Anda di halaman 1dari 3

Nama: Bagaskara Wahyu P.

P
NIM: 16/395060/TK/44352

PANAS BUMI, PUSAKA ENERGI UNTUK NEGERI

Energi merupakan kebutuhan utama bagi umat manusia, sejak Revolusi Industri yang
terjadi di abad ke-18 terjadi kelonjakan penggunaan energi imbas dari ditemukannya mesin
uap. Mesin-mesin ini semakin mempermudah dan meningkatkan produktivitas pekerjaan
manusia. Dalam perkembangannya, mesin-mesin uap ini semakin berkembang dan mengalami
pembaharuan sehingga makin canggih dan makin modern. Perkembangan mesin-mesin ini
diikuti pula dengan perkembangan energi yang di butuhkan oleh manusia, mulai dari kayu
bakar, minyak bumi, batu bara hingga energi baru terbarukan (EBT). EBT merupakan sumber-
sumber energi yang ketersediaan sumber energinya bisa dipulihkan setelah sumber energi
tersebut digunakan. Di Indonesia, perkembangan penggunaan EBT didominasi oleh air,
biomassa, panas bumi dan biodiesel (BPPT,2018). Namun, dari semua EBT tersebut yang
paling potensial untuk di kembangkan di Indonesia adalah Panas Bumi. Lantas apakah itu
panas bumi?

Panas Bumi atau Geothermal adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air
panas, uap air, serta batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik tidak
dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi (UU No.21 Tahun 2014). Pemanfaatan energi
panas bumi sebagai pembangkit listrik di mulai sejak tahun 1913 di Italia dan tahun 1958 di
Selandia baru. Saat ini energi panas bumi telah dimanfaatkan oleh lebih dari 24 negara di dunia
termasuk Indonesia sebagai pembangkit listrik. Di samping itu, fluida panas bumi juga telah
dimanfaatkan untuk sektor non-listrik antara lain untuk pemanasan ruangan, pemanasan air,
pemanasan rumah kaca, pengeringan hasil produk pertanian, pemanasan tanah, pengeringan
kayu, kertas dll di berbagai negara di dunia.
Indonesia sebagai negara yang memiliki busur gunung api paling aktif di dunia
memiliki potensi energi panas bumi yang sangat besar. Potensi ini telah di sadari jauh sebelum
Indonesia merdeka yakni pada tahun 1918 oleh penjajah Belanda. Pada tahun tersebut para
ilmuwan Hindia Belanda melakukan pencarian sumber energi panas bumi di daerah Kawah
Kamojang. Selanjutnya, pada tahun 1926-1929 dilakukan pengeboran lima sumur eksplorasi
di Kawah Kamojang dimana salah satu sumur tersebut, yaitu sumur KMJ-3 masih aktif
mengeluarkan dry steam hingga kini. Namun, kegiatan eksplorasi panas bumi tersebut berhenti
karena meletusnya perang dunia kedua. Baru pada tahun 1972 kegiatan pengembangan
eksplorasi panas bumi dimulai kembali oleh anak-anak negeri. Dalam prosesnya, Direktorat
Vulkanologi KESDM dan pertamina, dengan bantuan Pemerintah Perancis dan Selandia Baru
melakukan survey pendahuluan dan menghasilkan temuan adanya 217 prospek panas bumi di
Indonesia. Data tersebut lantas selalu diperbaharui dengan ditemukannya sumber prospek-
prospek baru sehingga jumlahnya saat ini menjadi 342 prospek di seluruh Indonesia dengan
besar potensi 29.215 GW (ESDM, 2018). Sistem panas bumi di Indonesia umumnya
merupakan sistim hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>225°C), hanya beberapa
diantaranya yang mempunyai temperatur sedang (150‐225°C). Penelitian mengenai panas
bumi terus berlanjut saat ini dengan dimotori oleh berbagai praktisi dan ahli panas bumi yang
telah dimiliki oleh Bangsa Indonesia salah satunya Ibu Ir. Pri Utami, M.Sc., Ph.D. Dosen
Teknik Geologi UGM.
Saat ini Indonesia sedang menempati posisi kedua terbesar dunia dalam pemanfaatan
energi panas bumi dibawah Amerika Serikat. Indonesia mengalahkan Filipina yang
sebelumnya menempati posisi tersebut dengan total kapasitas pembangkit listrik panas bumi
(PLTP) Triwulan I 2018 ini mencapai 1.924,5 MW dari target akhir tahun sebesar 2.058,5 MW
(ESDM,2018). Pencapaian ini merupakan langkah awal realisasi dari Blueprint Pengelolaan
Energi Nasional dimana konsumsi Energi Panas Bumi mencapai 23% atau 7241,5 MW pada
tahun 2025 (RUEN,2017).
Pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia saat ini masih terfokus pada bidang
pembangkit listrik. Hal ini dibuktikan dengan semakin gencarnya pemerintah Indonesia untuk
membangun pembangkit listrik tenaga panas bumi di daerah-daerah prospek panas bumi.
Upaya inilah yang menyebabkan Indonesia menjadi negara nomor dua terbesar di dunia dalam
pemanfaatan panas bumi. Selain itu, faktor semakin menipisnya cadangan bahan bakar fosil
mengakibatkan panas bumi menjadi idola baru sebagai bahan bakar pembangkit listrik di
Indonesia karena ketersediaannya yang berlimpah. Namun, tidak menutup kemungkinan
kedepannya seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia pemanfaatan energi panas bumi akan mencakup semua sektor kehidupan
masyarakat Indonesia.
Akan tetapi, tidak bisa kita pungkiri Indonesia masih memiliki segudang kendala dalam
upaya pengembangan energi panas bumi. Mulai dari sumber daya manusia, teknologi dan alat,
minimnya investor dan pemahaman yang kurang di masyarakat mengenai panas bumi. Kendala
tersebut menyebabkan pengembangan panas bumi di Indonesia berjalan lambat namun pasti.
Dibalik itu semua, keseriusan Bangsa Indonesia dalam upaya pengembangan sektor energi
panas bumi tidak bisa dianggap main-main. Dengan semakin gencarnya kapasitas PLTP-PLTP,
riset-riset mengenai panas bumi di Indonesia dan penetapan pulau flores sebagai pulau panas
bumi berdasarkan Kepmen ESDM tahun 2017 menjadi sedikit bukti betapa seriusnya Indonesia
untuk menjadikan panas bumi sebagai energi masa depan.
Potensi panas bumi yang sangat besar bagaikan pusaka sakti mandraguna yang dimiliki
oleh Indonesia. Kedepannya bukan tidak mungkin Indonesia akan mencapai swasembada
energi dengan energi panas bumi sebagai motor utamanya. Oleh karena itu, Penguatan sektor
pendidikan dan investasi menjadi syarat yang mutlak dipenuhi oleh pemerintah Indonesia demi
mencapai target 2025. Target tersebut bukan hal yang tidak mungkin dicapai dengan dukungan
semua pihak dan semangat serta etos kerja pengembangan panas bumi bisa menjadi jalan
menuju Indonesia sejahtera di tahun 2045. Dan pada akhirnya kelak Indonesia akan kembali
dikenal dan disegani sebagai salah satu Macan Asia oleh dunia internasional karena
kemandirian energi dengan panas bumi sebagai pusaka pamungkasnya.

Referensi:
Blueprint Rencana Pengelolaan Energi Nasional 2006-2025, Jakarta: Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2018, Outlook Energi Indonesia 2018, Jakarta:
Pusat Pengkajian Industri Proses dan Energi
Peraturan Presiden No.22 Tahun 2017 Tentang Rencana Umum Energi Nasional, Jakarta:
Presiden Republik Indonesia
Rencana Strategis Kementerian ESDM 2015-2019, Jakarta: Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral
Undang-Undang Republik Indonesia No.21 Tahun 2014 Tentang Panas Bumi, Jakarta: Dewan
Perwakilan Rakyat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai