Anda di halaman 1dari 80

REGULASI DI BIDANG

PERTAMBANGAN MINERAL
KEPALA DAN BATUBARA
OLEH: HERIYANTO, SH.,MH
BAGIAN HUKUM DITJEN MINERBA KESDM

DISAMPAIKAN DALAM DIKLAT CALON INSPEKTUR


TAMBANG
BANDUNG,
DIREKTORAT 6 FEBRUARI
JENDERAL 2018
MINERAL DAN BATUBARA
KEMENTERIAN ENERI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Outline
I. Pertambangan dalam Sistem Pemerintahan NKRI
II. Konstruksi Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Mineral dan Batubara
III. Pengaturan dalam UU Nomor 4 Tahun 2009
IV. Pengaturan dalam PP Nomor 22 Tahun 2010
V. Pengaturan dalam PP Nomor 23 Tahun 2010 dan Perubahannya
VI. Pengaturan dalam Pengaturan Dalam Permen Esdm Nomor 34 Tahun 2017 Tentang Perizinan
Di Bidang Pertambangan Mineral Dan Batubara
VII. Pengaturan dalam PP Nomor 55 Tahun 2010
VIII. Pengaturan dalam PP Nomor 78 Tahun 2010
IX. Pengaturan dalam UU Nomor 23 Tahun 2014
X. Pokok-pokok Pembahasan Rancangan Peraturan Menteri Esdm Tentang Tata Cara
Penyusunan, Penyampaian, Evaluasi, Dan/Atau Persetujuan Rencana Kerja Dan Anggaran Biaya
Tahunan Serta Laporan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara Minerba
I. PERTAMBANGAN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NKRI
(UUD 1945, UU NO 4/2009, DAN UU NO. 32/2004)

Kepemilikan
BANGSA INDONESIA
(Mineral Right)
Penguasaan NEGARA

PEMERINTAH
• Penetapan Kebijakan dan Pengaturan
• Penetapan Standar dan Pedoman
• Penetapan Kriteria pembagian Urusan Pusat dan Daerah

+ “Dekonsentrasi”
• Tanggungjawab pengelolaan minerba berdampak
nasional dan lintas provinsi

+ “Desentralisasi”

Undang-Undang
Penyelenggaraan
Penguasaan PEMERINTAH PROVINSI
Pertambangan Tanggungjawab pengelolaan lintas
(Mining Right) Kabupaten dan/atau berdampak regional
Perda

PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA


Tanggungjawab pengelolaan di
Wilayah Kabupaten/Kota
Perda

PELAKU USAHA
 BUMN / BUMD
Hak Pengusahaan  Badan Usaha Lain
(Economic Right)  Koperasi
 Perorangan 3
Konsep Penguasaan Negara dalam Pertambangan Mineral dan Batubara

1. Berdasarkan Pasal 33 UU 1945 disebutkan bahwa Bumi, Air, dan Kekayaan Alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Sumber daya pertambangan (Mineral dan Batubara) merupakan Kekayaan Alam
yang dikuasai oleh Negara dan termasuk dalam kategori Kekayaan Alam yang tak
terbarukan, sehingga pengelolaannya harus dilaksanakan secara efektif dan efisien.
3. Untuk menjamin efisiensi dan efektifitas pengelolaan serta meneguhkan
penguasaan negara atas kekayaan alam mineral dan batubara, maka disusunlah
Kebijakan dan regulasi pemerintah terkait pengelolaan sumber daya pertambangan
(mineral dan batubara) yang menjamin terwujudnya kemakmuran rakyat
sebagaimana tertuang dalam UUD Negara RI Tahun 1945.
II. KONSTRUKSI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI
BIDANG MINERAL DAN BATUBARA
REGULASI SEKTOR PERTAMBANGAN

• ng
UU No.4/2009 tentang
Pertambangan Mineral Regulasi
UUD 1945 Pasal 33 dan Batubara Pendukung
ayat 3 (PP, Permen,
Kepmen,dll)

Tujuan : Memanfaatkan Sumber daya Alam ,khususnya mineral dan


batubara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang sebesar-
besarnya
HIERARKI KONSTRUKSI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG
MINERAL DAN BATUBARA
UUD 1945 UUD 1945 PASAL 33

UU UU NO 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara

1. PP NO 22 TAHUN 2010 Tentang Wilayah Pertambangan


2. PP NO 23 TAHUN 2010 Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba sebagaimana telah terakhir diubah denan PP NO 1
Tahun 2017 tentang Perubahan Keempat Atas PeraturanPemerintah NO 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Uasha
Pertambangan Mineral dan Batubara
PP 3. PP NO 55 TAHUN 2010 Tentang Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral Dan
Batubara
4. PP NO 78 TAHUN 2010 Tentang Reklamasi Dan Pascatambang

1. PERMEN ESDM NO 28 TAHUN 2009 Tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara sebagaimana telah diubah dengan Permen
ESDM Nomor 24 Tahun 2012
2. PERMEN ESDM NO 34 TAHUN 2009 Tentang Pengutamaan Pasokan Kebutuhan Mineral Dan Batubara Untuk Kepentingan Dalam Negeri
3. PERMEN ESDM NO 17 TAHUN 2010 Tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral Dan Batubara
4. PERMEN ESDM No 02 Tahun 2013 ttg Pengawasan thp Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan yang dilaksanakan oleh Pemda
5. PERMEN ESDM NO. 28 Tahun 2013 ttg Tata Cara Pelelangan WIUP dan WIUPK Mineral Logam dan Batubara
6. PERMEN ESDM NO 43 Tahun 2015 ttg Tata Cara Evaluasi Penerbitan IUP Mineral dan Batubara
7. PERMEN ESDM NO 5 Tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemuurnian di Dalam Negeri
8. PERMEN ESDM NO 6 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pemberian Rekomendasi Pelaksanaan Penjualan Mineral ke Luar Negeri Hasil Pengolahan dan Pemurnian
PERMEN 9. PERMEN ESDM NO 7 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral Logam dan Batubara
10.PERMEN ESDM NO 9 Tahun 2017 tentang Tata Cara Divestasi Saham dan Mekanisme Penetapan Harga Saham Divestasi Pada Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara
11.PERMEN ESDM NO 15 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Pertambangan Khsus Operasi Produksi sebagai Kelanjutan Operasi KK atau PKP2B
12.PERMEN ESDM NO 34 Tahun 2017 tentang Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara
III. PENGATURAN DALAM UU NOMOR 4 TAHUN 2009
BENTUK-BENTUK PERIZINAN
UU NO 11 TAHUN 1967 UU NO 4 TAHUN 2009
 KUASA PERTAMBANGAN (KP)  IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP)
 SURAT IZIN PERTAMBANGAN DAERAH  IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT (IPR)
(SIPD)
 IZIN USAHA PERTAMBANGAN
 SURAT IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT (SIPR) KHUSUS (IUPK)
 KONTRAK KARYA (KK)
 PERJANJIAN KARYA PENGUSAHAAN
PERTAMBANGAN BATUBARA (PKP2B)

SEMUA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MERUPAKAN PERATURAN PELAKSANA DARI UU NO 11


TAHUN 1967 DINYATAKAN TETAP BERLAKU SEPANJANG TIDAK BERTENTANGAN DENGAN
UU NO 4 TAHUN 2009
KEWENANGAN PENERBITAN IUP
(Pasal 37 dan Pasal 48 UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Minerba)

PEMERINTAH PEMERINTAH DAERAH / PEMERINTAH

MEMPERTIMBANGKAN IUP
WILAYAH IUP
LELANG OPERASI
KERJA EKSPLORASI 1. Lokasi PRODUKSI
pengolahan/pemurnian
2. Lokasi pelabuhan khusus
3. Dampak lingkungan

Wilayah
Kerja BUPATI / WALIKOTA LOKAL BUPATI
dlm Kab/Kota

Wilayah
Kerja GUBERNUR
REGIONAL GUBERNUR
lintas Kab/Kota

Wilayah
Kerja PEMERINTAH
NASIONAL PEMERINTAH
lintas Provinsi

10
IV. PENGATURAN DALAM PP NOMOR 22 TAHUN 2010
WILAYAH PERTAMBANGAN
HARUS DAPAT DIMANFAATKAN
MINERAL DAN BATUBARA SERACA OPTIMAL

EKSPLOITASI M & BB:

• DAPAT MENIMBULKAN DAMPAK


NEGATIF TERHADAP LINGKUNGAN
• KONFLIK PENGGUNAAN LAHAN

PERLU DIBUAT
WILAYAH PERTAMBANGAN
MINERAL DAN BATUBARA
YANG MEMPERTIMBANGKAN
KESEIMBANGAN DAN
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN

DEPOSIT
DIUSULKAN UNTUK DIJADIKAN
SUMBER DAYA MINERAL WILAYAH PERTAMBANGAN
DAN BATUBARA DALAM RTRW

12
PERBEDAAN WUP, WPR, DAN WPN

WUP WPR WPN

KEWENANGAN Pemerintah dan Pemerintah Daerah Pemerintah


PERIZINAN Pemerintah Daerah

PERUNTUKAN Usaha Pertambangan Diperuntukkan untuk Cadangan Strategis


rakyat dengan Negara
klasifikasi modal
tertentu
V. PENGATURAN DALAM PP NOMOR 23 TAHUN 2010 DAN
PERUBAHANNYA
BENTUK PERIZINAN
(PP NOMOR 23 TAHUN 2010)

IUP Eksplorasi IUP Operasi Produksi (OP) *)

Kontruksi pengolahan/ Pengngkutan/


PU EKSPLORASI FS Penambangan
pemurnian Penjualan

Kegiatan
Usaha

**)
Pengangkutan/ pengolahan/ Pengangkutan/
Penjualan pemurnian Penjualan

*) Penambangan atau Pengolahan/Pemurnian dapat dilakukan


terpisah
**) Apabila Pengolahan/Pemurnian terpisah, harus kerjasama dengan
pemegang IUP OP Penambangan
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal :
1. Penerbitan IUP/IUPK Operasi Produksi yaitu Kepemillikan serta letak/lokasi wilayah tambang,
pelabuhan dan unit pengolahan, serta faktor lingkungan (dampak kegiatan
2. Penerbitan IUP Khusus Angkut-Jual yaitu lokus/cakupan dari kegiatan angkut-jual
3. Penerbitan IUP Khusus Olah-Murni yaitu asal dari komoditas tambang yang diolah 15
SISTEMATIKA PERIZINAN
IZIN USAHA PERTAMBANGAN
(BAB I Pasal 3, 4 - BAB II Pasal 6,7,8,10,11,12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27,
28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38 – BAB III 47, 48 - BAB IV 51, 52, 53, 54, 56, 57, 58, 59, 60,
62, 63, 64, 65, 66, 67, PP No. 23 Tahun 2010 )

Usaha pertambangan dilakukan


berdasakan IUP, IUPK atau IPR dan
Mineral Batubara Min Non logam Batuan
terletak pada WP

WUP WIUP IUP Lelang Lelang Permohonan Permohonan

WP WPN WIUPK IUPK Lelang Lelang

WPR IPR Permohonan Permohonan Permohonan Permohonan

UU No. 11 Thn 1967


Dalam 1 WUP/K dapat terdiri atas 1 atau lebih WIUP
KP PU IUP/K EKSPLORASI & Setiap pemohon hanya dapat diberikan 1 WIUP/K
KP EKSPLORASI OPERASI PRODUKSI
KP EKSPLOITASI Bagi yang terbuka (go public) dapat lebih dari 1
KP ANGKUT-JUAL WIUP
KP OLAH-MURNI

16
PENGHENTIAN SEMENTARA

KEADAAN KAHAR

KEADAAN YANG
MENGHALANGI KONDISI DAYA DUKUNG
LINGKUNGAN WILAYAH TIDAK
DAPAT MENANGGUNG BEBAN
OPERASI
KEWAJIBAN PEMEGANG
IUP/IUPK KEPADA
PEMERINTAH TIDAK
BERLAKU
KEWAJIBAN PEMEGANG
IUP/IUPK KEPADA
PEMERINTAH BERLAKU KEWAJIBAN PEMEGANG
IUP/IUPK KEPADA
PEMERINTAH BERLAKU
ALASAN-ALASAN BERAKHIRNYA IUP

Dikembalikan Dicabut Habis masa berlakunya

Pemegang IUP atau IUPK dapat Dicabut oleh pemberi IUP atau IUPK Dalam hal jangka waktu yang
menyerahkan kembali izin yang apabila: ditentukan dalam IUP atau IUPK
mereka miliki dengan pernyataan a. Pemegang IUP atau IUPK tidak habis dan tidak diajukan
tertulis kepada pemberi IUP atau memenuhi kewajiban permohonan perpanjangan atau
IUPK dan pengembaliannya b. Pemegang IUP melakukan tindak pengajuan permohonan
dinyatakan sah apabila disetujui pidana sebagaimana UU ini perpanjangan tersebut tidak
oleh pemberi IUP dan/atau IUPK c. Pemegang IUP atau IUPK dipenuhi karena tidak memenuhi
tersebut – dinyatakan pailit syarat maka dinyatakan berakhir

PASAL 118 PASAL 119


VI. PENGATURAN DALAM PERMEN ESDM NOMOR 34 TAHUN 2017
TENTANG PERIZINAN DI BIDANG PERTAMBANGAN
MINERAL DAN BATUBARA
I. DASAR HUKUM

UU NO.23 TAHUN 2014 tentang Pemerintahan Daerah

UU NO.4 TAHUN 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

PP NO.23 TAHUN 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineraldan Batubara
sebagaimana telah diubah terakhir dengan PPNo.1Tahun 2017

PERPRES NO. 68 TAHUN 2015 tentang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

PERMEN ESDM NO.13 TAHUN 2016 tentang Organisasi dan TataKerja Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral.

2017 © Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, KESDM.


II. MAKSUD DAN TUJUAN PENYEDERHANAAN PERIZINAN

MAKSUD & TUJUAN Bentuk Penyederhaan yang telah dilakukan


 Mendukung program Nawa Cita
melalui perbaikan pelayanan
perizinan pengelolaan
pertambangan agar lebih mudah,
lebih cepat dan lebih murah
sehingga mendukung iklim Penggabungan Izin Pengurangan Waktu
investasi dan mendorong
pertumbuhan ekonomi;
 Menindaklanjuti arahan Bapak
Menteri untuk memangkas 02. 04.
Birokrasi sebagaimana Surat
Sekjen ESDM No. 01. 03. 05.
7307/04/SJN.R/2015 tanggal
1 Oktober 2015;
 Percepatan menuju Wilayah Bebas
Korupsi dan Wilayah Birokrasi Pengurangan Mempersingkat Proses
Penghapusan Izin
Bersih Melayani di Lingkungan Persyaratan Birokrasi
DJMB dengan penataan
peningkatan sistem Pelayanan
Publik. 2017 © Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, KESDM.
III. BENTUK PENYEDERHANAAN PERIZINAN
1. IUP OP KHUSUS PENGOLAHAN DAN/ATAU PEMURNIAN

Sebelum Menjadi

1. Harus memiliki Izin Prinsip Pengolahan dan/atau Pemurnian


Mineral
2. Izin Prinsip digunakan untuk mengurus perizinan lainnya,
contoh izin lokasi, izin lingkungan DISEDERHANAKAN MENJADI:
3. Persetujuan besaran jaminan kesungguhan pembangunan IUP Operasi Produksi khusus
fasilitas pemurnian
4. Persetujuan rencana pembangunan fasilitas pemurnian di
untuk pengolahan dan/atau
dalam negeri pemurnian
5. Persetujuan Besaran Pencairan Jaminan Kesungguhan
Pembangunan Fasilitas Pemurnian
Izin diberikan dalam jangka waktu 30
Proses Penerbitan Perizinan dilakukan di BKPM tahun, dapat dapat diperpanjang 20
tahun setiap perpanjangan

2017 © Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, KESDM.


III. BENTUK PENYEDERHANAAN PERIZINAN
2. PENYEDERHANAAN PERIZINAN IUP OP KHUSUS PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN

Sebelum Menjadi
IUP OP khusus untuk pengangkutan dan
IUP OP khusus untuk penjualan dihapus dan diberikan hanya
dalam bentuk Tanda Registrasi
Pengangkutan dan Penjualan
Proses penerbitan Tanda Registrasi hanya

permohonan
dalam jangka waktu 2 sejak
DIHAPUS hari
Pengumuman Tanda Registrasi di website
minerba

2017 © Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, KESDM.


III. BENTUK PENYEDERHANAAN PERIZINAN
3. PENYEDERHANAAN PERIZINAN SURAT KETERANGAN TERDAFTAR

Sebelum Menjadi
Surat Keterangan Terdaftar dihapus dan
SURAT KETERANGAN diberikan hanya dalam bentuk Tanda
Registrasi
TERDAFTAR
Proses penerbitan Tanda Registrasi hanya

DIHAPUS permohonan
dalam jangka waktu 8 sejak
hari

2017 © Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, KESDM.


III. BENTUK PENYEDERHANAAN PERIZINAN
4. INTEGRASI PERIZINAN DALAM PERSETUJUAN RKAB

PERSETUJUAN RKAB
INTEGRASI DIGUNAKAN SEBAGAI
JENIS –JENIS DALAM RKAB
REKOMENDASI UNTUK
PERIZINAN DAN PENGURUSAN
PERIZINAN DI INSTANSI
PERSETUJUAN LAINNYA

TUJUAN INTEGRASI PERIZINAN DALAM RKAB:


1. Proses perizinan lebih efektif dan efisien
2. Mempersingkat proses birokrasi sehingga pelaku
usaha dapat mengurus beberapa perizinan
sekaligus
2017 © Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, KESDM.
12
INTEGRASI PERIZINAN DALAM PERSETUJUAN RKAB (2)
1. Sertifikat Kelayakan Penggunaan Instalasi DIGABUNG MENJADI:
2. Izin Perpanjangan Sertifikat Kelayakan Penggunaan Instalasi Persetujuan rencana pengujian
kelayakan penggunaan instalasi
3. Sertifikat Kelayakan Penggunaan Peralatan
4. Izin Perpanjangan Sertifikat Kelayakan Penggunaan Peralatan
5. Izin Pengangkutan Orang
6. Persetujuan Rancang Bangun Kerangkeng Alat Angkut dalam Sumuran
7. Persetujuan Penggunaan Kawat Bekas Pakai untuk Menderek
8. Persetujuan Membalik Ujung Kawat pada Gelendong Menjadi Ujung
Kawat pada Kerangkeng, atau sebaliknya
9. Persetujuan Percepatan atau Perlambatan Derek Melebihi 1,5 meter per
Detik Kuadrat DIGABUNG MENJADI:
10. Persetujuan Peningkatan Kapasitas Beban Derek Persetujuan rencana pengujian
11. Pengesahan Pemasangan Telepon atau Sinyal pada Tambang Batubara kelayakan penggunaan peralatan
Bawah Tanah 38 PERSETUJUAN ∕ IZIN
DIINTEGRASIKAN DALAM
12. Permohonan izin Gudang Handak PERSETUJUAN
13. Izin Pengangkutan, Penyimpanan/ Penimbunan dan Penggunaan Bahan
Peledak RKAB
14. Persetujuan Peledakan Tidur
15. Pengesahan Kartu Izin Meledakkan
16. Rekomendasi Pembelian dan Penggunaan Bahan Peledak DIGABUNG MENJADI:
17. Kartu Izin Meledakkan perpanjangan
18. Persetujuan Gudang Bahan Peledak yang Terletak di Luar Wilayah Tempat Persetujuan Pembangunan fasilitas
Usaha Pertambangan dan Akan Digunakan Untuk Kegiatan Pertambangan pengangkutan, penyimpanan/
19. Persetujuan Bahan Peledak untuk Kegiatan Lain penimbunan, dan pembelian atau
20. Persetujuan Penumpukan Bahan Peledak Peka Primer dalam Kemasan penggunaan bahan peledak
1.000 kg Melebihi 3 Tumpukan pada Gudang Berbentuk Bangunan
21. Persetujuan Penumpukan Bahan Ramuan Bahan Peledak yang Disusun
Lebih dari 2 Kontener
22. Persetujuan Tempat Penyimpanan Sementara Bahan Peledak di Bawah
Tanah dengan Jumlah Pemakaian Lebih dari 50 kg Sehari

2017 © Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, KESDM.


13
INTEGRASI PERIZINAN DALAM PERSETUJUAN RKAB (3)
23. Izin Tempat Penimbunan Bahan Bakar Cair
24. Izin perpanjangan Tempat Penimbunan Bahan Bakar Cair DIGABUNG MENJADI:
Persetujuan Pembangunan
Tempat Penyimpanan/
Penimbunan BB Cair
25. Izin Operasi Kapal Keruk
26. Izin perpanjangan Operasi Kapal Keruk
27. Izin Khusus Penyimpanan Barang dalam Kompartemen dengan Tujuan
Memberi Keseimbangan pada Kapal Keruk
28. Persetujuan Perubahan Kapal Keruk yang Mempengaruhi Stabilitas DIGABUNG MENJADI:
29. Persetujuan Pengecualian Ketentuan Tinggi Bagian Ponton Kapal Keruk
yang Persetujuan Pengoperasian
Berada di Atas Permukaan Air Kapal Keruk
3
30. Persetujuan RKAB 8
31. Persetujuan Dokumen Rencana Kerja Tahunan Teknik dan Lingkungan
(RKTTL)
32. Persetujuan Kontrak Penjualan Batubara P
33. Persetujuan Kontrak Penjualan Batubara ke Afiliasi E
34. Persetujuan Kontrak Penjualan Jangka Panjang R
S
E
35. Pengiriman Conto ke luar negeri T
36. Pengesahan penunjukan Kepala Tambang Bawah Tanah oleh Kepala Teknik RKAB U
Tambang
37. Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan IUP/IUPK/IUP OP Khusus Pengangkutan J
dan Penjualan serta Pengolahan dan/atau Pemurnian Mineral dan Batubara U
38. Perubahan Investasi dan Sumber Pembiayaan Perusahaan IUP/IUPK/IUP OP A
Khusus Pengangkutan dan Penjualan serta Pengolahan dan/atau Pemurnian N
Mineral dan Batubara


2017 © Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, KESDM.
I
Daftar Perizinan yang diintegrasikan dalam Persetujuan RKAB

1. Rekomendasi Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing


2. Persetujuan Rencana Perubahan Investasi dan Sumber Pembiayaan
termasuk di dalamnya Perubahan Modal Disetor dan Ditempatkan
3. Persetujuan Rencana Pembangunan Fasilitas Pengangkutan,
Penyimpanan/Penimbunan, atau Penggunaan Bahan Peledak dan
Rekomendasi Pembelian Bahan Peledak
4. Persetujuan Rencana Pembangunan Tempat Penyimpanan/Penimbunan
Bahan Bakar Cair
5. Persetujuan Rencana Pelaksanaan Peledakan Tidur
6. Persetujuan Rencana Pengujian Kelayakan Penggunaan Peralatan
dan/atau Rencana Pengujian Kelayakan Penggunaan Instalasi
7. Persetujuan Rencana Pengoperasian Kapal Keruk/Isap

MULAI BERLAKU UNTUK


PERSETUJUAN RKAB TAHUN 2018
2017 © Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, KESDM. 28
III. BENTUK PENYEDERHANAAN PERIZINAN
5. PENGHAPUSAN PERSETUJUAN DAN PERIZINAN
1. Persetujuan Metoda Analisis Penentuan Kandungan Silika Bebas dalam Debu
2. Persetujuan Juru Ukur Khusus untuk Tambang Bawah Tanah
3. Persetujuan Penggalian Potong Bawah (Undercutting) pada Tambang Permukaan
4. Persetujuan Pedoman Pelaksanaan Pengaturan Penyelamatan
5. Persetujuan Tinggi Jenjang lebih dari 20 meter Pada Lapisan Mengandung Pasir, Tanah Liat, Kerikil dan Material
Lepas lainnya
6. Persetujuan Tinggi Jenjang Lebih dari 15 meter Pada Lapisan Material Kompak
7. Surat Keterangan Terdaftar (SKT)
8. Persetujuan Program Pendidikan dan Pelatihan yang Diadakan oleh KTT
9. Persetujuan harga PLTU Mulut Tambang
10. Persetujuan Perubahan Konstruksi Alat Pemindah Tanah 24 PERSETUJUAN
11. Persetujuan untuk Penambahan dan Pengurangan Ukuran Penyangga Alami pada Tambang Bawah Tanah
12.
13.
Persetujuan untuk Pemanfaatan Ventilasi Alam pada Tambang Bawah Tanah
Persetujuan Pembangunan Bendungan Tambang B. Tanah yang Memiliki Kapasitas Lebih dari 75 Ton Air
DIHAPUS
14. Persetujuan Pemasangan atau Penggunaan Peralatan Listrik untuk Mendeteksi atau Mengukur Gas Mudah Menyala
15. Persetujuan Lampu Penerangan untuk Pekerja Tambang Bawah Tanah
16. Persetujuan mengenai Tata Cara Pengukuran dan Alat Pengukur Konsentrasi Turunan Radon atau Jumlah Energi Radiasi
Alpha
17. Persetujuan mengenai Standar Pemeriksaan Radiasi Gamma
18. Persetujuan untuk Penggunaan Lampu Listrik Portable pada Tambang Berbahaya Gas
19. Persetujuan untuk Alat Deteksi Gas Metana pada Tambang Bawah Tanah
20. Pengesahan Penutupan Tambang Bawah Tanah
21. Persetujuan Penutupan Jalan Penghubung Udara Masuk dan Udara Keluar Pada Tambang Bawah Tanah
22. Izin Penggunaan Las Listrik pada Tambang Batubara Bawah Tanah atau Lokasi Tambang yang Terdapat Gas Mudah
Terbakar
23. Persetujuan untuk Alat Bantu Pernapasan
24. Persetujuan Membuat Permuka Kerja Tambang Permukaan di Bagian Atas Tambang Bawah Tanah
2017 © Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, KESDM.
III. BENTUK PENYEDERHANAAN PERIZINAN
6. PENGATURAN LAINNYA
IUP Eksplorasi atau Operasi Produksi diberikan oleh Menteri
apabila,
a. diajukan oleh Badan Usaha terbuka (go public)
b. memiliki lebih dari 1 (satu) IUP mineral logam atau batubara; dan
c. WIUP-nya berada pada lebih dari 1 (satu) provinsi

Permohonan IUP atau IUPK Eksplorasi harus disertai dengan


bukti penempatan jaminan kesungguhan eksplorasi dengan
ketentuan:
d. Sebesar 5.000.000 apabila luas WIUP atau WIUPK-
nya kurang dari atau sama dengan 40 Ha; atau
b. Dihitung berdasarkan luas wilayah per Ha dikalikan sebesar
Rp.150.000 apabila luas WIUP atau WIUPK- nya lebih dari
40 Ha.
Pencairan jaminan kesungguhan beserta bunganya dapat
dicairkan setelah mendapatkan persetujuan dokumen studi
kelayakan dari Direktur Jenderal

Menteri melimpahkan wewenang kepada gubernur untuk


memberikan persetujuan penggunaan tenaga kerja asing melalui
persetujuan rencana kerja dan anggaran biaya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Persetujuan rencana kerja dan anggaran biaya dapat digunakan sebagai


rekomendasi untuk pengurusan perizinan di instansi lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2017 © Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, KESDM.
III. BENTUK PENYEDERHANAAN PERIZINAN
7. PENCABUTAN PERATURAN (DEREGULASI)

KETENTUAN PERALIHAN KETENTUAN PENUTUP KETENTUAN PENUTUP


• Peraturan Menteri Energi dan Sumber Keputusan Menteri Pertambangan dan
penyebutan jenis perizinan dalam
Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2009
peraturan sebelumnya, disesuaikan Energi Nomor 555.K/26/M.PE/1995
• Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya tentang
dengan penyebutan jenis perizinan dalam
Mineral Nomor 28 Tahun 2009 sebagaimana Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Peraturan Menteri ini
telah diubah dengan Peraturan Menteri Pertambangan Umum
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 24
Izin yang telah diterbitkan sebelumnya tahun 2012
tetap berlaku sampai berakhirnya izin • Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
dimaksud dan dibaca sama dengan Mineral Nomor 32 tahun 2013 sebagaimana Sepanjang terkait perizinan,
penyebutan jenis perizinan dalam telah diubah dengan Peraturan Menteri DICABUT dan dinyatakan
Peraturan Menteri ini Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32
tahun 2015
TIDAK BERLAKU
• Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 27 Tahun 2013

2017 © Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, KESDM. DICABUT


VII. PENGATURAN DALAM PP NOMOR 55 TAHUN 2010
Dasar Hukum Pembinaan Pengawasan Kegiatan Usaha Pertambangan
• Pasal 139 s.d 144 UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara
• PP Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara

RUANG LINGKUP PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


Pembinaan pemerintah kepada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota;
Pembinaan pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota kepada
pemegang IUP, IPR, atau IUPK;
Pengawasan Pemerintah kepada pemerintah provinsi, kabupaten/kota;
Pengawasan pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota kepada
pemegang IUP, IPR, atau IUPK.

33
PEMBINAAN

A. MENTERI MELAKUKAN PEMBINAAN ATAS PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN USAHA


PERTAMBANGAN YANG DILAKSANAKAN OLEH PEMERINTAH PROVINSI DAN
KABUPATEN/KOTA

1. Pemberian pedoman dan standar pelaksanaan: pedoman tata laksana dan pedoman pelaksanaan.
2. Bimbingan, supervisi, dan konsultasi: dilakukan terhadap penyelenggara pengelolaan usaha pertambangan
3. Pendidikan dan pelatihan : teknis manajerial, teknis pertambangan, pengawasan di bidang mineral dan
batubara.
BAB II 4. Perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan evaluasi: dilakukan oleh Menteri melalui
pemberian bimbingan teknis penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan yang tata caranya diatur dengan
Peraturan Menteri.

B. MENTERI, GUBERNUR, BUPATI/WALIKOTA MELAKUKAN PEMBINAAN ATAS


PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN YANG DILAKUKAN OLEH
PEMEGANG IUP, IPR, ATAU IUPK
1. Administrasi pertambangan
2. Teknis operasional
3. Standar kompetensi profesi tenaga kerja
34
PP Pembinaan Dan Pengawasan
PENGAWASAN

C. MENTERI MELAKUKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN


USAHA PERTAMBANGAN YANG DILAKSANAKAN OLEH PEMERINTAH PROVINSI DAN
KABUPATEN/KOTA
1. Penetapan WPR
2. Penetapan dan pemberian WIUP mineral bukan logam dan batuan
3. Pemberian WIUP mineral logam dan batubara
BAB III 4. Penerbitan IPR
5. Penerbitan IUP
6. Penyelenggaraan pembinaan dan pengawasan kegiatan yang dilakukan oleh pemegang IPR dan IUP
- Menteri dapat berkoordinasi dengan Menteri di bidang pemerintahan dalam negeri
- Hasil pengawasan disampaikan kepada gubernur atau bupati/walikota dan tembusannya disampaikan
ke menteri di bidang pemerintahan dalam negeri
- Gubernur atau bupati walikota wajib menindaklanjuti hasil pengawasan
- Menteri bersama menteri di bidang pemerintahan dalam negeri melakukan pemantauan atas
pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

35
PP Pembinaan Dan Pengawasan
(Lanjutan)

D. MENTERI, GUBERNUR, BUPATI/WALIKOTA MELAKUKAN PENGAWASAN ATAS


PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN KEPADA PEMEGANG IUP, IPR,
DAN IUPK
1. Pengawasan oleh Inspektur Tambang yang diangkat oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
- Pengawasan oleh inspektur tambang dilakukan melalui:
BAB III a. Evaluasi terhadap laporan berkala dan/atau sewaktu-waktu;
b. Pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu; dan
c. Penilaian atas keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan
- Dalam pengawasan, inspektur tambang melakukan kegiatan inspeksi, penyelidikan, dan pengujian, dan
berwenang:
a. Memasuki tempat kegiatan usaha pertambangan setiap saat
b. Menghentikan sementara waktu sebagian atau seluruh kegiatan pertambangan apabila dinilai dapat
membahayakan keselamatan atau pencemaran lingkungan
c. Mengusulkan penghentian sementara menjadi pengehentian secara tetap kepada kepala inspektur
tambang
d. Mengusulkan penghentian sementara menjadi pengehentian secara tetap kepada kepala inspektur
tambang 36
PP Pembinaan Dan Pengawasan
(Lanjutan)

- Pengawasan oleh Inspektur Tambang dilakukan terhadap:


a. Teknis pertambangan:
- IUP/IUPK Eksplorasi paling sedikit terhadap pelaksanaan teknik eksplorasi dan tata cara penghitungan
sumber daya dan cadangan,
- IUP/IUPK Operasi Produksi paling sedikit terhadap perencanaan dan pelaksanaan konstruksi, perencanaan
dan pelaksanaan penambangan, perencanaan dan pelaksanaan pengolahan dan pemurnian, dan
perencanaan dan pelaksanaan pengangkutan dan penjualan
BAB III
b. Konservasi sumber daya mineral dan batubara: recovery penambangan dan pengolahan; pengelolaan
dan/atau pemanfaatan cadangan marginal, batubara kualitas rendah dan mineral kadar rendah, mineral ikutan;
pendataan yang tidak tertambang; pendataan dan pengelolaan sisa hasil pengolahan dan pemurnian
c. Keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan: keselamatan kerja, kesehatan kerja, lingkungan kerja,
dan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
d. Keselamatan operasi pertambangan: sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan pertambangan; pengamanan instalasi; kelayakan sarana, prasarana, instalasi, dan
peralatan pertambangan; kompetensi tenaga teknik; evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan

37
PP Pembinaan Dan Pengawasan
(Lanjutan)

e. Pengelolaan lingkungan hidup, reklamasi, dan pascatambang: pengelolaan dan


pemantauan lingkungan sesuai dengan dokumen pengelolaan lingkungan atau izin
lingkungan; penataan, pemulihan, dan perbaikan lahan sesuai peruntukannya; penetapan
dan pencairan jaminan reklamasi; pengelolaan pascatambang; penetapan dan pencairan
jaminan pascatambang; pemenuhan baku mutu lingkungan
BAB III f. Pemanfaatan barang, jasa, teknologi, dan kemampuan rekayasa serta rancang
bangun dalam negeri: dilaksanakan sesuai dengan klasifikasi dan kualifikasi pelaksana
usaha jasa pertambangan mineral dan batubara
g. Penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan

38
PP Pembinaan Dan Pengawasan (Lanjutan)
2. Pengawasan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
- Pengawasan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dilakukan melalui:
a. Pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu maupun pemeriksaan terpadu; dan/atau
b. Verifikasi dan evaluasi terhadap laporan dari pemegang IUP, IPR, atau IUPK
- Pejabat yang ditunjuk berwenang memasuki kegiatan usaha pertambangan setiap saat.
- Ketentuan penunjukkan pejabat dan pengangkatan inspektur tambang diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB III
- Pengawasan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dilakukan
terhadap:
a. Pemasaran: Realisasi produksi dan realisasi penjualan, Kewajiban pemenuhan kebutuhan dalam
negeri, Rencana dan realisasi kontrak penjualan mineral atau batubara, Biaya penjualan,
Perencanaan dan realisasi PNBP, Biaya pengolahan dan pemurnian mineral dan/atau batubara

39
PP Pembinaan Dan Pengawasan
(Lanjutan)
b. Keuangan: perencanaan anggaran, realisasi anggaran, realisasi investasi, dan pemenuhan kewajiban
pembayaran (iuran tetap, iuran produksi, 10% keuntungan pemegang IUPK Operasi Produksi mineral logam
atau batubara)
c. Pengelolaan data mineral dan batubara: pengawasan terhadap kegiatan perolehan, pengadministrasian,
pengolahan, penataan, penyimpanan, pemeliharaan, dan pemusnahan data dan/atau informasi
d. Pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan: pelaksanaan program pengembangan, pelaksanaan uji
kompetensi, rencana biaya pengembangan
BAB III e. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat: program , pelaksanaan, dan biaya
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
f. Kegiatan lain di bidang kegiatan usaha pertambangan yang menyangkut kepentingan umum: fasilitas
umum untuk masyarakat sekitar tambang, pembiayaan untuk pembangunan dan penyediaan fasilitas umum
g. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan IUP, IPR atau IUPK: luas wilayah, lokasi penambangan, lokasi
pengalahan dan pemurnian, jangka waktu tahap kegiatan, penyelesaian masalah pertanahan, penyelesaian
perselisihan, dan penguasaan, pengembangan dan penerapan teknologi pertambangan mineral atau batubara
h. Jumlah, jenis, dan mutu hasil usaha pertambangan: jenis komoditas tambang, kuantitas dan kualitas
produksi, kuantitas dan kualitas pencucian dan/atau pengolahan dan pemurnian

40
(Lanjutan)
PP Pembinaan Dan Pengawasan

Pengawasan oleh Inspektur Tambang atau Pejabat yang ditunjuk dilakukan paling sedikit 1 (satu)
kali dalam setahun
Hasil pengawasan yang dilakukan oleh:
a. bupati/walikota melalui Inspektur Tambang atau Pejabat yang ditunjuk disampaikan kepada
gubernur dan Menteri. Gubernur melakukan evaluasi atas hasil pengawasan bupati/walikota
BAB III dan menyampaikan hasil evaluasinya kepada Menteri
b. gubernur melalui Inspektur Tambang atau Pejabat yang ditunjuk disampaikan kepada Menteri
Menteri melakukan evaluasi atas hasil pengawasan gubernur atau bupati/walikota dan diberitahukan
kepada gubernur atau bupati/walikota dengan tembusan kepada menteri di bidang pemerintahan
dalam negeri

41
Pasal 142 UU Nomor 4 Tahun 2009
• Ayat (1): “Gubernur dan Bupati/Walikota wajib melaporkan
pelaksanaan usaha pertambangan diwilayahnya masing-
masing sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan”
• Ayat (2) “Pemerintah dapat memberikan teguran kepada
Pemerintah Daerah apabila dalam pelaksanaan
kewenangannya tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan”

42
Pemberian Sanksi Administratif sebagai Bentuk Pembinaan dan Pengawasan
 Pelanggaran terhadap ketentuan perundangan yang berlaku (non-pidana) oleh Pemegang IUP/IUPK
dapat dikenakan sanksi administratif (Ps. 151) berupa:
1. peringatan tertulis;
2. penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan eksplorasi atau operasi produksi, atau
3. pencabutan IUP, IPR, dan IUPK
 Pemerintah daerah wajib melaksanakan ketentuan tentang:
1. pemberian sanksi (administratif) sebagaimana dimaksud dalam Ps. 151;
2. Hasil evaluasi Menteri terhadap IUP Operasi Produksi yang dikeluarkan Pemda yang telah
menimbulkan kerusakan lingkungan serta tidak menerapkan kaidah pertambangan yang baik
(good mining practice)
 Dalam hal Pemda tidak melaksanakan ketentuan di atas, maka Menteri dapat menghentikan
sementara dan/atau mencabut IUP/IPR sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Ps.
152 UU Minerba);
 Setiap orang yang menerbitkan IUP, IPR, atau IUPK yang bertentangan dengan UU Minerba dan
menyalahgunakan kewenangannya diberi sanksi pidana paling lama 2 (dua) tahun penjara dan denda
paling banyak Rp. 200.000.000,- (Ps. 165 UU Minerba)
44

PENCABUTAN IUP
(Pasal 119 UU Nomor 4 Tahun 2009)
IUP dapat dicabut oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota
sesuai dengan kewenangannya apabila:
a. Pemegang IUP tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan dalam IUP
serta peraturan perundang-udnangan;
b. Pemegang IUP melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
UU Minerba;
c. Pemegang IUP dinyatakan pailit.
VIII. PENGATURAN DALAM PP NOMOR 78 TAHUN 2010
PP No. 78/2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang
Prinsip-Prinsip
Reklamasi &
Pascatambang

Lingkungan Hidup Konservasi


a. perlindungan terhadap kualitas air a.penambangan yang optimum
permukaan, air tanah, air laut, dan dan penggunaan teknologi
tanah serta udara; pengolahan yang efektif dan
b. perlindungan keanekaragaman efisien;
hayati; Keselamatan dan Kesehatan Kerja b.pengelolaan dan/atau
c. stabilitas dan keamanan timbunan a. perlindungan keselamatan pemanfaatan cadangan marginal
batuan penutup, kolam tailing, lahan terhadap setiap pekerja; kualitas rendah dan mineral
bekas tambang serta struktur buatan b. perlindungan setiap pekerja kadar rendah serta mineral
(man-made structure) lainnya; dari penyakit akibat kerja ikutan;
d. pemanfaatan lahan bekas tambang c. pendataan sumberdaya
sesuai dengan peruntukannya; cadangan mineral dan batubara
e. menghormati nilai-nilai sosial dan yang tidak tertambang (yang
budaya setempat, dan tidak mineable) serta sisa
f. kuantitas air tanah pengolahan atau pemurnian.
.
PP No. 78/2010 ttg Reklamasi dan Pascatambang

IUP EKSPLORASI

Penyelidikan Eksplorasi FS
Umum IUP OPERASI PRODUKSI

Pengajuan Bersamaan dgn


Pengajuan Pengajuan IUP OP

Rencana reklamasi paling sedikit memuat:


Rencana Reklamasi Tahap Rencana Reklamasi Tahap Operasi
1. Tata guna lahan sebelum dan sesudah ditambang
Eksplorasi Produksi
2. Rencana bukaan lahan
• Jangka Waktu 1 tahun • Untuk 5 Tahun 3. Program Reklamasi terhadap lahan terganggu
• Rencana Reklamasi dimuat • Memuat rincian rencana reklamasi tahap 4. Kriteria Keberhasilan
dalam RKAB operasi produksi untuk masing-masing tahun 5. Rencara biaya
• Umur tambang < 5 thn disusun sesuai umur
tambang

Disusun berdasarkan AMDAL atau UKL dan UPL Yang telah disetujui

Dalam hal reklamasi berada dalam kawasan hutan, pesisir dan pulau-pulau kecil, penilaian keberhasilan reklamasi dilakukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
RENCANA REKLAMASI
LAMPIRAN PENDAHULUAN
1. Peta situasi Rencana Pembukaan Lahan dengan ketelitian •Status Perizinan
peta skala 1 : 10.000 •Luas Wilayah
2. Peta situasi Rencana Reklamasi dengan ketelitian peta •Persetujuan AMDAL/UKL-UPL/Dokumen
skala 1 : 10.000 Lingkungan Hidup
•Lokasi dan Kesampaian Wilayah

RENCANA BIAYA REKLAMASI


TATA GUNA LAHAN
Biaya Langsung
DOKUMEN Tata Guna Lahan Sebelum Dan
Biaya tidak Langsung RENCANA Sesudah Ditambang
REKLAMASI

PROGRAM REKLAMASI
• Lokasi lahan yang akan direklamasi
• Teknik dan peralatan yang akan digunakan
dalam reklamasi
• Sumber material pengisi (untuk backfilling)
RENCANA PEMBUKAAN LAHAN
• Pemeliharaan
• Teknik dan peralatan yang akan digunakan Tambang
dalam reklamasi Timbunan/disposal
• Revegetasi Sarana Penunjang
Kolam Perangkap Sedimen
Jalan
TATA LAKSANA RENCANA PASCATAMBANG

IUP EKSPLORASI

Penyelidikan Eksplorasi FS
Umum IUP OPERASI PRODUKSI

Rencana pascatambang memuat:


1. Profil wilayah (kepemilikan, peruntukkan lahan, rona
Pengajuan Bersamaan dgn awal)
Pengajuan IUP OP 2. Deskripsi kegiatan pertambangan (cadangan awal, sistem
dan metode penambangan, pengolahan dan pemurnian
Rencana Pascatambang serta fasilitas penunjang)
3. Rona Lingkungan akhir (cadangan sisa, peruntukkan
Seumur Tambang lahan, morfologi, air permukaan dan air tanah, serta
biologi akuatik dan teresterial
Disusun berdasarkan AMDAL atau UKL dan UPL Yang telah disetujui 4. Program pascatambang
5. Kriteria keberhasilan
6. Rencana biaya
RENCANA PASCA TAMBANG
PENDAHULUAN PROGRAM PENUTUPAN TAMBANG
• Identitas perusahaan • Reklamasi
• status perizinan • Tapak Bekas Tambang
• Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian
PROFIL WILAYAH
• Fasilitas Penunjang
• Lokasi dan Kesampaian Wilayah • Pemeliharaan dan Perawatan
• Kepemilikan dan Peruntukan Lahan • Sosial dan Ekonomi
• Rona Lingkungan Awal
• Kegiatan lain di sekitar tambang PEMANTAUAN

DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN


• Kestabilan Fisik
• Air Permukaan dan Air Tanah
• Keadaan Cadangan • Flora dan Fauna
• Penambangan • Sosial dan Ekonomi
• Pengolahan dan Pemurnian
• Fasilitas Penunjang ORGANISASI

GAMBARAN RONA AKHIR TAMBANG • Organisasi


• Jadwal Pelaksanaan Pascatambang
• Keadaan Cadangan
• Peruntukan Lahan RENCANA BIAYA PASCATAMBANG
• Morfologi
• Biaya Langsung
• Air Permukaan dan Air Tanah
• Biaya tidak langsung
• Biologi Akuatik dan Teresterial
LAMPIRAN
HASIL KONSULTASI DENGAN STAKEHOLDERS
• Peta Situasi Rona Awal
Uraian rinci mengenai konsultasi (tanggapan, saran, pendapat, • Peta Situasi Lokasi Pertambangan
pandangan) dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap • Peta Situasi Rona Awal Pascatambang
rencana pascatambang • Peta Situasi Rencana Rona Akhir
• Peta Lokasi Pemantauan
Persetujuan Rencana Reklamasi
Penilaian dan persetujuan rencana reklamasi dilakukan dalam 30 hari kalender sejak IUP atau
IUPK Produksi diterbitkan.

Menteri/Gub/Bup
IUP EKSPLORASI/OP

≤ 30 hari
≤ 30 hari

NOT OK
Evaluasi

PERBAIKAN
OK

PERSETUJUAN

Dalam hal rencana reklamasi belum memenuhi ketantuan, dokumen rencana reklamasi
dikembalikan untuk disempurnakan dan disampaikan kembali kepada Menteri/Gubernur/Bupati-
Walikota dalam waktu paling lama 30 hari kalender.
Perubahan Rencana Reklamasi

IUP EKSPLORASI/OP Menteri/Gub/Bup

≤ 30 hari
≤ 30 hari

NOT OK
Evaluasi
≤ 180 hari
PERBAIKAN
OK

PERSETUJUAN

Jika ada Perubahan:


1. Sistem penambangan;
2. Tingkat produksi;
3. Umur tambang; PERUBAHAN
4. Tata guna lahan; RENCANA REKLAMASI
5. AMDAL atau UKL dan UPL
Persetujuan Rencana Pascatambang
Penilaian dan persetujuan rencana pascatambang dilakukan dalam 60 hari kalender sejak IUP atau IUPK
Produksi diterbitkan.

Menteri/Gub/Bup
IUP EKSPLORASI/OP

≤ 60 hari
≤ 30 hari

NOT OK
Evaluasi

PERBAIKAN
OK

PERSETUJUAN

Dalam hal rencana pascatambang belum memenuhi ketentuan, dokumen rencana pascatambang
dikembalikan untuk disempurnakan dan disampaikan kembali kepada Menteri/Gubernur/Bupati-Walikota
dalam waktu paling lama 30 hari kalender.
Perubahan Rencana Pascatambang
 Perusahaan wajib merubah rencana pascatambang apabila terjadi
perubahan:
 sistem penambangan;
 tingkat produksi;
 umur tambang;
 tata guna lahan;
 AMDAL atau UKL dan UPL
 Penilaian dan persetujuan dilakukan dalam 90 hari kalender.
 Perubahan rencana pascatambang hanya dapat dilakukan dalam jangka
waktu paling lambat 2 (dua) tahun sebelum akhir kegiatan
penambangan
Pelaksanaan Reklamasi Tahap
Eksplorasi
Pelaksanaan reklamasi pada lahan terganggu akibat kegiatan
eksplorasi dilakukan pada lahan yang tidak digunakan pada tahap
1 operasi produksi

Lahan terganggu akibat kegiatan eksplorasi meliputi lubang


pengeboran, sumur uji, parit uji, dan/atau sarana
2 penunjang

Pelaksanaan reklamasi wajib dilakukan paling lambat 30 hari


kalender setelah tidak ada kegiatan usaha pertambangan
pada lahan terganggu.
3

Pelaksanaan reklamasi pada tahap eksplorasi dilakukan sampai


memenuhi kriteria keberhasilan
4
Pelaksanaan Reklamasi & Pascatambang
Reklamasi dan Pascatambang wajib dipimpin oleh seorang
pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan reklamasi
5
dan pascatambang.

Pelaksanaan reklamasi dan pascatambang dilakukan sesuai


6 dengan peruntukan lahan pascatambang

Pelaksanaan reklamasi dan pascatambang wajib dilakukan sesuai


7 dengan rencana reklamasi dan rencana pascatambang sampai
memenuhi kriteria keberhasilan

Perencanaan dan pelaksanaan reklamasi di dalam kawasan hutan,


8 wilayah pesisir, dan pulau-pulau kecil menyesuaikan peraturan
perundang-undangan
KRITERIA KEBERHASILAN REKLAMASI
KEGIATAN OBJEK PARAMETER STANDAR KEBERHASILAN

Penataan Lahan Penataan Permukaan lahan Luas Areal yg ditata Sesuai rencana

Penimbunan kembali lahan • Stabilitas timbunan • Tidak ada longsoran


bekas tambang (backfill) • Luas Areal Ditimbun • Sesuai atau melebihi rencana

Pengelolaan Material • Pengelolaan Material • Sesuai rencana


Pembangkit Asam • Pengelolaan Air Asam tambang • Air keluaran memenuhi baku
mutu lingkungan

Sarana Pengendali Erosi • Saluran drainase • Tidak terjadi erosi dan


• Bangunan Pengendali erosi sedimentasi aktif pd lahan yg sdh
• Kolam Pengendap ditata

Revegetasi dan Pengelolaan media tanam (top Ditanami cover crop dan aplikasi
Pekerjaan Sipil soil) kompos atau bahan perbaikan
kualitas tanah lainnya
KRITERIA KEBERHASILAN REKLAMASI
KEGIATAN OBJEK PARAMETER STANDAR KEBERHASILAN

Revegetasi dan Pekerjaan Penebaran tanah zona Luas areal yang ditabur • Baik > 75% dr luas areal
Sipil pengakaran bekas tambang
• Sedang 50% - 75%
pH tanah • Baik ( 5 – 6)
• Sedang (4,5 – 5)
Penanaman • Luas Areal ditanami • Sesuai rencana
• Jenis Tanaman • Baik 80% dr rencana
• Pertumbuhan Tanaman • Sedang (60% - 80%)
• Penutupan Tajuk • Baik (rasio tumbuh >80%)
• Sedang (60% - 80%)
• ≥ 80%

Pemeliharaan • Pemupukan • Sesuai rencana


• Pengendalian Gulma, hama dan • Pengendalian berdasarkan
penyakit hasil analisa
• Penyulaman • Sesuai jumlah tanaman mati

Penyelesaian Akhir Pemenuhan Standar Sesuai tingkat keberhasilan/


Reklamasi peruntukan lahan
PELAPORAN PELAKSANAAN REKLAMASI DAN PASCATAMBANG
 Perusahaan wajib menyampaikan laporan pelaksanaan reklamasi setiap 1 tahun
kepada menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangan masing-
masing.
 Laporan pelaksanaan reklamasi dievaluasi paling lama 30 hari kalender sejak
laporan diterima untuk kemudian ditetapkan tingkat keberhasilan reklamasi.

 Perusahaan wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pascatambang setiap 3


bulan kepada menteri/ gubernur/bupati/walikota sesuai kewenangan masing-
masing.
 Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
memberitahukan tingkat keberhasilan reklamasi dan pascatambang secara
tertulis (berdasarkan hasil evaluasi) kepada pemegang IUP Operasi Produksi
dan IUPK Operasi Produksi.
JAMINAN REKLAMASI DAN
PASCATAMBANG
• Perusahaan wajib menyediakan jaminan reklamasi sesuai
perhitungan rencana reklamasi.
• Jaminan Reklamasi wajib disediakan pada tahap eksplorasi dan
tahap operasi produksi
• Perusahaan wajib menyediakan jaminan pascatambang sesuai
perhitungan rencana pascatambang.
JAMINAN REKLAMASI TAHAP EKSPLORASI
BENTUK JAMINAN

DEPOSITO BERJANGKA

• Jaminan reklamasi tahap eksplorasi ditetapkan sesuai dengan rencana reklamasi yang disusun berdasarkan
dokumen pengelolaan lingkungan dan dimuat dalam rencana kerja dan anggaran biaya eksplorasi.

• Jaminan reklamasi ditempatkan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak rencana kerja
dan anggaran biaya tahap eksplorasi disetujui oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
JAMINAN REKLAMASI TAHAP OPERASI PRODUKSI
BENTUK JAMINAN

1. Rekening bersama pada bank Pemerintah


2. Deposito Berjangka
3. Bank Garansi yang diterbitkan oleh bank Pemerintah di Indonesia
4. Cadangan Akuntansi (Accounting Reserve)

Jaminan reklamasi harus menutup seluruh biaya pelaksanaan pekerjaan reklamasi.

Penempatan jaminan reklamasi tidak menghilangkan kewajiban perusahaan untuk


melakukan reklamasi

Kekurangan biaya pelaksanaan reklamasi tetap menjadi tanggung jawab perusahaan


JAMINAN PASCATAMBANG
BENTUK JAMINAN

DEPOSITO BERJANGKA

• Penempatan jaminan pascatambang tidak menghilangkan kewajiban perusahaan


untuk melakukan penutupan tambang.

• Kekurangan biaya untuk menyelesaikan penutupan tambang tetap menjadi


tanggung jawab perusahaan.

• Jaminan penutupan tambang ditempatkan setiap tahun dan wajib terkumpul


seluruhnya (100%) dua tahun sebelum tutup tambang.
Contoh Penempatan Jaminan Pasca Tambang

2010 2030
Mis: umur tambang 20 tahun

13,8 %
Prosentase penempatan jaminan pascatambang 12 %
10 %
8,7 %
6,7 % 6,7 % 6,7 % 6,7 % 6,7 % 6,5 %
5,3 %
4%
3%
2%
0,7%

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
IX. PENGATURAN DALAM UU NOMOR 23 TAHUN 2014
UU NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

 Pada tanggal 2 Oktober 2014 terbit UU Nomor 23 Tahun


2014 tentang Pemerintahan Daerah
 UU No. 23/2014 membawa perubahan paradigma
penyelenggaraan kewenangan pemerintahan terkait
pengelolaan SDA, termasuk di bidang pertambangan
minerba
 UU No. 4 Tahun 2009 dan seluruh peraturan turunannya
(PP, Permen, dll) wajib menyesuaikan diri dengan UU No.
23/2014
KEWENANGAN PENERBITAN IUP
(Pasal 37 dan Pasal 48 UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Minerba Jo UU
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah)

PEMERINTAH PEMERINTAH DAERAH / PEMERINTAH

IUP MEMPERTIMBANGKAN IUP


WILAYAH LELANG
EKSPLORASI OPERASI
KERJA 1. Lokasi PRODUKSI
pengolahan/pemurnian
2. Lokasi pelabuhan
khusus
3. Dampak lingkungan

Wilayah
Kerja GUBERNUR
Kab/Kota dan LOKAL DAN GUBERNUR
lintas Kab/Kota REGIONAL

Wilayah
Kerja PEMERINTAH
NASIONAL PEMERINTAH
lintas Provinsi

67
PEMBAGIAN URUSAN DI BIDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
(PASAL 15 AYAT (1) JO. LAMPIRAN HURUF CC ANGKA 2 UU NO. 23/2014)
No. Pemerintah Pusat Daerah Provinsi

1. Penetapan WP sebagai bagian dari tata ruang wilayah nasional,


yang terdiri atas wilayah usaha pertambangan, wilayah
pertambangan rakyat, dan wilayah pencadangan negara serta
wilayah usaha pertambangan khusus

2. Penetapan WIUP mineral logam dan batubara serta wilayah izin


usaha pertambangan khsusus

3. Penetapan WIUP mineral bukan logam dan batuan lintas Penetapan WIUP mineral bukan logam dan batuan dalam 1 (satu)
Daerah provinsi dan wilayah laut lebih dari 12 mil Daerah provinsi dan wilayah laut s.d 12 mil

4. Penerbitan izin usaha pertambangan mineral logam, batubara, a. Penerbitan IUP mineral logam dan batubara dalam rangka
mineral bukan logam, dan batuan pada: penanaman modal dalam negeri pada wilayah izin usaha
a. Wilayah izin usaha pertambangan yang berada pada pertambangan Daerah yang berada dalam 1 (satu) Daerah provinsi
wilayah lintas Daerah provinsi; termasuk wilayah laut sampai dengan 12 mil laut
b. Wilayah izin usaha pertambangan yang berbatasan b. Penerbitan IUP mineral bukan logam dan batuan dalam rangka
langsung dengan negara lain; penanaman modal dalam negeri pada wilayah izin usaha
c. Wilayah laut lebih dari 12 mil. pertambangan Daerah yang berada dalam 1 (satu) Daerah provinsi
termasuk wilayah laut sampai dengan 12 mil laut
Lanjutan
No. Pemerintah Pusat Daerah Provinsi
5. Penerbitan izin usaha pertambangan dalam rangka penanaman modal
asing
6. Pemberian izin usaha pertambangan khusus mineral dan batubara
7. Pemberian registrasi izin usaha pertambangan dan penetapan jumlah
produksi setiap Daerah provinsi untuk komoditas mineral logam dan
batubara

8. Penerbitan izin usaha pertambangan operasi produksi khusus untuk Penerbitan izin usaha pertambangan operasi produksi khusus untuk
pengolahan dan pemurnian yang komoditas tambangnya berasal dari pengolahan dan pemurnian dalam rangka penanaman modal dalam
Daerah provinsi lain di luar lokasi fasilitas pengolahan dan pemurnian, negeri yang komoditas tambangnya berasal dari 1 (satu) Daerah
atau impor serta dalam rangka penanaman modal asing provinsi

9. Penerbitan izin usaha jasa pertambangan dan surat keterangan terdaftar Penerbitan izin usaha jasa pertambangan dan surat keterangan
dalam rangka penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal terdaftar dalam rangka penanaman modal dalam negeri yang
asing yang kegiatan usahanya di seluruh wilayah Indonesia kegiatan usahanya dalam 1 (satu) Daerah provinsi

10. Penetapan harga patokan mineral logam dan batubara Penetapan harga patokan mineral bukan logam dan batuan
11. Pengelolaan inspektur tambang dan pejabat pengawas pertambangan

12. Penerbitan izin pertambangan rakyat untuk komoditas mineral


logam, batubara, mineral bukan logam, dan batuan dalam wilayah
pertambangan rakyat
X. POKOK-POKOK PEMBAHASAN RANCANGAN PERATURAN MENTERI
ESDM TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENYAMPAIAN, EVALUASI,
DAN/ATAU PERSETUJUAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN BIAYA
TAHUNAN SERTA LAPORAN PADA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN
MINERAL DAN BATUBARA MINERBA
LATAR BELAKANG

1 Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri ESDM tentang Rencana Kerja dan Laporan
merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010.

2 Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri ini memiliki urgensi dalam rangka melaksanakan ketentuan
dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 34 Tahun 2017 tentang Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral
dan Batubara.

3 Dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 34 Tahun 2017, diatur sejumlah perizinan yang diintegrasikan ke
dalam Persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) dalam rangka penyederhaan perizinan.

4
Peraturan Menteri tentang Rencana Kerja dan Laporan ini memuat tentang Tata Cara Penyampaian Laporan,
Pemberian Persetujuan atas Laporan serta memuat format dan tata cara penyusunan laporan oleh
pemegang IUP, IUPK, IUP OP khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian, dan IUJP yang diterbitkan oleh
Pemerintah Pusat maupun oleh Pemerintah Daerah.

71
INTEGRASI PERIZINAN DALAM PERSETUJUAN RKAB

INTEGRASI LATAR
PERSETUJUAN
DIGUNAKAN
RKAB
SEBAGAI
JENIS –JENIS DALAM
BELAK
REKOMENDASI UNTUK
PERIZINAN DAN RKAB PENGURUSAN PERIZINAN DI
PERSETUJUAN INSTANSI LAINNYA

Daftar Perizinan yang diintegrasikan dalam


Persetujuan RKAB
ANG
1.
2.
Rekomendasi Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing
Persetujuan Rencana Perubahan Investasi dan Sumber Pembiayaan
(Lanjut
TUJUAN INTEGRASI PERIZINAN DALAM RKAB:
1. Proses perizinan lebih efektif dan efisien
2. Mempersingkat proses birokrasi sehingga pelaku

an)
termasuk di dalamnya Perubahan Modal Disetor dan Ditempatkan
3. Persetujuan Rencana Pembangunan Fasilitas Pengangkutan, Penyimpanan/Penimbunan, atau usaha dapat mengurus beberapa perizinan
Penggunaan Bahan Peledak dan Rekomendasi Pembelian Bahan Peledak sekaligus
4. Persetujuan Rencana Pembangunan Tempat Penyimpanan/Penimbunan Bahan Bakar Cair
5. Persetujuan Rencana Pelaksanaan Peledakan Tidur
6. Persetujuan Rencana Pengujian Kelayakan Penggunaan Peralatan dan/atau
Rencana Pengujian KelayaKan Penggunaan Instalasi MULAI BERLAKU UNTUK PERSETUJUAN
7. Persetujuan Rencana Pengoperasian Kapal Keruk/Isap RKAB TAHUN 2018

72
POKOK-POKOK PENGATURAN
1. RENCANA KERJA

Penyusunan RKAB, Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian,
dan IUJP dalam menyusun RKAB Tahunan wajib mengikuti format sebagaimana terlampir dalam Permen ini
(format RKAB untuk mineral logam, batubara, bukan logam dan batuan dibuat secara terpisah)
Penyampaian RKAB, paling cepat 90 hari kalender dan paling lambat 45 hari kalender
sebelum berakhirnya tahun takwim.
Persetujuan RKAB:
 Menteri atau gubernur memberikan persetujuan atau tanggapan dalam jangka waktu
14 hari kerja sejak diterimanya RKAB Tahunan secara lengkap dan benar.
 Dalam hal Menteri atau gubernur memberikan tanggapan atas RKAB Tahunan pemegang IUP atau IUPK wajib
menyampaikan perbaikan RKAB Tahunan dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja.
 Menteri atau gubernur memberikan persetujuan atas RKAB Tahunan dalam jangka
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya perbaikan.

73
7 7
POKOK-POKOK PENGATURAN
JENIS-JENIS LAPORAN
I. LAPORAN BERKALA II. LAPORAN AKHIR III. LAPORAN KHUSUS
1. laporan atas RKAB Tahunan, terdiri dari laporan 1. laporan akhir kegiatan 1. laporan pemberitahuan awal kecelakaan
bulanan dan laporan triwulan Eksplorasi
2. laporan pelaksanaan reklamasi dalam rangka 2. laporan Studi Kelayakan 2. laporan pemberitahuan awal kejadian
pelepasan atau pencairan jaminan reklamasi berbahaya

3. laporan pelaksaan pascatambang dalam 3. laporan pelaksanaan 3. laporan pemberitahuan awal kejadian
rangka pencairan jaminan pascatambang pemasangan tanda batas akibat penyakit tenaga kerja

4. laporan audit internal dan/atau eksternal SMKP 4. laporan penyakit akibat kerja hasil diagnosis
Mineral dan Batubara
5. laporan kualitas air limbah 5. laporan kasus lingkungan
pertambangan
6. laporan konservasi 6. laporan kajian teknis pertambangan
7. laporan statistik kecelakaan tambang dan 7. laporan audit eksternal sistem manajemen
kejadian berbahaya keselamatan pertambangan minerba

8. laporan statistik penyakit tenaga kerja

75
POKOK-POKOK PENGATURAN
3. PENGATURAN KHUSUS RKAB IUJP
Penyampaian RKAB hanya wajib apabila pemegang IUJP telah mendapatkan kontrak kerja sama dari
pemegang IUP, IUPK, IUP OP khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian, atau IUJP.

Dalam hal pemegang IUJP baru mendapat kontrak kerja pada tahun berjalan, kegiatan dapat dilaksanakan
setelah menyampaikan RKAB Tahunan kepada Menteri atau Gubernur

Dalam hal RKAB tahunan pemegang IUJP memuat rencana penggunaan tenaga kerja
asing, RKAB tahunan harus mendapatkan persetujuan dari Menteri atau Gubernur

Perubahan RKAB hanya dapat diajukan oleh pemegang IUJP dalam hal terdapat perubahan rencana
penggunaan tenaga kerja asing

10
POKOK-POKOK PENGATURAN
5. SISTEM INFORMASI RENCANA KERJA DAN LAPORAN
Dalam rangka penyeragaman format data dan informasi, Ditjen Mineral dan Batubara akan
menyusun sistem informasi rencana kerja dan laporan mineral dan batubara.
Sistem informasi rencana kerja dan laporan disusun dalam rangka penyeragaman format data dan
informasi rencana kerja, format data dan informasi laporan, proses penyampaian rencana kerja
dan laporan, format evaluasi dan persetujuan rencana kerja dan laporan, proses pengelolaan data
dari informasi rencana kerja dan laporan, dan proses pengelolaan arsip elektronik rencana kerja
dan laporan.
Sistem informasi rencana kerja dan laporan disusun dengan menggunakan
teknologi sistem informasi yang bersifat universal.
Sistem informasi rencana kerja dan laporan harus diberlakukan secara nasional dalam jangka
waktu paling lambat 2 (dua) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.

77
POKOK-POKOK PENGATURAN
6. PENGATURAN LAINNYA
PENGATURAN IUP OP DAPAT MELAKUKAN KEGIATAN EKSPLORASI LANJUTAN
Pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi dapat melakukan kegiatan Eksplorasi lanjutan dalam rangka:
a. optimalisasi Sumberdaya mineral atau batubara menjadi cadangan;
b. mempertahankan rasio cadangan terhadap produksi tertentu; dan/atau
c. penyesuaian terhadap perubahan metode penambangan.

PENGATURAN PERUBAHAN RKAB


 Perubahan RKAB hanya dapat diajukan oleh pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi apabila terjadi
perubahan tingkat kapasitas produksi.
 Perubahan RKAB dapat diajukan sebanyak 1 (satu) kali dalam jangka waktu paling cepat setelah pemegang IUP Operasi
Produksi atau IUPK Operasi Produksi menyampaikan laporan triwulan kedua dan paling lambat tanggal 31 Juli pada tahun
berjalan.

78
KETENTUAN PERALIHAN DAN KETENTUAN PENUTUP
KETENTUAN PERALIHAN KETENTUAN PENUTUP

Ketentuan mengenai tata cara Keputusan Menteri Energi dan


penyusunan, penyampaian, evaluasi, Sumber Daya Mineral Nomor
dan/atau persetujuan rencana kerja 1453.K/29/MEM/2000 tentang Pedoman
dan anggaran biaya tahunan serta Teknis Penyelenggaraan Tugas
laporan dalam Peraturan Menteri ini Pemerintahan di Bidang Pertambangan
diberlakukan kepada kontrak karya Umum
dan perjanjian karya pengusahaan
pertambangan batubara
DICABUT

79
Terima Kasih 80

Anda mungkin juga menyukai