Anda di halaman 1dari 19

MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP MATA PELAJARAN

GEOGRAFI
DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS INOVASI PENDIDIKAN GEOGRAFI
DIAMPU OLEH :
Dr. KARUNIA PUJI HASTUTI, M.Pd

DISUSUN OLEH :

BAHRUDIN (1710115210004)
ERWIN (1710115210006)
IZZATUL MAHYA (1710115120009)
MUHAMMAD (1710115210013)
NINDA DWI APRIYANTI (1710115220016)
SIFANI LULU NISFINAHARI (1710115220023)
TSARA FAIRUZ AZIZAH (1710115320005)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena pada akhirnya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dengan judul “Model
Pembelajaran Generatif Terhadap Mata Pelajaran Geografi”.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari tidak dapat bekerja seorang diri
melainkan bekerja sama dengan berbagai pihak. Maka atas terselesaikan makalah ini, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikiran, serta keluarga tercinta yang tidak kenal
lelah dan bosan dalam memberi motivasi dan dukungan, baik dukungan material maupun
dukungan spiritual.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan


makalah ini, oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membanngun dalam penulisan
makalah ini diterima dengan tangan terbuka.

Banjarmasin, November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................4

1.2 Rumusan Makalah.............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5

2.1 Pengertian Metode Generatif..............................................................................................5

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Generatif.................................................................15

2.3 Langkah-Langkah Metode Generatif...............................................................................17

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................18

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang
saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi tujuan atau
kompetensi, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut
harus diperhatikan oleh guru dalam memilih atau menentukan model pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, makalah ini akan menjelaskan pembaca untuk
memahami berbagai hal yang terkait dengan model pembelajaran, macam-macam model
pembelajaran, dan model pembelajaran yang efektif. Keanekaragaman model
pembelajaran yang hendak di sampaikan pada makalah ini merupakan upaya bagaimana
menyediakan berbagai alternatif dalam strategi pembelajaran yang hendak disampaikan
agar selaras dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta
didik pada jenjang sekolah. Baik tidaknya suatu model pembelajaran atau pemilihan
suatu model pembelajaran akan tergantung pada tujuan pembelajaran, kesesuaian
dengan materi yang hendak disampaikan, perkembangan peserta didik, dan juga
kemampuan guru dalam mengelola dan memberdayakan semua sumber belajar yang
ada.

1.2 Rumusan Makalah


Adapun rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini berupa:
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan model generatif dalam pembelajaran?
1.2.2 Apa saja langkah-langkah dari model generatif?
1.2.3 Bagaimana penerapan kelebihan model generative dibandingkan model
konvensional?
1.3 Tujuan Makalah
Adapun tujuan makalah yang terdapat pada makalah ini berupa:
1.3.1 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan model generatif.

4
1.3.2 Untuk mengetahui langkah-langkah dari model generatif.
1.3.3 Untuk mengetahui penerapan model generatif dibandingkan model konvensional.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Metode Generatif


Model pembelajaran generatif adalah salah satu model pembelajaran yang
berlandaskan pada pandangan konstruktivisme, dengan asumsi dasar bahwa
pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa. Model pembelajaran generatif
dikembangkan pada tahun 1985 oleh Osborne dan Wittrock (Hulukati, 2005). Wittrock
(1992) menyatakan bahwa model pembelajaran generatif merupakan suatu model
pembelajaran tentang bagaimana seorang siswa membangun pengetahuan dalam
pikirannya, seperti membangun ide tentang suatu fenomena atau membangun arti suatu
istilah dan juga membangun strategi untuk sampai pada suatu penjelasan tentang
pertanyaan bagaimana dan mengapa. Wittrock (Grabowski, 2001:720) mengonsepkan
model pembelajaran generatif berdasarkan model syaraf dari fungsi otak dan telaah
kognitif pada proses pengetahuan. Hal ini ditegaskan Osborne dan Wittrock (Hulukati,
2005) bahwa intisari dari pembelajaran generatif adalah otak tidak menerima informasi
dengan pasif, melainkan justru dengan aktif mengkonstruksi suatu interpretasi dari
informasi tersebut dan kemudian membuat kesimpulan.Otak bukanlah suatu 'blank slate'
yang dengan pasif belajar dan mencatat semua informasi yang diberikan.

