Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGOLAHAN PANGAN

VIRTUAL EXPERIMENT CONVECTIVE

NURILMI DWI MUTMAINNA

(G41113003)

ERINA SUSAN

(G41113011)

FAJAR

(G41113311)

GEMALA HARDINASINTA

(G41113514)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perpindahan energi dalam bentuk panas terjadi karena adanya perbedaan suhu
di antara benda atau material. Dalam proses perpindahan energi tersebut tentu ada
kecepatan perpindahan panas yang terjadi, atau yang lebih dikenal dengan laju
perpindahan panas. Panas akan berpindah dari temperatur tinggi ke temperatur
yang lebih rendah. Koefisien perpindahan panas (h), seringkali diperlukan dalam
merancang dan menganalisis alat pengolahan makanan. Koefisien perpindahan
panas dipengaruhi oleh massa jenis benda, ukuran benda, panas spesifik dari
benda, dan penurunan suhu benda setiap waktunya.
Perbedaan suhu terjadi menyebabkan keadaan yang tidak stabil maka akan
terjadi panas. Keadaan tidak stabil ini perlu diselesaikan melalui proses
perpindahan kalor. Dalam pengamatan proses perpindahan kalor konveksi,
masalah yang utama terletak pada cara mencari metode penentuan nilai h dengan
tepat. Nilai koefisien ini tergantung kepada banyak faktor. Jumlah kalor yang
dipindahkan, bergantung pada nilai h. Jika kecepatan medan tetap, artinya tidak
ada pengaruh luar yang mendoromg fluida bergerak, maka proses perpindahan
ka1or berlaku. Sedangkan bila kecepatan medan dipengaruhi oleh unsur luar
seperti kipas atau peniup, maka proses konveksi yang akan terjadi merupakan
proses perpindahan kalor konveksi paksa.
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
a. Untuk mengukur perubahan suhu suatu aluminium ketika dipanaskan atau
didinginkan dengan air atau udara.
b. Untuk menentukan koefisien perpindahan panas pada objek bola yang
dipanaskan atau didinginkan baik menggunakan air panas atau udara dingin
dengan menggunakan metode kuasi-mapan.
c. Untuk menguji pengaruh ukuran produk, suhu air, suhu udara, dan kecepatan
udara pada koevisien koefisien perpindahan panas.
II. LANDASAN TEORI
2.1 Perpindahan Panas

Perpindahan panas merupakan ilmu untuk meramalkan perpindahan energi


dalam bentuk panas yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda
atau material. Dalam proses perpindahan energi tersebut tentu ada kecepatan
perpindahan panas yang terjadi, atau yang lebih dikenal dengan laju perpindahan
panas. Maka ilmu perpindahan panas juga merupakan ilmu untuk meramalkan
laju perpindahan panas yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu. Perpindahan
panas akan terjadi apabila ada perbedaan temperatur antara dua bagian benda.
Panas akan berpindah dari temperatur tinggi ke temperatur yang lebih rendah.
Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu
konduksi, konveksi, dan radiasi. Pada peristiwa konveksi, perpindahan panas
terjadi karena terbawa aliran fluida. Secara termodinamika, konveksi dinyatakan
sebagai aliran entalpi, bukan aliran panas. Konveksi terbagi menjadi dua jenis,
yaitu konveksi alami dan konveksi paksa. Dimana konveksi alami adalah
konveksi yang terjadi akibat pemaksaan oleh gaya apung, dimana karena
perbedaan massa jenis yang diakibatkan oleh variasi suhu pada fluida. Sedangkan
konveksi paksa terjadi ketika aliran disebabkan oleh gaya dari luar, seperti kipas,
pompa, atau angin di atmosfer.

Gambar 1. Skema konveksi paksa

Gambar 2. Skema konveksi alami


Laju perpindahan kalor suatu benda sebanding dengan beda temperatur antara
benda dengan fluida sekelilingnya. Dapat dirumuskan menjadi:
Q = h.A.(To - T).
Dimana:
Q = laju perpindahan kalor (W)
h = koefisien perpindahan panas (W/m2K)
A = Luas permukaan objek (m2)
To = Temperatur permukaan objek (K)
T = Temperatur lingkungan/fluida (K)
2.2 Koefisien Perpindahan Panas
Koefisien perpindahan panas (h) adalah banyaknya kalor yang dapat
dipindahkan per satuan luas pada suhu tertentu. Koefisien perpindahan panas
dipengaruhi oleh massa jenis benda, ukuran benda, panas spesifik dari benda, dan
penurunan suhu benda setiap waktunya.
Persamaan keseimbangan energi panas pada benda logam:
Energi masuk = energi keluar

Dimana:
h adalah koefisien perpindahan panas konvektif,

A adalah luas permukaan,


cp adalah panas spesifik dari objek,
Tm adalah temperatur cairan sekitarnya,
T adalah suhu objek, dan
t adalah waktu.
Persamaan di atas dapat diintegrasikan dan menghasilkan persamaan berikut:

Persamaan diatas akan menunjukkan grafik garis lurus antara waku dan nilai
ln[(T-Tm)/(Ti-Tm)]. Kemiringan (slope) dari grafik tersebut dapat digunakan
untuk menentukan koefisien perpindahan panas dari objek.

III. PROSEDUR
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah termokopel, kipas angin,
water bath, dan jangka sorong.Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
bola aluminium dan air.
3.2 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini adalah:
1. Memanaskan air pada water bath hingga suhu 95C
2. Mengukur diameter dari bola aluminium menggunakan jangka sorong
3. Menghunungkan ujung termokopel pada salah satu bola untuk akuisisi
data
4. Meletakkan bola aluminium pada water bath hingga bola mencapai suhu
95C, lalu memindahkan bola pada lingkungan yang akan diukur nilai
koefisien perpindahan panasnya.
5. Menyalakan kipas angin yang akan mendinginkan bola hingga suhu 30C,
untuk keadaan aliran udara bergerak
6. Mengulangi langkah diatas untuk dua bola lainnya.

7. Mengulangi seluruh langkah di atas untuk menghitung nilai h pada aliran


udara statis dan aliran air panas statis.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
4.1.1 Tabel

Trial

Ex
pt.
No

Spherical
Transducer
Radiu
s (mm)

Initial
Temp.
(oC)

15

20

2
3

15
15

95
95

20

10

20

20

20

1
3

20

95

3
Sumber: Data primer setelah diolah, 2015.
4.1.2 Grafik

Medium
Temperature (oC)
Still
Air

Forc
ed
Air

Force
d Air
Veloc
ity

Hot
Wate
r
824,660
5
48,5094
4

98
20
20

2 m/s
98

20

1 m/s

20

5 m/s
20
m/s

20

169,783
1091,46
2
913,594
5
759,981
2
97,0188
8
226,377
4
452,754
8

Hubungan antara suhu dan waktu


0
-1

f(x) = - 0.07x + 0.07


R = 1
Hubungan antara
suhu dan waktu

-2

Linear (Hubungan
antara suhu dan
waktu)

-3
-4
-5
-6
-7

Gambar 1. Grafik percobaan 1 aliran air panas statis

Hubungan antara suhu dan waktu


0
-0.2
-0.4
-0.6

f(x) = - 0x + 0
R = 1

Hubungan antara
suhu dan waktu
Linear (Hubungan
antara suhu dan
waktu)

-0.8
-1
-1.2

Gambar 2. Grafik percobaan 2 udara statis

Hubungan antara suhu dan waktu


0
-0.5

f(x) = - 0.01x + 0.01


R = 1

Hubungan antara
suhu dan waktu

-1
-1.5

Linear (Hubungan
antara suhu dan
waktu)

-2
-2.5
-3
-3.5
-4

Gambar 3. Grafik percobaan 3 udara bergerak

Perbandingan antara waktu dan penurunan suhu


0
-1

f(x) = - 0.27x + 0.27


R = 1

-2
Suhu

-3
Linear ()

-4
-5
-6
-7
Waktu

Gambar 4. Grafik percobaan 4 aliran air panas statis

Hubungan antara penurunan suhu dan waktu


0

f(x) = - 0.11x + 0.11


-1 R = 1
-2
Linear ()

-3
Suhu
-4
-5
-6
-7

Gambar 5. Grafik percobaan 5 aliran air panas statis

Hubungan antara penurunan suhu dan waktu


0
-1

f(x) = - 0.05x + 0.05


R = 1

-2
-3
-4
-5
-6
-7
Linear ()

Gambar 6. Grafik percobaan 6 aliran air panas statis

Hubungan antara penurunan suhu dan waktu


0
-0.2 f(x) = - 0.01x + 0.01
R = 1
-0.4
-0.6
-0.8
-1
-1.2
-1.4
-1.6
-1.8
Linear ()

Gambar 7. Grafik percobaan 7 udara bergerak

Hubungan antara suhu dan waktu


0
-0.5
-1

f(x) = - 0.01x + 0.01


R = 1

-1.5
-2
-2.5
-3
-3.5
-4
Linear ()

Linear ()

Gambar 8. Grafik percobaan 8 udara bergerak

Hubungan antara suhu dan waktu


0
-1

f(x) = - 0.03x + 0.03


R = 1

-2

Hubungan antara
suhu dan waktu
Linear (Hubungan
antara suhu dan
waktu)

-3
-4
-5
-6
-7

Gambar 9. Grafik percobaan 9 udara bergerak


4.2 Pembahasan
Hubungan antara koefisien perpindahan panas konvektif dengan ukuran bola,
yaitu semakin besar radius suatu bola maka semakin kecil nilai koefisien
perpindahan panas konvektif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa radius bola
berbanding terbalik dengan koefisien perpindahan panas konvektif. Hal ini
dibuktikan oleh rumus perpindahan panas konvektif dimana luas bola berbanding
terbalik dengan perpindahan panas konvektif.
Hubungan antara kecepatan udara dengan koefisien perpindahan panas
konvektif, yaitu semakin besar/tinggi nilai kecepatan udara maka semakin tinggi
perpindahan panas konvektif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecepatan udara
berbanding lurus dengan perpindahan panas konvektif. Dengan memberikan udara
bergerak saat pendinginan, maka waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan suhu
akan semakin singkat. Metode konveksi yang mendapatkan pengaruh dari luar
seperti udara dari kipas angin merupakan jenis konveksi paksa.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:

1. Radius bola berbanding terbalik dengan koefisien perpindahan panas


konvektif.
2. Kecepatan udara berbanding lurus dengan perpindahan panas konvektif.
3. Fator-faktor yang memengaruhi koefisien perpindahan panas konvektif
adalah massa benda, luas permukaan, panas spesifik dari objek, dan
penurunan suhu.
DAFTAR PUSTAKA
Mutia, Nurul. 2011. Percobaan Penurunan Suhu Konveksi Paksa. Universitas
Negeri Semarang: Semarang.
Herdiansyah, Hendra. 2012. Suhu dan Kalor. www.undip.ac.id. Diakses pada
tanggal 27 Oktober 2015.

Anda mungkin juga menyukai