Anda di halaman 1dari 33

FISIKA STATISTIK

STATISTIK BOSE-EINSTEIN

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD YUSRIADI DAHLAN


MUHAMMAD ALI RESKY M.
RIFQAH B.
RIRIN IMBARWATI

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


2015

STATISTIK BOSE-EINSTEIN

Pada

awal

1920-an Satyendra

Nath

Bose ,

seorang

professor

Universitas

Dhaka di British India tertarik oleh teori einstein mengenai gelombang cahaya yang
diumpamakan sebagai partikel yang disebut foton . Bose tertarik untuk menurunkan
rumus radiasi Planck, yang Planck diperoleh sebagian besar dengan menebak. Pada tahun
1900 Max Planck telah diperoleh formula dengan memanipulasi matematika agar sesuai
dengan bukti empiris. Menggunakan gambar partikel Einstein, Bose mampu menurunkan
rumus radiasi dengan sistematis mengembangkan statistik partikel tak bermassa tanpa
kendala konservasi partikel angka. Penemuan Bose berasal dari Hukum Radiasi Planck
oleh mengusulkan keadaan-keadaan yang berbeda untuk foton. Daripada kebebasan
statistik partikel, partikel Bose dimasukkan ke dalam sel dan menggambarkan
kemandirian

statistik

sel ruang

fase .

Sistem

tersebut

memungkinkan

dua polarisasi keadaan, dan menunjukkan benar-benarsimetris fungsi gelombang . Ia


mengembangkan hukum statistik yang mengatur pola perilaku foton cukup berhasil.
Namun, ia tidak bisa menerbitkan karyanya, tidak ada jurnal di Eropa akan menerima
makalahnya, karena tidak dapat memahaminya. Bose mengirimkan papernya kepada
Einstein,

yang

melihat

pentingnya

dan

menggunakan

pengaruhnya

untuk

mendapatkannya diterbitkan.
Syarat Berlakunya Hukum Distribusi Bose Einstein
1. Partikel partikel adalah identik (tidak dapat dibedakan) karena setiap pertukaran
partikel tidak menghasilkan keadaan baru.
2. Berlaku untuk partikel partikel boson yaitu semua partikel yang memiliki
fungsi gelombang simetrik.
3. Tidak memenuhi larangan Pauli (di dalam satu atom, tidak boleh ada 2 elektron
yang mempunyai ke-4 bilangan kuantum yang sama)
4. Tidak ada batasan jumlah untuk menempati satu keadaan.
5. Tunduk pada fisika kuantum
6. Statistika Bose-Einstein menentukan distribusi statistik bagi boson pada berbagai
tingkat energi di dalam kesetimbangn termal.
7. Boson adalah zarah berspin bulat sehingga tidak mematuhi asas larangan Pauli ;
sejumlah besar zarah boson dapat menempati keadaan yang sama pada saat yang
sama pula. Contoh dari Boson itu sendiri adalah: atom Helium-4, atom Sodium23, Foton, yang menengahi gaya elektromagnetik, gluon, boson Higgs, Fonon,
Nulei dengan spin "integer", boson W dan Z, yang menengahi gaya nuklir lemah

1.1 Sifat Dasar Boson

Sifat sistem sub atomic yang tidak dapat dibedakan dapat dipahami dari konsep
gelombang sistem. Panjang gelombang de Broglie sistem-sistem tersebut memenuhi

=h/m

dengan m massa sistem dan

atomic sangat kecil maka panjang gelombang

laju sistem. Karena m untuk sistem sub

cukup besar. Panjang gelombang

yang besar menyebabkan fungsi gelombang dua sistem yang berdekatan menjadi
tumpang tindih. Kalau dua fungsi gelombang tumpang tindih maka kita tidak dapat lagi
membedakan dua sistem yang memiliki fungsi-fungsi gelombang tersebut.
Kondisi sebaliknya dijumpai pada sistem klasik seperti molekul-molekul
gas.massa sistem sangat besar sehingga

sangat kecil. Akibatnya tidak terjadi

tumpang tindih fungsi gelombang sistem-sistem tersebut, sehingga secara prinsip sistemsistem tersebut dapat dibedakan.
Pada suhu yang sangat tinggi sistem sub atomic dapat berperilaku seperti sistem
klasik. Pada suhu yang sangat tinggikecepatan sistem sangat besar sehingga panjang
gelombangnya sangat kecil.Akibatnya, tumpang tindih gelombang sistem-sistem menjadi
hilang dan sistem menjadi terbedakan.
Sistem kuantum yang akan kita bahas ada dua macam yaitu boson dan
fermion.Boson adalah sistem yang memiliki spin kelipatan bulat dari

. Sistem ini

tidak memenuhi prinsip eksklusi Pauli sehingga satu tingkat energi dapat ditempati oleh
sistem dalam jumlah berapa pun. Sebaliknya, fermion memiliki spin yang merupakan
kelipatan ganjil dari

/ 2 . Sistem ini memenuhi prinsip eksklusi Pauli. Tidak ada dua

sistem atau lebih yang memiliki keadaan yang sama.

1.2 Konfigurasi Boson


Statistik untuk menurunkan boson dinamakan statistik Bose-Einstein.Untuk
menentukan fungsi distribusi Bose-Einstein, kita terlebih dahulu harus menentukan
konfigurasi dengan probabilitas paling besar.Konfigurasi ini memiliki probabilitas yang
jauh lebih besar daripada konfigurasi-konfigurasi lainnya sehingga hampir seluruh waktu
sistem boson membentuk konfigurasi tersebut. Sifat rata-rata assembli dapat dianggap

sama dengan sifat pada konfigurasi maksimum tersebut.Kita tetap membagi tingkat
energi sistem-sistem dalam assembli atas M kelompok sebagai berikut :
Kelompok-1 memiliki jumlah keadaan

g1 dan eneri rata-rata

E1

Kelompok-2 memiliki jumlah keadaan

g2 dan energi rata-rata

E2

gs dan energi rata-rata

Es

Kelompok-s memiliki jumlah keadaan


Kelompok-M memiliki jumlah keadaan

gM

dan energi rata-rata

EM

Kita akan menentukan berapa cara penyusunan yang dapat dilakukan jika :
Terdapat

n1 sistem di kelompok-1

Terdapat

n2 sistem di kelompok-2

Terdapat

n s sistem dikelompok-s

Terdapat

n M sistem di kelompok-M

Jika ditinjau kelompok-1 di mana terdapat

g1

keadaan dan

n1

sistem.

Mari kita analogikan satu keadaan sebagai sebuah kursi dan satu sistem dianalogikan
sebagai sebuah benda yang akan diletakkan dikursi tersebut. Satu kursi dapat saja kosong
atau menampung benda dalam jumlah beberapa saja. Untuk menghitung jumlah penyusun
benda, dapat dilakukannya sebagai berikut :

Gambar 1.1Penyusunan benda dan kursi analog dengan penyusunan boson dalam
tingkat-tingkat energi.Untuk merepresentasikan sistem boson, bagian
paling bawah harus selalu kursi.
Dari gambar 1.1, apa pun cara penyusunan yang dilakukan, yang berada di ujung bawah
selalu kursi karena benda harus disangga oleh kursi (sistem harus menempati tingkat
energi). Oleh karena itu, jika jumlah total kursi adalah
dapat dipertukarkan dengan harga

g11

g1 maka jumlah total kursi

karena salah satu kursi harus tetap di ujung

bawah. Bersama dengan sistem banyak

n1 , maka jumlah total benda yang

dipertukarkan dengan tetap memenuhi sifat boson adalah (

g11 +n1=g 1+ n11.

Akibatnya, jumlah cara penyusunan yang dapat dilakukan adalah

(g1 +n11)! .

Karenna sistem boson tidak dapat dibedakan satu degan lainnya, maka pertukaran
sesame sistem dan sesame kursi tidak menghasilkan penyusunan yang berbeda. Jumlah

penyusunan sebanyak

g
( 1+n11 ) ! Secara emplisit memperhitungkan jumlah

pertukaran antara sistem dan antar kursi. Jumlah pertukaran antar sistem adalah
dan pertukaran jumlah antar kursi adalah
yang berbeda untuk

n1 boson di dalam

g1 ! .

n1 !

Oleh karena itu, jumlah penyusunan

g1 keadaan hanyalah

( g1 +n11)!
(1.1)
n1 ! g 1 !

Hal yang sama berlaku untuk kelompok-2 yang mengandung


dengan populasi

n2

g2

keadaan

sistem. Jumlah cara penyusunan yang berada sistem-sistem, ke

dalam keadaan-keadaan tersebut adalah

(g2 +n21)!
(1.2) Terakhir hingga kelompok energi ke-M, jumlah cara penyusunan
g2 ! n2 !

yang berbeda untuk

n M sistem dalam

gM

keadaan adalah

(g M + nM 1) !
(1.3)
gM ! n M !

Akhirnya jumlah total cara penyusunan yang berbeda secara bersamaan

g1

dalam

keadaan,

n2

sistem di dalam

g2 ,

.,

nM

n1

sistem di

sistem dalam

gM

keadaan adalah

( g1 +n11)! ( g 2+ n21)!
(g M + nM 1)! M (gs +n s1)!


=
(1.4 )
n1 ! g 1 !
g 2 ! n2 !
gM ! nM !
ns ! gs !
s=1
Harus juga diperhitungkan jumlah cara membawa N sistem dari luar untuk
didistribusikan ke dalam tingkat-tingkat energi di atas. Jumlah cara pengambilan N sistem
adalah N! cara. Karena sistem tidak dapat dibedakan maka jumlah tersebut harus dibagi
dengan N!,sehingga jumlah total cara membawa N sistem ke dalam tingkat-tingkat energi
di dalam assembli adalah N!/N!=1.Akhirnya, kita dapatkan jumlah penyusunan sistemsistem dalam assembli boson adala
M

W =
s=1

(g s+ns 1)!
(1.5)
ns! gs!

1.3 Konfigurasi Maksimum


Selanjutnya kita akan menentukan konfigurasi dengan peluang kemunculan
paling

besar.

Ambil

logaritma

ruas

iri

dan

kanan

persamaan

(1.5)

M
M
( g s +n s1)!
(gs + ns1)!
=
ln
=ln
n !g !

ln ( g s +n s1 ) !ln ns !ln gs !(1.6)


ns! gs!
s=1
s=1
s=1
s
s
ln W =ln

Kemudian kita gunakan pendekatan Stirling untuk melakukan penyederhanaan


sebagai

berikut

ln ( g s+ ns1 ) ! ( gs + ns1 ) ln ( g s +n s1 )(gs +n s1) ln g s ! g s ln g sg s


ln n s ! ns ln n sn s
Dengan

pendekatan

tersebut

maka

persamaan

(1.6)

menjadi

gs + g s
M

ln W = [ ( g s+ ns1 ) ln ( g s +n s1 )(gs + ns1) ]g s ln


s=1

ns ln ns + ns (1.7)
Jumlah total sistem serta energi total assembli memenuhi
M

s=1

s=1

N= ns dan U= ns Es

Untuk assembli yang terisolasi sehingga tidak ada pertukaran sistem maupun
energi antara assembli dan lingkungan.Jumlah sistem maupun energi assembli constant.
Pembatasan

ini

dapat

dinyatakan

dalam

bentuk

diferensial

berikut

ini

N = ns =0(1.8)
s=1

U = E s n s=0(1.9)
s=1

Konfigurasi dengan probabilitas maksimum diperoleh dengan memaksimumkan


ln W. Dengan memperhatikan konstrain pada persamaan (1.8) dan (1.9) maka konfigurasi
dengan probabilitas maksimum memenuhi

lnW + N + U =0

(1.10)

Selanjutnya

dengan

mengambil

diferensial

persamaan

(1.7)

diperoleh

W = [ ( g s+ ns 1 ) ln ( g s +n s1 ) ( g s +n s1)g s ln gs + g s ns ln n s + n s ] (1.11)
s=1

ln
Hitung suku per suku yang terkandung dalam persamaan (1.11)

i)

( g s +ns 1 ) ln ( gs +n s1 ) =

( g +n 1 ) ln ( g s+ ns1 ) n s
n 1 s s

ln ( g s1+n s ) + ( gs + ns1 )

1
n s
( g s+ ns 1 )

[ ln ( g s1+n s )+ 1 ] n s

( g +n 1 ) ns= ns
ns s s

ii)

( g s +ns 1 )=

iii)

g s ln gs =

g ln g s ns=0
ns s

iv)

n s ln ns =

1
n ln ns n s= ln ns +n s
ns =[ ln ns +1 ] n s
n s s
ns

Persamaan

(1.11)

selanjutnya

menjadi

s=1

s=1

lnW [ ln ( g s+ ns 1 ) +1 ] n s n s0+ 0 [ ln ns +1 ] n s+ n s= [ ln ( g s +n s1 )ln ns ] ns

ln
s =1

Karena

gs +n s1
n s (1.12)
ns
gs 1

dan

ns 1

maka

gs +n s1 g s +ns

sehingga persamaan

(1.12) dapat disederhanakan lebih lanjut menjadi


M

lnW = ln
s=1

[ ]

gs + ns
n s( 1.13)
ns

Subtitusikan persamaan (1.8), (1.9), dan (1.13) ke dalam persamaan (1.10) diperoleh
M

ln
s=1

[ ]

M
M
g s+ ns
n s+ ns + E s n s=0
ns
s=1
s=1

Atau
M

s=1

{[ ]
ln

gs +n s
+ + Es ns =0(1.14)
ns

Kesamaan di atas harus berlaku untuk semua variasi

n s . Ini dijamin ika bagian di

dalam kurung selalu nol, yaitu

ln

[ ]

g s +n s
+ + Es =0
ns

g s +ns
=exp ( Es )
ns
gs +n s=n s exp ( Es )
gs =ns [ exp ( E s )1 ]
Dan akhirnya ungkapan untuk jumlah populasi pada tiap-tiap tingkat energi sebagai
berikut

n s=

gs
exp ( Es ) 1

(1.15)

Ternyata untuk assembli boson, parameter

juga berbentuk

1
.
kT

Dengan

demikian, bentuk lengkap fungsi Bose-Einstein untuk assembli boson adalah

10

n s=

gs
exp ( + E s / kT )1

1.4 Parameter

Parameter

(1.16)

untuk foton dan fonon

pada persamaan (1.16).ada satu kekhususan untuk assembli

foton (kuantisasi gelombng elektromagnetik) dan fonon (kuantitasi getaran atom dalam
Kristal) dan ini berimplikasi pada nilai parameter

Dalam suatu kotak, foton bias

diserap atau diciptakan oleh atom-atom yang berada pada dinding kotak. Akibatnya,
jumlah foton dalam satu assembli tidak harus tetap. Jumlah foton bias bertambah, jika
atom-atom di dinding memancarkan foton dan bias berkurang jika atom-atom di dinding
menyerap foton. Untuk sistem semacam ini pembatasan bahwa jumlah total sistem dalam
assembli konstan sebenarnya tidak berlaku. Pada penurunan fungsi distribusi BoseEinstein kita telah mengamsusikan bahwa jumlah sistem dalam assembli selalu tetap,
yaitu

N =0 . Konstrain ini dimasukkan dalam persamaan dengan memperkenalkan

faktor pengali Langrange

. Oleh karena itu, agar konstrain ini tidak diberlakukan

untuk assembli dengan jumlah sistem tidak tetap, seperti foton dan fonon maka nilai

harus diambil nol. Dengan nilai ini maka fungsi distribusi untuk sistem semacam

ini menjadi

n s=

gs
(1.17)
exp ( Es /kT ) 1

APLIKASI STATISTIK BOSE-EINSTEIN


2.1 Radiasi Benda Hitam
Teori tentang radiasi benda hitam menandai awal lahirnya mekanika kuantum dan fisika
modern.Benda hitam merupakan penyerap sekaligus pemancar kalor terbaik.Benda hitam

11

dapat dianalogikan sebagai kotak yang berisi gas foton.Jumlah foton dalam kotak tidak
selalu konstan.Ada kalanya foton diserap oleh atom-atom yang berada di dinding kotak
dan sebaliknya atom-atom di dinding kotak dapat memancarkan fotonn ke dalam ruang
kotak. Karena jumlah foton yang tidak konstan ini maka faktor Bose-Einstein untuk gas
foton adalah

1
E
kT

e 1

Yang diperoleh dengan menggunakan

=0

Foton adalah kuantum gelombang elektromagnetik.Ekstensi foton direspresentasikan oleh


keberadaan gelombang berdiri dalam kotak. Karena gelombang elektromagnetik memiliki
dua kemungkinan arah osilasi (polarisasi) yang saling bebas, maka kerapatan keadaan
foton dalam kotak merupakan dua kali kerapatan gelombang stasioner, yaitu :

g ( ) d=

8
d (1.18)
4

Dengan demikian, jumlah foton dengan panjang gelombang antara

sampai

+ d adalah

n ( ) d=

g ( ) d
(1.19)
e EkT 1

Karena energi satu foton adalah


gelombang antara

E ( ) d=

sampai

E=hc /

maka energy foton yang memiliki panjang

+ d adalah

hc
n ( ) d

8 hc d
(1.20)
5 e E /kT 1

12

2.1.1

Hukum Pergeseran Wien

Gambar 1.2 adalah plot E(


E(

sebagai fungsi

pada berbagai suhu. Tampak bahwa

mula-mula naik, kemudian turun setelah mencapai nilai maksimum pada

panjang gelombang

terhadap

m . Kita dapat menentukan

dab menyamakan

dengan mendiferensial E(

dengan

dE ( )
=0(1.21)
d
m

Gambar 1.2Spektrum radiasi benda hitam pada berbagai suhu


Berdasarkan persamaan (1.20) maka

E ( )=

8 hc
5

d
E
kT

(1.22)

e 1

13

Untuk memudahkan diferensial persamaan (1.22) persamaan diatas kita misal

x=kT /hc . Dengan pemisalan tersebut maka dapat ditulis


5

kT
E =8 hc
hc

( ) x (e11) (1.23)
5

1
x

dE( ) dE( ) dx kT dE( )


=
=
d
dx d hc dx

kT
kT
8 hc
hc
hc

( )

Agar terpenuhi

( ) dxd ( x (e 1 1) )(1.24)
5

1/x

dE
=0 maka pada persamaan 1.24 harus memenuhi
d

d
1
=0(1.25)
5
1
dx x ( e / x 1 )

Jika didiferensiasi secara seksama akan dapat hubungan berikut

( 15 x ) e1 / x 5=0 (1.26)
Nilai x pada persamaan (1.26)dapat diselesaikan dengan berbagai cara. Jika
menggunakan

instruksi

Wolfram

Research,

maka

solusi

memenuhipersamaan 91.26) adalah 0,194197. Dengan demikian,

untuk

yang

memenuhi

hubungan

m kT
=0,194197
hc
Atau

14

m T =0,194197

hc
(1.27) dengan
k

menggunakan

nilai

konstanta

k=1,38x

1023 J /K , h= 6,625 x 1034 Js , dan c=3 10 8 m/ s maka kita peroleh


m T =2,8 103 mK (1.28)

Gambar 1.3

Spektrum energi radiasi matahari berdasarkan hasil pengukurandan


prediksi dengan persamaan radiasi matahari (gari).

15

Gambar 1.4Warna bintang menunjukan suhu bintang. Semakain menuju kewarna biru
suhu bintang semakin tinggi. Sebaliknya suhu bintang semakin rendah
apabila menuju ke warna merah.
Persamaan (1.28) tidak lain daripada ungkapan hukum pergeseran Wien. Hukum ini
menjelaskan hubungan antara suhu benda dengan gelombang dan intensitas maksimum
yang dipancarkan benda tersebut.Makin tinggi suhu benda maka makin pendek
gelombang yang dipancarkan benda tersebut, atau warna benda bergeser kea rah
biru.Ketika pandai besi memanaskan logam maka warna logam berubah secara terus
menerus dari semula merah, kuning, hijau dan selanjutnya ke biru-biruan.Ini akibat suhu
benda yang semakin tinggi.Hukum pergeseran Wien telah dipakai untuk memperkirakan
suhu benda berdasarkan spectrum elektromagnetik yang dipancarkan.Energi yang
dipancarkan benda diukur pada berbagai panjang gelombang.Kemudian intensitas
tersebut diplot terhadap panjang gelombang sehingga diperoleh selanjutnya diterapkan
pada hukum pegeseran Wien guna memprediksi suhu benda.Pada astronom
memperkirakan suhu bintang-bntang, berdasarkan spectrum energy yang dipancarkan
oleh bintang-bintang tersebut.

