhir proses system akan kembali ke keadaan
awal
Proses siklus diagram P V
contoh :
1. Dalam sebuah tangki yang volumenya 50 dm
2
terdapat gas O
2
pada 27
0
c

dengan
tekanan 135 atm.Berapakah massa gas tersebut ? buat atom oksigen = 16
Penyelesaian :
gunakan persamaan keadaan gas ideal
PV = RT
Jika P = atm
V = Lt maka R = 0,0821
K mol
atm lt
.
.
T = Kelvin
T = 27 + 273 = 300 K
Banyaknya mol gas =
RT
PV
=
k atm lt
lt tm
300 . . . 0821 , 0
) ( 50 ) 1 ( 135
=
63 , 24
6750
mol = 274
mol
Mol.K
O
2
BA = 16 (Ar)
Bm = 32 ( Mr )
Jadi massa 1 mol oksigen 2 x 16 = 32 gr
Massa oksigen dalam tangki seluruhnya adalah m = 32 x 274 = 8768 gr
m = 8,768 kg
Tri Isti Hartini
( PV
2
+ a ) ( V b ) = RTV
2
PV
3
( Pb + RT ) + av ab = 0
2. Berapakah massa jenis gas helium didalam sebuah tangki tertutup dengan tekanan 100
atm dan suhu 27
0
c

.
Penyelesaian :
P = 100 atau 100.76 cm Hg . 13,6 gr/cm
3
. 980 cm/s
2

P = 101202800 dyne/cm
2
= 10120280 N/m
2

P = 1,013 . 10
7

T = 300 K
R = 8,314 joule / mol . K = 8,314
K mol
m N
.
.
Persamaan gas ideal :
PV = RT
V

=
RT
P
=
[ ]
K Nm
m N
300 . 314 , 8
/ 10 . 013 , 1
2 7
=
mol Nm
m N
/ 2 , 2494
/ 10 . 013 , 1
2 7
= 4049 mol / m
3

Mol.K
Massa Helium = 4049 mol/m
3
.
m.He
gr/mol 4004
= 4049 mol/m
3

Sehingga massa gas helium
Per m
3
adalah 16,2 kg
Jadi massa jenis He = P =
V
m
= 16,2 kg/m
3

3. Sebuah tangki bervolume 580 lt berisi gas oksigen pada suhu 20
0
c dan tekanan 1
atm.Tentukan massa oksigen dalam tangki m = 32 gr/mol oksigen sebab-sebab
penyimpangannya tersebut diterangkan Van der Walls dengan teori molekulnya sebagai
berikut :
makin tinggi suhu gas
ketiga titik potong saling mendekati dan pada temperatur kritik ( Tc )
ketiga titik potong itu berimpit pada satu titik. Titik ini kemudian disebut
titik kritik (critical point) cp pada Van der Walls
Tri Isti Hartini
Gambar menunjukkan :
- proses isothermis yang menyatakan
hubungan P dan V
- proses keadaan gas Van der Walls menjadi
persamaan dalam variabel V pangkat 3 ,
sehingga ada kemungkinan didapat 3 harga
V yang nyata
Titik kritik (=cp) pada kurva isotermis Tidak hanya merupakan titik yang
garis singgungnya sebagai V tetapi juga merupakan titik belok pada titik
belok akan berlak syarat untuk harga suhu tertentu Tc

v
p

=
2
2
V
p

= 0 .. (2.8)
Kita coba selesaikan persamaan (2.12) dengan cara menuliskan kembali P . K
Vander Walls dinyatakan P . f ( V )
Yaitu
[ ] RT b V
V
a
P
1
]
1

+
2
Dapat dinyatakan dalam bentuk :
P =
b V
RT

-
2
V
a
(2.9)
Syarat
V
p

-
2
2
v
p

= 0 berlaku
V
p

2
2
V


b V
RT

-
2
V
a
(2.13)
v
p

=
2
) ( b v
RT

+
4
2
v
aV
=
) (
2
b V
RT

+
3
2
V
a
2 3 6
2
2
2
6
) (
2 6
) (
) (
v
a
b v
RT
v
av
b v
b v nRT
v
p

pada critical point berlaku :


