PERTAMBANGAN MINERAL
KEPALA DAN BATUBARA
OLEH: HERIYANTO, SH.,MH
BAGIAN HUKUM DITJEN MINERBA KESDM
Kepemilikan
BANGSA INDONESIA
(Mineral Right)
Penguasaan NEGARA
PEMERINTAH
• Penetapan Kebijakan dan Pengaturan
• Penetapan Standar dan Pedoman
• Penetapan Kriteria pembagian Urusan Pusat dan Daerah
+ “Dekonsentrasi”
• Tanggungjawab pengelolaan minerba berdampak
nasional dan lintas provinsi
+ “Desentralisasi”
Undang-Undang
Penyelenggaraan
Penguasaan PEMERINTAH PROVINSI
Pertambangan Tanggungjawab pengelolaan lintas
(Mining Right) Kabupaten dan/atau berdampak regional
Perda
PELAKU USAHA
BUMN / BUMD
Hak Pengusahaan Badan Usaha Lain
(Economic Right) Koperasi
Perorangan 3
Konsep Penguasaan Negara dalam Pertambangan Mineral dan Batubara
1. Berdasarkan Pasal 33 UU 1945 disebutkan bahwa Bumi, Air, dan Kekayaan Alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Sumber daya pertambangan (Mineral dan Batubara) merupakan Kekayaan Alam
yang dikuasai oleh Negara dan termasuk dalam kategori Kekayaan Alam yang tak
terbarukan, sehingga pengelolaannya harus dilaksanakan secara efektif dan efisien.
3. Untuk menjamin efisiensi dan efektifitas pengelolaan serta meneguhkan
penguasaan negara atas kekayaan alam mineral dan batubara, maka disusunlah
Kebijakan dan regulasi pemerintah terkait pengelolaan sumber daya pertambangan
(mineral dan batubara) yang menjamin terwujudnya kemakmuran rakyat
sebagaimana tertuang dalam UUD Negara RI Tahun 1945.
II. KONSTRUKSI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI
BIDANG MINERAL DAN BATUBARA
REGULASI SEKTOR PERTAMBANGAN
• ng
UU No.4/2009 tentang
Pertambangan Mineral Regulasi
UUD 1945 Pasal 33 dan Batubara Pendukung
ayat 3 (PP, Permen,
Kepmen,dll)
1. PERMEN ESDM NO 28 TAHUN 2009 Tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara sebagaimana telah diubah dengan Permen
ESDM Nomor 24 Tahun 2012
2. PERMEN ESDM NO 34 TAHUN 2009 Tentang Pengutamaan Pasokan Kebutuhan Mineral Dan Batubara Untuk Kepentingan Dalam Negeri
3. PERMEN ESDM NO 17 TAHUN 2010 Tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral Dan Batubara
4. PERMEN ESDM No 02 Tahun 2013 ttg Pengawasan thp Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan yang dilaksanakan oleh Pemda
5. PERMEN ESDM NO. 28 Tahun 2013 ttg Tata Cara Pelelangan WIUP dan WIUPK Mineral Logam dan Batubara
6. PERMEN ESDM NO 43 Tahun 2015 ttg Tata Cara Evaluasi Penerbitan IUP Mineral dan Batubara
7. PERMEN ESDM NO 5 Tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemuurnian di Dalam Negeri
8. PERMEN ESDM NO 6 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pemberian Rekomendasi Pelaksanaan Penjualan Mineral ke Luar Negeri Hasil Pengolahan dan Pemurnian
PERMEN 9. PERMEN ESDM NO 7 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral Logam dan Batubara
10.PERMEN ESDM NO 9 Tahun 2017 tentang Tata Cara Divestasi Saham dan Mekanisme Penetapan Harga Saham Divestasi Pada Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara
11.PERMEN ESDM NO 15 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Pertambangan Khsus Operasi Produksi sebagai Kelanjutan Operasi KK atau PKP2B
12.PERMEN ESDM NO 34 Tahun 2017 tentang Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara
III. PENGATURAN DALAM UU NOMOR 4 TAHUN 2009
BENTUK-BENTUK PERIZINAN
UU NO 11 TAHUN 1967 UU NO 4 TAHUN 2009
KUASA PERTAMBANGAN (KP) IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP)
SURAT IZIN PERTAMBANGAN DAERAH IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT (IPR)
(SIPD)
IZIN USAHA PERTAMBANGAN
SURAT IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT (SIPR) KHUSUS (IUPK)
KONTRAK KARYA (KK)
PERJANJIAN KARYA PENGUSAHAAN
PERTAMBANGAN BATUBARA (PKP2B)
MEMPERTIMBANGKAN IUP
WILAYAH IUP
LELANG OPERASI
KERJA EKSPLORASI 1. Lokasi PRODUKSI
pengolahan/pemurnian
2. Lokasi pelabuhan khusus
3. Dampak lingkungan
Wilayah
Kerja BUPATI / WALIKOTA LOKAL BUPATI
dlm Kab/Kota
Wilayah
Kerja GUBERNUR
REGIONAL GUBERNUR
lintas Kab/Kota
Wilayah
Kerja PEMERINTAH
NASIONAL PEMERINTAH
lintas Provinsi
10
IV. PENGATURAN DALAM PP NOMOR 22 TAHUN 2010
WILAYAH PERTAMBANGAN
HARUS DAPAT DIMANFAATKAN
MINERAL DAN BATUBARA SERACA OPTIMAL
PERLU DIBUAT
WILAYAH PERTAMBANGAN
MINERAL DAN BATUBARA
YANG MEMPERTIMBANGKAN
KESEIMBANGAN DAN
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
DEPOSIT
DIUSULKAN UNTUK DIJADIKAN
SUMBER DAYA MINERAL WILAYAH PERTAMBANGAN
DAN BATUBARA DALAM RTRW
12
PERBEDAAN WUP, WPR, DAN WPN
Kegiatan
Usaha
**)
Pengangkutan/ pengolahan/ Pengangkutan/
Penjualan pemurnian Penjualan
16
PENGHENTIAN SEMENTARA
KEADAAN KAHAR
KEADAAN YANG
MENGHALANGI KONDISI DAYA DUKUNG
LINGKUNGAN WILAYAH TIDAK
DAPAT MENANGGUNG BEBAN
OPERASI
KEWAJIBAN PEMEGANG
IUP/IUPK KEPADA
PEMERINTAH TIDAK
BERLAKU
KEWAJIBAN PEMEGANG
IUP/IUPK KEPADA
PEMERINTAH BERLAKU KEWAJIBAN PEMEGANG
IUP/IUPK KEPADA
PEMERINTAH BERLAKU
ALASAN-ALASAN BERAKHIRNYA IUP
Pemegang IUP atau IUPK dapat Dicabut oleh pemberi IUP atau IUPK Dalam hal jangka waktu yang
menyerahkan kembali izin yang apabila: ditentukan dalam IUP atau IUPK
mereka miliki dengan pernyataan a. Pemegang IUP atau IUPK tidak habis dan tidak diajukan
tertulis kepada pemberi IUP atau memenuhi kewajiban permohonan perpanjangan atau
IUPK dan pengembaliannya b. Pemegang IUP melakukan tindak pengajuan permohonan
dinyatakan sah apabila disetujui pidana sebagaimana UU ini perpanjangan tersebut tidak
oleh pemberi IUP dan/atau IUPK c. Pemegang IUP atau IUPK dipenuhi karena tidak memenuhi
tersebut – dinyatakan pailit syarat maka dinyatakan berakhir
PP NO.23 TAHUN 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineraldan Batubara
sebagaimana telah diubah terakhir dengan PPNo.1Tahun 2017
PERPRES NO. 68 TAHUN 2015 tentang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
PERMEN ESDM NO.13 TAHUN 2016 tentang Organisasi dan TataKerja Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral.
Sebelum Menjadi
Sebelum Menjadi
IUP OP khusus untuk pengangkutan dan
IUP OP khusus untuk penjualan dihapus dan diberikan hanya
dalam bentuk Tanda Registrasi
Pengangkutan dan Penjualan
Proses penerbitan Tanda Registrasi hanya
permohonan
dalam jangka waktu 2 sejak
DIHAPUS hari
Pengumuman Tanda Registrasi di website
minerba
Sebelum Menjadi
Surat Keterangan Terdaftar dihapus dan
SURAT KETERANGAN diberikan hanya dalam bentuk Tanda
Registrasi
TERDAFTAR
Proses penerbitan Tanda Registrasi hanya
DIHAPUS permohonan
dalam jangka waktu 8 sejak
hari
PERSETUJUAN RKAB
INTEGRASI DIGUNAKAN SEBAGAI
JENIS –JENIS DALAM RKAB
REKOMENDASI UNTUK
PERIZINAN DAN PENGURUSAN
PERIZINAN DI INSTANSI
PERSETUJUAN LAINNYA
∕
2017 © Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, KESDM.
I
Daftar Perizinan yang diintegrasikan dalam Persetujuan RKAB
33
PEMBINAAN
1. Pemberian pedoman dan standar pelaksanaan: pedoman tata laksana dan pedoman pelaksanaan.
2. Bimbingan, supervisi, dan konsultasi: dilakukan terhadap penyelenggara pengelolaan usaha pertambangan
3. Pendidikan dan pelatihan : teknis manajerial, teknis pertambangan, pengawasan di bidang mineral dan
batubara.
BAB II 4. Perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan evaluasi: dilakukan oleh Menteri melalui
pemberian bimbingan teknis penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan yang tata caranya diatur dengan
Peraturan Menteri.
35
PP Pembinaan Dan Pengawasan
(Lanjutan)
37
PP Pembinaan Dan Pengawasan
(Lanjutan)
38
PP Pembinaan Dan Pengawasan (Lanjutan)
2. Pengawasan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
- Pengawasan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dilakukan melalui:
a. Pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu maupun pemeriksaan terpadu; dan/atau
b. Verifikasi dan evaluasi terhadap laporan dari pemegang IUP, IPR, atau IUPK
- Pejabat yang ditunjuk berwenang memasuki kegiatan usaha pertambangan setiap saat.
- Ketentuan penunjukkan pejabat dan pengangkatan inspektur tambang diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB III
- Pengawasan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dilakukan
terhadap:
a. Pemasaran: Realisasi produksi dan realisasi penjualan, Kewajiban pemenuhan kebutuhan dalam
negeri, Rencana dan realisasi kontrak penjualan mineral atau batubara, Biaya penjualan,
Perencanaan dan realisasi PNBP, Biaya pengolahan dan pemurnian mineral dan/atau batubara
39
PP Pembinaan Dan Pengawasan
(Lanjutan)
b. Keuangan: perencanaan anggaran, realisasi anggaran, realisasi investasi, dan pemenuhan kewajiban
pembayaran (iuran tetap, iuran produksi, 10% keuntungan pemegang IUPK Operasi Produksi mineral logam
atau batubara)
c. Pengelolaan data mineral dan batubara: pengawasan terhadap kegiatan perolehan, pengadministrasian,
pengolahan, penataan, penyimpanan, pemeliharaan, dan pemusnahan data dan/atau informasi
d. Pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan: pelaksanaan program pengembangan, pelaksanaan uji
kompetensi, rencana biaya pengembangan
BAB III e. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat: program , pelaksanaan, dan biaya
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
f. Kegiatan lain di bidang kegiatan usaha pertambangan yang menyangkut kepentingan umum: fasilitas
umum untuk masyarakat sekitar tambang, pembiayaan untuk pembangunan dan penyediaan fasilitas umum
g. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan IUP, IPR atau IUPK: luas wilayah, lokasi penambangan, lokasi
pengalahan dan pemurnian, jangka waktu tahap kegiatan, penyelesaian masalah pertanahan, penyelesaian
perselisihan, dan penguasaan, pengembangan dan penerapan teknologi pertambangan mineral atau batubara
h. Jumlah, jenis, dan mutu hasil usaha pertambangan: jenis komoditas tambang, kuantitas dan kualitas
produksi, kuantitas dan kualitas pencucian dan/atau pengolahan dan pemurnian
40
(Lanjutan)
PP Pembinaan Dan Pengawasan
Pengawasan oleh Inspektur Tambang atau Pejabat yang ditunjuk dilakukan paling sedikit 1 (satu)
kali dalam setahun
Hasil pengawasan yang dilakukan oleh:
a. bupati/walikota melalui Inspektur Tambang atau Pejabat yang ditunjuk disampaikan kepada
gubernur dan Menteri. Gubernur melakukan evaluasi atas hasil pengawasan bupati/walikota
BAB III dan menyampaikan hasil evaluasinya kepada Menteri
b. gubernur melalui Inspektur Tambang atau Pejabat yang ditunjuk disampaikan kepada Menteri
Menteri melakukan evaluasi atas hasil pengawasan gubernur atau bupati/walikota dan diberitahukan
kepada gubernur atau bupati/walikota dengan tembusan kepada menteri di bidang pemerintahan
dalam negeri
41
Pasal 142 UU Nomor 4 Tahun 2009
• Ayat (1): “Gubernur dan Bupati/Walikota wajib melaporkan
pelaksanaan usaha pertambangan diwilayahnya masing-
masing sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan”
• Ayat (2) “Pemerintah dapat memberikan teguran kepada
Pemerintah Daerah apabila dalam pelaksanaan
kewenangannya tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan”
42
Pemberian Sanksi Administratif sebagai Bentuk Pembinaan dan Pengawasan
Pelanggaran terhadap ketentuan perundangan yang berlaku (non-pidana) oleh Pemegang IUP/IUPK
dapat dikenakan sanksi administratif (Ps. 151) berupa:
1. peringatan tertulis;
2. penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan eksplorasi atau operasi produksi, atau
3. pencabutan IUP, IPR, dan IUPK
Pemerintah daerah wajib melaksanakan ketentuan tentang:
1. pemberian sanksi (administratif) sebagaimana dimaksud dalam Ps. 151;
2. Hasil evaluasi Menteri terhadap IUP Operasi Produksi yang dikeluarkan Pemda yang telah
menimbulkan kerusakan lingkungan serta tidak menerapkan kaidah pertambangan yang baik
(good mining practice)
Dalam hal Pemda tidak melaksanakan ketentuan di atas, maka Menteri dapat menghentikan
sementara dan/atau mencabut IUP/IPR sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Ps.
152 UU Minerba);
Setiap orang yang menerbitkan IUP, IPR, atau IUPK yang bertentangan dengan UU Minerba dan
menyalahgunakan kewenangannya diberi sanksi pidana paling lama 2 (dua) tahun penjara dan denda
paling banyak Rp. 200.000.000,- (Ps. 165 UU Minerba)
44
PENCABUTAN IUP
(Pasal 119 UU Nomor 4 Tahun 2009)
IUP dapat dicabut oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota
sesuai dengan kewenangannya apabila:
a. Pemegang IUP tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan dalam IUP
serta peraturan perundang-udnangan;
b. Pemegang IUP melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
UU Minerba;
c. Pemegang IUP dinyatakan pailit.
VIII. PENGATURAN DALAM PP NOMOR 78 TAHUN 2010
PP No. 78/2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang
Prinsip-Prinsip
Reklamasi &
Pascatambang
IUP EKSPLORASI
Penyelidikan Eksplorasi FS
Umum IUP OPERASI PRODUKSI
Disusun berdasarkan AMDAL atau UKL dan UPL Yang telah disetujui
Dalam hal reklamasi berada dalam kawasan hutan, pesisir dan pulau-pulau kecil, penilaian keberhasilan reklamasi dilakukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
RENCANA REKLAMASI
LAMPIRAN PENDAHULUAN
1. Peta situasi Rencana Pembukaan Lahan dengan ketelitian •Status Perizinan
peta skala 1 : 10.000 •Luas Wilayah
2. Peta situasi Rencana Reklamasi dengan ketelitian peta •Persetujuan AMDAL/UKL-UPL/Dokumen
skala 1 : 10.000 Lingkungan Hidup
•Lokasi dan Kesampaian Wilayah
PROGRAM REKLAMASI
• Lokasi lahan yang akan direklamasi
• Teknik dan peralatan yang akan digunakan
dalam reklamasi
• Sumber material pengisi (untuk backfilling)
RENCANA PEMBUKAAN LAHAN
• Pemeliharaan
• Teknik dan peralatan yang akan digunakan Tambang
dalam reklamasi Timbunan/disposal
• Revegetasi Sarana Penunjang
Kolam Perangkap Sedimen
Jalan
TATA LAKSANA RENCANA PASCATAMBANG
IUP EKSPLORASI
Penyelidikan Eksplorasi FS
Umum IUP OPERASI PRODUKSI
Menteri/Gub/Bup
IUP EKSPLORASI/OP
≤ 30 hari
≤ 30 hari
NOT OK
Evaluasi
PERBAIKAN
OK
PERSETUJUAN
Dalam hal rencana reklamasi belum memenuhi ketantuan, dokumen rencana reklamasi
dikembalikan untuk disempurnakan dan disampaikan kembali kepada Menteri/Gubernur/Bupati-
Walikota dalam waktu paling lama 30 hari kalender.
Perubahan Rencana Reklamasi
≤ 30 hari
≤ 30 hari
NOT OK
Evaluasi
≤ 180 hari
PERBAIKAN
OK
PERSETUJUAN
Menteri/Gub/Bup
IUP EKSPLORASI/OP
≤ 60 hari
≤ 30 hari
NOT OK
Evaluasi
PERBAIKAN
OK
PERSETUJUAN
Dalam hal rencana pascatambang belum memenuhi ketentuan, dokumen rencana pascatambang
dikembalikan untuk disempurnakan dan disampaikan kembali kepada Menteri/Gubernur/Bupati-Walikota
dalam waktu paling lama 30 hari kalender.
Perubahan Rencana Pascatambang
Perusahaan wajib merubah rencana pascatambang apabila terjadi
perubahan:
sistem penambangan;
tingkat produksi;
umur tambang;
tata guna lahan;
AMDAL atau UKL dan UPL
Penilaian dan persetujuan dilakukan dalam 90 hari kalender.
Perubahan rencana pascatambang hanya dapat dilakukan dalam jangka
waktu paling lambat 2 (dua) tahun sebelum akhir kegiatan
penambangan
Pelaksanaan Reklamasi Tahap
Eksplorasi
Pelaksanaan reklamasi pada lahan terganggu akibat kegiatan
eksplorasi dilakukan pada lahan yang tidak digunakan pada tahap
1 operasi produksi
Penataan Lahan Penataan Permukaan lahan Luas Areal yg ditata Sesuai rencana
Revegetasi dan Pengelolaan media tanam (top Ditanami cover crop dan aplikasi
Pekerjaan Sipil soil) kompos atau bahan perbaikan
kualitas tanah lainnya
KRITERIA KEBERHASILAN REKLAMASI
KEGIATAN OBJEK PARAMETER STANDAR KEBERHASILAN
Revegetasi dan Pekerjaan Penebaran tanah zona Luas areal yang ditabur • Baik > 75% dr luas areal
Sipil pengakaran bekas tambang
• Sedang 50% - 75%
pH tanah • Baik ( 5 – 6)
• Sedang (4,5 – 5)
Penanaman • Luas Areal ditanami • Sesuai rencana
• Jenis Tanaman • Baik 80% dr rencana
• Pertumbuhan Tanaman • Sedang (60% - 80%)
• Penutupan Tajuk • Baik (rasio tumbuh >80%)
• Sedang (60% - 80%)
• ≥ 80%
DEPOSITO BERJANGKA
• Jaminan reklamasi tahap eksplorasi ditetapkan sesuai dengan rencana reklamasi yang disusun berdasarkan
dokumen pengelolaan lingkungan dan dimuat dalam rencana kerja dan anggaran biaya eksplorasi.
• Jaminan reklamasi ditempatkan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak rencana kerja
dan anggaran biaya tahap eksplorasi disetujui oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
JAMINAN REKLAMASI TAHAP OPERASI PRODUKSI
BENTUK JAMINAN
DEPOSITO BERJANGKA
2010 2030
Mis: umur tambang 20 tahun
13,8 %
Prosentase penempatan jaminan pascatambang 12 %
10 %
8,7 %
6,7 % 6,7 % 6,7 % 6,7 % 6,7 % 6,5 %
5,3 %
4%
3%
2%
0,7%
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
IX. PENGATURAN DALAM UU NOMOR 23 TAHUN 2014
UU NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
Wilayah
Kerja GUBERNUR
Kab/Kota dan LOKAL DAN GUBERNUR
lintas Kab/Kota REGIONAL
Wilayah
Kerja PEMERINTAH
NASIONAL PEMERINTAH
lintas Provinsi
67
PEMBAGIAN URUSAN DI BIDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
(PASAL 15 AYAT (1) JO. LAMPIRAN HURUF CC ANGKA 2 UU NO. 23/2014)
No. Pemerintah Pusat Daerah Provinsi
3. Penetapan WIUP mineral bukan logam dan batuan lintas Penetapan WIUP mineral bukan logam dan batuan dalam 1 (satu)
Daerah provinsi dan wilayah laut lebih dari 12 mil Daerah provinsi dan wilayah laut s.d 12 mil
4. Penerbitan izin usaha pertambangan mineral logam, batubara, a. Penerbitan IUP mineral logam dan batubara dalam rangka
mineral bukan logam, dan batuan pada: penanaman modal dalam negeri pada wilayah izin usaha
a. Wilayah izin usaha pertambangan yang berada pada pertambangan Daerah yang berada dalam 1 (satu) Daerah provinsi
wilayah lintas Daerah provinsi; termasuk wilayah laut sampai dengan 12 mil laut
b. Wilayah izin usaha pertambangan yang berbatasan b. Penerbitan IUP mineral bukan logam dan batuan dalam rangka
langsung dengan negara lain; penanaman modal dalam negeri pada wilayah izin usaha
c. Wilayah laut lebih dari 12 mil. pertambangan Daerah yang berada dalam 1 (satu) Daerah provinsi
termasuk wilayah laut sampai dengan 12 mil laut
Lanjutan
No. Pemerintah Pusat Daerah Provinsi
5. Penerbitan izin usaha pertambangan dalam rangka penanaman modal
asing
6. Pemberian izin usaha pertambangan khusus mineral dan batubara
7. Pemberian registrasi izin usaha pertambangan dan penetapan jumlah
produksi setiap Daerah provinsi untuk komoditas mineral logam dan
batubara
8. Penerbitan izin usaha pertambangan operasi produksi khusus untuk Penerbitan izin usaha pertambangan operasi produksi khusus untuk
pengolahan dan pemurnian yang komoditas tambangnya berasal dari pengolahan dan pemurnian dalam rangka penanaman modal dalam
Daerah provinsi lain di luar lokasi fasilitas pengolahan dan pemurnian, negeri yang komoditas tambangnya berasal dari 1 (satu) Daerah
atau impor serta dalam rangka penanaman modal asing provinsi
9. Penerbitan izin usaha jasa pertambangan dan surat keterangan terdaftar Penerbitan izin usaha jasa pertambangan dan surat keterangan
dalam rangka penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal terdaftar dalam rangka penanaman modal dalam negeri yang
asing yang kegiatan usahanya di seluruh wilayah Indonesia kegiatan usahanya dalam 1 (satu) Daerah provinsi
10. Penetapan harga patokan mineral logam dan batubara Penetapan harga patokan mineral bukan logam dan batuan
11. Pengelolaan inspektur tambang dan pejabat pengawas pertambangan
1 Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri ESDM tentang Rencana Kerja dan Laporan
merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010.
2 Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri ini memiliki urgensi dalam rangka melaksanakan ketentuan
dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 34 Tahun 2017 tentang Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral
dan Batubara.
3 Dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 34 Tahun 2017, diatur sejumlah perizinan yang diintegrasikan ke
dalam Persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) dalam rangka penyederhaan perizinan.
4
Peraturan Menteri tentang Rencana Kerja dan Laporan ini memuat tentang Tata Cara Penyampaian Laporan,
Pemberian Persetujuan atas Laporan serta memuat format dan tata cara penyusunan laporan oleh
pemegang IUP, IUPK, IUP OP khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian, dan IUJP yang diterbitkan oleh
Pemerintah Pusat maupun oleh Pemerintah Daerah.
71
INTEGRASI PERIZINAN DALAM PERSETUJUAN RKAB
INTEGRASI LATAR
PERSETUJUAN
DIGUNAKAN
RKAB
SEBAGAI
JENIS –JENIS DALAM
BELAK
REKOMENDASI UNTUK
PERIZINAN DAN RKAB PENGURUSAN PERIZINAN DI
PERSETUJUAN INSTANSI LAINNYA
an)
termasuk di dalamnya Perubahan Modal Disetor dan Ditempatkan
3. Persetujuan Rencana Pembangunan Fasilitas Pengangkutan, Penyimpanan/Penimbunan, atau usaha dapat mengurus beberapa perizinan
Penggunaan Bahan Peledak dan Rekomendasi Pembelian Bahan Peledak sekaligus
4. Persetujuan Rencana Pembangunan Tempat Penyimpanan/Penimbunan Bahan Bakar Cair
5. Persetujuan Rencana Pelaksanaan Peledakan Tidur
6. Persetujuan Rencana Pengujian Kelayakan Penggunaan Peralatan dan/atau
Rencana Pengujian KelayaKan Penggunaan Instalasi MULAI BERLAKU UNTUK PERSETUJUAN
7. Persetujuan Rencana Pengoperasian Kapal Keruk/Isap RKAB TAHUN 2018
72
POKOK-POKOK PENGATURAN
1. RENCANA KERJA
Penyusunan RKAB, Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian,
dan IUJP dalam menyusun RKAB Tahunan wajib mengikuti format sebagaimana terlampir dalam Permen ini
(format RKAB untuk mineral logam, batubara, bukan logam dan batuan dibuat secara terpisah)
Penyampaian RKAB, paling cepat 90 hari kalender dan paling lambat 45 hari kalender
sebelum berakhirnya tahun takwim.
Persetujuan RKAB:
Menteri atau gubernur memberikan persetujuan atau tanggapan dalam jangka waktu
14 hari kerja sejak diterimanya RKAB Tahunan secara lengkap dan benar.
Dalam hal Menteri atau gubernur memberikan tanggapan atas RKAB Tahunan pemegang IUP atau IUPK wajib
menyampaikan perbaikan RKAB Tahunan dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja.
Menteri atau gubernur memberikan persetujuan atas RKAB Tahunan dalam jangka
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya perbaikan.
73
7 7
POKOK-POKOK PENGATURAN
JENIS-JENIS LAPORAN
I. LAPORAN BERKALA II. LAPORAN AKHIR III. LAPORAN KHUSUS
1. laporan atas RKAB Tahunan, terdiri dari laporan 1. laporan akhir kegiatan 1. laporan pemberitahuan awal kecelakaan
bulanan dan laporan triwulan Eksplorasi
2. laporan pelaksanaan reklamasi dalam rangka 2. laporan Studi Kelayakan 2. laporan pemberitahuan awal kejadian
pelepasan atau pencairan jaminan reklamasi berbahaya
3. laporan pelaksaan pascatambang dalam 3. laporan pelaksanaan 3. laporan pemberitahuan awal kejadian
rangka pencairan jaminan pascatambang pemasangan tanda batas akibat penyakit tenaga kerja
4. laporan audit internal dan/atau eksternal SMKP 4. laporan penyakit akibat kerja hasil diagnosis
Mineral dan Batubara
5. laporan kualitas air limbah 5. laporan kasus lingkungan
pertambangan
6. laporan konservasi 6. laporan kajian teknis pertambangan
7. laporan statistik kecelakaan tambang dan 7. laporan audit eksternal sistem manajemen
kejadian berbahaya keselamatan pertambangan minerba
75
POKOK-POKOK PENGATURAN
3. PENGATURAN KHUSUS RKAB IUJP
Penyampaian RKAB hanya wajib apabila pemegang IUJP telah mendapatkan kontrak kerja sama dari
pemegang IUP, IUPK, IUP OP khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian, atau IUJP.
Dalam hal pemegang IUJP baru mendapat kontrak kerja pada tahun berjalan, kegiatan dapat dilaksanakan
setelah menyampaikan RKAB Tahunan kepada Menteri atau Gubernur
Dalam hal RKAB tahunan pemegang IUJP memuat rencana penggunaan tenaga kerja
asing, RKAB tahunan harus mendapatkan persetujuan dari Menteri atau Gubernur
Perubahan RKAB hanya dapat diajukan oleh pemegang IUJP dalam hal terdapat perubahan rencana
penggunaan tenaga kerja asing
10
POKOK-POKOK PENGATURAN
5. SISTEM INFORMASI RENCANA KERJA DAN LAPORAN
Dalam rangka penyeragaman format data dan informasi, Ditjen Mineral dan Batubara akan
menyusun sistem informasi rencana kerja dan laporan mineral dan batubara.
Sistem informasi rencana kerja dan laporan disusun dalam rangka penyeragaman format data dan
informasi rencana kerja, format data dan informasi laporan, proses penyampaian rencana kerja
dan laporan, format evaluasi dan persetujuan rencana kerja dan laporan, proses pengelolaan data
dari informasi rencana kerja dan laporan, dan proses pengelolaan arsip elektronik rencana kerja
dan laporan.
Sistem informasi rencana kerja dan laporan disusun dengan menggunakan
teknologi sistem informasi yang bersifat universal.
Sistem informasi rencana kerja dan laporan harus diberlakukan secara nasional dalam jangka
waktu paling lambat 2 (dua) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.
77
POKOK-POKOK PENGATURAN
6. PENGATURAN LAINNYA
PENGATURAN IUP OP DAPAT MELAKUKAN KEGIATAN EKSPLORASI LANJUTAN
Pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi dapat melakukan kegiatan Eksplorasi lanjutan dalam rangka:
a. optimalisasi Sumberdaya mineral atau batubara menjadi cadangan;
b. mempertahankan rasio cadangan terhadap produksi tertentu; dan/atau
c. penyesuaian terhadap perubahan metode penambangan.
78
KETENTUAN PERALIHAN DAN KETENTUAN PENUTUP
KETENTUAN PERALIHAN KETENTUAN PENUTUP
79
Terima Kasih 80