Anda di halaman 1dari 20

Pengalokasian Wilayah

Jurnal Pertambangan
Teknologi Mineral danRakyat: Kasus
Batubara Tambang
Volume Dolomit1,diJanuari
11, Nomor Kecamatan
2015...: Bambang
29 – 48 Yunianto

PENGALOKASIAN WILAYAH PERTAMBANGAN


RAKYAT: KASUS TAMBANG DOLOMIT DI KECAMATAN
PALANG-KABUPATEN TUBAN
Allocation of the Artisanal Mining Area: The Case of Dolomite Mining in
District Palang–Tuban Regency

BAMBANG YUNIANTO

Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara


Jalan Jenderal Sudirman 623, Bandung 40211
Telp. 022 6030483, Fax. 022 6003373
e-mail: yunianto@tekmira.esdm.go.id

Sari

Potensi bahan galian dolomit di Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban telah ditambang oleh rakyat tanpa izin secara turun-
temurun untuk memproduksi batu kumbung di empat desa: Leran Wetan, Leran Kulon, Pucangan, dan Wangun. Kegiatan
penambangan batu kumbung oleh rakyat dilakukan dengan tambang terbuka dan tambang dalam dengan membuat lubang
terowongan tanpa memperhatikan praktek pertambangan dengan cara yang baik dan benar. Peralatan pertambangan yang
digunakan terdiri atas peralatan mekanis dan manual. Lahan yang ditambang berupa tanah Negara, tanah bersertifikat/
tanpa sertifikat dan tanah yasan (pethok D). Sesuai peraturan perundang-undangan, kebijakan Pemerintah Kabupaten
Tuban mengalokasikan Wilayah Pertambangan Rakyat dalam rangka memberi wadah usaha pertambangan rakyat di
daerah tersebut. Berdasarkan persyaratan dan kriteria Wilayah Pertambangan Rakyat tersebut serta ketentuan-ketentuan
lain yang terkait dengan pengalokasian Wilayah Pertambangan Rakyat. Tulisan ini merupakan hasil penelitian kebijakan
menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Data primer dan sekunder hasil survei ditabulasi sesuai pokok perso-
alan, kemudian dilakukan analisis deskriptif kualitatif. Hasil studi ini menunjukkan lokasi tambang rakyat di Desa Leran
Wetan, Desa Leran Kulon, dan Desa Pucangan dapat dialokasikan menjadi Wilayah Pertambangan Rakyat. Sedangkan
petambangan di Desa Wangun tidak bisa dialokasikan, karena berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Tuban, lahannya untuk peruntukan lain dan lokasinya berdekatan dengan situs Gua Suci dan pemukiman penduduk.
Dalam menetapkan Wilayah Pertambangan Rakyat, Pemerintah Kabupaten Tuban memperhatikan pertimbangan Dinas
Pertambangan dan Energi Kabupaten Tuban sebagai dinas pelaksana teknis di daerah. Wilayah Pertambangan Rakyat
yang telah ditetapkan, diumumkan secara terbuka dan diikuti dengan penerbitan Izin Pertambangan Rakyat. Pemerintah
Kabupaten Tuban memiliki tanggung jawab untuk mengelola dan mengembangkan usaha pertambangan rakyat di lokasi
Wilayah Pertambangan Rakyat tersebut.

Kata kunci: dolomit, batu kumbung, Wilayah Pertambangan Rakyat, Izin Pertambangan Rakyat

ABSTRACT

The potential of dolomite at District of Palang, Tuban Regency has been mined by public without a mining permit
or illegal mining hereditary to produce “kumbung” stone in 4 villages, i.e. Leran Wetan, Leran Kulon, Pucangan, and
Wangun. The kumbung stone mining activities were carried out by them by applying open pit and underground mining
methods, which ignore good mining practices. Mining equipments used consist of mechanical and manual equipments.
The mining area includes the land state, certified as well as non-certified lands and what so called “yasan” land (pethok
D). In accordance with the regulation, the policy of the Tuban Regency has already allocated People’s Mining Areas in
order to give spaces for the mining activities in the area. This paper is a research result using a descriptive qualitative
study. The primary and secondary data were tabulated according to the main issue, and then these data were analysed.
The results of this study show that according to the requirements and criteria of the mining area and related regulations,

Naskah masuk : 05 September 2013, revisi pertama : 27 Nopember 2013, revisi kedua : 14 Desember 2013, revisi terakhir : Januari 2014 29
Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-NC (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/)
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 11, Nomor 1, Januari 2015 : 29 – 48

the mining areas situated at the vilages of Leran Wetan, Leran Kulon and Pucangan can be allocated into the People’s
Mining Area; whereas the area in Wangun cannot be allocated, because based on the Tuban’s Regional Spatial Planning,
this land is allocated for other uses and is located adjacent to the site of the Holy Cave site and settlements. In determin-
ing the mining area, the regional government considers the decision from the Regional Office of Mines and Energy as
a technical implementing agency in the area. The mining area that has been determined, is publicly announced, and is
followed by issueing the People’s Mining Permit. The regional government has a responsibility to manage and develop
the mining activities in the mining area.

Keywords: dolomite, “kumbung” stone, people’s mining area, people’s mining permit

PENDAHULUAN Batubara (Minerba), kewenangan pengelolaan per-


tambangan rakyat telah dilimpahkan penuh kepada
Hasil pemetaan pertambangan tanpa izin (PETI) daerah yang lebih dekat dengan persoalan. Pertam-
yang dilakukan Dinas Pertambangan dan Energi bangan rakyat secara implisit telah diatur dalam UU
Kabupaten Tuban tahun 2010, di wilayah Kecama- No. 4/2009, dalam Pasal 20 sampai dengan Pasal
tan Palang Kabupaten Tuban terdapat petambangan 26 diatur mengenai Wilayah Pertambangan Rakyat
rakyat bahan galian dolomit berjumlah 247 orang (WPR) dan Pasal 66 sampai dengan Pasal 73 tentang
petambang dengan luas wilayah operasi 21,26 Izin Pertambangan Rakyat (IPR). Beberapa pasal UU
ha. Lokasi kegiatan terletak di 4 desa, yaitu Leran tersebut juga mengatur pertambangan rakyat terkait
Wetan, Leran Kulon, Pucangan dan Wangun. Kegia- dengan tanggung jawab pemerintah daerah sebagai
tan penambangan dilakukan tanpa izin secara turun- pengelola pertambangan di daerah. Lebih lanjut,
temurun untuk memproduksi “batu kumbung”. di dalam Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor
Pertambangan rakyat di daerah ini sangat kental 22 Tahun 2010 (PP No. 22/2010) diatur mengenai
dengan persoalan sosial, ekonomi dan budaya kewenangan bupati/walikota dalam penyusunan
masyarakat setempat. rencana penetapan suatu wilayah di dalam Wilayah
Pertambangan (WP) menjadi WPR. Sebagai norma,
Batu kumbung ini, atau sering disebut batu putih di standar, prosedur, dan kriteria (NSPK), peraturan
Kabupaten Lamongan dan Bangkalan, merupakan perundang-undangan pertambangan minerba dari
batuan dolomit yang ditambang dari perbukitan dan Pusat tersebut telah dijabarkan oleh Pemerintah
dipotong-potong persegi dengan berbagai ukuran Kabupaten Tuban dengan dikeluarkan Peraturan
sesuai dengan fungsi dan kegunaannya. Batu kum- Daerah Kabupaten Tuban Nomor 19 Tahun 2011
bung memiliki rumus kimia CaMg (CO3)2. Batu (Perda Kab. Tuban No. 19/2011) tentang Izin Usaha
kumbung Tuban dapat digunakan sebagai dinding Pertambangan. Beberapa pasal perda tersebut telah
dengan ukuran ± 20x10x8 cm3, sedangkan untuk mengatur tentang WPR, IPR dan tanggung jawab
fondasi rumah umumnya mempunyai ukuran ± Pemerintah Kabupaten Tuban terhadap pengelolaan
30x30x30 cm3 (Muntaha, 2007). usaha pertambangan rakyat.

Pada cadangan dolomit yang tipis lapisan penu- Tulisan ini mencoba untuk mengkaji pengalokasian
tupnya, penambangan dilakukan dengan sistem WPR di Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban dalam
tambang permukaan, sedangkan cadangan yang rangka mencari solusi atas persoalan PETI di daerah
tebal lapisan penutupnya dilakukan penambangan tersebut berdasarkan metode deskriptif kualitatif
secara tambang dalam. Keahlian menambang yang (penelitian kebijakan), sehingga terbuka wadah
dimiliki masyarakat di daerah ini didapat dari pen- bagi usaha pertambangan rakyat dengan perizinan
dahulunya secara turun-temurun, sehingga dalam IPR. Kajian ini didasarkan kepada persyaratan dan
prakteknya masih kurang memperhatikan, baik kriteria dalam menetapkan WPR dan menerbitkan
teknik penambangan dengan cara yang baik dan IPR sesuai peraturan perundang-undangan yang
benar, maupun aspek Kesehatan, dan Keselamatan berlaku. Maksud kajian ini adalah untuk melaku-
Kerja (K3). Peralatan penambangan menggunakan kan identifikasi dan analisis terhadap kegiatan
peralatan mekanis dan manual. Lahan yang ditam- petambangan dolomit yang dilakukan rakyat di
bang berupa tanah negara (TN), tanah bersertifikat/ daerah tersebut untuk dialokasikan dalam WPR dan
tanpa sertifikat dan tanah yasan (pethok D). diterbitkan IPR. Tujuannya untuk mengalokasikan
WPR sesuai persyaratan dan kriteria WPR serta
Sesuai Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 (UU ketentuan-ketentuan lain yang terkait berdasarkan
No. 4/2009) tentang Pertambangan Mineral dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

