Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FISIKA STATISTIKA

STATISTIKA BOSE-EINSTEIN

OLEH :

M.AINUN ALWASILAH F1B116055


ALIA RUSALNI F1B117001
WA ODE AYU ASRIANI F1B117021
ARDY ANSYAH PATTA F1B117026
TALIB F1B117038
ONGKI WINARJO F1B117049
RESKI AULIA RAMADHAN F1B117053
NURUL HIDAYATULLAH F1B117056

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLE

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat, rahmat, dan
hidayat-Nya sehingga penyusunan makalah tugas mata kuliah fisika statistika :
STATISTIKA BOSE-EINSTEIN dapat diselesaikan. Tidak lupa kami menyampaikan
terima kassih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penulisan ini.
Kami menyadari atas segala kekurangan dalam penulisan materi ini, karena itu sangat
diharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian.

Kendari, November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR………………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang……………………………………………………………………..
1.2. Rumusan
Masalah………………………………………………………………….
1.3. Tujuan…………………………………………………………………………
…...

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1. Statistika Bose-Einstein……………………………………………………………
2.2. Sifat Dasar Boson………………………………………………………………….
2.3. Konfigurasi Boson Dan Konfigurasi Maksimal…………………………………...
2.4. Parameter α Untuk Photon Dan Phonon…………………………………………..

BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………………...
3.2. Saran……………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam mekanika klasik, setiap partikel dianggap sebuah titik dalam ruang
fasa. Sistem yang tersusun oleh partikel-partikel tidak identik dan mematuhi
hokum-hukum fisika klasik dapat didekati dengan statistik-Boltzmann.
Sedangkan pada sistem yang tersusun oleh partikel-partikel identik, hukum-
hukum fisika klasik tidak cukup memadai untuk mempresentasikan keadaan
sistem dan hanya dapat di terangkan dengan hukum-hukum fisika kuantum dan
dapat menggunakan pendekatan statistik modern, salah satunya adalah statistika
Bose-Einstein. Statistika Bose-Einstein, fenomena kondensasi Bose-Einstein,
merepakan kondisi dimana suatu zat memiliki sifat baru, dimana seluruh
partikelnya berada pada energy paling rendah. Kelahiran Statistika Bose-
Einstein,terilhami oleh surat yang ditulis Bose yang di kirimkan ke Einstein pada
tahun 1924. Pada surat itu,Bose menjelaskan hokum planck tanpa mengacu pada
fisika klasik. Yang Einstein,mengacu pada karya Bose memperluas ke teori atom.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah Statiska Bose-Einstein adalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Statistika Bose-Einstein?
2. Sifat apakah yang terdapat pada Statistika Bose-Einstein?
3. Bagaimana menentukan konfigurasi boson dan konfigurasi maksimum pada
Statistika Bose-Einstein?
4. Bagaimana parameter α untuk photon dan phonon?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah Statistika Bose-Einstein adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Statistika Bose-Einstein.
2. Untuk mengetahui sifat dasar yang terdapat pada Statistika Bose-Einstein.
3. Untuk menentukan konfigurasi boson dan konfigurasi maksimum pada
Statistika Bose-Einstein.
4. Untuk mengetahi parameter α untuk photon dan phonon.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Statistika Bose-Einstein
Dalam statistika kuantum, Statistika Bose-Einstein adalah salah satu
dari dua cara yang memungkinkan dimana sekumpulan partikel yang sepadan
dan tak saling berinteraksi dapat menduduki sebuah set dari keadaan energi
diskret yang tersedia. Teori perilaku tersebut dikembangkan pada 1924-1925
oleh Satyendra Nath Bose yang mengakui bahwa sekumpulan partikel
sepadan dan identik dengan cara ini. Gagasan tersebut kemudian diadopsi dan
di perluas oleh Albert Einstein dalam kolaborasi dengan Bose.

