STATISTIK BOSE-EINSTEIN
DISUSUN OLEH:
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
STATISTIK BOSE-EINSTEIN
Pada
awal
1920-an Satyendra
Nath
Bose ,
seorang
professor
Universitas
Dhaka di British India tertarik oleh teori einstein mengenai gelombang cahaya yang
diumpamakan sebagai partikel yang disebut foton . Bose tertarik untuk menurunkan
rumus radiasi Planck, yang Planck diperoleh sebagian besar dengan menebak. Pada tahun
1900 Max Planck telah diperoleh formula dengan memanipulasi matematika agar sesuai
dengan bukti empiris. Menggunakan gambar partikel Einstein, Bose mampu menurunkan
rumus radiasi dengan sistematis mengembangkan statistik partikel tak bermassa tanpa
kendala konservasi partikel angka. Penemuan Bose berasal dari Hukum Radiasi Planck
oleh mengusulkan keadaan-keadaan yang berbeda untuk foton. Daripada kebebasan
statistik partikel, partikel Bose dimasukkan ke dalam sel dan menggambarkan
kemandirian
statistik
sel ruang
fase .
Sistem
tersebut
memungkinkan
yang
melihat
pentingnya
dan
menggunakan
pengaruhnya
untuk
mendapatkannya diterbitkan.
Syarat Berlakunya Hukum Distribusi Bose Einstein
1. Partikel partikel adalah identik (tidak dapat dibedakan) karena setiap pertukaran
partikel tidak menghasilkan keadaan baru.
2. Berlaku untuk partikel partikel boson yaitu semua partikel yang memiliki
fungsi gelombang simetrik.
3. Tidak memenuhi larangan Pauli (di dalam satu atom, tidak boleh ada 2 elektron
yang mempunyai ke-4 bilangan kuantum yang sama)
4. Tidak ada batasan jumlah untuk menempati satu keadaan.
5. Tunduk pada fisika kuantum
6. Statistika Bose-Einstein menentukan distribusi statistik bagi boson pada berbagai
tingkat energi di dalam kesetimbangn termal.
7. Boson adalah zarah berspin bulat sehingga tidak mematuhi asas larangan Pauli ;
sejumlah besar zarah boson dapat menempati keadaan yang sama pada saat yang
sama pula. Contoh dari Boson itu sendiri adalah: atom Helium-4, atom Sodium23, Foton, yang menengahi gaya elektromagnetik, gluon, boson Higgs, Fonon,
Nulei dengan spin "integer", boson W dan Z, yang menengahi gaya nuklir lemah
Sifat sistem sub atomic yang tidak dapat dibedakan dapat dipahami dari konsep
gelombang sistem. Panjang gelombang de Broglie sistem-sistem tersebut memenuhi
=h/m
yang besar menyebabkan fungsi gelombang dua sistem yang berdekatan menjadi
tumpang tindih. Kalau dua fungsi gelombang tumpang tindih maka kita tidak dapat lagi
membedakan dua sistem yang memiliki fungsi-fungsi gelombang tersebut.
Kondisi sebaliknya dijumpai pada sistem klasik seperti molekul-molekul
gas.massa sistem sangat besar sehingga
tumpang tindih fungsi gelombang sistem-sistem tersebut, sehingga secara prinsip sistemsistem tersebut dapat dibedakan.
Pada suhu yang sangat tinggi sistem sub atomic dapat berperilaku seperti sistem
klasik. Pada suhu yang sangat tinggikecepatan sistem sangat besar sehingga panjang
gelombangnya sangat kecil.Akibatnya, tumpang tindih gelombang sistem-sistem menjadi
hilang dan sistem menjadi terbedakan.