2.1.2

Persamaan Stefan-Boltzmann

Sebuah benda hitam memancarkan gelombang, elektromagnetik pada semua jangkauan


frekuansi dari nol sampai tak berhingga.Hanya intensitas gelombang yang dipancarkan

16

berbeda-beda.Ketika panjang gelombang menuju nol, intensitas yang dipancarkan menuju


nol. Juga ketika panjang gelombang menuju tak berhingga, intensitas yang dipancarkan
juga menuju tak berhingga. Intensitas gelombang yang dipancarkan mencapai maksimum

=m .

pada saat

Energy total yang dipancarkan oleh benda hitam diperoleh dengan mengintegralkan
persamaan (1.20) dari panjang gelombang nol sampai tak berhingga, yaitu

E= E ( ) d
0

8 hc
0

1
d
(1.29)
5 hc/ kT
e
1

Untuk menyelesaikan persamaan integral (1.29) misalkan

y=hc / kT . Dengan

pemisalan tersebut maka diperoleh ungkapan-ungkapan berikut ini :

1 kT
=
y
hc
1
kT
=
5
hc

( )y

hc 1
kT y

d=

hc 1
dy
kT y 2

Syarat batas yang berlaku bagi y. saat

=0

maka y=~ dan saat

maka y=0.

Dengan demikian, dalam variable y integral (1.29) menjadi


0

E=8 hc

kT
hc

( )y

(hc/ kT y 2 ) dy
e y 1

17

kT
8 hc
hc

( )(

8 hc

hc
kT

) e yy1dy

4 0

kT
hc

y 5 dy
e y1 (1.30)

( )

Persamaan (1.30) merupakan kerapatan energy foton di dalam kotak. Hubungan antara
kerapatan energy yang diradiasi dengan energy foton dalam kotak adalah

2 h c 2

2 h c 2

kT
hc

Erad =cE/4

) eyy1dy

k
hc

( )

y 3 dy 4
y T (1.31)
0 e 1

Persamaan (1.31) sangat mirip dengan persamaan Stefan-Boltzman. Jadi pada persamaan
(1.31) kita dapat menyamakan

=2 h c 2

k
hc

) eyy1dy (1.32)
0

Dengan menggunakan instruksi matematika sederhana kita dapatkan

y 3 dy
e y 1 =6,49394
0
Selanjutnya

dengan

memasukkan

nilai

konstanta-konstanta

k =1,38 x 1023 J /K , h=6,625 x 1034 Js , dan c=3 108 m/ s

lain

kita dapatkan nilai

konstanta Stefan-boltzman.

=5,65 108 W /m 2 K 4

18

2.1.3

Cosmic Microwave Background (CMB)


Salah satu gejala penting sebagai hasil peristiwa Big bang adalah keberadaan

radiasi yang bersifat isotropic (sama ke segala arah) di alam semesta dalam panjang
gelombang mikro. Gejala ini selanjutnya dikenal dengan icosmic microwave background
(CMB). Radiasi ini benar-benar isotropic.Penyimpangan dari sifat isotropic hanya sekitar
seper seribu.Dua astronom muda, Arno Penzias dan Robert Wilson yang pertama kali
mengidentifikasi gejala ini tahun 1965 dengan menggunakan antene horn yang
dikalibrasi dengan teliti.Dengan anggapan bahwa alam semesta berupa benda hitam
sempurna dan setelah dilakukan pengukuran yang teliti intensitas radiasi gelombang
mikro ini pada berbagai panjang gelombang yang mungkin, selanjutnya hasil pengukuran
di-fit dengan persamaan radiasi benda hitam (1.4) disimpulkan bahwa suhu rata-rata alam
semesta sekarang adalah 2,725 K.

Gambar 1.5CMB dengan persamaan radiasi benda hitam

19

Gambar 1.6Variasi suhu alam semesta berdasarkan posisi


Ada sekitar variasi suhu pada arah yang berbeda seperti ditunjukkan dalam gambar
diatas. Bagian berwarna merah sedikit lebih panas dan bagian berarna biru sedikit lebih
dingin dengan penyimpangan 0,0002 derajat.

2.2 Kapasitas kalor Kristal


Dalam Kristal-kristal atom bervibrasi.Jika diselesaikan dengan mekanika
kuantum maka energy vibrasi atom-atom dalam Kristal terkuantisasi.Kuantisasi getaran
atom tersebut disebut fonon. Energy fonon dengan bilangan kuantum n adalah

1
En=(n+ ) . Karena jumlah fonon tidak konstan maka fungsi distribusi untuk
2
fonon diperoleh dengan mengambil

=0 . Fungsi distribusi tersebut persis sama

dengan fungsi distribusi untuk foton.