2.2 Sifat Dasar Boson

Partikel semacam ini dikenal dengan partikel klasik. Contoh partikel


klasik adalah atom dan molekul gas. Dapat dibedakan disini bukan berarti kita
dapat melihat dengan mata telanjang bahwa jika ada dua partikel maka kita
dapat membedakan mana partikel A dan mana partikel B. Dengan mata
telanjang atau bahkan dengan mikroskop pun kita tidak dapat membedakan
satu partikel dengan partikel lainnya. Dapat dibedakan di sini hanya dari sudut
pandang teori (konsep). Jika ada dua partikel yang memiliki energi berbeda
dipertukarkan maka kita menganggap akan mendapatkan penyusunan yang
baru.

Kalau kita melangkah ke partikel sub atomik seperti proton dan


electron maka sifat dapat dibedakan menjadi hilang. Pertukaran dua partikel
yang menempati tingkat energi berbeda tidak menghasilkan jenis penyusunan
baru. Dikatakan partikel-partikel ini tidak terbedakan.

Sifat partikel sub atomik yang tidak dapat dibedakan dapat dipahami
dari konsep gelombang partikel. Panjang gelombang De Broglie partikel-
h
partikel tersebut memenuhi λ= dengan m massa partikel dan v laju
mv
partikel. Karena m untuk partikel sub atomik sangat kecil maka panjang
gelombang λ cukup besar. Panjang gelombang yang besar menyebabkan
fungsi gelombang dua partikel yang berdekatan tumpang tindih (berimpi-tan).
Kalau dua fungsi gelombang tumpang tindih maka kita tidak dapat lagi
membedakan dua partikel yang memiliki fungsi-fungsi gelombang tersebut.
Kondisi sebaliknya dijumpai pada partikel klasik seperti molekul-
molekul gas. Massa partikel sangat besar sehingga λ sangat kecil. Akibatnya
tidak terjadi tumpang tindih fungsi gelombang partikel-partikel tersebut,
sehingga secara prinsip partikel-partikel tersebut dapat dibedakan.

Akan kita lihat nanti bahwa pada suhu yang sangat tinggi partikel sub
atomik berperilaku seperti partikel klasik. Pada suhu yang sangat tinggi
kecepatan partikel sangat besar sehingga panjang gelombangnya sangat kecil.
Akibatnya, tumpang tindih gelombang partikel-partikel menjadi hilang dan
partikel menjadi terbedakan.

Sistem kuantum yang akan kita bahas ada dua macam, yaitu boson dan
fermion. Boson adalah sistem yang memiliki spin kelipatan bulat dari ћ.
Sistem ini tidak memenuhi prinsip ekslusi Pauli sehingga satu tingkat energi
dapat ditempati oleh partikel dalam jumlah berapa pun. Sebaliknya, fermion
memiliki spin yang merupakan kelipatan gajil dari ћ /2 . Sistem ini memenuhi
prinsip ekslusi Pauli. Tidak ada dua partikel atau lebih yang dapat memiliki
keadaan yang sama.

2.3 konfigurasi boson dan konfigurasi maksimum

Kongurasi ini memiliki probabilitas yang jauh lebih besar daripada


kongurasi-kongurasi lainnya sehingga hampir seluruh waktu sistem boson
membentuk kongurasi tersebut. Sifat rata-rata assembli dapat dianggap sama
dengan sifat pada kongurasi maksimum tersebut.

Kita tetap membagi tingkat energi sistem-sistem dalam assembli atas


M kelompok sebagai berikut:

 Kelompok-1 memiliki jumlah keadaan g 1 dan energi rata-rata E 1


 Kelompok-2 memiliki jumlah keadaan g 2 dan energi rata-rata E 2

 Kelompok- smemiliki jumlah keadaan gs dan energi rata-rata Es

 Kelompok- M memiliki jumlah keadaan gM dan energi rata-rata EM


Kita akan menentukan berapa cara penyusunan yang dapat dilakukan jika:
 Ada n 1 sistem di kelompok-1
 Ada n 1 sistem di kelompok-2