2
) ( b Vc
RTC

+
3
2
Vc
a
= 0

2
) ( b Vc
RTC

=
3
2
Vc
a
Dan
3
)
2
b Vc
RTc

-
4
6
Vc
a
= 0
3
)
2
b Vc
RTc

=
4
6
Vc
a
Jika saling dibagi
Maka
3
3
) /( 2
) /(
b Vc RTc
b vc RTc

=
4
3
/ 6
/ 2
Vc a
Vc a
Atau
3
) ( b Vc
RTc

.
RTc
b Vc
2
) (
3

=
3
2
Vc
a

a
Vc
6
4

2
) ( b Vc
=
3
Vc
3 Vc 3b = 2 Vc
Tri Isti Hartini
3 Vc 2 Vc = 3B
Jadi Vc = 3b
Dari persamaan
Pc =
) ( b Vc
RTc

-
3
2
Vc
a

B
RTc
2
-
2
9
2
B
a
Dari persamaan
2RTc =
4
3
) ( 6
Vc
b Vc a
=
4
3
) 3 (
) 2 ( 6
B
B a
=
4
3
81
) 8 ( 6
B
B a
Tc = 48a / 162 . B . R
b R
a
Tc
. 27
8

Selanjutnya dapat dikatakan Pc (tekanan pada critical point) yaitu perhatikan kembali
persamaan (2.9) 2 dan 3, 4diperoleh hubungan sebagai berikut:
Pc =
b Vc
RTc
.
-
2
Vc
a
Pc =
b b
RTc
. 3
-
2
) 3 ( b
a
Atau
Pc =
b
RTc
2
-
2
9b
a
Pc =
3
2
27 . 2
8
b b
ab
-
2
9b
a
Pc =
2
27
40
b
-
2
9b
a
Atau
Pc =
2
27b
a
.. *5
Apakah gas ideal juga memiliki konstanta-konstanta kritis ?
Secara eksperimen penentuan Pc dan Tc lebih mudah dilakukan dibandingkan Vc dapat
ditentukan nilai/harga ..*5 a : 27b
2
ft Pc
..*4 b : 8a/27 RTc
Tri Isti Hartini
Vc
Tc dikenal sebagai konstanta-konstanta
Pc kritis dari suatu zat yang memnuhi
persamaan keadaan gas Van der Walls
Menurut gas Van der Walls
Harga
PcVc
RTc
= 2,67 seharusnya sama untuk semua gas
Tetapi kenyataanya tiap gas mempunyai nilai
PcVc
RTc
yang berbeda beda
sebagai contoh hasil eksperimen penentu nilai
PcVc
RTc
untuk He = 3,06
= 3,27
Untuk gas ideal :
Nilai :
1
PcVC
RTc
gas ideal yang memenuhi persamaan PV = RT
Kesan : berdasarkan hasil-hasil eksperimen itu P . K Vander Walls belum/bukan
merupakan satu-satunya P.K gas yang benar-benar sudah sempurna pada tetapan bebas
akan berlaku syarat untuk harga suhu Tc

,
_

2
2
dv
p d
dv
dp
P . K gas nyata dengan koeff Varial
Dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
Pv = A +
V
B
+ .....
2
+
V
C
(2.10)
Dengan : A,B,C merupakan persamaan temperatur f [T]
Persamaan (2.10) dirumuskan berdasarkan anggapan bahwa antar molekul ada
gaya tarik menarik
Persamaan K. Vander Walls
( ) RT b v
V
a
P
,
_

+
2
Dapat dinyatakan dengan Koet Virial sebagai berikut : P =
2
v
a
b v
RT

Atau PV =
:
v
a
b v
RTV

PV =
v
a
b v
v
RT
1
]
1

PV =
v
a
V
b v
RT
1
]
1


1
PV =
v
a
v
b
RT
1
]
1

1
1
Ingat perumusan Binomial Newton
Tri Isti Hartini
(a + b)
n
= a
n
+ .
! 3
) 2 )( 1 (
! 2
) 1 (
1
! 1
3 3 2 2 1
+

+

+

b a
n n n
b a
n a
b
n
n n n
Sehingga
(1 -
v
b
)
-1
= 1 +
! 1
1
= 1
-1-1
3 . 1
! 3
) 3 )( 2 )( 1 (
! 2
1 ) 1 1 ( 1
3 1
2
2 1

,
_


+
,
_


+
,
_



v
b
v
b
v
b

Didapat
... 1
3
3
2
2
+ + + +
v
b
v
b
v
b
Selanjutnya
PV =
1
]
1

+ + + + ... 1
3
3
2
2
v
b
v
b
v
b
RT
-
v
a
Atau
v
a
V
RTb
v
RTb
RT PV
1
]
1

+ + + ...
3
3
Jadi :
Dalam bentuk koett virial pada Persamaan . K Vander Walls didapat perlakuan
persamaan (2.10) A = RT
B = RTb merupakan f (T)
C = RTb
2

Bagaimana untuk gas ideal (gas sempurna) nilai v , besar sekali mempunyai nilai
PV =
...
a RTB
RT

+
limit
PV = RT dapat disimpulkan : A, B, dan C merupakan fungsi T bila V maka PV = RT
Persamaan . K Bratic Briedgma n :
Rumus yang kita berikan unit Persamaan K. nyata (riil) adalah :
P =
2 2
) (
1 (
v
A
B v
v
z RT
+

(2.16)
Dengan A = A
o
( 1 -
v
a
)
Tri Isti Hartini
B = B
o
(1 -
v
b
) A
o
a, B
o,
b dan c merupakan
konstanta yang
z =
3
VT
e
mempunyai harga berbeda untuk setiap
macam gas
Persamaan K. gas Hallborn dan Otto :
Mengusulkan Persamaan K.gas nyata yang dituliskan sebagai berikut
PV = RT + Bp + Cp
2
+ Dp
3
.. (2.17)
Dengan B, C, dan D f (T) jadi tekanan gas yang relative kecil, p, p
2
, p
3

dapat diabaikan, sehingga gas menjadi gas ideal yang mempunyai bentuk
persamaan keadaan PV = RT
4. Sebuah silinder tertutup berisi gas O
2
volume silinder 2 m
3
suhunya 40
0
c, tekanan
gas (p) 60 atm . dalam persoalan ini dianggap gas sebagai gas ideal.
Hitunglah :
a. berapa kg mol O
2
dalam silinder
b. berapa massa O
2
dalam silinder
c. berapa tekanan gas kalau suhu menjadi 400
0
c