Karena frekuensi fonon umumnya merupakan fungsi bilangan gelombang,

maka secara umum energy toal yang dimiliki fonon dalam Kristal dapat ditulis

U=

()
(1.33)
exp [ ()/kT ] 1

20

Jika fonon memiliki sejumlah polarisasi dan polarisasi kep memiliki frekuensi

p ( ) ,

maka energy total fonon setelah memperhitungkan polarisasi tersebut adalah

U=
p

p ( )
(1.34)
exp [ p ()/kT ] 1

Penjumlahan terhadap

jika

dilakukan engan asumsi bahwa

adalah variable kontinu maka penjumahan terhadap

adalah integer. Tetapi


dapat diganti dengan

integral dengan melakukan transformasi berikut ini

g p ( ) d (1.35)

Tetapi karena

merupakan fungsi

menjadi integral terhadap

maka kita dapat mengubah integral terhadap

dengan melakukan transformasi

g p ( ) d g p ( ) d(1.36)

Akhirnya kita dapat menulis menulis ulang persamaan (1.34) menjadi

U= g p ()
p

d(1.37)
exp [ /k B T ] 1

Dari definisi energy dalam persamaan (1.37) maka kita dapat menentukan kapasitas panas
yang didefinisikan sebagai berikut

C v=

dU
dT

g p ()
d

dT p
exp [ /k B T ] 1

21

g p ( )
p

d (1.38)
dT exp [ /kT ] 1

Untuk menyederhanakan persamaan (1.38) mari kita lihat suku diferensial dalam
persamaan tersebut. Untuk mempermudah kita misalkan

y= /kT . Dengan

pemisalan tersebut maka

d
d dy d
=
=
dT dy dT k T 2 dy
d

d
1
d
1
=
=
y
2
y
dT exp [ /kT ] 1 dT e 1
k T dy e 1

} { }

{ }

ey
=
k T 2 ( e y 1 )2 k T 2 ( e y 1 ) 2

exp [ /kT ]

2
k T ( exp [ /kT ] 1 )2

Dengan demikian, kapasitas kalor dapat ditulis

C v = g p ( )
p

exp [ /kT ]

d
2
k T ( exp [ /kT ] 1 )2

exp [ /kT ]

g ()
2 d(1.39)
2 p
2
kT p
( exp [ /kT ] 1 )

2.2.1 Model Einstein


Untuk mencari kapasitas kalor Kristal, Einstein mengusulkan model bahwa
semua fonon berisolasi dengan frekuensi karakteristik yang sama,

0 , dengan asumsi

ini maka dapat ditulis

22

g p ( )=N ( 0 ) (1.40)

Di mana

( 0 )

merupakanfungsi data dirac. Dengan model ini kita dapatkan

kapasitas kalor Kristal untuk satu macam polarisasi saja sebesar

C v=

exp [ /kT ]
2
g ()
2 d
2
2
kT
( exp [ /kT ] 1 )

2
exp [ /kT ]

N ( 0 )
2 d
2
2
kT
( exp [ /kT ]1 )

2
exp [ /kT ]
N
2 (1.41)
2
2 0
k T ( exp [ /kT ]1 )

Untuk Kristal 3 dimensi, terdapat tiga arah polarisasi fonon yang mungkin (arah sumbu x,
y, dan z).dengan menganggap bahwa ke tiga polarisasi tersebut memberikan sumbangan
energy yang sama besar maka kapasitas kalor total menjadi tiga kali dari yang tampak
dalam persamaan (1.41), yaitu menjadi

C v=

3 N
k T2

[ ]
( [ ] )
exp

exp

kT

1
kT

02 ( 1.42 )

Tinjau kasus-kasus khusus, yaitu ketika T 0

maka exp [

C v=

3 N
k T2

dan T .dalam kondisi T 0

[ ]

0
0 /kT 1 sehingga exp [ 0 /kT 1 exp
kT

[ ]
( [ ])
exp

exp

0
kT

0
kT

akibatnya

02

23

3 N 0
kT

0
kT

(1.43)

Perhatikan suku pembilang danpenyebut pada persamaan (1.43).jika T 0

penyebut

T2 0

dan suku pembilang

exp

[ ]

0
kT

maka suku

sehingga kita dapat

mengaproksimasi

exp

[ ]

0
0
1+
kT
kT

Dengan aproksmasi ini maka persamaan (1.42) dapat ditulis menjadi

C v=

3 N
2
kT

[ ]
( [ ] )
1+exp

1+

0
kT

0
1
kT

02

2
3 N 0

02
2
kT
kT

( )

3 Nk =3 ( n N A ) k
3 n ( N A k ) =3 nR(1.44)

Dengan

N A bilangan Avogadro, n jumlah mold an R= N A k

konstanta gas umum.

Hasil ini persis sama dengan teori klasik dari dulong-petit bahwa kapasitas kalor
persatuan mol semua padatan adalah konstan, yaitu 3R.
Gambar 1.7 adalah perbandingan hasil pengamatan kapasitas kalor intan
(symbol) dan prediksi dengan model Einstein. Terdapat kesesuaian yang baik antara
prediksi model tersebut dengan pengamatan, khususnya nilai kapasitas kalor yang menuju

24

nol jika suhu menuju nol dan nilai kapasitas kalor menuju konstanta dulong-petit pada
suhu tinggi.

Gambar 1.7Kapasitas panas intan yang diperoleh dari pengamatan (simbol) dan
prediksi menggunakan model kapasitas panas Einstein.
Model Einstein dapat menjelaskan dengan baik kebergantugan kapasitas panas terhadap
suhu. Sesuai dengan pengamatan experiment bahwa pada suhu menuju nol kapasitas
panas menuju nol dan pada suhu tinggi kapasitas panas menuju nilai yang diramalkan
Dulong-petit.Akan tetapi, masih ada sedikit penyimpangan antara data eksperimen
dengan ramalan Einstein.Pada suhu yang menuju nol, hasil eksperimen memperlihatkan
bahwa kapasitas panas berubah sebagai fungsi kubik 9pangkat tiga) dari suhu, bukan
seperti pada persamaan (1.42).oleh karena itu perlu penyempurnaan pada model Einstein
untuk mendapatkan hasil yang persis sama dengan eksperimen.

