Penguasaan NEGARA
PEMERINTAH
• Penetapan Kebijakan dan Pengaturan
• Penetapan Standar dan Pedoman
• Penetapan Kriteria pembagian Urusan Pusat danDaerah
• Tanggungjawab pengelolaan minerba berdampak
+ “Dekonsentrasi”
nasional dan lintas provinsi
+ “Desentralisasi”
Undang-Undang
Penyelenggaraan Penguasaan
Pertambangan (Mining Right) PEMERINTAH PROVINSI
Tanggungjawab pengelolaan lintas
Kabupaten dan/atau berdampak regional
Perda
PELAKU USAHA
Hak Pengusahaan BUMN / BUMD
Badan Usaha Lain
(Economic Right) Koperasi
Perorangan
DASAR HUKUM KESELAMATAN PERTAMBANGAN MINERBA
UUD 1945 Pasal 27 UUD 1945 Pasal 33
(2) (2&3)
UUD 1945 PASAL 33 • K3 (Tugas dan Tanggung Jawab PO, Mengelola KP, SMKP Minerba)
• Level 1 : PP 55-2010 pasal 26,27
• Level 2: Permen ESDM 26-2018 pasal 7 – 19
UU UU NO 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara
• Level 3: Kepmen ESDM 1827-2018 Lampiran I, III, IV
• Teknis Pertambangan
1. PP NO 22 TAHUN 2010 Tentang Wilayah Pertambangan • Level 1: PP 55-2010 pasal 21
2. PP NO 23 TAHUN 2010 Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba • Level 2: Permen ESDM 26-2018 pasal 12 – 13
3. PP NO 55 TAHUN 2010 Tentang Pembinaan Dan Pengawasan • Level 3: Kepmen ESDM 1827-2018 Lampiran II
PP Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara • Lingkungan (Mengelola Lingkungan Pertambangan)
4. PP NO 78 TAHUN 2010 Tentang Reklamasi Dan Pascatambang • Level 1: PP 55-2010 pasal 28 dan PP 78-2010 mengenai Reklamasi
dan Pasca Tambang
• Level 2: Permen ESDM 26-2018 pasal 20-23
Permen & Kepmen • Level 3: Kepmen ESDM 1827-2018 Lampiran V, VI
• Konservasi Minerba
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018: Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan
Pertambangan Mineral dan Batubara
• Level 1: PP 55-2010 pasal 25
• Level 2: Permen ESDM 26-2018 pasal 24-26
• Level 3: Kepmen ESDM 1827-2018 Lampiran VII
Kepmen ESDM No. 1827 Tahun 2018: Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik.
• Usaha Jasa
• Level 1: Permen ESDM 11-2018
Permen ESDM No. 11 Tahun 2018 Jo Permen ESDM No. 22 Tahun 2018: Tata cara pemberian wilayah, • Level 2: Permen ESDM 26-2018 pasal 45-38
perizinan, dan pelaporan pada kegiatan usaha pertambangan minerba
• Level 3: Kepmen ESDM 1827-2018 Lampiran VIII, KEPMEN ESDM
1796 K/30/MEM/2018
Kepmen ESDM No. 1806 tahun 2018: Pedoman pelaksanaan penyusunan, evaluasi, persetujuan rencana
kerja dan anggaran biaya, serta laporan pada kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara • Standarisasi
• Permen ESDM No. 42-2016 dan Permen ESDM No. 43-2016
Peraturan (Terbaru) Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik
Keputusan Dirjen
Mineral dan Batubara
• Kepdirjen Nomor 308/30/DJB/2018
tentang Juknis KTT/PTL, Pengawas
Operasional, Pengawas Teknis, dll
• Kepdirjen Nomor 309/30/DJB/2018
tentang Bahan Peledak dan
Peledakan dan Tangki Bahan Bakar
Cair
• Kepdirjen Nomor 182/30/DJB/2020
tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Konservasi Minerba
Permen ESDM Kepmen ESDM No Dalam Rangka Pelaksanaan Kaidah
Pertambangan Yang Baik
No 26 Tahun 2018 1827K/30/MEM/2018 • Kepdirjen Nomor 185/30/DJB/2018
Pelaksanaan Kaidah Pedoman Pelaksanaan tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Keselamatan
Pertambangan Yang Baik Kaidah Teknik Pertambangan dan Pelaksanaan,
dan Pengawasan Pertambangan yang Baik Penilaian, dan Pelaporan SMKP
Minerba
Pertambangan Mineral dan
• Kepdirjen No. 141K/30/DJB/2019
Batubara tentang Juknis Pemasangan dan
Penetapan Tanda Batas
WIUP/WIUPK OP
Kewajiban Pengelolaan Pertambangan Yang Baik
UU NO. 4 TAHUN 2009 Pasal 95, 96, 140, 141
Pasal 96 (revisi): Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan
Pasal 95: Pemegang IUP dan IUPK wajib: yang baik, pemegang IUP dan IUPK wajib melaksanakan:
a. menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik; a. ketentuan keselamatan pertambangan ;
b. mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi b. pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan,
Indonesia; termasuk kegiatan reklamasi dan/atau pascatambang;
c. meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/ atau c. upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara;
batubara; d. pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan Usaha
d. melaksanakan pengembangan dan peinberdayaan Pertambangan dalam bentuk padat, cair, atau gassampai
masyarakat setempat; dan memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke
e. mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan media lingkungan.
24
UU NO.1 TH 1970, Lanjutan
Pasal 13
Kewajiban Bila • Wajib mentaati semua petunjuk K2 & memakai APD yang diwajibkan
Masuk Tempat Kerja
12
UU NO.1 TH 1970, Lanjutan
13
UU No 13 tahun 2003
Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak
untuk memperoleh perlindungan
atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
Pasal 87
b. moral dan kesusilaan; dan
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan
c.perlakuan yang sesuai dengan harkat
sistem manajemen keselamatan dan
dan martabat manusia serta kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
nilai-nilai agama. sistem manajemen perusahaan.
(2) Untuk melindungi keselamatan
pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya keselamatan
dan kesehatan kerja.
PP No. 19 tahun 1973
Karakteristik
Kementerian ESDM PP No. 19 Tahun 1973
Pertambangan
• Padat Modal dan • Memiliki personel • Menteri ESDM
Teknologi khusus melakukan
• Risiko Besar dan • Memiliki peralatan pengawasan atas K3
Spesifik khusus dalam bidang
• Peralatan Khusus pertambangan
• Dinamis (Hazard dan kecuali untuk ketel
Risiko Berpindah) uap.
PP NO. 19 TH 1973
a. Pertambangan penting bagi pembangunan ekonomi nasional & pertahanan
negara. Pengaturan lebih lanjut pengawasan K2 bidang pertambangan
sebagaimana dlm Psl 16 UU No.: 44 Prp. Th 1960 & Psl 29 UU No. 11 Th 1967;
b. UU No. 1 Th 1970 mengatur K2 secara umum termasuk bidang pertambangan yg
menjadi tugas dan tanggung jawab Menakertransko
c. Usaha pertambangan terus menerus, butuh peralatan khusus, bahaya
& kecelakaan begitu besar dan khas serta perlu pengawasan K2 yg
lebih effisien dan efektif
d. Departemen Pertambangan punya Personil & Peralatan Khusus untuk
Pengawasan K3 Pertambangan 32
PP NO. 19 TH 1973 lanjutan
Pasal 1: Pengaturan K2 Pertambangan dalam UU No. 44 Prp. Th 1960, UU No. 11 Th
1967, dan PP No.32 Th 1969 dgn ditetapkan UU No. 1 Th 1970 dilakukan Oleh
Menteri Pertambangan
Pasal 2 : Pengawasan K2 bidang Pertambangan oleh Menteri Pertambangan
berpedoman pada UU.No.1 Tahun 1970 & Peraturan Pelaksanaannya
Pasal 3: Menteri Pertambangan mengangkat Pejabat Pengawas K2 kerjasama
dengan Pejabat K2 Depnakertransko
Pasal 4: Menteri Pertambangan secara berkala melaporkan pelaksanaan
Pengawasan dimaksud Pasal 1, 2, & 3 kepada Menakertransko
Pasal 5 : PP 19 Th 1973 tidak berlaku utk Ketel Uap sebagaimana dimaksud Stoom
Ordonantie 1930 ( Sblt. 1930 Nomor 225).
33
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2010
Kelayakan Evaluasi
Sistem dan Pelaksanaan Sarana, Kompetensi Laporan Hasil
Pemeliharaan/Perawatan Pengamanan
Sarana, Prasarana, Prasarana, Tenaga Teknik Kajian Teknis
Instalasi dan Peralatan Instalasi Instalasi, dan
Pertambangan Pertambangan
Peralatan
Pertambangan
PENGAWASAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN
Perusahaan:
Pemerintah: • Kepala Teknik Tambang
• Organisasi dan Personil Keselamatan Pertambangan
- Kepala Inspektur Tambang • Program Keselamatan Pertambangan
- Inspektur Tambang • Anggaran & Biaya
• Dokumen & Laporan Keselamatan Pertambangan
37
STRUKTUR PERMEN NO. 26 TAHUN 2018
22
STRUKTUR PERMEN NO. 26 TAHUN 2018
23
STRUKTUR PERMEN NO. 26 TAHUN 2018
24
KEPALA INSPEKTUR TAMBANG (KAIT) DAN INSPEKTUR TAMBANG (IT)
• Kepala Inspektur Tambang yang selanjutnya disebut KaIT adalah pejabat yang secara ex
officio menduduki jabatan Direktur yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang
keteknikan dan lingkungan pertambangan mineral dan batubara pada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertambangan mineral dan batubara.
• Inspektur Tambang adalah aparatur sipil negara yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kaidah teknik
pertambangan yang baik serta kaidah teknik pengolahan dan/atau pemurnian.
• Pejabat yang Ditunjuk adalah aparatur sipil negara yang diberi tugas, tanggung jawab, dan
wewenang untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tata kelola pengusahaan
pertambangan serta tata kelola pengusahaan Pengolahan dan/atau Pemurnian.
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 Pasal 1 Angka 15, 16, 17
25
KEPALA TEKNIK TAMBANG (KTT), KEPALA TAMBANG BAWAH TANAH DAN
PENANGGUNGJAWAB TEKNIK 7 LINGKUNGAN (PTL)
• Kepala Teknik Tambang adalah orang yang menduduki jabatan tertinggi di dalam struktur
organisasi Perusahaan Pertambangan di wilayah kegiatan usaha pertambangan yang
bertanggung jawab kepada KAIT atas dilaksanakan dan ditaatinya ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang Keselamatan Pertambangan di wilayah yang menjadi
tanggung jawabnya.
• Kepala Tambang Bawah Tanah yang selanjutnya disingkat KTBT adalah seseorang yang
memiliki posisi tertinggi dalam struktur tambang bawah tanah yang bertugas memimpin
dan bertanggung jawab atas terlaksananya operasional tambang bawah tanah sesuai
dengan kaidah teknik pertambangan yang baik.
• Penanggungjawab Teknik dan Lingkungan adalah seseorang yang memiliki posisi tertinggi
dalam struktur organisasi lapangan yang bertugas memimpin dan bertanggung jawab atas
terlaksananya kegiatan operasional Pengolahan dan/atau Pemurnian sesuai dengan
kaidah teknik pengolahan dan/atau pemurnian.”
• PASAL 3 AYAT 1
• Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan IUPK
Operasi Produksi dalam setiap tahapan kegiatan Usaha Pertambangan
wajib melaksanakan kaidah pertambangan yang baik.
• PASAL 4 AYAT 1
• Pemegang IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau
pemurnian dalam kegiatan Pengolahan dan/atau Pemurnian wajib
melaksanakan kaidah pertambangan yang baik.
• PASAL 5 AYAT 1
• Pemegang IUJP wajib melaksanakan kaidah pertambangan yang baik sesuai
dengan bidang usahanya.
27
27
GOOD MINING PRACTICE
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 3 ayat 3 Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 3 ayat 4
30
30
• Pasal 14 ayat (1) Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan
IUPK Operasi Produksi wajib melaksanakan ketentuan keselamatan pertambangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf c dan huruf d.
• Pasal 14 ayat (2) Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan
IUPK Operasi Produksi dalam melaksanakan ketentuan keselamatan pertambangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib:
a. menyediakan segala peralatan, perlengkapan, alat pelindung diri, fasilitas,
personil, dan biaya yang diperlukan untuk terlaksananya ketentuan
keselamatan pertambangan; dan
b. membentuk dan menetapkan organisasi bagian keselamatan pertambangan
berdasarkan pertimbangan jumlah pekerja, sifat, atau luas area kerja.
31
31
Pengelolaan Keselamatan Pertambangan Mineral
dan Batubara
3232
32
Pelaksanaan Keselamatan Kerja Pertambangan
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (a)
program
keselamatan
kerja yang
meliputi pendidikan pencegahan
manajemen pencegahan administrasi manajemen inspeksi
dan pelatihan dan
terjadinya keselamatan keadaan keselamatan
risiko; kecelakaan, keselamatan penyelidikan
kerja; darurat; kerja; dan
kebakaran, dan kerja; kecelakaan;
kejadian lain
yang
berbahaya;
33
33
33
Pengelolaan Kesehatan Kerja
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (b)
ergonomis,
34
34
34
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (c)
35
Pengelolaan Keselamatan Operasi Pertambangan
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 5
a. sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan
b. pengamanan instalasi;
c. tenaga teknis bidang keselamatan operasi yang kompeten;
d. kelayakan sarana, prasarana instalasi, dan peralatan pertambangan dengan melaksanakan uji dan pemeliharaan
kelayakan;
e. evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan;
f. keselamatan bahan peledak dan peledakan;
g. keselamatan fasilitas pertambangan;
h. keselamatan Eksplorasi;
i. keselamatan tambang permukaan;
j. keselamatan tambang bawah tanah; dan
k. keselamatan kapal keruk/isap.
l. Keselamatan pengolahan dan/atau pemurnian (Pasal 16)
36
36
36
37
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Minerba
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 18 dan 19
I.
kebijakan;
VII.
tinjauan II.
manajemen
perencanaa
dan n;
peningkatan
kinerja.
III.
VI.
dokumentas organisasi
dan
i; dan
personel;
V.
pemantaua IV.
n, evaluasi, implementa
dan tindak si;
56
lanjut;
SANKSI ADMINISTRATIF
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 50
• Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan IUPK
Operasi Produksi, Pemegang IUJP, Pemegang IPR yang tidak mematuhi atau
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dikenakan sanksi administratif.
• Sanksi administratif sebagaimana dimaksud berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan usaha; dan/atau
c. pencabutan izin.
• Sanksi administratif sebagaimana dimaksud diberikan oleh Menteri atau
gubernur sesuai dengan kewenangannya.
39
39
57
KEPMEN 1827 K/30/MEM/ 2018
• Lampiran I: pedoman permohonan, evaluasi, dan/atau pengesahan kepala teknik tambang, penanggung
jawab teknik dan lingkungan, kepala tambang bawah tanah, pengawas operasional, pengawas teknis,
dan/atau penanggung jawab operasional;
• Lampiran II: pedoman pengelolaan teknis pertambangan;
• Lampiran III: pedoman pelaksanaan keselamatan pertambangan dan keselamatan pengolahan
dan/atau pemurnian mineral dan batubara;
• Lampiran IV: Pedoman penerapan sistem manajemen keselamatan pertambangan mineral dan
batubara;
• Lampiran V: Pedoman pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan mineral dan batubara;
• Lampiran VI: Pedoman pelaksanaan reklamasi dan pascatambang serta pascaoperasi pada kegiatan
usaha
pertambangan mineral dan batubara;
• Lampiran VII: Pedoman pelaksanaan konservasi mineral dan batubara;
• Lampiran VIII: Pedoman kaidah teknik usaha jasa pertambangan dan evaluasi kaidah teknik usaha
jasa pertambangan.
40
40
57
Lampiran I: pedoman permohonan, evaluasi, dan/atau pengesahan kepala teknik tambang, penanggung jawab teknik
dan lingkungan, kepala tambang bawah tanah, pengawas operasional, pengawas teknis, dan/atau penanggung jawab
operasional
• KRITERIA KTT
• KTT Kelas IV
• KTT Kelas III
• KTT Kelas II
• KTT Kelas I
• KRITERIA PTL
• PTL Kelas III
• PTL Kelas II
• PTL Kelas I
41
41
41
57
KRITERIA KTT IV DAN III
• KRITERIA KTT IV
a. untuk pemegang Izin Pertambangan Rakyat (IPR); dan
b. mempunyai sertifikat kualifikasi yang diakui oleh KaIT atau telah mengikuti pendidikan atau bimbingan
teknis terkait penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik.
• KRITERIA KTT III
a. tahapan kegiatan pertambangan: tahap eksplorasi; dan tahap operasi produksi dengan metode tambang
semprot (Hidrolis), tambang bor, tambang terbuka berjenjang tunggal, kuari, dan kapal keruk, dan/atau kapal
isap;
b. jumlah produksi rata-rata: 1) tambang terbuka berjenjang tunggal, untuk batubara kurang dari atau sama
dengan 150 (seratus lima puluh) metrik ton per hari; 2) mineral logam meliputi: tambang semprot kurang dari
atau sama dengan 1 (satu) ton bijih per hari; dan kapal keruk dan/atau kapal isap dengan menggunakan
ponton kurang dari atau sama dengan 1 (satu) ton bijih per hari; 3) mineral batuan atau mineral bukan logam
meliputi: kuari kurang dari atau sama dengan 250 (dua ratus lima puluh) ton batuan; dan mineral bukan
logam dengan produksi kurang dari atau sama dengan 250 (dua ratus lima puluh) ton perhari;
c. tanpa menggunakan bahan peledak;
d. jumlah pekerja kurang dari atau sama dengan 50 (lima puluh) orang; dan
e. memiliki sertifikat kompetensi Pengawas Operasional Pertama (POP) atau sertifikat kualifikasi yang diakui oleh
KaIT.
42
42
42
57
Kriteria KTT II
KTT Kelas II memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. tahapan kegiatan pertambangan operasi produksi dengan metode tambang semprot
(Hidrolis), tambang terbuka, kuari, kapal keruk/kapal isap;
b. jumlah produksi rata-rata: 1) tambang terbuka untuk batubara kurang dari atau sama dengan 500 (lima
ratus) metrik ton per hari; 2) mineral logam meliputi: a) tambang terbuka untuk mineral logam kurang
dari atau sama dengan 1.500 (seribu lima ratus) ton bijih per hari; b) tambang semprot kurang dari atau
sama dengan 5 (lima) ton bijih per hari; dan c) kapal keruk dan/atau kapal isap kurang dari atau sama
dengan 5 (lima) ton bijih per hari; 3) mineral batuan atau mineral bukan logam meliputi: i. kuari dengan
produksi kurang dari atau sama dengan 500 (lima ratus) ton per hari; dan ii. mineral bukan logam
kurang dari atau sama dengan produksi 500 (lima ratus) ton per hari.
c. jumlah pekerja kurang dari atau sama dengan 200 (dua ratus) orang; dan
d. memiliki sertifikat kompetensi Pengawas Operasional Madya (POM) atau sertifikat
kualifikasi yang diakui oleh KaIT.
43
43
43
57
Kriteria KTT I
KTT Kelas I memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi: tahap operasi produksi dengan metode tambang semprot
(Hidrolis), tambang terbuka, tambang bawah tanah, kuari, kapal keruk, dan/atau kapal isap.
b. jumlah produksi rata-rata: 1) tambang terbuka untuk batubara lebih dari 500 (lima ratus)
metrik ton per hari; 2) tambang bawah tanah untuk batubara pada semua kapasitas produksi;
3) mineral logam meliputi: i. tambang semprot lebih dari 5 (lima) ton bijih per hari; ii. tambang terbuka untuk
mineral logam lebih dari 1.500 (seribu lima ratus) ton bijih per hari; iii. tambang bawah tanah untuk mineral
logam pada semua kapasitas produksi; dan iv. kapal keruk dan/atau kapal isap lebih dari 5 (lima) ton bijih per
hari; 4) mineral batuan atau mineral bukan logam meliputi: i. mineral batuan atau mineral bukan logam dengan
produksi lebih dari atau sama dengan 500 (lima ratus) ton per hari; dan ii. tambang bawah tanah untuk mineral
bukan logam pada semua kapasitas produksi;
d. memiliki Sertifikat Kompetensi Pengawas Operasional Utama (POU) atau sertifikat kualifikasi yang diakui oleh
KaIT.
44
44
44
57
KRITERIA PTL
45
45
45
57
KRITERIA, TUGAS, DAN FUNGSI KTBT
1) KTBT memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. memiliki Sertifikat Kompetensi Pengawas Operasional Utama (POU) atau sertifikat
kualifikasi yang diakui oleh KaIT; dan
b. bekerja dalam divisi tambang bawah tanah dan menduduki jabatan tertinggi dalam divisi tersebut.
46
46
46
57
KRITERIA KTT UNTUK WARGA NEGARA ASING
a. memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan kelas KTT yang diajukan atau
memiliki Mine Manager Certificate atau sertifikat sejenis yang diterbitkan oleh
negara asal dan diakui oleh KaIT; dan
b. telah mengikuti pendidikan dan pelatihan terkait peraturan perundang-
undangan dan kebijakan mengenai penerapan kaidah teknik pertambangan
yang baik.
Bagi warga negara asing yang sudah disahkan sebagai KTT maka dilanjutkan dengan lulus Uji Kemahiran
Berbahasa Indonesia dengan predikat paling kurang madya dalam jangka waktu 6 (enam) bulan.
KaIT dapat membatalkan kembali pengesahan KTT tersebut apabila KTT tersebut belum lulus Uji
Kemahiran Berbahasa Indonesia dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
47
47
47
57
PENGAWAS OPERASIONAL DAN PENGAWAS TEKNIS,
• Kepmen ESDM No. 1827 Tahun 2018 Lampiran I:
“Pengawas Operasional adalah orang yang ditunjuk oleh KTT/PTL dan bertanggung
jawab kepada KTT/PTL dalam melaksanakan inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian
kegiatan operasional pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai kaidah teknik
pertambangan yang baik.”
“Pengawas Teknis adalah orang yang ditunjuk oleh KTT/PTL dan bertanggung
jawab kepada KTT/PTL atas keselamatan pemasangan, pemeliharaan,
pemeriksaan, dan pengujian terhadap sarana, prasarana, instalasi, dan
peralatan pertambangan yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan mengenai kaidah teknik
pertambangan yang baik.”
48
48
48
57
49
49
68
57
PENGAWAS OPERASIONAL
50
50
50
57
PENGESAHAN PENGAWAS OPERASIONAL
51
51
51
57
PENANGGUNG JAWAB OPERASIONAL (PJO)
• “Penanggung Jawab Operasional adalah orang yang menduduki jabatan tertinggi
dalam struktur organisasi Perusahaan Jasa Pertambangan dalam struktur organisasi
perusahaan jasa pertambangan di wilayah kegiatan usaha pertambangan dan
bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas dilaksanakan dan ditaatinya peraturan
perundang-undangan mengenai kaidah teknik pertambangan yang baik.”
52
52
52
57
PENANGGUNG JAWAB OPERASIONAL (PJO)
Persyaratan Administrasi
a. pekerja perusahaan jasa pertambangan;
b. riwayat hidup calon PJO;
c. memiliki jabatan tertinggi dibuktikan dalam struktur organisasi perusahaan jasa
pertambangan (di site) yang ditandatangani oleh Direksi dengan cap basah;
d. surat pernyataan dukungan dari Direksi Perusahaan jasa pertambangan;
e. surat pernyataan komitmen calon PJO;
f.Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (madya) bagi TKA
Persyaratan Teknis
g. memahami aspek pengelolaan usaha jasa pertambangan;
h. memahami aspek teknis pertambangan, konservasi, keselamatan pertambangan, dan
perlindungan lingkungan;
c. memahami kewajiban dan sanksi usaha jasa pertambangan; dan
d. jenjang sertifikat kompetensi pengawas operasional atau sertifikat kualifikasi yang diakui oleh
KaIT yang ditentukan berdasarkan pertimbangan teknis oleh KTT
53
Lampiran III: PEDOMAN PELAKSANAAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN DAN
KESELAMATAN PENGOLAHAN DAN/ATAU PEMURNIAN MINERAL DAN BATUBARA;
1. Keselamatan Kerja Pertambangan
a. Manajemen Risiko 3. Lingkungan Kerja:
b. Program Keselamatan Kerja a. pengelolaan debu;
c. Pendidikan dan Pelatihan Keselamatan Kerja b. pengelolaan kebisingan;
d. Kampanye
c. pengelolaan getaran;
e. Administrasi Keselamatan Kerja
d. pengelolaan pencahayaan;
f. Manajemen Keadaan Darurat
e. pengelolaan kuantitas dan kualitas udara kerja;
g. Inspeksi Keselamatan Kerja
h. Penyelidikan Kecelakaan dan Kejadian Berbahaya f. pengelolaan iklim kerja;
g. pengelolaan radiasi;
2. Kesehatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/atau
h. pengelolaan faktor kimia;
Pemurnian mencakup: i. pengelolaan faktor biologi; dan
a. Program Kesehatan Kerja j. pengelolaan kebersihan lingkungan kerja
b. Higiene dan Sanitasi
c. Pengelolaan Ergonomi
d. Pengelolaan Makanan, Minuman, dan Gizi Pekerja
Tambang
e. Diagnosis dan Pemeriksaan Penyakit Akibat Kerja
54
Kecelakaan dan Kejadian Berbahaya
Program keselamatankerja dibuat dan dilaksanakan untuk mencegah kecelakaan,
kejadian berbahaya, kebakaran, dan kejadian lain yang berbahaya serta menciptakan
budaya keselamatan kerja.
Kepmen ESDM No. 1827 Tahun 2018 Lampiran III Huruf A Angka 1 huruf h
• Penyelidikan Kecelakaan dan Kejadian Berbahaya
• Kecelakaan dan kejadian berbahaya dilakukan penyelidikan oleh KTT, PTL atau
Inspektur Tambang berdasarkan pertimbangan KaIT/Kepala Dinas atas nama KaIT.
• KTT/PTL segera melakukan Penyelidikan terhadap semua kecelakaan dan kejadian
berbahaya dalam waktu tidak lebih dari 2 x24 jam.
55
55
55
57
Kecelakaan tambang memenuhi 5 (lima) unsur
1. benar-benar terjadi, yaitu tidak diinginkan, tidak direncanakan, dan tanpa unsur
kesengajaan;
2. mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh kepala
teknik tambang (KTT) atau penanggungjawab teknik dan lingkungan (PTL);
3. akibat kegiatan usaha pertambangan atau pengolahan dan/atau pemurnian
atau akibat kegiatan penunjang lainnya;
4. terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cidera atau setiap saat
orang yang diberi izin; dan
5. terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau wilayah proyek.
56
56
56
57
KATEGORI CIDERA AKIBAT KECELAKAAN TAMBANG
1) Cidera Ringan
Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang tidak
mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 (satu) hari dan kurang dari 3 (tiga)
minggu, termasuk hari minggu dan hari libur.
2) Cidera Berat
a. cideraakibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang
tidakmampu melakukan tugas semula selama sama dengan atau lebih
dari 3 (tiga) minggu termasuk hari minggu dan hari libur;
b. cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang
cacat tetap (invalid); dan
c. cidera akibat kecelakaan tambang tidak tergantung dari lamanya pekerja
tambang tidak mampu melakukan tugas semula, tetapi mengalami seperti
salah satu di bawah ini:
57
57
57
• (1) keretakan tengkorak, tulang punggung, pinggul, lengan bawah sampai ruas jari,
lengan atas, paha sampai ruas jari kaki, dan lepasnya tengkorak bagian wajah;
• (2) pendarahan di dalam atau pingsan disebabkan kekurangan oksigen;
• (3) luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang dapat mengakibatkan
ketidakmampuan tetap; atau
• (4) persendian yang lepas dimana sebelumnya tidak pernah terjadi.
3) Mati
Kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang mati akibat kecelakaan
tersebut.
58
58
58
57
Administrasi Keselamatan Kerja dan Manajemen
Keadaan Darurat
Administrasi Keselamatan Kerja
1. Buku tambang Manajemen Keadaan Darurat
2. Buku Daftar Kecelakaan Tambang 1. Identifikasi dan Penilaian Potensi
3. Pelaporan Keselamatan Kerja Keadaan Darurat
4. RKAB Keselamatan Kerja 2. Pencegahan Keadaan Darurat
5. Prosedur dan/atau instruksi kerja 3. Kesiapsiagaan Keadaan Darurat
6. Dokumen dan laporan pemenuhan 4. Respon Keadaan Darurat
kompetensi dan ketentuan
peraturan perundangan serta 5. Pemulihan Keadaan Darurat
persyaratan lainnya
59
59
59
57
Lampiran IV: Pedoman Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Pertambangan Mineral Dan Batubara;
Penerapan SMKP Minerba terdiri atas elemen sebagai berikut:
1. kebijakan;
2. perencanaan;
3. organisasi dan personel;
4. implementasi;
5. pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut;
6. dokumentasi; dan
7. tinjauan manajemen dan peningkatan kinerja.
60
60
60
57
61
Konsep K3
Konsep pekerjaan
62
62
62
82
57
BIRD TRIANGLE
BERAT / MATI
1
CIDERA RINGAN
10
KERUSAKAN ALAT
30
INSIDEN TANPA CIDERA
600 TANPA KERUSAKAN
HAMPIR KECELAKAAN
64
64
64
57
TINGKAT KEKERAPAN KECELAKAAN (FREQUENCY RATE (FR)
Tingkat kekerapan (FR) cedera hilang waktu kerja (HWK) adalah jumlah cedera HWK
untuk setiap 1.000.000 jam kerja dibagi dengan jumlah jam pemaparan dalam
periode tersebut
CATATAN: satu juta jam adalah jumlah jam kerja dari 500 karyawan
yang bekerja 40 jam seminggu dan 50 minggu per tahun
65
65
65
57
TINGKAT KEPARAHAN (SEVERITY RATE)
Tingkat keparahan (SR) cedera HWK adalah jumlah “hari pembebanan” (days charged)
untuk setiap 1.000.000 jam dibagi dengan jumlah jam pemaparan dalam periode tersebut
CATATAN:
• Semua hari kalender (penuh) korban tidak masuk kerja karena keparahan cedera termasuk
hari libur resmi ataupun hari libur kerja (day off). Hari tersebut tidak termasuk hari korban
mendapat cedera dan hari ia kembali kerja
Indeks Kecelakaan: I = FR x SR
66
66
66
57
TAHAPAN PENYEBAB TERJADINYA KECELAKAAN
TEORI DOMINO : PENYEBAB KECELAKAAN
L AC K OF BAS I C IMMEDIATE ACCI DENT LOSSES
CONTROL CAUSE CAUSE
1. PROGRAM
KURANG 1. .TIN D A K A N K O N T
1. F A K T O R 1. C I D E R A
PRIBADI T D K A M A N D G N B
2. STANDAR A T
2. KERU SAKAN
KURANG S U M ALAT
2. F A K T O R 2 . . K O N D I S I
E
3. PENERAPAN PEKERJAAN T D K A M A N
3. . PRODUK
STANDAR
SITERHEN
KURANG
TI
Model ini dikemukakan oleh Frank E. Bird, Jr (1974) yang merupakan salah satu tokoh pembaruan
keselamatan kerja, yang merepresentasikan hubungan langsung sebab dan akibat dari kecelakaan. Panah
yang menunjukan interaksi multi linier dari urutan sebab akibat, model ini dikenal sebagai Model Loss
Causation yang diwakili oleh lima domino yang saling terkait dalam sebuah urutan linier.
87
ACCIDENT COST ICEBERG
Biaya Langsung:
1. Biaya pengobatan dan perawatan
Rp. 1 juta 2. Biaya kompensasi (Asuransi
69
69
69
57