 Ada ns sistem di kelompok- s

 Ada nM sistem di kelompok- M

Gambar 1. Penyusunan orang dan kursi analog dengan penyusunan


boson dalam tingkat-tingkat energi. Untuk merepresentasikan sistem
boson, bagian paling bawah harus selalu kursi.
Kita tinjau kelompok-1 di mana terdapat g1 keadaan dan n1 sistem.
Mari kita analogikan satu keadaan sebagai sebuah kursi dan satu sistem
dianalogikan sebagai sebuah benda yang akan diletakkan di kursi tersebut.
Satu kursi dapat saja kosong atau menampung benda dalam jumlah berapa
saja. Untuk menghitung jumlah penyusunan benda, kita dapat melakukannya
sebagai berikut.

Dari Gbr 1, apa pun cara penyusunan yang kita lakukan, yang berada
di ujung bawah selalu kursi karena benda harus disangga oleh kursi (sistem
harus menempati tingkat energi). Oleh karena itu, jika jumlah total kursi
adalah g 1 maka jumlah total kursi yang dapat dipertukarkan hanya g 1−1
karena salah satu kursi harus tetap di ujung bawah. Bersama dengan orang
sebanyak n 1, maka jumlah total benda yang dapat dipertukarkan dengan tetap
memenuhi sifat boson adalah ( g 1−1 ) +n 1=g 1+n 1−1. Akibatnya, jumlah
cara penyusunan benda yang dilakukan adalah ( g 1+ n 1−1 ) ! .

Karena sistem boson tidak dapat dibedakan satu dengan lainnya, maka
pertukaran sesama orang dan sesama kursi tidak menghasilkan penyusunan
yang berbeda. Jumlah penyusunan sebanyak ( g 1+ n 1−1 ) ! .secara implisit
memperhitungkan jumlah pertukaran antar orang dan antar kursi. Jumlah
pertukaran antar orang adalah n 1 !dan jumlah pertukaran antar kursi adalah
g 1! .Oleh karena itu, jumlah penyusunan yang berbeda untuk n 1 boson di
dalam g 1keadaan hanyalah

( g 1+n 1−1 ) !
(1)
n1 ! g 1!

Hal yang sama berlaku untuk kelompok-2 yang mengandung g 2


keadaan dengan populasi n 2 sistem. Jumlah cara penyusunan yang berbeda
sistem-sistem ke dalam keadaan-keadaan tersebut adalah

( g 2+ n2−1 ) !
(2)
n2 ! g 2!

Terakhir hingga kelompok energi ke-M , jumlah cara penyusunan yang


berbeda untuk nM sistem dalam gM keadaan adalah

( gM +nM −1 ) !
(3)
nM ! gM !
Akhirnya, jumlah total cara penyusunan yang berbeda secara
bersamaan n 1sistem di dalam g 1 keadaan, n 2 sistem di dalam g 2, . . . , nM
sistem dalam gM keadaan adalah

( g 1+n 1−1 ) ! ( g 2+ n2−1 ) ! ( gM +nM −1 ) ! M ( gM +nM −1 ) !


× × …× =∏ (4 )
n1 ! g 1! n 2! g 2 ! nM ! gM ! s=1 nM ! gM !

Karena sistem tidak dapat dibedakan maka jumlah tersebut harus


dibagi dengan N !, sehingga jumlah total cara membawa Nsistem ke dalam
N!
tingkat-tingkat energi di dalam assembli adalah =1. Akhirnya, kita
N!
dapatkan jumlah penyusunan sistem-sistem dalam assembli boson adalah
M
( gM + nM −1 ) !
W =∏
s=1 nM ! gM !

Selanjutnya kita akan menentukan kongurasi dengan peluang


kemunculan paling besar. Ambil logaritma ruas kiri dan kanan persamaan (5)
M
( gs+ ns−1 ) ! M ( gs+ ns−1 ) !
ln W =ln ∏
s=1 ns ! gs !
=∑ ln
s=1
[ ns ! gs ! ]
M
¿ ln ∑ ln ( gs+ ns−1 ) !−ln ns !−ln gs ! (6)
s=1

Kemudian kita gunakan pendekatan Stirling untuk melakukan


penyederhanaan sebagai berikut

ln ( gs+ ns−1 ) ! ≅ ( gs+ ns−1 ) ln ( gs+ ns−1 )−( gs+ns−1 )

ln gs ! ≅ gs ln gs−gs

ln ns ! ≅ ns lnns−ns

Dengan pendekatan tersebut maka persamaan (6) menjadi


M
ln W ≅ ∑ [ ( gs +ns−1 ) ln ( gs +ns−1 )−( gs+ ns−1 )¿ ¿−gs ln gs+ gs−ns ln ns+ns ](7)¿ ¿
s=1
M
Jumlah total sistem serta energi total assembli memenuhi N=∑ ns
s=1
M
dan U =∑ nsEs .Untuk assembli yang terisolasi sehingga tidak ada
s =1

pertukaran sistem maupun energi antara assembli dan lingkungan. Jumlah


sistem maupun energi assembli konstanta. Pembatasan ini dapat dinyatakan
alam bentuk diferensial berikut ini
M
δN =∑ δns=0 (8)
s=1

M
δU =∑ Esδns=0(9)
s=1

Kongurasi dengan probabilitas maksimum diperoleh dengan


memaksimumkan ln W . Dengan memperhatikan konstrain pada persamaan (8)
dan (9) maka kongurasi dengan probabilitas maksimum memenuhi

δ ln W +αδN + βδU =0( 10)

Selanjutnya dengan mengambil diferensial persamaan (7) kita peroleh

M
δ lnW ≅ ∑ [δ ( gs+ ns−1 ) ln ( gs+ ns−1 )−δ ( gs+ ns−1 ) ¿¿−δgs ln gs+ δgs−δns ln ns +δns](11)¿ ¿
s =1

Mari kita hitung suku per suku yang terkandung dalam persamaan
(11).

i. δ ( gs+ ns−1 ) ln ( gs+ ns−1 )−1



¿ ( gs+ ns−1 ) ln ( gs+ ns−1 )−1 δns
∂ ns
1
[
¿ ln ( gs+ ns−1 )+( gs+ ns−1)×
]
(gs+ns−1)
δns

¿ [ln ( gs+ ns−1 )+1] δns



ii. δ ( gs+ ns−1 )= ( gs +ns−1 ) δns=δns
∂ ns


iii. δgs ln gs=¿ gs ln gs δns=0 ¿
∂ ns


iv. δns ln ns=¿ ns ln ns δns ¿
∂ ns

1
[
¿ lnns +ns ×
ns ]
δns

¿¿

Persamaan (11) selanjutnya menjadi


M
δ lnW ≅ ∑ [ln ( gs+ ns−1 ) +1]δns−δns−0+0−[ln ns+ 1¿ ]δns+ δns ¿
s =1

M
¿ ∑ [ ln ( gs+ ns−1 )−ln ns ]δns
s=1

M
gs+ns−1
¿ ∑ ln
s=1
[ ns
δns(12) ]
Karena gs ≫1 dan ns ≫ 1 maka gs+ns−1 ≅ gs+ nssehingga persamaan
(12) dapat disederhanakan lebih lanjut menjadi
M
gs+ ns
δ lnW =¿ ∑ ln
s=1
[ ns ]
δn s(13) ¿

Substitusi persamaan (8), (9), dan (13) ke dalam persamaan (10)


diperoleh

M M M
gs+ ns
∑ ln
s=1
[ ns ]
δns+α ∑ δns+ β ∑ Esδns=0
s=1 s=1
Atau

M
gs+ns

s=1
{[
ln
ns ] }
+α+ βEs δns=0(14)

Kesamaan di atas harus berlaku untuk semua variasi δns. Ini dijamin
jika bagian di dalam kurung selalu nol, yaitu

gs+ns
ln [ ns ]
+α + βEs=0

Atau

gs +ns
=exp ⁡(−α −βEs)
ns

gs+ns=ns exp ⁡( −α −βEs)

gs=ns [exp (−α− βEs )−1]

Dan akhirnya didapatkan ungkapan untuk jumlah populasi pada tiap-


tiap tingkat energi sebagai berikut

gs
ns= (15)
exp (−α + βEs )−1

−1
Ternyata untuk assembli boson, parameter β juga berbentuk β= .
kT
Dengan demikian, bentuk lengkap fungsi distribusi Bose-Einstein untuk
assembli boson adalah

gs
ns= ( 16 )
Es
(
exp −α +
kT
−1 )
2.4 Parameter α untuk photon dan phonon

Untuk parameter pada persamaan (16). Ada satu kekhususan untuk


assembli foton (kuantisasi gelombang elektromagnetik) dan fonon (kuantisasi
getaran atom dalam kristal) dan ini berimplikasi pada nilai parameter. Dalam
suatu kotak, foton bisa diserap atau diciptakan oleh atom-atom yang berada
pada dinding kotak (Gbr.2). Akibatnya, jumlah foton dalam satu assembli
tidak harus tetap. Jumlah foton bisa bertambah, jika atom-atom di dinding
memancarkan foton dan bisa berkurang jika atom-atom di dinding menyerap
foton. Untuk sistem semacam ini pembatasan bahwa jumlah total sistem
dalam assembli konstan sebenarnya tidak berlaku.

Gambar 2. Foton dapat diserap oleh atom-atom pada dinding dan


sebaliknya atom-atom pada dinding dapat memproduksi foton. Dengan
demikian jumlah foton (sistem) dalam assembli tidak tetap.

Pada penurunan fungsi distribusi Bose-Einstein kita telah


mengasumsikan bahwa jumlah sistem dalam assembli selalu tetap, yaitu
δN =0. Konstrain ini dimasukkan dalam persamaan dengan memperkenalkan
faktor pengali Lagrange α. Oleh karena itu, agar konstrain ini tidak
diberlakukan untuk assembli dengan jumlah sistem tidak tetap, seperti foton
atau fonon maka nilai α harus diambil nol. Dengan nilai ini maka fungsi
distribusi untuk sistem semacam ini menjadi

gs
ns= (17)
Es
exp( )
kT
−1
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Statistika Bose-Einstein adalah salah satu dari dua cara yang memungkinkan
dimana sekumpulan partikel yang sepadan dan tak saling berinteraksi dapat
menduduki sebuah set dari keadaan energi diskret yang tersedia.
2. Boson adalah sistem yang memiliki spin kelipatan bulat dari ћ. Sistem ini
tidak memenuhi prinsip ekslusi Pauli sehingga satu tingkat energi dapat
ditempati oleh partikel dalam jumlah berapa pun.
3. Kongurasi ini memiliki probabilitas yang jauh lebih besar daripada kongurasi-
kongurasi lainnya sehingga hampir seluruh waktu sistem boson membentuk
kongurasi tersebut. Sifat rata-rata assembli dapat dianggap sama dengan sifat
pada kongurasi maksimum tersebut.
4. Dalam satu kotak, foton bias diserap atau diciptakan oleh atom-atom yang
berada pada dinding kotak. Akibatnya, jumlah foton dalam satu assembli tidak
harus tetap. Jumlah foton bias bertambah, jika atom-atom di dinding
memancarkan foton dan bias berkurang jika atom-atom di dinding menyerap
foton. Untuk sistem seperti ini, pembatasan bahwa jumlah total sistem dalam
assembli konstan sebenarnya tidak berlaku.

3.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan yaitu penulis menyadari bahwa makalah diatas
banyak sekali kesalahan dan jauh dari kata kesempurnaan. Penulis akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpendoman pada banyak sumber yang
dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
Daftar Pustaka

Abdullah,mikrajuddin.2009. Fisika Statistik untuk Mahasiswa MIPA.ITB:KK Fisika


Material Elektronik-FMIPA.

http://belajarfisikasalverius.bolgspot.com/2016/05/tugas-mata-kuliah-fisika-
statistika.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai