GEOGRAFI
DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS INOVASI PENDIDIKAN GEOGRAFI
DIAMPU OLEH :
Dr. KARUNIA PUJI HASTUTI, M.Pd
DISUSUN OLEH :
BAHRUDIN (1710115210004)
ERWIN (1710115210006)
IZZATUL MAHYA (1710115120009)
MUHAMMAD (1710115210013)
NINDA DWI APRIYANTI (1710115220016)
SIFANI LULU NISFINAHARI (1710115220023)
TSARA FAIRUZ AZIZAH (1710115320005)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena pada akhirnya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dengan judul “Model
Pembelajaran Generatif Terhadap Mata Pelajaran Geografi”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari tidak dapat bekerja seorang diri
melainkan bekerja sama dengan berbagai pihak. Maka atas terselesaikan makalah ini, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikiran, serta keluarga tercinta yang tidak kenal
lelah dan bosan dalam memberi motivasi dan dukungan, baik dukungan material maupun
dukungan spiritual.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3.2 Untuk mengetahui langkah-langkah dari model generatif.
1.3.3 Untuk mengetahui penerapan model generatif dibandingkan model konvensional.
BAB II
PEMBAHASAN
Penerapan model pembelajaran generatif merupakan suatu cara yang baik untuk
mengetahui pola pikir siswa serta bagaimana siswa memahami dan memecahkan
masalah dengan baik. Secara ringkasnya model pembelajaran generatif adalah suatu
model pembelajaran berdasarkan kepada penyelidikan tentang bagaimana manusia
belajar. Sejalan dengan itu Jonasse (Marrison, 2011) mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran generatif, “are those that require learners consciously and deliberately to
relate new information to existing knowledge”. Dengan demikian melalui model
5
pembelajaran generatif, pengetahuan yang dimiliki oleh siswa adalah hasil daripada
aktivitas yang dilakukan oleh pelajar tersebut dan bukan pengajaran yang diterima
secara pasif.
Osborne dan Wittrock (Hulukati, 2005) menjelaskan proses pengolahan input indera
dalam otak:
Grabowski (2001: 723) mengatakan bahwa kontribusi penting pada model generatif
bagaimanapun juga bergantung pada strategi guru dalam merancang situasi
pembelajaran dan mengelola isi materi yang disampaikan agar menarik perhatian
siswa.Menurut Osborne dan Wittrock (Hulukati, 2005: 51) model pembelajaran
generatif adalah model pembelajaran dimana siswa secara aktif mengkonstruksi
pengetahuan melalui lima tahap yaitu tahap orientasi, tahap pengungkapan ide, tahap
tantangan dan restrukturisasi, tahap penerapan. Menurut Tytler (Hulukati, 2005:60),
model pembelajaran generatif merupakan salah satu model yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran matematika, dan terdiri dari empat fase pembelajaran yaitu fase
6
eksplorasi pendahuluan (preliminary), fase pemusatan (focus), fase tantangan
(challenge), serta fase aplikasi (application).
Tahap orientasi, merupakan tahap memotivasi siswa untuk mempelajari materi yang
akan diajarkan dengan mengaitkan manfaat materi tersebut di dalam kehidupan sehari-
hari. Siswa diberikan kesempatan untuk membangun kesan mengenai konsep yang
sedang dipelajari dengan menghubungkannya dengan pengalaman sehari-hari (Osborne
dan Wittrock dalam Hulukati, 2005). Tujuannya agar dalam proses pembelajaran siswa
dapat membayangkan sesuatu serta dapat memanfaatkan pengalaman dan pengetahuan
yang telah dimilikinya untuk menyelesaikan masalah pada pokok bahasan yang sedang
dihadapi, dengan demikian siswa termotivasi mempelajari pokok bahasan yang akan
dipelajari.
Sejalan dengan hal tersebut Asmin (2005) mengemukakan bahwa berpikir generatif
adalah mencari sebanyak mungkin pemecahan yang sifatnya harus masuk akal, yang
bersumber dari fakta yang ditelaah, yang merupakan cara berpikir yang menghasilkan
beragam cara dalam menanggapi.
7
pengetahuan siswa (Socratic questioning) sehingga akan terungkap ide atau gagasan
yang ada dalam benak siswa. Pertanyaan yang bersifat menggali dapat membantu
siswa menghargai kekurangajegan cara berpikir mereka dan mengkontruksi kembali
gagasan mereka dengan cara yang lebih koheren atau bertalian secara logis. Grabowski
(2001: 723) mengatakan, “Teaching and design strategies that deal with attribution
should result in enduring interest, persistence, and motivation”.
Ketika siswa mengungkapkan ide, siswa akan menyadari bahwa ada pendapat yang
berbeda dengan teman yang lain pada topik yang sedang dipelajarinya. Hal tersebut
akan menimbulkan konflik dalam dirinya sehingga menimbulkan ketidakpuasan
terhadap ide dan gagasan yang akan mendorong siswa melakukan perubahan.
Ketidakpuasan tersebut dapat dibangkitkan dengan memunculkan dan meningkatkan
kepedulian terhadap gagasan-gagasan mereka sendiri, meminta mereka menjelaskan
konsep-konsep yang tidak sesuai, dan mendiskusikan konsep-konsep tersebut. Pada
tahap ini juga siswa diberikan kesempatan untuk menggali gagasan-gagasan mereka
dalam diskusi kelompok kecil untuk mendiskusikan konsep-konsep yang sedang
dipelajari.
Hampir senada dengan tahap pengungkapan ide yang dikemukakan oleh Osborne
dan Wittrock, Tytler (Fitriandini, 2009) mengungkapkan fase eksplorasi dan fase
pemusatan (focus). Pada fase eksplorasi, guru dapat mengeksplorasi dan
mengklasifikasi gagasan-gagasan siswa tentang konsep-konsep yang akan dipelajari.
Konsep awal siswa pada fase ini digunakan sebagai titik tolak perencanaan program
pembelajaran. Ini dilakukan guru untuk mendapatkan latar belakang gagasan atau
konsep-konsep siswa dan kecenderungan tantangan pengetahuannya tentang topik yang
dipelajari. Hal ini senada dengan Grobowski (2001: 741) mengungkapkan bahwa
model pembelajaran generatif member kesempatan kepada siswa untuk aktif mencari
informasi dan menemukan konsep pengetahuan yang baru.
8
Fase ini berlanjut dengan guru memberikan pertanyaan kepada siswa sebagai
motivasi, membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap aspek penting dalam suatu
topik, sehingga siswa memiliki dasar mengajukan pertanyaan.
Setelah fase eksplorasi, fase selajutnya menurut Tytler (Fitriandini, 2009) adalah
fase pemusatan (focus). Pada fase ini guru melakukan pemusatan yang terarah pada
konsep yang akan dipelajari oleh siswa. Kemudian siswa melakukan kegiatan untuk
mengenal materi-materi yang digunakan untuk mengajukan pertanyaan (masalah atau
soal). Pada saat itu siswa diharapkan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan topik yang dipelajari, selanjutnya respon siswa diinterpretasikan dan
diklarifikasi. Selain itu juga siswa dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai
konsep yang dipelajari, melakukan refleksi dan mengklarifikasi konsepnya apa benar
atau tidak. Selanjutnya para siswa mengkomunikasikan pada temannya melalui diskusi
kelas atau diskusi kelompok.
Diharapkan selama proses ini muncul konflik antara apa yang dimiliki siswa dengan
apa yang dilihat dan diperagakan oleh guru. Grobowski (2001) mengemukakan,
“External stimuli arouse attention through the ascending reticular activating system.
Without active, dynamic, and selective attending of an environmental stimulus, it
follows that meaning generation cannot occur regarding that environmental stimulus.”
Setelah tahap tantangan tersebut diharapkan siswa bisa memperoleh pemahaman baru
yang lebih benar mengenai konsep yang bersangkutan. Supaya siswa mempunyai
keinginan untuk mengubah struktur pemahaman mereka, siswa diberikan masalah-
9
masalah yang menantang untuk membangkitkan keberaniannya dalam mengajukan
pandapatnya dan berargumentasi tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari.
10
benar itu dapat diaplikasikan dalam suatu rentang situasi. Kemudian guru mernbantu
siswa dalam memecahkan masalah (soal-soal) yang lebih kompleks.
Kegiatan siswa dalam fase terakhir ini antara lain adalah memecahkan soal-soal
praktis berdasarkan konsep-konsep yang benar, menyajikan solusi dari suatu masalah
kepada teman sejawatnya, berdiskusi dan beradu argumentasi tentang konsep-konsep
yang benar, dan secara kritis mengevaluasi penggunaan konsep-konsep itu adalah
situasi yang berbeda. Pada fase ini siswa mengevaluasi dan membandingkan antara
pengetahuan tentang konsep-konsep sebelumnya dengan konsep yang telah
dikontruksi, dan mengadakan refleksi terhadap prosedur yang ditempuh. Selanjutnya
guru mengadakan review terhadap perubahan-perubahan ide-ide siswa sebagai hasil
restrukturisasi terhadap gagasan atau ide awalnya.
Tahap terakhir menurut Osborne dan Wittrock (Hulukati, 2005) adalah tahap
melihat kembali. Siswa diberi kesempatan untuk mengevaluasi kelemahan dari konsep
yang dimilikinya, kemudian memilih cara/konsep yang paling efektif dalam
menyelesaikan permasalahan. Siswa juga diharapkan dapat mengingat kembali konsep
yang sudah dipelajari secara keseluruhan. Kondisi ini memberikan peluang kepada
siswa untuk mengungkap tentang apa yang sudahdan sedang dikerjakannya. Apakah
yang dikerjakannya itu sudah sesuai dengan apa yang dipikirkannya.
a. Stimulator rasa ingin tahu, guru berperan menggugah perhatian dan memotivasi
siswa untuk menyimak tujuan riil pembelajaran. Rasa ingin tahu
11
ditumbuhkembangkan. Untuk itu, guru harus merancang aktivitas- aktivitas yang
dapat memberi kejutan bagi siswa.
b. Membangkitkan dan menantang ide-ide siswa, guru berperan sebagai
pembangkit, pemberi semangat, merangsang siswa untuk berfikir kritis dalam
mengemukakan argumen maupun dalam melakukan investigasi.
c. Sebagai narasumber, guru mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan yang
mungkin akan ditanyakan oleh siswa serta menyiapkan informasi yang memadai
baik tertulis maupun verbal ataupun menyusun rencana untuk menggunakan alat
peraga yang mendukung dalam proses belajar mengajar di kelas.
d. Sebagai senior co-investigator, istilah ini dapat diartikan bahwa siswa sebagai
investigator, guru berperan sebagai pembantu investigasi (co-investigato), karena
guru lebih berpengalaman dari siswanya maka muncullah istilah senior co-
investigator. Guru berperan sebagai model bagi siswa dalam mengajukkan
pertanyaan, juga merancang suatu aktivitas pembelajaran berupa diskusi ilmiah
sehingga timbul sikap respek siswa terhadap teman sejawat.
12
generatif diharapkan dapat menarik perhatian siswa untuk secara aktif meningkatkan
pemahamannya terhadap materi pembelajaran.
Sekarang ini telah berkembang cukup banyak metode dan strategi pembelajaran
yang bias membangkitkan dan meningkatkan pemahaman siswa, salah satunya adalah
dengan strategipembelajaran Generatif (Generatif Learning). Dengan assessment unjuk
kerja (performance assessment). Pembelajaran Generatif adalah pembelajaran yang
menekankan pada pengintegrasian secaraaktif antara materi atau pengetahuan baru
yang diperoleh dengan schemata (Baharuddin dan Wahyuni,2009:128).
13
Intisari dari model pembelajaran genertif adalah bahwa otak tidak menerima
informasi dengan pasif melainkan justru juga aktif mengkonstruksi suatu interpretasi
dari informasi tersebut dan kemudian membuat kesimpulan. Untuk lebih jelasnya
kelima tahapan dalam model pembelajaran generatif dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
14
rangkuman, evaluasi, dan refleksi. Model pembelajaran generatif berbasis pada
pandangan konstruktivisme, dengan asumsi dasar bahwa pengetahuan dibangun dalam
pikiran siswa. Hal ini ditegaskan Wittrock bahwa intisari dari pembelajaran generatif
adalah otak tidak menerima informasi dengan pasif, melainkan justru dengan aktif
mengkonstruksi suatu interpretasi dari informasi tersebut dan kemudian membuat
kesimpulan.
Strategi pembelajaran Generatif terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap explrorasi,
pemfokusan,tantangan, dan tahap penerapan (Wena, 2009:177). Dimana pada setiap
tahap siswa dituntut untuk aktif dan saling bekerjasama dengan teman kelompoknya
untuk menyusun materi yang akan dipelajari,sehingga setelah materi selesai disusun
secara tertulis oleh siswa, maka siswa mempresentasikan materi secara bergantian
sesuai dengan urutan masing-masing kelompok. Maka selanjutnya menurut
Sutarmandan Swasono (dalam Wena, 2009:180) pada tahap akhir (tahap penerapan
konsep) guru bisa memintasiswa untuk mengerjakan tugas PR dengan beberapa latihan
soal-soal atau bisa dengan tugas proyekyang dilaksanakan di luar jam pertemuan.
