Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Mineralogi merupakan ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur kristal,
dan fisika. Studi ini juga mencakup tentang proses pembentukan dan perubahan
mineral, sifat-sifat fisik, dan sifat kimianya. Mineralogi merupakan salah satu cabang
ilmu geologi yang mempelajari tentang mineral, baik dalam bentuk individu maupun
dalam bentuk kesatuan. mineralogi terdiri dari kata minneral dan logos. Logos yang
berarti ilmu jadi mineralogi adalah ilmu yang mempelajari tentang mineral.istila mineral
dalam dalam arti geologi adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses alam,
biasanya bersifat padat serta tersusun dari komposisi kimia tertentu dan mempunyai
sifat sifat fisik yang tertentu pula. (Murwanto, Helmycdkk. 1992)

Mineral sendiri terbagi menjadi dua yaitu mineral logam dan mineral non logam
(gangue) mineral ini merupakan salah satu bagian mineral yang yang wujud bentuknya
seperti batuan dan bukan mineral bijih didalam suatu jebakan. Mineral non logam
terbentuk karena adanya interaksi antara mineral satu dengan mineral lain, yang
kemudian disebut dengan endapan mineral non logam. Beberapa jenis mineral non
logam diantaranya adalah Gipsum, Bentonit, Zeolit, kalsit, Dolomit, Zeolit, dan lainlain.
Endapan mineral non logam erat kaitannya dengan penggolongan bahan galian yang
didasarkan pada nilai strategis dan ekonomis bahan galian terhadap Negara,
Terdapatnya sesuatu bahan galian dalam alam (genesa), Penggunaan bahan galian
bagi industri, Pengaruhnya terhadap kehidupan rakyat banyak Pemberian
kesempatan pengembangan pengusaha, Penyebaran pembangunan di Daerah.
Penambangan Mineral non logam seperti zeolit, bentonit,gypsum dan sebagainya
kurang diperhatikan dan diminati oleh beberapa
investor pertambangan dibandingkan dengan penambangan golongan mineral logam se
perti emas, perak, besi dan tembaga. Studi yang khusus mempelajari sifat sifat, bentuk
susunan dan cara cara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan kristalografi.

Pengetahuan tentang mineral erupakan syarat mutlak untuk dapat mempelajari


bagian yang padat dari bumi ini, yang terditi dari batuan. pada praktikum pada kali ini
akan di ajari tentang pengertian mineralogi dan mineralogi non logam, serta
mengetahui sifat fisik mineral yang antara lain adalah warna, kilap mineral, kilap non
logam, kilap non logam, kekerasan mineral, cerat mineral, belahan mineral, pecahan
mineral, belahan minneral, bentuk mineral, sifat dalam mineral,dan sifat kemagnetan
suatu mineral.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan diadakannya praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dari mineral non logam dan pendeskripsiannya


terhadap batuan
2. Untuk dapat mengetahui dan menentukan sifat sifat fisik mineral non logam
terhadap batuan yang di deskripsi
3. Mampu mengidentifikasi mineral berdasarkan sifat fisiknya.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat yang ada karena praktikum kali ini adalah, praktkan dapat
mengetahui jenis jenis mineral, mengetahui sifat fisik mineral serta cara pendeskripsian
suatu mineral.

1.4 Ruang Lingkup


BAB II

MINERAL NON-LOGAM

2.1 Definisi Mineral

Batuan merupakan suatu bentuk padatan alami yang disusun oleh satuatau
lebih mineral dan kadang-kadang oleh material non-kristalin. Kebanyakanbatuan
merupakan heterogen (terbentuk dari beberapa jenis mineral). Tekstur
batuan memperlihatkan karakteristik komponen penyusunbatuan, sedangkan struktur
batuan memperlihatkan proses pembentukannya.Mineral ialah suatu benda padat
homogen yang terbentuk di alam secaraanorganik, mempunyai komposisi kimia
tertentu dan susunan atom yang teratur.Berdasarkan definisi tersebut, maka air,
batubara, minyak bumi dan gas alam,tidak dapat disebut sebagai mineral, meskipun
keempatnya terbentuk atau terjadi di alam. Batasan mineral adalah suatu benda padat
homogen, menyatakan bahwa mineral terdiri dari satu fasa padat hanya satu macam
material, yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi senyawa-senyawa
yang lebih sederhana oleh suatu proses fisika. Dengan adanya batasan ini,
maka cairan-cairan dan gas yang terbentuk atau terjadi
di alam, tidak termasuk mineral. perlu diketahuibah!a es adalah mineral (suatu
yang sangat umum, teristime!a es pada tempatyang tinggi, atau pada lintang-lintang
tertentu), tetapi air bukannya mineral. sifat fisik suatu mineral berhubungan erat
dengan struktur kristal dan komposisi kimianya, sehingga dengan mempelajari sifat
fisiknya dapat dibuat beberapa deduksi tentang struktur kristal dan komposisi kiminya.
Selain itu, sifat fisik suatu mineral berguna juga dalam segi keteknikan , karena
pemakaian mineral dalam industri terutama bergantung pada sifatnya. (Sapiie, 2006).

2.1.1 Sejarah Mineralogi

Mineral sudah dikenal sejak zaman pra-sejarah. Lama sebelum kesusastraan


berkembang manusia telah menganal zat warna alam seperti hematit (merah) dan
mangan oksida (hitam) yang digunakan untuk lukisan di dalam gua. Manusia zaman
Batu telah kenal akan kekerasan dan keuletan aktinolite berserabut (nepherite jade)
dan menggunakannya sebagai beliung. Distribusi alat nefrit ini membuktikan bahwa
material ini pernah digunakan dalam kehidupan, karena alat tersebut dijumpai jauh dari
tempat bahan mentahnya. Penambangan dan peleburan mineral logam untuk
mendapatkan besi, tembaga, perunggu, timah dan perak diperkirakan dimulai sejak
4.000 tahu ang lalu atau lebih, meskipun demikian, kita tidak mempunyai bukti tertulis
tentang hal ini. Salah satu buku yang pertama kali berisi tentang mineral ialah On
Stones ditulis oleh filosof Yunani, Theophratus (372-287 SM). Pliny, pada abad ke satu
Masehi, mencatat banyak sekali pengetahuan alam yang sudah dikenal oleh orang
Romawi, dan ia menerangkan tentang beberapa macam mineral yang ditambang untuk
dipergunakan sebagai : batu perhiasan, zat warna dan bijih logam. Selama zaman
milenium (masa 1.000 tahun zaman Masehi), sedikit yang kita ketahui mengenai
perkembangan ilmu ini, tetapi pada zaman Renaissance di Eropa timbul perhatian
terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengolahan mineral secara klasik pernah ditulis oleh ahli tambang Jerman,
Agricola, yang menertibkan De Re Metallica (1556) dan De Nature Fossilium (15 46).
Dalam buku tersebut ia mencatat tentang keadaan geologi, mineralogi, pertambangan
dan metalurgi pada saat itu. Tulisan ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
oleh Herbert Hoover, Presiden AS, pada tahun 1912 dan tersimpan di banyak
perpustakaan. Setelah Agricola, perkembangan selanjutnya mengenai mineralogi
dilanjutkan oleh seorang Denmark, Niels Stense, (lebih dikenal dengan nama latinnya,
nama yang umum dipakai seorang ilmuwan pada zaman itu Nicolaus Steno). Steno
dalam tahun 1669 membuktikan bahwa sudut dalam (interfacial angles) kristal kuarsa
adalah tetap dan tidak tergantung kepada bentuk dan ukuran kristalnya, sejak itu ia
tertarik akan bentuk kristal dan telah merintis perkembangan ilmu kristalografi.
Selama abad ke 18 tercatat bahwa kemajuan mineralogi lambat. Mineral baru
ditemukan dan dideskripsi, berbagai usaha dicoba untuk membuat klasifikasi yang
rasional. Yang paling aktif dalam usaha ini ialah negara Swedia dan Jerman, A.G.
Wermer (1750-1817), seorang mahaguru pada Mining Academy di Freberg, telah
menarik perhatian banyak mahasiswa dari seluruh bagian Eropa. Pada saat ini mineral
erat hubungannya dengan ilmu kimia, karena para ahli kimia mempergunakan mineral
sebagai bahan baku penelitiannya. Akibatnya banyak penemuan unsur baru. Arti
kristalografi dalam studi tentang mineral dikembangkan secara luas oleh ahli Perancis,
Hauy (1743-1882). Dalam tahun – tahun pertama abad ke 19 terlihat kemajuaan yang
pesat dari mineralogi dengan adanya teori atom dan pernyataan bahwa mineral adalah
senyawa kimia dengan komposisi yang lebih teliti dan klasifikasi bentuk serta sistem
yang memenuhi syarat.
      Ahli kimia Swedia, Berzelius (1779-1848), dan murid-muridnya terutama Mitserlich
(1794 – 1863), mempelajari kimia kristal dan kemudian mengumumkan klasifikasi
mineral secara kimia. Selama abad 19 banyak ditemukan dan dideskripsi mineral baru,
tidak jarang sebagai hasil dari pembukaan distrik pertambangan baru yang semula
merupakan daerah yang belum diselidiki. Sampai sekarang sudah diketahui ada lebih
dari 2300 macam mineral (tahun 1989). Jumlah ini bertambah terus, setiap tahun
dapat diketahui ada 25 macam mineral baru.
Perkembangan mikroskop polarisasi dan penggunaannya untuk menentukan sifat
mineral pada kira-kira tahun 1870 menghasilkan alat baru yang sangat berguna bagi
ahli mineralogi. Perkembangan terbesar pada abad sekarang telah didemonstrasikan
oleh Von Laue pada tahun 1912, yaitu bahwa kristal membiaskan sinar X, akibatnya
posisi sebenarnya dari atom di dalam kristal dapat diinterpretasikan dari pola hasil
pembiasan tersebut. Ahli mineralogi yang semula penelitiannya terbatas hanya pada
penyelidikan bentuk luar, sifat optik dan penentuan komposisi kimia; sekarang telah
sanggup untuk menyelidiki struktur dari banyak mineral yang telah ditemukan dan
masih banyak lagi yang sedang dianalisa.