30
Pengalokasian Wilayah Pertambangan Rakyat: Kasus Tambang Dolomit di Kecamatan ... Bambang Yunianto

METODOLOGI dan analisis data sesuai persoalan kajian. Data


dikelompokkan sesuai indikator persoalan kajian,
Tulisan ini merupakan hasil penelitian kebijakan kemudian dilakukan tabulasi data. Hasil tabulasi
yang pada dasarnya merupakan penawaran kom- data ini sebagai bahan analisis deskriptif kualitatif,
promi, terutama antara peneliti dengan klien atau sehingga data hasil analisis dapat diintepretasikan
pemangku kepentingan. Menurut Danim (2005), untuk bahan perumusan kesimpulan. Data primer
dikarenakan penelitian kebijakan beroperasi pada hasil pengukuran data lapangan dengan alat global
batas metodologi penelitian pada umumnya (teru- positioning system (GPS) dilakukan dalam pengo-
tama penelitian ilmu-ilmu sosial), maka tidak ada lahan data dengan teknik region polygon dengan
metodologi tunggal, metodologi yang komprehensif bantuan program Map Info. Parameter-parameter
untuk melaksanakan analisis teknis dari penelitian yang digunakan dalam analisis adalah persyaratan
kebijakan. Proses penelitian kebijakan dilakukan dan kriteria WPR dan ketentuan-ketentuan lain
dalam melahirkan rekomendasi untuk pembuatan yang terkait. Melalui proses zonasi pertambangan
kebijakan dalam rangka pemecahan persoalan dengan melakukan tumpang-tindih (overlapping)
yang ada maupun sebagai akibat penerapan suatu peta berdasarkan parameter-parameter di atas, maka
kebijakan. Analisis kebijakan merupakan penelitian akan didapat lokasi WPR yang sesuai dengan per-
sosial terapan yang secara sistematis disusun dalam syaratan dan kriteria WPR serta ketentuan-ketenuan
rangka mengetahui substansi dari kebijakan agar lain yang terkait.
dapat diketahui secara jelas informasi mengenai
masalah-masalah yang dijawab oleh kebijakan dan
masalah-masalah yang mungkin timbul sebagai STUDI LITERATUR
akibat dari penerapan kebijakan. Ruang lingkup
dan metode analisis kebijakan umumnya bersifat Dalam pembangunan di Indonesia, dikenal bebe-
deskriptif dan faktual mengenai sebab-sebab dan rapa pendekatan pembangunan, yaitu pendekatan
akibat-akibat suatu kebijakan (Dunn, 2000). Pene- makro dan mikro. Selain itu, dikenal pula pendeka-
litian kebijakan sedapat mungkin melihat berbagai tan pembangunan sektoral (sektor-sektor ekonomi)
aspek dari kebijakan agar dapat menghasilkan dan pendekatan pembangunan regional yang
informasi yang lengkap. menganalisis pembangunan pada masing-masing
wilayah (sebagai subsistem nasional) maupun
Berdasarkan pemahaman metodologi di atas, kajian antarwilayah. Masing-masing pendekatan di atas
ini menggunakan metode yang memadukan peneli- dirasakan masih memiliki kelemahan, terutama bila
tian survei dan deskriptif kualitatif. Survei dilakukan dilihat dari aspek lokasional dan spasial dari suatu
untuk mendapatkan data primer dan sekunder. kegiatan pembangunan. Oleh karena itu, muncul-
Survei dilakukan pada lokasi pertambangan rakyat lah pendekatan tata ruang, yang lebih spesifik
bahan galian dolomit di empat desa di Kecamatan membahas dan menganalisis pembangunan yang
Palang, Kabupaten Tuban dan pemerintah setempat akan dilakukan dikaitkan dengan aspek ketataruan-
tingkat desa dan kecamatan serta dinas-dinas terkait gannya, karena setiap kegiatan dan objek pemba-
di Pemerintah Kabupaten Tuban. Survei lapangan ngunan pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari
menerapkan teknik penelitian observasi, dokumen- aspek ”tempat” pada tata ruang yang dipilihnya.
tasi, diskusi dengan pejabat pemerintah dan wawan- Dimensi tata ruang sudah dianggap sebagai varia-
cara dengan petambang rakyat. Pengumpulan data bel tambahan yang penting dalam menganalisis
primer dari petambang rakyat dilakukan dengan pembangunan ekonomi, sebagai variabel baru yang
wawancara pada setiap lokasi tambang agar data harus dipertimbangkan dan diperhitungkan dalam
mewakili untuk empat desa tersebut. Pengumpu- perencanaan pembangunan (Adisasmita, 2012).
lan data sekunder pemerintahan dilakukan diskusi
dengan kepala desa atau sekretaris desa, camat, Berkaitan dengan penataan ruang, menurut Direktur
pejabat Dinas Pertambangan dan Energi, Bappeda, Jenderal Penataan Ruang Departemen Pemukiman
Dinas Lingkungan Hidup dan Badan Pusat Statistik dan Prasarana Wilayah, kegiatan penataan ruang
Kabupaten Tuban. untuk mewujudkan pengembangan wilayah yang
sesuai dengan tujuan dan sasaran yang bersifat
Dalam analisis kajian kebijakan ini digunakan teknik kewilayahan di Indonesia terdiri dari 3 proses, yakni
analisis deskriptif kualitatif untuk mengintepre- (a) proses perencanaan tata ruang wilayah, yang
tasikan hasil analisis data. Pengolahan data menghasilkan rencana tata ruang wilayah (RTRW).
dibantu teknik-teknik statistik sederhana, seperti Di samping sebagai guidance of future actions,
tabulasi data untuk memudahkan dalam klasifikasi RTRW pada dasarnya merupakan bentuk intervensi

31
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 11, Nomor 1, Januari 2015 : 29 – 48

yang dilakukan agar interaksi manusia/makhluk lingkungan buatan; 2) terwujudnya keterpaduan


hidup dengan lingkungannya dapat berjalan serasi, dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber
selaras, seimbang untuk tercapainya kesejahteraan daya buatan dengan memperhatikan sumber daya
manusia/makhluk hidup serta kelestarian lingkung- manusia; dan 3) terwujudnya pelindungan fungsi
an dan keberlanjutan pembangunan (development ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
sustainability). (b) proses pemanfaatan ruang, yang lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
merupakan wujud operasionalisasi rencana tata
ruang atau pelaksanaan pembangunan itu sendiri, Pengalokasian WPR untuk usaha pertambangan
(c) proses pengendalian pemanfaatan ruang yang rakyat dengan IPR memerlukan ruang dan wilayah
terdiri atas mekanisme perizinan dan penertiban yang dalam penetapan harus sesuai dengan perun-
terhadap pelaksanaan pembangunan agar tetap tukan pertambangan seperti yang diatur di dalam
sesuai dengan RTRW dan tujuan penataan ruang rencana tata ruang wilayah daerah. Konflik sering
wilayahnya (Akil, 2003). Dengan demikian, selain terjadi dalam pemanfaatan ruang dan wilayah,
merupakan proses untuk mewujudkan tujuan- terutama pada saat terjadi gesekan antara peman-
tujuan pembangunan, penataan ruang sekaligus faatan kawasan lindung dengan kawasan budi daya.
juga merupakan produk yang memiliki landasan Dalam Pasal 1 PP No. 26/2008 dijelaskan bahwa
hukum untuk mewujudkan tujuan pengembangan kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi
wilayah. Namun demikian, menurut Syahadat dan utama lindung atau budi daya. Kawasan lindung
Subarudi (2012), perkembangan penataan ruang adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
di Indonesia belum diikuti dengan kajian khusus utama melindungi kelestarian lingkungan hidup
secara hukum, umumnya masih bersifat bagian, par- yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
sial, dan tidak menyeluruh. Kondisi yang demikian buatan. Sedangkan yang dimaksud kawasan budi
dapat menyulitkan bagi penentu kebijakan, dalam daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
hal ini pemerintah, pihak ketiga, praktisi hukum dan utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan
lain sebagainya untuk lebih memahami tentang hu- potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,
kum tata ruang. Kerumitan tersebut muncul sejalan dan sumber daya buatan.
dengan adanya otonomi daerah yang memberikan
keleluasaan kepada daerah untuk menata daerah Untuk mengurangi konflik pemanfataan ruang dan
termasuk ruang. Sesungguhnya, penataan ruang wilayah, PP No. 26/2008 mengatur jenis dan krite-
dan otonomi daerah dapat sejalan, akan tetapi ria kawasan lindung dan kawasan budi daya. Dalam
dapat pula tidak sejalan, apabila penataan ruang Pasal 51 PP tersebut disebutkan bahwa kawasan
terlalu berorientasi pada Pendapatan Asli Daerah lindung nasional terdiri atas: a. kawasan yang mem-
(PAD). Persoalan ini semakin menjadi rumit apabila berikan perlindungan terhadap kawasan bawahan-
penataan ruang menghilangkan komitmen yang nya; b. kawasan perlindungan setempat; c. kawasan
sudah dibangun untuk menata ruang. Hal ini dapat suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; d.
menyebabkan terjadinya penyimpangan hukum kawasan rawan bencana alam; e. kawasan lindung
atau lemah (lumpuhnya) penegakan hukum. geologi; dan f. kawasan lindung lainnya. Sedangkan
dalam Pasal 63, kawasan budi daya terdiri atas: a.
Dalam UU No. 26/2007 Pasal 1 dijelaskan bahwa kawasan peruntukan hutan produksi; b. kawasan
penataan ruang adalah suatu sistem proses pe- peruntukan hutan rakyat; c. kawasan peruntukan
rencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pe- pertanian; d. kawasan peruntukan perikanan; e.
ngendalian pemanfaatan ruang. Dalam perencanaan kawasan peruntukan pertambangan; f. kawasan
tata ruang ditempuh suatu proses untuk menentukan peruntukan industri; g. kawasan peruntukan pari-
struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyu- wisata; h. kawasan peruntukan permukiman; dan/
sunan dan penetapan rencana tata ruang; sedangkan atau i. kawasan peruntukan lainnya.
di dalam pemanfaatan ruang dilakukan upaya untuk
mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai Berkaitan dengan pemanfaatan ruang dan wilayah
dengan rencana tata ruang melalui penyusunan untuk pengalokasian WPR di Kabupaten Tuban, ter-
dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. dapat beberapa kawasan lindung yang bersinggun-
Sesuai Pasal 3 UU tersebut, penyelenggaraan pe- gan dengan daerah yang akan ditetapkan menjadi
nataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang WPR, yaitu; kawasan hutan lindung, kawasan re-
wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, sapan air, kawasan lindung cagar alam dan geologi
dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusan- di dalamnya termasuk kawasan keunikan karst, dan
tara dan Ketahanan Nasional dengan: 1) terwu- kawasan cagar budaya. Pasal 55 ayat (1 dan 3) PP
judnya keharmonisan antara lingkungan alam dan No. 26/2008 menetapkan kriteria kawasan hutan

32
Pengalokasian Wilayah Pertambangan Rakyat: Kasus Tambang Dolomit di Kecamatan ... Bambang Yunianto

lindung terdiri atas: a.kawasan hutan dengan fak- peruntukan pertambangan ditetapkan memiliki nilai
tor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas strategis nasional terdiri atas pertambangan: minerba,
hujan yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama minyak dan gas bumi, panas bumi, serta air tanah.
dengan 175 atau lebih; b. kawasan hutan yang Kriteria kawasan ini terdiri atas: a. memiliki sumber
mempunyai kemiringan lereng paling sedikit 40%; daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau
atau c. kawasan hutan yang mempunyai ketinggian gas berdasarkan peta/data geologi; b. merupakan
paling sedikit 2.000 meter di atas permukaan laut; wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk pemusatan
sedangkan kriteria kawasan resapan air adalah ka- kegiatan pertambangan secara berkelanjutan; dan/
wasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk atau c. merupakan bagian proses upaya merubah
meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata kekuatan ekonomi potensial menjadi kekuatan
air permukaan. ekonomi riil. Sedangkan kriteria beberapa kawasan
budi daya yang bersinggungan dengan kawasan
Kriteria kawasan cagar alam dan geologi diatur da- pertambangan adalah: (1) Kawasan hutan produksi
lam Pasal 60 yang terbagi menjadi keunikan batuan kriterianya: peruntukan hutan produksi terbatas
dan fosil, keunikan bentang alam, dan keunikan memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan
proses geologis. Kriteria kawasan keunikan batuan intensitas hujan dengan jumlah skor 125 sampai de-
dan fosil antara lain: a. memiliki keragaman batuan ngan 174; peruntukan hutan produksi tetap memiliki
dan dapat berfungsi sebagai laboratorium alam; faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas
b. memiliki batuan yang mengandung jejak atau hujan dengan jumlah skor paling besar 124; dan
sisa kehidupan di masa lampau (fosil); c. memiliki peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi
nilai paleo-antropologi dan arkeologi; dan lainnya. dengan kriteria: memiliki faktor kemiringan lereng,
Kriteria kawasan keunikan bentang alam antara jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah
lain: a.memiliki bentang alam gumuk pasir pantai; skor paling besar 124; dan/atau merupakan kawasan
b. memiliki bentang alam berupa kawah, kaldera, yang apabila dikonversi mampu mempertahankan
maar, leher vulkanik, dan gumuk vulkanik; c. daya dukung dan daya tampung lingkungan. Kri-
memiliki bentang alam goa; d. memiliki bentang teria kawasan peruntukan hutan rakyat merupakan
alam karst, dan lainnya. Kriteria kawasan keunikan kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh
proses geologi antara lain: a. kawasan poton atau orang pada tanah yang dibebani hak milik. (2) Ka-
lumpur vulkanik; b. kawasan dengan kemunculan wasan peruntukan pertanian kriterianya: a.memiliki
sumber api alami; atau c. kawasan dengan kemun- kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai
culan solfatara, fumarola, dan/atau geyser. Kawasan kawasan pertanian; b.ditetapkan sebagai lahan
lindung karst diatur dalam Pasal 60 ayat (2), bahwa pertanian pangan abadi; c. mendukung ketahanan
kawasan yang memiliki bentang alam karst harus pangan nasional; dan/atau d.dapat dikembangkan
dilindungi, karena merupakan kawasan lindung sesuai dengan tingkat ketersediaan air. (3) Kawasan
cagar alam geologis yang termasuk kawasan yang peruntukan pariwisata kriterianya: a.memiliki objek
memiliki keunikan bentang alam. dengan daya tarik wisata; dan/atau b.mendukung
upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan
Pada daerah pertambangan rakyat terdapat situs lingkungan. (4) Kriteria kawasan peruntukan per-
Gua Suci, perlindungan untuk daerah ini didasar- mukiman kriterianya: a.berada di luar kawasan
kan kepada Pasal 57 ayat (9) PP tersebut, bahwa yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana;
kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan se- b.memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat
bagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (3) huruf di luar kawasan; dan/atau c. memiliki kelengkapan
i ditetapkan dengan kriteria sebagai hasil budaya prasarana, sarana, dan utilitas pendukung.
manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan
untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Ketentuan-ketentuan lain yang terkait dengan
pengalokasian WPR antara lain: UU No. 32/2009
Sementara itu, dalam hal kawasan budi daya terdapat tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
beberapa jenis kawasan budi daya yang potensial Hidup; UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sum-
akan bersinggungan dengan kegiatan pengalokasian ber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; PP No.
WPR dalam kawasan peruntukan pertambangan 68/1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
(Pasal 68) di Kabupaten Tuban, yaitu: kawasan per- Pelestarian Alam; Keputusan Presiden No. 32 Tahun
untukan hutan produksi (Pasal 66) dan hutan rakyat 1990 (Keppres No. 32/1990) tentang Pengelolaan
(Pasal 65), kawasan peruntukan pertanian (Pasal 66), Kawasan Lindung; dan Keputusan Menteri Energi
kawasan peruntukan pariwisata (Pasal 70), dan ka- dan Sumber Daya Mineral Nomor 17 Tahun 2012
wasan peruntukan pemukiman (Pasal 71). Kawasan (Kepmen ESDM No. 17/2012).

