TENTANG
BUPATI TAPIN,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka tata tertib
penyelenggaraan pendirian bangunan sesuai
dengan tata ruang, perlu dilakukan
pengendalian izin mendirikan bangunan secara
efektif dan efisien di Kabupaten Tapin;
b. bahwa dengan diundangkannya Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010
tentang Pedoman Pemberian Izin Mendirikan
Bangunan, maka perlu dilakukan penyesuaian
dengan aturan baru tersebut;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, maka
pengaturannya perlu ditetapkan dengan
Peraturan Daerah;
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
PRINSIP DAN MANFAAT PEMBERIAN IMB
Pasal 2
Pasal 3
BAB III
FUNGSI DAN KLASIFIKASI BANGUNAN
Bagian Kesatu
Fungsi Bangunan
Pasal 4
(1) Satu bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi.
Bagian Kedua
Klasifikasi Bangunan
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 9
Bagian Kedua
Kelembagaan
Pasal 10
Bagian Ketiga
Tata Cara
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
(2) Bila penerima IMB tidak lagi menjadi pihak yang mendirikan
bangunan karena meningal atau bubar, keterangan dalam isian
dilampiri :
a. akta kematian atau akte pembubaran yang sah;
b. Surat keterangan bahwa pemohon balik nama IMB adalah
penerima hak yang sah karena kematian atau pembubaran
penerima IMB yang bersangkutan;
c. salinan IMB yang bersangkutan.
Pasal 18
(1) Bila pemohon IMB meninggal atau bubar sebelum PIMB yang
diajukan diputuskan, terhadap PIMB itu tidak diambil
keputusan.
Pasal 19
Pasal 21
(6) PIPB diajukan secara tertulis dengan mengisi lembar isian yang
disediakan oleh instansi yang berwenang dengan dibubuhi
materai secukupnya.
Pasal 22
Pasal 23
BAB V
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
Pasal 24
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 28
Paragraf 1
Situasi
Pasal 29
Pasal 30
Paragrap 2
Garis Sempadan
Pasal 31
Pasal 32
(2) Garis sempadan pagar sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini
ditetapkan sebagai berikut:
Pasal 33
a. garis sempadan :
1. jalan Nasional : ½ Rumija ditambah 15 (lima belas) meter;
2. jalan Provinsi : ½ Rumija ditambah 10 (sepuluh) meter;
3. jalan Kabupaten : ½ Rumija ditambah 5 (lima) meter;
4. jalan Desa : ½ Rumija ditambah 4 (empat) meter;
5. jalan Lingkungan : ½ Rumija ditambah 3 (tiga) meter;
6. jalan Gang : ½ Rumija ditambah 1,5 (satu koma lima)
meter;
7. kawasan untuk bangunan bertingkat batas garis
sempadan diundur 2,5 (dua koma lima) meter untuk
setiap penambahan tingkat bangunan dari 1 (satu)
sampai 7 (tujuh) keatas;
8. batas bangunan satu dengan lainnya, sebagai berikut:
a) batas kiri, kanan dan belakang masing – masing 2
(dua) meter dari batas tanah.
b) untuk bangunan bertingkat setiap penambahan 1
(satu) tingkat ditambah 1 (satu) meter dari ketentuan
sub satu di atas.
(5) Tanah milik seseorang atau badan yang terkena pelebaran jalan
dikuasai oleh Pemerintah Kabupaten berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 34
Pasal 35
Pasal 36
Pasal 37
Paragraf 3
Jenis Bangunan
Pasal 38
Paragraf 4
Pencegahan Kebakaran
Pasal 39
Pasal 40
Paragraf 6
Perlengkapan Bangunan
Pasal 41
Bagian Kedua
Persyaratan Khusus Arsitektur
Paragraf 1
Bangunan Umum
Pasal 42
Pasal 43
Paragraf 2
Bangunan Perniagaan Jasa
Pasal 44
Pasal 45
(4) Pemasangan papan nama atau papan iklan diatur lebih diatur
lebih lanjut didalam Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati.
Paragraf 3
Bangunan gedung Ruko
Pasal 46
(3) Bangunan ruko, lebar maksimal 32 (tiga puluh dua) meter, dan
setelah itu harus diberi jarak minimal 4 (empat) meter.
(7) Bangunan ruko bisa rapat sisi batas apabila ada rekomendasi
dari tim ahli bangunan gedung.
(9) Apabila didepan ruko tidak ada drainasenya maka pemilik ruko
wajib membuat drainese atau saluran terbuka pada ruko
tersebut.
Paragraf 4
Bangunan Pendidikan
Pasal 47
Pasal 48
Paragraf 5
Bangunan Industri
Pasal 49
Pasal 50
Paragraf 6
Bangunan Kelembagaan
Pasal 51
Pasal 52
Paragraf 7
Bangunan Rumah Tinggal
Pasal 53
Pasal 55
Pasal 56
Pasal 57
Paragraf 8
Bangunan Campuran
Pasal 58
Pasal 59
(2) Bangunan tambahan yang dimaksud ayat (1) pasal ini luasnya
tidak boleh lebih besar dari bangunan induknya.
Paragraf 9
Bangunan Sosial
Pasal 60
Pasal 61
Bangunan sosial dapat dibangun dengan KDB tidak lebih dari 60%
(enam puluh persen) atau didasarkan pada Rencana Tata Ruang
Kota.
Paragraf 10
Bangunan Lain-Lain
Pasal 62
Pasal 63
BAB VI
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 64
Pasal 65
Pasal 66
Pasal 67
BAB VII
SOSIALISASI
Pasal 69
BAB VIII
PENGAWASAN DAN PEMBINAAN
Pasal 70
Pasal 72
BAB IX
SANKSI
Bagian Kesatu
Sanksi Administrasi
Pasal 73
Bagian Kedua
Sanksi Pidana
Pasal 74
(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah
pelanggaran.
Pasal 75
Pasal 76
j. menghentikan penyidikan;
BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 77
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 78
Pasal 79
Djtetapkan di Rantau
tanggal 10 Pebruari 2012
Diundangkan di Rantau
37