Klasifikasi mineral terbagi menjadi dua yaitu, mineral logam dan mineral non-
logam. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, kita akan membahas tentang
mineral non-logam. mineral non logam adalah jenis Mineral yang tidak termasuk
mineral logam, batu bara, maupun jenis mineral lainnya dengan kata lain mineral non
logam tidak dapat menghasilkan energi listrik dan bisa langsung di gunakan sebagai
bahan baku. jenis mineral yang tidak dapat menarik apapun ini di klasifikasikan sebagai
mineral diamagnetik. Mineral ini berupa bahan galian non logam, atau bahan galian
industri, atau bahan galian jenisgolongan C. Mineral non-logam biasanya berinteraksi
dengan mineral lainnya, penamaanya sebagai adalah endapan mineral non logam.
Contoh mineral non-logam adalah, gipsum, bentonit, zeolit, kalsit, dolomit, dn lain lain.
(Darmono, 2001).

Ilmu tentang mineral merupakan salah satu syarat mutlak jika kita ingin
mempelajari bagian padat dari bumi ini, yang terdiri dari batuan. Lapisan terluar bumi
disebut litosfir, yang beratti selaput yang terdiri dari batuan, litosfir berasal dari bahasa
latin kata litos berarti batu,dan sphere yang berarti selaput. Beberapa dari padanya
merupakan benda padat dengan ikatan unsur yang sederhana. Contohnya mineral
intan yang hanya terdiri dari satu jenis unsur saja yaitu karbon.Garam dapur yang
disebut mineral halit, terdiri dari senyawa dua unsur natrium dan klorit. Mineral
mempunyai komponen penyusun unsur unsur yang tetap dengan perbandingan
tertemtu. (Noor, 2008).

Mineral adalah sebagian dari zat zat halbur yang ada di dalam kerak bumi serta bersifat
homogen fisik maupun kimiawi. Mineral merupakan persenyawaan anorganik asli,serta
mempunyai susunan kimia yang tetap. Yang dimaksud dengan persenyawaan kimia asli
ialah bahwa mineral itu harus terbentuk dalam alam, dan memiliki atom-atom
yang tersusun secara teratur karena banyak zat zat yang mempunyai sifat
yang sama dengan mineral dapat di bentuk dalam laboratorium.istilah mineral
termasuk tidak hanya bahan  komposisi kimia tetapi juga termasuk  struktur
mineral. Mineral Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garamsederhana
sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang  diketahui
(senyawaan organik biasanya termasuk). (Danisworo, 1994).

Klasifikasi tentang mineralogi terbagi menjadi beberapa poin menurut para


ahlinya berikut adalah pengertian mineralogi menurut pada ahli:
1. L . G . B e r r y d a n B . M a s o n 1 9 9 5 . M e n y a t a k a n m ineral adalah
suatu benda padat homogen yang terdapat didalam terbentuk
secaraanorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas- batas tertentu dan
mempunyai atom-atomyang tersusun secara teratur.
2. D. G. Whiitten dan J. R. V. Brooks. Mason 1972 Mineral adalah suatu bahan
padat yangsecara struktural homogen mempunyai komposisikimia tertentu,
dibentuk oleh prosesalam yang anorganik.
3. W. R. Potter dan H. Robinson, 1977. Menyatakan, Mineral adalah suatu zat
atau bahan yang hoomogen mempunyai komposisi kimia tertentu
dalam batas batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk
dialam dan bukan hasil dari suatu kehidupan. Batasan-batasan definisi
mineral, suatu bahan alam harus terjadi secara alamiah. Maka
bahan atau zat yang dibuat oleh tenaga manusia atau di laboratorium tidak
dapat sebut sebagai mineral, walaupun kadang-kadang pembuatan suatu zat
atau bahan dilaboratorium akan mempunyai suatu bentuk kristal yang sangat
sesuai bahkan sangat s u l i t d i b e d a k a n d e n g a n k r i s t a l .

2.1.3 Pembentukan Mineral

Proses pembentukan mineral terbagi menjadi dua macam yaitu, mineral primer
dan mineral sekunder, antara lain:

1. Mineral Primer

Mineral primer adalah mineral utama yang menyusun ke
rak bumi ataumineral pembentuk batuan, terutama mineral go
l o n g a n   s i l i k a t .   g o l o n g a n   m i n e r a l  berwarna tua disebut mineral mafik k
arena kaya magnesium atau besi. Sedangkan yang berwarna muda disebut
mineral felsik yang kurang akan unsur besi magnesium, beberapa mineral
hitam yang sering dijumpai ialah olivin, augit, hornblende dan biotit.
Sedangkan mineral putih yang sering dijumpai adalah plagioklas,
rtoklas,Muskovit, kuarsa dan leusit.

2. Mineral Sekunder

Mineral sekunder adalah mineral mineral yang di bentuk dari mineral


mineral utama oleh proses pelapukan, sirkulasi air atau larutan dan
metamorfosa. Suatu contoh yang baik adalah mineral klorit yang biasanya
terbentuk dari mineral biotit oleh proses pelapukan. Mineral ini terdapat pada
batuan batuan yang telah lapuk seperti pada batuan sedimen juga batuan
metamorf.

Proses pembentukan endapan mineral dapat diklasifikasikan menjadi dua


macam yaitu proses internal atau endogen dan proses eksternal atau eksogen Endapan
disebut dengan endapan mineral primer. Sedangkan endapan endapan mineral yang
dipengaruhi faktor eksogen seperti proses pelapukan, sedimentasi inorganik
dansedimentasi organik disebut dengan endapan sekunder, membentuk
endapan plese, residua, evaporasi, presipitasi, mineral energi (minyak gas
bumi, batu bara dan gambut). (

Proses internal atau endogen pembentukan endapan mineral yaitu meliputi:

1. Kristalisasi dan segregrasi magma, merupakan proses utama dari pembentukan


batuan vulkanik dan plutonik.
2. Hidrothermal, merupakan larutan yang dipercaya sebagai salah satu fluida
pembawa bijih dan kemudian terendapkan dalam beberapa fase Dan tipe
endapan
3. Lateral secretion, merupakan proses dari pembentukan lensa lensa dan urat
kuarsa pada batuan metamorf
4. Metamorphic, Processes, umumya merupakan hasil dari contact dan regional
metamorphosm
5. Sedimentary exhalative, exhalations dan larutan hydrothermal pada permukaan.
yang terjadi pada kondisi dibawah permukaan air laut dan umumnya
menghasilkan tubuh bijih yang berbentuk stratiform

Proses eksternal atau eksogen pembentukan endapan mineral yaitu meliputi:

1. Mechanical Accumulation,merupakan konsentrasi dari mineral berat


dan lepas menjadi endapan placer (placer deposite).
2. Sedimentary precipitates merupakan resipitasi elemen elemen tertentu pada
lingkungan tertentu, dengan atau tanpa bantuan organisme biologi.
3. Residual processes elemen tertentu dalam meninggalkan konsentrasi
elemen-elemen yang tidak mobile dalammaterial sisa.
4. Secondary or supergene enrichment pelindian (leaching) elemen-elemen
tertentudari bagian atas suatu endapan mineral dan kemudian presipitasi pada
kedalamanmenghasilkan endapan dengan konsentrasi yang lebih tinggi.

2.1.5 Sifat Sifat Fisik Mineral

Dalam penentuan penamaan mineral kita harus mengetahui mengidentifikasi


mineral tersebut dengan menganalisis sifst fisisnya dan membandingkan antara mineral
satu dengan mineral yang lainnya. beberapa hal yang mencakup tentang sifat sifat fisis
mineral terseburt meliputi: warna, kilap (luster), kekerasan (hardness), cerat (streak),
belahan (cleavage), pecahan (fracture), struktur/bentuk kristal, berat jenis, sifat dalam
(tenacity), dan kemagnetan. Penjelasan lebih lanjut dari sifat sifat sebekumnya adalah:

1. Warna

Warna pada mineral adalah salah satu ciri yang bisa dilihat dengan mata
telanjang akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemeriaan mineral karena
suatu mineral dapat berwarna lebih dari satu warna, tergantung pada keaneka
ragaman komposisi kimianya. Warna pada mineral adalah kenampakan yang
dapat dilihat secara langsung jika terkena cahaya. Warna mineral dibedakan
menjadi:

 Idiokromatik, Warna mineral akan selalu sama atau tetap. Biasanya


ditemukan pada mineral – mineral yang tidak bisa tembus cahaya
(opak), seperti magnetik, pirit dan galena.
 Alokromatik, Warna mineral tidak tetap atau dapat berubah, hal ini
tergantung dari meterial pengotornya dan biasanya dapat ditembus
cahaya, seperti kalsit dan kuarsa.

2. Kilap Miineral

Kilap adalah kesan yang diberikan oleh mineral saat terkena pantulan
cahaya. Kilap sendiri dibedakan menjadi 2 yaitu:

 Kilap Logam: Pantulan oleh cahaya memberikan kesan seperti logam.


Kilap jenis ini biasa ditemukan pada mineral yang mengandung logam
atau mineral bijih seperti emas, pirit, kalkopirit dan galena.
 Kilap Non Logam: Kilap ini tidak memberikan kesan logam saat terkena
cahaya. Kilap non logam dapat dibedakan menjadi:
1. Kilap kaca atau vitreous luster: kesan yang diberikan seperti kaca
saat terkena cahaya. Contohnya yaitu kuarsa, kalsit dan halit.
2. Kilap intan atau adamantine luster: kasan yang diberikan seperti
intan saat terkena cahaya contohnya intan.
3. Kilap sutera atau silky luster: memberikan kesan seperti sutera dan
biasanya ditemukan pada mineral yang memiliki struktur serat,
seperti gipsum, asbes dan aktinolit.
4. Kilap damar atau resinous luster: kasan yang diberikan seperti
damar, contohnya resin dan sfalerit.
5. Kilap mutiara atau pearl luster: kesan yang diberikan seperti mutiara
atau bagian dalam dari cangkang kerang, contohnya yaitu talk,
muskovit, dolomit dan tremolit.
6. Kilap lemak atau greasy luster: mirip dengan sabun atau lemak,
contohnya talk dan serpentin.
7. Kilap tanah: memiliki kenampakan buram seperti halnya tanah,
contohnya kaolin, bentonit, dan limonit.

3. Kekerasan Mineral

Ketahanan suatu mineral terhadap goresan itulah yang dinamakan


kekerasan dalam mineral. Untuk mengetahui tingkat kekerasan mineral, secara
relatif dapat menggunakan skala Mohs yang dimulai dari angka 1 yang artinya
paling lunak hingga angka 10 yang berarti mineral tersebut paling keras. Skala
Mohs meliputi:

(1) Talk

(2) Gipsum

(3) Kalsit

(4) Fluorit

(5) Apatit
(6) Feldspar

(7) Kuarsa

(8) Topaz

(9) Korundum

(10) Intan

Seperti yang kita ketahui jika skala Mohs merupakan skala yang relatif.
Untuk mengukur kekerasan ini, dapat menggunakan alat – alat sederhana
seperti kuku, pisau baja dan lain sebagainya, seperti pada daftar di bawah ini:

Alat Penguji Derajat Kekerasan Mohs:

 Kuku Manusia, 2,5


 Kawat Tembaga, 3
 Pecahan Kaca, 5,5 – 6
 Pisau Baja, 5,5 – 6
 Kikir Baja 6,5 – 7

4. Cerat Mineral

Cerat merupakan warna dari mineral dalam wujud serbuk atau


hancuran. Warna mineral ini dapat diperoleh jika mineral digoreskan pada
bagian kasar seperti kepingan porselin atau dilakukan penumbukan mineral lalu
dilihat warna bubuk tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli dari mineral
namun ada juga yang berbeda, seperti contoh:

 Pirit: berwarna keemasan, saat digores hasil serbuknya akan menjadi


warna hitam.
 Hematit: berwarna merah, namun hasil serbuk akan berwarna merah
kecoklatan.
 Biotite: cerat tidak berwarna

5. Belahan Mineral

Belahan merupakan kenampakan dari mineral yang berdasarkan


kemampuannya untuk membelah melalui bidang belahan yang rata dan juga
licin. Biasanya bidang belahan berbentuk sejajar dengan bidang tertentu.
Contoh mineral yang dapat membelah yaitu kalsit. Kalsit memiliki tiga arah
belahan sedangkan untuk kuarsa, tidak memiliki belahan. Belahan sendiri
terbagi menjadi:

 Belahan satu arah, contohnya: muscovite


 Belahan dua arah, contohnya: feldspar
 Belahan tiga arah, contohnya: halit dan kalsit

6. Pecahan Mineral

Pecahan mineral terbagi menjadi:

 Concoidal: pecahan yang membentuk gelombang melengkung pada


permukaan pecahan, seperti pecahan botol atau kenampakan kulit
kerang, contohnya yaitu kuarsa.
 Splintery/Fibrous: pecahan yang memperlihatkan seperti serat.
Contohnya yaitu asbes, augit dan hipersten.
 Even: pecahan yang dihasilkan bentuk permukaan yang halus.
Contohnya limonit.
 Uneven: pecahan yang dihasilkan memiliki bentuk permukaan yang
kasar. Contohnya magnetit, hematite, kalkopirite dan garnet.
 Hackly: pecahan tersebut menghasilkan permukaan yang kasar, tidak
teratur dan runcing – runcing. Contohnya yaitu native elemen emas dan
perak.

7. Bentuk Mineral

Bentuk – bentuk mineral dapat dikatakan kristalin apabila mineral


tersebut memiliki bidang kristal yang cukup jelas dan khas atau disebut dengan
amorf. Kekhasan yang dimiliki mineral kristalin dapat berupa:

 Bangun kubus: galena, pirit.


 Bangun pimatik: piroksen, ampibole.
 Bangun doecahedon: garnet.
 Mineral amorf: chert, flint.

Mineral – mineral yang ada di alam biasanya jarang ditemui dalam


bentuk kristalin, hal ini disebabkan adanya gangguan dari proses – proses lain.
Sehingga dalam proses pembentukannya mineral tersebut bergantung pada
kondisi lingkungannya, biasanya akan mengakibatkan bentuk mineral kristal
yang khas bisa berdiri sendiri maupun berkelompok. Kelompok mineral kristal
atau agrasi mineral dapat dikelompokan berdasarkan strukturnya, yaitu:

 Struktur granular atau struktur butiran

Terdiri atas butiran – butiran mineral yang memiliki dimensi yang sama
atau isometrik. Berdasarkan ukuran butirannya, dapat dibedakan
menjadi penerokristalin/kriptokristalin yaitu mineral yang dapat dilihat dengan
mata telanjang dan sakaroidal yaitu mineral yang memiliki ukuran sebesar gula
pasir.

 Struktur kolom
Terdiri atas bentuk prisma panjang dan ramping. Jika bentuk prisma
tersebut cukup panjang dan halus, maka mineral tersebut mempunyai struktur
fibrous atau struktur berserat. Struktur kolom sendiri dibedakan menjadi
struktur jaring – jaring (retikuler), struktur bintang (stelated) dan radier.

 Struktur lembaran atau lameler

Terdiri atas lembaran – lembaran mineral. Individu – individu dari


mineral yang berbentuk pipih disebut struktur tabuler contohnya yaitu mika.
Struktur lembaran dibedakan menjadi 2 yaitu struktur konsentris, tabular dan
foliasi.

 Struktur imitasi

Merupakan kelompok mineral yang memiliki kemiripan dalam hal bentuk


dengan benda lain, seperti asikular, filiformis, membilah dan lain sebagainya.
Biasanya mineral ini dapat berkelompok maupun berdiri sendiri.

8. Sifat Dlam Mineral

Merupakan sifat fisik mineral saat kita mematahkan, menghancurkan,


membengkokkan, memotong atau mengiris. Dan yang termasuk ke dalam sifat
dalam yaitu:

 Rapuh (brittle): mudah hancur namun biasa terpotong (kuarsa, pirit,


kalsit)
 Mudah ditempa (malleable): bisa ditempa menjadi lapisan tipis (emas
dan tembaga)
 Dapat diiris (secitile): mampu diiris dengan pisau, hasil irisan sangat
rapuh (gypsum)
 Fleksibel: mineral dalam bentuk lapisan tipis, mampu dibengkokkan
tanpa patah namun jika sudah bengkok tidak dapat kembali ke bentuk
semula (talk dan selenit).
 Blastik: mineral dalam bentuk lapisan tipis,saat dibengkokkan dapat
kembali ke bentuk semula jika dihentikan tekanannya (muskovit).

9. Kemagnetan Mineral

Sifat dari mineral terhadap gaya magnet. Berdasarkan reaksi mineral


saat dipapar medan magnet, dibedakan menjadi tiga jenis:

 Ferromagnetik

Mineral – mineral ferromagnetik akan mudah untuk ditarik atau diterik


dengan kuat jika terdapat medan magnet dari luar. Mineral
ferromagnetik memiliki sifat kemagnetan yang permanen. Contohnya
yaitu magnetit, pyrrhotit, isovite, symthite dan lain sebagainya.
 Paramagnetik

Mineral – mineral paramagnetik akan diterik oleh medan magnet hanya


sementara saja. Mineral ini akan bersifat magnetik saat berada dekat
disekitar medan magnet, jika dijauhkan dari medan magnet akan hilang
sifat kemagnetannya. Contohnya yaitu hematit, pirit, olivin, mineral mika
dan lain – lain.

 Diamagnetik

Mineral – mineral yang tidak akan tertarik oleh medan magnet. Mineral
diamagnetik sebenarnya sedikit menolak medan magnet, dan yang
termasuk mineral ini yaitu sulfur, kuarsa, calcite, ortoklas, gipsum, talk,
intan dan lain – lain.

2.2 Mineral Non-Logam

Dalam pengertian mneral non logam, hingga saat ini belum diperoleh kepastian
untuk menjelaskan pengertian dari mineral non logam, namun pada umumnya definisi
mineral terbagi menjadi dua yaitu Dalam mendefinisikan mineral, hingga saat ini masih
belum didapatkan kepastian untuk menerangkan pengertian dari mineral tersebut.
Karena memang belum didapatkan kesamaan pendapat oleh para ahli tentang hal ini.
Namun pada umumnya dikenal dua definisi mineral, definisi klasik yang disimpulkan
sebelum tahun 1977 dan definisi kompilasi yang disimpulkan setelah tahun 1977.
Menurut definisi klasik, mineral adalah suatu benda padat anorganik yang terbentuk
secara alami, bersifat homogen, yang mempunyai bentuk kristal dan rumus kimia yang
tetap Dan menurut defenisi kompilasi, mineral adalah suatu zat yang terdapat dialam
dengan komposisi kimia yang khas, bersifat homogen, memiliki sifat-sifat fisik dan
umumnya berbentuk kristalin yang mempunyai bentuk geometris tertentu (Darmono,
2001).
Mineral bukan logam dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu bahan
galian bangunan, bahan galian mineral industri, bahan galian mineral keramik, dan
bahan galian batu permata. Berikut adalah penjelasannya (Lutgents, 2006).
2.2.1 Jenis jenis mineral non logam
Ada 2 jenis utama mineral bukan logam. Yang pertama adalah mineral yang
tidak mengandung unsur logam didalamnya. Contohnya adalah kwarsa, intan,
grafit, belerang dan air. Jenis mineral bukan logam yang kedua adalah mineral-
mineral yang mengandung unsur logam tetapi tidak digunakan sebagai cebakan
mineral. Contohnya adalah kalsit yang mengandung logam kalsium. Batu gamping
dan batu kapur dimanfaatkan bukan untuk diambil logam kalsiumnya, tetapi dipakai
sebagai kalsium karbonat dalam industri untuk pembuatan baja, gelas dan semen.
Mineral golongan silikat banyak mengandung unsur logam tetapi sering dinamakan
mineral bukan logam. Contohnya adalah mineral talkum yang dipakai bukan karena
mengandung unsur magnesium, tetapi karena sifatnya yang lunak. Silikat adalah
mineral yang paling banyak macamnya didalam kerak Bumi: jumlahnya lebih dari
600 macam.

Batas antara cebakan dan mineral bukan logam sesungguhnya tidak terlalu
tegas. Garam dapur yang didapat sebagai mineral dengan unsur natrium dan
klorida, biasanya dianggap mineral bukan logam. Tetapi sebagian dipakai juga
untuk menghasilkan logam natrium dengan cara elektrolisa. Diantara mineral bukan
logam yang mempesonakan adalah batu permata, yang dinilai tinggi karena
keindahan, kekerasan dan langkanya. Adapula mineral bukan logam yang
berbentuk serat, yaitu asbes. Serat asbes digunakan sebagai bahan kain tahan api
dan sebagai bahan penyekat.

Anda mungkin juga menyukai