Sistem kuantum yang akan kita bahas ada dua macam yaitu boson dan
fermion.Boson adalah sistem yang memiliki spin kelipatan bulat dari
. Sistem ini
tidak memenuhi prinsip eksklusi Pauli sehingga satu tingkat energi dapat ditempati oleh
sistem dalam jumlah berapa pun. Sebaliknya, fermion memiliki spin yang merupakan
kelipatan ganjil dari
sama dengan sifat pada konfigurasi maksimum tersebut.Kita tetap membagi tingkat
energi sistem-sistem dalam assembli atas M kelompok sebagai berikut :
Kelompok-1 memiliki jumlah keadaan
E1
E2
Es
gM
EM
Kita akan menentukan berapa cara penyusunan yang dapat dilakukan jika :
Terdapat
n1 sistem di kelompok-1
Terdapat
n2 sistem di kelompok-2
Terdapat
n s sistem dikelompok-s
Terdapat
n M sistem di kelompok-M
g1
keadaan dan
n1
sistem.
Mari kita analogikan satu keadaan sebagai sebuah kursi dan satu sistem dianalogikan
sebagai sebuah benda yang akan diletakkan dikursi tersebut. Satu kursi dapat saja kosong
atau menampung benda dalam jumlah beberapa saja. Untuk menghitung jumlah penyusun
benda, dapat dilakukannya sebagai berikut :
Gambar 1.1Penyusunan benda dan kursi analog dengan penyusunan boson dalam
tingkat-tingkat energi.Untuk merepresentasikan sistem boson, bagian
paling bawah harus selalu kursi.
Dari gambar 1.1, apa pun cara penyusunan yang dilakukan, yang berada di ujung bawah
selalu kursi karena benda harus disangga oleh kursi (sistem harus menempati tingkat
energi). Oleh karena itu, jika jumlah total kursi adalah
dapat dipertukarkan dengan harga
g11
(g1 +n11)! .
Karenna sistem boson tidak dapat dibedakan satu degan lainnya, maka pertukaran
sesame sistem dan sesame kursi tidak menghasilkan penyusunan yang berbeda. Jumlah
penyusunan sebanyak
g
( 1+n11 ) ! Secara emplisit memperhitungkan jumlah
pertukaran antara sistem dan antar kursi. Jumlah pertukaran antar sistem adalah
dan pertukaran jumlah antar kursi adalah
yang berbeda untuk
n1 boson di dalam
g1 ! .
n1 !
g1 keadaan hanyalah
( g1 +n11)!
(1.1)
n1 ! g 1 !
n2
g2
keadaan
(g2 +n21)!
(1.2) Terakhir hingga kelompok energi ke-M, jumlah cara penyusunan
g2 ! n2 !
n M sistem dalam
gM
keadaan adalah
(g M + nM 1) !
(1.3)
gM ! n M !
g1
dalam
keadaan,
n2
sistem di dalam
g2 ,
.,
nM
n1
sistem di
sistem dalam
gM
keadaan adalah
( g1 +n11)! ( g 2+ n21)!
(g M + nM 1)! M (gs +n s1)!
=
(1.4 )
n1 ! g 1 !
g 2 ! n2 !
gM ! nM !
ns ! gs !
s=1
Harus juga diperhitungkan jumlah cara membawa N sistem dari luar untuk
didistribusikan ke dalam tingkat-tingkat energi di atas. Jumlah cara pengambilan N sistem
adalah N! cara. Karena sistem tidak dapat dibedakan maka jumlah tersebut harus dibagi
dengan N!,sehingga jumlah total cara membawa N sistem ke dalam tingkat-tingkat energi
di dalam assembli adalah N!/N!=1.Akhirnya, kita dapatkan jumlah penyusunan sistemsistem dalam assembli boson adala
M
W =
s=1
(g s+ns 1)!
(1.5)
ns! gs!
besar.
Ambil
logaritma
ruas
iri
dan
kanan
persamaan
(1.5)
M
M
( g s +n s1)!
(gs + ns1)!
=
ln
=ln
n !g !
berikut
pendekatan
tersebut
maka
persamaan
(1.6)
menjadi
gs + g s
M
ns ln ns + ns (1.7)
Jumlah total sistem serta energi total assembli memenuhi
M
s=1
s=1
N= ns dan U= ns Es
Untuk assembli yang terisolasi sehingga tidak ada pertukaran sistem maupun
energi antara assembli dan lingkungan.Jumlah sistem maupun energi assembli constant.
Pembatasan
ini
dapat
dinyatakan
dalam
bentuk
diferensial
berikut
ini
N = ns =0(1.8)
s=1
U = E s n s=0(1.9)
s=1
lnW + N + U =0
(1.10)
Selanjutnya
dengan
mengambil
diferensial
persamaan
(1.7)
diperoleh
W = [ ( g s+ ns 1 ) ln ( g s +n s1 ) ( g s +n s1)g s ln gs + g s ns ln n s + n s ] (1.11)
s=1
ln
Hitung suku per suku yang terkandung dalam persamaan (1.11)
i)
( g s +ns 1 ) ln ( gs +n s1 ) =
( g +n 1 ) ln ( g s+ ns1 ) n s
n 1 s s
ln ( g s1+n s ) + ( gs + ns1 )
1
n s
( g s+ ns 1 )
[ ln ( g s1+n s )+ 1 ] n s
( g +n 1 ) ns= ns
ns s s
ii)
( g s +ns 1 )=
iii)
g s ln gs =
g ln g s ns=0
ns s
iv)
n s ln ns =
1
n ln ns n s= ln ns +n s
ns =[ ln ns +1 ] n s
n s s
ns
Persamaan
(1.11)
selanjutnya
menjadi
s=1
s=1
ln
s =1
Karena
gs +n s1
n s (1.12)
ns
gs 1
dan
ns 1
maka
gs +n s1 g s +ns
sehingga persamaan
lnW = ln
s=1
[ ]
gs + ns
n s( 1.13)
ns
Subtitusikan persamaan (1.8), (1.9), dan (1.13) ke dalam persamaan (1.10) diperoleh
M
ln
s=1
[ ]
M
M
g s+ ns
n s+ ns + E s n s=0
ns
s=1
s=1
Atau
M
s=1
{[ ]
ln
gs +n s
+ + Es ns =0(1.14)
ns
ln
[ ]
g s +n s
+ + Es =0
ns
g s +ns
=exp ( Es )
ns
gs +n s=n s exp ( Es )
gs =ns [ exp ( E s )1 ]
Dan akhirnya ungkapan untuk jumlah populasi pada tiap-tiap tingkat energi sebagai
berikut
n s=
gs
exp ( Es ) 1
(1.15)
juga berbentuk
1
.
kT
Dengan
10
n s=
gs
exp ( + E s / kT )1
1.4 Parameter
Parameter
(1.16)
foton (kuantisasi gelombng elektromagnetik) dan fonon (kuantitasi getaran atom dalam
Kristal) dan ini berimplikasi pada nilai parameter
diserap atau diciptakan oleh atom-atom yang berada pada dinding kotak. Akibatnya,
jumlah foton dalam satu assembli tidak harus tetap. Jumlah foton bias bertambah, jika
atom-atom di dinding memancarkan foton dan bias berkurang jika atom-atom di dinding
menyerap foton. Untuk sistem semacam ini pembatasan bahwa jumlah total sistem dalam
assembli konstan sebenarnya tidak berlaku. Pada penurunan fungsi distribusi BoseEinstein kita telah mengamsusikan bahwa jumlah sistem dalam assembli selalu tetap,
yaitu
untuk assembli dengan jumlah sistem tidak tetap, seperti foton dan fonon maka nilai
harus diambil nol. Dengan nilai ini maka fungsi distribusi untuk sistem semacam
ini menjadi
n s=
gs
(1.17)
exp ( Es /kT ) 1
11
dapat dianalogikan sebagai kotak yang berisi gas foton.Jumlah foton dalam kotak tidak
selalu konstan.Ada kalanya foton diserap oleh atom-atom yang berada di dinding kotak
dan sebaliknya atom-atom di dinding kotak dapat memancarkan fotonn ke dalam ruang
kotak. Karena jumlah foton yang tidak konstan ini maka faktor Bose-Einstein untuk gas
foton adalah
1
E
kT
e 1
=0
g ( ) d=
8
d (1.18)
4
sampai
+ d adalah
n ( ) d=
g ( ) d
(1.19)
e EkT 1
E ( ) d=
sampai
E=hc /
+ d adalah
hc
n ( ) d
8 hc d
(1.20)
5 e E /kT 1
12
2.1.1
sebagai fungsi
panjang gelombang
terhadap
dab menyamakan
dengan mendiferensial E(
dengan
dE ( )
=0(1.21)
d
m
E ( )=
8 hc
5
d
E
kT
(1.22)
e 1
13
kT
E =8 hc
hc
( ) x (e11) (1.23)
5
1
x
kT
kT
8 hc
hc
hc
( )
Agar terpenuhi
( ) dxd ( x (e 1 1) )(1.24)
5
1/x
dE
=0 maka pada persamaan 1.24 harus memenuhi
d
d
1
=0(1.25)
5
1
dx x ( e / x 1 )
( 15 x ) e1 / x 5=0 (1.26)
Nilai x pada persamaan (1.26)dapat diselesaikan dengan berbagai cara. Jika
menggunakan
instruksi
Wolfram
Research,
maka
solusi
untuk
yang
memenuhi
hubungan
m kT
=0,194197
hc
Atau
14
m T =0,194197
hc
(1.27) dengan
k
menggunakan
nilai
konstanta
k=1,38x
Gambar 1.3
15
Gambar 1.4Warna bintang menunjukan suhu bintang. Semakain menuju kewarna biru
suhu bintang semakin tinggi. Sebaliknya suhu bintang semakin rendah
apabila menuju ke warna merah.
Persamaan (1.28) tidak lain daripada ungkapan hukum pergeseran Wien. Hukum ini
menjelaskan hubungan antara suhu benda dengan gelombang dan intensitas maksimum
yang dipancarkan benda tersebut.Makin tinggi suhu benda maka makin pendek
gelombang yang dipancarkan benda tersebut, atau warna benda bergeser kea rah
biru.Ketika pandai besi memanaskan logam maka warna logam berubah secara terus
menerus dari semula merah, kuning, hijau dan selanjutnya ke biru-biruan.Ini akibat suhu
benda yang semakin tinggi.Hukum pergeseran Wien telah dipakai untuk memperkirakan
suhu benda berdasarkan spectrum elektromagnetik yang dipancarkan.Energi yang
dipancarkan benda diukur pada berbagai panjang gelombang.Kemudian intensitas
tersebut diplot terhadap panjang gelombang sehingga diperoleh selanjutnya diterapkan
pada hukum pegeseran Wien guna memprediksi suhu benda.Pada astronom
memperkirakan suhu bintang-bntang, berdasarkan spectrum energy yang dipancarkan
oleh bintang-bintang tersebut.
2.1.2
Persamaan Stefan-Boltzmann
16
=m .
pada saat
Energy total yang dipancarkan oleh benda hitam diperoleh dengan mengintegralkan
persamaan (1.20) dari panjang gelombang nol sampai tak berhingga, yaitu
E= E ( ) d
0
8 hc
0
1
d
(1.29)
5 hc/ kT
e
1
y=hc / kT . Dengan
1 kT
=
y
hc
1
kT
=
5
hc
( )y
hc 1
kT y
d=
hc 1
dy
kT y 2
=0
maka y=0.
E=8 hc
kT
hc
( )y
(hc/ kT y 2 ) dy
e y 1
17
kT
8 hc
hc
( )(
8 hc
hc
kT
) e yy1dy
4 0
kT
hc
y 5 dy
e y1 (1.30)
( )
Persamaan (1.30) merupakan kerapatan energy foton di dalam kotak. Hubungan antara
kerapatan energy yang diradiasi dengan energy foton dalam kotak adalah
2 h c 2
2 h c 2
kT
hc
Erad =cE/4
) eyy1dy
k
hc
( )
y 3 dy 4
y T (1.31)
0 e 1
Persamaan (1.31) sangat mirip dengan persamaan Stefan-Boltzman. Jadi pada persamaan
(1.31) kita dapat menyamakan
=2 h c 2
k
hc
) eyy1dy (1.32)
0
y 3 dy
e y 1 =6,49394
0
Selanjutnya
dengan
memasukkan
nilai
konstanta-konstanta
lain
konstanta Stefan-boltzman.
