Tujuan
Mengamati penguraian cahaya pada prisma
TEORI SINGKAT
Peristiwa terjadinya pelangi merupakan gejala dispersi cahaya. Dispersi adalah gejala
peruraian cahaya putih (polikromatik) menjadi cahaya berwarna-warni (monokromatik).
cahaya putih merupakan cahaya polikromatik, artinya cahaya yang terdiri atas banyak warna
dan panjang gelombang. Jika cahaya putih diarahkan ke prisma maka cahaya putih akan
terurai menjadi cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Cahaya-cahaya ini
memiliki panjang gelombang yang berbeda.
Cahaya matahari adalah cahaya polikromatik (terdiri dari banyak warna). Warna putih
cahaya matahari sebenarnya adalah gabungan dari berbagai cahaya dengan panjang
gelombang yang berbeda-beda. Mata manusia sanggup mencerap paling tidak tujuh warna
yang dikandung cahaya matahari, yang akan terlihat pada pelangi: merah, jingga, kuning,
hijau, biru, nila, dan ungu.
Cahaya merupakan suatu gelombang. Gelombang mempunyai tiga besaran yang
sangat berperan, yaitu kecepatan, panjang gelombanng dan frekuensi. Kecepatan cahaya akan
berbeda untuk medium yang berbeda. Kecepatan cahaya akan sama untuk medium yang sama
sehingga kecepatan cahaya tetap. Jadi besaran yang berubah adalah panjang gelombnag dan
frekuensi.
Dalam pengukuran panjang gelombang untuk beberapa warna digunakan alat
spektroskop atau spectrometer. Panjang gelombnag cahaya akan berbeda untuk setiap warna
yang berbeda. Panjang gelombang terbesar untuk warna merah dan yang terkecil untuk warna
ungu, sedangkan warna lain terletak diantara kedua nilai itu.
Panjang gelombang cahaya ini membentuk pita garis-garis paralel, tiap warna
bernuansa dengan warna di sebelahnya. wwwPita ini disebut spektrum. Di dalam spektrum,
garis merah selalu berada pada salah satu sisi dan biru serta ungu di sisi lain, dan ini
ditentukan oleh perbedaan panjang gelombang.
Setiap panjang gelombang memiliki indeks bias yang berbeda. Semakin kecil panjang
gelombangnya semakin besar indeks biasnya. Indeks bias cahaya tersebut adalah ungu > nila
> biru > hijau > kuning > jingga > merah.
(Siswanto, 2009 : 41-43)
http://id.wikipedia.org/wiki/Dispersi
Sinar- sinar yang dapat diuraikan atas beberapa komponen warna disebut sinar
polikromatik (contoh : sinar putih); sinar-sinar yang tidak dapat diuraikan lagi atas
komponen-komponen warna disebut sinar monokromatik (sinar tunggal), contoh : sinara biru,
merah, dan hijau. Peristiwa penguraian cahaya polikromatik (misal : cahaya putih) atas
komponen-komponen warnanya disebut Dispersi. Sedangkan komponen-komponen warna
yang terjadi disebut Spektrum.
Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya putih (polikromatik) menjadi komponen-
komponennya karena pembiasan. Komponen- komponen warna yang terbentuk yaitu merah,
jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Dispersi terjadi akibat adanya perbedaan deviasi
untuk setiap panjang gelombang, yang disebabkan oleh perbedaan kelajuan masing-masing
gelombang pada saat melewati medium pembias. Gambar di bawah menunjukkan dispersi
sinar putih yang melalu sebuah prisma.
Saat sinar monokromatik jatuh pada salah satu sisi pembias prisma, yang terjadi
aadlah sinar dibelokkan dua kali, pertama di dalam prisma dan kedua sewaktu keluar prisma.
Sudut antara sinar datanng mula-mula dan sinar bias terakhir disenut sudut deviasi δ.
Lalu saat sinar putih atau sinar polikromatik dijatuhkan pada salah satu sisi pembias
prisma dan amati warna-warna sinar yang ke luar prisma, yaitu terdiri atas tujuh warna
pelangi, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu.
Apabila spectrum warna yang telah disebutkan diatas diurutkan dari merah hingga
ungu, maka beberapa sifat yang diperoleh adalah sudut deviasi semakin besar, indeks bias
semakin besar, frekuensi semakin besar dan panjang gelombang semakin kecil.
Hubungan indeks bias medium n, dan panjang gelombang dalam medium λn yang
dinyatakan oleh persamaan :
Persamaan ini menyatakan bahwa indeks bias medium berbanding terbalik dengan panjang
gelombang dalam medium. Karena sinar merah memiliki panjang gelombnag terbesar, indeks
bias prisma untuk warna merah adalah yang terkecil, sebaliknya indeks bias prisma untuk
warna ungu adalah yang terbesar.
Lebar spectrum yang ditimbulkan oleh prisma bergantung pada selisih deviasi warna
ungu dan warna merah. Selisih sudut antara deviasi warna ungu dnegan sudut deviasi warna
merah disebut sudut dispersi φ. Secara sistematis :
dengan
φ = sudut deviasi
δu = sudut deviasi sinar ungu
δm = sudut deviasi sinar merah
nu = indeks bias prisma untuk sinar ungu
nm = indeks bias prisma untuk sinar merah
β = sudut pembias
Untuk menghilangkan dispersi antara sinar ungu dan sinar merah kita gunakan
susunan Prisma Akhromatik.
Untuk menghilangkan deviasi suatu warna, misalnya hijau, kita gunakan susunan
prisma pandang lurus.
Prisma adalah benda bening (transparan) terbuat dari gelas yang dibatasi oleh dua
bidang permukaan yang membentuk sudut tertentu yang berfungsi menguraikan (sebagai
pembias) sinar yang mengenainya. Permukaan ini disebut bidang pembias, dan sudut yang
dibentuk oleh kedua bidang pembias disebut sudut pembias (β).
Cahaya yang melalui prisma akan mengalami dua kali pembiasan, yaitu saat
memasuki prisma dan meninggalkan prisma. Jika sinar datang mula-mula dan sinar bias
akhir diperpanjang, maka keduanya akan berpotongan di suatu titik dan membentuk sudut
yang disebut sudut deviasi. Jadi, sudut deviasi (δ) adalah sudut yang dibentuk oleh
perpanjangan sinar datang mula-mula dengan sinar yang meniggalkan bidang pembias
atau pemantul. Gambar 2.5 menunjukkan sudut deviasi pada pembiasan prisma.
dengan:
β =sudut pembias prisma
i2 =sudut datang pada permukaan 2
r1 =sudut bias pada permukaan 1
b. Sudut Dispersi
Sudut dispersi merupakan sudut yang dibentuk antara deviasi sinar satu dengan sinar
lain pada peristiwa dispersi (penguraian cahaya). Sudut ini merupakan selisih deviasi
antara sinar-sinar yang bersangkutan. Jika sinar-sinar polikromatik diarahkan pada prisma,
maka akan terjadi penguraian warna (sinar monokromatik) yang masing- masing sinar
mempunyai deviasi tertentu. Selisih sudut deviasi antara dua sinar adalah sudut dispersi, φ
(Joko Budiyanto, 2009 : 33-36)
Prosedur kerja
Siapkan alat dan bahan
Rangkai alat seperti pada gambar
Amati cahaya yang dibentuk prisma
Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan
Tabel Pengamatan
No Hasil pengamatan Penjelasan
1 Terjadi penguraian
cahaya yaitu warna
merah jingga kuning
hijau biru nila dan ungu
Pembahasan
Percobaan yang berjudul “Penguraian Cahaya (Dispersi)” ini bertujuan untuk
mengamati penguraian cahaya oleh prisma. Cahaya matahari adalah cahaya polikromatik
(terdiri dari banyak warna). Warna putih cahaya matahari sebenarnya adalah gabungan dari
berbagai cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Mata manusia sanggup
mencerap paling tidak tujuh warna yang dikandung cahaya matahari, yang akan terlihat pada
pelangi: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Panjang gelombang cahaya ini membentuk pita garis-garis paralel, tiap warna
bernuansa dengan warna di sebelahnya. Pita ini disebut spektrum. Di dalam spektrum, garis
merah selalu berada pada salah satu sisi dan biru serta ungu di sisi lain, dan ini ditentukan
oleh perbedaan panjang gelombang.
Cahaya merupakan suatu gelombang yang memiliki sifat gelombang yang salah
satunya adalah cahaya bisa mengalami dispersi (penguraian cahaya). Dispersi adalah
peristiwa penguraian cahaya putih (polikromatik) menjadi komponen-komponennya karena
pembiasan. Komponen- komponen warna yang terbentuk yaitu merah, jingga, kuning, hijau,
biru, nila, dan ungu. Dispersi terjadi akibat adanya perbedaan deviasi untuk setiap panjang
gelombang, yang disebabkan oleh perbedaan kelajuan masing-masing gelombang pada saat
melewati medium pembias.
Percobaan ini dilakukan pertama sekali dengan cara menyiapkan semua alat dan
bahan yang diperlukan. Setelah semua alat dan bahan yang dibutuhkan disiapkan, selanjutnya
alat-alat tersebut disusun sesuai dengan langkah-langkah percobaan dan dapat dilihat pada
gambar
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain : meja optic, rel presisi,
pemegang slide diafragma, bola lampu 12 V, 18 W, diafragma satu celah, prisma siku-siku,
tumpukan berpenjepit, lensa f = 100 mm bertangkai, catu daya, kabel penghubung merah dan
kebel penghubung hitam, tempat lampu bertangkai dan kertas HVS putih. Sumber tegangan
(catu daya) yang digunakan memiliki tegangan sebesar 3 V, 6 V, 9 V dan 12 V. tegangan
pada catu daya tersebut diatur sedemikian rupa sehingga dihasilkan cahaya yang paling
terang agar pembiasan cahaya yang dihsilkan oleh prisma dapat terlihat dengan jelas pada
kertas HVS yang sudah ujungnya. Tegangan catu daya yang digunakan pada percobaan ini
adalah sebesar 12 V.
Selain itu pada percobaan ini digunakan prisma siku-siku. Prisma adalah benda
bening (transparan) terbuat dari gelas yang dibatasi oleh dua bidang permukaan yang
membentuk sudut tertentu yang berfungsi menguraikan (sebagai pembias) sinar yang
mengenainya. Permukaan ini disebut bidang pembias, dan sudut yang dibentuk oleh kedua
bidang pembias disebut sudut pembias (β).
Cahaya yang melalui prisma akan mengalami dua kali pembiasan, yaitu saat
memasuki prisma dan meninggalkan prisma. Jika sinar datang mula-mula dan sinar bias akhir
diperpanjang, maka keduanya akan berpotongan di suatu titik dan membentuk sudut yang
disebut sudut deviasi. Jadi, sudut deviasi (δ) adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan
sinar datang mula-mula dengan sinar yang meninggalkan bidang pembias atau pemantul.
Saat sinar monokromatik jatuh pada salah satu sisi pembias prisma, yang terjadi
aadlah sinar dibelokkan dua kali, pertama di dalam prisma dan kedua sewaktu keluar prisma.
Sudut antara sinar datanng mula-mula dan sinar bias terakhir disenut sudut deviasi δ. Lalu
saat sinar putih atau sinar polikromatik dijatuhkan pada salah satu sisi pembias prisma dan
amati warna-warna sinar yang ke luar prisma, yaitu terdiri atas tujuh warna pelangi, yaitu
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu.
Selanjutnya prisma yang sudah diletakkan diatas kertas HVS putih diputar-putar
sampai diperoleh hasil pembiasan cahaya yang jelas. Percobaan ini dilakukan sebanyak dua
kali yaitu untuk perputaran prisma yang searah dengan arah jarum jam dan yang berlawanan
dengan arah perputaran jarum jam.
Kesimpulan
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100313072525AAqst7v
http://id.wikipedia.org/wiki/Pelangi
Siswanto. 2009. Kompetensi Fisika. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional