Anda di halaman 1dari 33

KELOMPOK 3

MINERALOGI DAN PETROLOGI

Aprilia Anjani (1710115320001)


Sifani Lulu Nisfinahari (1710115220023)
Tsara Fairuz Azizah (1710115320005)
Microskop & Cahaya
Polarisasi

Indiskatrik Kristal

Sudut Pemandangan
& Orientasi Mineral

Penentuan Sumbu
Optik Kristal
1. Mikroskop dan Cahaya Polarisasi
 Mikroskop merupakan alat yang digunakan
untuk melihat benda yang berukuran kecil,
sehingga dapat terlihat besar.
 Dalam studi geologi, alat yang bernama
“mikroskop polarisasi”. Mikroskop ini
digunakan pada pengamatan sayatan tipis
dari batuan.
 Cahaya yang digunakan adalah cahaya
terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi terpusat
pada satu arah
Microskop Polarisasi Cahaya Polairisasi

a) Mikroskop Polarisasi dan


Fungsinya
b) Kecepatan Cahaya dan Spektrum
 Cahaya merupakan gelombang elektromagnetis (EM)
yang memiliki spectrum warna yang berbeda satu sama
lain dan memiliki energi, frekuensi dan panjang
gelombang yang berbeda
 Isotrop yaitukecepatan merambat ini ke semua arah
adalah sama besar,
 Anisotrop yaitu zat kecepatannya berbeda-beda untuk
arah-arah yang lain
 Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya
polikromarik (putih) menjadi cahaya-cahaya
monokromatik (merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan
ungu). Dispersi cahaya terjadi jika seberkas cahaya
polikromatik (cahaya putih) jatuh pada sisi prisma.
Apabila warna-warna tersebut dating dengan
serentakpada mata maka kita akan tampak sebagai
kesatuan warna putih, sedangakan hanya satu warna
saja disebut warna monochromatic.
c) Polarisasi Cahaya
 Polarisasi cahaya dapat disebabkan oleh
empat cara, yaitu refleksi (pemantulan),
absorbsi (penyerapan), pembiasan
(refraksi) ganda dan hamburan.
Polarisai karena refleksi Polarisasi karena absorpsi selektif

Polarisasi jenis ini dapat terjadi


dengan bantuan kristal polaroid.
Membentuk sudut 90o, arah getar
Bahan polaroid bersifat meneruskan
sinar pantul yang terpolarisasi akan
cahaya dengan arah getar tertentu
sejajar dengan bidang pantul.
dan menyerap cahaya dengan arah
getar yang lain
2. Indiskatrik Kristal
a) Indeks Bias Mineral Isotrop
b) Penentuan Indeks Bias Kristal
Anistrop
c) Indikatrik Kristal Satu Sumbu
Optik
d) Indikatrik Kristal Dua Sumbu
Optik
a) Indeks Bias Mineral Isotop
 Indeks bias merupakan konstanta yang
menunjukan perbandingan antara sudut sinar
datang dengan sudut pantul. Indeks bias
dipengaruhi oleh perbedaan jenis media yang
dilewati sinar
 Mineral isotrop diistilahkan sebagai mineral
yang memancarkan gelombangnya ke segala
arah dengan panjang dan kecepatan
yang sama secara teratur.
 Mineral-mineral yang memiliki sifat isotrop
umumnya adalah mineral dengan sistem kristal
isometrik (kubik).
Metode garis becke Metode Iluminasi miring

 Garis becke adalah suatu  Memakai bahan yang tidak


garis terang yang timbul tembus cahaya, misalnya
pada batas antara dua karton.
medium yang saling
bersentuhan
 Cara penentuan indeks
bias memperkecil bukaan
diafragma sehingga cahaya
yang masuk akan berkurang.
Hal ini dilakukan agar garis
becke akan tampak jelas

Cara untuk mendapatkan harga indeks


bias kristal yang umum dipakai ada dua
buah yaitu:
b) Penentuan Indeks Bias Kristal
Anistrop
 Menentukan apakah  Penentuan kedudukan
sesuatu kristal tergolong indikatrik dalam kristal
dalam kristal satu sumbu sedemi- kiar rupa
atau dua sumbu, hal ini sehingga benar-benar
dapat dilakukan dengan diketahui arah X,Y, dan Z
cara konoskop. Sayatan (nα, nβ, dan nɣ) dalam
kristal sumbu satu yang kristal dan bukan arah-
tertinggi warna arah X’,Y’, Z’ (n’α, n’β, dan
interferensinya n’ɣ)
digunakan untuk
sekaligus harga-harga nѠ
dan nϵ , yaitu setelah
ditentukan tanda
kristalnya
c) Indikatrik
Kristal Satu
Sumbu Optik