d. pada suhu tetap 40
0
c

sebagian gas dikeluarkan darai silinder sehingga gas
menjadi 10 atm. Tertukar berapa kilomol gas yang keluar.
PROSES/ USAHA KWASI GRAFIK
Kwasi = istilah paduannya kuasi awalan yang mengandung makna seolah-olah
(dianggap/diperlakukan sebagai ) (tapi sebenarnya tidak demikian)
- kuasi-eksp researah
- kuasi-optical-wave (bentuk-bentuk gelombang yng seolah-olah panjang gelombang
yang kecil sekali) gelombang listrik yang sangat pendek
PROSES KWASISTATIK
Sistem yang berada pada keadaan setimbang akan tetap mempertahankan keadaan itu.
Keadaan setimbang untuk menguji atau mengubah keadaan setimbang diperlukan
pengaruh-pengaruh dari luar. Sistem harus berinteraksi dengan lingkungan.
Dalam Thermodinamika dikenal 3 macam interaksi :
1. Melalui usaha luar
2. Melalui pertukaran kalor
3. Melalui keduanya
Tri Isti Hartini
Perubahan yang dialami system dari proses interaksi ini selalu dianggap berlangsung
secara kuasistatik diharapkan perubahan yang berlangsung dicapai dalam tahapan
yang sekecil-kecilnya infinite.
Sedemikian rupa, sehingga perubahan yang terjadi pada system setiap saat proses
berlangsung dalam keadaan setimbang.
Jika keadaan system selalu dapat dinyatakan/ ditulis pada
setiap keadaan/ tahapan proses.
Yang system mengembang proses harus lamban pada setiap
pers f (p.v.t) = 0 tetap berlaku
Andaikan proses berlangsung secara non kwasistatis Perubahan volume gas secara
mendadak yang akan terjadi di dalam gas.
1. Munculnya aliran-aliran turbulat aliran fluida yang kondisinya dapat
mengakibatkan munculnya arus balik / arus
putar.
Proses kwasistatik tidak akan pernah dijumpai di alam idealisasi yang
digunakan dalam termodinamika.
2. Pengembunan
USAHA KUASISTATIK
Pada setiap sistem (missal suatu gas),ada dua jenis usaha :
Tri Isti Hartini
1. Usaha luar
2. Usaha dalam berarti ada interaksi antar partikel gas atau ada difusi dari
bagian satu ke bagian yang lain dari system. (akan dibagi lebih banyak dalam
fis. statistik).
Thermodinamika hanya berkisar cenderung mengenal usaha luar.
Perhatikan ilustrasi berikut
Untuk mendorong pengisap keluar
mendorong udara diperlukan usaha
agar system dapat dikatakan melakukan
usaha luar, maka harus ada sesuatu yang
dilawan, missal : gesekan, massa, massa
pegas, gaya gravitasi, viskosi tekanan
penghisap luar.
Selanjutnya kita coba menurunkan perumusan usaha pada system gas
dalam tabung mempunyai koordinat : p,v,T
gas
melakukan gaya pada pegas penghisap
F
=p. A. X, sedangkan
usaha luar mengadakan gaya
F
-1
Diandaikan :
F
>>
F
-1
Maka : pengisap terdorong keluar sejauh d x
Sistem gas melakukan usaha : dw =
F
. d x = F dx
atau : dw = p . A dx
Catatan 1
i).berlaku proses kuasitatik, dengan kuasistatik
Pada proses kuasistatik p. diisikan dari persamaan keadaan sistem yang berlaku
misal apabila gas bersifat ideal; berlaku: PV = nRT
P =
V
NRT
dw =
V
NRT
dv
Pada proses non kuasistatik
Tri Isti Hartini
dw = p . dv
Tidak ada persamaan keadaan yang dapat melukiskan system maka dalam hal
inisecara aproksimasi dapatdinyatakan : P yang diambil adalah P pada akhirproses
tekanan udara luar.
Catatan 2
ii). Perhatikan : dw
Dapat dibuktikan melalui persyaratan syarat euller (bahwa dw bukan deferensial
eksak artinya bukan diferensial yang berasal di suatu fungsi)
Perhatikan kembali :
dw = P dv
dapat juga dituliskan : dw = P dv + O dv
M N
Jadi dari persamaan ini M (p,v) = P ; N (p,v) = 0
Sehingga diperoleh :
(
ap
aM
)
v = 1 ; (
aV
aN
)p = 0
Dapat disimpulkan bahwa : dw bukan differensial eksak
ap
aM

aV
aN
Catatan 3
iii) KONVENSI TANDA
Jika system (gas) mengembung (berekspansi) dv adalah positif (+), dw adalah
negatif (-)
Sistem gas melakukan usaha pada lingkungan.
Gas mengeluarkan usaha usaha dihitung negatif
Sehingga dapat ditulis kembali : dw = -p.dv (usaha dihitung negative jika energi
keluar dari system)
Padagas yang berkembang (menekspansi) dw = negatif
Tri Isti Hartini
Tidak kita peroleh dengan mendefersialisasi fungsi w.
Berarti bahwa dw bukan deferensial eksak.
Tetapi dw adalah usaha luar dalam jumlah yang sangat kecil
Apabila gas ditekan (dikompresi) dw = positif
Kita andaikan gas berubah secara karakteristik dari Vi ke Vf
Misal : Volume gas berubah secara kuasistatik dari Vi ke Vf
Maka :
Wif = -

f
i
pdv
= -p (Vf Vi)
Usaha yang terlihat pada proses
Jika Vf > Vi maka Wif negative (gas melakukan usaha luar) system gas
berekspansi kwasitatis, system gas melakukan usahaluar.
Vf<Vi maka Wif positif (lingkungan mengadakan usaha pada system)
sistem gas mengalami kompresi kwasitatis , system menerima
usaha dari lingkungan.
Perlu diingat : pada proses kwasitatis p dismbil dsri proses keadaan gas. P = P
(V,T) Sehingga W = -

f
i
P[V,T] dv = -

f
i
p dv
Catatan 4
iv). DIAGRAM P.V
Dari W sebagai luas,W bergantung pada jalan/ lintasan proses yang ditempuh.
Menurut Kalkulus

p dv = luas yang diarsir di bawah kurva.