2.3Kondensasi Bose-Einstein

25

Gambar 1.10Salah satu hasil pengukuran yang membuktikan fenomena kondensasi


Bose-Einstein.
Kita kembali melihat bentuk fungsi distribusi Bose-Einstein. Jumlah sistem yang
menempati keadaan dengan energi

N ( En ,T ) =

En pada suhu T adalah

1
E
exp n
1
kT

Tampak jelas dari ungkapan di atas bahwa pada suhu yang sangat rendah sistem-sistem
akan terkonsentrasi di keadaan-keadaan dengan energi sangat rendah. Jika T 0
maka jumlah sistem yang menempati tingkat energi paling rendah, tingkat energi kedua,
ketiga, dan seterusnya makin dominan. Jumlah sistem yang menempati keadaan-keadaan
dengan nilai energi tinggi makin dapat diabaikan. Hampir semua sistem akan berada pada
tingkat energi terendah jika suhu didinginkan hingga dalam orde

14

10

K . Gambar

diatas memperlihatkan evolusi populasi boson pada tingkat energi terendah (bagian
tengah kurva). Pada suhu T<<Tc hampir semua boson berada pada tingkat energi paling
rendah.
Namun, ada fenomena yang menarik di sini. Ternyata untuk boson, keadaan
dengan energi terendah dapat ditempati oleh sistem dalam jumlah yang sangat besar pada

26

14

10

suhu yang jauh lebih tinggi dari


menunggu suhu serendah

14

10

K.

Dengan kata lain, boson tidak perlu

untuk mendapatkan sistemdalam jumlah yang

sangat besar pada tingkat energi terendah. Pada beberapa material, seperti helium, jumlah
sistem yang sangat besar pada tingkat energi terendah dapat diamati pada suhu setinggi
3K. Jadi terjadi semacam kondensasi boson pada suhu yang jauh lebih tinggi dari prediksi
klasik. Fenomena ini dikenal dengan kondensai Bose-Einstein.

2.3.1 Kebergantungan Potensial Kimia Pada Suhu


Mari kita tengok kembali fungsi distribusi Bose-Einstein. Untuk mudahnya kita
gunakan skala energi sehingga tingkat terendah memiliki energi

E0=0.

Populasi

keadaan dengan tingkat energi sembarang diberikan oleh persamaan (1.53). Jumlah
populasi yang menempati tingkat energi terendah (

N ( 0,T )=

E0=0 adalah

1
(1.54)

exp
1
kT

( )

Pada suhu T 0

hampir semua sistem menempati keadaan dengan energi terendah.

Dengan demikian, jumlah populasi pada tingkat ini memiliki orde kira-kira sama dengan
jumlah total sistem, atau

kT
1
(1.55)
T 0 exp()1
N lim

N ( 0,T )=lim

T 0

27

Karena nilai N sangat besar (dalam orde

kT
1/[ ()1
exp

23

10

maka ketika T 0

kT
harus menuju nol. Jika tidak maka 1/[ ()1
exp

penyebut pada

tidak akan menghasilkan

kT
kT
nilai N yang snagat besar. Nilai [ ()1 akan menuju nol hanya jika () menuju
exp
exp
satu. Dari sifat fungsi eksponensial bahwa

disimpulan bahwa pada T 0

exp[ x ]

akan berlaku

mendekati 1 jika x 0 . Jadi

0
kT

maka dapat dilakukan

aproksimasi

1 (1.56)
(
)
kT
kT
exp
Jadi dapat diaproksimasikan sebagai berikut ini

kT
1
1
kT
=

1
1
kT
N lim

exp()1=

T0

Atau

kT
(1.57)
N

28

Hubungan pada persamaan (1.57) menyatakan bahwa pada suhu T menuju 0 maka

berharga negatif dan merupakan fungsi linear dari suhu. Sebagai ilustrasi, pada T=1 K
dan N=

1022

maka

=1,4 1038 erg . Ini adalah nilai yang sangat kecil.

Bahkan nilai ini jauh lebih kecil daipada jarak antar dua tingkat energi terdekat dalam
assembli atom helium di alam kubus dengan sisi 1 cm. Kebergantungan

pada suhu

itulah yang menyebabkan peristiwa kondensasi Bose-Einstein.


Agar lebih memahami fenomena kondensasi Bose-Einstein, perhatikan sistemsistem yang berada dalam kubus dengan sisi L. Tingkat-tingkat energi yang dimiliki
assembli memenuhi

2 (
2
E (nx n y nz)=
/ L ) ( n2x +n2y +n 2z ) (1.58)
2M

Tingkat

E ( 111) =

energi

terendah

bersesuaian

dengan

yaitu

2 2 (
1+ 1+ 1 )
2M L

()

Salah satu tingkat energi berikutnya bersesuaian dengan

E ( 112 )=

n x =n y =n z=1 ,

n x =n y =1dan n z=2 yaitu,

2 2 (
1+1+ 4 )
2M L

()

Selisih tingkat energi terendah dan tingkat energi berikutnya adalah

2
(
)
(
)
E=E 111 E 112 =3
2M L

()

Jika assembli tersebut adalah atom helium


sisi 1 cm makan

(M =6,6 1024 g)

dalam kubus dengan

E 2,48 1030 erg .

