Anda di halaman 1dari 60

BERITA DAERAH KOTA DEPOE

NOMOR 27 TAHUN 2015

WALIKOTA DEPOE

PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN WALIKOTA DEPOK

HONOR 27 TAHU 2015

TENTANG

TATA CARA PENGA.JUAN LZIN PEMANFAATAN RUANG DAN

PENGESATAN RENCAA TAPA (STTE PLANN

DENGAN RAHNAT TOHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA DEPOK,

Menimbang a. bahwa untuk pengendalian, penataan, penertiban tata

ruang termasuk didalamnya pendirian bangunan, teJah

clitetapkan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 13

Tahun 2013 tentang Bangunan dan Izin Mendirikan

Bangunan dan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2015

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok

Tahun 2012-2032;

b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 Peraturan

Daerah Kota Depok Nomor 15 Tahun 2 0 1 1 tentang Lzin

Pemanfaatan Ruang, menyatakan Tata cara pengajuan

IPR dan pengesahan Rencana Tapak (site plan) cliatur

lebih lanjut dengan Peraturan Walikota;


c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam huruf b, telah ditetapkan Peraturan

Walikota Nomor 14 Tahun 2013 tentang Tata cara

pengajuan IPR dan pengesahan Rencana Tapak (site

plan);

d. bahwa dengan terbitnya Peraturan Daerah sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, maka Peraturan Walikota

sebagaimana dimaksud dalam huruf c perlu dilakukan

perubahan dan penyesuaian;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d,

perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Tata

Cara Pengajuan lzin Pemanfaatan Ruang Dan

Pengesahan Rencana Tapak (Site Plan);

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1960 Nomor 104);

2. Undang-Undang Nomor 51 PRP Tahun 1960 tentang

Larangan Pemakaian Tanah Tanpa lzin yang Berhak

atau Kuasanya (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1960 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 2106);

3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib

Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3214);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang

Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan

Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3828);

2
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan bebas dari

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

6. Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

7. Undang-Undang Norn.or 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4725);

9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5059);

10. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang

Perumaban dan Kawasan Permukiman (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,

Tambaban Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5188);

1 1 . Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang- undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5234);

3
12. Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2 0 1 1 tentang Rumah

Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2011 Nomor 108,Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5252);

13. Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintaban Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 58,

Tambaban Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5679);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1997 Nomor 59, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3696);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang

Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4385);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2002 tentang Bangunan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532);

4
17. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang

Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 2 1 , Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang

lzin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5285);

2 1 . Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang

Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat

Perbelanjaan dan Toko Modern;

22. Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1996 tentang

Kawasan Industri;

23. Keputusan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kawasan Jakarta, Bogor,

Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur;

24. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan

Perkotaan;

25. Peraturan Menteri Da1am Negeri Nomor 09 Tahun 2009

tentang Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas

Perumahan dan Permukiman di Daerah;

5
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009

tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

27. Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman

Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam penerbitan Lzin

Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan

Penggunaan Tanah;

28. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala

Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2015

tentang Izin Lokasi;

29. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 3 Tahun 2011

tentang Penyelenggaraan Perizinan dan Pendaftaran

Usaha Bidang Perindustrian dan Perdagangan

(Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2011 Nomor 03);

30. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 4 Tahun 2011

tentang lzin Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah

(Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2 0 1 1 No:mor 04);

3 1. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 15 Tahun 2 0 1 1

tentang Izin Pemanfaatan Ruang (Lembaran Daerah

Kota Depok Tahun 2 0 1 1 Nomor 15);

32. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 08 Tahun 2008

tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran

Daerah Kota Depok Tahun 2008 Nomor 08)

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Peraturan Daerah Kota. Depok Nomor 17

Tahun 2013 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan

Daera.h Kota. Depok Nomor 08 Tahun 2008 tentang

Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota

Depok Tahun 2013 Nomor 17);

33. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 13 Tahun 2013

tentang Bangunan dan lzin Mendirikan Bangunan

(Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2013 Nomor 13);

6
34. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 14 Tahun 2013

tentang Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas

Perumahan dan Permukiman Oleh Pengembang di Kota

Depok (Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2013

Nomor 14);

35. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok

Tahun 2012-2032 (Lembaran Daerah Kota Depok

Tahun 2015 Nomor 1);

36. Peraturan Walikota Depok Nomor 17 Tahun 2012

tentang Pengolahan Air Limbah Domestik (Berita

Daerah Kota Depok Tahun 2012 Nomor 17);

37. Peraturan Walikota Depok Nomor 35 Tahun 2012

tentang Zonasi Pendirian Pasar Tradisional, Pusat

Perbelanjaan dan Toko Modem (Lembaran Daerah Kota

Depok Tahun 2012 Nomor 35);

38. Peraturan Walikota Depok Nomor 12 Tahun 2015

tentang Persyaratan dan Tata Cara Perizinan

Pembangunan dan Pemanfaatan Bangunan (Lembaran

Daerah Kota Depok Tahun 2015 Nomor 12);

MEMUTOBAN :

Menetapkan PERATURAN WALIKOTA TENTANG TATA CARA

PENGA.JUAN IZIN PEMANFAATAN RUANG DA

PENGESAIAN RENCANA TAPAK (STTE PLAN.

7
BAB I

Bagian Kestu

Ketentuan Uram

Pasal 1

Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan :

1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Depok

sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.

2. Kota adalah Kota Depok.

3. Walikota adalah Walikota Depok.

4. Dinas Tata Ruang dan Permukiman adalah Dinas Tata

Ruang dan Permukiman Kota Depok.

5. BPMP2T adalah Badan Penanaman Modal dan

Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Depok.

6. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan,

ruang lautan dan ruang udara sebagai satu kesatuan

wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup

dan melakukan kegiatan serta memelibara

kelangsungan hidupnya.

7. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan ta.ta

ruang berdasarkan aspek administratif dan / atau

aspek fungsional yang telah ditetapkan.

8. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota yang selanjutnya

disebut RTRW Kota adalah hasil perencanaan tata

ruang wilayah kota yang telah ditetapkan dengan

peraturan daerah.

9. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disebut

RDTR adalab rencana secara terperinci tentang ta.ta

ruang wilayah kota yang dilengkapi dengan peraturan

zonasi kota.

10. Rencana tapak atau yang bisa disebut site plan adalah

hasil perencanaan terhadap lahan yang dimohonkan

dan berisi pengaturan ruang yang akan menampung

aktivitas kegiatan yang diusulkan

8
11. Ruang Terbuka Hijau yang se1anjutnya disebut RTH

adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok,

yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat

tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah

maupun yang sengaja ditanam.

12. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan

struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana

tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan

program beserta pembiayaannya.

13. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk

mewujudkan tertib tata ruang sesuai dengan rencana

tata ruang yang telah ditetapkan.

14. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan

hukum atau usaha, dan lembaga atau suatu organisasi

yang kegiatannya dibidang bangunan, termasuk

masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli yang

berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan.

15. Badan adalah sekumpulan orang dan/ atau modal yang

merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha

maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi

Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan

Lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha

Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,

firma, kongsi, koperasi dana pensiun, persekutuan,

perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi

sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga dan

bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi

kolektif dan bentuk usaha tetap.

16. Badan Hukum adalah badan hukum yang didirikan

oleh Warga Negara Indonesia yang kegiatannya

dibidang penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman.

9
17. Pemohon adalah perseorangan dan/atau badan

hukum.

18. Perseorangan adalah yang berkaitan dengan orang

secara pribadi

19, Perusahaan adalah badan hukum yang telah

memperoleh izin untuk melakukan penanaman modal

di Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

20. lzin Lokasi adalah perizinan yang terkait dengan

pemanfaatan ruang yang di


berikan kepada

perseorangan, perusahaan atau ba.dan untuk

memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka

penanaman modal yang berlaku pula sebagai izin

pemindahan hak dan untuk menggunakan tanah

tersebut guna keperluan usaha penanaman modahnya.

2 1 . Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang di


berikan

oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau

badan hukum untuk menggunakan tanah dengan luas

tertentu yang dimaksudkan agar penggunaan tanah

sesuai dengan Rencana Tata Ruang atau setidak­

tidaknya tercapai keserasian dan optimasi

pemanfaatan ruang.

22. Lzin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disingkat

IMB adalah suatu ijin untuk mendirikan, memperbaiki,

mengubah atau merenovasi suatu bangunan termasuk

ijin bagi bangunan yang sudah berdiri yang

dikeluarkan oleh Walikota.

23. Kawasan adalah wilayah yang ba.tasnya ditentukan

berdasarkan lingkup pengamatan fungsi tertentu.

10
24. Kawasan Perdagangan dan Jasa adalah kawasan yang

diperuntukkan untuk kegiatan perdagangan dan jasa,

termasuk pergudangan, yang dibarapkan mampu

mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya dan

memberikan nilai tambah pada sa.tu kawasan

perkotaan.