Penerapan model pembelajaran generatif merupakan suatu cara yang baik untuk
mengetahui pola pikir siswa serta bagaimana siswa memahami dan memecahkan
masalah dengan baik. Secara ringkasnya model pembelajaran generatif adalah suatu
model pembelajaran berdasarkan kepada penyelidikan tentang bagaimana manusia
belajar. Sejalan dengan itu Jonasse (Marrison, 2011) mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran generatif, “are those that require learners consciously and deliberately to
relate new information to existing knowledge”. Dengan demikian melalui model

5
pembelajaran generatif, pengetahuan yang dimiliki oleh siswa adalah hasil daripada
aktivitas yang dilakukan oleh pelajar tersebut dan bukan pengajaran yang diterima
secara pasif.

Osborne dan Wittrock (Hulukati, 2005) menjelaskan proses pengolahan input indera
dalam otak:

a) Ide yang ada dipikirkan siswa mempengaruhi dalam mengarahkan indera.


b) Ide yang ada dipikirkan siswa menentukan masukan dari indera mana yang akan
diperhatikan dan mana yang tidak.
c) Masukan indera yang diperhatikan siswa belum mempunyai arti.
d) Siswa membangun hubungan-hubungan antara masukan indera yang akan
diperhatikannya dengan yang ada dipikirannya.
e) Siswa membangun hubungan tersebut dan pemasukan indera untuk membangun arti
pada pemasukan itu.
f) Kadang-kadang siswa menguji arti yang dibangun dengan keterangan lain yang
disimpan dalam otak.
g) Mungkin siswa menyimpan arti yang dibangun dalam ingatan.
h) Otak siswa begitu berperan dalam menyerap dan memaknai informasi, maka siswa
sendiri adalah penanggung jawab utama dalam belajar.

Grabowski (2001: 723) mengatakan bahwa kontribusi penting pada model generatif
bagaimanapun juga bergantung pada strategi guru dalam merancang situasi
pembelajaran dan mengelola isi materi yang disampaikan agar menarik perhatian
siswa.Menurut Osborne dan Wittrock (Hulukati, 2005: 51) model pembelajaran
generatif adalah model pembelajaran dimana siswa secara aktif mengkonstruksi
pengetahuan melalui lima tahap yaitu tahap orientasi, tahap pengungkapan ide, tahap
tantangan dan restrukturisasi, tahap penerapan. Menurut Tytler (Hulukati, 2005:60),
model pembelajaran generatif merupakan salah satu model yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran matematika, dan terdiri dari empat fase pembelajaran yaitu fase

6
eksplorasi pendahuluan (preliminary), fase pemusatan (focus), fase tantangan
(challenge), serta fase aplikasi (application).

Tahap orientasi, merupakan tahap memotivasi siswa untuk mempelajari materi yang
akan diajarkan dengan mengaitkan manfaat materi tersebut di dalam kehidupan sehari-
hari. Siswa diberikan kesempatan untuk membangun kesan mengenai konsep yang
sedang dipelajari dengan menghubungkannya dengan pengalaman sehari-hari (Osborne
dan Wittrock dalam Hulukati, 2005). Tujuannya agar dalam proses pembelajaran siswa
dapat membayangkan sesuatu serta dapat memanfaatkan pengalaman dan pengetahuan
yang telah dimilikinya untuk menyelesaikan masalah pada pokok bahasan yang sedang
dihadapi, dengan demikian siswa termotivasi mempelajari pokok bahasan yang akan
dipelajari.

Sejalan dengan hal tersebut Asmin (2005) mengemukakan bahwa berpikir generatif
adalah mencari sebanyak mungkin pemecahan yang sifatnya harus masuk akal, yang
bersumber dari fakta yang ditelaah, yang merupakan cara berpikir yang menghasilkan
beragam cara dalam menanggapi.

Proses menghubungkan (mengkoneksikan) pengetahuan baru dengan pengetahuan


yang sudah ada akan melibatkan motivasi. Pengetahuan dari konsepsi awal akan
menghasilkan pemaknaan dan pemahaman siswa dalam pembelajaran. Hal ini
didukung oleh teori Gagne, yaitu belajar harus didukung oleh peristiwa pembelajaran
(instructional event), misalnya memotivasi siswa mengkomunikasikan tujuan
pembelajaran, mengarahkan perhatian siswa, membangkitkan transfer (generalisasi),
memunculkan kinerja, dan memberikan umpan balik.

Dalam tahap pengungkapan ide, Osborne dan Wittrock (Hulukati, 2005)


menjelaskan bahwa pada tahap ini guru dapat mengetahui ide atau konsep awal yang
dimiliki siswa mengenai materi yang akan diajarkan. Siswa diberikan kesempatan
untuk mengemukakan ide mereka mengenai konsep yang dipelajari. Guru berperan
sebagai motivator dengan cara mengajukan pertanyaan yang bersifat menggali

7
pengetahuan siswa (Socratic questioning) sehingga akan terungkap ide atau gagasan
yang ada dalam benak siswa. Pertanyaan yang bersifat menggali dapat membantu
siswa menghargai kekurangajegan cara berpikir mereka dan mengkontruksi kembali
gagasan mereka dengan cara yang lebih koheren atau bertalian secara logis. Grabowski
(2001: 723) mengatakan, “Teaching and design strategies that deal with attribution
should result in enduring interest, persistence, and motivation”.

Ketika siswa mengungkapkan ide, siswa akan menyadari bahwa ada pendapat yang
berbeda dengan teman yang lain pada topik yang sedang dipelajarinya. Hal tersebut
akan menimbulkan konflik dalam dirinya sehingga menimbulkan ketidakpuasan
terhadap ide dan gagasan yang akan mendorong siswa melakukan perubahan.
Ketidakpuasan tersebut dapat dibangkitkan dengan memunculkan dan meningkatkan
kepedulian terhadap gagasan-gagasan mereka sendiri, meminta mereka menjelaskan
konsep-konsep yang tidak sesuai, dan mendiskusikan konsep-konsep tersebut. Pada
tahap ini juga siswa diberikan kesempatan untuk menggali gagasan-gagasan mereka
dalam diskusi kelompok kecil untuk mendiskusikan konsep-konsep yang sedang
dipelajari.

Hampir senada dengan tahap pengungkapan ide yang dikemukakan oleh Osborne
dan Wittrock, Tytler (Fitriandini, 2009) mengungkapkan fase eksplorasi dan fase
pemusatan (focus). Pada fase eksplorasi, guru dapat mengeksplorasi dan
mengklasifikasi gagasan-gagasan siswa tentang konsep-konsep yang akan dipelajari.
Konsep awal siswa pada fase ini digunakan sebagai titik tolak perencanaan program
pembelajaran. Ini dilakukan guru untuk mendapatkan latar belakang gagasan atau
konsep-konsep siswa dan kecenderungan tantangan pengetahuannya tentang topik yang
dipelajari. Hal ini senada dengan Grobowski (2001: 741) mengungkapkan bahwa
model pembelajaran generatif member kesempatan kepada siswa untuk aktif mencari
informasi dan menemukan konsep pengetahuan yang baru.

8
Fase ini berlanjut dengan guru memberikan pertanyaan kepada siswa sebagai
motivasi, membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap aspek penting dalam suatu
topik, sehingga siswa memiliki dasar mengajukan pertanyaan.

Setelah fase eksplorasi, fase selajutnya menurut Tytler (Fitriandini, 2009) adalah
fase pemusatan (focus). Pada fase ini guru melakukan pemusatan yang terarah pada
konsep yang akan dipelajari oleh siswa. Kemudian siswa melakukan kegiatan untuk
mengenal materi-materi yang digunakan untuk mengajukan pertanyaan (masalah atau
soal). Pada saat itu siswa diharapkan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan topik yang dipelajari, selanjutnya respon siswa diinterpretasikan dan
diklarifikasi. Selain itu juga siswa dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai
konsep yang dipelajari, melakukan refleksi dan mengklarifikasi konsepnya apa benar
atau tidak. Selanjutnya para siswa mengkomunikasikan pada temannya melalui diskusi
kelas atau diskusi kelompok.

Tahap Tantangan dan Restrukturisasi, guru memunculkan cognitive conflict dengan


cara menyiapkan kondisi dimana siswa diminta membandingkan pendapatnya dengan
pendapat temannya, serta bisa mengupayakan mengungkapkan kebenaran/keunggulan
pendapatnya. Kemudian guru mengusulkan peragaan atau demonstrasi untuk menguji
kebenaran pendapat mereka (Osborne dan Wittrock dalam Hulukati, 2005).

Diharapkan selama proses ini muncul konflik antara apa yang dimiliki siswa dengan
apa yang dilihat dan diperagakan oleh guru. Grobowski (2001) mengemukakan,
“External stimuli arouse attention through the ascending reticular activating system.
Without active, dynamic, and selective attending of an environmental stimulus, it
follows that meaning generation cannot occur regarding that environmental stimulus.”
Setelah tahap tantangan tersebut diharapkan siswa bisa memperoleh pemahaman baru
yang lebih benar mengenai konsep yang bersangkutan. Supaya siswa mempunyai
keinginan untuk mengubah struktur pemahaman mereka, siswa diberikan masalah-

9
masalah yang menantang untuk membangkitkan keberaniannya dalam mengajukan
pandapatnya dan berargumentasi tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari.

Tytler (Fitriandini, 2009) mengemukakan, fase tantangan (challenge) adalah fase


guru berperan sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Guru menghargai
pendapat siswanya, bahkan siswa disarankan melakukan pemecahan dengan berbagai
cara, misalnya dengan jalan pikirannya sendiri, bekerjasama dengan teman sejawatnya,
mencari penyelesaian melalui diskusi, presentasi dan adu argumentasi (sharing) atas
ide-ide yang dimiliki berkaitan dengan materi yang dibahas.

Tahap selanjutnya dalam pembelajaran generatif menurut Osborne dan Wittrock


(Hulukati, 2005) adalah tahap penerapan, pada tahap ini siswa menerapkan konsep
awal yang mereka miliki ditambah konsep baru yang mereka peroleh pada
permasalahan matematika dalam bentuk latihan-latihan soal. Siswa diberikan
kesempatan untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks, menguji ide alternatif
yang mereka bangun untuk menyelesaikan persoalan yang bervariasi.

Siswa diharapkan mampu mempertimbangkan dan mengevaluasi keunggulan


gagasan baru yang dia kembangkan. Kondisi ini memberikan peluang kepada siswa
untuk mengembangkan sendiri strategi penyelesaian suatu masalah. Dengan
mendorong siswa secara aktif untuk mempertimbangkan strategi yang mungkin untuk
menyelesaikan suatu masalah siswa akan berusaha untuk menyelesaikannya dan
terpacu untuk melakukan doing mathematics. Strategi penyelesaian harus
dikembangkan sendiri oleh siswa dengan menghubungkan konsep-konsep yang sudah
dimiliki sebelumnya dan konsep yang sedang dipelajarinya.\

Sejalan dengan tahap penerapan, Tytler (Fitriandini, 2009) mengemukakan fase


terakhir dalam pembelajaran generatif yaitu fase aplikasi. Fase ini dimulai dengan
kegiatan guru mengevaluasi, berupa penyajian soal sederhana yang dapat dipecahkan
siswa dengan menggunakan konsep-konsep yang benar. Selanjutnya guru membimbing
siswa untuk mengklarifikasi jawaban yang benar dan menunjukan bahwa konsep yang

10
benar itu dapat diaplikasikan dalam suatu rentang situasi. Kemudian guru mernbantu
siswa dalam memecahkan masalah (soal-soal) yang lebih kompleks.

Kegiatan siswa dalam fase terakhir ini antara lain adalah memecahkan soal-soal
praktis berdasarkan konsep-konsep yang benar, menyajikan solusi dari suatu masalah
kepada teman sejawatnya, berdiskusi dan beradu argumentasi tentang konsep-konsep
yang benar, dan secara kritis mengevaluasi penggunaan konsep-konsep itu adalah
situasi yang berbeda. Pada fase ini siswa mengevaluasi dan membandingkan antara
pengetahuan tentang konsep-konsep sebelumnya dengan konsep yang telah
dikontruksi, dan mengadakan refleksi terhadap prosedur yang ditempuh. Selanjutnya
guru mengadakan review terhadap perubahan-perubahan ide-ide siswa sebagai hasil
restrukturisasi terhadap gagasan atau ide awalnya.

Tahap terakhir menurut Osborne dan Wittrock (Hulukati, 2005) adalah tahap
melihat kembali. Siswa diberi kesempatan untuk mengevaluasi kelemahan dari konsep
yang dimilikinya, kemudian memilih cara/konsep yang paling efektif dalam
menyelesaikan permasalahan. Siswa juga diharapkan dapat mengingat kembali konsep
yang sudah dipelajari secara keseluruhan. Kondisi ini memberikan peluang kepada
siswa untuk mengungkap tentang apa yang sudahdan sedang dikerjakannya. Apakah
yang dikerjakannya itu sudah sesuai dengan apa yang dipikirkannya.

Dalam belajar generatif siswa sendirilah yang aktif membangun pengetahuannya,


sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam pembelajaran. Model
pembelajaran generatif berbasis pada pandangan konstruktivisme, dengan asumsi dasar
bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa. Empat peran utama guru yang
harus diperhatikan dalam pembelajaran generatif (Tytler dalam Hidayati, 2008 : 16)
yaitu:

a. Stimulator rasa ingin tahu, guru berperan menggugah perhatian dan memotivasi
siswa untuk menyimak tujuan riil pembelajaran. Rasa ingin tahu

11
ditumbuhkembangkan. Untuk itu, guru harus merancang aktivitas- aktivitas yang
dapat memberi kejutan bagi siswa.
b. Membangkitkan dan menantang ide-ide siswa, guru berperan sebagai
pembangkit, pemberi semangat, merangsang siswa untuk berfikir kritis dalam
mengemukakan argumen maupun dalam melakukan investigasi.
c. Sebagai narasumber, guru mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan yang
mungkin akan ditanyakan oleh siswa serta menyiapkan informasi yang memadai
baik tertulis maupun verbal ataupun menyusun rencana untuk menggunakan alat
peraga yang mendukung dalam proses belajar mengajar di kelas.
d. Sebagai senior co-investigator, istilah ini dapat diartikan bahwa siswa sebagai
investigator, guru berperan sebagai pembantu investigasi (co-investigato), karena
guru lebih berpengalaman dari siswanya maka muncullah istilah senior co-
investigator. Guru berperan sebagai model bagi siswa dalam mengajukkan
pertanyaan, juga merancang suatu aktivitas pembelajaran berupa diskusi ilmiah
sehingga timbul sikap respek siswa terhadap teman sejawat.

Sutrisno (Hulukati, 2005) mengemukakan bahwa dari kegiatan belajar yang


dilakukan dalam model pembelajaran generatif terlihat bahwa siswa diharapkan dapat
mengutarakan konsepnya deng disertai argumentasi, untuk mendukung konsepnya
tersebut dan diharapkan siswa dapat beradu pendapat dengan siswa lain. Hal ini
diharapkan dapat berpengaruh positif karena siswa akan terbiasa menghargai konsep
orang lain dan terbiasa mengutarakan pendapatnya tanpa dibebani rasa ingin menang
atau takut kalah.

