Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali kita akan menjumpai


fenomena-fenomena fisika. Pelangi salah satu fenomena fisika yang
tampak dikehidupan sehari-hari, ketika sehabis hujan dan terdapat cahaya
maka akan muncul pelangi hal tersebut akibat pemantulan cahaya
matahari.

Fenomena fisika seperti pelangi dikenal pada fisika dengan nama


dispersi. Dispersi cahaya adalah gejala peruraian cahaya putih
(polikromatik) menjadi cahaya berwarana-warni (monokromatik).

Cahaya putih merupakan cahaya polikromatik, artinya cahaya yang


terdiri dari banyak warna dan panjang gelombang. Jika cahaya putih
diarahkan ke prisma, maka cahaya putih akan terurai menjadi cahaya
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Cahaya-cahaya ini
memiliki panjang gelombang yang berbeda. Semakin kecil panjang
gelombangnya semakin besar indeks biasnya. Dispersi pada prisma terjadi
karena banyaknya terjadi perbedaan indeks biasnya pada setiap warna.
Cahaya berwarna merah mengalami deviasi terkecil sedangkan warna
ungu mengalami deviasi terbesar.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peristiwa dispersi pada prisma ?

2. Bagaimana sudut deviasi diperoleh?

3. Bagaimana sudut dispersi diperoleh?

4. Bagaimana warna yang dihasilkan dari peristiwa dispersi?


2

C. Tujuan

1. Mengetahui dan menjelaskan maksud dari peristiwa dispersi


cahaya pada prisma.

2. Menjelaskan asal dari sudut deviasi.

3. Menjelaskan asal diperolehnya sudut dispersi

4. Menjelaskan spektrum warna dari adanya peristiwa dispersi.


3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Dispersi Cahaya Pada Prisma

Dispersi adalah persitiwa penguraian cahaya polikromatik menjadi


sinar monokromatik dan hanya akan terjadi jika cahaya menuju medium
yang memiliki indeks bias berbeda dengan indeks bias medium asalnya.
Cahaya polikromatik adalah cahaya yang memiliki nilai panjang
gelombang lebih dari satu, contohnya adalah cahaya putih sedangkan sinar
monokromatik adalah sinar yang hanya memiliki satu nilai panjang
gelombang contohnya sinar merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu
dan lain sebagainya.1

Cahaya putih jatuh pada bidang batas dua medium dengan sudut
tertentu, maka gelombang yang masuk mengalami pembiasan. Besarnya
sudut bias bergantung pada kecepatan rambat gelombang dalam medium
tersebut. Karena gelombang dengan frekuensi berbeda memiliki kecepatan
rambat berbeda, maka gelombang dengan frekuensi berbeda memiliki
sudut bias yang berbeda-beda. Akibatnya dalam medium kedua, berkas
dengan frekuensi berbeda, bergerak dalam arah yang sedikit berbeda.
Peristiwa ini dapat diamati pada penguraian cahaya putih atas spektrum-
spektrum yang memiliki frekuensi berbeda. Contohnya peristiwa dispersi
nyata adalah pembentukan pelangi.2

Gejala dispersi cahaya yakni gejala peruraian cahaya putih


(polikromatik) menjadi cahaya berwarna-warni (monokromatik). Cahaya
putih merupakan cahaya polikromatik, artinya cahaya yang terdiri atas
banyak warna dan panjang gelombang. Jika cahaya putih diarahkan ke
prisma, maka cahaya putih akan terurai menjadi cahaya merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Cahaya-cahaya ini memiliki panjang
gelombang yang berbeda. Setiap panjang gelombang memiliki indeks bias

1Marthen Kanginan, 2007, Fisika 1 untuk SMA kelas X, Jakarta: penerbit Erlangga, hlm. 168
2Mikrajudin Abdullah, 2007, Suplemen materi kuliah FI-1102 Fisika Dasar II, Bandung, hlm. 95.
4

yang berbeda. Semakin kecil panjang gelombangnya semakin besar indeks


biasnya. Dispersi pada prisma terjadi karena adanya perbedaan indeks bias
kaca setiap warna cahaya. Seberkas cahaya polikromatik diarahkan ke
prisma. Cahaya tersebut kemudian terurai menjadi cahaya merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Tiap-tiap cahaya mempunyai sudut
deviasi yang berbeda. Selisih antara sudut deviasi untuk cahaya ungu dan
merah disebut sudut dispersi.