=5,65 108 W /m 2 K 4
18
2.1.3
radiasi yang bersifat isotropic (sama ke segala arah) di alam semesta dalam panjang
gelombang mikro. Gejala ini selanjutnya dikenal dengan icosmic microwave background
(CMB). Radiasi ini benar-benar isotropic.Penyimpangan dari sifat isotropic hanya sekitar
seper seribu.Dua astronom muda, Arno Penzias dan Robert Wilson yang pertama kali
mengidentifikasi gejala ini tahun 1965 dengan menggunakan antene horn yang
dikalibrasi dengan teliti.Dengan anggapan bahwa alam semesta berupa benda hitam
sempurna dan setelah dilakukan pengukuran yang teliti intensitas radiasi gelombang
mikro ini pada berbagai panjang gelombang yang mungkin, selanjutnya hasil pengukuran
di-fit dengan persamaan radiasi benda hitam (1.4) disimpulkan bahwa suhu rata-rata alam
semesta sekarang adalah 2,725 K.
19
1
En=(n+ ) . Karena jumlah fonon tidak konstan maka fungsi distribusi untuk
2
fonon diperoleh dengan mengambil
maka secara umum energy toal yang dimiliki fonon dalam Kristal dapat ditulis
U=
()
(1.33)
exp [ ()/kT ] 1
20
Jika fonon memiliki sejumlah polarisasi dan polarisasi kep memiliki frekuensi
p ( ) ,
U=
p
p ( )
(1.34)
exp [ p ()/kT ] 1
Penjumlahan terhadap
jika
g p ( ) d (1.35)
Tetapi karena
merupakan fungsi
g p ( ) d g p ( ) d(1.36)
U= g p ()
p
d(1.37)
exp [ /k B T ] 1
Dari definisi energy dalam persamaan (1.37) maka kita dapat menentukan kapasitas panas
yang didefinisikan sebagai berikut
C v=
dU
dT
g p ()
d
dT p
exp [ /k B T ] 1
21
g p ( )
p
d (1.38)
dT exp [ /kT ] 1
Untuk menyederhanakan persamaan (1.38) mari kita lihat suku diferensial dalam
persamaan tersebut. Untuk mempermudah kita misalkan
y= /kT . Dengan
d
d dy d
=
=
dT dy dT k T 2 dy
d
d
1
d
1
=
=
y
2
y
dT exp [ /kT ] 1 dT e 1
k T dy e 1
} { }
{ }
ey
=
k T 2 ( e y 1 )2 k T 2 ( e y 1 ) 2
exp [ /kT ]
2
k T ( exp [ /kT ] 1 )2
C v = g p ( )
p
exp [ /kT ]
d
2
k T ( exp [ /kT ] 1 )2
exp [ /kT ]
g ()
2 d(1.39)
2 p
2
kT p
( exp [ /kT ] 1 )
0 , dengan asumsi
22
g p ( )=N ( 0 ) (1.40)
Di mana
( 0 )
C v=
exp [ /kT ]
2
g ()
2 d
2
2
kT
( exp [ /kT ] 1 )
2
exp [ /kT ]
N ( 0 )
2 d
2
2
kT
( exp [ /kT ]1 )
2
exp [ /kT ]
N
2 (1.41)
2
2 0
k T ( exp [ /kT ]1 )
Untuk Kristal 3 dimensi, terdapat tiga arah polarisasi fonon yang mungkin (arah sumbu x,
y, dan z).dengan menganggap bahwa ke tiga polarisasi tersebut memberikan sumbangan
energy yang sama besar maka kapasitas kalor total menjadi tiga kali dari yang tampak
dalam persamaan (1.41), yaitu menjadi
C v=
3 N
k T2
[ ]
( [ ] )
exp
exp
kT
1
kT
02 ( 1.42 )
maka exp [
C v=
3 N
k T2
[ ]
0
0 /kT 1 sehingga exp [ 0 /kT 1 exp
kT
[ ]
( [ ])
exp
exp
0
kT
0
kT
akibatnya
02
23
3 N 0
kT
0
kT
(1.43)
penyebut
T2 0
exp
[ ]
0
kT
maka suku
mengaproksimasi
exp
[ ]
0
0
1+
kT
kT
C v=
3 N
2
kT
[ ]
( [ ] )
1+exp
1+
0
kT
0
1
kT
02
2
3 N 0
02
2
kT
kT
( )
3 Nk =3 ( n N A ) k
3 n ( N A k ) =3 nR(1.44)
Dengan
Hasil ini persis sama dengan teori klasik dari dulong-petit bahwa kapasitas kalor
persatuan mol semua padatan adalah konstan, yaitu 3R.
Gambar 1.7 adalah perbandingan hasil pengamatan kapasitas kalor intan
(symbol) dan prediksi dengan model Einstein. Terdapat kesesuaian yang baik antara
prediksi model tersebut dengan pengamatan, khususnya nilai kapasitas kalor yang menuju
24
nol jika suhu menuju nol dan nilai kapasitas kalor menuju konstanta dulong-petit pada
suhu tinggi.
Gambar 1.7Kapasitas panas intan yang diperoleh dari pengamatan (simbol) dan
prediksi menggunakan model kapasitas panas Einstein.
Model Einstein dapat menjelaskan dengan baik kebergantugan kapasitas panas terhadap
suhu. Sesuai dengan pengamatan experiment bahwa pada suhu menuju nol kapasitas
panas menuju nol dan pada suhu tinggi kapasitas panas menuju nilai yang diramalkan
Dulong-petit.Akan tetapi, masih ada sedikit penyimpangan antara data eksperimen
dengan ramalan Einstein.Pada suhu yang menuju nol, hasil eksperimen memperlihatkan
bahwa kapasitas panas berubah sebagai fungsi kubik 9pangkat tiga) dari suhu, bukan
seperti pada persamaan (1.42).oleh karena itu perlu penyempurnaan pada model Einstein
untuk mendapatkan hasil yang persis sama dengan eksperimen.
2.3Kondensasi Bose-Einstein
25
N ( En ,T ) =
1
E
exp n
1
kT
Tampak jelas dari ungkapan di atas bahwa pada suhu yang sangat rendah sistem-sistem
akan terkonsentrasi di keadaan-keadaan dengan energi sangat rendah. Jika T 0
maka jumlah sistem yang menempati tingkat energi paling rendah, tingkat energi kedua,
ketiga, dan seterusnya makin dominan. Jumlah sistem yang menempati keadaan-keadaan
dengan nilai energi tinggi makin dapat diabaikan. Hampir semua sistem akan berada pada
tingkat energi terendah jika suhu didinginkan hingga dalam orde
14
10
K . Gambar
diatas memperlihatkan evolusi populasi boson pada tingkat energi terendah (bagian
tengah kurva). Pada suhu T<<Tc hampir semua boson berada pada tingkat energi paling
rendah.
Namun, ada fenomena yang menarik di sini. Ternyata untuk boson, keadaan
dengan energi terendah dapat ditempati oleh sistem dalam jumlah yang sangat besar pada
26
14
10
14
10
K.
sangat besar pada tingkat energi terendah. Pada beberapa material, seperti helium, jumlah
sistem yang sangat besar pada tingkat energi terendah dapat diamati pada suhu setinggi
3K. Jadi terjadi semacam kondensasi boson pada suhu yang jauh lebih tinggi dari prediksi
klasik. Fenomena ini dikenal dengan kondensai Bose-Einstein.
E0=0.
Populasi
keadaan dengan tingkat energi sembarang diberikan oleh persamaan (1.53). Jumlah
populasi yang menempati tingkat energi terendah (
N ( 0,T )=
E0=0 adalah
1
(1.54)
exp
1
kT
( )
Pada suhu T 0
Dengan demikian, jumlah populasi pada tingkat ini memiliki orde kira-kira sama dengan
jumlah total sistem, atau
kT
1
(1.55)
T 0 exp()1
N lim
N ( 0,T )=lim
T 0
27
kT
1/[ ()1
exp
23
10
maka ketika T 0
kT
harus menuju nol. Jika tidak maka 1/[ ()1
exp
penyebut pada
kT
kT
nilai N yang snagat besar. Nilai [ ()1 akan menuju nol hanya jika () menuju
exp
exp
satu. Dari sifat fungsi eksponensial bahwa
exp[ x ]
akan berlaku
0
kT
aproksimasi
1 (1.56)
(
)
kT
kT
exp
Jadi dapat diaproksimasikan sebagai berikut ini
kT
1
1
kT
=
1
1
kT
N lim
exp()1=
T0
Atau
kT
(1.57)
N
28
Hubungan pada persamaan (1.57) menyatakan bahwa pada suhu T menuju 0 maka
berharga negatif dan merupakan fungsi linear dari suhu. Sebagai ilustrasi, pada T=1 K
dan N=
1022
maka
Bahkan nilai ini jauh lebih kecil daipada jarak antar dua tingkat energi terdekat dalam
assembli atom helium di alam kubus dengan sisi 1 cm. Kebergantungan
pada suhu
2 (
2
E (nx n y nz)=
/ L ) ( n2x +n2y +n 2z ) (1.58)
2M
Tingkat
E ( 111) =
energi
terendah
bersesuaian
dengan
yaitu
2 2 (
1+ 1+ 1 )
2M L
()
E ( 112 )=
n x =n y =n z=1 ,
2 2 (
1+1+ 4 )
2M L
()
2
(
)
(
)
E=E 111 E 112 =3
2M L
()
(M =6,6 1024 g)
29
Apabila kita prediksi populasi sistem pada tingkat energi eksitasi pertama dan
tingkat energi terendah dengan menggunakan statistik Maxwell-Boltzman adalah
N1
E
=exp (
)
N0
kT
Pada suhu T = 1 mK maka
30
N1
2,48 10 erg
=exp
1
3
N0
k 10 K
Hasil diatas berarti bahwa pada suhu 1 mk, tingkat energi terendah dan eksitansi pertama
memiliki populasi yang hampir sama. Namun, dengan statistik Bose-Einstein didapatkan
hasil yang sangat berbeda. Dnegan asumsi N=
20
10
peroleh
kT k 103
=
=1,4 1041 erg
22
N
10
Jumlah populasi yang menempati tingkat energi eksitasi pertama (tepat di atas tingkat
energi paling rendah) adalah
N ( E1 ,T )=
Karena
1
E1
exp
1
kT
E0=0
maka
|| E
maka
1
E
exp
1
kT
30
1
exp
30
2,48 10
k 103
=5 10
10
Dengan demikian, fraksi sistem pada tingkat energi eksitasi pertama adalah
N ( E1) 5 1010
=
=5 1012
22
N
10
Tampak bahwa fraksi sistem pada tingkat energi eksitasi pertama amat kecil. Ini berarti
bahwa sebagian besar sistem berada pada tingkat energi terendah.
Kesimpulan
sama pula
Aplikasi bos-einstein bisa ditemukan pada:
1. Radiasi benda hitam
2. Hukum pergeseran wien
3. Persamaan Stefan boltzman
4. Cosmic Microwave background
5. Kapasitas kalor kristal
6. Kondensasi bose-einstein
31
Daftar Pustaka
Abdullah, Mikrajuddin. 2009. Pengantar Fisika Statistik. Bandung. ITB.
Cahn, Sidney B., Mahan, Gerald D., Nadgorny Boris E. A Guide to Physics
Problem Part 2 Thermodynamics, Statistical Physics, and Quantum
Mechanics. New York. Kluwer Academic Publishers.
Kyoko, Eiji. 2014. Bose-Einstein Condensation and density collapse in a weakly coupled
Boson-fermion mixture
Perez, Villegas, Bose-Einstein Condensation in a constant magnetis field. 2000. Brazilian
Journal Of Physics, vol.30, No.2.
Purwanto, Agus. 2007. Fisika Statistik. Yogyajakarta. Gava Media.
http://schools-wikipedia.org/wp/t/Thermodynamic_temperature.htmldiakses tanggal 26
Mei 2015 ( gambar 1.2 )
http://www.howtopowertheworld.com/what-is-solar-energy.shtmldiakses tanggal 26 Mei
2015 ( gambar 1.3)
http://launch.yousaytoo.com/?lrRef=Ye6Ax
diakses
tanggal
26
32
33