33
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 11, Nomor 1, Januari 2015 : 29 – 48

Dalam penataan ruang sesuai Pasal 19 UU No. yang sederhana. Keberadaan suatu cadangan bahan
32/2009 diatur bahwa: (1) Untuk menjaga keles- galian mineral di suatu wilayah tidak selamanya
tarian fungsi lingkungan hidup dan keselamatan bisa diusahakan secara ekonomis dengan usaha
masyarakat, setiap perencanaan tata ruang wilayah skala menengah maupun besar. Cadangan bahan
wajib didasarkan pada Kajian Lingkungan Hidup galian mineral semacam ini keberadaanya sedikit,
Strategis (KLHS); dan (2) Perencanaan tata ruang setempat-setempat dan terdapat di beberapa lokasi
wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti di bantaran sungai, lereng bukit, pegunung-
ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung an dan lainnya. Cadangan semacam ini hanya dapat
dan daya tamping lingkungan hidup. Sejalan de- diusahakan secara kecil-kecilan dengan modal dan
ngan PP No. 26/2008, dalam Pasal 1 dan Pasal 3 teknologi yang sederhana. Dalam praktek per-
Keppres No. 32/1990, disebutkan bahwa kawasan tambangan di Indonesia kegiatan pertambangan
lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan kecil-kecilan, dilakukan oleh perorangan atau ke-
fungsi utama melindungi kelestarian Lingkungan lompok, dengan izin maupun tanpa izin semacam
Hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya ini disebut pertambangan rakyat (Sutjipto, 1995,
buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna Wiriosudarmo, 1996, Zulkarnain dkk., 2008).
kepentingan Pembangunan berkelanjutan. Pengelo-
laan kawasan lindung adalah upaya penetapan, Dalam praktek pertambangan di Indonesia, usaha
pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan pertambangan rakyat secara kecil-kecilan ini memi-
lindung. Kawasan lindung tersebut meliputi: 1. liki catatan sejarah yang kelam, biasa disebut PETI
Kawasan yang memberikan perlindungan Kawasan dan diklaim sebagai perusak lingkungan, kecela-
Bawahannya; 2. Kawasan Perlindungan setempat; kaan tambang, terjadi pemborosan sumber daya,
3. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya; 4. Ka- tidak terpungutnya penerimaan daerah/negara,
wasan Rawan Bencana Alam. rawan konflik sosial, dan yang lainnya. Bahkan
PETI umumnya identik dengan budaya kekerasan/
Dalam implementasi di lapangan, terdapat perbe- premanisme, prostitusi, perjudian, dan lainnya
daan pandangan mengenai perlindungan kawasan yang berkaitan dengan pengingkaran terhadap
karst antara PP 26/2008 dengan Kepmen ESDM No. norma-norma agama budaya. Budaya ‘mencuri”,
17/2012. Dalam PP No. 26/2008 karst ditempatkan termasuk “menjarah”, semakin berkembang, se-
sebagai bagian dari kawasan lindung nasional, hingga memberikan pengaruh buruk dan melanggar
sementara dalam Kepmen ESDM No. 17/2012 hukum (DESDM, 2000). PETI bukan merupakan
mengklasifikasi karst menjadi tiga, yaitu karst yang semata-mata perbuatan melanggar hukum, tetapi
harus dilindungi, karst yang boleh ditambang de- juga bernuansa sosial yang kompleks, rumit, peka
ngan kajian, dan karst yang boleh ditambang tanpa dan erat kaitannya dengan ekonomi, politik, dan
kajian. Ekosistem karst yang dilindungi adalah karst hukum (DESDM, 2003). Dalam kasus PETI emas
yang menunjukkan bentuk eksokarst (bentukan di Sekotong Lombok Barat (Yunianto, 2012),
luar karst) dan endokarst (bentukan dalam karst) menemukan beberapa hal bahwa persoalan PETI
tertentu. Perbedaan pandangan tersebut masih sangat kompleks yang berakar pada persoalan
berlangsung sebelum draf PP tentang kawasan karst sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di daerah.
di-UU-kan. Pertambangan, berbeda dengan sektor ekonomi
yang lain, dianggap mempunyai keterkaitan khusus
Dalam kasus pengalokasian WPR di Kabupaten dengan wilayah dan masyarakat sekitar di tempat
Tuban harus memperhatikan konservasi sumber kegiatannya berada, karena sifat kegiatannya yang
daya alam hayati dan ekosistemnya. Berdasarkan mengeksploitasi sumber daya alam tak terbarukan,
Pasal 5 UU No. 5/1990, konservasi sumber daya berarti hanya satu kali saja memanfaatkannya
alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui (Sutjipto, 1997). Karena itu, dalam kelembagaan
tiga kegiatan: a) Perlindungan sistem penyangga pertambangan rakyat akan selalu beradaptasi de-
kehidupan; b) Pengawetan keanekaragaman jenis ngan kelembagaan sosial kemasyarakatan setempat,
tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; dan c) baik yang awalnya hanya berbasis norma-norma
Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati setempat maupun yang membentuk wadah ko-
dan ekosistemnya. perasi mengikuti umur kegiatan pertambangan
rakyat tersebut. (Zulkarnain dkk., 2007).
Dalam dunia pertambangan, dikenal pertambang-
an skala menengah dan besar; di samping itu Untuk mewadahi peran rakyat dalam pertambangan
terdapat pertambangan skala kecil yang dilakukan telah dikenalkan tahun 1980 konsep Pertambangan
oleh rakyat dengan modal seadanya dan teknologi Skala Kecil (PSK) dalam wadah Koperasi Unit Desa

34
Pengalokasian Wilayah Pertambangan Rakyat: Kasus Tambang Dolomit di Kecamatan ... Bambang Yunianto

(KUD). Menurut Sutjipto (1995) konsep ini meru- otonomi, memiliki peran yang sangat penting dalam
pakan terjemahan dari dasar pemikiran yang sangat memberikan kontribusi perencanaan pemanfaatan
ideal, merupakan suatu bentuk nyata dari upaya dan pengembangan wilayah yang bersifat bottom-
pemerintah untuk menata kegiatan pertambangan up (Permana, 2010). Hal ini penting mengingat
oleh rakyat. Tujuan program ini secara umum untuk pemerintah daerah sangat mengetahui wilayahnya,
mengorganisasi para petambang kecil/rakyat dalam apa yang ada dan dimiliki oleh daerahnya, sehingga
suatu kegiatan pertambangan yang legal, mengikuti manakala pemerintah pusat menetapkan sebuah
kaidah-kaidah pertambangan dengan cara yang kebijakan yang terkait dengan penggunaan ruang
benar dengan bentuk KUD. Diskusi tentang kriteria tidak akan menimbulkan benturan kepentingan
PSK, baik di tingkat nasional maupun internasional seperti yang selama ini sering terjadi.
tidak pernah sampai pada kesimpulan, semua
serba mengambang. Kriteria didasarkan besarnya Pertambangan rakyat secara implisit telah diatur
investasi, untuk negara maju investasi US$ 1 juta dalam UU No. 4/2009 dan produk hukum turunan-
adalah kecil, sedangkan kalau digunakan kriteria nya (PP No. 22/2010 dan PP No. 23/2010). Terkait
tenaga kerjanya sedikit tidak sesuai juga, karena dengan penyiapan WPR dalam suatu WP seperti
sudah sangat mengandalkan cara mekanisasi. Wi- yang tertuang dalam Pasal 11 UU No. 4/2009, pe-
riosudarmo (1997) menjelaskan bahwa kriteria yang merintah dan pemerintah daerah wajib melakukan
digunakan dalam konsep PSK adalah pelakunya, penyelidikan dan penelitian pertambangan dalam
yaitu rakyat kecil pedesaan. Digunakannya peran rangka penyiapan WP secara keseluruhan. Semen-
rakyat sebagai kriteria dalam definisi PSK merupa- tara dalam Pasal 20-26 mengatur kewenangan
kan inti dari konsep PSK. daerah dalam menyiapkan WPR. Dalam konteks
pelaksanaan IPR diatur dalam Pasal 66-73. Bebera-
Era baru pembangunan pertambangan telah digu- pa pasal UU tersebut juga mengatur pertambangan
lirkan pada awal tahun 2009, yaitu sejak diberlaku- rakyat terkait dengan tanggung jawab pemerintah
kannya UU No. 4/2009. Pasal 6 sampai dengan daerah sebagai pengelola pertambangan di daerah,
Pasal 8 UU tersebut membagi kewenangan Peme- lahan pemegang IPR, bantuan permodalan untuk
rintah Pusat (Pemerintah), provinsi dan kabupaten/ pertambangan rakyat dan lain-lainnya.
kota. Pemerintah di tingkat nasional berwenang
menetapkan WP, menetapkan Wilayah Usaha Per- Berdasarkan NSPK, peraturan-peraturan yang dike-
tambangan (WUP), Wilayah Pertambangan Negara luarkan Pusat di atas, Pemerintah Kabupaten Tuban
(WPN) serta pemberian Izin Usaha Pertambangan telah mengeluarkan Perda Kabupaten Tuban No.
(IUP) untuk lintas provinsi dan/atau wilayah laut 19/2011 tentang Izin Usaha Pertambangan. Hal ini
lebih dari 12 mil serta pemberian IUPK (Pasal 6). sesuai Pasal 26 UU No. 4/2009, bahwa ketentuan
Kewenangan provinsi untuk lintas kabupaten/ kota lebih lanjut mengenai kriteria dan mekanisme
dan/ atau wilayah laut 4 sampai dengan 12 mil serta penetapan WPR, diatur dengan peraturan daerah
pemberian IUP (Pasal 7). Sedangkan pemerintah kabupaten/kota. Beberapa pasal perda tersebut
kabupaten/ kota berwenang menetapkan WPR mengatur mengenai WPR dan IPR di Kabupaten
dan mengeluarkan IPR (Pasal 8). Kewenangan Tuban, yaitu:
Pemerintah, provinsi, dan kabupaten/ kota juga a. Pasal 6 mengatur mengenai penetapan WPR,
diatur dalam klausul pembinaan dan pengawasan b. Pasal 7 mengatur mengenai kriteria penentuan
sesuai kewenangannya dalam Pasal 71 ayat (2) dan WPR,
Pasal 144. c. Pasal 24 dan Pasal 25 mengatur mengenai
penerbitan IPR dan luas IPR,
Melalui pembaharuan di sektor pertambangan d. Pasal 26 dan Pasal 27 mengatur mengenai hak
diharapkan otonomi pertambangan dan semangat pemegang IPR dan kewajiban pemegang IPR,
kemandirian pemerintah daerah dapat segera ter- dan
cipta tanpa keluar dari azas konservasi, kemanfaatan e. Persyaratan IPR diatur di dalam Pasal 32,
dan kesinambungan (Susanto, 2009). Tidak dapat jangka waktu IPR Pasal 33 ayat (2) butir d dan
dipungkiri bahwa lahirnya UU No. 4/2009 masih perpanjangan IPR diatur dalam Pasal 35 dan
memerlukan turunan perangkat pengatur dan Pasal 36.
pelaksanaan baik di tingkat kementerian ataupun
melalui peraturan-peraturan daerah sebagai instru- Pemerintah Daerah memiliki tanggung jawab ter-
men pelaksananya. Sebagai penguasa wilayah, hadap IPR di daerahnya, dalam kasus di Kabupaten
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan Tuban, hal tersebut telah diatur dalam Pasal 29.

35
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 11, Nomor 1, Januari 2015 : 29 – 48

HASIL DAN PEMBAHASAN Pertambangan rakyat dolomit di Kecamatan Palang


terdapat di empat desa: Leran Wetan, Leran Kulon,
Kondisi Pertambangan Rakyat Pucangan, dan Wangun. Penambangan di daerah
ini dilakukan oleh masyarakat setempat secara
Berdasarkan studi literatur hasil kajian yang dilaku- turun-temurun tanpa izin dan kurang memperhati-
kan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Tu- kan praktek pertambangan dengan cara yang baik
ban diperoleh gambaran mengenai potensi bahan dan benar. Kegiatan penambangan bagi masyarakat
galian dolomit dan kegiatan pertambangan rakyat di daerah ini umumnya sebagai pekerjaan utama,
di Kecamatan Palang. Secara geologis, keterda- selain bertani.
patan dolomit di Kecamatan Palang terkonsentrasi
pada Formasi Paciran yang mengandung potensi Kegiatan penambangan dilakukan dengan tambang
batugamping dan dolomit cukup besar. Perbukitan terbuka dan tambang bawah tanah dengan membuat
kapur yang berada pada ketinggian antara 40-125 terowongan (lombong). Penambangan dilakukan
meter di atas permukaan laut itu berada di desa- pada perbukitan dan gunung kapur, serta tegalan,
desa Pucangan, Leran Kulon dan Leran Wetan. yang secara kepemilikan tanah ada yang Tanah
Penyebaran dolomit terdapat pada beberapa Negara (TN), tanah perorangan bersertifikat maupun
desa yaitu, Leran Wetan, Leran Kulon, Pucangan, tanpa sertifikat, dan tanah yasan (pethok D). Perala-
Wangun, Cendoro, dan Ngimbang, dengan luas tan yang digunakan ada yang masih manual (seperti
seluruhnya 5.246.191,4 m2 dan cadangan sebesar palu, pahat dan gergaji) dan ada sudah menggunakan
331.757.428 ton. peralatan mekanis berupa alat potong dengan motor
penggerak genset. Produk penambangan dolomit
Dolomit terbentuk akibat interaksi batugamping berupa batu kumbung dan batu fondasi untuk bahan
dengan magnesium dalam tanah, sehingga memben- bangunan. Harga batu kumbung di lokasi tambang
tuk batuan yang memiliki kekerasan yang menurun. Rp. 550-Rp. 700/buah, bila dijual ke Kota Tuban
Dolomit juga terbentuk pada lingkungan laut yang seharga Rp. 800-Rp. 900/buah dan harga di beberapa
relatif tenang yang berkadar Mg yang tinggi. Oleh kota di Jawa Timur akan naik sesuai tambahan biaya
karena itu, hampir seluruh batugamping di setiap transportasi. Untuk batu fondasi, harganya bervariasi
tempat di daerah Tuban ini merupakan formasi dari Rp.750-Rp.1.000/buah di lokasi, tergantung
yang berasosiasi dengan dolomit. Hampir di setiap ukuran fondasi yang diinginkan.
tempat di daerah Tuban dijumpai Formasi Paciran,
kecuali di daerah Bancar-Jatirogo, sehingga cadang- Penambangan secara terbuka hanya bisa dilakukan
an dolomit di daerah Tuban sangat kaya dan luas. bila batuan penutup yang menutupi dolomit tidak
Petambangan tradisional, hampir di setiap kecamat- terlampau tebal, yaitu antara 2 sampai 3 meter deng-
an memiliki tambang penghasil dolomit sebagai an sifat fisik batuan yang tidak keras. Penambangan
bahan pembuatan batu kumbung. Di wilayah Ke- cara terbuka dilakukan dengan memotong batuan
camatan Palang potensi dolomit tersebar di Desa secara berjenjang dengan ketinggian jenjang 4-5
Leran Wetan, Leran Kulon, Pucangan, Cendoro dan meter (Gambar 1). Pembongkaran dolomit dilaku-
Ngimbang (Tabel 1). kan dengan membuat lubang secara horizontal dan

Tabel 1. Potensi dolomit di wilayah Kecamatan Palang

Luas Penyebaran Jumlah Cadangan


No. Nama Desa
( m² ) ( Ton )
1. Leran Wetan 960.184,9 54.730.539
2. Leran Kulon 1.906.566,0 108.674.262
3. Pucangan 1.167.757,0 66.562.149
4. Cendoro 63.454,9 3.616.932
5. Ngimbang 1.148.228,6 98.173.546
Jumlah Keseluruhan 5.246.191,4 331.757.428
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Tuban (2010)

36
Pengalokasian Wilayah Pertambangan Rakyat: Kasus Tambang Dolomit di Kecamatan ... Bambang Yunianto

vertikal pada blok batuan dengan memakai alat bor dengan blok batuan dengan dimensi dan ukuran
atau secara manual dengan memukul batang besi tertentu didorong dan dirobohkan dengan cara
dengan jarak antarlubang sekitar 50 cm. membuat deretan lubang mendatar secara vertikal
dan horizontal, setelah itu didorong dengan di
Bila lubang-lubang bor tersebut sudah terbentuk, dongkrak, digeser hingga roboh. Blok batuan yang
maka pekerjaan berikutnya adalah melepaskan blok roboh kemudian dipotong secara manual dengan
batuan dari batuan induknya dengan didongkrak gergaji tangan atau secara mekanis dengan alat
memakai pahat/linggis. Timbulnya retakan meman- pemotong. Penambangan dengan cara ini akan
jang pada lubang vertikal mempermudah lepasnya membuat rongga yang cukup besar di dalam tanah.
bongkah batuan. Sebelum batuan tersebut digeser Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya run-
dan dirobohkan, maka biasanya disiapkan terlebih tuhan pada batuan atap akibat timbulnya retakan,
dahulu alas berupa timbunan serpihan batuan seba- maka sebagian dolomit ditinggalkan sebagai pilar.
gai penahan robohan blok batuan agar tidak retak. Dimensi batuan yang ditambang biasanya beru-
Dimensi blok batuan yang dibongkar biasanya kuran 12m x 2m x 4m. Penambangan ini dimulai

Gambar 1. Tambang terbuka dolomit sistem berjenjang di Desa Pucangan, Tuban

memiliki ukuran 5m x 10m x 2m, yang selanjutnya dari bagian atas secara bertahap maju ke depan,
dipotong dengan gergaji menjadi blok-blok lebih setelah itu diikuti dengan penambangan pada
kecil untuk dijadikan batu kumbung yang memiliki lapisan batuan di bawahnya. Sebelum penam-
ukuran 20 cm x 10 cm x 10 cm serta batu pondasi bangan dimulai, telah dipersiapkan jalan masuk
yang berukuran 30cm x 30cm x 30cm. Dengan menuju lokasi penambangan bawah tanah. Jalan
demikian bisa diperkirakan jumlah bata yang bisa ini sebagai sarana transportasi untuk mengangkut
dihasilkan dari suatu blok batuan yang dibongkar, peralatan tambang dan produk batu kumbung dari
yaitu sebesar 40.000-an bata. tambang (Gambar 2).

Pada kondisi lapisan penutup yang sangat tebal Penambangan bawah tanah ini akan menghadapi
dengan sifat fisik batuan yang sangat keras, maka risiko ambrukan yang dapat mengancam jiwa para
penambangan dolomit dilakukan dengan tambang petambang, yang diakibatkan oleh adanya retakan
bawah tanah. Cara penambangannya mirip dengan memanjang dan cukup lebar pada atap depan pe-
petambangan batubara sistem room and pillar, nambangan. Retakan ini disebabkan oleh adanya

37
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 11, Nomor 1, Januari 2015 : 29 – 48