Grabowski (2001) mengatakan bahwa model pembelajaran generatif bukan


model pembelajaran penemuan (discovery learning) tetapi pembelajaran yang berpusat
pada siswa (student-centric learning) dengan siswa secara aktif membangun makna
dari pembelajaran. Wittrock (1992) mengemukakan, “This functional model of
generative learning leads to the design of effective instructional procedures that often
produce sizable gains in comprehension and understanding.” Jadi model pembelajaran

12
generatif diharapkan dapat menarik perhatian siswa untuk secara aktif meningkatkan
pemahamannya terhadap materi pembelajaran.

Adapun proses pumbentukan pengetahuan dalam model pembelajaran generatif,


menurut Osborne dan Wittrock juga Van Den Berg (Farley, 2007:20) disajikan seperti
dalam gambar.

Sekarang ini telah berkembang cukup banyak metode dan strategi pembelajaran
yang bias membangkitkan dan meningkatkan pemahaman siswa, salah satunya adalah
dengan strategipembelajaran Generatif (Generatif Learning). Dengan assessment unjuk
kerja (performance assessment). Pembelajaran Generatif adalah pembelajaran yang
menekankan pada pengintegrasian secaraaktif antara materi atau pengetahuan baru
yang diperoleh dengan schemata (Baharuddin dan Wahyuni,2009:128).

Teori belajar generatif merupakan suatu penjelasan tentang bagaimana seseorang


siswa membangun pengetahuan dalam pikirannya, seperti membangun ide tentang
suatu fenomena atau membangun arti untuk suatu istilah dan juga membangun strategi
untuk sampai pada suatu penjelasan tentang pertanyaan bagaimana dan mengapa .

Pembelajaran generatif (PG) merupakan terjemahan dari Generative Learning


(GL). Berdasarkan model transformasi pengetahuan menurut konstruktivis telah
diajukan beberapa model pembelajaran lain. Salah satu model pembelajaran diusulkan
oleh Osborne dan Wittrock pada tahun 1985 adalah model pembelajaran generatif
karena didasarkan pada teori belajar generatif dimana pembelajaran generatif
merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara
aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa
sebelumnya. Pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam
menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil
menjawab permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan
dalam memori jangka panjang.

13
Intisari dari model pembelajaran genertif adalah bahwa otak tidak menerima
informasi dengan pasif melainkan justru juga aktif mengkonstruksi suatu interpretasi
dari informasi tersebut dan kemudian membuat kesimpulan. Untuk lebih jelasnya
kelima tahapan dalam model pembelajaran generatif dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:

a. Tahap Orientasi, yaitu siswa diberi kesempatan untuk membangun kesan


mengenai konsep yang sedang dipelajari dengan mengaitkan materi dengan
pengalaman sehari-hari. Tujuannya agar siswa termotivasi mempelajari konsep
tersebut.
b. Tahap pengungkapan ide, yaitu siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan ide
mereka mengenai konsep yang dipelajari. Pada tahap ini siswa akan menyadari
bahwa ada pendapat yang berbeda mengenai konsep tersebut.
c. Tahap tantangan dan restrukturisasi, yaitu guru menyiapkan suasana dimana siswa
diminta membandingkan pendapatnya dengan pendapat siswa lain dan
mengemukakan keunggulan dari pendapat mereka tentang konsep yang dipelajari.
Kemudian guru mengusulkan peragaan demonstrasi untuk menguji kebenaran
pendapat siswa. Pada tahap ini diharapkan siswa sudah mulai mengubah struktur
pemahaman mereka (conceptual change).
d. Tahap penerapan, yaitu kegiatan dimana siswa diberi kesempatan untuk menguji
ide alternatif yang mereka bangun unuk menyelesaikan persoalan yang bervariasi.
Siswa diharapkan mampu mengevaluasi keunggulan konsep baru yang dia
kembangkan. Melalui tahap ini guru dapat meminta siswa menyelesaikan
persoalan baik yang sederhana maupun yang kompleks.
e. Tahap melihat kembali, yaitu siswa diberi kesempatan untuk mengevaluasi
kelemahan dari konsepnya yang lama. Siswa juga diharapkan dapat mengingat
kembali apa saja yang mereka pelajari selama pembelajaran.

Basis generatif adalah konstruksivisme dengan sintaks orintasi-motivasi,


pengungkapan ide-konsep awal, tantangan dan restrukturisasi sajian konsep, aplikasi,

14
rangkuman, evaluasi, dan refleksi. Model pembelajaran generatif berbasis pada
pandangan konstruktivisme, dengan asumsi dasar bahwa pengetahuan dibangun dalam
pikiran siswa. Hal ini ditegaskan Wittrock bahwa intisari dari pembelajaran generatif
adalah otak tidak menerima informasi dengan pasif, melainkan justru dengan aktif
mengkonstruksi suatu interpretasi dari informasi tersebut dan kemudian membuat
kesimpulan.

Model pembelajaran generatif merupakan salah satu model pembelajaran yang


dilakukan dengan tujuan agar siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan dalam
pembelajaran. Dalam teori belajar generatif merupakan suatu penjelasan tentang
bagaimana seorang siswa membangun pengetahuan dalam fikirannya seperti
membangun ide tentang arti sutau istilah dan membangun strategi agar sampai pada
suatu penjelasan tentang pertanyaan bagaimana dan mengapa.

Strategi pembelajaran Generatif terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap explrorasi,
pemfokusan,tantangan, dan tahap penerapan (Wena, 2009:177). Dimana pada setiap
tahap siswa dituntut untuk aktif dan saling bekerjasama dengan teman kelompoknya
untuk menyusun materi yang akan dipelajari,sehingga setelah materi selesai disusun
secara tertulis oleh siswa, maka siswa mempresentasikan materi secara bergantian
sesuai dengan urutan masing-masing kelompok. Maka selanjutnya menurut
Sutarmandan Swasono (dalam Wena, 2009:180) pada tahap akhir (tahap penerapan
konsep) guru bisa memintasiswa untuk mengerjakan tugas PR dengan beberapa latihan
soal-soal atau bisa dengan tugas proyekyang dilaksanakan di luar jam pertemuan.

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Generatif


2.2.1 Kelebihan
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pikiran
b. Melatih siswa untuk menghargai gagasan orang lain.
c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk perduli terhadap konsepsi
awalnya (terutama siswa yang miskonsepsi), siswa diharapkan menyadari

15
miskonsepsi yang terjadi dalam pikirannya dan bersedia memperbaiki
miskonsepsi tersebut.
d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri.
e. Dapat menciptakan suasana kelas yang aktif karena siswa dapat
membandingkan gagasannya dengan gagasan siswa lainnya serta intervensi
guru.
f. Guru mengajar menjadi kreatif dalam mengarahkan siswanya untuk
mengkonstruksi konsep yang akan dipelajari.
g. Guru menjadi terampil dalam memahami pandangan siswa, dan
mengorganisasi pembelajaran.

2.2.2 Kekurangan
a. Siswa yang pasif merasa diteror untuk mengkonstruksi konsep.
b. Membutuhkan waktu yang lama.
c. Bagi guru yang tidak berpengalamanakan merasa kesulitan untuk
mengorganisasi pembelajaran.

Model Pembelajaran Model Pembealajaran


Aspek
Generatif Konvensional

Tanya jawab dan diskusi Ceramah lebih mendominasi,


Metode yang mendominasi tanya jawab hanya bersifat
Pembelajaran pembelajaran. sementara

Siswa aktif dan bebas Duduk, diam dan mendengar apa


mengkonstruksi yang dikatakan guru.
Peran Siswa pengetahuannya dan
alasan terhadap permasalahan
yang diberikan oleh guru.
Peran Guru Mengarahkan dan Guru mendominasi seluruh
memfalisitasi siswa agar jalan pembelajaran
terjadi pertukaran ide antar dari keseluruhan materi
siswa dan membantu siswa sampai selesai  pembelajaran

16
untuk memahami
pengetahuan baru dari
permasalahan-permasalahan
yang diberikan sampaipada
penarikan kesimpulan.
Proses pembelajaran yang Pembelajaran yang dilakukan
mengikut sertakan siswa aktif satu arah yang hanya
Proses
mengkonstruksi dikomunikasikan oleh guru
pengetahuannya sendiri kepada siswa dan menggunakan
Pembelajaran
dalam melakukan penemuan sesuatu yang abstrak.
dibawah dibimbingan guru.
Menuntut siswa untuk dapat 
Guru menerangkan bahan
membangun jalinan konseppengajaran keapada siswa,
dari konsep-konsep yang memberikan ilustrasi
Strategi
sudah dipelajari sehingga
dengan contoh-contoh dianalisis
hubungan antara konsep yang
sebagai faktornya, lalu disiapkan
Pembelajaran
satu yang lain menjadi jelas.
tes akhir pelajaran. Sedangkan
siswa hanya mendengar dan
mencatat.
Tabel 1. Perbedaan Model Pembelajaran Generatif dan Konvensional
2.3 Langkah-Langkah Metode Generatif
Ada empat tlangkah-langkah dalam melakukan metode generatif yaitu:
a. Pendahuluan, guru memberikan aktivittas melalui demonstrasi/ contoh-contoh yang
dapat merangsang siswa untuk melakukan eksplorasi, mendorong dan merangsang
siswa untuk mengemukaakn ide/pendapat serta merumuskan hipotesis,
membimbing siswa untuk mengklasifikasi pendapat.
b. Pemfokusan, guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk menetapkan konteks
permasalahan berkaitan dengan ide siswa yang kemudian dilakukan pengujian,
membimbing siswa melakukan proses sains, yaitu menguji (melalui percobaan)
sesuatu,menginterpretasi respon siswa. Menginterpretasi dan menguraikan ide
siswa.
c. Tantangan, guru memberikan pemantapan konsep dan latihan soal, guru juga
mengarahkan dan memfasilitasi agar terjadi pertukaran ide antar siswa.

17
d. Penerapan, siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan
konsep barunya atau konsep benar dalam situasi baru yang berkaitan dengan hal-hal
yang praktis dalam kehidupan sehari-hari.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Model pembelajaran generatif adalah salah satu model pembelajaran yang
berlandaskan pada pandangan konstruktivisme, dengan asumsi dasar bahwa
pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa. Model pembelajaran generatif
dikembangkan pada tahun 1985 oleh Osborne dan Wittrock (Hulukati, 2005). Wittrock
(1992) menyatakan bahwa model pembelajaran generatif merupakan suatu model
pembelajaran tentang bagaimana seorang siswa membangun pengetahuan dalam
pikirannya, seperti membangun ide tentang suatu fenomena atau membangun arti suatu
istilah dan juga membangun strategi untuk sampai pada suatu penjelasan tentang
pertanyaan bagaimana dan mengapa. Langkah-langkah model pembelajaran generatif
terbagi empat yaitu pendahuluan, pemfokusan,tantangan, dan penerapan. Kelebihan
yang dimiliki oleh model pembelajaran generatif daripada konvensional berupa
pemfokusan guru terhadap pengembangan analisis peserta didik dan pengembangan
gagasan ide-ide peserta didik.

18
DAFTAR PUSTAKA

(“BAB_II_KAJIAN_PUSTAKA,” n.d.; “II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model


Pembelajaran Generatif (,” 2004; Pustaka, 1991)BAB_II_KAJIAN_PUSTAKA.
(n.d.).
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Generatif (. (2004), 11–22.
Pustaka, A. T. (1991). No Title.

19

Anda mungkin juga menyukai