Anda di halaman 1dari 12

BUPATI LINGGA

PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA

NOMOR … TAHUN …

TENTANG

PENGELOLAAN DAN PENGAWASAN PERTAMBANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LINGGA,

Menimbang : a.bahwa wilayah Kabupaten Lingga memiliki Sumber


Daya Alam yang melimpah khususnya Timah dan
Bauksit, yang pengelolaannya dapat memberikan
nilai tambah bagi perekonomian daerah serta
memenuhi hajat hidup orang banyak secara
berkeadilan;

b.bahwa untuk mengantisipasi dan mencegah


terjadinya tambang ilegal yang merugikan daerah dan
masyarakat serta merusak Sumber Daya Alam,
diperlukan upaya penyelenggaraan pencegahan
tambang illegal secara sistematis, terencana dan
terpadu;

c.bahwa berdasarkan ketentuan Undang Undang


Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara;sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

d.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Tambang
Ilegal.
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945

2. Tap MPR Nomor IX/MPR/2001 tentang pembaruan


Agraria dan pengelolaan sumber daya alam

3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003 tentang


pembentukan Kabupaten Lingga di Provinsi
Kepulauan Riau (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 146,Tambahan
lembaran negara Republik Indonesia Nomor 4341)

4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang


Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4959) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6525);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6398);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tenta
ng Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pen
gelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5142 );

8. Perauran Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017


tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraa
n Pemeritah Daerah (Lembaga Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembar
Negara Republik Indonesia Nomor 6041).

9. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2021


tentang pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan
mineral dan batubara (Lembaran negara Tahun 2021
Nomor 208, Tambahan lembaran negara Republik
Indonesia Nomor 6721);

10. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2022


Tentang pendelegasian pemberian perizinan usaha di
bidang pertambangan mineral dan batubara
(Lembaran Negara Tahun 2022 Nomor 91)

11. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya


Mineral Nomor 25 Tahun 2018 tentang Pengusahaan
Pertambangan Mineral dan Batubara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 595);

12. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya


Mineral Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan
Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan
Pertambangan Mineral dan Batubara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 596);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN LINGGA

dan

BUPATI LINGGA
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN


DAN PENGAWASAN PERTAMBANGAN KABUPATEN
LINGGA

BAB 1

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yan dimaksud dengan :

(1) Bupati adalah kepala daerah kabupaten Lingga

(2) Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk


membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah
tertentu.

(3) Daerah adalah bagian permukaan bumi dalam kaitannya dengan


keadaan alam dan sebagainya yang khusus.

(4) Kabupaten dalah suatu satuan teritorial sekaligus pembagian


wilayah administratif setelah provinsi, yang dipimpin oleh seorang
bupati.

(5) Urusan Daerah adalah usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh Daerah.

(6) Kepala Dinas adalah orang yang mempunyai tugas melaksanakan


urusan pemerintahan daerah di bidang Perhubungan berdasarkan
kewenangan, asas otonomi dan tugas pembantuan, perumusan
kebijakan teknis, penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan
umum, pembinaan pelaksanaan tugas berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

(7) Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan bahan


galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik
secara mekanis maupun manual, pada permukaan bumi, di bawah
permukaan bumi dan di bawah permukaan air. Hasil kegiatan ini antara
lain, minyak dan gas bumi, batubara, pasir besi, bijih timah, bijih nikel,
bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas, perak dan bijih mangan.

(8) Izin usaha pertambangan selanjutnya disingkat IUP adalah izin


untuk melaksanakan usaha pertambangan di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang.

(9) Ilegal  adalah Suatu tindakan / perbuatan yang tidak sah atau tidak
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

(10) Wilayah Pertambangan yang selanjutnya disebut WP, adalah


wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak
terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan
bagian dari tata ruang nasional.

(11) Timah adalah logam putih lembut berwarna keperakan dengan


semburat kebiruan, logam tidak keras, digunakan sebagai campuran
untuk kertas bungkus, perkakas dapur, bahan solder, dan sebagainya;
stanum.

(12) Bauksit adalah  bahan mentah yang diolah menjadi Smelter Grade
Alumina (SGA) dan selanjutnya menghasilkan alumunium ingot.

(13) Pengelolaan adalah sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha


yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian
kerja dalam mencapai tujan tertentu.

(14) Pengawasan adalah fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya


dalam suatu organisasi dimana peran dari personal yang sudah memiliki
tugas, wewenang, dan menjalankan pelaksanaannya perlu dilakukan
agar berjalan sesuai dengan tujuan, visi, dan misi
perusahaan/organisasi.

(15) Keuangan mempelajari bagaimana cara mengetahui berbisnis


individu, meningkatkan organisasi, mengalokasi, menggunakan sumber
daya moneter dengan sejalannya waktu, dan juga menghitung risiko
dalam menjalankan proyeknya.

(16) Keselamatan adalah keadaan diselamatkan atau dilindungi dari


bahaya ataupun keadaan diselamatkan atau dilepaskan dari situasi
tertentu yang mengerikan.

(17) Tenaga kerja teknis adalah pekerja yang bertugas menangani bidang
pekerjaan yang berkaitan langsung dengan kegiatan operasional
perusahaan / usaha.

(18) Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi adalah izin usaha yang


diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan penyelidikan umum,
eksplorasi dan studi kelayakan.
(19) Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi adalah izin usaha yang
diberikan setelah selesai pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan
tahapan kegiatan operasi produksi.

BAB II

MAKSUD TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

Tujuan pengelolaan dan pengawasan pertambangan, yaitu:

a. Memberikan pencegahan terhadap terjadinya pertambangan ilegal;

b. Menjamin terjadinya pertambangan yang terencana terkoordirnasi


menyeluruh dan berkelanjutan;

c. Membangun upaya pencegahan dan pengawasan terhadap


pertambangan guna menjaga sumber daya alam.

d. Menciptakan ketertiban dan kemananan dalam memperlancar


pelaksanaan pertambangan .

Pasal 3

Ruang lingkup peraturan daerah pasal yg akan diatur:

a. Kewenangan Pengelolaan Pertambangan

b. Perencanaan

c.Izin Usaha Pertambangan

d. Pembinaan Dan Pengawasan

f. Perlindungan lingkungan dan masyarakat

g. Sanksi Administrasi

BAB III

KEWENANGAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN

Pasal 4

(1) Pemerintah Daerah memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk


melakukan pengelolaan di bidang pertambangan.

(2) Wewenang dan tanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


meliputi:

a. Pemberian IUP, pembinaan dan pengawasan usaha pertambangan


dan perizinan lainnya;

b. pengembangan dan peningkatan nilai tambah kegiatan usaha

pertambangan di daerah;

c. pengembangan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam


usaha

pertambangan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan;

d. penyampaian informasi hasil inventarisasi, penyelidikan umum,


dan penelitian serta eksplorasi dan eksploitasi kepada Bupati.

BAB IV

PERENCANAAN

Pasal 5

(1) Perencanaan pertambangan atau Rencana Induk Pertambangan


dijadikan sebagai pedoman pembangunan daerah dan tercapainya
keterpaduan dalam pengelolaan pertambangan secara regional serta
untuk melakukan perlindungan terhadap lokasi potensi mineral dan
batubara.

(2) Rencana Induk Pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


disusun dengan memperhatikan kepentingan masyarakat, aspek
teknik,aspek lingkungan, aspek ekonomi, aspek sosial budaya, dan
kepentingan sektor lain.

(3) Rencana Induk Pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah.

(4) Hasil Rencana Induk Pertambangan sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) dievaluasi setiap 5 (lima) tahun dan/atau Rencana Induk
Pertambangan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan
ketentuan perundang undangan.

BAB V

IZIN USAHA PERTAMBANGAN

Pasal 6

(1) Setiap kegiatan usaha pertambangan dan pengelolaan kawasan


pertambangan hanya dapat dilakukan setelah mendapat IUP;

(2) IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari dua tahap:

a. IUP Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi,


dan studi kelayakan; dan

b. IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan,


pengolahan dan pemurnian, pengangkutan
(3) IUP diberikan oleh bupati berdasarkan permohonan

(4) Permohonan IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berasal
dari badan usaha,koperasi,atau perorangan

(5) Penerbitan IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan


oleh perangkat daerah yang membidangi urusan perizinan.

Pasal 7

(1) Persyaratan IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi meliputi


persyaratan:
a. administratif;
b. teknis;
c. lingkungan;
d. finansial.
e. Perjanjian Kerjasama Lahan
(2) Persyaratan administratif untuk badan usaha meliputi:
1. surat permohonan;
2. susunan direksi dan daftar pemegang saham;
3. surat keterangan domisili.
4. Perjanjian Kerjasama Lahan
(3) Persyaratan administratif untuk koperasi meliputi:
1. surat permohonan;
2. susunan pengurus;
3. surat keterangan domisili.
4. Perjanjian Kerjasama Lahan
Pasal 8

(1) IUP Eksplorasi diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan


penyelidikan umum, eksplorasi dan studi kelayakan.

BAB VI

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 9

(1) Bupati melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap


pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan
batubara yang dilakukan oleh Pemegang IUP.
(2) Bupati dapat melakukan pembinaan terhadap penyelenggaran
kewenangan pengelolaan di bidang usaha pertambangan yang
dilaksanakan oleh dinas terkait sesuai dengan tupoksi;

BAB VII

PENANGANAN

Pasal 10

(1) Dalam rangka penanganan pertambangan ilegal Pemerintah


Daerah menyediakan solusi dan sarana bagi yang melakukan
pertambangan ilegal.

(2) Penyediaan Sumber Daya Alam yang dimaksud sebagaimana pada


ayat (1) antara lain terdiri dari timah, bauksit, dan sumber daya
mineral

(3) Daerah yang menjadi tempat pertambangan harus di lakukan


perbaikan reklamasi lingkungan.

(4) Pertambangan yang dilakukan di daerah tersebut harus


memberikan perlindungan terhadap masyarakat di sekitar lokasi
pertambangan.

(5) Dalam melaksanakan kegiatan pertambangan dibutuhkan data-


data atau keterangan-keterangan yang benar dibuat oleh pelaku
usaha agar dapat dipertanggung jawabkan.

(6) Dalam melakukan penambangan harus dilakukan riset dan


analisa lingkungan sebelum pelaksanaan program agar tidak
terdampak pada lingkungan sekitarnya.

(7) Pelaksanaan penanganan terjadinya pertambangan illegal


dilaksanakan oleh dinas terkait yang menangani tentang
pertambangan dan bupati.

BAB VIII

PENCEGAHAN

Pasal 11
(1) Pemerintah daerah kabupaten menyusun rencana kebijakan
pengelolaan dan pengawasan pertambangan

(2) Perencanaan kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat(1)


dikoordinasikan oleh perangkat daerah yang melaksanakan
urusan pemerintahan di bidang pertambangan dengan melibatkan
perangkat daerah,instansi vertical,dan masyarakat.

Pasal 12

(1) Penyebaran informasi mengenai kegiatan pertambangan yang


sesuai prosedur dan sesuai peraturan perundang-undangan

(2) Memberi edukasi kepada pengusaha kegiatan tambang

(3) Peningkatan peran aktif masyarakat untuk ikut mencegah dan


menanggulangi penyalahgunaan dalam kegiatan pertambangan

(4) Peningkatan koordinasi lintas lembaga pemerintah dan


masyarakat untuk melakukan pengawasan terhadap setiap kegiatan
pertambangan tersebut.

(5) Dalam pelaksanaan pencegahan yang berwenang menangani dan


bertanggung jawab yaitu dinas terkait tentang pertambangan.

BAB IX

PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DAN MASYARAKAT

Pasal 13

(1) Masyarakat dapat memperoleh ganti rugi akibat dari dampak


kegiatan pertambangan

(2) Masyarakat dapat mengajukan gugatan ke pengadilan akibat


kerugian dari kegiatan pertambangan

(3) Ketentuan mengenai perlindungan masyarakat sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan (2) ditetapkan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB X
SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 14

(1) Bupati berwenang memberikan sanksi kepada pemegang kegiatan


pertambangan

(2) Sanksi administrasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)


berupa:

a. Peringatan tertulis

b. Penghentian sementara kegiatan tambang

c. pencabutan izin kegiatan pertambangan.

BAB XI

KETENTUAN SANKSI

Pasal 15

Setiap orang atau pemegang izin pertambangan yang melanggar


ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal dipidana sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang yang berlaku.

Pasal 16

Setiap orang yang mempunyai IUP Eksplorasi tetapi melakukan


kegiatan operasi produksi dipidana sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 17

Setiap orang yang merintangi atau mengganggu kegiatan usaha


pertambangan dari pemegang IUP sebagaimana dipidana sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang - undangan yang berlaku.

BAB XII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 18
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang
mengenai pelaksanaannya akan diatur tersendiri dalam Peraturan
Perundang - undangan yang berlaku.

Pasal 19

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang yang mengetahuinya, memerintahkan peraturan


pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lingga.

Ditetapkan di Lingga

pada tanggal

BUPATI LINGGA

dto

MUHAMMAD NIZAR

Diundangkan di Lingga

Pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN LINGGA

dto

SYAMSUDIN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LINGGA TAHUN … NOMOR …

NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA

PROVINSI KEPULAUAN RIAU …

Anda mungkin juga menyukai