Anda di halaman 1dari 11

Optika Fisis

Optika Fisis adalah ilmu yang membahas kuantitasi cahaya, yaitu interferensi, difraksi, dispersi
dan polarisasi cahaya.
Sifat-sifat cahaya :
a. Memiliki cepat rambat 3,0 x 108 m/s
b. Merupakan gelombang transversal dan elektromagnetik
c. Merambat dalam arah lurus
d. Arah rambat tidak dapat dipengaruhi medan magnet atau listrik (tidak bermuatan)
e. Bagian dari spektrum matahari

1. Interferensi Cahaya
Interferensi adalah perpaduan dua atau lebih sumber cahaya sehingga menghasilkan
keadaan yang lebih terang (interferensi maksimum) dan keadaan yang gelap (interferensi
minimum. Interferensi merupakan penggabungan secara superposisi dua gelombang atau
lebih yang bertemu dalam satu titik ruang. Apabila dua gelombang yang berfrekuensi dan
berpanjang gelombang sama tetapi berbeda fase bergabung, maka gelombang yang
dihasilkan merupakan gelombang yang amplitudonya tergantung pada perbedaan fasenya.

Gambar 1 Interferensi Cahaya

Interferensi dapat bersifat membangun dan merusak. Interferensi dapat bersifat


membangun ketika beda fase kedua gelombang sama sehingga gelombang baru yang
terbentuk adalah penjumlahan dari kedua gelombang tersebut. Apabila kedua gelombang
cahaya berinteferensi saling memperkuat (bersifat konstruktif), maka akan menghasilkan
garis terang yang teramati pada layar. Apabila kedua gelombang cahaya berinterferensi
saling memperlemah (bersifat destruktif), maka akan menghasilkan garis gelap yang
teramati pada layar.
Gelombang cahaya berinterferensi saling memperkuat jika perbedaan fasenya 0 atau
bilangan bulat kelipatan 360o dan bersifat memperlemah jika beda fasenya adalah 180o,
sehingga kedua gelombang saling menghilangkan.
Gambar 2 Konstruktif dan Destruktif pada Interferensi

Ada dua macam interferensi cahaya :


a. Interferensi maksimum : Pada layar didapatkan garis terang apabila beda jalan
cahaya antara celah merupakan bilangan genap dari setengah panjang gelombang
1
𝐺𝑒𝑛𝑎𝑝 𝑥 𝜆
2
b. Interferensi minimum : Pada layar didapatkan garis gelap apabila beda jalan antara
kedua berkas cahaya merupakkan bilangan ganjil dari setengah panjang gelombang
1
𝐺𝑎𝑛𝑗𝑖𝑙 𝑥 𝜆
2

Gambar 3 Kondisi Interferensi


Syarat Interferensi Cahaya
Kedua sumber cahaya tersebut harus bersifat koheren, yaitu dua sumber cahaya
atau lebih yang mempunyai frekuensi, amplitudo dan beda fase yang tetap. Untuk
mendapatkan cahaya koheren dapat digunakan beberapa metode :
a) Percobaan Young
Ketika dua gelombang cahaya yang koheren menyinari dua celah sempit, maka
akan teramati pola interferensi terang dan gelap pada layar.

Gambar 4 Percobaan Young

Interferensi optik dapat terjadi jika dua gelombang (cahaya) secara simultan
hadir dalam daerah yang sama. Sumber cahaya yang monokromatik
dilewatkan suatu celah yang sempit S kemudian diteruskan melalui celah S1
dan S2. S1 dan S2 berlaku sebagai dua buah sumber cahaya garis yang sejajar
dan koheren yang baru.
b) Cincin Newton
Bila cahaya dijatuhkan pada susunan lensa plankonveks yang diletakkan
diatas kaca, karena diantara lensa dan kaca terdapat lapisan udara yang
bertindak sebagai selaput tipis, cahaya tersebut akan mengalami interferensi.
Bila cahaya yang dijatuhkan berupa cahaya monokromatik, maka di
permukaan datar lensa plankonveks terlihat cincin gelap (minimum) dan
terang (makssimum). Tetapi bila yang dijatuhkan sinar polikromatik akan
terlihat cincin berwarna. Cincin yang terlihat ini dinamakan cincin Newton.
Untuk menentukan gelap dan terang digunakan rumus :
2. Difraksi Cahaya
Difraksi adalah pembelokan gelombang diseiktar sudut yang terjadi apabila sebagian muka
gelombang dipotong oleh halangan atau rintangan. Menurut E. Hechts difraksi deviasi dari
perambatan cahayya atau pembelokan arah rambat cahaya. Difraksi merupakan suatu
fenomena gelombang yan terjadi sebagai respon geelombang terhadap halangan yang
berada pada arah rambatnya. Pada gelombang cahaya, difraksi adalah istilah yang
digunakan untuk menjelaskan respon cahaya dengan sinar yang melengkung mengitari
halangan kecil pada arah rambatnya, dan radiasi gelombang yang menyebar keluar dari
sebuah rana/celah kecil. Efek difraksi adalah karakteristik dari fenomena gelombang,
apakah bunyi atau cahaya di mana muka-muka gelombangnya di belokkan. Cahaya bila di
jatuhkan pada celah sempit /penghalang, akan terjadi peristiwa difraksi. Difraksi cahaya
akan mengakibatkan i nterferensi cahaya yang menghasilkan pola terang-gelap.

Gambar 5 Difraksi

a. Difraksi pada celah Tunggal


Bila cahaya monokhromatik (satu warna) dijatuhkan pada cela sempit, maka
cahaya akan di belokan /dilenturkan. Dengan Syarat : Pita terang utama O akan
menjadi lebih lebar jika celah dipersempit. Jika lebar celah sama dengan panjang
gelombang (λ) maka minimum pertama akan terjadi pada sudut θ = 90°. Seberkas
cahaya dilewatkan pada celah sempit, cahaya yang keluar di belakang celah akan
menjalar deengan arah seperti pada gambar. Disini terllihat bahwa cahaya selain
diteruskan juga dibelokkan.

Gambar 6 Difraksi Celah Tunggal

Difraksi juga akan menimbulkan interferensi. Hal ini dapat kita kembali pada
percobaan Young. Selisih beda lintasan sinar SA dan SB dapat ditulis :
𝑆𝐴 − 𝑆𝐵 = 𝑑 sin 𝜐
b. Difraksi Cahaya pada Kisi
Kisi adalah kepingan kaca yang digores, menurut garis sejajar sehingga dapat
bekerja sebagai celah yang banyak jumlahnya. Jika N menyatakan banyak garis
per satuan panjang (misal cm) maka tetapan kisi adalah kebalikan dari N.
1
𝑑=
𝑁
Cahaya yang lewat pada kisi dilewatkan lagi pada lensaa positif, kemudian baru
mengenai layar.

Gambar 7 Difraksi Cahaya pada Kisi

Bila titik P pada layar terlihat garis terang, maka :


1
𝑑 sin 𝜃 = 2𝑛 𝑥 𝜆
2
Bila titik P pada layar terlihat garis gelap, maka :
1
𝑑 sin 𝜃 = (2𝑛 + 1)𝑥 𝜆
2
Harga n adalah : 0,1,2,3,4,...n

3. Dispersi Cahaya
a. Sinar Polikromatik dan Sinar Monokromatik
Sinar polikromatik adalah sinar-sinar yang dapat diurai akan atas beberapa kompnen
warna. Contoh : sinar putih terdiri atas tujuh warna yaitu merah, jingga, kuning, hijau,
biru, nila dan ungu. Sinar monokromatik adalah sinar-sinar yang tidak dapat diuraikan
lagi menjadi komponen wana. Contoh: sinar merah, sinar jingga, sinar kuning, sinar
hijau, sinar biru, sinar nila dan sinar ungu.
b. Dispersi Cahaya pada Prisma
Ketika cahaya putih mengenai bidang pembias, maka sinar-sinar yang keluar dari
bidang pembias lainnya akan terurai menjadi komponen -komponen warna. Peristiwa
terurainya cahaya putih menjadi komponen-komponen warnanya disebut dispersi
cahaya.

Gambar 8 Dispersi Cahaya pada Prisma

Dispersi cahaya ini terjadi karena adanya perbedaan indeks bias kaca untuk setiap
warna cahaya. Jika ditinjau dari susunan spektrumnya, maka :
1. Indeks bias (n) : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
2. Deviasi : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
3. Frekuensi : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
4. Energi Foton : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
5. Panjang Gelombang : Ungu terkecil sedang merah terbesar.
6. Kecepatan : Ungu terkecil sedang merah terbesar.

Deviasi sinar merah :


𝛿𝑚 = (𝑛𝑚 − 1) nm : index bias sinar merah
𝛿𝑢 = (𝑛𝑢 − 1) nu : index bias sinar ungu

Sudut yang dibentuk antara deviasi sinar merah (deviasi terkecil) dan sudut deviasi
sinar ungu (deviasi terbesar) dinamakan sudut dispersi ()
𝜔 = 𝛿𝑢 − 𝛿𝑚
atau
𝜔 = (𝑛𝑛 − 𝑛𝑚 )𝑥 𝐵
c. Lensa akromatik
Lensa akromatik juga bertujuan sama seperti pada pris ma akromatik yaitu susunan
dua buah lensa yang mampu menghilangkan peruraian warna (dispersi)
d. Warna Benda
Warna benda tergantung dari :
1. Warna cahaya yang jatuh pada benda.
2. Warna-warna yang dipantulkan atau diterima benda .
Benda-benda yang disinari oleh cahaya matahari atau s umber cahaya lain, akan
memantulka n warna cahaya yang sesuai dengan warna benda ini, sedang warna
cahaya lainnya diserap. Contoh : Daun tumbuhan disinari sinar matahari (Cahaya
Polikhromatik), maka daun akan memantulkan warna hijau sedangkan warna lain
diserap. Warna benda juga tergantung dari warna cahaya yang dipantulkan atau yang
diterima. Contoh : Benda berwarna biru bila disinari lampu warna merah maka benda
tampak berwarna hitam.
e. Warna-Warna Komplementer dan Warna Primer
Warna komplementer adalah : Pasangan warna yang jika digabungkan menghasilkan
cahaya putih.
Contoh pada warna pada Newton’s Disc (Piringan Newton) :
Kuning (merah + hijau) + biru = putih
Cyan (hijau + biru) + merah = putih
Magenta (merah + biru) + hijau = putih
Warna sekunder : Pasangan warna yang jika digabung kan menghasilkan warna lain
(bukan putih).
f. Aberasi pada Cermin dan Lensa
Sinar-sinar yang membuat sudut terkecil dengan sumbu utama disebut sinar paraxial.
Namun pada umumnya, sinar-sinar itu tidak seperti pendekatan (definisi) di atas biasa
disebut sinar non paraxial. Sinar-sinar non paraxial tersebut, setelah dibiaskan oleh
lensa, tidak berpotongan pada satu titik. Akibatnya, bayangan yang dibentuk tidak
hanya sebuah. Tidak hanya sinar non paraxial saja yang menyebabkan bayangan yang
dibentuk tidak hanya sebuah, tetapi juga karena jarak titik api lensa tergantung pada
index bias lensa, sedang index bias tersebut berbeda-beda untuk panjang gelombang
yang berbeda. Sehingga jika sinar tidak monokhromatik (Polikhromatik), lensa akan
membentuk sejumlah bayangan yang berbeda-beda posisinya dan juga ukurannya,
meskipun sinarnya itu paraxial. Adanya keny ataan bahwa bayangan yang dibentuk ti
dak sesuai dengan perkiraan yang didasarkan pada persamaan sederhana (Gauss)
disebut Aberasi
1. Aberasi Sferis pada Cermin
Sinar-sinar pantul saling berpotongan membentuk bidang lengkung yang
meruncing dengan titik puncaknya di titik api f cermin, bidang lengkung ini
disebut bidang kaustik.

Gambar 9 Aberasi pada Cermin

2. Aberasi Sferis pada Lensa


Sinar-sinar paraxial membentuk bayangan dari P (terletak pada sumbu utama)
di P. Sedang sinar-sinar yang dekat tepi lensa membentuk bayangan di P.
Sinar-siinar yang ditengah lensa akan membentuk bayangan antara P dan P.
Jika sebuah layar ditempatkan tegak l urus sumbu utama, akan terlihat bayangan
yang berbentuk lingka ran pada layar itu. Lingkaran terkecil bila layar pada “c
c” (Circle of least confusion) dan pada tempat inilah diperoleh bayangan
terbaik. Jenis aberasi ini dapat dihilangkan dengan memasang diaphragma.
Gambar 10 Aberasi pada Lensa

4. Polarisasi
Kita ketahui bahwa cahaya merambat sebagai gelombang, namun cahaya termasuk dalam
gelombang transversal atau longitudinal belum diketahui. Namun dengan peristiwa adanya
polarisasi, maka dapat dipastikan bahwa cahaya termasuk dalam gelombang transversal,
karena gelombang longitudinal tidak pernah mengalami polarisasi. Polarisasi cahaya
adalah : Pengkutuban daripada arah getar dari gelombang transversal. (Dengan demikian
tidak terjadi polarisasi pada gelombang longitudinal).

Gambar 11 Polarisasi Cahaya

Berkas cahaya yang berasal dari sebuah sumber cahaya, mempunyai arah getar bermacam-
macam. Sinar semacam ini disebut sinar wajar. Bila sinar wajar ini dikenakan pada
permukaan pemantulan, permukaan pemantulan mem punyai kecenderungan untuk
memantulkan sinar-sinar yang arah getarnya sejajar dengan cermin. Sampai pada suatu
sud ut datang tertentu, hanya satu arah getar saja yang dipantulkan, yaitu arah getar yang
sejajar bidang cermin. Sudut ini disebut sudut polarisasi dan sinar yang me mpunyai satu
arah getar saja disebut : sinar polarisasi atau cahaya terpolarisasi linier.
a. Polarisasi Cahaya karena Pemantulan

Gambar 12 Polarisasi Cahaya karena Pemantulan

Polarisasi linier terjadi bila cahaya yang datang pada cermin dengan sudut 570.
b. Polarisasi Cahaya karena Pemantulan dan Pembiasan

Gambar 13 Polarisasi Cahaya karena Pemantulan dan Pembiasan

Polarisasi liniier terjadi bila sinar pantul oleh benda bening dengan sinar bias
membentuk sudut 900.
Rumus :
𝑟 + 𝑟9 = 900 dengan ip = r9 maka,
0
𝑖𝑝 + 𝑟 = 90
𝑟 = 900 − 𝑖𝑝
Menurut Hukum Snellius :
𝑛′ sin 𝑖𝑝
=
𝑛 sin 𝑟
sin 𝑖𝑝 𝑛′
=
sin(900 − 𝑖𝑝 ) 𝑛
sin 𝑖𝑝 ′
𝑛
=
cos 𝑖𝑝 𝑛
𝑛′ Persamaan ini di sebut Hukum
tan 𝑖𝑝 =
𝑛 Brewster
Keterangan :
ip = sudut datang (sudut terpolarisasi)
n’ = indeks bias udara
n = indeks bias benda bening
c. Polarisasi Cahaya karena Pembiasan Ganda

Gambar 14 Polarisasi Cahaya karena Pembiasan Ganda


d. Polarisasi Cahaya karena Absorbsi Selekstif

Gambar 15 Polarisasi Cahaya karena Absorbsi Selektif

Suatu cahaya tak terpolarisasi datang pada lembar polaroid pertama disebut
Polarisator, dengan sumbu polarisasi ditunjukkan oleh garis-garis pada polarisator.
Kemudian dilewatkan pada polaroid kedua yang disebut Analisator. Maka
intensitas sinar yang diteruskan oleh analisator I, dapat dinyatakan sebagai :
𝐼 = 𝐼0 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃
Dengan I0 adalah intensitas gelombang dari polarisator yang datang pada
analisator. Sudut  adalah sudut antara arah sumbu polarisasi dan polarisator dan
analisator. Persamaan di atas dikenal dengan Hukum Malus, diketemukan oleh
Etienne Louis Malus pada tahun 1809. Dari persamaan Hukum Malus tersebut
dapat disimpulkan :
1. Intensitas cahaya yang diteruskan maksimum jika kedua sumbu polarisasi
sejajar ( = 00 atau  = 1800).
2. Intensitas cahaya yang diteruskan = 0 (nol) (diseraap seluruhnya oleh
analisator) jika kedua sumbu polarisasi tegak lurus satu sama lain.
e. Pemutaran Bidang Getar

Gambar 16 Pemutaran Bidang Getar

Berkas cahaya yang melalui polarisator dan analisator, diantara polarisator dan
analisator diletakkan tabung yang diisi larutan, maka larutan yang ada dalam
tabung akan memutar bidang getarnya. Besarnya sudut putaran larutan ditentukan
oleh :
1. Panjang larutan yang dilalui.
2. Konsentrasi larutan.
3. Panjang gelombang cahaya yang dipakai.
𝜃2 − 𝜃1 = 0,1 [𝑐. 1. 𝑠]
2 - 1 = Besar sudut putaran larutan gula.
c = Konsentrasi larutan gula
1 = Panjang larutan gula.
s = sudut putaran jenis larutan gula
f. Hamburan Cahaya
Hamburan Cahaya adalah bia cahaya datang pada medium, sinar tersebut akan
(mungkin) dipancarkan ke segala arah.

Gambar 17 Hamburan Cahaya

g. Ramalan Rayleigh Mengenai Hamburan Cahaya


Rayleigh meenyatakan bahwa gelombang cahaya dengan panjang gelombang
pendek lebih banyak dihamburkan daripada gelombang cahaya dengan panjang
gelombang yang panjang.
h. Fotometri (Peng ukuran Cahaya)
Fotometri adalah suatu ilmu yang mempelajari teknik illuminasi (penerangan)

Anda mungkin juga menyukai