tekanan beban batuan penutup pada ruangan perbukitan Gunung Leran Wetan. Jumlah petam-
penambangan yang terbentuk di bawah tanah. bang seluruhnya sekitar 150 orang. Kegiatan pe-
Besarnya tekanan ini tidak mampu dipikul oleh nambangan dilakukan dengan tambang terbuka
pilar-pilar yang menyangga atap ruang tambang, dan tambang dalam dengan terowongan. Pemilik
disebabkan oleh terlalu lebarnya jarak pilar serta tambang di daerah ini umumnya masyarakat Desa
dimensi pilar yang tidak memadai. Bahkan yang Leran Kulon, tapi petambang kebanyakan berasal
paling fatal adalah pilar-pilar tersebut masih dipo- dari Kecamatan Merak Urak. Peralatan yang digu-
tong untuk diambil batuannya, sehingga dimensi nakan ada yang mekanis dan manual. Peralatan
pilar menjadi tidak beraturan dan cenderung rapuh mekanis berjumlah 15 set mesin sirkel. Lahan yang
(Gambar 3). Problematika tambang bawah tanah ditambang ada yang dilakukan pada lahan TN,
ini harus diatasi dengan membuat batasan yang tanah bersertifikat dan tanah yasan dengan luas
jelas mengenai dimensi pilar yang harus dibuat operasi penambangan sekitar 20 ha. Umur tambang
serta batasan jarak antarpilar yang aman. Dengan di daerah perbukitan ini tinggal 5 tahunan. Sebe-
demikian, luas ruang tambang dapat menyesuaikan tulnya, cadangan dolomit pada blok Gunung Leran
dengan jarak antarpilar dan tinggi pilar yang direko- Wetan ini masih cukup besar, namun medannya
mendasikan. Ketebalan batuan atap berkisar 3,5 m, sulit dijangkau, karena keterdapatan dolomit be-
dan dimensi pilar rata-rata 3m x 3m x 3,5m dengan rada pada ujung gunung yang menyusahkan dalam
jarak antarpilar berkisar 6m-9m. Untuk menentukan mengangkut hasil tambang.
stabilitas dari pilar di lombong, maka dilakukan
pemetaan di dalam tambang dengan tujuan untuk Penambangan di Desa Leran Kulon dilakukan pada
mengetahui dimensi pilar dan batuan atap serta Blok Layut yang berjumlah 10 tambang dengan
melihat kondisi struktur pilarnya. luas area seluruhnya sekitar 15 ha. Kegiatan pe-
nambangan dilakukan dengan tambang terbuka
Untuk menentukan level paling bawah telah dibuat dan tambang dalam dengan lubang bukaan sistem
kesepakatan antar petambang, yaitu sampai dike- terowongan. Di daerah ini terdapat tambang kum-
temukan air di dasar tambang, karena kalau diterus- bung, tambang urug dan tambang dolomit tepung.
kan akan membahayakan kesalamatan petambang Lokasi tambang kumbung sekitar 9 ha lokasi di
yang diakibatkan oleh stabilitas pilar penyangga. Dusun Layut. Lokasi petambangan 80% adalah
Pada tambang bawah tanah, genset yang digunakan lahan TN. Peralatan yang digunakan kebanyakan
untuk penggerak mesin potong sirkel, diletakkan mekanis yang berjumlah 10 set mesin. Pemilik
di dekat mulut terowongan, agar gas buang yang mesin sirkel umumnya masyarakat Desa Leran
ditimbulkan tidak mengganggu pekerja tambang Kulon, tapi petambang kebanyakan berasal dari
bawah tanah. Untuk penerangan yang digunakan Kecamatan Merak Urak.
di dalam terowongan adalah listrik PLN.
Lokasi penambangan di Desa Pucangan meliputi 3
Penambangan dolomit di Desa Leran Wetan blok, yaitu: Krajan, Gunung Nganten, dan Gunung
berjumlah 36 lokasi tambang yang beroperasi di Singget. Penambangan di ketiga blok dilakukan

Gambar 2. Jalan masuk ke terowongan Gambar 3. Keretakan batuan atap


tambang bawah tanah

38
Pengalokasian Wilayah Pertambangan Rakyat: Kasus Tambang Dolomit di Kecamatan ... Bambang Yunianto

dengan tambang terbuka. Pemilik lahan tambang tambang rakyat yang sudah dikerjakan tetapi be-
ada 30 orang dengan luas lahan sekitar 30 ha. Per- lum ditetapkan sebagai WPR diprioritaskan untuk
alatan penambangan ada 60 set, dengan 1 set terdiri ditetapkan sebagai WPR. Substansi pasal tersebut
dari 2-3 mesin. Jumlah tenaga kerja seluruhnya seki- menekankan otonomi daerah bidang pertambangan
tar 300-360 orang. Pada blok daerah Krajan yang di tingkat kabupaten/kota. Sementara itu, Pusat
berbatasan dengan Leran Wetan, luas lahan yang kewenangannya memberi NSPK untuk pelaksa-
ditambang sekitar 10 ha, daerahnya sudah ditam- naan pengelolaan pertambangan rakyat di daerah.
bang tapi masih sedikit cadangan yang diambil, Berpedoman kepada NSPK dari Pusat tersebut,
diperkirakan umur tambang masih 10 tahunan. La- dalam Pasal 6 Perda Kabupaten Tuban No. 19/2011
han yang ditambang di blok ini umumnya merupa- diatur mengenai persyaratan WPR yang meliputi: (1)
kan tanah hak milik bersertifikat. Pada blok daerah Kegiatan pertambangan rakyat dilaksanakan dalam
Gunung Nganten, luas lahan yang ditambang seki- suatu WPR; (2) WPR ditetapkan oleh Bupati setelah
tar 10 ha, daerahnya sudah ditambang tapi masih berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa
sedikit cadangan yang diambil, diperkirakan umur Timur dan berkonsultasi dengan DPRD; dan (3)
tambang masih 10 tahunan. Pada blok ini tidak ada Dalam menetapkan WPR sebagaimana dimaksud
pemukiman masyarakat. Penambangan di daerah pada ayat (2) Bupati mengumumkan rencana WPR
ini dilakukan oleh masyarakat yang bermukim di secara terbuka.
daerah lain di Desa Pucangan. Pada blok daerah
Gunung Singget, luas lahan yang ditambang sekitar Selain pemberian kewenangan kepada daerah (oto-
15 ha, cadangan bisa ditambang hingga sampai nomi daerah), persyaratan dalam penetapan WPR
20 tahun. Kegiatan penambangan saat ini masih di ini sebetulnya menekankan adanya transparansi
terbuka untuk tanah urug. Sebetulnya, tanah urug dalam hal penetapan WPR, sehingga masyarakat
ini mengandung mineralisasi dalam batugamping, setempat yang lebih diutamakan dapat mengetahui
namun produknya hanya untuk urug karena kurang dan bisa memanfaatkan peluang untuk berusaha
bagus untuk batu kumbung. Lapisan di bawah nanti di bidang pertambangan. Dalam pandangan Pria
ditambang untuk menghasilkan batu kumbung. (2010), pelimpahan pengelolaan pertambangan
rakyat ke daerah sudah tepat, keinginan daerah
Kegiatan penambangan di Desa Wangun dilakukan untuk mengatur kebijakan pertambangan rakyat
pada blok tegalan dengan luas lahan 10 ha, pada adalah dengan harapan akan terwujud keadilan,
daerah lereng Gunung Leran Wetan. Pada daerah ketertiban, dan kemanfaatan bagi petambang, se-
ini terdapat situs Gua Suci di Dusun Suci. Penam- hingga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat
bangan di daerah ini dilakukan dengan tambang ter- karena pendapatan bertambah.
buka dan tambang dalam dengan terowongan pada
sebelah kiri dan kanan situs Gua Suci, bahkan se- Kriteria WPR diatur dalam Pasal 22 (huruf a s/d.
bagian dari situs sudah ditambang oleh masyarakat. f) UU No. 4/ 2009 dan Pasal 26 ayat (2) PP No.
Kegiatan penambangan terbuka dilakukan di lereng 22/2010. Ketentuan-ketentuan kriteria WPR dalam
atau di kaki bukit Gunung Leran Wetan tergantung peraturan perundang-undangan dari Pusat tersebut
letak endapan yang ada. Peralatan yang digunakan telah disesuaikan dengan kondisi Kabupaten Tuban
umumnya sudah mekanis, yaitu alat potong dengan yang diatur dalam Pasal 7 ayat (1) Perda Kabupaten
motor penggerak genset. Tuban No. 19/2011 yang meliputi: a. Mempu-
nyai cadangan mineral sekunder yang terdapat
Persyaratan dan Kriteria WPR di sungai dan/atau di antara tepi dan tepi sungai;
b. Mempunyai cadangan mineral yang terdapat
Dalam menetapkan WPR dalam suatu WP, pe- di dataran tinggi ataupun di dataran rendah; c.
merintah daerah harus memperhatikan peraturan Mempunyai cadangan mineral dengan kedalaman
perundang-undangan yang dikeluarkan Pusat maksimal 25 (dua puluh lima) meter; d. Endapan
sebagai NSPK. Merujuk pada Pasal 21 UU No. teras, dataran banjir, dan endapan sungai; e. Luas
4/2009, dalam menetapkan WPR harus memenuhi maksimal wilayah pertambangan rakyat adalah 25
persyaratan bahwa WPR ditetapkan oleh bupati/ hektar; f. Menyebutkan jenis komoditas yang akan
walikota setelah berkonsultasi dengan DPRD ka- ditambang; g. Merupakan wilayah atau tempat
bupaten/kota. Lebih lanjut, sesuai Pasal 23-24 kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan
diatur dalam menetapkan WPR tersebut bupati/ sekurang-kurangnya 15 tahun; dan h. Merupakan
walikota berkewajiban melakukan pengumuman kawasan peruntukan pertambangan sesuai rencana
mengenai rencana WPR kepada masyarakat secara tata ruang wilayah. Pasal 7 ayat (2) perda tersebut
terbuka, dan bila wilayah atau tempat kegiatan lebih lanjut mengatur bahwa, ketentuan lebih lanjut

39
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 11, Nomor 1, Januari 2015 : 29 – 48

mengenai pedoman, prosedur dan penetapan WPR kawasan pertambangan, dan peruntukan lahan
diatur dalam Peraturan Bupati. lainnya, yaitu: Kawasan Suaka (Pasal 34), Kawasan
Wisata (Pasal 41) dengan adanya situs Gua Suci,
Berdasarkan kriteria WPR di atas, baik potensi Kawasan Hutan Produksi (Pasal 37), dan Kawasan
dolomit dan kegiatan pertambangan rakyat yang Pertanian dan Hortikultura (Pasal 39). Lahan per-
dilakukan di empat desa di Kecamatan Palang tambangan rakyat yang sebagian besar berada
umumnya memenuhi kriteria, hanya lokasi di Desa pada lahan TN, sesuai UU Agraria, sedang dalam
Wangun yang bertentangan karena berdasarkan proses penertiban Pemerintah Kabupaten Tuban.
RTRW sebagian besar kegiatan petambangannya Penertiban ini dilakukan sejalan dengan rencana
berada pada daerah peruntukan lain, dekat dengan pengalokasian WPR.
pemukiman penduduk dan terdapat situs Gua Suci.
Jenis komoditas mineral berupa dolomit, yang ke- Dalam areal penambangan rakyat di Desa Wangun
beradaan potensinya termasuk sebagai cadangan terdapat cagar budaya berupa gua buatan yang dike-
mineral yang terdapat di dataran tinggi (perbukitan nal dengan nama Gua Suci peninggalan kerajaan
dan gunung) dan dataran rendah (tegalan). Kete- Majapahit di Trowulan, Mojokerto tahun 1296 (se-
balan cadangan ke bawah yang dapat ditambang suai pahatan di mulut gua dalam huruf Jawa kuno).
tidak lebih dari 25 meter, karena rata-rata pada Luas situs ini 6.250 m2. Lokasi Gua Suci berada
kedalaman 15-20 meter ditemukan air. Sementara tanah milik warga Dusun Suci yang ditemukan
itu, ketebalan ke atas sangat bervariasi, ada yang pada tahun 1976 oleh penggali batu kumbung.
sampai 100 meter mengikuti tinggi perbukitan dan Gua Suci sebagai cagar budaya ini harus diamankan
gunung yang mengandung dolomit. Luas wilayah dari kegiatan petambangan rakyat, dan wilayahnya
keterdapatan dolomit cukup luas untuk desa-desa dialokasikan untuk obyek wisata di luar peruntukan
Leran Wetan, Leran Kulon, dan Pucangan untuk lahan WPR. Secara geologis, daerah pertambangan
dialokasikan menjadi WPR (maksimal 25 ha), rakyat di daerah ini tidak termasuk dalam wilayah
dan lokasi yang saat ini ditambang bervariasi den- struktur geologis yang membahayakan, dan daerah-
gan luas kurang dari 25 ha. Pengerjaan kegiatan nya di luar kawasan tangkapan hujan. Berdasarkan
pertambangan rakyat dolomit di daerah ini telah Pasal 36 Perda RTRW Kabupaten Tuban, Kecama-
mencukupi 15 tahun, karena telah dilakukan secara tan Palang tidak masuk dalam kawasan karst yang
turun-temurun. Di samping butir-butir kriteria WPR diwajibkan untuk dikonservasi.
di atas, dalam pengalokasian WPR harus memper-
hatikan ketentuan-ketentuan lain sebagai berikut: Kawasan karst yang harus dilindungi terdapat pada
a) Sesuai dengan RTRW Kabupaten Tuban, dalam beberapa kecamatan, yaitu: Montong, Singgahan,
pengalokasian WPR tidak berbenturan deng- Rengel, Merak Urak dan Semanding. Begitu pula, di
an peruntukan lahan lain berdasarkan Perda daerah penambangan ini tidak terdapat gua, sungai
RTRW Kabupaten Tuban; bawah tanah, sumber mata air yang berfungsi me-
b) Tidak berada pada lahan bermasalah berdasar- langsungkan proses hidrologis dan geohidrologis.
kan ketentuan UU Agraria seperti tanah negara
dan registrasi lahan dari Badan Pertanahan Berdasarkan persyaratan dan kriteria WPR serta keten-
Kabupaten Tuban. tuan-ketentuan lain yang terkait, maka dapat disusun
c) Tidak termasuk kawasan geologis yang dilin- matriks pengalokasian WPR di Kecamatan Palang,
dungi, kawasan karst, situs purbakala, fasilitas Kabupaten Tuban seperti ditunjukkan Tabel 2. Keter-
publik dan lainnya yang tidak memperboleh- dapatan sumber daya bahan galian tambang pada 4
kan aktivitas pertambangan; desa daerah penelitian yang ditambang adalah:
d) Tidak terdapat gua, sungai bawah tanah, sum- 1) Desa Pucangan terletak pada Blok Krajan,
ber mata air yang berfungsi melangsungkan Gunung Nganten, dan Gunung Singget, luas
proses hidrologis dan geohidrologis; penambangan sekitar 20-30 ha.
e) Tidak berada pada wilayah yang memiliki 2) Desa Wangun terletak pada Blok Tegalan, luas
struktur geologis yang membahayakan (sesar, penambangan 15 ha.
retakan intensif, dan lainnya); dan 3) Desa Leran Kulon terletak pada Blok Layut,
f) Wilayah yang akan dialokasikan menjadi WPR luas penambangan 9 ha.
tidak termasuk kawasan tangkapan hujan. 4) Desa Leran Wetan terletak pada Blok Gunung
Leran Wetan, luas penambangan 35 ha.
Berdasarkan Perda Kabupaten Tuban No. 09/2012
tentang RTRW Kabupaten Tuban, Kecamatan Sesuai persyaratan dan kriteria WPR serta ketentuan-
Palang direncanakan sebagian untuk peruntukan ketentuan lainnya yang terkait, maka pengalokasian

40
Pengalokasian Wilayah Pertambangan Rakyat: Kasus Tambang Dolomit di Kecamatan ... Bambang Yunianto

Tabel 2. Matriks pengalokasian WPR di Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban



Potensi Kondisi RTRW
Desa-Desa
No. Keterdapatan Penambangan Peruntukan Lahan Peruntukan Lahan
Kec. Palang
Bahan Galian Dolomit Pertambangan untuk Lainnya
1 Leran Wetan Luas lahan sekitar 35 Tambang terbuka, Sebagian potensi do- Sebagian potensi do-
ha. Lokasi keterdapatan tambaang dalam de- lomit yang ditambang lomit berada pada
bahan galian di Blok ngan terowongan terletak pada lahan wilayah peruntukan
Gunung Leran Wetan pertambangan sudah lainnya.
sesuai RTRW.
2 Leran Kulon Luas lahan 9 ha. Loka- Tambang terbuka, Sebagian potensi do- Sebagian potensi do-
si keterdapatan bahan tambaang dalam de- lomit yang ditambang lomit berada pada
galian di Blok Layut ngan terowongan terletak pada lahan peruntukan lainnya,
pertambangan sudah dekat dengan wilayah
sesuai RTRW. pemukiman.
3 Pucangan Luas Lahan 20-30 ha.. Tambang terbuka, Sebagian potensi do- Sebagian potensi do-
Lokasi keterdapatan ba- tambaang dalam den- lomit yang ditambang lomit berada pada
han galian di 3 blok: Kra- gan terowongan terletak pada lahan peruntukan lainnya.
jan, Gunung Nganten, pertambangan sudah
dan Gunung Singget sesuai RTRW.
4 Wangun Luas lahan sekitar 10 Tambang terbuka, se- Secara RTRW tidak Merupakan lahan
ha. Lokasi keterdapatan bagian pada lereng ada wilayah yang dia- peruntukan lainnya,
bahan galian di Blok Gunung Leran Wetan lokasikan untuk lahan kawasan situs Gua
Tegalan dengan tambang da- pertambangan. Suci dan dekat pemu-
lam kiman.

WPR dapat dilakukan. Untuk pengalokasian WPR sebagian sumber daya bahan galian yang ditambang
dilakukan pengolahan data peta dengan zonasi terletak pada lahan pertambangan, tetapi sebagian
wilayah menggunakan teknik region poligon un- lagi merupakan wilayah peruntukan lahan lainnya.
tuk menentukan lokasi dan luas WPR yang sesuai Untuk itu, WPR dialokasikan pada wilayah Blok
persyaratan dan kriteria WPR serta ketentuan lain Gunung Singget yang berbatasan dengan lokasi
yang terkait. Dari hasil pengolahan data akhirnya penambangan Desa Leran Kulon, sehingga sesuai
dapat dialokasikan penambangan dolomit yang dengan kebijakan RTRW Kabupaten Tuban.
aman menjadi WPR pada desa-desa: Leran Kulon,
Leran Wetan, dan Pucangan (Gambar 4). Pada wilayah penambangan di Desa Leran Wetan,
sebagian sumber daya bahan galian yang ditambang
Posisi koordinat secara geografis peta WPR tersebut terletak pada lahan pertambangan, tetapi sebagian
ditunjukkan pada Tabel 3. Luas WPR di Desa Pu- lagi merupakan wilayah peruntukan lahan lainnya.
cangan dan Desa Leran Kulon seluas 8,53 ha, blok Untuk itu, WPR dialokasikan pada wilayah Blok
WPR di Desa Leran Kulon pada titik LK 21 - LK 27 Gunung Leran Wetan yang aman berdasarkan
seluas 6,36 ha, blok WPR di Desa Leran Wetan peruntukan lahan sesuai RTRW Kabupaten Tu-
pada titik LW 11 - LW 18 seluas 13,84 ha, dan blok ban. Untuk lokasi kegiatan penambangan di Desa
WPR di Desa Leran Wetan pada titik 21 - LW 25 Wangun, sebaiknya tidak dialokasikan menjadi
seluas 4,51 ha. WPR, karena secara RTRW lahan tersebut untuk
peruntukan lainnya, lokasinya dekat dengan situs
Pada wilayah penambangan di Desa Leran Kulon Gua Suci dan pemukiman penduduk.
sebagian sumber daya bahan galian yang ditambang
terletak pada lahan pertambangan, tetapi sebagian Persyaratan dan Kriteria IPR
lagi merupakan wilayah peruntukan lahan lainnya,
yaitu sebagian kegiatan penambangan dekat dengan Sesuai Pasal 67 ayat (1,2) UU No. 4/2009, diatur
wilayah pemukiman. Untuk itu, WPR dialokasikan mengenai persyaratan IPR bahwa IPR diberikan
pada wilayah penambangan di Blok Layut yang oleh bupati/walikota, atau camat setelah menda-
aman berdasarkan peruntukan lahan sesuai RTRW patkan pelimpahan wewenang dari bupati/walikota.
Kabupaten Tuban. Penambangan di Desa Pucangan Jenis bahan galian tambang yang dapat diusahakan

41
42
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 11, Nomor 1, Januari 2015 : 29 – 48

Sumber: Hasil Survei Lapangan (2014)

Gambar 4. Peta alokasi WPR di Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban


Pengalokasian Wilayah Pertambangan Rakyat: Kasus Tambang Dolomit di Kecamatan ... Bambang Yunianto

Tabel 3. Titik koordinat posisi geografis WPR di Kabupaten Tuban



Koordinat X Koordinat Y
No Keterangan
° ' µ ° ' µ
LK 10 112° 8' 40,884" -6° 55' 42,218544"
LK 111 112° 8' 41,226" -6° 55' 43,233672"
LK 11 112° 8' 28,932" -6° 55' 43,233636"
LK 12 112° 8' 29,0328" -6° 55' 42,599928"
LK 13 112° 8' 29,184" -6° 55' 38,596872"
Posisi di Desa Pucangan dan Desa Leran Kulon seluas
LK 14 112° 8' 28,8456" -6° 55' 37,264656"
8,53 ha
LK 15 112° 8' 30,174" -6° 55' 34,424508"
LK 16 112° 8' 34,0152" -6° 55' 34,406508"
LK 17 112° 8' 36,852" -6° 55' 34,7304"
LK 18 112° 8' 39,03" -6° 55' 37,556256"
LK 19 112° 8' 40,542" -6° 55' 39,882072"
LK 21 112° 8' 19,5396" -6° 56" 35,1528"
LK 22 112° 8' 20,5116" -6° 56" 34,3428"
LK 23 112° 8' 21,4944" -6° 56" 27,834"
LK 24 112° 8' 22,8264" -6° 56" 26,9952" Posisi di Desa Leran Kulon seluas 6,36 ha
LK 25 112° 8' 22,9416" -6° 56" 26,4804"
LK 26 112° 8' 28,8816" -6° 56" 26,4804"
LK 27 112° 8' 28,8816" -6° 56" 35,1528"
LW 11 112° 8' 56,7888" -6° 56" 42,9324"
LW 12 112° 8' 56,7132" -6° 56" 34,2384"
LW 13 112° 9' 4,1544" -6° 56" 34,2204"
LW 14 112° 9' 4,1724" -6° 56" 42,0936"
Posisi di Desa Leran Wetan seluas 13,84 ha
LW 15 112° 9' 14,4612" -6° 56" 42,0684"
LW 16 112° 9' 14,4792" -6° 56" 49,0704"
LW 17 112° 9' 2,6604" -6° 56" 49,0992"
LW 18 112° 9' 2,6424" -6° 56" 42,972"
LW 21 112° 9' 18,5616" -6° 56" 40,4484"
LW 22 112° 9' 18,5616" -6° 56" 35,1276"
LW 23 112° 9' 28,098" -6° 56" 35,1276" Posisi di Desa Leran Wetan seluas 4,51 ha
LW 24 112° 9' 27,3024" -6° 56" 38,2272"
LW 25 112° 9' 27,1692" -6° 56" 40,4484"
Sumber: Hasil Survei Lapangan (2014)

secara pertambangan rakyat (Pasal 66) adalah: a. orang perseorangan, paling sedikit meliputi: 1.
mineral logam, mineral bukan logam, batuan, dan surat permohonan; 2. kartu tanda penduduk; 3.
batubara. Setiap usaha pertambangan rakyat pada komoditas tambang yang dimohon; dan 4. su-
WPR dapat dilaksanakan apabila telah mendapat- rat keterangan dari kelurahan/desa setempat.
kan IPR. Berdasarkan Pasal 48 ayat (2,3,4,5) PP No. b. kelompok masyarakat, paling sedikit meliputi:
23/2010 untuk mendapatkan IPR harus memenuhi 1. surat permohonan; 2. komoditas tambang
persyaratan administratif, teknis, dan finansial. Per- yang dimohon; dan 3. surat keterangan dari
syaratan administratif terdiri atas: kelurahan/desa setempat.

43
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 11, Nomor 1, Januari 2015 : 29 – 48

c. koperasi setempat, paling sedikit meliputi: Bupati.


1. surat permohonan; 2. nomor pokok wajib 2) Pasal 25 mengatur luas wilayah untuk IPR:
pajak; 3. akte pendirian koperasi yang telah a. Perseorangan paling banyak 1 hektar;
disahkan oleh pejabat yang berwenang; 4. ko- b. Kelompok masyarakat paling banyak 5
moditas tambang yang dimohon; dan 5. surat hektar; dan atau
keterangan dari kelurahan/desa setempat. c. Koperasi paling banyak 10 hektar.

Persyaratan teknis memuat paling sedikit mengenai: Secara implisit, baik peraturan pertambangan Pusat
a. sumuran pada IPR paling dalam 25 meter; b. maupun yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabu-
menggunakan pompa mekanik, penggelundungan paten Tuban sebetulnya telah menjelaskan bahwa
atau permesinan dengan jumlah tenaga maksimal pertambangan rakyat yang beroperasi di dalam
25 horse power untuk 1 IPR; dan c. tidak meng- WPR diperuntukkan bagi masyarakat setempat
gunakan alat berat dan bahan peledak. Sedangkan dalam rangka memberi peluang kepada rakyat
persyaratan finansial berupa laporan keuangan untuk berusaha di sektor pertambangan. Kegiatan
1 tahun terakhir dan hanya dipersyaratkan bagi penambangan dolomit pada 4 desa (Leran Wetan,
koperasi setempat. Leran Kulon, Wangun dan Pucangan) dilakukan
oleh masyarakat secara turun-temurun tanpa izin.
Kriteria IPR sesuai Pasal 68 ayat (1,2) UU No. Berdasarkan survei lapangan, sebagian besar
4/2009 meliputi: (1) Luas wilayah untuk 1 IPR masyarakat pada 4 desa tersebut secara sosial,
yang dapat diberikan kepada: a. perseorangan ekonomi dan budaya cukup mengandalkan kehi-
paling banyak 1 hektar; b. kelompok masyarakat dupan dari penambangan batu kumbung tersebut.
paling banyak 5 hektar; dan/ atau c. koperasi paling Kegiatan penambangan rakyat di daerah ini telah
banyak 10 hektar. (2) IPR diberikan untuk jangka dilakukan oleh masyarakat setempat secara turun-
waktu paling lama 5 tahun dan dapat diperpanjang. temurun sebagai pekerjaan utama, namun tanpa
Lebih lanjut dalam Pasal 47 PP 23/2010, kriteria IPR izin. Dari hasil wawancara dengan petambang,
terdiri atas: (1) IPR diberikan oleh bupati/walikota sebetulnya mereka ingin kegiatannya mendapatkan
berdasarkan permohonan yang diajukan oleh pen- izin, dan mereka bersedia membayar pajak dan
duduk setempat, baik orang perseorangan maupun iuran yang diwajibkan. Dalam hal teknik penam-
kelompok masyarakat dan/atau koperasi. (2) IPR bangan, mereka ingin mendapatkan bimbingan dan
diberikan setelah ditetapkan WPR oleh bupati/ pembinaan agar dapat menambang dengan baik
walikota. (3) Dalam 1 (satu) WPR dapat diberikan dan benar. Berdasarkan pertimbangan aspek-aspek
1 atau beberapa IPR. Tentang hak pemegang IPR di atas, maka pada pertambangan rakyat dolomit
diatur lebih detil bersama-sama dengan pemegang yang dilakukan tanpa izin di Kecamatan Palang
IUP pada Pasal 66-67 dan kewajiban pemegang IPR ini sebaiknya segera diterbitkan IPR setelah WPR
dan IUP pada Pasal 68-73. Kewajiban pemegang ditetapkan. Persoalan teknis dan lingkungan yang
IPR tidak banyak perbedaan dengan pemegang saat ini kurang diperhatikan, nanti dapat dicarikan
IUP atau IUPK, meskipun dalam hal kewajiban, penyelesaian dengan melakukan bimbingan dan
IPR perlu sekali bimbingan, pembinaan dan peng- pembinaan setelah pertambangan tanpa izin ini
awasan dari pemerintah daerah. diwadahi dengan WPR dan berizin IPR. Penerbitan
IPR untuk mewadahi kegiatan usaha pertambangan
NSPK tentang persyaratan dan kriteria IPR dari Pusat rakyat akan memudahkan dalam pengelolaan dan
tersebut diterjemahkan dalam perda pertambangan pengembangan usahanya. Untuk mengembangkan
Kabupaten Tuban sebagai berikut: usaha pertambangan rakyat di daerah ini perlu
1) Dalam Pasal 24 diatur persyaratan IPR yang dilakukan pembinaan, pengawasan dan pengem-
meliputi: bangan managemen usaha, baik dalam permodalan
a. Bupati memberikan IPR kepada penduduk maupun pemasaran produksinya.
setempat, baik perseorangan maupun ke-
lompok masyarakat dan/atau koperasi. Pemberian izin petambangan berupa IPR kepada
b. Bupati dapat melimpahkan kewenangan petambang rakyat merupakan pegangan bagi para
pelaksanaan pemberian IPR kepada Ca- petambang rakyat dan dapat dijadikan dasar bagi
mat sesuai dengan ketentuan peraturan pemda untuk mengelola pertambangan rakyat
perundang-undangan. tersebut. Petambang rakyat membutuhkan izin
c. Untuk memperoleh IPR sebagaimana yang sah untuk membangun usahanya dengan ten-
dimaksud pada ayat (1) pemohon wajib teram, karena petambang rakyat ini juga memiliki
menyampaikan surat permohonan kepada peran yang besar dalam membangun ekonomi di

44
Pengalokasian Wilayah Pertambangan Rakyat: Kasus Tambang Dolomit di Kecamatan ... Bambang Yunianto

suatu daerah. Mereka dapat menambang dengan dan alat pemotong batuan. Peralatan sejenis alat
sendirinya (turun-temurun), mengolah dan bahkan pemotong putar (rotary cutter) ini dapat dijumpai
sampai mampu menjual hasil tambangnya (Fadil- pada penambangan dolomit di Kecamatan Palang
lah, 2011). Masalah izin terkait dengan masalah yang menghasilkan produk bata yang disebut batu
lahan usaha untuk petambang rakyat merupakan kumbung serta batu fondasi rumah. Kapasitas daya
isu penting dalam pengembangan tambang rakyat. mesin yang diperkenankan oleh Dinas Pertamban-
Spiegel dan Hoeung (2011) menekankan perlunya gan dan Energi Kabupaten Tuban adalah maksimal
kebijakan pemerintah untuk mengalokasikan lahan 25 HP.
untuk tambang rakyat, karena tanpa itu kegiatan
tambang rakyat akan memiliki potensi konflik de- Dalam hal tambang bawah tanah dengan sistem
ngan perusahaan pertambangan skala besar, apalagi room and pillar, pihak Dinas Pertambangan dan
dalam suatu wilayah yang sempit. Energi Kabupaten Tuban perlu memberikan batasan
keamanan terkait dengan dimensi ruang (luas
Setelah pemberian izin IPR dalam wadah WPR, ruang penambangan dan ketinggian atap ruang
pemerintah daerah dapat melakukan bimbingan/ tambang) dan dimensi pilar (lebar, panjang dan
pembinaan, pengawasan dan pengembangan tinggi). Penambangan yang cenderung mengarah
usaha melalui pengaturan pada hak dan kewajiban ke bawah perlu dibatasi di atas lapisan jenuh air
pemegang IPR. Hak dan kewajiban pemegang IPR (groundwater table), karena bila diabaikan akan
diatur Pasal 26 dan Pasal 27, antara lain: pemegang berpotensi menimbulkan genangan air yang luas
IPR berhak mendapatkan pembinaan dan penga- pada areal petambangan. Harus diperhatikan ke-
wasan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, tinggian daerah Kabupaten Tuban ini hanya sekitar
lingkungan, teknis pertambangan, dan manjemen 20-60 meter di atas permukaan laut.
dari Pemerintah Daerah. Sementara itu, kewajiban
pemegang IPR antara lain: melakukan kegiatan Permasalahan lingkungan yang utama yang akan
penambangan setelah IPR diterbitkan; mematuhi dihadapi penambangan rakyat dolomit di Kecama-
peraturan di bidang K3, pengelolaan lingkungan tan Palang adalah masalah lingkungan fisik terkait
bersama Pemerintah Daerah; membayar iuran tetap bentang alam dan lingkungan sosekbud berkaitan
dan iuran produksi; dan menyampaikan laporan dengan mata pencaharian penduduk dan jaminan
pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan rakyat kelangsungan kehidupan penduduk sebagai pekerja
secara berkala kepada Bupati. tambang. Berbagai permasalahan lingkungan
tersebut perlu ditanggulangi dengan pengelolaan
Penambangan rakyat dolomit ini umumnya di- tambang yang berizin IPR dalam wadah WPR,
lakukan kurang memperhatikan praktek pertam- agar kegiatan penambangan rakyat ini bisa dibina
bangan dengan cara yang baik dan benar. Perlu dan diawasi sesuai kaidah pertambangan dengan
dimaklumi, masyarakat di daerah ini menambang cara yang baik dan benar. Persoalan lingkungan
secara turun-temurun, pengetahuan dan keahlian sosekbud perlu disiapkan sejak saat penambangan
yang dimiliki hanya sebatas yang diturunkan oleh masih berlangsung, sehingga pada saat pascatam-
pendahulu-pendahulunya. Dalam hal ini, ada be- bang masyarakat telah memiliki kegiatan/pekerjaan
berapa persoalan pokok yang perlu ditekankan da- di luar tambang.
lam pengelolaan pertambangan rakyat di daerah ini,
yaitu: teknik petambangan terutama pada tambang Pengembangan Usaha Pertambangan Rakyat
dalam, kapasitas peralatan dan aspek lingkungan,
baik fisik maupun sosial, ekonomi dan budaya para Dalam pembangunan daerah digariskan bahwa
petambang. pembangunan pertambangan diarahkan untuk
menghasilkan bahan baku industri dalam negeri,
Dalam praktek pertambangan rakyat di Indonesia, sehingga dapat menghasilkan nilai tambah setinggi-
kegiatan pertambangan tradisional yang dilakukan tingginya. Pembangunan pertambangan juga harus
oleh pertambangan rakyat terjadi perubahan sesuai menciptakan lapangan kerja yang sebesar-besarnya
meningkatnya teknologi penambangan, permintaan bagi pengembangan wilayah, pembangunan daerah
produk tambang dan sosial ekonomi serta budaya dan meningkatkan taraf hidup rakyat (Soelistijo,
masyarakat. Peralatan yang semula tradisional dan 2011). Lebih lanjut, dalam kebijakan daerah terse-
manual (gergaji tangan, pancir, linggis dan lainnya) but dijabarkan bahwa pertambangan rakyat dilind-
lambat-laun diganti dengan peralatan semimeka- ungi, dibimbing dan ditingkatkan pengelolaannya,
nis dengan menggunakan mesin dalam kapasitas antara lain melalui pengaturan, penyuluhan dan
terbatas (25-30 HP) seperti alat bor, dongkrak pembinaan usaha pertambangan. Sasaran yang

45
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 11, Nomor 1, Januari 2015 : 29 – 48

ingin dicapai dalam pengembangan usaha pertam- mit cukup besar. Batugamping terdapat di Desa
bangan rakyat, termasuk pengembangan usaha- Pucangan dan Leran Wetan dengan luas 894.432,1
nya adalah meningkatkan peran serta masyarakat m2 dengan cadangan 61.021.312 ton. Penyebaran
dalam usaha pertambangan tersebut. Untuk itu, dolomit terdapat pada beberapa desa, yaitu Leran
pemerintah daerah perlu menyusun suatu program Wetan, Leran Kulon, Pucangan, Cendoro, Ngim-
pengembangan usaha pertambangan rakyat terpadu bang dengan luas seluruhnya 5.246.191,4 m2
yang bertujuan untuk: dengan cadangan sebesar 331.757.428 ton.
1) Membina dan menyalurkan potensi rakyat
dalam konsep kegiatan pertambangan yang Kondisi penambangan dolomit untuk batu kum-
tertata dan mendukung sistem perekonomian bung di Kecamatan Palang terdapat di 4 desa,
daerah. yaitu: Pucangan, Wangun, Leran Kulon, dan Leran
2) Melaksanakan pencadangan usaha pertam- Wetan. Kegiatan penambangan kurang memper-
bangan rakyat. hatikan praktek pertambangan dengan cara yang
3) Memberikan wahana ekonomi dalam hal me- baik dan benar.
ningkatkan lapangan kerja dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Dalam pengalokasian WPR dan penerbitan IPR
4) Menyediakan wadah pembinaan. harus memenuhi persyaratan dan kriteria WPR
5) Mendorong terselenggaranya pemanfaatan dan IPR yang diatur dalam peraturan perundang-
sumber daya alam oleh rakyat melalui kemi- undangan pertambangan minerba yang dikeluarkan
traan, keterkaitan dengan industri pengolahan Pusat dan dipedomani daerah dalam penyusunan
dan mendukung pengembangan wilayah. perda. Di samping itu, dalam penetapan WPR
harus memperhatikan ketentuan-ketentuan lain
Pembinaan dan pengembangan pertambangan yang terkait yang diatur oleh peraturan perundang-
rakyat, sesuai NSPK dari Pusat, pemerintah daerah undangan yang berlaku.
memiliki tanggung jawab terhadap IPR di dae-
rahnya. Setelah WPR ditetapkan dan diterbitkan Berdasarkan persyaratan dan kriteria WPR serta
IPR, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban, ketentuan-ketentuan lain yang terkait, maka dapat
dalam hal ini Dinas Pertambangan dan Energi se- dialokasikan WPR pada lokasi penambangan dolo-
bagai pelaksanaan teknis, baik secara administratif mit di desa-desa: Leran Kulon, Leran Wetan, dan
maupun pelaksanaan di lapangan, harus melaku- Pucangan. Penambangan di Desa Wangun tidak
kan pembinaan, pengawasan dan pengembangan dialokasikan menjadi WPR, karena secara RTRW
usaha pertambangan rakyat sesuai peraturan lahan tersebut untuk peruntukan yang lain, lokasi-
perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini nya dekat dengan keberadaan situs Gua Suci dan
telah diatur dalam Pasal 29 Perda Kabupaten Tuban pemukiman penduduk.
No. 19/2011. Dalam pengembangan usaha, peran
daerah sangat diperlukan untuk menciptakan kerja Saran
sama kemitraan antara petambang rakyat dengan
BUMN, dan perusahaan pertambangan besar dan Dalam menetapkan WPR, Pemerintah Kabupaten
menengah yang beroperasi di daerah tersebut. Tuban perlu memperhatikan pertimbangan-pertim-
Sejalan dengan pandangan Sutjipto (1997), bahwa bangan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten
Konsep Kerakyatan di Bidang Pertambangan yang Tuban sebagai dinas pelaksana teknis di daerah.
perlu dikembangkan pada dasarnya bertujuan
antara lain untuk mengoptimalkan manfaat usaha WPR yang telah ditetapkan harus diumumkan
pertambangan bagi kepentingan masyarakat setem- secara terbuka, agar masyarakat luas, terutama
pat, melalui kerjasama antara pemerintah, perusa- masyarakat dan para petambang yang daerahnya
haan dan masyarakat itu sendiri. memiliki sumber daya bahan galian mengetahui ka-
lau di wilayahnya telah ditetapkan sebagai WPR.
WPR yang telah ditetapkan dan diumumkan se-
KESIMPULAN DAN SARAN cara terbuka, sebaiknya ditindaklanjuti dengan
menerbitkan IPR dan pihak pemerintah daerah
Kesimpulan Kabupaten Tuban memiliki tanggung jawab untuk
mengelola, membina/membimbing, mengawasi
Secara geologis, lokasi keterdapatan dolomit di Ke- dan mengembangkan usaha pertambangan rakyat
camatan Palang terkonsentrasi pada Formasi Paciran pada WPR tersebut.
yang mengandung potensi batugamping dan dolo-

46
Pengalokasian Wilayah Pertambangan Rakyat: Kasus Tambang Dolomit di Kecamatan ... Bambang Yunianto

UCAPAN TERIMA KASIH Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2003.
Laporan Hasil Pelaksanaan Tugas Tim Pelaksana
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Dinas Pusat, Tim Koordinasi Penanggulangan PETI, Peny-
Pertambangan dan Energi Kabupaten Tuban yang alahgunaan BBM, serta Perusakan Instalasi Ketena-
galistrikan dan Pencurian Aliran Listrik (Kepres No.
telah bersedia memberi data yang diperlukan dan
25/2001), Departemen Energi dan Sumber Daya
berdiskusi memberikan masukan dalam tulisan Mineral, Jakarta, 21 hal.
ini.
Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelo-
laan Kawasan Lindung.
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Adisasmita, H.,R., 2012. Analisis Tata Ruang Pemban- Nomor 17 Tahun 2012 tentang Penetapan Bentang
gunan, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, Edisi Alam Karst.
Pertama, Cetakan Pertama, 132 hal.
Muntaha, M., 2007. Identifikasi Kekuatan Batu Kumbung
Akil, S., 2003. Pengembangan Wilayah dan Penataan (Batu Putih) Sebagai Salah Satu Alternatif Bahan
Ruang di Indonesia: Tinjauan Teori dan Praktis, Bangunan, Jurnal Aplikasi, Volume 2, Nomor 1,
Makalah Direktur Jenderal Penataan Ruang Departe- hal. 16-21.
men Pemukiman dan Prasarana Wilayah disajikan
dalam Studium General Sekolah Tinggi Teknologi Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 09 Tahun
Nasional (STTNAS) di Yogyakarta, 1 September 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Ka-
2003, 22 hal., hal. 3-4. bupaten Tuban Tahun 2012 – 2032, Pemerintah
Kabupaten Tuban, Tuban, 121 hal.
Badan Pusat Statitik Kabupaten Tuban, 2013. Kabupaten
Dalam Angka Tahun 2013, 282 hal. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 19 Tahun
2011 tentang Izin Usaha Pertambangan, Pemerintah
Bappeda Kabupaten Tuban, 2011. Rencana Tata Ruang Kabupaten Tuban, Tuban, 2011, 17 hal.
Wilayah Kabupaten Tuban Tahun 2012-2032, Pe-
merintah Kabupaten Tuban, Tuban, 121 hal. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerin-
Danim, S., 2005. Pengantar Studi Penelitian Kebijakan, tah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet. ke-III, h. Daerah Kabupaten/Kota, Kementerian Dalam Neg-
20-23. eri, Jakarta, 2007.

Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Tuban, 2010. Peraturan Pemerintah nomor 22 Tahun 2010 tentang
Laporan Akhir Pemetaan Kegiatan Pertambangan Wilayah Pertambangan, Kementerian Energi dan
Tanpa Izin (PETI) di Kecamatan Plumpang dan Sumber Daya Mineral, 2010.
Palang Kabupaten Tuban, 64 hal.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Tuban, 2014. Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
Laporan Akhir Pemetaan Wilayah Pertambangan dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya
Rakyat (WPR) di Wilayah Kecamatan Palang Kabu- Mineral, 2010.
paten Tuban – Provinsi Jawa Timur, 109 hal.
Peraturan Menteri Energi Dan Sumberdaya Mineral
Dunn, W.N., 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Nomor : 12 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pen-
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2000), etapan Wilayah Usaha Petambangan Dan Sistem
cet. ke-IV, h. 95-97. Informasi Wilayah Pertambangan Mineral Dan
Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya
Fadillah, T., 2011. Tambang Rakyat, Dilema Kemanu- Mineral, 2011.
siaan dan Peraturan, Teknik Pertambangan ITB,
Bandung, 9 hal. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
Kantor Statistik Kecamatan Palang, 2013. Kecamatan Alam.
Palang dalam Angka Tahun 2013, 68 hal.
Permana, D., 2010. Analysis of Regional Regulation on
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2000. General Mining Sector (Mineral and Coal), Indone-
Penanggulangan Masalah Pertambangan Tanpa sian Mining Journal, vol. 13, no. 1, p. 1-7.
Izin (PETI) Implementasi Inpres No. 3 Tahun 2000,
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Pria, L.W.S, 2010. Dilema Pemerintah Daerah dalam
Jakarta, 20 hal. Pertambangan Rakyat, Universitas Mataram dan

47
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 11, Nomor 1, Januari 2015 : 29 – 48

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Nusa Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral
Tenggara Barat, Mataram, 12 hal. dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral, 2009.
Soelistijo, U., W., 2012. Several Evaluation and Analityti-
cal Indicators of Regional Autonomy Implementa- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlind-
tion Impacts in Indonesia: Energy and Mineral ungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Resource Sector Development, Indonesian Mining
Journal, vol. 15, no. 1, p. 70-91. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konser-
vasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Spiegel, S. and Hoeung, S., 2011. Artisanal and Small-
Scale Mining (ASM): Policy Options for Cambo- Wiriosudarmo, R., 1996. PSK-Konsep Partisipasi Rakyat
dians, United Nations Development Programme, Dalam Pertambangan, Proyek Pengembangan
Phnom Penh, Cambodia, Wbsite: www.un.org.kh/ Pertambangan Skala Kecil, DPE, DJPU, Jakarta,
undp, 12 hal. 46 hal.

Susanto, S.N.H., 2009. Penguasaan daerah atas bahan Wiriosudarmo, R., 1997. Peran Serta Rakyat dalam Per-
galian/pertambangan dalam perspektif Otonomi tambangan melalui Konsep PSK, Buletin LINGKAR,
Daerah, Seminar Nasional Aspek Hukum Pengua- Februari 1997, Jakarta, hal. 8-12.
saan Daerah atas Bahan Galian, Fakultas Hukum
Undip, 2 Desember 2009, Semarang, 12 hal. Yunianto, B., 2012. Managing the Problems of Artisanal
and Smal-Scale Gold Mining at Sekotong Area,
Sutjipto, R.B., 1995. Peran serta Rakyat Dalam Pengusa- West Lombok, Indonesian Mining Journal, vol. 15,
haan Pertambangan, makalah disajikan dalam Temu no. 1, p. 59-69.
Profesi Tahunan IV PERHAPI di Bandung, 15-17 Juli
1995, 10 hal., hal. 2. Zulkarnain, I., Pudjiastuti, T.N., Sumarnadi, A.E.T., dan
Rosita, S.B., 2007. Dinamika dan Peran Pertam-
Sutjipto, R.B., 1997. Aspek Sosial Ekologis Pengemban- bangan Rakyat di Indonesia, LIPI Press, Jakarta,
gan Pertambangan Kini dan Masa Datang, Buletin 323 hal.
LINGKAR, Februari 1997, Jakarta, hal. 13-16.
Zulkarnain, I., Pudjiastuti, T.N., Sumarnadi, A.E.T., dan
Syahadat, E. dan Subarudi, 2012. Permasalahan Penataan Rosita, S.B., 2008. Konsep Pertambangan Rakyat
Ruang Kawasan Hutan dalam Rangka Revisi Ren- dalam Kerangka Pengelolaan Sumber Daya Tam-
cana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Jurnal Analisis bang yang Berkelanjutan, LIPI Press, Jakarta, 124
Kebijakan Kehutanan, Vol. 9 No. 2, Agustus 2012 hal.
: hal. 131 – 143.

48

Anda mungkin juga menyukai