Perhatikan gambar : kurva pada gambar tersebut
memberi gambaran [meski tidak jelas] proses
= suhu tidak kembali dapat diketahui dari
persamaan keadaan.
Tri Isti Hartini
Menurut konversi tanda yang berlaku : Wif
(1) adalah negative (system berekspansi
(sistem melskuksn usaha luar).
Tuliskan komentar anda pada gambar (2)
Wif = (-) system melakukan usaha luar
Wif (2) = (-)
Wif (1) = Wif(2)
Pada Proses (3)
Wif = -

p dv adalah positif karena


lingkaran mengadakan usaha pada system
system mengalami proses kompressi.
Vi > Vf =

vf
vi
p
dv = -p (Vf-Vi)
-p(Vf-vi) = p(Vi-Vf)
Wif
2 =
-Wif
3
Pada gambar tempak serangkaian proses sedemikian rupa, sehingga keadaan akhir proses
sama dengan keadaan awal rangkaian proses disebut siklus W siklus = luas siklus
pada diagram PV
Tijauan :
Pada gbr A = system mengalami proses 12 dari keadaan mula-mula (1_ dan proses
2-1 kembali ke keadaan mula-mula.
Dapat ditentukan :
W Total = W
12
+ W
2-1
= luas bidang 1-2 V
2
V
1
1
+ luas bidang 2.1V
2
V
1
1
Tri Isti Hartini
Negatif >> Positif <
W Total : negatif
Pada gambar B : sistem mengalami proses 2-1 dari keadaan mula-mula (2_ dan
proses 1-2 kembali ke keadaan mula-mula.
Dapat ditentukan :
W Total = W
2-1
+ W
1-2
= Luas bidang 2-1V
1
V =

2 + luas bidang
2
V
2
V
1
Positif Negatif
W Total = Positif (Luas bidang yang diarsir merah positif)
Contoh Soal :
2 Mol gas ideal pada suhu 0
0

C diekspansi secara
kuasistatik dari volume mula-mula 1 lt menjadi 4 lt
tentukan : usaha yang diperlukan (nyatakan dalam R)
apabila proses bersifat :
a. isobarik (proses AB)
b. isothermis (proses A-C)
c. Hitung WBC
d. Hitung usaha dalam siklus ABCA
Penyelesaian :
PAVA = nRT
PA = nRTA

VA
nRTA

3
10
273 . 2R
564.10
3
R
a. WQB =

VB
VA
P 1
dv
= -546.10
3
R (VB-VA)
= -546. 10
3
R (4.10
-3
-1.10
-3
)
= -1638 R (luas persegi panjang di bawah AB)
Tri Isti Hartini
b. WAC P =
V
nRT
Sehingga WAC =


VC
VA
VC
VA
v nRT dv
V
nRT
ln
= -2 R273 ln
4 ln 546R
VA
VC

WAC = -756,92 R
c. WBC =

dv p
karena isovolumic, maka v tetap dv = C
Jadi WBC = 0
d. Usaha dalam siklus ABCA adalah
WABCA = WAB +WBC+WCA
= - 1638R+0+756,92R
= - 821,08 R
Jadi WABCA = -821,08 R system melakukan usaha
LATIHAN SOAL :
1. Perhatikan gambar
Hitunglah : Wiaf; Wibf dan Wif dengan cara :
a. mengevaluasi integral p dv
b. menghitung luas di bawah kurva
c. hitung pula : Waf bia ; Wafia dan Wifai
Jawab:
a. buktikan bahwa usaha yang dilakukan gas dapat ditulis sebagai
b. periksa : apakah dw ini bersifat eksak atau tidak?
Tri Isti Hartini
BAB III
Kalor dan perpindahan kalor secara kuatisasi
Ada sesuatu yang berpindah dari sistem yang bertemperatur tinggi menuju ke
system yang bertemperatur rendah yang menyebabkan pemerataan suhu.
Besaran fisis yang berpindah pada kontak thermal antara dua system berlainan suhu
disebut kalor adalah energi (usaha) dinyatakan dengan satuan joule dahulu satuan
kalor dinyatakan kalori dengan nilai :
1 kalori = 4,2 joule
1 joule = ..kal
Dari percobaan-percobaan
Ramford
Joule
Robert Manguis
Bagaimana kalor berpindah secara kuasistatik?
Tri Isti Hartini
Kemudian dapat disimpulkan kalor adalah energi
Ingat kembali bahwa: system dapat berinteraksi dengan lingkungan melalui dan
atau melalui pertukaran kalor adanya kontak/interaksi thermal supaya dapat
berlangsung secara kuasistatik.
Interaksi thermal Dapat berlangsung pada suhu tetap dapat terjadi antara system
dengan if
Disertai kenaikan temperatur memerlukan tak berhingga
R yang masing-masing berbeda suhu sedikit.
Supaya dapat berlangsung secara kuasistatik diperlukan reservoir kalor
Tandon Kalor
Reservoir Kalor : sistem yang demikian (besarnya) sehingga suhu atau koordinat
yang lain tidak : berubah meskipun system tersebut menerima atau
melepas sejumlah kalor.
Ex : - atmosfer
- samodra
- lingkungan atau benda-benda lain yang berukuran besar dibandingkan
dengan ukuran system itu sendiri.
Perumusan Hukum Pertama Thermodinamika
Kerja Adiabatik (Wad) dan energi dalam Usaha adiabatik = Usaha yang dilakukan
pada system itu sendiri.
Proses adiabatik
Proses yang berlangsung tanpa ada perubahan kalor antara sistem dengan
lingkungan.Dapat dilakukan dengan cara mengisolasikan system dari lingkungan. Sistem
ini dilindungi dinding adiabatic.
Ada 3 cara yang dapat dilakukan pada system secara adiabatic al:
Usaha yang diperlukan ternyata tidak bergantung pada cara yang dilakukan selama
cara tersebut adalah Cara Adiabatik Kuasistatik.
Usaha hanya dipengaruhi keadaan awal dari keadaan akhir sistem
Tri Isti Hartini
Wad =

f
i
dv p
Ada besaran fisis yang merupakan koordinat sistem fs keadaan energi dalam
sistem= U
Sehingga : Wad =

f
i
dv p
= -(uf-ui) = ui-uf
atau
perubahan energi dalam : u Wad = 0 rumusan HPT untuk proses adiabatik
energi dalam : adalah jumlah energi yang dimiliki partikel-partikel sistem.
Sehingga energi dalam seluruh sistem
U =

N
i
Ei
1
Dengan :
N : Jumlah pertikel dalam sistem
Ei : Energi tiap partikel (dapat berupa enefgi kinetic , rotasi, &
magnetic, vibrasi dll)
Karena U Energi dalam yang merupakan fungsi keadaan sistem
Maka U dapat dilihat sebagai fungsi dari dua variabel (2 koordinat sistem)
ex:
U = U
1
(p,v) dU
1
=
v
dP
dU
dp +
p
dv
dU
dv
U = U
2
(V,T) dU
2
=
T
dv
dU
dv +
v
dT
dU
dt
U = U
3
(T,P) dU
3
=
P
dT
dU
dT +
T
dP
dU
dp
Ketiga dU diatas bersifat sebagai diff eksakt sehingga

f
i
du = Uf . Ui
dan
du
= 0
Proses H.P.T secara umum
Pada dasarnya energi dalam sistem (U) dapat diukur dengan :
1. mengukur Wad
2. di dalam praktek diukur dengan cara non adiabatic
3. sistem itu diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan lingkungan interaksi
thermal
Tri Isti Hartini
Untuk mencapai U yang sama, jelas diperlukan W
yang berbeda.
Wad. W non ad.
Sehingga U Wnon ad. = Q akan menaikkan energi dalam sistem (Upositif)
U W non.ad. 0 & Q = positif sistem menyerap kalor.
Ruas kanan tidak lain adalah kalor yang terlihat dalam proses non adiabatic
Rumusan hukum pertama Thermodinamika secara umum.
adalah perumusan hokum I thermodinamika
Berlakunya H.K.E dalam thermodinamika
Dapat berlaku untuk segala proses : kwasi statis, non kwasistatis, isothermal.
Penulisan dalam bentuk diff : isobaric dsb
atau :
untuk proses kwasistatik dw = -p dv
Catatan : Konvensi tanda D mengikuti konversi tanda W
Jika sistem diberi/ menyerap kalor.
Sebagian Energi dipanaskan untuk menaikkan energi dalam sistem
[U=(+)]
Sisa energi digunakan untuk melakukan usaha luar [W = (-)]
Jadi pada rumus diatas hukumb I thermodinamika non adiabatis D =
(+)
Kapasitas Kalor
Tri Isti Hartini
U Wn.a.Q
du dw = dQ
dQ = dU + p.dv
Apabila sistem menyerap kalor sistem mengalami kenaikan suhu maka
kenaikan sistem memiliki kapasitas kalor.
C sistem =
suhu kenaikan
diserap yang kalor
=
t
Q

[J.K
-1
]
atau :
C sistem = Q = dQ
t dT
Kapasitas kalor spesifik :
m
e
(j.k
-1
kg
-1
)
Kapasitas kalor spesifik molr : e* =
n
e
(j.k
-1
mol
-1
)
Ada 2 macam kapasitas kalor :
Cv vol tetap
Cp p tetap
Cv =
v dT
dQ
dan Cp =
p dT
dQ
Merupakan fungsi koordinat hanya hitungan-hitungn dalam soal
yang dianggap tetap.
Hubungan antara Cp dan Cv adalah :
dQ = dV + p dv
dT
dQ
=
dT
dV
P
dT
dV
+
Jika perubahan sukar berlangsung pada V tetap, maka :
0 +
dT
dU
dT
dQ
v
Sehingga Cv =
v v
dT
dU
dT
dR

= f (t.v) Cv adalah fungsi koordinat


Cv=dT=dQ
v
Cp* = Cv* + R
atau
Cp* - Cv* = R atau Cp-Cv = nR
Untuk gas ideal yang mengalami proses adiabatis dQ = 0 sehingga HPT dapat ditulis :
dU - pdv = 0
atau
dU = -pdv
Pdv = -PCv* dT dT =
* Cv P
dV P

Tri Isti Hartini


Lim
t0
Kembali persamaan gas I
Pv = nRT
Pdv + Vdp= nRdT
atau Pdv + Vdp = nR
rCv
Pdv


*
.
nCv
dv
pv
nRP
p
dp
v
dv
+

0 .
*
+
p
dp dv
cv
p
v
pv
1 +
p
dp
v
dv
CV
R

*
= 0
0
*
3
+
+
p
dp
v
dv
Cv
R Cv
Ungkapan untuk Cp
Jika dianggap : U= U(T,V)dU =
dv
dV
dU
dT
dT
dU
T v
+
Kaitkan dengan HPT dQ = dU + PdV
dQ =
P
dv
dU
dT
dT
dU
T v
+ +
dv

dT
dv
P
dv
du
dT
dU
dT
dQ
T v
+ +
maka:
P
T
P dT
dV
P
dV
dU
Cv
dT
dQ
+ +
Cp = Cv +
P
dT
dv
P
dV
dU
T
+
Atau
P
dt
dv
Cv Cp
dv
dU
p
T

dengan H.P.T dapat diturunkan beberapa : PV

= tetap dengan cara sebagai berikut :


dQ = du + dV
atau
dT
dv
P
n dT
dU
n dT
dQ
n
P
1 1 1
+
Jika :
P tetap
Tri Isti Hartini
PV=nRTPdv+vdp=nRd
Cv dTv = dQv
Cu dTv = dU
Maka :
P
P P
dT
dv
P
n dT
dU
n dT
dQ
n
1 1 1
+
ndT
nRdT
n dT
dU
n
Cp
n
P
1 1 1
+
0
*
*
+
P
dP
v
dv
Cv
Cp
In V + InP = InC
PV