15
miskonsepsi yang terjadi dalam pikirannya dan bersedia memperbaiki
miskonsepsi tersebut.
d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri.
e. Dapat menciptakan suasana kelas yang aktif karena siswa dapat
membandingkan gagasannya dengan gagasan siswa lainnya serta intervensi
guru.
f. Guru mengajar menjadi kreatif dalam mengarahkan siswanya untuk
mengkonstruksi konsep yang akan dipelajari.
g. Guru menjadi terampil dalam memahami pandangan siswa, dan
mengorganisasi pembelajaran.
2.2.2 Kekurangan
a. Siswa yang pasif merasa diteror untuk mengkonstruksi konsep.
b. Membutuhkan waktu yang lama.
c. Bagi guru yang tidak berpengalamanakan merasa kesulitan untuk
mengorganisasi pembelajaran.
16
untuk memahami
pengetahuan baru dari
permasalahan-permasalahan
yang diberikan sampaipada
penarikan kesimpulan.
Proses pembelajaran yang Pembelajaran yang dilakukan
mengikut sertakan siswa aktif satu arah yang hanya
Proses
mengkonstruksi dikomunikasikan oleh guru
pengetahuannya sendiri kepada siswa dan menggunakan
Pembelajaran
dalam melakukan penemuan sesuatu yang abstrak.
dibawah dibimbingan guru.
Menuntut siswa untuk dapat
Guru menerangkan bahan
membangun jalinan konseppengajaran keapada siswa,
dari konsep-konsep yang memberikan ilustrasi
Strategi
sudah dipelajari sehingga
dengan contoh-contoh dianalisis
hubungan antara konsep yang
sebagai faktornya, lalu disiapkan
Pembelajaran
satu yang lain menjadi jelas.
tes akhir pelajaran. Sedangkan
siswa hanya mendengar dan
mencatat.
Tabel 1. Perbedaan Model Pembelajaran Generatif dan Konvensional
2.3 Langkah-Langkah Metode Generatif
Ada empat tlangkah-langkah dalam melakukan metode generatif yaitu:
a. Pendahuluan, guru memberikan aktivittas melalui demonstrasi/ contoh-contoh yang
dapat merangsang siswa untuk melakukan eksplorasi, mendorong dan merangsang
siswa untuk mengemukaakn ide/pendapat serta merumuskan hipotesis,
membimbing siswa untuk mengklasifikasi pendapat.
b. Pemfokusan, guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk menetapkan konteks
permasalahan berkaitan dengan ide siswa yang kemudian dilakukan pengujian,
membimbing siswa melakukan proses sains, yaitu menguji (melalui percobaan)
sesuatu,menginterpretasi respon siswa. Menginterpretasi dan menguraikan ide
siswa.
c. Tantangan, guru memberikan pemantapan konsep dan latihan soal, guru juga
mengarahkan dan memfasilitasi agar terjadi pertukaran ide antar siswa.
17
d. Penerapan, siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan
konsep barunya atau konsep benar dalam situasi baru yang berkaitan dengan hal-hal
yang praktis dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Model pembelajaran generatif adalah salah satu model pembelajaran yang
berlandaskan pada pandangan konstruktivisme, dengan asumsi dasar bahwa
pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa. Model pembelajaran generatif
dikembangkan pada tahun 1985 oleh Osborne dan Wittrock (Hulukati, 2005). Wittrock
(1992) menyatakan bahwa model pembelajaran generatif merupakan suatu model
pembelajaran tentang bagaimana seorang siswa membangun pengetahuan dalam
pikirannya, seperti membangun ide tentang suatu fenomena atau membangun arti suatu
istilah dan juga membangun strategi untuk sampai pada suatu penjelasan tentang
pertanyaan bagaimana dan mengapa. Langkah-langkah model pembelajaran generatif
terbagi empat yaitu pendahuluan, pemfokusan,tantangan, dan penerapan. Kelebihan
yang dimiliki oleh model pembelajaran generatif daripada konvensional berupa
pemfokusan guru terhadap pengembangan analisis peserta didik dan pengembangan
gagasan ide-ide peserta didik.
18
DAFTAR PUSTAKA
19