Indikatrik kristal adalah berbentuk bola


dan merupakan ciri khas bagi mineral
yang tergolong sistem kubik dan gelas
 Bentuk indikatrik kristal satu sumbu
optik berbeda dengan indikatrik kristal
yang isotrop. Pada kristal satu sumbu
optik ada harga indeks bias yang ekstrim
yaitu nѠ (ordiner) dan nϵ (ekstraordiner)
 Bentuk indikatriknya bukanlah
merupakan bidang bola seperti pada
kristal isotrop melainkan merupakan
bentuk bijih buah pala atau ellipsoida
putaran.
Salah satu dari indeks bias utamanya selalu akan berhimpit dengan
sumbu kristalografi, sedangkan indeks bias yang lain terletak dalam
bidang yang tegak lurus padanya. Ellipsoida putaran yang demikian
selalu berputar pada satu putaran saja, yaitu sumbu c karenanya
indikatrik yang demikian itu disebut indikatrik satu sumbu optik
(uniaxial indicatric), dimana sumbu c berperan juga sebagai sumbu
optik
d) Indikatrik Kristal Dua Sumbu
Optik
Mineral-mineral dari sistem sumbu
ortorombik, monoklin dan triklin termasuk
ke dalam golongan ini. Mereka mempunyai
tiga harga indeks bias utama yaitu nα
(terkecil) dan nɣ(terbesar) , sedangkan nβ
merupakan indeks bias yang harganya
terletak antara harga nα dan nɣ.
 Arah-arah tersebut tidak identik dengan arah-
arah sumbu kristalografi, meskipun salah satu
atau dua atau ketiganya dapat saja berimpit
dengan arah-arah kristalografi. Dalam sistem
ortorombik tiga sumbu indikatrik memang
selalu barimpit dengan sumbu-sumbu
kristalografi.
 Gambar diatas, terdapat tiga buah bidang yang
mengandung 2 buah sumbu getaran utama yaitu
mengandung XZ atau YZ. Tidak ada lagi yang
merupakan sayatan-sayatan yang berupa
lingkaran, tetapi berupa sayatan yang berbentuk
ellips. Dengan demikian bentuk indikatrik kristal
dua sumbu kira-kira dapat dibayangkan seperti
bentuk ellipsoida putaran bersumbu tiga.
3. Sudut Pemandangan & Orientasi
Mineral

a) Sudut Pemadaman
b) Warna Interferensi
c) Komparator
SUDUT PEMADAMAN
 Untuk mineral-mineral yang
memiliki arah beyangan
belahan (cleavage). Seperti
contoh dibawah ini yang perlu
diperhatikan adalah besar
sudut yang dibuat oleh arah
bayangan belahan ini terhadap
arah sumbu indikatornya.
Sudut ini disebut dengan sudut
pemadaman.
Faktor-faktor yang menentukan besar sudut
pemadaman itu ialah :
 Jenis masing-masing mineral, dimana bagi
tiap-tiap mineral indikatriknya berbeda-
beda
 Arah sayatan kristal terhadap sumbu-
sumbu indikatriknya
 Ada atau tidaknya dispersi pemadaman
 Arah bayangan belahan dari mana pangkal
pengukuran dilakukan
b) Warna Interferensi
 Diantara nicol bersilang
warna-warna akan
dipengaruhi sedemikian rupa
menjadi warna yang disebut
warna interferensi. Warna ini
terjadi disebabkan adanya
bias besarnya sama dengan
selisih harga indeks bias yang
maksimal dan minimal, atau
∆ (bias rangkap maksimum)
= nɣ - nα
Warna inteferensi tergantung pada :

a) Harga bias rangka masing-masing mineral


b) Letak syatan kristal terhadap indikatrik
c) Tebal sayatan kristal
Dari hijau ke putih kotor, ke merah orde keempat.
Harga R lebih besar dari 1680 milimikron
 Keterangan
 Orde 1 : dari hitam ke abu-
abu, putih ke kuning, kuning
batang padi, jingga ke merah
orde pertama
 Orde 2 : dari ungu ke biru
cerah, biru kehijauan yang
muda, hijau, kuning, fingga ke
merah orde kedua. Di sini
wurna biru lebih menyoiok
daripada hijau
 Orde 3 : dari biru ke hijau
cerah, dan kuning ke merah
orde ke 3. Di sini warma hijau
lebih menyolok daripada
warna biru. R 1120- 1600
milimikron
b) Komparator
 Kegunaan komperator yang terutama ialah untuk
menentukan mana sumbu panjang dan mana sumbu
pendek indikatrik dalam sumbu sayatan kristal, yang juga
disebut crientasi kristal dan tanda optik kristal.
 Hal ini dilakukan dengan memperhatikan penaruh
komparator terhadap warna interferensi kristal.
 Dapat pula dikatakan bagaimaną pengaruh kristal
terhadap warna interferensi komparator, karena
komparator juga merupakan sayatan kristal.
4. Penentuan Sumbu Optik Kristal
a) Sifat-sifat Kristal Satu Sumbu pada
Konoskop
b) Penentuan Tanda Optik Kristal Satu
Sumbu
c) Sifat-sifat Optik Kristal Dua Sumbu pada
Konoskop.
d) Penentuan Tanda Optik Kristal Sumbu
dua
e) Penentuan Harga Sudut Sumbu Optik 2V
a) Sifat-sifat Kristal Satu Sumbu pada
Konoskop
 Jadi semakin tinggi bias rangkapnya suatu
mineral akan semakin banyaklah jumlah
gelang-gelang tersebut. Bayangan yang
tampak pada konoskop yang terdiri dari
isogir-isogir dan gelang-gelang warna
disebut gambar interfernsi
 Untuk memahami terjadinya isogir dan gelang-gelang
warna perlu kiranya digambarkan apa yang dialami oleh
getaran-getaran cahaya pada konoskop. Maka akan
terlihat penampang lingkaran yang melukiskan
penyebaran getaran-getaran cahaya yang disebut gambar
getaran. Dalam praktek gambar getaran ini
diproyeksikan pada bidang kertas sebagai lingkaran.
b) Penentuan Tanda Optik Kristal
Satu Sumbu
 Optic Kristal satu sumbu dibedakan atas
yang positif (+) dan ngatif (-). Kristal-kristal
satu sumbu positif, dimana n€< n∞, dan
berlaku dengan sebaliknnya. Penenentuan
tanda optiknya sebaliknya dipilih sayatan yang
konoskop menandakan adanya salib hitam
(isogir) utama yang titik potongnya berimpit
dengan pusat medan. Sayatan ini adalah
sayatan tegak lurus sumbu optic dimana pada
ortoskop dalam kedudukan nicol bersilang
selalu gelap keadaannya.
c) Sifat-sifat Optik Kristal Dua
Sumbu pada Konoskop.
 Jumlah gelang-gelang warna yang tampak dalam
suatu gambar interferensi Kristal tergantung
kepada jarak kedua melatropnya. Makin besar
jarak kedua melatropnya makin sedikitlah jumlah
gelang-gelang warna yang timbul.
 Gelang-gelang lonjong ini dilingkari oleh bentuk
angka delapan yang simpulnya terletak pada salib
rambut
 Semakin keluar dari simpul tadi timbul pula
gelang-gelang lonjong yang melekat di bagian
tengahnya. Semua hal ini disebut gelang-gelang
isofase (isochrone).
 Pada hakekatnya hanya
bagian tengah dari isogir
sajalah yang sumbu ellips
benar-benar sejajar dengan
analisator dan polasarisator.
Makin ke bagian tepi isogir,
sumbu-sumbu itu semakin
tidak sejajar benar dengan
sumbu-sumbu prisma nicol
tersebut. Hal ini
menyebabkan batas yang
kabur antara tepian isogir
dengan medan di sekitarnya
d) Penentuan Tanda Optik Kristal
Sumbu dua
 Bila bagian lengkung isogir mengalami addisi, bagian
luarnya mengalami substraksi dan berlaku
sebaliknya.
 Kedudukan diagonal diputar 90o maka dalam
kedudukan diagonal yang kedua ini bagian ada
kedudukan pertama akan mengalami kebalikannya,
yaitu dari addisi menjadi substraksi, dan berlaku juga
kebalikannya.
e) Penentuan Harga Sudut
Sumbu Optik 2V
 Harga 2V ditentukan pada setiap diterminasi
mineral
 Penentuan sudut 2v secara cermat dilakukan
dengan pertolongan mineral stage.
 Sayatan akan menunjukkan gambar interferensi
dengan sebuah isogir saja yang pada kedudukan
melatropnya tepat berada pada salib sumbu.

Anda mungkin juga menyukai