B. Sudut Deviasi

Sudut deviasi adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan berkas


sinar datang dan berkas sinar yang keluar dari prisma. Setiap sinar yang
datang pada prisma akan mengalami deviasi yang menghasilkan sudut
deviasi tertentu. Salah satu sinar datang tertentu pasti akan menghasilkan
nilai sudut deviasi minimum.3

Gambar 1.1

Selanjutnya perhatikan segitiga ABC gambar di atas. Sudut pembias


(β) kaca prisma dapat diketahui dengan cara menjumlahkan sudut-sudut
segitiga ABC.

∠BAC + ∠BCA + β = 180°

3 Marthen kanginan, 2007, Fisika 1 SMA untuk kelas X, Jakarta: Penerbit Erlangga, hlm. 170.
5

(90° − θ2) + (90° − θ3) + β = 180°

180° − θ2 – θ3 + β = 180°

β = θ2 + θ3 …………… Pers. (1)

Sedangkan sudut deviasi (δ) dapat diketahui dengan cara sebagai


berikut:

α1 = θ1 – θ2 dan α2 = θ4 – θ3

δ = α1 + α2

δ = θ1 – θ2 + θ4 – θ3

δ = θ1 + θ4 – (θ2 + θ3)

δ = θ1 + θ4 – β …………… Pers. (2)

Setiap sinar yang datang pada prisma akan mengalami deviasi yang
menghasilkan sudut deviasi tertentu. Salah satu sinar datang pasti akan
menghasilkan nilai sudut deviasi minimum. deviasi minimum dapat terjadi
pada saat sudut datang pertama sama dengan sudut bias kedua (θ 1 = θ4).
Besarnya sudut deviasi minimum sebuah prisma dapat dicari sebagai
berikut:

θ 1 = θ4 maka θ2 = θ3 sehingga persamaan (1) menjadi:

β = θ2 + θ3

β = θ2 + θ2

β = 2θ2

θ2 = ½ β …………… Pers. (3)

Karena θ1 = θ4 maka persamaan (2) menjadi seperti berikut:

δmin = θ1 + θ4 – β

δmin = θ1 + θ1 – β
6

δmin = 2θ1 – β

θ1= ½ (δmin + β) …………… Pers. (4)

Menurut Hukum Snellius tentang pembiasan cahaya, apabila indeks


bias prisma adalah np dan indeks bias medium di sekitar prisma adalah n u,
maka berlaku persamaan berikut:4

nu sin θ1 = np sin θ2 …………… Pers. (5)

Apabila kita subtitusikan persamaan (3) dan (4) ke persamaan (5),


maka kita peroleh:

nu sin ½ (δmin + β) = np sin ½ β

Untuk sudut pembias β yang sangat kecil (β ≤ 15°), maka harga


δmin juga kecil sehingga sinus sudutnya sama dengan sudutnya sendiri.
Dengan demikian, persamaan di atas menjadi:

nu[½ (δmin + β)] = np[½ β]

½ nu(δmin + β) = ½npβ

nu(δmin + β) = npβ

δmin = (npβ/nu) – β …………… Pers. (6)

Jadi, rumus untuk menentukan sudut deviasi minimum pada


pembiasan cahaya oleh prisma adalah sebagai berikut:

δmin = (np /nu - 1) β

4, Marthen kanginan, 2007, Fisika SMA kelas X, Jakarta: Penerbit Erlangga, hlm. 168.
7

Keterangan:

δmin = sudut deviasi minimum

np  = indeks bias prisma

nu  = indeks bias medium

β  = sudut pembias prisma

C. Sudut Dispersi

Adanya deviasi cahaya menyebabkan cahaya putih akan terurai


menjadi sederetan warna jika melewati sebuah prisma. Peristiwa
terurainya cahaya putih tersebut dinamakan dispersi cahaya. Cahaya putih
sebenarnya adalah kumpulan beberapa cahaya (spektrum) warna yang
mempunyai panjang gelombang yang berbeda. Oleh karena itulah setiap
cahaya warna memiliki indeks bias yang berbeda satu dengan yang lain.5

Gambar 1.2

Dari gambar tersebut, cahaya putih terdiri dari warna merah dengan
panjang gelombang 622-720 nm, jingga (597-622 nm), kuning (577-597
nm), hijau (492-577 nm), biru (455-492 nm), dan unggu (390-455 nm).
Apabila cahaya putih melalui sebuah prisma segitiga, maka cahaya

5Aris Sudarmono, Tim penyusun, 2013, Buku Pintar Belajar Fisika SMA kelas XII, Sagufindo
Kinarya, hlm. 29.
8

tersebut akan mengalami pembiasan sebanyak dua kali. Pertama, pada saat
cahaya masuk dari udara ke dalam prisma dan kedua pada saat cahaya
keluar dari prisma menuju ke udara kembali. Sebagai hasil dari pembiasan
yang berbeda-beda tersebut, warna-warna yang berbeda dipisahkan ketika
warna-warna itu keluar dari prisma.6

Seberkas cahaya polikromatik diarahkan ke prisma. Cahaya tersebut


kemudian terurai menjadi cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan
ungu. Tiap-tiap cahaya memiliki sudut deviasi yang berbeda. Selisih
antara sudut deviasi untuk cahaya ungu dan merah disebut sudut disperse.

Gambar 1.3

Apabila sebuah warna mempunyai indek bias n w maka sudut deviasi


warna tersebut dapat ditentukan dengan rumus berikut:

δw = (nw – 1)β .......................(1)

Keterangan:

δw  = sudut deviasi warna

nw  = indeks bias warna

β  = sudut pembias prisma

6Pristiadi Utomo, 2010, Fisika kelas X, Jakarta: Gramedia, hlm. 41.


9

Jika indeks bias warna merah adalah nm dan sudut deviasi warna
merah adalah δm sedangkan indeks bias warna ungu adalah nu dan sudut
deviasinya adalah δu, dengan sudut pembias prisma <150 serta medium di
sekitar prisma adalah udara.Maka lebar sudut spektrum antara cahayaungu
dan merah yang dihasilkan oleh prisma adalah sebagai berikut:

φ = δu – δm .. . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2)

Apabila kita subtitusikan persamaan (1) ke persamaan (2), maka kita


peroleh:

φ = (nu – 1)β – (nm – 1)β

φ  = (nu – nm)β . . . . . . . . . . . . . . . .(3)

keterangan:

φ = sudut dispersi
nu  = indeks bias warna ungu
nm  = indeks bias warna merah
β = sudut pembias prisma
δu = deviasi sinar ungu
δm = deviasi sinar merah
10

D. Warna

Gambar 1.4

Gambar 1.4 menunjukkan suatu berkas sinar putih yang lewat


melalui sebuah prisma kaca. Ketika cahaya memasuki prisma pada sisi
pembiasaan kiri, sinar biasnya dibelokkan ke bawah karena indeks bias
udara lebih kecil dari pada indeks bias bahan prisma. Ketika meninggalkan
prisma pada sisi pembias sebelah kanan, cahaya juga dibengkokkan ke
bawah. Dengan demikian, efek total prisma adalah mengubah arah sinar,
yaitu dibengkokkan ke bawah ketika memasuki prisma, dan dibelokkan ke
bawah ketika meninggalkan prisma.7

Cahaya putih terdiri atas banyak panjang gelombang dan frekuensi


yang masing-masing memberikan kesan warna tertentu. Panjang
gelombang berturut-turut dari panjang gelombang terbesar Sampai terkecil
pada cahaya putih adalah merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu.
Susunan warna tersebut disebut spektrum warna. Cahaya putih yang dapat
terurai menjadi cahaya yang berwarna warni disebut cahaya polikromatis
sedangkan cahaya yang tidak bisa diuraikan lagi disebut cahaya
monokromatik.

Jika sinar polikromatis, misalnya sinar putih digunakan, didalam


prisma sinar putih diuraikan menjadi komponen-komponen merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila, ungu. Tampak juga bahwa sinar ungu dengan

7Halliday, Resnick, Walker, 2010, Fisika Dasar II edisi 7 jilid 2 .Jakarta: penerbit Erlangga, hlm.
379.
11

indeks bias paling besar dibengkokkan paling kuat. Sedangkan, sinar


merah dengan indeks bias paling kecil dibelokkan paling lemah.8

Besar ukuran sudut bias dan sudut pelangi masing-masing warna


pelangi dipengaruhi oleh panjang gelombang dan indeks bias masing-
masing gelombang warna. Berikut ini merupakan data panjang gelombang
dan indeks bias warna pelangi.

Tabel 1. Data Panjang Gelombang dan Indeks Bias Warna Pelangi

Terjadinya spektrum warna, Cepat rambat cahaya menjadi berkurang


bila memasuki media bening yang lebih rapat dari pada udara. Hal ini
berakibat berkurangnya panjang gelombang dari masing-masing sinar
monokromatik, sehingga masing-masing warna mengalami pembiasan
yang arahnya berbeda satu dengan yang lain. Cahaya terurai atas
komponen-komponen warna monokromatik dikatakan cahaya mengalami
dispersi. Sinar merah yang panjang gelombangnya terbesar mengalami
penyimpangan arah (deviasi) terkecil. Semakin besar deviasi yang dialami

8Marthen kanginan, 2013, Fisika untuk SMA/MA kelas X, Jakarta: penerbit Erlangga, hlm.403-404
12

sehingga warna ungu yang panjang gelombangnya terkecil mengalami


deviasi terbesar.

Sudut yang terbentuk oleh arah sinar merah dan sinar ungu disebut
sudut dispersi. Sinar dengan frekuensi terkecil (merah) mengalami deviasi
terkecil, semakin besar frekuensinya semakin besar pula deviasi yang
dialami.
13

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dispersi adalah persitiwa penguraian cahaya polikromatik menjadi


sinar monokromatik dan hanya akan terjadi jika cahaya menuju medium
yang memiliki indeks bias berbeda dengan indeks bias medium asalnya.

Sudut deviasi adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan berkas


sinar datang dan berkas sinar yang keluar dari prisma. Setiap sinar yang
datang pada prisma akan mengalami deviasi yang menghasilkan sudut
deviasi tertentu.

Peristiwa terurainya cahaya putih tersebut dinamakan dispersi


cahaya.

Cahaya putih terdiri atas banyak panjang gelombang dan frekuensi


yang masing-masing memberikan kesan warna tertentu.

B. Saran

Demikian pembahasan mengenai salah satu sifat cahaya yakni


dispersi. Dari pembahasan ini, semoga pembaca bisa mengambil pelajaran
juga mampu memahami salah satu contoh kebesaran Allah SWT yang
terwujud dalam peristiwa tersebut. Kemudian lebih lanjut dapat diterapkan
ditingkatkan untuk mengembangkan pengetahuan.
14

DAFTAR PUSTAKA

Kanginan, Marthen. 2007. Fisika 1 untuk SMA kelas X. Jakarta: penerbit


Erlangga.
Abdullah, Mikrajudin. 2007. Suplemen materi kuliah FI-1102 Fisika Dasar II.
Bandung.
Aris Sudarmono, Tim penyusun. 2013. Buku Pintar Belajar Fisika SMA kelas
XII. Sagufindo Kinarya.

Utomo, Pristiadi. 2010. Fisika kelas X. Jakarta: Gramedia.

Halliday, Resnick, Walker. 2010. Fisika Dasar II edisi 7 jilid 2. Jakarta: penerbit
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai