Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kapasitas Panas


Kapasitas Termal adalah sifat yang mengindikasikan kemampuan materi untuk menyerap
panas. Kapasitas panas (heat capacity) adalah jumlah panas yang diperlukan untuk
meningkatkan temperatur padatan sebesar satu derajat K. kapasitas panas [C],dapat dnyatakan
dalam persamaan berikut,

Dimana dQ adalah energy yang dibutuhkan, dan dT adalah perubahan temperature. Konsep
mengenai kapasitas panas dinyatakan dengan dua cara, yaitu Kapasitas panas pada volume
konstan, Cv.

2.2.1 Vibrational Heat Capacity


Dalam kebanyakan material padat, asimilasi energy panas terjadi dengan
peningkatan energy getaran pada atom atom penyusun nya. Atom atom pada material padat
secara konstan bergetar pada frekwensi tinggi dengan amplitudo yang relative kecil.
Pergetaran atom ataom ini seolah olah menciptakan bentuk gelombang kisi yang berjalan.
Dimana gelombang tersebut dapat dianggap sebagai gelombang suara atau gelombang
elastic dengan frekwensi yang tinggi seta panjang gelombang yang pendek. Yang
merambat melalui Kristal dengan kecepatan suara. Sehingga energy termal getaran dalam
suatu material terdiri dari rangkaian gelombang yang terbentuk dari getran-getaran atom
tersebut, dan satu kuantum energy getaran disebut phonon.

2.2.2 Temparature Dependence of Heat Capacity


Pada gambar dibawah diperlihatkan tentang variasi temperature pengaruh getaran
pada kapasitas panas pada volume konstan untuk Kristal sederhana. Dri gambar tersebut
dapat dilihat bahwa kenaikan 𝐶𝑣 secara signifikan terjadi dengan bertambahnya
temperature, hal tersebut terjadi karena peningkatan kemampuan dari gelombang kisi
untuk meningkatkan energy rata-rata yang dimiliki seiring dengan kenaikan temperature.
Adapun hubungan antara 𝐶𝑣 dan temperature absolute dinyatakan dengan persamaan
berikut

Dimana A adalah konstanta yang tidak dipengaruhui oleh temperature. Sedangkan 𝐶𝑣


menjadi tidak terpengaruh oleh temperature pada saat bernilai 3R, dimana R adalah
konstanta gas.
Gambar 2.1 Grafik tempeartur terhadap kapasitas panas pada volume yang konstan

2.1.3 Other Heat Capacity Contribution


Mekanisme penyerapan energi yang lain di sebabkan oleh beberapa hal sebagai
berikut :
 Kontribusi Getaran : Penyerapan energi yang menambah kapasitas panas total paling
besar dari padatan
 Kontribusi Elektronik : Terjadi pada penyerapan energi elektron dengan
meningkatkan energi kinetiknya.

2.2 Ekspansi Termal / Pemuaian


Kebanyakan materialpadat memuai saat dipanaskan dan menyusut saat didinginkan.
Perubahan panjang karena pegaruh temperature untuk material padat dapat dinyatakan
dalam persamaan berikut.

Atau dapat juga dinyatakan dengan persamaan ekivalen yaitu.

Dimana 𝑙𝑓 adalah panjang setelah dipengatuhi oleh suhu, sedagkan 𝑙0 adalah panjang
awal, parameter α adalah koefisien linier pemuaian termal (linear coefficient of thermal
expansion). Sedangkan perubahan volume karena pengaruhtemperatur dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut.

Berikut adalah penjelasan karakteristik ekspansi termal untuk beberapa jenis material
yang meliputi, metal, keramik dan polimer.
a. Metal
Koefisien linier pemuaian termal untuk beberapa jenis material adalah antara 5.10−6
dan 25.10−6 °C−1 .

b. Keramik
 Keramik memiliki ikatan interatomik yang kuat. Yang mengakibatkan material
jenis ini memiliki koefisien linier pemuaian termal yang relative rendah. Yaitu
dengan range 0.5.10−6 dan 15.10−6 °C−1 .
 Untuk keramik noncrystalline memiliki struktur kristal kubik yang isotropik atau
anisotropik. pada kenyataannya, beberapa bahan keramik, setelah dipanaskan,
mengikat beberapa arah kristalografi dan memperluas yang lain.
 Pada anorganik, efisien ekspansi tergantung pada komposisi. Leburan silika
(kemurnian tinggi SiO 2 kaca) memiliki koefisien ekspansi kecil 0.4 ×
10−6 (℃)−1
 Bahan keramik harus mengalami perubahan suhu, memiliki koefisien ekspansi
termal yang relatif rendah, dan isotropik.
 Jika tidak, bahan akan rapuh dan mengalami fraktur sebagai akibat dari perubahan
dimensi yang tidak seragam biasanya disebut thermal shock.

c. Polymer
Bahan polimer kebanyakan memiliku koefisien linier pemuaian termal yang relative
besar. Yaitu berkisar 5.10−6 dan 400.10−6 °C−1 . Hal ini dikarenakan ikatan
intermonekular sekunder dari polimer yang relative rendah

2.3 Konduktivitas Termal


Konduktivitas atau keterhantaran termal, k, adalah suatu besaran intensif bahan yang
menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas. Benda yang memiliki
konduktivitas termal (k) besar merupakan penghantar kalor yang baik (konduktor termal yang
baik). Sebaliknya, benda yang memiliki konduktivitas termal yang kecil merupakan merupakan
penghantar kalor yang buruk (konduktor termal yang buruk). Yang dapat dinyatakan dengan
persamaan.

Dimana q adalah flux panas atau aliran panas, k adalah konduktivitas termal, sedangkan
𝑑𝑇
adalah gradient temperature.
𝑑𝑥
Mekanisme dari konduktivitas termal ini adalah sebagai berikut. Panas diangkut dalam
bahan padat oleh kedua gelombang getaran kisi (fonon) dan elektron bebas. Konduktivitas
termal berhubungan dengan masing-masing mekanisme ini dan konduktivitas total jumlah
kontribusi keduanya. Dimana 𝑘𝑙 dan 𝑘𝑒 mewakili getaran kisi dan konduktivitas termal
elektron. Dapat dinyatakan dengan persamaan berikut.

Berikut adalah penjelasan karakteristik Konduksi termal untuk beberapa jenis material yang
meliputi, metal, keramik dan polimer.
a. Metal
Metal adalah material dengan konduksi panas yang baik, karena metal memiliki jumlah
electron bebas yang besar. Nilai dari konduktivitas panas untuk metal adalah berkisar antara
20 sampai 400 W/m-K.

Gambar 2.2 Grafik Thermal conductivity terhadap composition for copper – zinc alloys
Karena elektron bebas berfungsi untuk konduksi listrik dan termal
dalam logam murni, maka secara teoritis menunjukkan bahwa kedua konduktivitas
seharusnya
terkait menurut hukum Wiedemann – Franz:
𝑘
𝐿=
𝜎𝑇

di mana konduktivitas listrik, T adalah suhu absolut, dan L adalah konstanta.


Nilai teoritis L, 2,44 𝑥 10−8 Ω − 𝑊/𝑘 2 harus independen dari
suhu dan sama untuk semua logam jika energi panas diangkut seluruhnya
oleh elektron bebas. Termasuk dalam Tabel 19.1 adalah nilai L eksperimental untuk
beberapa logam. Perhatikan bahwa kesepakatan antara ini dan nilai teoretisnya cukup
masuk akal (dalam faktor 2).
Paduan logam dengan limbah menghasilkan penurunan konduktivitas termal,
untuk alasan yang sama bahwa konduktivitas listrik berkurang (Bagian
18.8) yaitu limbah atom terutama dalam larutan padat yang bertindak sebagai hamburan
pusat dan menurunkan efisiensi gerak elektron. Sebidang konduktivitas termal
dibandingkan dengan komposisi untuk paduan tembaga-seng dapat dilihat pada gambar
diatas yang menampilkan efek ini.

b. Keramik
Material non metal adalah insulator panas karena memiliki jumlah electron bebas yang
kecil. Kramik merupakan material non metal, sehingga memiliki nikai konduktivitas panas
yang relative kecil yaitu berkisar antara 2 sampai 50 W/m-K. gelas dan jenis amorphous
keramik yang lain, memiliki nilai konduktivitas panas yang lebih kecil dibandingkan dengan
kristaline keramik.
Gambar 2.3 Dependence of thermal conductivity on temperature for several ceramic
materials
Nilai konduktivitas termal untuk sejumlah bahan keramik terkandungdalam Tabel 19.1.
Suhu ruangan konduktivitas termal berkisar antara2 dan 50 W / m-K. Kaca dan keramik amorf
lainnya memiliki konduktivitas yang lebih rendah dari keramik kristal karena hamburan fonon
jauh lebih efektif ketika struktur atom sangat tidak teratur dan tidak teratur.Hamburan vibrasi
kisi menjadi lebih jelas dengan meningkatnya suhu, oleh karena itu konduktivitas termal dari
sebagian besar bahan keramik biasanya berkurang dengan meningkatnya suhu, setidaknya pada
suhu yang relatif rendah (Gambar 19.5). Seperti yang ditunjukkan Gambar 19.5, konduktivitas
mulai meningkat pada suhu yang lebih tinggi, yang disebabkan oleh perpindahan panas radiasi,
dalam keadaan jumlah infra merah yang signifikan panas radiasi dapat diangkut melalui bahan
keramik transparan. Itu adalah proses pada peningkatan suhu.
Porositas dalam material keramik mungkin memiliki pengaruh terhadap panas daya
konduksi dan meningkatkan volume pori dalam banyak keadaan, dan menghasilkan
pengurangan konduktivitas termal. Bahkan, banyak keramik yang digunakan untuk panas
insulasi berpori. Perpindahan panas di seluruh pori-pori biasanya sangat lambat dan tidak
efisien. Pori-pori internal biasanya mengandung udara diam, yang memiliki panas yang sangat
rendah dengan konduktivitas — kira-kira 0,02 W / m-K. Selanjutnya, konveksi berbentuk gas
dalam pori-pori juga relatif tidak efektif.

c. Polimer
Konduktivitas termal dari material jenis polimer kebanyakan adalah berkisar 0.3 W/m-K.
dimana nilai tersebut lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai konduktivitas termal keramik
dan metal. Polimer banyak digunakan sebagai insulator panas, karena memiliki nilai
konduktivitas termal yang rendah.

2.4 Tegangan Thermal


Definisi dari Tegangan Thermal adalah, Tegangan yang terjadi pada bahan (zat padat)
sebagai akibat dari perubahan suhu. Yang dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut.
Dimana
σ = stress.
E = modulus elastisitas bahan.
α1= koefisien linier pemuaian termal.

a. Thermal Shock of Brittle Materials


Adalah kekuatan bahan untuk menahan shock termal disebut resistansi shock termal
(thermal shock resistance [TSR]) yang dapat dinyatakan dengan persamaan.

Anda mungkin juga menyukai