= C Hukum Poisson I
Selanjutnya dapat pula ditentukan energi antara temperature dan volume gas ideal
pada proses adiabatis sebagai berikut :
Lakukan substitusi : PV = nRT P =
V
nRT
Hub PV

= e
Didapat :
e V
V
nRT

.
T . V
-1
V

= e/nR = e
atau T . V
-1
= e Hukum Poisson II
Coba buktikan :
Tp
e

1
Hukum Poisson III
Latihan Soal
1. Sistem diagram P-V melalui lintasan lurus dari A ke B
Tentukan beberapa usaha yang dilakukan sistem dengan 2 cara
1. integral
2. Mencari luas
2. Suatu gas dalam diagram P.v mengalami proses siklus menempuh jarak dari titik A ke
B dan C kemudian kembali ke titik semula
Tentukan usaha yang dilakukan a dalam proses siklus
itu
Tri Isti Hartini
3. Gas Nitrogen memenuhi gas ideal (PV = nRT). Jika massa gas Nitrogen 84 gr
memuai secara isothermal pada suhu 27
0
C dari volume 4.000 cm
3
ke 8.000 cm
3
.
Tentukan usaha yang dilakukan gas (R=3,32 .10
7 erg/mol K
)
4. Gas memenuhi persamaan keadaan P (v-b) =RT

memuai isothermal dari V
1
ke V
2
Berapa usaha yang dilakukan gas.
Berapa usaha yang dilakukan gas van der walls yang memuai isothermal dari V
1
ke
V
2
.
5. Kalor jenis mol kebanyakan zat dinyatakan dengan persamaan
Cp = a + 2bT CT
-2
a dan b tetap
T dinyatakan dengan Kelvin.
Apabila terdapat n mol zat
Tentukan :
a. Jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat itu dari T
1
ke T
2
pada
titik tetap
b. Berapa kalot jenis Cp rata-rata antara suhu T
1
dan T
2
6. Sebuah silinder tertutup berisi 100 mol gas hidrogen. Panas jenis molar H pada
volume tetap 4,88 kal/mol
0
C. Bila zat itu dipanaskan pada volume tetap sampai 100
0
C
berapakah perubahan energi pada zat itu.
Tri Isti Hartini
BAB IV
KONVENSI TANDA
Lama
Dapat dihitung :
Wif =

1
3
dv p
Wif = P
(3-1)
= 2P Joule
W
+
sistem (gas) mengembang
volume bertambah
dv = positif
W = (+)
Baru
Wif =


f
i
dv p dv p
3
1
= -P
(3-1)
= -2p Joule
W
(-)
sistem gas mengalami
ekspansi
dv = positif W = (-)
Q (+) panas diserap sistem. Ada
sebagian energi keluar dari sistem
sistem melakukan usaha luar pada
lingkaran (sistem mengeluarkan usaha)
Di dapat :
Wif =

1
3
dv p
Wif = P(1-3) = -2P
W
-
sistem (gas) ditekan
volume berkurang
Kompressi volume berkurang
dv = negatif
W = (-)
Wif =


f
i
dv p dv p
1
3
= -P(1-3) = +2 Joule
W
(+)
sistem (gas) ditekan mengalami
kompresi volume gas berkuran
dv = negatif W = (+)
Q = (-) panas keluar dari sistem
Tri Isti Hartini
Lama
Judul Paper Kecil :
Konvensi Tanda
(suatu kajian)
Diagram Pv; W sebagai luasan, W bergantung lintasan/ proses hubungan dan kaitannya
dengan H.P.T
Tri Isti Hartini
DAFTAR PUSTAKA
Zemarsy, MW And Buku literature B; Darmawan Termodinamika
Budy Jrs Fisika FMIPA ITB
FW. Sears An Introduction to thermodinamis the kinetic theory of Gases
And Statical Mechanics.
Harsoyo SN 1990 Panas & Termodinamica Yogyakarta FPMIPA UGM
Tri Isti Hartini

Anda mungkin juga menyukai