25. Kawasan Peruntukan Industri adalah kawasan tempat

pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan

prasarana dan sarana penunjang. Kawasan

peruntukan industri meliputi industri kecil/mikro,

industri menengah dan industri besar.

26. Kawasan Permukiman adalah kawasan yang berfungsi

sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian dan

tempat kegiatan yang mendukung bagi peri kebidupan

dan penghidupan.

27. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi

sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan

hunian yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan

utilitas.

28. Pengembang perumahan yang selanjutnya disebut

pengembang adalah lembaga berbadan hukum

penyelenggara pembangunan perumahan dan

permukiman.

29. Persil adalah sebidang tanah yang diatasnya tidak

terdapat bangunan atau terdapat bangunan sebagai

tempat tinggal atau tempat kegiatan lainnya milik

pribadi atau Badan tennasuk: parit, selokan, pagar, riol

dan lain sebagainya.

30. Jalan adalah jalur yang direncanakan atau digunakan

untuk lalu lintas kendaraan dan orang.

31. Lahan adalah bidang tanah untuk maksud

pembangunan fisik.

11
32. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan

yang memungkinkan lingkungan perumahan dan

permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

33. Sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi

untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan

ekonomi, sosial, dan budaya.

34. Utilitas adalah sarana penunjang untuk peJayanan

lingkungan, yang membutuhkan pengelolaan

berkelanjutan dan profesional agar dapat memberikan

pelayanan memadai kepada masyarakat.

35. Penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas adalah

penyeraban berupa. tanah dengan bangunan dan/atau

tanah tanpa bangunan dalam bentuk aset dan

tanggung jawab pengelolaan dari pengembang kepada

pemerintah daerah.

36. Rumah adalah bangurum gednng yang berfungsi

sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana

pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat

penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.

37. Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat

yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi

dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara

fungsional dalam arah vertikal maupun horizontal dan

merupakan satuan- satuan yang masing-masing dapat

dimiliki dan digunakan secara terpisah terutama untuk

tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian

bersama, benda bersama, dan tanah bersama.

38. Satuan Ruang Parkir, yang selanjutnya disebut SRP

adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan

kendaraan (mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda

motor) termasuk ruang bebas dan lebar buka pintu.

Untuk bal-bal tertentu bila tanpa penjelasan, SRP

adalah SRP mobil penumpang.

12
39. Right of Way, yang selanjutnya disebut ROW adalah

ruang milik ja1an yaitu sejalur tanah tertentu di luar

ruang manfaat ja1an yang masih menjadi bagian dari

ruang milik ja1an yang dibatasi oleh tanda ba.tas ruang

milik jalan yang dimaksudkan untuk memenuhi

persyaratan keluasan keamanan penggunaan jalan

antara Iain untuk pe1ebaran ruang manfaat jalan pada

masa yang akan datang.

Bagian edua

aang Linglup

Pasal 2

Ruang Lingkup yang diatur dalam Peraturan Walikota ini

terdiri atas:

a. Tata cara pengajuan lzin Pemanfaatan Ruang (IPR);

b. Tata cara pengajuan rencana tapak (site plan).

BAB II

TATA CARA PENGA.JUAN LZIN PEMANFAATAN RUANG

(IPR)

Bagian Kematu

Unum

Pasal 3

(1) Setiap orang prib


adi atau badan yang akan

memanfaatkan ruang untuk kegiatan tertentu terlebih

dahulu harus memperoleh IPR dari Pemerintah Kota.

(2) IPR disahkan oleh OPD yang membidangi perizinan.

(3) IPR merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan Izin

Mendirikan Bangunan (IMB).

Pas1 4

(1) Objek IPR adalah orang pri


badi atau badan yang

meJakukan kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan

fungsi bangunan yang diajukan.

13
(2) Fungsi bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. fungsi hunian;

b. fungsi keagamaan;

c. fungsi usaha;

d. fungsi sosial dan budaya; dan

e. fungsi kbusus.

(3) Fungsi hunian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf a, mempunyai fungsi utama sebagai tempat

tinggal manusia yang meliputi:

a. rumah tinggal tunggal;

b. rumah tinggal deret;

c. rumah tinggal susun, dan

d. rumah tinggal sementara.

(4) Fungsi keagamaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf b, mempunyai fungsi utama sebagai

tempat melakukan ibadab yang meliputi :

a. bangunan masjid termasuk mushola dan

sejenisnya;

b. bangunan gereja termasuk kapel dan sejenisnya;

C. bangunan pura dan sejenisnya;

d. bangunan biara dan sejenisnya;

e. bangunan vihara dan sejenisnya; dan

f. bangurum kelenteng/ lithang dan sejenisnya.

(5) Fungsi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf c mempunyai fungsi utama sebagai tempat

melakukan kegiatan usaha yang meliputi:

a bangunan gedung perkantoran;

b. bangunan gedung perdagangan;

c. bangunan gedung perindustrian;

d. bangunan gedung perhote1an;

e. bangunan gedung wisata dan rekreasi; dan

14
f. bangunan gedung tempat penyimpanan

(6) Fungsi sosial budaya sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf d, mempunyai fungsi utama sebagai

tempat melakukan kegiatan sosial dan budaya yang

meliputi bangunan gedung:

a pelayanan pendidikan;

b. pelayanan kesehatan;

c. kebudayaan; dan

d. pelayanan umum.

(7) Fungsi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (l)

huruf e, mempunyai fungsi utama sebagai tempat

melakukan kegiatan yang mempunyai tingkat

kerahasiaan tinggi tingkat nasional atau yang

penyelenggaraannya dapat membahayakan masyarakat

di sekitarnya dan/atau mempunyai risiko bahaya tinggi

yang meliputi:

a. istana negara dan rumah dinas/jabatan;

b. bangunan gedung untuk reaktor nuklir;

c. gedung instalasi pertahanan, bangunan polri dengan

penggunaan dan persyaratan khusus;

d. gedung laboratorium milik pemerintah;

e. gedung terminal udara/laut/ darat;

f. stasiun kereta api;

g. stadion o1ah raga;

h. rumah tahanan;

i. gedung benda berbahaya;

j. gedung bersifat monumental; dan

k. gedung pusat data dan informasi milik pemerintah.

15
Pasal 5

(1) Sa.tu bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu

fungsi bangunan gedung.

(2) Bangunan gedung lebih dari satu fungsi sebagaimana

dimaksud pada ayat (l) adalah apabila satu bangunan

gedung mempunyai fungsi utama gabungan dari fungsi

hunian, fungsi keagamaan, fungsi usaha, fungsi sosial

clan budaya, clan/ atau fungsi khusus.

(3) Apabila bagian bangunan yang memiliki fungsi berbeda

tidak melebihi 10% dari luas lantai dari suatu tingkat

bangunan, dan bukan laboratorium, klasifikasinya

disamakan dengan klasifikasi bangunan utamanya.

(4) Bagi rumah tinggal yang terdapat di dalam perumahan

teratur dapat memiliki fungsi berbeda, apabila kegiatan

usaha :

a. dilakukan secara terbatas;

b. tidak membabayakan;

c. tidak mengganggu fungsi hunian; dan

d. tidak melebihi 10% dari luas lantai bangunan.

(5) Bangunan gedung lebih dari satu fungsi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) clan ayat (2), tidak boleh

bertentangan dengan ketentuan tata ruang.

Pasal 6

(I) IPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 berisi

keterangan yang meliputi:

a. Data dan informasi pemohon;

b. Data dan informasi tanah yang dimohon meliputi

alamat lokasi, luas taoab, dan surat tanah;

c. Fungsi bangunan yang dibangun pada lokasi

bersangkutan;

d. Ketinggian maksimum bangunan gedung yang

diizinkan;

16
e. Zona peruntukan sesuai rencana tata ruang;

f. Jumlah lantai/lapis bangunan gedung dibawah

permukaan tanah dan KT yang diizinkan;

g. Garis sempadan dan jarak bebas minimum

bangunan gedung yang diizinkan;

h. KDB maksimum yang diizinkan;

i. KLB maksimum yang diizinkan;

j. KDH maksimum yang diwajibkan;

k, KTB maksimum sama dengan KDB; dan

L Jaringan utilitas kota.

(2) Ketentuan mengenai KTB sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf f diatur lebih lanjut dalam Peraturan

Walikota.

(3) Selain keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (l)

dalam IPR dapat dicantumkan ketentuan-ketentuan

khusus yang berlaku untuk lokasi yang bersangkutan

antara Jain:

a. Daerah rawan gempa;

b. Daerah rawan longsor;

c. Daerah rawan banjir,

d. Tanah pada lokasi yang tercemar;

e. Kawasan pelestarian; dan/ atau

f. Kawasan yang diberlakukan arsitektur tertentu.

Bagian Kedra

Persyaratan Pengajuan IPR

Pasal 7

Setiap orang atau badan mengajukan permohonan IPR

secara tertulis kepada Walikota melalui Kepala OPD yang

menangani bidang Perizinan.

