TENTANG
WALIKOTA BATU,
Mengingat : 1. Ijin Gangguan (Hinder Ordonantie) Stbl 1926 Nomor 226 yang
telah diubah dan ditambah dengan Stbl 1940 Nomor 14 dan 15;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3209);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1984 tentang
Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984
Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Pemukiman (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3469);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3851);
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2001
tentang Pembentukan Kota Batu 1981 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4118);
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4247);
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4844);
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4725);
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5025);
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5038);
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5049);
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5059);
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1983
tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258);
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Nomor …);
15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2010
tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif
Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5161);
16. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007
tentang Pengesahan, Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan
Perundang-Undangan;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri 21 Tahun 2011;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 tentang
Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Pedoman Izin Mendirikan Bangunan;
20. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2007
tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung;
21. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan
Umum;
22. Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintahan Daerah Kota Batu;
23. Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Batu
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Batu
Nomor 12 Tahun 2009.
dan
WALIKOTA BATU
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Paragraf Kesatu
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 6
Paragraf Kedua
Golongan Retribusi
Pasal 7
Paragraf Ketiga
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 8
Paragraf Keempat
Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 9
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif
retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau
seluruh biaya penyelenggaraan pemberian IMB.
(2) Biaya penyelenggaraan pemberian izin sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan
lapangan, penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya dampak
negatif dari pemberian izin tersebut.
Pasal 10
Pasal 11
Paragraf Kelima
Harga satuan
Pasal 12
Paragraf Keenam
Masa Retribusi
Pasal 13
Pasal 14
BAB IV
RETRIBUSI IZIN GANGGUAN
Paragraf Kesatu
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 15
Pasal 16
(1) Objek Retribusi Izin Gangguan adalah pemberian izin tempat usaha/
kegiatan kepada orang pribadi atau Badan yang dapat menimbulkan
ancaman bahaya, kerugian dan/atau gangguan, termasuk pengawasan
dan pengendalian kegiatan usaha secara terus-menerus untuk
mencegah terjadinya gangguan ketertiban, keselamatan, atau kesehatan
umum, memelihara ketertiban lingkungan, dan memenuhi norma
keselamatan dan kesehatan kerja.
(2) Dikecualikan objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah tempat usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah
atau Pemerintah Daerah.
Pasal 17
Subyek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapatkan dan
atau memperoleh izin gangguan.
Pasal 18
Wajib Retribusi Izin Gangguan adalah orang pribadi atau Badan yang
diwajibkan untuk melakukan pembayaran atas pemberian izin
Gangguan.
Paragraf Kedua
Golongan Retribusi
Pasal 19
Paragraf Ketiga
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 20
Paragraf Keempat
Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 21
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif
retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh
biaya penyelenggaraan pemberian Izin Gangguan.
(2) Biaya penyelenggaraan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan lapangan,
penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya dampak negatif dari
pemberian izin tersebut.
Paragraph Kelima
Penghitungan Besarnya Retribusi Izin Gangguan
Pasal 22
a. Indeks Modal
IM Indek
0 - 50 juta 0
50 juta– 500 juta 1
500 juta – 10 M 3
>10 Milyard 4
ITK Indek
Satuan :Orang
TK≤ 5 1,0
5 < TK≤ 15 1,5
15 < TK≤ 25 2,0
25 < TK≤ 50 2,5
50 < TK≤ 100 3,0
100 < TK≤ 250 3,5
250 < TK≤ 500 4,0
TK>500 5,0
ILRTU/K Indek
Satuan :m2
LRTU≤ 100 1,0
100 <LRTU≤ 250 1,5
250 <LRTU≤ 500 2,0
500 <LRTU≤ 750 2,5
750 <LRTU≤ 1.000 3,0
1.000 <LRTU≤ 2.500 3,5
2.500 <LRTU≤ 5.000 4,0
5.000 <LRTU≤ 10.000 4,5
10.000 <LRTU≤ 25..000 5,0
25.000 <LRTU≤ 50.000 5,5
50.000 <LRTU≤ 100.000 6,0
LRTU>100.000 6,5
d. Indeks Gangguan
IG Indek
Sangat kecil 1
Kecil 2
Sedang 3
Agak besar 4
Besar 5
Sangat Besar 6
e. Indeks Lokasi
IL indek
Tdk Tepi Jalan 1,0
Tepi Jl. Lingkungan 1,3
Tepi Jl. Lokal 1,5
Tepi Jl. Kolektor 1,8
Tepi Jl. Arteri 2,0
f. Indeks Lingkungan
Ilk indek
Paragraph Ketujuh
Struktur dan Besarnya Tarif dan Tata Cara Perhitungannya
Pasal 23
(1) Besarnya tarif dasar ditetapkan sebesar Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu
rupiah).
(2) Retribusi yang terutang dikalikan tarif dasar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dengan tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud
dalam pasal 23 dengan rumus sebagai berikut :
Paragraf Kelima
Masa Retribusi
Pasal 24
Masa retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang
Pasal 25
Struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Pasal 21.
Pasal 22, Pasal 23 akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah.
BAB V
RETRIBUSI IZIN TRAYEK
Paragraf Kesatu
Nama, Obyek dan Subyek Retribusi
Pasal 26
Pasal 27
Objek Retribusi Izin Trayek adalah pemberian izin kepada atau Badan
untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu
atau beberapa trayek tertentu.
Pasal 28
Paragraf Kedua
Golongan Retribusi
Pasal 29
Paragraf Ketiga
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 30
Paragraf Keempat
Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 31
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi izin trayek
didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya
penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.
(2) Biaya penyelenggaraan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan di
lapangan, penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya dampak
negatif dari pemberian izin tersebut.
(3) Besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
sebagai berikut :
Masa
Perpanjangan
Jumlah Seat/ Kartu
Besarnya Masa
No Jenis Kendaraan tempat Pengawasan
tarif (Rp) Berlaku
Duduk Ijin Trayek
Per 6 (enam)
Bulan (Rp)
1. Bus Besar Lebih dari 30 300.000 5 Tahun 30.000
2. Bus Sedang 20 s/d 30 250.000 5 Tahun 25.000
3. Mini Bus 12 s/d 19 200.000 5 Tahun 20.000
4. Sub Urban / Sedan 4 s/d 11 175.000 5 Tahun 17.500
/jeep
(4) Tarif Retribusi izin trayek ditinjau kembali paling lama 3 (tiga)
tahun sekali.
(5) Struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31,
ayat (3) akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah.
Paragraf Kelima
Masa Retribusi
Pasal 32
BAB VI
WILAYAH PUNGUTAN
Pasal 33
BAB VII
TATA CARA PEMUNGUTAN
Bagian Kesatu
Tata Cara Pemungutan
Pasal 34
Bagian Kedua
Pemanfaatan
Pasal 35
Bagian Ketiga
Keberatan
Pasal 36
Pasal 37
(1) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan
atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan
Keberatan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk
memberikan kepastian hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa
keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Kepala Daerah.
(3) Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima
seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya
Retribusi yang terutang.
(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah
lewat dan Kepala Daerah tidak memberi suatu keputusan, keberatan
yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
Pasal 38
Pasal 39
Bagian Kelima
Pembayaran
Pasal 40
Bagian Keenam
Penagihan
Pasal 41
Bagian Ketujuh
Sanksi Administrasi
Pasal 42
Dalam hal wajib Retribusi tidak membayar tepat waktunya atau kurang
bayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua
persen) setiap bulan dari besarnya Retribusi yang terutang yang tidak
atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD
BAB VIII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 43
BAB IX
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 44
Pasal 45
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak
untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Kepala Daerah menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang
Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa
diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.
BAB X
KETENTUAN KHUSUS
Pasal 46
BAB X
PENYIDIKAN
Pasal 47
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 48
Pasal 49
(1) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang
karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) dan ayat (2)
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp 4.000.000,00 (empat juta
rupiah).
(2) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang
dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang
yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) dan ayat (2)
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah).
(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang
kerahasiaannya dilanggar.
(4) Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) sesuai dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan
pribadi seseorang atau Badan selaku Wajib Pajak atau Wajib
Retribusi, karena itu dijadikan tindak pidana pengaduan.
Pasal 50
Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, Pasal 49 ayat (1) dan
ayat (2) merupakan penerimaan negara.
BAB XIII
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 51
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 52
Pasal 53
Ditetapkan di Batu
pada tanggal 16 November 2011
WALIKOTA BATU,
ttd
EDDY RUMPOKO
Diundangkan di Batu
Pada tanggal 4 Januari 2012
SEKRETARIS DAERAH KOTA BATU
ttd
WIDODO, SH.MH
Pembina TK I
NIP. 19591223 198608 1 002
TENTANG
I. UMUM
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Angka 1
Yang dimaksud dengan tower adalah bangunan tinggi yang meliputi
gedung maupun non gedung.
Yang dimaksud menara telekomunikasi adalah bangunan khusus yang
berfungsi sebagai sarana penunjang untuk menempatkan peralatan
telekomunikasi yang desain atau bentuk konstruksinya disesuaikan
dengan keperluan penyelenggaraan telekomunikasi.
Angka 2
Yang dimaksud dengan reklame jenis billboard adalah reklame yang
berbentuk bidang dengan bahan terbuat dari kayu, logam, fiber
glas/kaca, plastik dan bahan lain yang sejenis sesuai dengan
perkembangan jaman yang pemasangannya berdiri sendiri dan bersifat
permanen.