Disusun Oleh :
Nama : Hadinda Putri Situmorang
Kelas : VIII-1
NIS : 9665
Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia didukung oleh revolusi industri. Awalnya, bangsa
tersebut kesulitan mendatangi Indonesia karena transportasi yang terbatas. Namun,
perkembangan revolusi industri yang ada berhasil melahirkan penempuan baru seperti mesin
uap. Teknologi tersebut pun memudahkan bangsa Barat untuk melakukan pelayaran ke
Indonesia.
Sebelumnya, konstantinopel dikuasai oleh Kekaisaran Romawi Timur sehingga bangsa Barat
bebas berdagang. Namun, mereka mulai kesulitan berdagang setelah konstantinopel dikuasai
oleh Turki Usmani. Bangsa Barat pun memutar otak untuk tetap berdagang. Akhirnya, mereka
memutuskan untuk mencari jalur perdagangan di luar kawasan laut tengah untuk mendapat
sumber asli rempah-rempah.
Menurut Miskuindu AS dalam Diktat Sejarah Nasional Indonesia (2019), perlawanan terhadap
Bangsa Portugis didasari karena keserakahan mereka dan monopoli perdagangan yang terjadi di
beberapa daerah, seperti Aceh dan Maluku. Perlawanan ini juga disebabkan oleh beberapa hal
lainnya, yaitu:
Bangsa Indonesia merasa geram dengan tindakan Portugis dalam memonopoli perdagangan. Maka
dari itu, rakyat Indonesia melakukan berbagai upaya perlawanan terhadap Portugis.
Saat itu masyarakat Aceh berhasil mempertahankan diri dari pengaruh maupun desakan bangsa
barat, termasuk Portugis. Salah satunya dengan tetap mengangkut rempah-rempah ke India dan
Laut Merah, sekalipun Portugis melakukan serangan. Upaya Portugis dalam mencegah atau
menghentikan pedagang Aceh tidak berhasil. Karena kapal milik Aceh lebih canggih, gesit dan
dilengkapi senjata serta prajurit. Tidak hanya itu, Aceh juga meminta bantuan dari Turki serta India.
Perlawanan Kerajaan Aceh berhasil dilakukan saat Sultan Ali Mughayat Syah memimpin kerajaan
tersebut. Setelah itu, perlawanan dilanjutkan oleh Sultan Alaudin Riayat Syah al-Qahar dengan
meminta bantuan Turki.
Monopoli perdagangan Portugis di Malaka sangat mengganggu aktivitas perdagangan para saudagar
Muslim di lokasi tersebut. Akhirnya Kerajaan Demak beserta saudagar Muslim lainnya bersatu untuk
melawan Portugis. Perlawanan Kerajaan Demak berhasil dilakukan saat Fatahilah mengusir Portugis
dari Pulau Jawa. Sebelumnya, perlawanan Kerajaan Demak juga pernah dilakukan oleh Sultan
Trenggono dan menemui keberhasilan pula.
Pada 1565, rakyat Ternate di bawah kepemimpinan Sultan Hairun melakukan perlawanan terhadap
Portugis. Untuk membendungnya, Portugis menggunakan cara licik untuk menangkap dan
membunuh Sultan Hairun. Hal ini semakin membuat rakyat Ternate marah. Saat Sultan Baabullah
memimpin perlawanan tersebut, mereka berhasil menahan dan merebut benteng milik Portugis.
Orang Portugis yang ditawan akan dibebaskan oleh Sultan Baabullah jika bangsa Portugis
meninggalkan Ternate. Akhirnya Portugis meninggalkan Ternate dan menetap di Timor Timur hingga
1975.
Sumber : Kompas.com - 03/03/2021, 18:43 WIB
1. Perang Padri
Perang Padri diawali dengan konflik antara Kaum Padri dengan Kaum Adat terkait pemurnian agama
Islam di Sumatera Barat. Kaum Adat masih sering melakukan kebiasaan yang bertentangan dengan
Islam, seperti berjudi dan mabuk-mabukan. Kaum Padri yang terdiri dari para ulama menasihati
Kaum Adat untuk menghentikan kebiasaan tersebut, Kaum Adat menolaknya, sehingga terjadi
perang yang berlangsung tahun 1803 – 1821. Perang diakhiri dengan kekalahan Kaum Adat. Kondisi
tersebut lalu dimanfaatkan Belanda untuk bekerja sama dengan Kaum Adat guna melawan Kaum
Padri. Belanda memang bertujuan untuk menguasai wilayah Sumatera Barat. Salah satu tokoh
pemimpin Kaum Padri adalah Tuanku Imam Bonjol. Fase perang ini berlangsung tahun 1821 – 1838.