17
Pasal 8

(1) Pennobonan IPR diajukan dengan melampirkan

persyaratan umum sebagai berikut :

a. fotokopi surat bukti kepemilikan/ penguasaan tanah,

yang berupa sertifikat hak atas tanah atau akte jual

beli yang d.idasarkan pada sertifikat hak atas tanah;

b. fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)

dan Surat Tanda Terima Setoran (STTS) Pajak Bumi

dan Bangunan (PBB) terakhir;

c. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih

berlaku;

d. Surat Kuasa (bennaterai) apabila permohonan

pengurusan izin dilakukan oleh bukan pemilik

lahan;

e. persetujuan warga;

f. denah lokasi tanah/rute jalan menuju lokasi;

g. foto lokasi yang dimohon;

h. Akta Pendirian Perusahaan/Yayasan dan

perubahannya bagi pemohon yang berbadan hukum;

dan

i. NPWP bagi pemohon yang berbadan hukum.

(2) Kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) di ftcop dan hardco


berikan dalam bentuk so py.

(3) Formulir permohonan pengajuan IPR sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I

Peraturan Walikota ini.

18
Paal 9

Persetujuan warga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

ayat (1) huruf e, diatur sebagai berikut :

a. Untuk bangunan rumah tinggal tunggal, dimintakan

persetujuan warga yang berbatasan langsung dengan

lokasi bangunan dimohon dan diketahui oleh Ketua RT

dan Ketua RW setempat; dan

b. Untuk bangunan selain rumah tinggal tunggal,

dimintakan persetujuan warga yang berbatasan

langsung dengan lokasi bangunan dimohon dan

diketahui oleh Ketua RT, Ketua RW, Kepala Kelurahan

dan Kepala Kecamatan setempat.

Pasal 10

Selain Persyaratan Umum sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 8, terdapat persyaratan khusus atau tertentu untuk

hal-hal sebagai berilrut :

a. permohonan untuk bidang tanah dengan surat tanah

lebih dari satu harus meJampirkan peta rincik dan

daftar surat tanah;

b. permohonan untuk bidang tanah yang tidak memiliki

akses jalan, harus melampirkan surat pemnyataan dari

pemilik tanah yang dipakai untuk ja1an diketahui oleh

RT[RW setempat dan fotocopy surat tanah yang

menjadi akses jalan tersebut;

c. Apabila surat bukti kepemilikan/penguasaan tanah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a,

atas nama pemohon izin belum ada dan proses balik

nama sedang diselesaikan, maka sebagai pengganti

sertifikat dimaksud dilampirkan, antara lain :

a. surat keterangan oleh Lurah yang menyatakan

bahwa tanah tersebut benar milik pemohon;

19
b. surat keterangan dari Kantor Pertanahan Kota

Depok yang menyatakan bahwa tanah tersebut

dalam proses pendaftara.n hak atas tanah yang

memuat informasi mengenai lahan yang dimiliki

oleh pemobon; clan

c. peta bidang yang dikeluarkan oleh Kantor

Pertanahan Kota Depok dikuatkan dengan

tandatangan pemilik tanah yang bersinggungan

langsung dengan lahan yang dimohon.

d. apabila sertifikat bak atas tanah sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf a, atas nama

Pemerintah/Pemerintah Provinsi/ Pemerintah Kota

belum dimiliki, maka sebagai pengganti sertifikat

dimaksud melampirkan Surat Pernyataan dari

Pengelola Barang yang menyatakan bahwa tanah

tersebut merupakan aset milik/dikuasai

Pemerintah/ Pemerintah Provinsi/ Pemerintah Kota.

e. permohonan untuk bidang tanah dengan akses jalan

me1alui sungai/saluran harus melampirkan

rekomendasi teknis jembatan dari OPD yang

membidangi Sumber Daya Air;

f. permohonan untuk bidang tanah yang terdapat dalam

kavling perumahan harus melampirkan fotokopi

rencana tapak (site plan} perumahan;

g. permohonan untuk bidang tanah dengan nama

pemohon dan nama pemilik tanab sesuai surat tanah

yang berbeda, namun masih dalam hubungan keluarga

inti, harus melampirkan kartu keluarga, surat

pernyataan tidak keberatan pengurusan IPR atas nama

salah satu dari ahli waris dan surat pernyataan tidak

sengketa dari pibak yang bersangkutan;

20
h. permohonan untuk bidang tanah fungsi keagamaan

wajib melampirkan rekomendasi dari Forum

Kerukunan Umat Beragama (FKUB);

i. permohonan bidang tanah yang didasarkan perjanjian

sewa menyewa/ pinjam pakai, dilengkapi dengan akta

sewa menyewa/pinjam pakai yang diterbitkan oleh

notaris;

j. permohonan bidang tanah yang didasarkan perjanjian

sewa menyewa harus me1ampirkan berita acara

penegasan batas tanah;

k. permohonan menara telekomunikasi harus

melampirkan rekomendasi cell plan dari Dinas

Komunikasi dan Informatika Kota Depok; dan

l. permohonan toko modern harus meJampirkan

rekomendasi dari Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Depok.

Bagian Ketiga

Tata Cara Pengajuan IPR

Pasal 1 1

Tata cara permohonan IPR sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 sebagai berikut :

a. pemohon mengajukan permohonan IPR dengan

melampirkan persyaratan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8, Pasa.l 9, dan/atau Pasal 10 kepa.da

Kepala OPD yang membidangi Perizinan;

b. terhadap permohonan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a, dilakukan pemeriksaan administrasi terhadap

kelengkapan persyaratan pengajuan IPR;

c. dalam hal berkas permohonan dinyatakan lengkap

secara administrasi, selanjutnya didaftarkan di loket

pendaftaran dan dibuatkan tanda terima berkas;

21
d. apabila berkas permohonan tidak lengkap secara

administrasi, maka berkas dikembalikan kepada

pemohon untuk dilengkapi;

e. setelah berkas didaftarkan, OPD yang membidangi

perizinan mencetak surat pengantar tinjauan lapangan

untuk dilakukan pemeriksaan dan, dilanjutkan dengan

peninjauan lapangan (survei) oleh Tim Teknis;

f. berdasarkan hasil peninjauan lapangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf e dituangkan dalam Berita

Acara Hasil Peninjauan Lapangan;

g. berdasarkan Berita Acara Hasil Peninjauan Lapangan

sebagaimana dimaksud pada huruf f, dilakukan

penggambaran/ pemetaan terhadap obyek yang

dimohon;

h. hasil pemeriksaan teknis, peninjauan lapangan dan

penggambaran/pemetaan sebagai dasar untuk

menerima atau menolak permohonan IPR yang

dituangkan dalam Rekomendasi;

i. apabila berdasarkan hasil Rekomendasi, permohonan

IPR ditolak, maka dibuatkan surat jawaban penolakan

permohonan kepada pemohon dengan disertai alasan

penolakan oleh Kepala OPD yang membidangi

perizinan;

j. apabila berdasarkan hasil Rekomendasi, permohonan

IPR diterima, maka IPR disahkan oleh Kepala OPD yang

membidangi perizinan;

k. apabila diperlukan pembahasan lebih lanjut maka

dibuatkan surat pengantar untuk pembahasan teknis

kepada OPD yang membidangi perizinan; dan

L dokumen IPR yang disahkan sebagaimana dimaksud

pada huruf k, diberikan kepada pemohon dan

selanjutnya dijadikan sebagai sa1ah satu persyaratan

dalam pengajuan siteplan dan IMB.

22
Pasal 12

(1) Jangka waktu proses IPR ditetapkan 14 (empat be1as)

hari kerja, terhitung sejak pemohon mendapat nomor

pendaftaran dari OPD yang membidangi Perizinan.

(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikecualikan apabila pada saat pemeriksaan teknis dan

peninjauan lapangan terdapat permasalahan.

(3) Dalam hal permohonan ditolak, Kepala OPD yang

membidangi perizinan wajib memberitahukan kepada

Pemohon paling Jambat 7 (tujuh) hari kerja setelah

masa proses permohonan selesai.

Pasal 13

(1) IPR berlaku selama lokasi tersebut dipakai sesuai

dengan pemanfaatannya dan tidak bertentangan

dengan kepentingan umum.

(2) Dalam hal terjadi perubahan pemanfaatan ruang, wajib

mengajukan perubahan IPR.

(3) Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun IPR tidak

ditindaklanjuti dengan proses perizinan pembangunan

selanjutnya, maka IPR tidak berlaku.

Bagian Keempat

Perahahan IPR

Pasal 14

(1) Setiap perubahan pemanfaatan ruang baik yang

meliputi perubaban luas lahan dan/ atau alih fungsi

pemanfaatan ruang dan/atau perubahan kepemilikan

wajib merevisi IPR yang diajukan secara tertulis dari

Pemerintah Kota.

(2) Tata cara pengajuan perubahan IPR sebagaimana

dimaksud pada ayat (l) mengacu pada ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8,

Pasal 9 dan Pasal 10 dengan disertai IPR Asli yang

diperoleh sebelumnya.

23
BAB II

TATA CARA PEGA.JUAN RENCAHA TAPAK (SITE PLAN)

Bagian Kesatu

Urnuma

Pasal 15

(1) Bagi semua fungsi bangunan kecuali untuk IMB rumah

tinggal tunggal baik perorangan atau badan

hukum/badan usaha wajib membuat Rencana Tapak

(Site Plan) yang disahkan Kepala OPD yang membidangi

perizinan.

(2) Fungsi bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (l)

antara lain hunian perumahan lebih dari 5 (lima)

bangunan, komersial, jasa, perkantoran, pendidikan,

industri, sarana ibadah dan/atau fungsi bangunan

lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal (4) ayat 2.

Pasal 16

(1) Gambar rencana tapak (site plan) terdiri atas:

a. tata letak; dan

b. tata drainase dan tata hijau.

(2) Gambar rencana tapak (site plan) sebagaimana

dimaksud pada ayat (l) secara umum memuat hal-hal

sebagai berikut :

a. peta orientasi lokasi, arah mata angin dan skala;

b. pemanfaatan ruang/jenis kegiatan;

c. nama objek rencana tapak dan alamat lokasi;

d. luas lahan sesuai dengan IPR yang telah diterbitkan;

e. legenda peta;

f. nomor dan tanggal IPR yang diterbitkan;

g. nomor dan tanggal rekomendasi teknis yang

diterbitkan; dan

h. nama dan tanda tangan pemohon dan nama pejabat

yang menyetujui dan mensahkan.

24
(3) Khusus untuk Gambar tata letak sebagaimana

dimaksud pada ayat (l) huruf a selain memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

memuatjuga hal-hal khusus sebagai berikut :

a. tabel perhitungan luas lahan dan prosentasenya

untuk efektif kavling/bangunan beserta parkir,

jalan dan taman;

b. garis batas lahan;

c. perencanaan tata bangunan meliputi denah, tampak

depan dan tampak samping bangunan, kecuali

untuk bangunan fungsi hunian deret;

d. perencanaan tata kavling khusus untuk bangunan

fungsi hunian deret;

e. sirkulasi yang menggambarkan akses keluar masuk

bangunan dengan penampang jalannya;

f. penataan parkir;

g. titik tempat sampah beserta penampangnya; dan

h. arahan sesuai rekomendasi teknis dinas terkait.

(4) Khusus untuk gambar peta tata drainase dan hijau

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b selain

memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), memuat juga hal-hal khusus sebagai berikut :

a. arah aliran dan penampang saluran drainase;

b. penempatan taman/RTH termasuk penempatan

pobon;

c. titik septictank beserta penampangnya;

d. titik sumur resapan beserta penampangnya;

e. penampang talang air;

f. titik IPAL beserta penampangnya;

g- penempatan bak kontrol dan kolam resapan khusus

untuk fungsi bangunan perumahan; dan

h. araban sesuai rekomendasi teknis dinas terkait.

25
(5) Format gambar rencana tapak sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) tercantum dalam

Lampiran II dan Lampiran III Peraturan Walikota ini

Pasal 17

(1) Selain ketentuan sebagaimana yang diatur dalam

Pasal 16, terdapat kegiatan yang wajib memenuhi

kriteria khusus dalam rencana tapak (site plan)

meliputi:

a. hunian rumah deret/ perumahan;

b. hunian rumah susun;

c. perdagangan/komersial dan jasa;

d. perkantoran;

e pendidikan;

f. industri;

g- gudang; dan

h. keagamaan/ sarana ibadah.

(2) Kriteria kegiatan hunian rumah deret/ perumahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (l) huruf a meliputi :

a. pemanfaatan ruang untuk kawasan perumahan

wajib memenubi ketentuan 60 (enam puluh) persen

untuk efektif kavling dan 40 (empat puluh) persen

untuk Prasarana, Sarana, Dan Utilitas (PSU) dari

luas IPR yang diperoleh;

b. kewajiban 40 (empat puluh) persen untuk PSU

sebagaimana dimaksud pada hurufa :

1) sarana RTH/taman paling sedikit 5 (lima) persen

atau mengacu pada Standar Nasional Indonesia

tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan di Perkotaan;

26
2) sarana paling sedikit 5 (lima) persen

dipergunakan sebagai sarana perniagaan,

pendidikan, kesehatan, peribadatan, rekreasi dan

olahraga, dan/atau pelayanan umum dan

pemerintahan; dan

3) prasarana dan utilitas paling sedikit 28 (dua

puluh delapan) persen.

c. luas setiap kavling/unit perumahan paling sedikit

120 (seratus dua puluh) meter persegi;

d. rumija dalam perumahan paling sedikit 5 (lima)

meter dengan saluran tertutup dan paling sedikit 6

(enam) meter dengan saluran terbuka;

e. setiap kavling harus dilengkapi dengan tempat

pembuangan sampah, septictank, sumur resapan

dan pohon buab;

f. penyediaan sarana RTH/taman mengikuti ketentuan

sebagai berikut:

l) RTH/taman dalam setiap kavling mengikuti

ketentuan Koefisien Dasar Hijau (KDH) yang

berlaku;

2) setiap kavling ditanami paling sedikit 1 (satu)

pohon pelindung,

3) area parkir dalam kavling (carport menggunakan

perkerasan yang dapat meresap air seperti grass

block dan/atau sejenisnya;

4) setiap perumahan wajib menyediakan RTH/ taman

terpusat dengan luas sebagaimana dimaksud

huruf b angka 2) atau paling sedikit 1 m2/jiwa;

5) lokasi sarana RTH/taman harus mudah diakses

dan dapat dimanfaatkan oleh penghuni

perumahandan/atau penduduk sekitar sebagai

tern.pat melakukan berbagai kegiatan sosial;

27
6) lokasi taman berada pada radius kurang dari 300

(tiga ratus) meter dari rumah penduduk yang

dilayani;

7) saraoa pendukung RTH/taman antara lain

bangku taman, fasilitas mainan anak-anak, trek

lari, sirkulasi jalur pejalan kaki, lapangan

oJahraga, WC umum, kios, dan sarana pendukung

lainnya dengan mempertimbangkan luas

RTH/taman dengan berpedoman pada peraturan

perundang-undangan;

8) jenis vegetasi tidak beracun, tidak berduri, dahan

tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu

pondasi, tajuk cukup rindang dan kompak,

ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau

dengan variasi warna lain seimbang, kecepatan

tumbuh sedang, berupa habitat tanaman lokal

dan budidaya, jenis tanaman tabuoan atau

musiman, jarak tanam setengah rapat sehingga

menghasilkan keteduhan optimal, tahan terhadap

bama penyakit tanaman, mampu menyerap

pencemaran udara, dan sedapat mungkin

merupakan tanaman mengundang burung;

9) contoh penataan RTH/taman sebagaimana

tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Walikota

ini; dan

10) penataan RTH/taman oleh pengemhang

perumahan dituangkan dalam proposal

penyediaan RTH taman mencakup kriteria

RTH/taman dalam format gambar visualisasi

sebagaimana tercantum dalam Lampiran V

Peraturan Walikota ini.

28
g sarana sebagaimana dimaksud pada huruf b

angka 2) diatas disediakan dalam bentuk tanah siap

bangun;

h. rencana tapak (site plan} menjadi dasar pemecahan

kavling;

i pemecahan Jahan yang tidak memerlukan rencana

tapak harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1) lahan yang didapat dari tanah waris sesuai

jumlah ahli waris; dan

2) lahan yang akses jalannya tidak bisa dilalui oleh

kendaraan roda empat.

(3) Kriteria kegiatan hunian rumah susun sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :

a. pembangunan rumah susun harus memperhatikan

faktor-faktor kenyamanan, kesehatan, ekonomis,

efisien, keamanan dan disesuaikan dengan

perencanaan menyeluruh dari perencanaan

lingkungan rumah susun;

b. luasan rumah susun paling sedikit seluas 4.000

(empat ribu) meter persegi;

c. lebar akses jalan masuk paling sedikit 13 (tiga belas)

meter mencakup jalur masuk, jalur keluar, dan

penghijauan;

d. rumah susun harus dilengkapi sarana lingkungan

yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan

pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan

budaya, termasuk sarana perniagaan, sarana

ibadah, sarana kesehatan, sarana pemerintahan dan

peJayanan umum serta pertamanan (ketentuan

teknis tentang penyediaan sarana prasarana hunian

susun diatur dalam Lampiran VI dalam Peraturan

Walikota ini);

29
e. untuk _penyediaan sarana parkir sesuai rekomendasi

teknis dari Dinas Perhubungan Kota Depok ata.u

mengikuti perhitungan sebagai berikut :

1) unit dengan luas >90 m ? : 1 SRP untuk 1 unit;

2) unit dengan luas 70-90 m : 1 SRP untuk 2 unit;

3) unit dengan luas <70 m?: 1 SRP untuk 5 unit.

f.. area parkir yang berada diluar bangunan gedung

menggunakan _perkerasa.n yang dapa.t meresap air

se_perti grass black dan/ ata.u sejenisnya;

g. luas 1antai bangunan yang diperhitungkan untuk

parkir tidak diperhitungkan dalam perhitungan KLB,

apabila tidak melebihi 50 (lima puluh) _persen dari

KLB yang ditetapkan, selebihnya di_perhitungkan 50

(lima puluh) persen terhadap KLB;

h. mezanin yang luasnya melebihi 50 (lima puluh)

persen lantai dasar dianggap sebagai lantai penuh;

i. bangunan dengan jumlah lantai paling sedikit 24

(dua puluh empat) lantai wajib menyediakan ruang

daerah pengungsian (refugee area) sesuai ketentuan

persyaratan bangunan.

j. penyediaan sarana RTH/taman mengikuti ketentuan

sebagai berikut:

1) menyediakan RTH/taman paling sedikit 20 (dua

puluh) _persen dari luas lahan;

2) taman atap (roof garden) dapat diperhitungkan

sebagai RTH apabila memiliki struktur lapisan

tanam yang memadai; dan

3) perhitungan RTH taman atap (roof garden)

sebagaimana dimaksud pada angka 2) dihitung

sebagai RTH privat, tanpa mengurangi kewajiban

penyediaan RTH/taman sebagaimana dimaksud

pada angka 1 ).

30
k. dilengkapi dengan alat transportasi bangunan, akses

ja)an masuk untuk kendaraan pemadam kebakaran,

pintu dan tangga darurat kebakaran, alat dan sistem

alarm kebakaran, alat pemadam kebakaran,

penangkal petir, dan jaringan-jaringan air bersih,

saluran pembuangan air hujan, saluran

pembuangan air limbah, tempat pewadahan sampah,

tempat jemuran, kelengkapan pemeliharaan

bangunan, jaringan listrik, generator listrik, gas,

tempat untuk kemungkinan pemasangan jaringan

telepon dan alat komunikasi lainnya, yang

memenuhi persyaratan teknis; dan

L. mempergunakan fasilitas air bersih yang dikelo1a

oleh Pemerintah Kota apabila te1ah tersedia jaringan.

(4) Kriteria kegiatan perdagangan/komersial dan jasa

sebagaimana dimaksud pada ayat (l) huruf c meliputi :

a. menyediakan ruang terbuka hijau sesuai dengan

ketentuan KDH yang berlaku;

b. pendirian pasar tradisional wajib menyediakan areal

parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1

(satu) buah kendaraan roda empat untuk setiap 100

(seratus) meter persegi luas lantai penjuaJan;

c. pendirian pusat perbelanjaan dan toko modern

termasuk minimarket waji


b menyediakan areal

parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1

(satu) unit kendaraan roda empat untuk setiap 60

(enam puluh) meter persegi luas lantai penjualan;

d. pendirian hotel wajib menyediakan areal parkir

paling sedikit 1 (satu) unit kendaraan roda empat

untuk setiap 2 (dua) unit kamar hotel;

31
e. area parkir yang berada diluar bangunan gedung

menggunakan perkerasan yang dapat meresap air

seperti grass block dan/ atau sejenisnya;

f. lahan parkir dalam 1 (satu) persil dimanfaatkan

menjadi tempat parkir bersama dan tidak boleh di

pagar; dan

g. untuk semua kegiatan perdagangan dan jasa, ruang

terbuka hijau (RTH) ditetapkan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Kriteria kegiatan perkantoran sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf d meliputi :

a perkantoran barus dilengkapi dengan sarana parkir

paling sedikit 1,5 SRP tiap 100 (seratus) m2 luas

lantai;

b. lahan parkir dalam 1 (satu) persil dimanfaatkan

menjadi tempat parkir bersama dan tidak boleh di

pagar;

c. area parkir yang berada diluar bangunan gedung

menggunakan perkerasan yang dapat meresap air

seperti gross block dan/ atau sejenisnya;

d. perkantoran dilengkapi dengan pedestrian, sistem

pemadam kebakaran, tempat ibadah dan pos

keamanan; dan

e. ruang terbuka hijau ditetapkan sesuai dengan

ketentuan peraturan yang berlaku.

(6) Kriteria kegiatan pendidikan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf e meliputi:

a. menyediakan ruang terbuka hijau sesuai dengan

ketentuan KDH yang berJaku;

b. dilengkapi dengan sarana parkir;

32
c. area parkir yang berada diluar bangunan gedung

menggunakan perkerasan yang dapat meresa.p air

seperti grass block dan/ atau sejenisnya; dan

d. ketentuan mengenai penyediaan sarana dan

prasarana minimum pada masing-masing tingkat

pendidikan mengikuti peraturan penmdang­

undangan.

(7) Kriteria kegiatan industri sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruffmeliputi:

a. menyediakan ruang terbuka hijau, dapat berupa

taman, dan jalur hijau (green belt.

b. mempergunakan air baku;

c. penyediaan tempat parkir. untuk area parkir yang

berada diluar bangunan gedung menggunakan

perkerasan yang dapat meresap air seperti grass

block dan/ atau sejenisnya;

d. kegiatan bongkar muat;

e. instalasi pengolahan limbah;

f. penyediaan tempat sampah sementara;

g. penyediaan hidran;

h. akses jalur evakuasi; dan

i. fasilitas penunjang dapat berupa ka.ntin, guest, house,

tempat ibadah, fasilitas olahraga, tempat pengolahan

air bersih, gardu induk, dan rumah telekomunikasi

dan sarana pendukung lainnya.

(8) Kriteria kegiatan gudang sebagaimana dimaksud pada

ayat ( I ) huruf g meliputi :

a. menyediakan sarana parkir. untuk area parkir yang

berada diluar bangunan gedung menggunakan

perkerasan yang dapat meresap air seperti grass

block dan/ atau sejenisnya;

b. menyediakan ruang terbuka hijau;

33
c. kegiatan bongkar muat;

d. penyediaan tempat sampah sementara;

e. penyediaan hidran;

f. akses jalur evakuasi; dan

g- sarana pendukung lainnya.

(9) Kriteria kegiatan keagamaan/sarana ibadah

sebagaimana dimaksud pada ayat (l) huruf h meliputi :

a. menyediakan sarana parkir untuk area parkir yang

berada diluar bangunan gedung menggunakan

perkerasan yang dapat meresap air seperti gross

block dan/atau sejenisnya; dan

b. ruang terbuka hijau ditetapkan sesuai dengan

ketentuan peraturan yang ber1aku.

Baginn Kedua

Persyaratan Pengajuan Rencana Tapakr (Site Plan}

Passel 18

Setiap orang atau badan mengajukan permohonan rencana

tapak (site plan) secara tertulis kepada Walikota melalui

Kepala OPD yang membidangi Perizinan.

Pasal 19

(1) Permohonan rencana tapak (site plan) diajukan dengan

melampirkan persyaratan sebagai berikut :

a. fotokopi KTP pemohon;

b. fotokopi IPR yang telah diterbitkan;

c. rekomendasi dokumen lingkungan/izin lingkungan;

d. rekomendasi peil ba.njir;

e. rekomendasi proteksi pemadam kebakaran;

f. rekomendasi andal lalin;

g. gambar rencana tapak (site plan} sebanyak 2 (dua)

rangkap yang dibuat dan ditandatangani oleh

pemohon.

34
GE

.(rd

as) rede eueouar uen[euad uerfs1ad uedeuajoy

depeu.a sensyugurpe ueesp.rau1ad unepp "e mu

urepep pnsreungp eueugeeqos ueuououuad depeura q

·ueuyzua uepqrou Sue ado epeday

epeday () e~e 61 [esej urpep pnsreunp eueneaeqas

uee.re&sad uendure[our ueauop (mod ans) rede

eueouar ueuououurad mnuuo uemfefuau uouourad e

zgndau gt [ese4 urerep pnsreungp

eueugeeqas (umyd as) rede eueouar uenfeuad ero eeL

oz Tse.

(ma as)} de,z, nreoarag urenfera. are.refs.ra

e@gag me@leg

Tu eon uemerad ILA undure1

uerep urueora (1) e eped pnsrunp eueun8es

ede eueouar uenfeuad ueuououurad nmuuro (g)

sray umy

ueauap ueynsosrp ueK ead eyers ueuap [v uemyn

prey se.ray eped yeaop (uod as) rede eueouay ()

·fidoopro uep fidoofos yuaq urerep uenuraqtp (1) ee

eped pnsrengp eueuzgeeqas ueereKsrad uedeyauapay (€)

guepuurou

8Bue£ suya ado rep sepuouroyar uey.resepraq

unuadpp [mu uep 'mu ammu pmmu ommu

() ee eped pnseup euen@eqos ueeresrad (z)

MN uep LY mueapp eaueya uz

uep {ueynpadp epf eKuuer ysepuaurora1 [

ueure H.LH ueegpouod pesodo.id 1

ueueurad /a1ap uerr ueunu ueunueq

ueeor eq ueyuerostp uere Bue£ ueur

uep eueres ueuer eugproo mun perospp segun

uep euaresed euares ueuerouad ueeeurod ems u


·peqradgp mun ueuyza uepqurour

Bue ado [pour uouourad epedor uepedureKuau1

sue.L at ereu 'uoqodPmf


p aueK

[mod as) rede eueouar depeu.ra ueeq.rad uemnodgp

8 mu uep mmu eped pnsyep eueuzeBeqs H.LI

ueseuequrod Sueps nee/uep ueuede; uenefuuad

uep 'sure ueesyuaurad pseu ueyesep.raq eqede I

sepuouoyay

ueuenouaur sruyaL, mL, reu "uemuaay ueuap

gensos uepns uouourad uenfep 8ueK (mod as) nede

eueouaI HLH ago¥ Buepys [seu ueyeseproaq enqede u

8uepyg eroy eyra

urerep ueBuerp eKupseu up H.LY ao¥ Sueps

ueuap uepnfuepp 'ueBuedef uenefuuad [seH ereoy

uoa ueurenonp uetaas '8as1ad raau1 (nqu eung)

000g pnpos Sued sen ueuap ynsnpu 'ueefuepaqrad

esnd '(6ppnq as ubu) up e8upraq ueunueq

as.rad raar (nq unmndas) 0000I pas ured sen]

ueuop ueueum.rod rede eueouar ueuouourod mun a

sepuauroray uyenpa8uour su[al,

uL ereu "uenuaay ueuop pensas uepns uouourod

uemfep Sue rede eueoua ueuede uenefuuad

uep spura ueesruaurod [seu uey.reseproa epqede

ueueden1 uenefuguad

[rseH ereoy uog urepep ueauenyp eupseu

uep (oAmns) ueSuede uenefuuad ueuap uepnfuepp

uep seyroq ueesruorod ueyepou spura ug a

sura

urg ay ueauede; uene[up reue~uad e.ms xeoouour uep

seyoa ysepgen uere;our uereepuad aro] se8mad p

se1oq eunua epue uepenqIp uep uerepuod

a1o1 Ip ueyeepgp eKun[ueras sensupupe ereoas

deyua ueeeKup ueuououurad seyroaq [eu urerep "o


LE

uepeq.rad uemep

npad (uod as) ede eueouan ue~uedef uenefuuad

uep sya ueesyuraurad eves eped epuqede ueyenanp

(t) efe eped pnseungp eueurefeqos npe ex8ueg ()

·ueuyzua uepqurau

Bue ado yep uerepuod ourou edepuau

uouourad efas 8umu.ra e[ray ueu (seroq edu1a)

tI ure ured uerdeayp ueuesaauad ne eauer (1)

zz Tse.a

e0meM uao ueydeaIp

() efe eped pnsreup eueure8eqas HIM aoy (c)

uemfep Bue (rd as)

ede eueouar uep ueeo ysSun gensas y1a) (do

evos Buen1 eye uepqurou Bue~ ado suopeye up

gpa (1) e~e eped pnsreungp eueuneeqas H.LY a1oy (z)

{qnd HLH ueeueouarad ueere8ua[uad

urepep ueres uaqurod uep u~udurepuad

uereuese[our Sue£ aguoy ueyednrou 8 pnmu

oz [es urerep pnsrunp eueuneeqs HLY ayuoy (I)

IE pa

ueuyzuad uepqurau Bue~ ado eeday uaio ueyes[p

(umd as) ede eueouar "x Jmu eped pnseup

eueugeeqs SguaL, UL rep sepuaurojar uey.reseproq T

uep {sepuouroyoy uey.renpo8uau

suyoL, uL, re 'uenuaor ueBuop pensas

qetan, uemfepp Bue (umd aps) ede eueouar ueeq.rad

uetaas srura ueesruaurad pseu ueyresep.raq eqede y

:ueuyzya

uepquau Sue£ ado gefauI sjaL, UIL, epeday

(ud as) rede eueouax ueq.rad uepedureuauI

Jmu eped pnsreungp eueuge@eqos (ummd

as) rede eueouax pueqrodurour uepa Bue6 uouourad ·[


8E

ueynfegp edep dea

(uod as) red eueouar uenfeuad ere 'ueyde)a1p

guy oreM uemera upouas (od as) rede eueoua1

uemfeuaur umraq dea q.1a uera Sue~ Ma4I depeu.1a1 (1)

sz Tame.

ESL VA.LL.L.3TH
TV
VEIT

AI 8TV8I

euum[a0as

utoradyp aueK sy (uod ans) rede eueouar grasp

ueauop oz [sed uep 6I Tese 'gI [es4 LI Tes4 '9I

[ese4 urepep pnsreunp eueuneeqas uemuaax eped

no8uaur () eK eped pnsyeungp eueuneaeqas (od

ans) rede eueouar ueueqnrod uenfeauad ereo eej ()

eKuum[aqs seyo

ueauap yseauua eKuysyo Bue£ 'suyo up uep

eereAseu g@res rep uen[nas.rod uegedepuour

uetaas n ueuet uepueuod uep ueueqnrod a

uep 5yo[qo eureu ueueqnrod p

ueunaueq ueBue.muod nee ueuequreuod o

uAey uesen; uep muaq ueueqnrad q

ueue sent ueuequreuad e

: nu1aq peeqas ueruaay ueBuap

ueqngp edep uruesyp uea Sue£ ede eueouay (I)

»E pee

(and as:} red uroarag mreqr


eqpn.a.I

3eduaeg neg

ueuyzud uepqurou ueK (AO

qoyo ueuempor ax uersnqurayp (1) eKe eped pnseunyp

eueueeqos (umd as) rede eueouar requrep (z)

eup uepnu Sue£ seyoI eped uepedu1ayp

uep ueun8uequad seyo yp odurap snreu ueuesauad

depuou uepns Bue£ (yd ans) rede eueouar requrep (1)

£Z Is.
L? MONON GIOE OHV.L HOR3IOI V.LOH HVEITVGI V.LIE3TEI

OLIVEHIHI ALI
VI

'Io3a v.Lo HvaTVaI

10€ 2·00310 8

Hoda Ip ueuepumg

'TL.VNSI IOI
VIN II H
ONT

Cl0
.z
1 0 q 0 4m e pe8Bue eped

rodag p uedeay

Hodo eoy uere eyog urepep

efuuedurouad ueauap guy uemerad ueuepun8uad

ueueuavo 'eKugnuea8uour Suero degas ray

ueuepunyp peau eped nyepaq remnur guy uemera

LE Tes.a

nepaq repu uyeeAugp uep nqeop (I ouON

£IO unueL, odaa eoy ueraea euaa) (of ams)

redej eueouay uea ueny ueeuura uyz] uenfeaua

ereo e; BueuaI, £IO unue tI Io1ON Yoda eo[

uemmerad ereur "npeaq emu guy uemerad ees eped

9 Tse.

.L.0LI NVO.LE3LL3TI

A STVI

ueyuesIp

mun uepnfuepp edep dea (umd ans) rede eueouar

eyer uerdeayp guy one uemerad es eped

sasodgp uepas Sue£ (umd as) yede eueouar depeu1aL ()


O

'TL.VNSI IOIONTVN IOI I

fedeL

euvouay uen[eua4 ueuououuva mu1o IIA NVHIHWVI L

unsns ueunH euereser euerg

ueegpofuad SueuaL, srural uemuaay IA NVHIHWVI 9

H.LH peg[ens1A quep uoJ [esodo14 A NVHIHWVI S

ueurey/H.LY ueeua4 uouo AI NVHIHwVI

(aseupeg ej uep

nefr ep) rede eueouay requrep euuroj III NVHIHWVI £

(ren1 eeL) ede; eueouoy requrep euuro II NVHHWVI Z

MI ueuououura nu1of I NVHIHWVI I

v
Dav'I IV.L.VI

(vva au.s)

TVIV.L VIVO3II VS3TDELI


TVI VO DIVOT TV.LVVLT
VE3LI

EZI VO£VDELI VIVO VLVL NV.LIL. VLOITVAA TVI.LVE3LI

GIOE DIV.L Le MONO

IO.LV
MOIOI V.LOITTVAA TV r3La

rvLav'I
LAMPIRAN I

FORMULIR

PERMOHONAN IPR
Kepada

Nomor Yth. Walikota Depok

Sifat Biasa Melalui

Lampiran 1 (satu) berkas Kepala Badan Penanaman Modal

Perihal Permohonan lzin Pemanfaatan dan Pelayanan Perizinan Terpadu

Ruang Rumah Tinggal di ­

Kota Depok

Yang bertanda tangan dibawah ini Alamat

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama

.................................................... dengan ini mengajukan permohonan lzin Pemanfaatan

Ruang untuk dengan keterangan sebagai berikut :

I. MENGENAI PEMOHON

1. Nama Pemohon

2. Pekerjaan

3. Alamat

4. No. Telp/HP yang

dapat dihubungi

II. M E N G E N A I TANAH

1. Luas

2. Status Tanah

3. Terletak di

a. Kelurahan

: RT RW .

b. Kecamatan .

c. Kota : Depok

Ill. SURAT-SURAT YANG D I LA M P I R KA N :

1. Fotokopi surat bukti kepemilikan/penguasaan tanah, yang berupa sertifikat;

2. Fotokopi bukti pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terakhir dengan

melampirkan SPPT dan STTS;

3. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku;

4. Surat Kuasa (bermaterai) apabila permohonan pengurusan izin dilakukan oleh

bukan pemilik l a h a n ;

5. Persetujuan warga;

a. Untuk bangunan rumah tinggal tunggal, dimintakan persetujuan warga yang

berbatasan langsung dengan lokasi bangunan dimohon dan diketahui oleh

Ketua RT dan Ketua RW setempat.

6. Denah lokasi tanah/rute jalan menuju lokasi;

7. Foto lokasi yang dimohon.

Demikian apabila permohonan dikabulkan, maka pemohon bersedia memenuhi

syarat-syarat yang telah dan akan ditetapkan Pemerintah Kota Depok.

Depok, 20 .

Hormat Kami

Pemohon

Materai Rp. 6.000,­

( )

Nama Jelas
Kepada

Nomor Yth. Walikota Depok

Sifat Biasa Melalui

Lampiran 1 (satu) berkas Kepala Badan Penanaman Modal

Perihal Permohonan lzin Pemanfaatan dan Pelayanan Perizinan Terpadu

Ruang Non Rumah Tinggal di­

Kota Depok

Yang bertanda tangan dibawah ini Alamat

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .. . . . . . . . . . . dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama

. . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. dengan ini mengajukan permohonan lzin Pemanfaatan

Ruang untuk dengan keterangan sebagai berikut :

I. M E N G E N A I PEMOHON

1. Nama Pemohon

2. Pekerjaan

3. Alamat

4. No. Telp/HP yang

dapat d i h u b u n g i

II . M E N G E N A I TANAH

1. Luas

2. Status Tanah

3. Terletak di

a. Kelurahan

: RT RW .

b. Kecamatan .

c. Kota : Depok

Ill. SURAT-SURAT YANG O I LA M P I R K A N :

1. Fotokopi surat bukti kepemilikan/penguasaan tanah, yang berupa sertifikat;

2. Fotokopi bukti pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terakhir dengan

melampirkan SPPT dan STTS;

3. Fotokopi Kartu Tanda P e n d u d u k (KTP) yang m a s i h berlaku;

4. Surat Kuasa (bermaterai) apabila permohonan pengurusan izin dilakukan oleh

bukan p e m i l i k lahan;

5. Persetujuan warga;

1. Untuk bangunan selain rumah tinggal tunggal, dimintakan persetujuan warga

yang berbatasan langsung dengan lokasi bangunan dimohon dan diketahui

oleh Ketua RT, Ketua RW, Kepala Kelurahan dan Kepala Kecamatan setempat.

6. Akta Pendirian Perusahaan//ayasan dan perubahannya bagi pemohon yang

berbadan hukum;

7. NPWP bagi pemohon yang berbadan hukum;

8. Denah lokasi tanah/rute jalan menuju lokasi;

9. Foto lokasi yang dimohon.

Demikian apabila permohonan dikabulkan, maka pemohon bersedia memenuhi

syarat-syarat yang telah dan akan ditetapkan Pemerintah Kota Depok.

Depok, 20 .

Hormat Kami Pemohon

Materai Rp. 6.000,­

( )

N a m a Jelas
LAMPIRAN II

FORMAT GAMBAR RENCANA

TAPAK (TATA LETAK)


LAMPIRAN III

FORMAT GAMBAR RENCANA

TAPAK (TATA HIJAU DAN TATA

DRAINASE)
LAMPIRAN IV

CONTOH PENATAAN

RTH/TAMAN
L A M P I RA N V

PROPOSAL FORMAT GAMBAR

VISUALISASI RTH
Proposal kerjasama ini sekurang-kurangnya berisikan hal-hal sebagai

berikut ini:

1. Deskripsi rencana R T H / tam an :

• Data

• Denah rencana land scaping

• Sarana penunjang

• Vegetasi

2. Visualisasi Gambar RTH dalam bentuk 3 dimensi

3. Pernyataan kesediaan dunia usaha untuk membangun RTH


LAMPIRAN VI

KETENTUAN TEKNIS TENTANG

PENYEDIAAN SARANA

PRASARANA HUNIAN S U S U N
1. FASILITAS NIAGA

s]
Warung 250 penghuni/ Penjual 1. dipusat Ditempatkan 18 - 36 72 M

50KK sembilan lingkungan pada dasar M dengan KDB

bahan pokok 2. mudah lantai 50%)

pangan dicapai

3. radius

maksimal 300

Toko-toko 2500 penghuni Menjual Di pusat Dltempatkan ± 50 M 100 M

PD barang lingkungan pada (dengan KDB

kebutuhan radius bangunan 50%)

sehari-hari pencapaian tersendiri

termasuk maksimal 500 M

sandang dan

pangan

Pusat 2 2500 Menjual Di pusat Ditempatkan ± 60 0 M 1200M

perbelanjaa penghuni kebutuhan lingkungan pada (dengan KDB

n termasuk sandang dan radius bangunan 50%)

usaha jasa pangan serta pencapaian tersendiri

jasa maksimal 1000 M

pelayanan

Sumber: SN/ 03-7013-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun Sederhana

2. FASILITAS PENOIOIKAN

Fasllitas Jumlah Fungsi letak Jarak Kebutuhan Luas lantal Luas lahan
ruang minimal jumlah ruang yang yang

belajar penghuni kelas dibutuhkan dibutuhkan

yang

mendukung e . e.
. .
e
,
'

. ,

Tingkat 1500 jiwa Menampung Ditengah­ Mudah dicapai Dihitung 125 M' 250 M
pra belajar dimana anak­ pelaksanaan tengah dengan radius berdasarkan 1,5 M/

anak usia 5-6 pendidikan kelompok pencapaian 500 sistem siswa

tahun pra sekolah k e l u a rg a / M, dihitung pendidikan SD

sebanyak 8% usia 5-6 digabung dari unit 5-6 tahun

tahun dengan taman­ terjauh dengan

ta man tempat dan lantai menggunakan

bermain di tertinggi 500 M rumus (1)

RT/RW

Sekolah 1600 jiwa Menampung Tidak Mudah dicapai Dihitung 1,5 M/ 2.000 M'

Dasar pelaksanaan menyebrang dengan radius dengan rumus siswa

pendidikan jalan pencapaian (2)

sekolah lingkungan maksimum

dasar dan masih 10 0 0 M

tetap dihitung dari

ditengah­ unit terjauh

tengah dan

Kelompok lantai tertinggi

keluarga
Sekolah 4800jiwa Menampung Tidak dipusat Radius Dihitung 1,75 M/ 9.000 M'

lanjutan pelaksanaan lingkungan, maksimum 100 dengan rumus slswa

tingkat pendidikan dapat M (3)

pertama sekolah digabung

lanjutan dengan

pertama lapangan olah

raga atau

digabung

dengan sarana

pendidikan

lainnya

SMU 24800 jiwa Menampung 1. Dapat Radius Dihitung 1,75 1. SMU

Sekolah pelaksanaan digabung maksimum dengan rumus M/jiwa 1 lantai

menengah pendidikan dengan 3 K m dari unit (4) 12.500 M


umum SMU lapangan yang dilayani dan atau

olah raga 2. SMU

atau 2 lantai

digabung 8.000 M
dengan 3. SMU

fasilitas 3 lantai

pendidika n 5.000 M'

2. Tidak

dipusat

lingkungan

Sumber: SN/ 03-7013-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun Sederhana

Keterangan :

(1) Kebutuhan j u m l a h ruang belajar tingkat pra belajar berdasarkan sistem pendidikan SD 6 tahun

(Ups -- Us) x a%

s = ........................................... (1)

dengan pengertian:

S a d a l a h kebutuhan jumlah ruang belajar tingkat pra sekolah

Ups adalah hasil proyeksi anak usia pra sekolah selama 5 tahun

Us adalah j u m l a h anak usia pra sekolah yang s u d a h tertampung

a% adalah anak usia pra sekolah yang ingin masuk pendidikan pra sekolah

E adalah daya tampung paling efektif dan efisien berdasarkan kondisi lingkungan (40 siswa)

(2) Kebutuhan jumlah ruang tingkat SD berdasarkan sistem pendidikan SD 6 tahun.

(Dps - Ds) x d%

bsdz --------------- .. .. .. .. .. .. .. . .. . .. . .. .. .. .. .. .. .. . .. . .. .. (2)

dengan pengertian:

Ssd adalah kebutuhan j u m l a h ruang belajar tingkat sekolah dasar

Ops adalah hasil proyeksi anak usia sekolah dasar selama 5 tahun

Ds adalah j u m l a h anak usia tingkat sekolah dasar yang sudah tertampung

d% adalah presentase j u m l a h anak tingkat SD yang perlu memasuki lembaga pendidikan tingkat

SD.

E adalah daya tampung paling efektif dan eftsien berdasarkan kondisi lingkungan = 40 siswa
(3) Kebutuhan jumlah ruang kelas berdasarkan sistem pendidikan SMP.

(Lsds - Lsds) x p%

Sslp = ----------- (3)

dengan pengertian

Sslp adalah kebutuhan jumlah ruang tingkat SLP

Lsds adalah proyeksi lulusan SD 5 tahun

lsds adalah j u m l a h lulusan SD yang dapat tertampung

p% adalah presentase lulusan SD yang melanjutkan ke SLP

E adalah daya tampung paling efektif dan efisien berdasarkan kondisi lingkungan = 40 siswa
(4) Kebutuhan jumlah ruang kelas berdasarkan sistem pendidikan SMU

(LSLPS - LSLPS) x a%

S[/lJ --------------- . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ,, .. ,,,,::(4)

dengan pengertian:

SSLA adalah kebutuhan jumlah ruang tingkat SLA

Lslps adalah proyeksi lulusan SLP selama 5 tahun sesuai data dari instansi yang berwenang

Lslps adalah jumlah lulusan SLP yang dapat tertampung

a% adalah presentase lulusan SLP yang melanjutkan ke SLA

E adalah daya tampung paling efektif dan efisien berdasarkan kondisi lingkungan = 40 siswa

3. FASILITAS KESEHATAN

Fasilitas Letak Jarak

Posyandu 1000 jiwa Memberikan Terletak Mudah Sebuah 30 M 60 M

pelayanan ditengah­ dicapai ruangan yang (KDB 50%)

kesehatan tengah dengan dapat

untuk anak­ lingkungan RS radius menampung

anak usia keluarga dan pencapaian aktivitas

balita dapat menyatu maksimum kesahatan

dengan kantor 20 0 0 M d a r i

RT/RW unit terjauh

dan lantai

tertinggi

Balal lO00jiwa Memberikan Terletak Mudah 150 M 300 M


pengobatan pelayanan ditengah­ dicapai KDB 50%)

kepada tengah dengan

penduduk lingkungan radius

dalam keluarga atau pencapaian

bidang dekat dengan maksimum

kesehatan kantor RT/RW 400 M dari

unit terjauh

dan lantai

tertinggi

BKIA serta 10.000jiwa Memberikan Di pusat Mudah Minimal 1200 M'

rumah pelayanan kawasan dicapai terdapat dua (KDB 50%)

bersalln kepada ibu­ dengan ruangan

ibu sebelum radius periksa dan

pada waktu pencapaian ruang tunggu

dan maksimum

sesudah 100 M dari

melahirkan unit terjauh

serta dan lantai

memberikan tertlnggi

pelayanan

pada anak

sampai usia

6tahun
Puskesmas 30.000jiwa Memberikan Berada d i Mudah Minimal ruang 350 M .

pelayanan pusat dicapai periksa dokter

lebih lingkungan dengan dan ruang

lengkap dekat dengan radius periksa dokter

kepada pelayanan pencapaian gigi serta

penduduk pemerintah, maksimum ruang tunggu

dalam dapat bersatu 1000 M dari

bidang dengan unit terjauh

kesehatan fasilitas dan lantai

mencakup kesehatan tertinggi

pelayanan lainnya.

dokter

spesialis

anak dan

dokter

spesialis

gigi serta

memberikan

pelayanan

pada anak

sampai usia

6 tahun

Praktek S000jiwa Memberikan Berada Mudah dicapai Sebuah ruang Minimum .

dokter pelayanan ditengah­ dengan radius periksa dokter 18 M


pertama tengah pencapaian dan ruang

kepada kelompok d a n maksimum tunggu.

penduduk bersatu 1000 M dari

dalam dengan unit terjauh

bidang fasilitas lain dan lantai

kesehatan atau dilantai tertinggi

umum/ dasar

spesialis

Apotik 10.000 jiwa Melayani Berada M u d a h dicapai Sebuah ruang Minimum -

penduduk diantara dengan radius penjualan 36 M


dalam kelompok unit pencapaian ruang peracik

pengadaan hunian maksimum obat dan

obat 1000 M dari ruang tunggu.

unit terjauh

dan iantai

tertinggi

Sumber : SNI 03-7013-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun Sederhana

4. FASILITAS PERIBADATAN

Fasilitas peribadatan harian harus disediakan disetiap blok. Fasilitas beribadat dapat disatukan

dengan ruang serba guna atau ruang komunal, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. jumlah penghuni minimal yang dilayani adalah 40 KK untuk setiap satu fasilitas peribadatan

disediakan 1 mushola untuk tiap 1 blok, dengan luas lantai 9 - 3 6 0 M .

b. Jumlah penghuni minimal harus mendukung untuk setiap fasilitas peribadatan kecil adalah

400 KK.
5. FASILITAS PEMERINTAHAN DAN PELAYANAN UMUM

penghuni

rusun unit

hunian

Kantor/Balai RW 1000 Berada ditengah­ Dapat berada 36M2

penghuni tengah lingkungan pada lantai

dan menjadi satu unit

dengan ruang hunian

serbaguna

Pos hansip/ 200 Berada ditengah­ Oapat 4 M 6M

siskamling penghuni tengah lingkungan diletakkan

jarak maksimal pada lantal

200 M dasar

unit hunian

Pos polisi 2000 Berada pada bagian Dapat 36M 72 M

penghuni depan atau antara diletakkan

dari lingkungan pada lantai

dasar

bangunan

unit

hunian

Telepon umum 200jiwa Berada dekat Pada lantai 60 x 60 cm

dengan pelayanan dasar

umum lainnya

Gedung 1000 jiwa Berada ditengah- Pada lantai 250M SOOM

serbaguna tengah lingkungan dasar

dengan jarak

maksimal

pencapaian 500 M

Ruang terbuka 200jiwa Dapat menjadi Pada lantai 100 M

satu atau dasar

mempergunakan

ruang ser'baguna

Kotak pos 1000jiwa Dibagian depan tiap Ditempatkan

bangunan hunian pada

lantai dasar

Sumber: SN/ 03-7013-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun Sederhana
LAMPIRAN VII

FORMULIR PERMOHONAN

PENGAJUAN RENCANA TAPAK

(SITE PLAN)
Kepada

Nomor Yth. Walikota Depok

Sifat Biasa Melalui

Lampiran 1 (satu) berkas Kepala Badan Penanaman Modal

Perihal Permohonan Rencana Tapak (Site Plan) dan Pelayanan Perizinan Terpadu

di-

Kota Depok

Yang bertanda tangan dibawah ini ................ss..s.......................,, Alamat

. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama

. . . . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .. . .. . . . . dengan ini mengajukan permohonan Rencana Tapak (Site Plan)

untuk dengan keterangan sebagai be r i k u t :

I. MENGENAI PEMOHON

1. Nama Pemohon

2. Pekerjaan

3. Alamat

4. No. Telp/HP yang

dapat dihubungi

II. MENGENAI TANAH

1. Luas

2. Status Tanah

3. Terletakdi

a. Kelurahan : .

: RT RW .

b. Kecamatan .

c. Kota : Depok

Ill. SURAT-SURAT YANG D I LA M P I R K A N :

1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku;

2. Fotokopi IPR yang telah diterb itkan;

3. Persetujuan warga;

4. Gambar rencana tapak (site plan) sebanyak 2 ( d u a ) rangkap:

a. Tata Letak; dan

b. Tata Hijau dan Tata D ra i nase.

5. Rekomendasi dokumen lingkungan/izin lingkungan (disesuaikan d e n g an k e tent u an ) ;

6. Rekomendasi peil banjir (disesuaikan dengan ketentuan);

7. Rekomendasi proteksi pemadam kebakaran (disesuaikan dengan ketentuan);

8. Rekomendasi a n d a l l a li n (disesuaikan de ngan ketentuan);

9. Surat pernyataan penyerahan sarana, prasarana dan utilitas disertai titik koordinat lahan

sarana dan taman yang akan diserahkan bagi kegiatan bangunan hunian rumah

deret/perumahan;

10. Proposal penyediaan RTH taman (disesuaikan dengan ketentuan ); d an

11. Rekomendasi lainnya jika diperlukan.

Demikian apabila permohonan dikabulkan, maka pemohon bersedia memenuhi syarat­

syarat yang t elah dan akan ditetapkan Pemerintah Kota Depok.

Depok, 20 .

Hormat Kami Pemohon

Materai Rp. 6.000,­

( )

Nama Jelas

Anda mungkin juga menyukai