29

Apabila kita prediksi populasi sistem pada tingkat energi eksitasi pertama dan
tingkat energi terendah dengan menggunakan statistik Maxwell-Boltzman adalah

N1
E
=exp (
)
N0
kT
Pada suhu T = 1 mK maka
30
N1
2,48 10 erg
=exp
1
3
N0
k 10 K

Hasil diatas berarti bahwa pada suhu 1 mk, tingkat energi terendah dan eksitansi pertama
memiliki populasi yang hampir sama. Namun, dengan statistik Bose-Einstein didapatkan
hasil yang sangat berbeda. Dnegan asumsi N=

20

10

dan suhu T= 1 mK maka kita

peroleh

kT k 103
=
=1,4 1041 erg
22
N
10

Jumlah populasi yang menempati tingkat energi eksitasi pertama (tepat di atas tingkat
energi paling rendah) adalah

N ( E1 ,T )=

Karena

1
E1
exp
1
kT

E0=0

maka

E1= E . Lebih lanjut, mengingat

|| E

maka

E1 E1= E . Dengan demikian


N ( E1 ,T )=

1
E
exp
1
kT

30

1
exp

30

2,48 10
k 103

=5 10

10

Dengan demikian, fraksi sistem pada tingkat energi eksitasi pertama adalah

N ( E1) 5 1010
=
=5 1012
22
N
10
Tampak bahwa fraksi sistem pada tingkat energi eksitasi pertama amat kecil. Ini berarti
bahwa sebagian besar sistem berada pada tingkat energi terendah.

Kesimpulan

Distribusi Bose-Einstein menggambarkan perilaku statistik partikel berputar


bilangan bulat (boson). Pada suhu rendah, boson dapat berperilaku sangat berbeda
dari fermion karena jumlah yang tidak terbatas dari mereka dapat mengumpulkan ke

dalam keadaan energi yang sama, fenomena yang disebut "kondensasi".


Syarat Berlakunya Hukum Distribusi Bose Einstein
1. Partikel partikel adalah identik (tidak dapat dibedakan) karena setiap pertukaran
partikel tidak menghasilkan keadaan baru.
2. Berlaku untuk partikel partikel boson yaitu semua partikel yang memiliki
fungsi gelombang simetrik.
3. Tidak memenuhi larangan Pauli (di dalam satu atom, tidak boleh ada 2 elektron
yang mempunyai ke-4 bilangan kuantum yang sama)
4. Tidak ada batasan jumlah untuk menempati satu keadaan.
5. Tunduk pada fisika kuantum
6. Statistika Bose-Einstein menentukan distribusi statistik bagi boson pada berbagai
tingkat energi di dalam kesetimbangn termal.
7. Boson adalah zarah berspin bulat sehingga tidak mematuhi asas larangan Pauli ;
sejumlah besar zarah boson dapat menempati keadaan yang sama pada saat yang

sama pula
Aplikasi bos-einstein bisa ditemukan pada:
1. Radiasi benda hitam
2. Hukum pergeseran wien
3. Persamaan Stefan boltzman
4. Cosmic Microwave background
5. Kapasitas kalor kristal
6. Kondensasi bose-einstein

31

Daftar Pustaka
Abdullah, Mikrajuddin. 2009. Pengantar Fisika Statistik. Bandung. ITB.
Cahn, Sidney B., Mahan, Gerald D., Nadgorny Boris E. A Guide to Physics
Problem Part 2 Thermodynamics, Statistical Physics, and Quantum
Mechanics. New York. Kluwer Academic Publishers.
Kyoko, Eiji. 2014. Bose-Einstein Condensation and density collapse in a weakly coupled
Boson-fermion mixture
Perez, Villegas, Bose-Einstein Condensation in a constant magnetis field. 2000. Brazilian
Journal Of Physics, vol.30, No.2.
Purwanto, Agus. 2007. Fisika Statistik. Yogyajakarta. Gava Media.
http://schools-wikipedia.org/wp/t/Thermodynamic_temperature.htmldiakses tanggal 26
Mei 2015 ( gambar 1.2 )
http://www.howtopowertheworld.com/what-is-solar-energy.shtmldiakses tanggal 26 Mei
2015 ( gambar 1.3)
http://launch.yousaytoo.com/?lrRef=Ye6Ax

diakses

tanggal 26 Mei 2015 ( gambar 1.4 )


http://koestoer.wordpress.com/2011/03/22/kronologi-alam-semesta/diakses

tanggal

26

Mei 2015 ( gambar 1.5 )


http://www.faktailmiah.com/2010/08/28/materi-gelap-dan-terang.htmldiakses tanggal 26
Mei 2015 ( gambar 1.6 )
http://cua.mit.edu/ketterle_group/popular_papers/ultralow_temperatures.htmdiakses
tanggal 26 Mei 2015 ( gambar 1.10 )

32

Sunu, Wipsar. 2010. Kondensasi Bose-Einstein. Yogyakarta. Laboratorium Fisika Teori


dan Komputasi Fisika. FMIPA UNY.
Xiao, Ke. 2011. Dimensionless Constant and Black Body Radiation Laws. Manhattan
Beach. Electronical Journal of Physics. EJTP 8. No.5.

33

Anda mungkin juga menyukai