Tuanku Imam Bonjol lalu mengajak Kaum Adat agar menyadari tipuan Belanda dan akhirnya bersatu
melawan Belanda. Perang diakhiri dengan kekalahan di pihak Padri dan Adat karena militer Belanda
yang cukup kuat.
Perang ini terjadi akibat protes Belanda terhadap Hak Tawan Karang, yaitu aturan yang memberik
hak kepada kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas kapal asing beserta muatannya yang terdampar
di Bali. Protes ini tidak membuat Bali menghapuskan Hak Tawan Karang, sehingga perang puputan
(habis-habisan) antara kerajaan-kerajaan Bali yang dipimpin I Gusti Ketut Jelantik dengan Belanda
terjadi. Belanda berhasil menguasai Bali karena kekuatan militer yang lebih unggul.
4. Perang Diponegoro
Perang Diponegoro adalah perang terbesar yang dialami Belanda. Perlawanan ini dipimpin Pangeran
Diponegoro yang didukung pihak istana, kaum ulama, dan rakyat Yogyakarta. Perang ini terjadi
karena Belanda memasang patok-patok jalan yang melalui makam leluhur Pangeran Diponegoro.
Perang ini terjadi tahun 1825 – 1830. Pada tahun 1827, Belanda memakai siasat perang bernama
Benteng Stelsel, yaitu setiap daerah yang dikuasai didirikan benteng untuk mengawasi daerah
sekitarnya. Antara satu benteng dan benteng lainnya dihubungkan pasukan gerak cepat, sehingga
ruang gerak pasukan Diponegoro dipersempit.
Dampak dari imperialisme dan kolonialisme juga memicu rasa nasionalis dan cinta tanah air rakyat
Indonesia, sehingga bersatu untuk melawan penjajah akibat adanya penindasan. Imperialisme dan
kolonialisme bangsa Eropa terhadap Indonesia ini berdampak pada seluruh aspek baik aspek politik,
ekonomi, maupun sosial budaya. Berikut penjelasan lebih lanjut dari dampak perkembangan
imperialisme dan kolonialisme di Indonesia!
1. Bidang Politik
Perubahan yang sistem politik dan pemerintahan yang signifikan ini menyebabkan hilangnya
kekuasaan politik dari para penguasa Indonesia ke tangan Belanda. Adapun beberapa dampak
imperialisme dan kolonialisme di Indonesia dari sisi politik antara lain:
Penerapan sistem indirect rule atau sistem pemerintahan tidak langsung dengan menjadikan para
bupati sebagai penguasa VOC.
Dampak imperialisme dan kolonialisme Belanda juga berdampak pada bidang ekonomi. Dimana,
salah satu tujuan mereka menguasai Indonesia untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya
dengan mencari uang dan mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan beberapa faktor yaitu :
Adanya sistem tanam paksa yang diterapkan oleh Belanda terhadap masyarakat Indonesia.
Diberlakukannya sistem sewa tanah karenanya terjadilah perubahan dari sistem ekonomi
barang ke sistem ekonomi uang.
Belanda membangun fasilitas umum dengan memperkerjakan masyarakat Indonesia pada
kerja rodi.
3. Bidang Sosial Budaya
Dalam sisi perkembangan sosial budaya, kebudayaan masyarakat Indonesia terhadap masa
imperialisme dan kolonialisme juga mengalami perubahan. Dampak yang dirasakan salah satunya
adalah dengan berubahnya pola hidup masyarakat Indonesia akibat pengaruh bangsa eropa. Hal
tersebut disebabkan dengan adanya beberapa faktor antara lain :
Berpindahnya fokus masyarakat pada bidang sosial budaya akibat hilangnya perann politik
dari para penguasa.
Ikatan tradisi melemah akibat beberapa upaca adat yang disederhanakan.
Hilangnya kekuasaan tradisional akibat dihilangnya status raja oleh Belanda dan digantikan
sebagai pegawai pemerintahannya.
4. Bidang Pendidikan
Belanda memajukan perkembangan pendidikan bagi rakyat Indonesia dengan tujuan untuk
menghasilkan pegawai administrasi yang berpendidikan dan bisa dibayar dengan upah minimal.
Dengan begitu, maka Belanda akan banyak mendapatkan keuntungan dipihaknya. Dampak
imperialisme dan kolonialisme dalam bidang pendidikan antara lain: