TENTANG
BUPATI KUPANG,
i
*
Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209);
dan
BUPATI KUPANG
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
10. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan
batas waktu bagi wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan
tertentu dari Pemerintah Daerah.
12. Subjek Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau Badan
yang memperoleh Perizinan Tertentu dari Pemerintah Daerah.
13. Wajib Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau Badan yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan
untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau
pemotong Retribusi Perizinan Tertentu.
14. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara
tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut.
15. Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya
berada di atas dan/atau1di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi
sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau
tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial,
budaya, maupun kegiatan khusus.
16. Bangunan bukan gedung adalah suatu perwujudan fisik hasil pekerjaan
konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau
seluruhnya berada diatas dan/atau didalam tanah dan/atau air, yang
tidak digunakan untuk tempat hunian atau tempat tinggal.
19. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah angka
persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan
gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/Daerah perencanaan yang
dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan
lingkungan.
20. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah angka
persentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung
dan luas tanah perpetakan/Daerah perencanaan yang dikuasai sesuai
rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.
23. Izin tempat penjualan minuman beralkohol adalah izin yang diberikan
oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan penjualan minuman
beralkohol di suatu tempat tertentu.
26. Trayek adalah lintasan Kendaraan Bermotor Umum untuk pelayanan jasa
angkutan, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, serta
lintasan tetap, baik berjadwal maupun tidak berjadwal.
27. Izin trayek adalah izin yang diberikan untuk menyediakan pelayanan
angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu.
28. Izin insidentil adalah izin yang diberikan kepada Penyedia pelayanan
angkutan penumpang umum atau mobil bus umum yang telah memiliki
izin trayek untuk menggunakan kendaraan bermotornya menyimpang
dari izin trayek yang telah dimiliki.
I
29. Angkutan adalah perpindahan orang dan /atau barang dari satu tempat
ketempat lain dengan menggunakan Kendaraan di ruang lalu lintas jalan
31. Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8
(delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik
dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
32. Mobil bus umum adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih
dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi,
baik dengan maupun tanpa perlengkapan yang disedikan untuk
dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.
35. Usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hukum
untuk menangkap atau membudidayakan ikan, termasuk kegiatan
menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan
komersial.
36. Izin usaha perikanan yang selanjutnya disingkat IUP adalah izin tertulis
yang harus dimiliki perusahaan perikanan untuk melakukan usaha
perikanan dengan menggunakan sarana produksi yang tercantum dalam
izin tersebut.
37. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah
bukti pembayaran atau penyetoran Retribusi yang telah dilakukan
dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke
kas Daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.
44. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang Daerah yang
ditentukan oleh Bupati untuk menampung seluruh penerimaan Daerah
dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran Daerah.
BAB II
JENIS RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU
Pasal 2
(1) Jenis Retribusi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini terdiri atas:
(2) Jenis Retribusi sebagaiman dimaksud pada ayat (1) digolongkan sebagai
Retribusi Perizinan Tertentu:
BAB III
RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
Bagian Kesatu
Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi
Pasal 3
Dengan nama Retribusi IMB, dipungut Retribusi atas pemberian izin untuk
mendirikan suatu bangunan.
Pasal 4
, . (1) Objek Retribusi IMB adalah pemberian izin untuk mendirikan suatu
bangunan.
; * (2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan
peninjauan desain dan pemantauan pelaksanaan pembangunannya agar
tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang,
dengan tetap memperhatikan koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien
luas bangunan (KLB), koefisien ketinggian bangunan (KKB), dan
pengawasan penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan dalam
rangka memenuhi syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan
tersebut.
(3) Tidak termasuk objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah pemberian izin untuk bangunan milik Pemerintah atau
Pemerintah Daerah.
Pasal 5
Subjek Retribusi IMB adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh izin
mendirikan suatu bangunan dari Pemerintah Daerah.
Pasal 6
Wajib Retribusi IMB adalah orang pribadi atau Badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk
melakukan pembayaran Retribusi IMB, termasuk pemungut atau pemotong
• Retribusi IMB.
t
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi
Pasal 7
t
Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Tarif Retribusi
Pasal 8
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi IMB didasar
- f pada tujuan untuk menutup biaya penyelenggaraan pemberian izin
» mendirikan bangunan yang meliputi:
a. hunian;
b. keagamaan;
c. usaha;
e. ganda/campuran.
(4) Bangunan bukan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri atas:
Bagian Keempat
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 9
(2) • Tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dihitung sebagai perkalian volume (luas) bangunan dikali indeks
terintegrasi.
(3) Besarnya tarif Retribusi IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diperoleh dengan cara penghitungan yang dirumuskan sebagai
perkalian unsur-unsur terukur yaitu perkalian besaran satuan
volume/luas kegiatan dikalikan indeks terintegrasi, dikali indeks
pembangunan, dikalikan harga Satuan (tarif dasar) Retribusi.
• Pasal 10
(1) Indeks penghitungan besarnya Retribusi IMB sebagaim ana dim aksud
dalam Pasal 7 ayat (2) dan Pasal 9, meliputi:
a. indeks kegiatan;
(3) Tabel indeks sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II dan Lampiran III dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 11
(1) Harga satuan (tarif dasar) Retribusi IMB sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ditetapkan dengan ketentuan:
(2) Harga satuan (tarif dasar) Retribusi IMB sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB IV
RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL
Bagian Kesatu
Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi
Pasal 16
Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Tarif Retribusi
Pasal 17
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Izin Tempat
Penjualan Minuman Beralkohol didasarkan pada tujuan untuk menutupi
biaya penyelenggaraan pemberian izin dan pengendalian
peredaran/penjualan minuman beralkohol.2
Pasal 18
Bagian Kelima
Golongan Minuman Berlakohol
Pasal 19
BAB V
RETRIBUSI IZIN GANGGUAN
Bagian Kesatu
Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
Subjek Retribusi Izin Gangguan adalah orang pribadi atau Badan yang
memperoleh izin gangguan dari Pemerintah Daerah.
Pasal 23
Wajib Retribusi Izin Gangguan adalah orang pribadi atau Badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk
melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong
Retribusi Izin Gangguan.
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi
Pasal 24
(2) Luas ruang tempat usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
luas bangunan yang dihitung sebagai jumlah luas setiap lantai.
(3) Indeks lokasi dan indeks gangguan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini ini,
Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Tarif
Pasal 25
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Izin Gangguan
didasarkan pada tujuan untuk menutup biaya penyelenggaraan
pemberian izin gangguan.
Bagian Keempat
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 26
RIG = TL+IL+IG+LRTU.
TL = Tarif Lingkungan
IL = Indeks Lokasi
IG = Indeks Gangguan
LRTU = Luas Ruang Tempat Usaha
(2) Tarif lingkungan, indeks lokasi, indeks gangguan dan indeks luas ruang
tempat usaha sebagai faktor perkalian dari besarnya Retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran VI dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 27
Bagian Kelima
Masa B erlaku Izin Gangguan
Pasal 28
BAB VI
RETRIBUSI IZIN TRAYEK c
Bagian Kesatu
Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi
Pasal 29
Dengan nama Retribusi Izin Trayek dipungut Retribusi atas pemberian izin
kepada orang pribadi atau Badan untuk menyediakan pelayanan angkutan
penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu.
Pasal 30
Objek Retribusi Izin Trayek adalah pemberian izin trayek kepada Badan untuk
menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu atau
beberapa trayek tertentu.
Pasal 31
Subjek Retribusi Izin Trayek adalah Badan yang memperoleh izin trayek dari
Pemerintah Daerah.
Pasal 32
Wajib Retribusi Izin Trayek adalah orang pribadi atau Badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk
melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong
Retribusi Izin Trayek.
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi
Pasal 33
Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Tarif Retribusi
Pasal 34
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Trayek didasarkan
pada tujuan untuk menutup biaya penyelenggaraan pemberian izin
trayek.
Bagian Keempat
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 35
Bagian Kelima
Ketentuan Perizinan
Pasal 36
* (1) Kegiatan angkutan dalam trayek wajib memiliki izin trayek terlebih
dahulu dari Bupati atau Pejabat.
(2) Untuk memperoleh Izin trayek sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pemohon menyampaikan permohonan kepada Bupati/Pejabat beserta
kelengkapan lainnya yang dipersyaratkan.
(3) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja
sejak permohonan diterima secara lengkap, wajib memberikan keputusan
persetujuan atau penolakan terhadap pemohonan yang diajukan.
(5) Alat angkutan penumpang yang digunakan menyimpang dari izin trayek
yang telah diberikan, wajib mendapatan izin insidentil dari Bupati atau
Pejabat.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian izin trayek
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan izin insidentil dilaksanakan
berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan.
BAB VII
RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN
Bagian Kesatu
Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi
Pasal 37
Pasal 38
(1) Objek Retribusi Izin Usaha Perikanan adalah pemberian Izin kepada
orang pribadi atau Badan untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan
dan pembudidayaan ikan, meliputi:
(2) Tidak termasuk objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah usaha/kegiatan yang dikecualikan oleh Peraturan perundang-
undangan di sektor perikanan.
Pasal 39
Subjek Retribusi Izin Usaha Perikanan adalah orang pribadi atau Badan yang
memperoleh izin penangkapan dan pembudidayaan ikan.
Pasal 40
Wajib Retribusi Izin Usaha Perikanan adalah orang pribadi atau Badan yang
menurut peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk
melakukan pembayaran Retribusi Izin Usaha Perikanan.
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi
Pasal 41
Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Tarif Retribusi
Pasal 42
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Izin Usaha
Perikanan didasarkan pada tujuan untuk menutupi biaya
penyelenggaraan pemberian izin usaha perikanan.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pengawasan
lapangan, biaya survei lapangan, dan biaya pembinaan.
Bagian Keempat
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 43
Pasal 44
BAB IX
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 45
Pasal 46
Retribusi terutang dihitung pada saat ditetapkan SKRD atau dokumen lain
yang dipersamakan.
BAB X
PENINJAUAN TARIF RETRIBUSI
Pasal 47
(1) Tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.
(2) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.
(3) Penetapan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dengan Peraturan Bupati.
BAB XI
PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Bagian Kesatu
Tata Cara Pemungutan
Pasal 48
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.
(4) * Hasil pemungutan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetor
secara bruto ke Kas Umum Daerah.
Bagian Kedua
Tata Cara Pembayaran
Pasal 49
(2) Retribusi terutang harus dilunasi paling lambat 30 (tiga) puluh hari sejak
diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
Bagian Ketiga
Sanksi Administrasi
Pasal 50
Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau
kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
Bagian Keempat
Tata Cara Penagihan
Pasal 51
(1) Penagihan Retribusi terutang yang tidak atau kurang bayar dilakukan
dengan menggunakan STRD.
(4) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran
diterbitkan, Wajib Retribusi wajib melunasi retribusi terutang.
(5) Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan oleh
Pejabat yang ditunjuk.
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara penagihan Retribusi dan
penerbitan Surat Teguran diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
Keberatan
fr
Pasal 52
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan
sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi tertentu
dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena
keadaan di luar kekuasaannya.
Pasal 53
(1) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas
keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan
Keberatan.
(3) Keputusan Bupati atau Pejabat atas keberatan dapat berupa menerima
seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya Retribusi
yang terutang.
(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat
dan Bupati atau Pejabat tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang
diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
Pasal 54
(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan
pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.
BAB XII
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
•Pasal 55
BAB XIII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN RETRIBUSI
Pasal 56
(2) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan,
sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan
keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah
dilampaui dan Bupati atau Pejabat tidak memberikan suatu keputusan,
permohonan pengembalian pembayaran Retribusi dianggap dikabulkan
dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)
i bulan.
Pasal 57
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya
Surat Teguran tersebut.
BAB XV
TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI
Pasal 58
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk
melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur
dengan Peraturan Bupati.
BAB XVI
KETENTUAN PEMERIKSAAN
Pasal 59
(1) Bupati atau Pejabat berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi dalam rangka melaksanakan
peraturan perundang-undangan Retribusi.
(2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib:
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan Retribusi diatur
dengan Peraturan Bupati.
BAB XVII
INSENTIF PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Pasal 60
BAB XVIII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 61
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai
negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh
pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-
undangan.
b. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi;
BAB XIX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 62
I
BAB XX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 63
Ditetapkan di Oelamasi
pada tanggal 2 Maret 2012
BUPATI KUPANG,
TTD
Diundangkan di Oelamasi
pada tanggal 2 Maret 2012
TTD
HENDRIK PAUT
t
PENJELASAN
ATAS
TENTANG
UM UM
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan fungsi hunian dalam ketentuan ini
adalah berupa bangunan gedung hunian rumah tinggal
sederhana dan rumah tinggal tidak sederhana.
Huruf b
Yang dimaksud dengan fungsi keagamaan dalam ketentuan
ini adalah berupa masjid/mushola, gereja, vihara, klenteng,
pura, dan bangunan pelengkap keagamaan.
Huruf c
Yang dimaksud dengan fungsi usaha dalam ketentuan ini
adalah berupa perkantoran komersial, pasar modern, ruko,
rukan, mal/supermarket, hotel, restoran, dan lain-lain
yang sejenis.
Huruf d
Yang dimaksud dengan fungsi sosial dan budaya dalam
ketentuan ini adalah berupa bangunan olah raga,
bangunan pemakaman, bangunan kesenian/kebudayaan,
bangunan pasar tradsional, bangunan terminal/halte bus,
bangunan pendidikan, bangunan kesehatan, kantor
pemerintahan, bangunan panti jompo, panti asuhan, dan
lain-lain yang sejenis.
Huruf e
Yang dimaksud dengan fungsi ganda/campuran dalam
ketentuan ini adalah berupa bangunan hotel, apartemen,
mal/shoping center, sport hall, dan/atau hiburan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
L Luas lantai bangunan gedung
V Volume/besaran (dalam satuan m2, m, unit)
I Indeks
It Indeks terintegrasi
Tk Tingkat kerusakan
0,45 untuk tingkat kerusakan sedang
0,65 untuk tingkat kerusakan berat
HSbg Harga satuan Retribusi bangunan gedung
HSpbg = Harga satuan Retribusi prasarana bangunan
gedung
1,00 Indeks pembangunan baru
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan barang dalarn pengawasan adalah
penjualan minuman beralkohol golongan B dan/atau golongan
C hanya diperkenankan untuk dikomsumsi/diminum langsung
di tempat penjualan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah
ini.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Ayat (1)
Ketentuan ini memberikan ruang kepada Pemerintah Daerah
untuk dapat melakukan peninjauan tarif Retribusi dalam
jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun, jika tarif Retribusi yang
diatur dalam Peraturan Daerah ini dianggap perlu disesuaikan
dengan perkembangan/kebutuhan biaya penyediaan pelayanan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Dalam hal besarnya tarif Retribusi yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Daerah ini perlu disesuaikan dengan kebutuhan
biaya penyediaan layanan yang cukup besar dan/atau besarnya
tarif tidak efektif lagi untuk mengendalikan permintaan layanan
tersebut, maka Bupati diberikan kewenangan untuk dapat
menyesuaikan tarif Retribusi. Delegasi kewenangan dalam
penyesuaian tarif Retribusi dimaksudkan untuk efisiensi proses
penyusunan produk hukum yang terkait dengan penyesuaian
dan/atau perubahan tarif Retribusi tersebut.
Pasal 48
A yat(1)
Yang dimaksud dengan pemungutan Retribusi "dilarang
diborongkan” adalah bahwa seluruh proses kegiatan
pemungutan Retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak
ketiga. Namun, dimungkinkan adanya kerja sama dengan pihak
ketiga dalam rangka proses pemungutan Retribusi, antara lain
pencetakan formulir Retribusi, pengiriman surat kepada Wajib
Retribusi, atau penghimpunan data Objek dan Subjek Retribusi.
Kegiatan yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga
adalah kegiatan penghitungan besarnya Retribusi terutang,
pengawasan, penyetoran Retribusi, dan penagihan Retribusi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Pengenaan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) dimaksudkan untuk menjamin kepatuhan wajib Retribusi
agar membayar dan melunasi Retribusi terutang tepat pada
waktunya.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Ayat (1)
Apabila wajib Retribusi berpendapat bahwa jumlah Retribusi
dalam SKRD atau dokumen lainnya yang dipersamakan dan
pemungutan tidak sebagaimana mestinya, maka wajib Retribusi
dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat
yang menerbitkan SKRD atau dokumen lainnya yang
dipersamakan tersebut. Keberatan yang diajukan adalah
terhadap materi atau isi dari ketetapan dengan membuat
perhitungan jumlah yang seharusnya dibayar menurut
perhitungan Wajib Retribusi. Satu keberatan harus diajukan
terhadap satu jenis Retribusi dan satu tahun Retribusi.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan alasan-alasan yang jelas adalah
mengemukakan dengan data atau bukti bahwa jumlah Retribusi
yang terutang atau Retribusi lebih bayar yang ditetapkan oleh
petugas Retribusi tidak benar.
Ayat (3)
Ketentuan ini memberikan tenggang waktu bagi Wajib Retribusi
untuk menggunakan haknya dalam mengajukan keberatan atas
kemungkinan kesalahan penetapan Retribusi yang terutang oleh
petugas Retribusi dalam SKRD atau dokumen lainnya yang
dipersamakan sekaligus memberikan kepastian hukum bagi
tertibnya administrasi di bidang Retribusi, yakni apabila dalam
tenggang waktu tersebut Wajib Retribusi tidak mengajukan
keberatan, maka jumlah Retribusi terutang dalam dalam SKRD
atau dokumen lainnya yang dipersamakan bersifat final.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “keadaan di luar kekuasaannya” adalah
suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak/kekuasaan Wajib
Retribusi, misalnya, Wajib Retribusi sedang sakit atau kena
musibah.
Ayat (5)
Ketentuan ini diperlukan agar Wajib Retribusi tidak menghindar
dari kewajiban untuk membayar Retribusi yang telah ditetapkan
dengan dalih mengajukan keberatan, sehingga dapat dicegah
terganggunya penerimaan Daerah.
Pasal 53
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Dalam keputusan keberatan tidak tertutup kemungkinan utang
Retribusi bertambah berdasarkan hasil pemeriksaan atau
keterangan lain karena ada data baru yang tadinya belum
terungkap atau belum dilaporkan.
Ayat (4)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian
hukum baik bagi wajib Retribusi maupun petugas Retribusi dan
dalam rangka tertib administrasi, yaitu apabila dalam jangka
waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya surat keberatan,
Bupati atau Pejabat tidak memberikan keputusan atas
keberatan yang diajukan, berarti keberatan tersebut dikabulkan.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Bupati atau Pejabat sebelum memberikan keputusan dalam hal
kelebihan pembayaran Retribusi harus melakukan pemeriksaan
terlebih dahulu.
Ayat (3)
Ayat ini memberikan kepastian hukum baik kepada Wajib
Retribusi maupun petugas Retribusi dan dalam rangka tertib
administrasi di bidang Retribusi. Oleh karena itu, permohonan
kelebihan pembayaran Retribusi yang diajukan oleh Wajib
Retribusi harus diberi keputusan oleh Bupati atau Pejabat.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Besarnya imbalan bunga atas keterlambatan pengembalian
kelebihan pembayaran Retribusi dihitung dari batas waktu 2
(dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB sampai dengan saat
dilakukannya pembayaran kelebihan.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
A yat(l)
Yang dimaksud dengan “instansi yang melaksanakan
pemungutan” adalah dinas/badan/lembaga yang tugas pokok
dan fungsinya melaksanakan pemungutan Retribusi.
Ayat (2)
Pemberian besarnya insentif dilakukan melalui pembahasan
yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan alat
kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
membidangi masalah keuangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Ayat (1)
Pengenaan pidana kurungan atau pidana kepada Wajib
Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga
merugikan keuangan Daerah dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya penunggakan kewajiban membayar Retribusi oleh
Wajib Retribusi serta menjamin dan memastikan Wajib
Retribusi patuh Wajib Retribusi dalam membayar Retribusi
tepat pada waktunya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
a. Bangunan gedung
1) Pem bangunan bangunan gedung baru Luas BG x Indeks terintegrasi *) x 1,00 x HS Retribusi
2) Rehabilitasi / renovasi bangunan gedung m elipu ti perbaikan a) Rusak sedang Luas BG x Indeks terintegrasi *) x 0,45 x HS Retribusi
/ peraw atan, perubahan, perluasan / pengurangan. b) Rusak berat Luas BG x Indeks terintegrasi *) x 0,65 x HS Retribusi
2 Retribusi adm inistrasi IMB, meliputi jasa penerbitan izin, biaya cetak dokumen izin, dan Ditetapkan sebesar Rp.25.000 per izin
alat tulis k a n tor lainnva.
3 Retribusi penyediaan formulir permohonan IMB term asuk pendaftaran bangunan Ditetapkan sebesar Rp.25.000 per izin
BUPATI KUPANG,
TTD
TABEL INDEKS TERINTEGRASI PENGHITUNGAN BESARNYA RETRIBUSI IMB UNTUK BANGUNAN GEDUNG DI KABUPATEN KUPANG
BUPATI KUPANG,
TTD
TABEL INDEKS PENGHITUNGAN BESARNYA RETRIBUSI IMB UNTUK PRASARANA BANGUNAN GEDUNG DI KABUPATEN KUPANG
PEMBANGUNAN RUSAK
RUSAK BERAT *)
NO JENIS PRASARANA BANGUNAN BARU SEDANG
Indeks Indeks Indeks Indeks
a. Pagar
Konstruksi 0,00
1 b . Tanggul/retaining wali 1,00 0,65 0,45
pembatas/penahan/pengaman
c. Turap batas kavling/persil
a. Gapura 1,00
2 Konstruksi penanda masuk lokasi 0,65 0,45 0,00
b. Gerbang
a. Jalan
3 Konstruksi perkerasan b. Lapangan upacara 1,00 0,65 0,45 0,00
c. Lapangan olah raga terbuka
a. Jembatan 1,00 0,65 0,45 0,00
4 Konstruksi penghubung
b. Box culvert
a. Kolam renang
5 Konstruksi kolam/reservoir bawah tanah b. Kolam pengolahan air 1,00' 0,65 0,45 0,00
c. Reservoir di bawah tanah
a. Menara antena
6 Konstruksi menara b. Menara reservoir 1,00 0,65 0,45 0,00
c. Cerobong
a. Tugu
7 Konstruksi monumen 1,00 0,65 0,45 0,00
b. Patung
a. Instalasi listrik
8 Konstruksi instalasi b. Instalasi telepon/komunikasi 1,00 0,65 0,45 0,00
c. Instalasi pengolahan
a. Billboard
b. Papan iklan
9 Konstruksi reklame/papan nama 1,00 0,65 0,45 0,00
c. Papan nama (berdiri sendiri atau berupa
tembok pagar)
CATATAN : 1. RB = Rusak Berat
2. RS = Rusak Sedang
BUPATI KUPANG,
TTD
A Y U B TITU EKI
LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG
NOMOR 7 TAHUN 2012
TANGGAL 2 MARET 2012
BUPATI KUPANG,
TTD
BUPATI KUPANG,
TTD
8
Tarif Lingkungan
Kategori Lingkungan
URP)
a. Industri:
1. Luas kurang dari 25 m2 20.000
2. Luas 26 m2 sampai dengan 100 m2 22.500
3. Luas 101 m2 sampai dengan 500 m2 25.000
4. Luas 501 m2 sampai dengan 1.000 m2 27.500
5. Luas lebih dari 1.000 m2 30.000
b. Pergudangan:
1. Luas kurang dari 25 m2 17.500
2. Luas 26 m2 sampai dengan 100 m2 20.000
3. Luas 101 m2 sampai dengan 500 m2 22.000
4. Luas 501 m2 sampai dengan 1.000 m2 25.000
5. Luas lebih dari. 1.000 m2 27.500
c. Perdagangan:
1. Luas kurang dari 25 m2 15.000
2. Luas 26 m2 sampai dengan 100 m2 17.500
3. Luas 101 m2 sampai dengan 500 m2 20.000
4. Luas 501 m2 sampai dengan 1.000 m2 22.500
5. Luas lebih dari 1.000 m2 25.000
d. Pemukiman/Sosial:
1. Luas kurang dari 25 m2 12.500
2. Luas 26 m2 sampai dengan 100 m2 15.000
3. Luas 101 m2 sampai dengan 500 m2 17.500
4. Luas 501 m2 sampai dengan 1.000 m2 20.000
5. Luas lebih dari 1.000 m2 22.500
ji Jalan Indeks
a. Jalan Utama
b. Jalan Sekunder
c. Jalan Lingkungan
BUPATI KUPANG,
TTD
l
t
No Tarif Retribusi
Jenis Pelayanan
(Rp)
3 Izin insidentil:
BUPATI KUPANG,
TTD
BUPATI KUPANG,
TTD