Anda di halaman 1dari 5

HIDROGEOLOGI

TUGAS 3

REGINA CAHYANI DJAMIL LATIEF

D111 19 1040

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA
2021
1. pengertian konduktifitas hidrolik, kemudian nilai-nilai konduktifitas hidrolik batuan
serta cantumkan sumbernya.

Jawan

Secara umum konduktvitas hidrolik tanah dapat juga di artikan sebagai


kemampuan tanah untuk melewatkan air. Kemampuan ini berlaku pada dua kondisi
yaitu pada saat semua pori-pori terisi oleh air dan ketika hanya sebagian tanah terisi
oleh air (Anonim1, 2000).
Konduktivitas merupakan kemampuan suatu benda untuk menghantarkan
partikel-partikel yang melewatinya. Hidrolika erat kaitannya dengan air. Jadi,
konduktivitas hidrolika adalah kemampuan tanah untuk melewatkan air.
Kemampuan ini berlaku pada dua kondisi, yaitu saat semua pori-pori terisi air dan
sebagian pori-pori terisi air. Ketika semua pori-pori terisi air disebut tanah jenuh,
sedangakan saat sebagian pori-pori tanah terisi oleh air disebut tanah tak jenuh.
Pengetahuan tentang konduktivitas hidrolika pada sektor pertanian dan kehutanan
sangat penting, karena untuk mengevaluasi mudah tidaknya tanah menghasilkan
aliran permukaan atau tergenang bila turun hujan. Hal ini menetukan cara
pengolahan yang dilakukan pada tanah tersebut. Tanah yang baik adalah saat hujan
tanah tidak tergenang dan tidak kekeringan saat musim kemarau. Konduktivitas
hidrolika tanah jenuh (K-sa) pada prinsipnya diterapkan dengan menggunakan tinggi
genangan tetap yang dikenal dengan constan head method sedangkan lawan dari
prinsip tersebut diatas adalah falling head method dimana permukaan air di dalam
alat ukur dibiarkan turun pada saat pengukuran K-sat berlangsung. Nilai K-sat ini
dihitung berdasarkan dua pendekatan yaitu dilapang dengan cara menghitung
jumlah air yang masuk ke profil tanah persatuan waktu dan di laboratorium dengan
cara menghitung jumlah air yang keluar dari contoh tanah per satuan
waktu (Ananto, 1986)
Konduktivitas hidrolika tanah merupakan kemampuan tanah untuk
melewatkan air. Kemampuan ini berlaku pada dua kondisi yaitu pada saat semua
pori-pori terisi oleh air (tanah jenuh) dan pada kondisi ketika hanya sebagian dari
pori-pori yang terisi oleh air (tanah tak jenuh) dalam hal ini laju konduktivitas tanah
jenuh (K-sat) selalu lebih tinggi dari lajju konduktivitas hidrolika tanah tak jenuh (K-
unsat), hal ini disebabkan oleh dua fakktor yaitu : pada tanah jenuh pengaruh gaya
gravitasi jauh lebih dominant dibandingkan pada tanah tak jenuh dan ukuran pori-
pori sebagai media K-sat jauh lebih besar dari ukuran pori-pori untuk ukuran K-
unsat.
Konduktivitas hidrolik tidak selamanya tetap. Artinya dalam berbagai proses
(kimia, fisika dan biologi) konduktivitas hidrolik dapat berubah karena faktor masuk
dan mengalirnya air dalam tanah. Perubahan yang terjadi pada komposisi ion
kompleks dapat dipertukarkan. Misalnya ketika air memasuki tanah mempunyai
komposisi atau konsentrasi zat terlarut yang berbeda dengan larutan awal dan dapat
merubah konduktivitas hidrolik. Secara umum konduktivitas akan berkurang bila
konsentrasi zat terlarut elektrolit berkurang. Hal ini disebabkan oleh penomena
pengembangan dan dispersi yang juga dipengaruhui oleh jeni-jenis kation (pada
pelepasan dan perpindahan partikel-partikel lempung). Selama aliran yang lama,
bisa menghasilkan penyumbatan pori. Interaksi zat terlarut dan matrik tanah dan
pengaruhnya terhadap konduktivitas hidroulik khususnya penting pada tanah-tanah
masam dan berkadar natrium tinggi.

Nilai-nilai konduktifitas hidrolik batuan

Material Sedimen tidak terkonsolidasi


(Unconsolidated Sedimentary Materials)
Material K (m/sec)
Kerakal (Gravel) 3x10⁻⁴ - 3x10⁻²
Pasir kasar (Sand, coarse) 9x10⁻⁷- 6x10⁻³
Pasir sedang (Sand, medium) 9x10⁻⁷ - 5x10⁻⁴
Pasir halus (Sand, fine) 2x10⁻⁷ - 2x10⁻⁴
Lanau (Silt loess) 1x10⁻⁹ - 2x10⁻⁵
Endapan glasial (Till) 1x10⁻¹²- 2x10⁻⁶
Lempung (Clay) 1x10⁻¹¹- 4.7x10⁻⁹
Lempung laut tidak lapuk (Unweathered marine clay) 8x10⁻¹³ - 2x10⁻⁹
Batuan Sedimen
Jenis Batuan K (m/sec)
Karst dan batugamping terumbu (reef limestone) 1x10⁻⁶ - 2x10⁻²
Batugamping dan Dolomit (Limestone, Dolomite) 1x10⁻⁹ - 6x10⁻⁶
Batupasir (Sandstone) 3x10⁻¹⁰- 6x10⁻⁶
Batulanau (Siltstone) 1x10⁻¹¹- 1.4x10⁻⁸
Garam (Salt) 1x10⁻¹²- 1x10⁻¹⁰
Anhydrite 4x10⁻¹³ - 2x10⁻⁸
Serpih (Shale) 1x10⁻¹³ - 2x10⁻⁹
Batuan Kristalin (Crystalline Rocks)
Jenis Batuan K (m/sec)
Basal porous (Permeable basalt) 4x10⁻⁷ - 2x10⁻²
Batuan beku dan metamorf terkekarkan (Fractured igneous and
metamorphic rock) 8x10⁻⁹ - 3x10⁻⁴
3.3x10⁻⁶ -
Granit lapuk (Weathered granite)
5.2x10⁻⁵
5.5x10⁻⁷ -
Gabro lapuk (Weathered gabbro)
3.8x10⁻6
Basal (Basalt) 1x10⁻¹¹- 4.7x10⁻⁷
Batuan beku dan metamorf tak terkekarkan (Unfractured igneous
and metamorphic rock) 3x10⁻¹⁴- 2x10⁻¹⁰
(Sumber: Domenico and Schwartz, 1990)
DAFTAR PUSTAKA

Ananto S. K. 1987. Konservasi Sumber Daya Tanah Dan Air. Penerbit : Kalam Mulia,
Jakarta.

Anonim1. 2002. Penuntun Praktikum DDIT. Fakultas Pertanian Universitas


Bengkulu: Bengkulu. Diakses pada tanggal 13 November 2013

Darmawijaya, M.Isa ,1990. Klasifikasi Tanah. Gajah Mada University press.


Yogyakarta.

Domenico, P.A. dan Schwartz, F.W. (1990): Physical and chemical hydrogeology,
John Willey & Sons Inc., New York

Anda mungkin juga menyukai